Ekuitas

11
 BAB 11 EKUITAS A. Pengertian Menurut IAI ekui tas adalah hak resid ualatas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Sedangkan menurut FASB dalam SFA C no.6 ekuitas adala h ke tertarik an si sa asset suat u enti tas ya ng tetap set el ah di kuran gi kewaji ban. kuitas dide!i nisi sebagai hak residu al untuk menunju kan ekuitas  bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomik masa datang. "ilai ekuitas bergantung pasa bagaimana asset dan kewajiban dihitung #o!rey$ hodgson$ dan holmes %&''() mebedakan ekuitas dan kewajiban atas kriteria sebagai berikut * a. +ak ,ha k masin g,masing pihak atas penyel esai an klai m  b. +ak penggunaan asset dalam operasi -. Substansi ekonomi k per jan ji an reditor dan pemegang saham sama,sama mempunyai klaim atau hak untuk dilunasi atas dana yang ditanamkan dalam perusahaan. Akan tetapi$ terdapat dua karakteristik yang melekat pada kreditor yaitu * &. /enye lesaian klaim k redito r pada t angga l terten tu mela lui tran s!er asset 0. /ri ori tas diat as pemil ik dalam penye lesa ian klai m mereka dalam hal likuidasi +ak kre dit or jui ga ber bed a den gan pemilik %pem egan g saham) dal am hal  penggunaan asset. reditor pada umumnya tidak memiliki hak kendali dalam  penggunaan asset perusahaan. Mereka juga tidak mempunyai hak pengambilan keputusan operasi perusahaan se-ara langsung. 1ilain pihak$ pemegang saham me mp unyai semu a ha k it u na mun pe mi li k memp un yai ta nggu ng jawa b sepenu hny a atas resi ko yan g dia lami per usa haa n dan kre dito r menang gun g aresiko yang lebih ke-il. /erjanjian menimbulkan hak dan kewajiban. substansi ekonomik perjanjian antara kreditor dengan perusahaan berbedadengan antara pemegang saham dan  perusahaan dalam hal resiko terhadap rugi. arena kreditor diprioritaskan$ resiko mereka lebih ke-il dari pemegang saham. /emegang saham menanggun g segala resiko yang berkaitan dengan operasi perusahaan. 2leh karena itu$ hak kreditor 1

description

ekuitas saham

Transcript of Ekuitas

BAB 11 EKUITAS

A. PengertianMenurut IAI ekuitas adalah hak residualatas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Sedangkan menurut FASB dalam SFAC no.6 ekuitas adalah ketertarikan sisa asset suatu entitas yang tetap setelah dikurangi kewajiban. Ekuitas didefinisi sebagai hak residual untuk menunjukan ekuitas bukan kewajiban. Ini berarti ekuitas bukan pengorbanan sumber ekonomik masa datang. Nilai ekuitas bergantung pasa bagaimana asset dan kewajiban dihitungGofrey, hodgson, dan holmes (1997) mebedakan ekuitas dan kewajiban atas kriteria sebagai berikut :a. Hak-hak masing-masing pihak atas penyelesaian klaimb. Hak penggunaan asset dalam operasic. Substansi ekonomik perjanjianKreditor dan pemegang saham sama-sama mempunyai klaim atau hak untuk dilunasi atas dana yang ditanamkan dalam perusahaan. Akan tetapi, terdapat dua karakteristik yang melekat pada kreditor yaitu : 1. Penyelesaian klaim kreditor pada tanggal tertentu melalui transfer asset2. Prioritas diatas pemilik dalam penyelesaian klaim mereka dalam hal likuidasiHak kreditor juiga berbeda dengan pemilik (pemegang saham) dalam hal penggunaan asset. Kreditor pada umumnya tidak memiliki hak kendali dalam penggunaan asset perusahaan. Mereka juga tidak mempunyai hak pengambilan keputusan operasi perusahaan secara langsung. Dilain pihak, pemegang saham mempunyai semua hak itu namun pemilik mempunyai tanggung jawab sepenuhnya atas resiko yang dialami perusahaan dan kreditor menanggung aresiko yang lebih kecil.

Perjanjian menimbulkan hak dan kewajiban. substansi ekonomik perjanjian antara kreditor dengan perusahaan berbedadengan antara pemegang saham dan perusahaan dalam hal resiko terhadap rugi. Karena kreditor diprioritaskan, resiko mereka lebih kecil dari pemegang saham. Pemegang saham menanggung segala resiko yang berkaitan dengan operasi perusahaan. Oleh karena itu, hak kreditor sebenarnya berbeda dengan hak pemegang saham, kreditor berhak atas pelunasan sedangkan pemegang saham berhak atas pembagian laba (residual). jadi secara substansi ekonomik, kreditor menanggung resiko lebih kecil dan dengan demikian mendapat imbalan tetap berupa bunga dan pokok pinjaman sedangkan pemegang saham menanggung resiko lebih besar sehingga berhak atas kembalian (rate of return) yang berfariasi melalui pembagian laba (participation in profits).

B. Komponen Ekuitas Pemegang Saham

C. Tujuan Pengungkapan EkuitasPengungkapan infromasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statemen keuangan. Pada umumnya , tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang kepentingan efisiensi dan kepemgurusan manajemen. Tujuan yang lain adalah menyediakan informasi tentang riwayat serta prospek investasi pemilik dan pemegang ekuitas lainya. Informasi tentang kewajiban yuridis perseroan terhadap para pemegang saham juga merupakan salah satu tujuan pengungkapan ekuitas ini. Informasi yang harus disampaikan yaitu :1. Sumber ekuitas pemegang saham beserta riwayat.2. Peraturan yuridis yang membatasi pembagian deviden dan pengembalian modal setoran kepada pemegang saham.3. Prioritas beberapa golongan pemgang saham atau pemgang ekuitas lainya.

D. Pembedaan Modal Setoran dan Laba DitahanDilihat dari sumbernya, ada beberapa komponen yang membentuk ekuitas pemegang saham yaitu :1. Jumlah rupiah yang disetorkan oleh pemegang saham2. Laba ditahan yang merupakan sisa laba setelah pembagian deviden3. Jumlah rupiah yang timbul akibat apresiasi/ revaluasi aset fisis tertentu4. Sumber lainyaPembedaan dua elemen ekuitas pemegang sangat penting.modal setoranperlu dibedakan dengan laba ditahan karena modal setoran merupakan bentuk kontrak yuridis yang harus dipertahankan keutuhannya sedangkan laba ditahan merupakan modal yang tercipta atau terhimpun karena pemanfaatan asset. Modal setoran merupakan perubahan asset dalam rangka pendanaan sedangkan laba ditahan merupakan perubahan aset dalam rangka produksi.

E. Modal YuridisModal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa ada sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak lain. Bentuk ketentuan hukum adalah bahwa saham harus mempuyai nilai nominal atau minimum yang dinyatakan untuk menunjukan hak yuridis. Modal yuridis merupakan jumlah rupiah minimal yang harus disetor oleh investor sehingga berbentuk modal yuridis.Akuntasi menganggap pengungkapan modal yuridis tidak penting karena akuntansi lebih menekankan pada jumlah rupiah yang benar-benar disetor pemegang saham sebagai jumlah rupiah kontrak antaraperseroan dengan pemegang saham. Pengungkapan modal yuridis hanya sematamata untuk menujukan batas jumlah asset yang dapat didistribusikan kepada pemegang saham baik dalam bentuk deviden maupun likuidasi modal dan dianggap hal ini memeberi informasi terhadap batas perlindungan bagi kreditor.

F. Besarnya Modal YuridisModal yuridis dapat sama dengan jumlah yang dikenal dengan nama modal saham. Modal saham menunjukan jumlah rupiah perkalian antara cacah saham beredar dengan nilai nominal per saham. Jumlah ini merupakan jumlah rupiah yang secara yuridis menjadi pemegang saham walaupun dalam transaksi pembalian saham jumlah rupiah yang disetor/dibayarkan melebihi modal yuridis tersebut.Walaupun dalam praktit akuntansi dalam kenyataanya memecah modal setoran menjadi modal saham dan modal setoran lain, modal saham sebenaranya tidak harus menunjukan modal yuridis kearena mnodal saham dapat berbeda jumlahnya dengan modal yuridis. Berapapun besarnya modal yuridis, modal ini harus dipisahkan dengan yang lain.

G. Modal Setoran LainKarena tidak bermakna ekonomik, saham dapat diterbitkan tanpa nilai nominal (non par stock). Ada dua alas an penerbitan saham tanpa niali nominal yaitu:1. Untuk menghindari utang bersyarat dalam hal saham terjual dibawah harga saham nominal.2. Tidak ada hubungan antara nilai nominal dengan harga pasar sahamNamun demikian, penerbitan saham tanpa nilai nominal terseebut dapat menimbulkan persoalan khususnya dalam hal perusahaan dilikuidasi karena akan sulit untuk menentukan dasar pembagian kekayaan perusahaan. Disamping itu perlingdungan kreditor akan menjadi tidak jelas karena seakan-akan tidak ada batas jumlah yang dap[at dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden dan likuidasi modal. Yang lebih tidak mengungtungkan lagi bagi pihak kreditor dan pihak berkeoentinga lainnya adalah bahwa saham tanpanilai nominal dijual dengan harag asanagat rendah semata-mata utnuk tujuan pergeseran kepemilikan atau mempengaruhi harga saham. Hendriksen dan Van Breda (1992) berpendapat bahwa pengungkapan modal yuridis tidak diperlukan kecuali pada perusahaan yang baru berdiri. Paton dan Littleton (1970) menyatakan bahwa modal saham dan modal setoran lain merupakan komponen yang harus dianggap sebagai satu kesatuan dan jumlah rupiahnya harus ditotal untuk menunjukan modal setoran total. Akan tetapi harus dibedakan antara modal setoran dengan laba ditahan Pasal 42 UU no. 1 tahun 1995 menetapkan bahwa saham tanpa nilai nominal tidak dapat diterbitkan. Ketentuan ini sebenarnya dimaksudkan untuk menentukan modal yuridis. Paton dan Littleton menegasakan bahwa perseroan merupakan isaha maupun kesatuan hukum. Sifat ganda ini menjadikan akuntansi mempunyai fungsi ganda pula yaitu menyajikan data ekonomik sekaligus mencerminkan aspek yuridis yang sebenarnya.

H. Perubahan Modal SetoranBerbagai sumber perubahan modal setoran dengan berbagai masalah teoritisnya adalah :a. Pemesanan sahamb. Obligasi kontroversi atau berhak-tukarc. Saham istimewa terkonversid. Deviden sahame. Hak beli sahamf. Saham treasuri

I. Pemesanan Saham Pada umumnya, investor yang berminat membeli saham harus memesan lebih dahulu saham yang akan dibeli dengan harga sesuai dengan kesepakatan pada saat pemesanan. Yang menjadi masalah adalah apakah jumlah rupiah saham pesanan tersebut dapat diakui sebagai modal setoran.

Secara konseptual, ekuitas pemegang saham bersifat seperti kewajiban. Oleh karena itu, jumlah rupiah saham pesanan dapat diakui sebagai modal setoran hanya apabila kedua syarat berikut dipenuhi :1. Jumalah rupiah yang disepakati dalam pemesanan merupakan klaim yuridis bagi perusahaan terhadap pemesan dan tidak dapat dibatalkan2. Harga pemesanan tersebut akan ditagih penerbit dalam perioda yang cukup pasti dan tidak terlalu lama

J. Obligasi TerkonversiDalam hal tertentu, perusahaan menerbitkan obligasi dengan karakteristik bahwa obligasi tersebut dapat ditukarkan dengan saham biasa atas kehendak pemegang obligasi dalam hal periode konversi tertentu. Kalau hak tukar tersebut diambil (exercised), yang terjadi adalab perubahan status kewajiban menjadi modal setoran. Masalah teoritisnya adalah menentukan jumlah rupiah yang dapat dianggap sebagai modal setoran sehingga modal saham dan kelebihan diatas modal saham (kalau ada) dapat ditentukan. Dalam hal ini, ada 2 nilai yang dapat digunakan sebagai basis kapitalisasi, yaitu:1. Nilai buku atau nilai bawaan obligasi saat penukaran2. Harga pasar obligasi atau harga pasar saham (mana yang lebih objektif)Modal saham tergantung kasusnya. Dengan demikian, tidak ada untung atau rugi yang diakui pada saat transaksi pertukaran tersebut. Esensi transaksi tersebut hanyalah mengubah status jumlah rupiah utang menjadi utang pemegang saham. Pendekatan didasari konsep kesatuan usaha karena kreditor dan pemegang saham mempunyai kedudukan yang sama sebagai investor dengan kepentingan yang sama. Oleh karena itu, pertukaran tersebut tidak mempunyai substansi ekonomik sehingga tidak dapat menimbulkan untung atau rugi. Alasan yang lain adalah bahwa pada saat obligasi diterbitkan semua penerimaan kas diperlukan sebagai utang. Artinya, tidak dipisahkan jumlah rupiah yang melekat pada obligasi sebagai obligasi biasa dan pada hak tukar. Hak tukar dianggap melekat pada obligasi sehingga tidak dapat diukur secara pasti nilainya.karena hak tukar tidak dapat di ukur dengan pasti, nilai buku obligasi murni juga jika harga pasar obligasi dapat ditentukan. Jadi, kepraktisan dan objektifitas pengukuran tidak menghendaki pengakuan untung dan rugi.

K. Saham Prioritas OverheadPengukuran jumlah rupiah yang harus diakui sebagai modal setoran dapat menggunakan cara seperti pada obligasi terkonversi. Dengan pendapatan pertama, nilai nominal saham prioritas plus porsi premium atau diskun ditransfer kemodal pemegang saham dan premium atau diskon modal pemegang saham biasa. Tidak ada untung atau rugi yang diakui pada saat konversi tersebut ini berarti bahwa jumlah rupiah yang mula-mula diterima pada saat menerbitkan saham prioritas dianggap sebagai modal setoran mula-mula untuk saham biasa. Perlu dicatat bahwa jumlah rupiah ini buka merupakan nilai likuidasi saham prioritas karena nilai likuidasi saham prioritas adalah sebesar nilai nominalnya. Itulah sebabnya porsi premiun atau diskun juga ikut ditransfer. Kalau porsi premium tidak ditransfer dan semua saham prioritas dikonversi menjadi saham biasa maka akan terjadi kejanggalan karena akan dapat premium saham prioritas padahal tidak ada saham prioritas yang beredar. Konversi ini semata-mata menandai perubahan status atau hak dua golongan pemegang saham. Perubahan ini sering disertai penerbitan sertifikat saham biasa baru dan penarikan sertifikat saham prioritas atau istimewa.

L. Deviden Saham Pemecahan saham adalah penurunan nominal (atau nilai nyata) persaham dengan cara menukar tiap satu saham yang beredar dengan dua atau lebih saham baru yang nilai nominal per sahamnya merupakan pecahan dari nilai nominal saham semula. Bila perusahaan mendistribusi dividen saham 20% tanpa disertai kapitalisasi, perusahaan sebenarnya telah menurunkan nilai nominal per saham menjadi 100/120 dari nilai nominal semula.

M. Karakteristik Deviden SahamBagi pemegang saham, dividen saham bukan merupakan pendapatan atau laba. Berbagai teori atau argumen diajukan untuk menjelaskan mengapa dividen saham bukan merupakan laba bagi penerimanya. Dari sudut pandang kesatuan usaha, dividen saham bukan merupakan pembagian laba karena tidak ada penurunan aset perusahaan atau kenaikan utang perusahaan. Hal ini berbeda dengan dividen kas jelas merupakan pendapatan bagi penerima karena ada transfer kemakmuran ke pemegang saham.Bila dividen saham dipandang sebagai pendapatan in natura karena menaikan nilai investasi, pendapatan tersebut belum terealisasi bila belum dijual oleh penerimanya. Investasi naik karena dividen saham dapat di jual atau kalau tidak dijual penerima berhak menerima dividen tunai dimana yang akan datang atas saham tersebut.

Dari sudut pandang kesatuan pemilik, dividen saham bukan merupakan laba bagi penerimanya. Alasannya adalah bahwa laba perseroan juga merupakan laba pemilik. Oleh karena itu dividen kas dianggap sebagai pengambilan atau prive oleh pemilik dari sesuatu yang memang sudah menjadi haknya sehingga tidak ada tambahan kemakmuran. Dividen saham juga bukan merupakan laba tetapi sekedar teklasifikasi ekuitas. karena sudut pandang akuntansi adalah kesatuan usaha, apakan dividen saham pendapatan bagi pemegang saham sebenarnya bukan masalah yang relevan. Yang relevan bagi perusahaan adalah apakah dividen saham dipansang sebagai reklasifikasi ekuitas dan bila demikian bagaimana kapitalisasi diukur.

N. Kapitalisasi Atas Dasar Nilai NominalKalau tujuan penyajian informasi modal pemegang saham adalah untuk menunjukan modal yuridis (legal capital), kapitalisasi dividen saham harus hanya sebesar nilai nominal atau nyataannya jumlah ini sebesarnya merupakan jumlah minimal yang harus dikapitalisasi untuk memenuhi ketentuan yuridis. Alasan pendukung kapitalisasi hanya sebesar nilai yuridis adalah bahwa dividen saham bukan merupakan pendapatan dan mengkapitalisasi sebesar harga pasar memberi kesan bahwa dividen tersebut merupaka pendapatan yang direinvestasi kedalam perusahaan. Alasan lain yang dianggap cukup kuat adalah bahwa harga pasar menggambarkan harga seluruh ekuitas pemegang saham (modal setoran dan laba ditahan). Jadi sangat tridak logis mentransfer jumlah yang merefleksi elemen modal setoran dan laba ditahan ke modal setoran itu sendiri.

O. Kapitalisai Atas Dasar Harga SahamWalaupun dividen saham berbeda dengan dividen kas, sebagai dividen keduanya dianggap sebagai distribusi ke pemilik. Oleh karena itu, dividen saham dapat di pandang sebagai pengganti dividen kas karena dividen daham mempunyai nilai. Paling tidak, pemegang saham dapat menjual saham tersebut kalau dividen kas yang diharapkan dan investasi semula tidak berubah. Nilai tersebut diukur atas dasar harga saham. dengan demikian harga pasar merupakan dasar yang tepat untuk menentukan kapitalisasi berbagai dasar pikiran mendukung hal ini.

P. Hak Beli SahamHak beli saham adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham lama untuk membeli sejumlah saham (proposional dengan pemilikan). Hak ini biasanya dimaksudkan untuk mempertahankan pemilikan pemegang saham lama. Pada umumnya, hak beli saham umurnya tidak lama dan beli harga saham dengan hak beli tersebut biasanya lebih rendah dari harga pasar saham bersangkutan. Oleh karena itu, hak beli saham sering dianggap mempunyai harga pasar sehingga timbul pendapat bahwa hak beli saham tersebut dikapitalisasi. Harga pasar hak beli saham ini adalah sebesar selisih harga pasar saham sengan harga yang harus dibayar pemegang saham yang mempunyai hak beli saham. Perlukah jumlah rupiah selisih ini dikapitalisasi.

Bila dividen saham dapat dikapitalisasi maka hak beli saham juga dapat dikapitalisasi karena hak beli saham dapat dianggap sebagai dividen saham dengan nilai sebesar harga pasar hak beli saham. jumlah ini dikapitalisasi ke modal setoran lain. Argumen dibantah dengan alas an bahwa kapitalisasi hak belisaham menjadi modal setoran adalah tidak logis karena tidak ada sumber ekonomi yang disetorkan oleh pemegang saham dan tidak ada saham baru yang diterbitkan. Lain halnya dengan kupon beli saham atau waran yang di bahas sesudah opsi saham berikut.

Q. Opsi Saham Secara umum opsi diartikan sebagai klaim untuk membeli atau menjual saham tertentu yang sengaja diciptakan oleh investor untuk dijual kepada investor lain. Dalam arti khusus, opsi saham adalah semacam kontrak yang membeli hak kepada karyawan perusahaan (termasuk manager atau pemimpin) untuk membeli saham perusahaan dalam jangka waktu tertentu dengan harga yang tertentu pula. pada umumnya harga pengambilan dibawah harga pasar saham yang bersangkutan atau harga yang ditawarkan kepada pihak lain. Kebijakan semacam ini sering disebut dengan program opsi saham karyawan. Opsi saham ini biasanya digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan loyalitas dan motivasi karyawan dengan menjadikan mereka pemilik perusahaan dan utnuk menambah penghasilan karyawan (sebagai konvensasi tambahan). Banyaknya saham yang dapat dibeli dan harga opsi dapat ditentukan pasa saat hak opsi diberikan atau bergantung pada beberapa kejadian dimasa mendatang seperti pertumbuhan perusahaan dan perubahan harga saham.

R. WaranWaran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga dan jangka waktu tertentu (pasal 30). perbedaan waran dengan hak beli saham dan opsi saham dalam beberapa aspek, yaitu:

PSAK No.41 telah menetapkan perlakuan akuntansi untuk berbagai jenis waran sebagai berikut:Jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang atau ekuitas yang disertai waran lepas dialokasi ke sekuritas dan waran atas dasar nilai wajar masing-masing komponen pada saat penerbitannya. jumlah rupiah yang melekat pada sekuritas dilaporkan sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal 15). apabila waran diambil, jumlah rupiah yang melekat pada waran dikapitalisasi ke modal saham dan agio saham (bila ada) apa bila waran tidak diambil sampai masa opsi berakhir, jumlah rupiah tecatat warantetap diperlakukan sebagai modal setoran lain (pasal 16). seluruh jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang/ekuitas) yang disertai waran lekat diakui seluruhnya sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal 17). penerbitan waran bebas diperlakukan sebagai modal setoran lain sebesar jumlah rupiah hasil penerbitan tersebut. bila waran bebas diterbitkan secara cuma-cuma, tidak diperlukan penaksiran nilai waran untuk diakui sebagai modal setoran lain (pasal 18-19).

DAFTAR PUSTAKASuwardjono. 2014. Teori Akuntansi Perelayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE

11