epid antraks

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Anthrax atau radang limpa adalah salah satu penyakit zoonosis penting yang saat ini banyak menjakit hewan ternak di seluruh dunia. Penyakit zoonosis berarti dapat menular dan hewan ke manusia. Penyakit inii hampir setiap tahun selalu muncul di daerah endemis, yang akibatnya dapat membawa kerugian bagi peternak dan masyarakat luas. Hampir semua jenis ternak (sapi, kerbau, kuda, babi, kambing dan domba) dapat diserang anthrax, termasuk juga manusia. Penyakit Anthrax diketahui sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Di tahun 1613, Eropa dilanda wabah penyakit ini dan tercatat sekitar 60 ribu orang tewas. Penyakit anthrax sangat ditakuti, karena bakteri penyebabnya dapat mematikan, mudah menyebar, sulit dimusnahkan dan bersifat zoonotik (dapat menular pada manusia). Pada tahun 1877, Robert Koch mencoba mengembangbiakan bakteri ini untuk pertama kali. Penelitiannya menunjukkan adanya jamur sporadis pada jenis Bacillus yang terdapat dalam tubuh hewan. Bakteri ini berbentuk spora bertangkai dan suka hidup serta berkembang biak di dalam tanah. Keluarnya bakteri tersebut bisa terjadi di musim kemarau panjang, karena ternak

description

EPIDEMIOLOGI

Transcript of epid antraks

Page 1: epid antraks

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Anthrax atau radang limpa adalah salah satu penyakit zoonosis penting yang

saat ini banyak menjakit hewan ternak di seluruh dunia. Penyakit zoonosis berarti dapat

menular dan hewan ke manusia. Penyakit inii hampir setiap tahun selalu muncul di daerah

endemis, yang akibatnya dapat membawa kerugian bagi peternak dan masyarakat luas.

Hampir semua jenis ternak (sapi, kerbau, kuda, babi, kambing dan domba) dapat diserang

anthrax, termasuk juga manusia.

Penyakit Anthrax diketahui sudah ada sejak zaman Mesir Kuno. Di tahun 1613, Eropa

dilanda wabah penyakit ini dan tercatat sekitar 60 ribu orang tewas. Penyakit anthrax sangat

ditakuti, karena bakteri penyebabnya dapat mematikan, mudah menyebar, sulit dimusnahkan

dan bersifat zoonotik (dapat menular pada manusia). Pada tahun 1877, Robert Koch mencoba

mengembangbiakan bakteri ini untuk pertama kali. Penelitiannya menunjukkan adanya jamur

sporadis pada jenis Bacillus yang terdapat dalam tubuh hewan.

Bakteri ini berbentuk spora bertangkai dan suka hidup serta berkembang biak di

dalam tanah. Keluarnya bakteri tersebut bisa terjadi di musim kemarau panjang, karena

ternak suka menarik rerumputan kering hingga keakar-akarnya. Akibatnya spora anthrax

yang selama ini bertahan hidup dalam tanah dan menempel di rumput, terbawa keluar dan

berubah menjadi bakteri ganas. Kondisi tubuh ternak yang lemah akibat kekurangan makanan

dan stres oleh suhu udara yang panas, juga semakin memudahkan serangan anthrax.Menurut

catatan, anthrax sudah dikenal di Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda, tepatnya pada

tahun 1884 di daerah Teluk Betung. Selama tahun 1899 - 1900 di daerah Karesidenn Jepara

tercatat sebanyak 311 ekor sapi terserang anthrax, dan sejumlah 207 ekor mati. Pada tahun

1975, penyakit itu ditemukan di enam daerah : Jambi, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur,

Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Kemudian, 1976-1985,

anthrax berjangkit di 9 propinsi dan menyebabkan 4.310 ekor ternak mati.

Page 2: epid antraks

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ANTRAKS

Antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan bakteri

Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas. Antraks bermakna "batubara" dalam

bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korbanakan berubah hitam.

Antraks paling sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan.Penyakit

ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia, namun tidak dapat

ditularkan antara sesama manusia. Penyakit Antraks atau disebut juga Radang Lympha,

Malignant pustule, Malignant edema, Woolsorters disease, Rag pickersdisease, Charbon.

Penyakit Antraks merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan

wabah, sesuai dengan undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang wabah penyakit menular

dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1501 tahun 2010.

Spora Bacillus Anthrax tahan pada suhu panas di atas 43 derajat Celcius.Di dalam

tanah, diketahui spora mampu bertahan sampai dengan 40 tahun. Apabila lingkungan

memungkinkan, yaitu panas dan lembab maka spora dapat menjadi bentuk bakteri biasa

(vegetatif) yang mampu berkembang biak (membelah diri) dengan sangat cepat. Itulah

sebabnya, penyakit ini cenderung berjangkit pada musim kemarau.

Penyakit antraks merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi yang tinggi di

Benua Asia, dengan sifat serangan sporadik. Kawasan endemik antraks di Indonesia meliputi

Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,

Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.

Penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan, oleh karena itu yang diserang pada

umumnya pekerja peternakan, petani, pekerja tempat pemotongan hewan, dokter hewan,

pekerja pabrik yang menangani produk-produk hewan yang terkontaminasi oleh spora

antraks, misalnya pabrik tekstil, makanan ternak, pupuk, dan sebagainya.

Page 3: epid antraks

Antraks adalah penyakit yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis, yang hidup di

tanah.Sel bakteri tersebut seperti spora untuk bertahan dari ganasnya kondisi.Spora tumbuh

subur secara berkoloni dalam tubuh binatang atau manusia.Penularan atraks melalui daging

atau kulit binatang yang terkena antraks yang dimakan oleh manusia.

B. ETIOLOGI

Bacillus anthracis, kuman berbentuk batang ujungnya persegi dengan sudut-sudut

tersusun berderet sehingga nampak seperti ruas bambu atau susunan bata, membentuk spora

yang bersifat gram positif.

Basil bentuk vegetatif bukan merupakan organisme yang kuat, tidak tahan hidup

untuk berkompetisi dengan organisme saprofit.Basil Antraks tidak tahan terhadap oksigen,

oleh karena itu apabila sudah dikeluarkan dari badan ternak dan jatuh di tempat terbuka,

kuman menjadi tidak aktif lagi, kemudian melindungi diri dalam bentuk spora.

Apabila hewan mati karena Antraks dan suhu badannya antara 28 -30 °C, basil

antraks tidak akan didapatkan dalam waktu 3-4 hari, tetapi kalau suhu antara 5 -10 °C

pembusukan tidak terjadi, basil antraks masih ada selama 3-4 minggu. Basil Antraks dapat

keluar dari bangkai hewan dan suhu luar di atas 20°C, kelembaban tinggi basil tersebut cepat

berubah menjadi spora dan akan hidup. Bila suhu rendah maka basil antraks akan membentuk

spora secara perlahan - lahan (Christie 1983).

Bacillus antracis penyebab penyakit antraks mempunyai dua bentuk siklus hidup,

yaitu fase vegetatif dan fase spora

Fase Vegetatif

Berbentuk batang, berukuran panjang 1-8 mikrometer, lebar 1-1,5 mikrometer. Jika

spora antraks memasuki tubuh inang (manusia atau hewan memamah biak) atau keadaan

lingkungan yang memungkinkan spora segera berubah menjadi bentuk vegetatif, kemudian

memasuki fase berkembang biak. Sebelum inangnya mati, sejumlah besar bentuk vegetatif

bakteri antraks memenuhi darah.Bentuk vegetatif biasa keluar dari dalam tubuh melalui

pendarahan di hidung, mulut, anus, atau pendarahan lainnya.Ketika inangnya mati dan

oksigen tidak tersedia lagi di darah bentuk vegetatif itu memasuki fase tertidur (dorman/tidak

aktif).Jika kemudian dalam fase tertidur itu terjadi kontak dengan oksigen di udara bebas,

Page 4: epid antraks

bakteri antraks membentuk spora (prosesnya disebut sporulasi). Pada fase ini juga dikaitkan

dengan penyebaran antraks melalui serangga, yang akan membawa bakteri dari satu inang ke

inang lainnya sehingga terjadi penularan antraks kulit, akan tetapi hal tersebut masih harus

diteliti lebih lanjut.

Fase Spora

Berbentuk seperti bola golf, berukuran 1-1,5 mikrometer. Selama fase ini bakteri

dalam keadaan tidak aktif (dorman), menunggu hingga dapat berubah kembali menjadi

bentuk vegetatif dan memasuki inangnya.Hal ini dapat terjadi karena daya tahan spora

antraks yang tinggi untuk melewati kondisi tak ramah--termasuk panas, radiasi ultraviolet dan

ionisasi, tekanan tinggi, dan sterilisasi dengan senyawa kimia.Hal itu terjadi ketika spora

menempel pada kulit inang yang terluka, termakan, atau--karena ukurannya yang sangat

kecil--terhirup.Begitu spora antraks memasuki tubuh inang, spora itu berubah ke bentuk

vegetatif.

C. GEJALA

Gejala umum penyakit antraks terjadinya demam dengan suhu badan yang tinggi dan

hewan kehilangan nafsu makan. Sedangkan gejala yang bersifat khas: gemetar, ngantuk,

lumpuh, lelah, kejang-kejang, mulas, bercak merah pada membran mukosa, mencret disertai

darah, sulit bernapas sehingga mati lemas dan terdapat bisul yang makin membesar berisi

nanah kental berwarna kuning. Manusia yang terinfeksi dan menderita penyakit antraks

ditandai dengan gejala: suhu badan tinggi, mual-mual dan terjadi pembengkakan kelenjar

getah bening di sekitar leher, dada dan ketiak

Gejala klinis antraks pada manusia dibagi menjadi 4 bentuk yaitu antraks kulit,

antraks saluran pencernaan, antraks paru dan antraks meningitis.

1. Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax)

Kejadian antraks kulit mencapai 90% dari keseluruhan kejadian antraks di Indonesia.

Masa inkubasi antara 1-5 hari ditandai dengan adanya papula pada inokulasi, rasa gatal tanpa

disertai rasa sakit, yang dalam waktu 2-3 hari membesar menjadi vesikel berisi cairan

kemerahan, kemudian haemoragik dan menjadi jaringan nekrotik berbentuk ulsera yang

ditutupi kerak berwarna hitam, kering yang disebut Eschar (patognomonik). Selain itu

Page 5: epid antraks

ditandai juga dengan demam, sakit kepala dan dapat terjadi pembengkakan lunak pada

kelenjar limfe regional.Apabila tidak mendapat pengobatan, angka kematian berkisar 5-20%.

2. Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthax)

Masa inkubasi 2-5 hari.Penularan melalui makanan yang tercemar kuman atau spora

misal daging, jerohan dari hewan, sayur- sayuran dan sebagainya, yang tidak dimasak dengan

sempurna atau pekerja peternakan makan dengan tengan yang kurang bersih yang tercemar

kuman atau spora antraks.Penyakit ini dapat berkembang menjadi tingkat yang berat dan

berakhir dengan kematian dalam waktu kurang dari 2 hari.Angka kematian tipe ini berkisar

25-75%.

Gejala antraks saluran pencernaan adalah timbulnya rasa sakit perut hebat, mual,

muntah, tidak nafsu makan, demam, konstipasi, gastroenteritis akut yang kadang-kadang

disertai darah, hematemesis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran kelenjar limfe

daerah inguinal (lipat paha), perut membesar dan keras, kemudian berkembang menjadi

ascites dan oedem scrotum serta sering dijumpai pendarahan gastrointestinal..

3. Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax)

Masa inkubasi : 1-5 hari (biasanya 3-4 hari). Gejala klinis antraks paru-paru sesuai

dengan tanda-tanda bronchitis.Dalam waktu 2-4 hari gejala semakin berkembang dengan

gangguan respirasi berat, demam, sianosis, dispneu, stridor, keringat berlebihan, detak

jantung meningkat, nadi lemah dan cepat.Kematian biasanya terjadi 2-3 hari setelah gejala

klinis timbul.

4. Antraks Meningitis (Meningitis Anthrax)

Terjadi karena komplikasi bentuk antraks yang lain, dimulai dengan adanya lesi

primer yang berkembang menjadi meningitis hemoragik dan kematian dapat terjadi antara 1-

6 hari. Gambaran klinisnya mirip dengan meningitis purulenta akut yaitu demam, nyeri

kepala hebat, kejang-kejang umum, penurunan kesadaran dan kaku kuduk.

Page 6: epid antraks

D. MASA INKUBASI DAN MASA PENULARAN

Bacillus anthracis, bakteri gram positif, berkapsul, membentuk spora, berbentuk

batang yang tidak bergerak.

a. Masa inkubasi : Dari 1 – 7 hari. Walaupun masa inkubasi dapat mencapai 60

hari (di Sverdlovsk masa inkubasi mencapai 43 hari).

b. Masa penularan : Penularan dari orang ke orang sangat jarang. Barang dan tanah

yang terkontaminasi oleh spora bisa tetap infektif hingga puluhan tahun.

E. CARA PENULARAN

Sumber penyakit antraks adalah hewan ternak herbivora.Manusia terinfeksi antraks

melalui kontak dengan tanah, hewan, produk hewan yang tercemar spora antraks.Penularan

juga bisa terjadi bila menghirup spora dari produk hewan yang sakit seperti kulit dan bulu.

Pada hewan-hewan pemakan rumput, lapangan penggembalaan yang tercemar

Bacillus Anthrax merupakan media penyaluran penyakit yang paling efektif Bacillus

anthracis,. masuk ke dalam tubuh lewat pakan atau air minum melalui mulut. Nanah yang

keluar dari bisul pecah banyak mengandung Bacillus anthracis, dapat mencemari lingkungan

sekitarnya. Darah ternak yang positif sakit antraks banyak mengandung Bacillus anthracis,

sehingga melakukan penyembelihan memungkinkan darah menyebar dan merupakan sumber

penularan penyakit.

Penularan penyakit antraks pada manusia pada umumnya karena manusia

mengonsumsi daging yang berasal dari ternak yang mengidap penyakit tersebut. Meskipun

hanya mengonsumsi dalam jumlah kecil, Bacillus Anthrax mempunyai daya menimbulkan

penyakit sangat tinggi. Terlebih pada saat pertahanan tubuh manusia menjadi rendah akibat:

kelaparan, defisiensi vitamin A, keracunan (alkohol), kepayahan, iklim yang jelek (sangat

dingin/panas) dan cekaman (stres).

Disamping itu penularan pada manusia dapat melalui luka.Seyogianya peternak yang

memiliki luka pada bagian tubuhnya tidak masuk kandang ternak atau merawat ternak yang

diduga terserang penyakit antraks.Penularan penyakit dari manusia ke manusia jarang terjadi

meskipun ada kontak langsung dengan penderita.

Page 7: epid antraks

Antraks atau dikenal dengan radang limpa pada hewan dapat menyerang hewan: Sapi,

Babi, Kuda, Kerbau, Kambing, Domba, Binatang buas, Burung unta, itik dan Angsa.

Tanda-tanda Ternak Terserang Antraks adalah kematian mendadak tanpa disertai

tanda-tanda sebelumnya, keluar darah dari dubur, mulut, dan lubang hidung, darah berwarna

merah tua seperti ter. Pembengkakan di daerah leher, dada dan sisi lambung (limpa),

pinggang dan alat kelamin luar.

Pada penyakit antraks yang berlangsung perakut domba dan sapi banyak yang

mengalami kematian dalam waktu singkat. Proses yang berlangsung perakut tersebut

biasanya ditandai dengan gejala klinis berupa hewan tiba-tiba menjadi lemah secara

mendadak, demam, sesak nafas dapat juga disertai kekejangan dan keluarnya darah dari

lubang-lubang tubuh. Kematian berlangsung dalam beberapa menit sampai beberapa hari.

Beberapa penderita dapat pula mengalami keluhann dan mungkin akan mengalami

pembengkakan oedematous yang lunak dan panas pada jaringan di bawah kulit, terutama

pada bagian bawah perut dan pinggang. Lesi tersebut tidak menghasilkan suara krepitasi pada

saat dilakukan palpasi, hal ini disebabkan karena bacillus anthracis tidak membentuk

gas.Pada beberapa kasus juga ditemukan adanya tinja berdarah.

Kejadian antraks pada kuda juga memiliki gejala klinis sebagaimana

disebutkan.Hewan biasanya juga menunjukkan gejala klinis seperti kolik.Kematian dapat

terjadi sehari ataupun lebih lama bila dibandingkan dengan penyakit pada ruminansia.

Pada Babi, penyakit biasanya berlangsung lebih ringan dan berbentuk sebagai

faringitis dan bersifat subakut. Septisemia tidak ditemukan pada babi Radang yang terdapat

pada kelenjar limferegional yang bersifat septic akan menghilang secara spontan, meskipun

tidak ada pemberian antibiotika.

Penyakit yang ditimbulkan oleh Bacillus anthracis yaitu antraks kulit, saluran

pencernaan, saluran pernapasan, dan dapat sampai ke otak yang disebut antraks otak atau

meningitis. Antraks kulit terjadi karena disebabkan infeksi pada kulit sehingga spora Bacillus

anthracis dapat masuk melalui kulit.Antraks saluran pencernaan yang disebabkan karena

spora Bacillus anthracis yang tebawa oleh makanan yang telah terinfeksi dan sampai ke

saluran pencernaan.Antraks saluran pencernaan yang disebabkan karena spora Bacillus

anthracis yang terhirup.

Page 8: epid antraks

Adapun pada manusia penularan penyakit antraks seringnya melalui hal-hal sebagai berikut :

1. Kontak langsung dengan bibit penyakit yang ada di tanah atau rumput, hewan yang

sakit, maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan yang sakit seperti kulit, daging,

tulang dan darah.

2. Bibit penyakit terhirup orang yang mengerjakan bulu hewan (domba dll) pada waktu

mensortir. Penyakit dapat ditularkan melalui pernapasan bila seseorang menghirup

spora Antraks.

3. Memakan daging hewan yang sakit atau produk asal hewan seperti dendeng, abon dll.

F. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

1. Langkah Pencegahan

Langkah pencegahan dimaksudkan agar ternak-ternak yang ada tidak tertular

penyakit antraks selama jangka waktu tertentu.Dengan meningkatkan kekebalan ternak

setelah dilakukan suntikan pencegahan menggunakan vaksin tertentu secara periodik.Untuk

kawasan endemik antraks, vaksinasi seharusnya diulang setiap tahun secara

kontinyu.Keberhasilan langkah ini sangat ditentukan oleh kemudahan dan ketersediaan

vaksin.Untuk itu, Dinas Peternakan atau Pertanian harus bertanggung jawab dalam

pengadaan vaksin.

Pemberian vaksin antraks, kepada :

1. Orang yang bekerja langsung di laboratorium

2. Orang yang bekerja dengan kulit atau bulu hewan yang diimpor atau di daerah

dimana standar tidak cukup untuk mencegah infeksi spora antraks

3. Orang yang menangani produk hewan yang berpotensi terinfeksi di daerah daerah

insiden tinggi

2. Langkah pengobatan

Bacillus anthracis kerentanannya terhadap hampir semua antibiotika sangatlah

tinggi. Peniciline masih merupakan antibiotika yang paling ampuh.

Page 9: epid antraks

3. Langkah Pengawasan

Langkah ini untuk memantau kesehatan ternak secara umum di suatu wilayah (dukuh,

desa, kecamatan), khususnya terhadap penyakit antraks.Petugas Dinas Peternakan/Pertanian

harus mampu merangkul seluruh anggota kelompok tani ternak di wilayahnya agar mau

melaporkan kondisi kesehatan ternaknya dari waktu ke waktu.Peternak harus diyakinkan

bahwa ternak yang keluar (dijual) atau yang masuk (dibeli) benar-benar dalam keadaan sehat.

Pengawasan lalu lintas ternak antarprovinsi hendaknya lebih diperketat, agar ternak-

ternak yang sakit tidak berpindah wilayah sehingga penyebaran penyakit dapat

dicegah.Pemerintah hendaknya menerapkan dengan ketat pengawasan kesehatan masyarakat

veteriner, dengan penyembelihan ternak dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan melalui

pemeriksaan kesehatan prapenyembelihan dan pascapenyembelihan.Hanya daging yang

berasal dari ternak yang sehat yang boleh diperdagangkan dan dikonsumsi.Pelanggaran dari

larangan ini dapat dikenakan pidana berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

4. Pembinaan dan Bimbingan

Hubungan baik antara petugas atau tim pembina dan pembimbing dengan masyarakat

peternak harus tetap dipelihara dan dipupuk, melalui kegiatan pendidikan atau pelatihan,

penyuluhan maupun sarasehan secara berkala, utamanya di kawasan endemik antraks.

Langkah pembinaan dan pembimbingan tersebut antara lain dengan mengadakan kegiatan:

a. Sosialisasi Undang-undang Republik Indonesia No 6 Tahun 1967 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner. Sosialisasi

hendaknya dilakukan secara menarik sehingga hak dan kewajiban peternak dapat dipahami

dan disadari dengan baik.

b. Penyuluhan tentang manajemen zooteknis ternak potong (sapi, kerbau, kambing,

domba dan babi) dengan tekanan pada manajemen pencegahan dan penanganan penyakit.

Page 10: epid antraks

c. Pelatihan usaha ternak potong guna meningkatkan keterampilan peternak, meliputi:

sistem perkandangan, pakan, pemeliharaan, penyakit dan penanggulangannya, pengaturan

produksi/panen serta analisis ekonomi.

Dengan kegiatan ini maka peternak akan merasa diperhatikan dan menjadi lebih tahu

sehingga lebih mudah dilibatkan dalam upaya pengendalian penyakit antraks.(Dr.Ir. Djarot

Harsojo Reksowardojo MS/ Fakultas Peternakan Undip-35)

Langkah Penanganan terhadap Kawasan Penyakit Antraks:

1. Penutupan wilayah terhadap lalu lintas (keluar-masuk) ternak maupun lalu lintas

umum.

2. Mengisolasi ternak yang sakit pada suatu tempat yang terpindah dari lalu lintas ramai.

3. Penyucihamaan ternak yang sakit, dengan cara: lantai ditaburi kapur, membuka atap

kandang hingga sinar matahari dapat menjangkau seluruh luasan kandang selama

pengistirahatan kandang dan gunakan desinfektan yang sesuai untuk seluruh

permukaan dan bagian kandang.

4. Segera lakukan vaksinasi terhadap seluruh ternak yang masih sehat di seluruh

kawasan.

5. Jangan melakukan otopsi atau bedah mayat karena berisiko tinggi terhadap

penyebaran Bakteri.

6. Yakinkan tidak ada ternak sakit yang disembelih dan dagingnya dikonsumsi oleh

masyarakat. Bila ada, segera bawa konsumen ke rumah sakit untuk mendapat

penanganan atau perawatan selanjutnya.

7. Bakar bangkai ternak yang mati sampai habis atau kubur pada kedalaman 2,50 m di

dalam tanah. Sebelum bangkai ditimbun dengan tanah, tutuplah dengan kapur atau

disiram dengan larutan formalin.

8. Bunuh segera ternak yang dalam keadaan sakit parah.

9. Obati ternak yang terserang pada gejala awal dan isolasikan

10. Tutup padang atau lapangan penggembalaan dari aktivitas merumput.

Page 11: epid antraks

G. SEGITIGA EPIDEMIOLOGI

1. Agent

Pada penyakit antraks agent utamanya yaitu bakteri Bacillus anthracis. Bacillus

anthracis adalah organisme berbentuk batang yang sifatnya aerobik, gram positif, tidak

bergerak, dan mampu membentuk spora . Dalam kondisi tidak kondusif untuk tumbuh dan

memperbanyak diri, maka kuman akan mulai membentuk spora. Untuk pembentukan spora

diperlukan keberadaan oksigen bebas. Dalam situasi alamiah, siklus vegetatif terjadi dalam

lingkungan rendah oksigen dari induk semang terinfeksi, dan dalam tubuh induk semang

organisme tersebut secara khas berada dalam bentuk vegetatif. Begitu berada di luar tubuh

induk semang, spora mulai terbentuk dengan terdedahnya bentuk vegetatif terhadap udara.

Bentuk spora esensialnya adalah fase eksklusif di lingkungan.

Meskipun belum pernah diteliti di Indonesia, lalat dianggap mempunyai peran penting

dalam menyebarkan antraks secara mekanis terutama pada situasi wabah hebat di daerah

endemis. Kebanyakan lalat pengigit (biting flies) dari spesies Hippobosca dan Tabanus

bertindak sebagai penular yang bertanggung jawab terhadap terjadinya perluasan wabah besar

di Zimbabwe pada 1978-1979, dimana lalat meloncat dari satu komunitas ternak ke

komunitas lainnya. Lalat makan cairan tubuh bangkai ternak terjangkit antraks dan kemudian

mendepositkan feses atau muntahan yang mengandung kontaminan kuman dalam jumlah

besar pada helai daun pepohonan dan semak-semak di sekitarnya.

2. Host

Dalam hal ini yang menjadi host pada penyakit antraks yaitu manusia dan hewan

ternak itu sendiri. Manusia yang terkena penyakit antraks ditularkan melaui Kontak langsung

dengan hewan sakit, Menghirup spora dari hewan yang sakit, spora antraks yang ada di

tanah/rumput dan lingkungan yang tercemar spora antraks maupun bahan-bahan yang berasal

dari hewan yang sakit, seperti kulit, daging, tulang, dan darah., Mengkonsumsi daging hewan

yang sakit/mati dan produknya karena antraks dan Pernah dilaporkan melalui gigitan

serangga Afrika yang telah memakan bangkai hewan yang tertular kuman Antraks, serta

Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi.

Page 12: epid antraks

3. Lingkungan

Lingkungan yang kemungkinan penyebaran penyakita ntraks lebih cepat yaitu pada

daerah peternakan dan pada iklim kering dan cuaca panas. Dalam hal ini, iklim kemungkinan

mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung cara bagaimana ternak kontak dengan

spora antraks. Sebagai contoh, selama periode kering ternak merumput lebih dekat dengan

tanah oleh karena kebanyakan tanaman atau vegetasi menjadi layu dan juga meranggas,

sehingga membuka lebih besar kemungkinan spora antraks tertelan oleh ternak. Begitu juga

pola perilaku musim meningkatkan kemungkinan pendedahan terhadap spora antraks.

Terjadinya wabah antraks dilaporkan seringkali didahului dengan perubahan ekologi atau

iklim yang jelas, seperti banjir atau hujan yang diikuti dengan kekeringan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Antraks merupakanpenyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan

bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas. Sel bakteri tersebut

seperti spora untuk bertahan dari ganasnya kondisi. Spora tumbuh subur secara

berkoloni dalam tubuh binatang atau manusia.

2. Sumber penyakit antraks adalah hewan ternak herbivora. Manusia terinfeksi antraks

melalui kontak dengan tanah, hewan, produk hewan yang tercemar spora antraks.

Penularan juga bisa terjadi bila menghirup spora dari produk hewan yang sakit seperti

kulit dan bulu. Penularan penyakit antraks pada manusia pada umumnya karena

manusia mengonsumsi daging yang berasal dari ternak yang mengidap penyakit

tersebut. Meskipun hanya mengonsumsi dalam jumlah kecil, B.a. mempunyai daya

menimbulkan penyakit sangat tinggi. Terlebih pada saat pertahanan tubuh manusia

menjadi rendah akibat: kelaparan, defisiensi vitamin A, keracunan (alkohol),

kepayahan, iklim yang jelek (sangat dingin/panas) dan cekaman (stres).

Page 13: epid antraks

Disamping itu penularan pada manusia dapat melalui luka. Seyogianya peternak yang

memiliki luka pada bagian tubuhnya tidak masuk kandang ternak atau merawat ternak

yang diduga terserang penyakit antraks. Penularan penyakit dari manusia ke manusia

jarang terjadi meskipun ada kontak langsung dengan penderita.

3. Cara penanggulangan antraks dapat melalui upaya – upaya , antara lain pemberian

vaksin kepada orang – orang yang dapat menjadi agent penular antraks, pemberian

obat misalnya penicilin dengan dosis yang tepat, melakukan pengawasan, bimbingan

dan penyuluhan.

B. Saran

Masyarakat dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan ternak harus

berhati – hati.Selalu memakai alat pelindung diri dan menjaga hygiene perorangan agar tidak

terkena spora Bacillus anthracis.Banyak membaca informasi tentang antraks diharapkan

dapat lebih meningkatkan pemahaman dan pecegahan secara dini. Jika terjadi infeksi segera

di bawa ke rumah sakit agar segera mendapatkan pertolongan dan di harapkan tidak menular

kepada yang lain.

Page 14: epid antraks

DAFTAR PUSTAKA

http://rahmahpublichealth.blogspot.com/2011/11/anthrax.html

Akbid.2010.AnthraxPenyakitHewanyangPerluDiwaspadaiBadanLitbangPertanian.htt

p://uchenk-korzlet01.blogspot.com/2008/11/makalah-akbid-anthrax.html

Anonim.2008.MengenalBacillusanthracis.http://witarto.wordpress.com/2008/01/16/

mengenal-bacillus-anthracis/

http://alloybluebird.blogspot.com/2012/05/makalah-epidemiologi-tentang-wabah.html

http://enrisyu-publichealth.blogspot.com/2012/11/penyakit-anthrax.html

Page 15: epid antraks

EPIDEMIOLOGI

PENYAKIT ANTRAKS

DISUSUN OLEH :

SUB 1 KELOMPOK B

SWADANA / SEMESTER IV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

SURABAYA

TAHUN 2014

Page 16: epid antraks

ANGGOTA SUB 1 :

Embun Fitria P (P27833112014)

Faizah Pertiwi (P27833112016)

Antika Navya E (P27833112021)

Restty Andhani (P27833112022)

Leoni Puspita A (P27833112023)