Environmental Law: an Opinion

4
Annida Unnatiq Ulya 15/389591/PMU/08550 Instrumen Ekonomi Lingkungan dan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup berdasarkan Asas Pencemar Membayar (Polluter Pays Principle): Review UU No. 32 Tahun 2009 di Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dikenal memiliki beragam sumber daya alam (SDA) yang dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan berkelanjutan. Kesejahteraan rakyat di Indonesia seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dicapai melalui pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan ingkungan. Secara lanjut, UU No. 32 Tahun 2009 mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa pembangunan berkelanjutan yang dimaksudkan adalah upaya terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi dalam pelaksanaannya. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia menggantikan UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai usaha untuk menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan terhadap hak setiap orang atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta perlindungan terhadap keseluruhan ekosistem. Pembangunan nasional yang dilaksanakan pada dasarnya selalu berkaitan dengan ekonomi 1

description

Environmental Law: an Opinion.Environmental Science.

Transcript of Environmental Law: an Opinion

Page 1: Environmental Law: an Opinion

Annida Unnatiq Ulya

15/389591/PMU/08550

Instrumen Ekonomi Lingkungan dan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup berdasarkan Asas Pencemar Membayar (Polluter Pays Principle): Review

UU No. 32 Tahun 2009 di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dikenal memiliki

beragam sumber daya alam (SDA) yang dimanfaatkan untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat melalui pembangunan berkelanjutan. Kesejahteraan rakyat di

Indonesia seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dicapai melalui pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional

dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan ingkungan. Secara lanjut,

UU No. 32 Tahun 2009 mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

menjelaskan bahwa pembangunan berkelanjutan yang dimaksudkan adalah upaya

terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi dalam

pelaksanaannya.

UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup di Indonesia menggantikan UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup sebagai usaha untuk menjamin kepastian hukum dan memberikan

perlindungan terhadap hak setiap orang atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta

perlindungan terhadap keseluruhan ekosistem. Pembangunan nasional yang

dilaksanakan pada dasarnya selalu berkaitan dengan ekonomi dan lingkungan hidup

sebagai penyedia sumber daya. Oleh karena itu, instrumen ekonomi lingkungan hidup

dimasukkan ke dalam undang-undang tersebut sebagai upaya untuk melestarikan

lingkungan melalui kebijakan-kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Instrumen ekonomi lingkungan hidup diatur dalam Bab V tentang Pengendalian, Bagian

Kedua mengenai Pencegahan, tepatnya pada Paragraf 8 Pasal 42 dan Pasal 43. Undang-

undang ini telah memunculkan landasan aturan antaralain mengenai perencanaan

pembangunan dan kegiatan ekonomi, pendanaan lingkungan hidup dan

insentif/disinsentif. Selain itu, undang-undang ini juga mengatur mengenai penyelesaian

sengketa lingkungan hidup baik di luar maupun di dalam (melalui) pengadilan pada

Pasal 85 hingga Pasal 87. Ketentuan yang diatur pada Pasal 87 merupakan realisasi asas

1

Page 2: Environmental Law: an Opinion

pencemar membayar (polluter pay principle) dalam hukum lingkungan (UU No. 32

Tahun 2009).

Polluter pay principle atau yang dikenal dengan asas pencemar membayar

dicetuskan oleh Ronald Coase. Di Indonesia asas ini diakomodasi melalui undang-

undang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mengatur kewajiban

membayar ganti rugi dan tindakan hukum tertentu bagi para pencemar atau perusak

lingkungan (UU No. 32 Tahun 2009). Sebagai contoh adalah kewajiban ganti rugi atas

pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh buangan limbah suatu perusahaan yang

tidak sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditentukan dan biaya pemulihan

lingkungan akibat kegiatan pertambangan. Beberapa instrumen kontrol terhadap polusi

atau pencemaran lingkungan di Indonesia sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2009 yang

mengakomodasi polluter pay principle antaralain:

No Instrumen Status Pelaksanaan di Indonesia1. Kompensasi/imbal jasa

lingkungan hidup antardaerah

Telah dilaksanakan Pelaksanaannya sedang berlangsung

sebagai bentuk perlindungan dan pelestarian lingkungan. Setiap pelaku pencemar atau perusakan lingkungan wajib membayar ganti rugi akibat kerusakaan maupun pencemaran yang dilakukan dan dapat menerima sanksi hukum.

2. Dana jaminan pemulihan lingkungan hidup

Telah dilaksanakan

3. Dana penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan dan pemulihan lingkungan hidup

Telah dilaksanakan

4. Penerapan pajak, retribusi dan subsidi lingkungan hidup

Dalam tahap perencanaan

Rencana pelaksanaan carbon pricing (pajak karbon) di Indonesia.

5. Pengembangan sistem label ramah lingkungan hidup

Mulai dilaksanakan oleh corporate.

Terbatas pada perusahaan besar karena biaya eco-label yang mahal.

Pada akhirnya, instrumen ekonomi lingkungan berkaitan dengan adanya asas

pencemar membayar (polluter pay principle) dalam hukum lingkungan. Sebagai contoh

adalah rencana pelaksanaan carbon pricing atau dikenal dengan pajak karbon yang

disusun melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Indonesia 2015-2019

(KOMPAS, 15/09/28).

PUSTAKA:

UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

http://print.kompas.com/baca/2015/09/28/Carbon-Pricing-Harus-Diterapkan-Lebih-

Komprehensif

2