Epista Ks Is
-
Upload
bellyana-octavia -
Category
Documents
-
view
228 -
download
1
description
Transcript of Epista Ks Is
Bellyana.O | 07120110082
EPISTAKSIS
Epistaksis atau mimisan adalah perdarah yang berasal dari hidung.
Klasifikasi – berdasarkan tempat asal perdarahan:
1. Epistaksis Anterior: berasal dari pleksus Kiesselbach yang terdiri ujung-ujung
dari a. etmoidalis, a. palatine mayor, a. sfenopalatina, dan a. labialis superior.
2. Epistaksis Posterior: berasal dari a. sfenopalatina atau a. etmoidalis posterior.
Biasanya jarang berhenti sendiri.
Epidemiologi
Prevelensi epistaksisi sulit dinilai karena mayoritas berhenti sendiri dan tidak
dilaporkan. Sekitar 90% dari total kejadian merupakan epistaksis tipe anterior dan 10
% sisanya merupakan epistaksis tipe posterior. Epistaksis anterior lebih sering terjadi
pada anak (2-10 tahun) dan usia lanjut, sementara epistaksis posterior biasanya terjadi
pada usia >50 tahun.
Etiologi
Epistaksis dapat disebabkan banyak hal, baik bersifat local maupun sistemik, tetapi
juga dapat idiopatik.
Penyebab Lokal: trauma (mengorek hidung, pukulan, benturan, fraktur, corpus
alienum), udara kering, cuaca dingin, pascainfeksi saluran nafas atas,
kekeringan nasal, pajanan zat kimiawi (spray nasal kokain), tumor.
Bellyana.O | 07120110082
Penyebab Sistemik: penyakit hati, kelainan perdarahan, obat-obatan (obat
antikoagulan), hipertensi, ateroskeloris (kelemahan pembuluh darah
mengakibatkan malformasi arteri-vena yang mudah pecah), telangiektasis
(kelainan kongenital), infeksi sistemik (demam berdarah, tifoid, morbili).
Idiopatik (10% kasus)
Patofisiologi
Perdarahan umumnya disebabkan oleh erosi mukosa dan pembuluh darah
yang terpajan langsung dengan agen pencetus. Epistaksis anterior berasal dari pleksus
Kiesselbach pada septum bagian anterior atau dari a. etmoidalis anterior. Perdarahan
vena/kapiler tersebut mengakibatkan perembesan terus menerus, bukan perdarahan
masif seperti perdarahan arteri. Sedangkan epistaksis posterior, jumlah perdarahan
biasanya lebih masif hingga beresiko mengakibatkan gangguan jalan nafas, aspirasi
darah, serta perdarahan lebih sulit dikontrol.
Diagnosis
1. Anamnesis
Derajat keparahan: frekuensi, durasi, volume darah, bisa berhenti
sendiri tidak
Sisi yang mengalami perdarahan: satu sisi atau keduanya
Riwayat trauma, epistaksis seblemunya, mudah lebam, hipertensi,
penyakit hati, leukemia, penyakit sistemik lainnya, riwayat operasi
Pengunaan obat-obatan, terutama antitrombosit atau antikoagulan
2. Pemeriksaan Fisik
Periksa kavum nasi secara menyeluruh dengan speculum nasal.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan bantuan tampon anterior yang
diberikan vasokonstriktor (lidokain 2%) untuk membantu menentukan
titik perdarahan dan mengurangi rasa nyeri.
Jika sumber perdarahan anterior tidak dapat ditemukan atau perdarahan
timbul dari kedua lubang hidung atau darah mengalir terus menerus di
faring posterior, pertimbangkan kemungkinan epistaksis tipe posterior.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang hanya dilakukan pada kasus dengan
kecurigaan koagulopati atau adanya perdarahan masif.
Bellyana.O | 07120110082
Laboratorium darah lengkap dan profil hemostasis (bleeding time, PT,
aPTT, INR)
Pemeriksaan radiologis: MRI atau CT-SCAN untuk pasien dengan
kecurigaan keganasan atau benda asing yang sulit dilihat pada
pemeriksaan fisis.
Tatalaksana
Terapi ditujukan untuk memperbaiki keadaan umum, mencari dan menghentikan
sumber perdarahan, dan mencegah berulangnya mimisan. Survei primer (jalan nafas
dan tanda vital) harus diperhatikan pertama kali dan ditangani terlebih dahulu. Posisi
pasien adalah duduk atau berbaring dengan kepala ditinggikan. Bila pasien anak dapat
duduk dipangku dan kepala dipengangi, sementara badan dan tangan dipeluk.
Epistaksis Anterior
Posisikan pasien duduk tegak condong
ke depan, posisi kepala terangkat,
tetapi tidak hiperekstensi untuk
mencegah aspirasi. Lakukan penekanan
langsung dengan jari pada kedua
cuping hidung ke arah septum (dimana
letak pleksus Kiesselbach) selama 10-
15 menit. Biasanya perdarahan akan
segera berhenti, terutama pada anak-
anak. Edukasi pasien untuk tetap
sementara bernafas melalui mulut.
Bila perdarahan masih berlangsung, pasang tampon adrenalin. Tampon
adrenalin dibuat dengan kain kassa steril yang diteteskan dengan epinefrin
0,5% 1:10.000 ditambah pantokain atau lidokain 2%. Masukan tampon ke
dalam kavum nasi sebanyak 1-2 buah, biarkan selama 10-15 menit. Evaluasi
kembali apakah perdarahan masih berlangsung. Umumnya perdarahan akan
berhenti setelah dipasang tampon.
Bellyana.O | 07120110082
Apabila epistaksis masih berlangsung dan tampak sumber perdarahannya,
pertimbangkan prosedur kauterisasi dengan AgNO3 25-30% atau
elektrokauter.
Jika dengan kauterisasi perdarahan tidak berhenti, pasang tampon anterior
sebanyak 2-4 buah dengan pelumas Vaselin atau salep antibiotik selama 2x24
jam sembari melakukan pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab
epistaksis. Setelah 2 hari, tampon dikeluarkan untuk mencegah infeksi hidung.
Bila perdarahan belum berhenti, pasang tampon baru.
Epistaksis Posterior
Pada epistaksis tipe ini, dilakukan pemasangan tampon Bellocq (tampon
posterior). Tampon ini juga diindikasikan apabila tampon anterior tidak dapat
menghentikan perdarahan. Tampon Bellocq berbentuk kubus/bulat dengan diameter 3
cm dan terbuat dari kain kasa. Pada tampon terikat tiga utas benang: dua utas di satu
sisi dan satu utas di sisi berlawanan. Kontraindikasi tampon posterior adalah adanya
trauma fasial.
Cara pemasangan:
Pada perdarahan satu sisi, masukkan tampon ke
lubang hidung hingga tampak ororfaring, lalu tarik
keluar mulut. Pada ujung kateter di mulut, ikatkan
dua utas benang tampon Bellocq. Tarik kembali
kateter melalui hidung hingga dua utas benang
tersebut tampak dan dapat ditarik.
Dorong tampon dengan bantuan jari telunjuk agar
dapat melewati palatum mole ke nasofaring.
Jika masih terdapat perdarah, tambahkan tampon anterior
ke kavum nasi.
Kedua benang yang sudah keluar di hidung diikat pada sebuah gulungan kain
kassa di depan nares anterior.
Tampon Bellocq
Bellyana.O | 07120110082
Seutas benang yang keluar dari
mulur diikat secara longgar pada
pipi pasien (setelah 2-3 hari,
tampon ditarik keluar melalui
benang ini).
Jika perdarahan berat, dapat digunakan dua kateter masing-masing di kavum
nasi kanan dan kiri. Epistaksis posterior dapat mengakibatkan perdarahan
masif, bahkan hingga syok hipovolemik bila tidak ditangani segera.
Alternatif pengganti tampon Bellocq adalah kateter Foley dengan balon. Ada
juga alat yang disebut dengan Rhino-rapid.
Untuk mencegah epistaksis agar tidak terulang kembali, pasien diedukasi untuk tidak
menggoyang-goyangkan atau menggosok-gosokan hidung dan tetap menjaga letak
kepala agar lebih tinggi dari jantung.
Rapid-Rhino
Pemasangan Tampon Bellocq