EKSTRAKSI KARAGINAN
Click here to load reader
-
Upload
dely-utami -
Category
Documents
-
view
1.083 -
download
21
Transcript of EKSTRAKSI KARAGINAN
EKSTRAKSI KARAGINAN
Oleh :
Nama : Hani Khoiril KhasanatiNIM : B1J008026Kelompok : 4Asisten : Sani Iskandar
LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2010
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumput laut merupakan salah satu bahan makanan baru yang sudah banyak
dikembangkan. Jenis yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah
karena mengandung agar- agar, karaginan, porpiran, maupun furcelaran. Karaginan
merupakan suatu senyawa polisakarida yang tersusun dari unit D-galaktosa dan L-
galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1-4 glikosidik. Jenis
utama penghasil karaginan umumnya adalah Eucheuma spinosum, E.striatum, dan
E.cotonii. penggunaan karaginan yang utama dalam bidang industri adalah untuk
gelasi, pengentalan, stabilisator, emulsifier dan untuk suspensi serta pengendalian
pertumbuhan kristal (Indriani dan Sumiarsih, 1999).
Rumput laut yang mengandung karaginan dapat digunakan untuk membuat
permen jelly. Permen jelly merupakan produk yang dibuat dari rumput laut yang
telah dilembutkan dengan blender dengan penambahan gula karamel sesudah
pengentalan melalui penguapan sampai pada suatu keadaan yang tidak
memungkinkan terjadinya pembusukan oleh mikroba (Marliyati, 1992).
Struktur khusus dari produk permen jelly disebabkan oleh terbentuknya
kompleks gula dan pektin. Gula adalah suatu istilah umum yang selalu diartikan bagi
setiap karbohidrat yag digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri pangan
biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa, gula yang diperoleh dari bit atau
tebu (Mulan, 1986). Pemanis lain yang digunakan dalam pangan adalah madu,
glukosa, fruktosa, maltosa, laktosa, sorbitol, manitol, gliserin dan pemanis buatan.
Selanjutnya Marliyati (1992), menambahkan bahwa gula sering ditambahkan ke
dalam makanan sebagai pemanis dan dapat bertindak sebagai pengawet makanan.
Dalam industri rumah tangga pemanfaatan rumput laut dapat juga digunakan
untuk pembuatan fried seaweed yang dalam hal ini mungkin masih sangat jarang
untuk penerapannya. Rumput jenis E.cotonii sebenarnya mempunyai sejumlah
kandungan karbohidrat, vitamin B dan E, riboflavin, asam panthotenat yang dapat
diserap oleh tubuh (Insan, 2001).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui proses ekstraksi
karaginan dan mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dari setiap tahapan
dalam ekstraksi.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu thermometer, pH meter,
timbangan , gelas ukur, bak plastik, hot plate, saringan 60 mesh, pipet ukur, oven,
beaker glass, erlenmeyer 1 ltr, freezer, pengaduk, kain kasa, blender, preasure
coocker, labu ukur, gelas piala, stop wacth, dan penjedal.
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu Eucheuma cottonii,
akuades, NaCl 0,05%, Alkohol 95%, dan KOH 10%.
B. Metode
Metode yang digunakan meliputi beberapa tahapan Ekstraksi Karaginan yaitu
sebagai berikut :
1. Persiapan
Rumput laut yang digunakan adalah Eucheuma cottonii yang kering
ditimbang seberat 30 g.
2. Perebusan
Rumput laut direbus dalam pressure coocker pada suhu 1200C. Selama 15
menit dengan perbandingan 1:15 (15 ml air ditambahkan ke dalam 1 gram
rumput laut kering), kemudian dihaluskan dengan blender dan ditambahkan
dengan air (900C).
3. Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan merebus rumput laut selama 6 jam dengan
perbandingan 1:30. nilai pH air ekstraksi diatur dengan menambahkan larutan
KOH 10% sehingga pHnya menjadi 8-9.
4. Penyaringan
Hasil yang didapat kemudian disaring dengan kain kasa dalam keadaan panas
untuk menghindari pembentukan gel.
5. Pemucatan
Tambah NaCl 0,05% untuk memudahkan pengendapan.
6. Pengendapan
Tahap ini dilakukan dengan menambahkan alkohol 95% dengan
perbandingan 1:2 sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk selama 15 menit
sampai terbentuk serat-serat karaginan.
7. Perendaman
Serat basah karaginan yang didapat kemudian direndam kembali dengan
alkohol 95% selama 30 menit sehingga didapat serat karaginan yang lebih
kaku, kemudian diperas lagi.
8. Pengeringan
Hasil endapan tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu 600C hingga
kering selama 15-20 menit.
9. Analisis hasil
Karaginan yang didapat kemudian dihitung rendemen. Adapun kandungan
rendemen karaginan dapat dihitung dengan menggunakan metode yang
dilaporkan oleh Glieksman (1978) dengan rumus:
Rendemen agar (%) = Berat senyawa alginat X 100% Berat rumput laut kering
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil berat kering karaginan yang diperoleh dalam praktikum ini adalah 6,67
gr. Sehingga rendeman agarnya (%) yaitu bobot lembaran agar dibagi dengan bobot
rumput laut :
= 6,67 gr x 100 % 30 gr
= 22,23 %
B. Pembahasan
Beberapa jenis rumput laut penting dalam dunia perdagangan internasional
sebagai penghasil ekstrak karaginan. Karaginan merupakan suatu filakoid yang
berupa polisakarida. Karaginan merupakan sumber hidrokoloid penting sehingga
hasil ekstraksinya dapat digunakan sebagai penebal, pengemulsi, penstabil,
pengental, dan pengikat substansi pada industri makanan, farmasi, kosmetik, tekstil,
keramik, dan karet (Indriyani, 1999).
Termasuk rumput laut merah dengan klasifikasi menurut Alexopoulus (1996),
adalah :
Divisi : Rhodophyta
Class : Rhodophyceae
Ordo : Eucheumales
Family : Eucheumaceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma cottonii
Berdasarkan hasil perhitungan karaginan didapatkan kandungan karaginan
sebesar 22,23 %. Hasil ini sesuai dengan kisaran Anggadireja et al. (2006) yaitu 8
hingga 32 % tergantung jenis, musim dan kondisi perairan tempat tumbuhnya
Eucheuma cotonii. Kondisi lingkungan tersebut mempengaruhi laju fotosintesis
rumput laut sehingga berpengaruh pada pertumbuhan rumput laut yang pada
akhirnya juga berpengaruh pada karaginan yang dihasilkan, yang menyatakan bahwa
pertumbuhan rumput laut ditentukan oleh tempat tumbuhnya. Laju pertumbuhan,
fotosintesis dan respirasi pada rumput laut cenderung berkorelasi dengan suhu,
cahaya, pH dan nutrien tempat tumbuhnya. Suhu berpengaruh terhadap hasil
rendemen karaginan. Proses pemanasan pada saat ekstraksi membuat proses estraksi
lebih mudah sehingga karaginan yang terlepas dari dalam thalus semakin banyak.
Proses pembuatan tepung karaginan dari rumput laut secara hidrasi melalui
tahapan seperti ekstraksi, pengendapan, pengeringan, dan penepungan. Sebelum
ekstraksi, rumput laut dibersihkan dari kotoran berupa karang, kapur, batu-batuan,
pasir, Lumpur dan garam mineral. Kotoran ini dipisahkan dengan pencucian dan
dilanjutkan dengan pengeringan. Sebelum diekstraksi, rumput laut yang telah
dikeringkan dapat direndam dalam larutan kaporit 0,25% atau kapur tohor 0,5%
kemudian diaduk selama tiga hari hingga rumput laut menjadi pucat (proses
pemucatan) (Afrianto dan Liviawati, 1993).
Susunan alkali pada proses ekstraksi dapat dipero,eh dengan menambahkan
larutan basa misalkan larutan NaOH, Ca(OH)2, atau KOH sehingga pH larutan
mencapai 8-10. ektraksi biasanya mendekati suhu didih yaitu sekitar 90-95 ºc selama
3 – 6 jam. Larutan alkali mempunyai dua fungsi yaitu membantu ekstraksi
polisakarida dari campuran rumput laut dan berfungsi untuk mengkatalisis hilangnya
gugus-6- sulfst dari unit monomernya dengan membentuk 3,6-anhidrogalaktosa
sehingga mengakibatkan kenaikan kekuatan gelnya.
Mutu karaginan ditentukan oleh jenis rumput laut, daerah budidaya, cara
ekstraksi (suhu ekstraksi, pH ekstraksi, lama ekstraksi) dan metode pemisahan
karaginan. Bahan rumput laut yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Eucheuma
cottonii. Standar mutu karaginan mengacu pada Committee on Food Chemicals
Codex (1996), karena di Indonesia belum mempunyai standar mutu karaginan.
Spesifikasi karaginan menurut CFCC :
Spesifikasi CFCC
Zat volakl maksimal 12%
Asam sulfat 18-40 %
Abu 15-40%
Viskositas (1,5% lart, 75C) min. 5cps
Logam berat Pb (ppm) maks.10
Karaginan secara luas digunakan dalam makanan untuk tujuan gelasi,
pengentalan, stabiliser dan emulsi, suspensi dan buih dan untuk mengendalikan
pertumbuhan kristal. Hal ini karena sifat karaginan yang dapat berfungsi sebagai
gelling agent, thickhe agent, stabilizer dan emulsifrer (Winarno, 1985). Lebih lanjut
Suryadi et.al. (1993) menambahkan fungsi karaginan pada berbagai industri seperti
farmasi dan kosmetika adalah sebagai bodying agent dan pensuspensi dalam industri
cat, pertanian dan keramik.
Karaginan adalah zat aditif alami yang banyak dimanfaatkan dalam berbagai
industri, terutama industri makanan dan kosmetika. Semi-refined carrageenan (SRC)
adalah salah satu produk karaginan dengan tingkat kemurnian lebih rendah
dibandingkan refined carrageenan, karena masih mengandung sejumlah kecil
selulosa yang ikut mengendap bersama karaginan. Semi-refined carrageenan (SRC)
secara komersial diproduksi dari rumput laut jenis Eucheuma cottonii melalui proses
ekstraksi menggunakan larutan alkali (Kalium hidroksida / KOH) (Minghou, TT)
(Bawa et al 2007).
Karaginan merupakan kelompok polisakarida galaktosa yang diekstraksi dari
rumput laut. Sebagian besar karaginan mengandung natrium, magnesium, dan
kalsium yang dapat terikat pada gugus ester sulfat dari galaktosa dan kopolimer 3,6-
anhydro-galaktosa. Karaginan banyak digunakan pada sediaan makanan, sediaan
farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel, pengental atau penstabil
(Oviantari,2007).
Prosedur isolasi karaginan dari berbagai rumput laut telah banyak
dikembangkan. Umumnya prosedur ini terdiri atas tiga tahapan kerja yaitu; ekstraksi,
penyaringan, dan pengendapan. Pada tahapan ekstraksi, kecepatan dan daya larut
karaginan dalam air dipengaruhi oleh temperatur dan waktu proses bergabungnya
seluruh fraksi karaginan dari rumput laut dengan fraksi air yang digunakan sebagai
media pelarut (Sarjana, 1998; Sadhori, 1986). Di samping itu, stabilitas karaginan
sangat ditentukan oleh pH larutan (Oviantari,2007).
Menurut Suryadi et.al. (1993), karaginan dengan kualitas yang baik
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Pemerian
Karaginan tidak berbau, berbentuk serbuk kasar, berwarna krem sampai
coklat terang.
2. Berat molekul
Berat molekul rata-rata karaginan bentuk kappa adalah 2 x 107, iota
adalah 1,5 x 106, sedangkan lambda tidak diketahui
3. Kelarutan
Semua karaginan larut dalam air panas (lebih dari 75C). Kappa dan
iota tidak larut dalam air suling yang bersuhu 20 C sedangkan lambda larut.
Winarno (1985) menambahkan bahwa tingkat kelarutan karaginan akan
semakin besar pada suhu yang lebih tinggi dan waktu proses yang lama.
4. Pembentukan gel
Larutan panas (lebih dari 75C) kappa dan iota karaginan akan
membentuk gel pada waktu pendinginan. Lambda tidak dapat membentuk gel
baik dalam larutan panas maupun dingin. Gel dari kappa dan iota dapat
mencair kembali pada saat larutan dipanaskan.
5. Kekentalan
Dalam keadaan dingin, karaginan akan mengalami kenaikan
kekentalan yang nyata jika dicapai suhu gelnya. Setyowati et.al. (1998),
menambahkan bahwa karaginan dapat terlepas dari dinding sel dan larut jika
kontak dengan panas. Suasana basa akan memprcepat ekstraksi ataupun bias
menyebabkan degradasi yaitu berubahnya atau putusnya susunan rantai
molekul dan menurunnya jumlah ester sulfat. Perubahan iniakan
menghasilkan karaginan dengan viskositas rendah.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Proses ekstraksi Karaginan meliputi 8 tahapan yaitu :
persiapan, perebusan, ekstraksi, penyaringan, pemucatan, pengendapan,
perendaman, dan pengeringan.
2. Rendemen agar yang diperoleh dengan rumus adalah
6,67 gram atau 22,23 %.
DAFTAR REFERENSI
Afrianto, E. dan Evi Liviawati. 1993. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pengolahannya. Bathara. Jakarta.
Bawa I G. A. G et al. 2007. Penentuan Ph Optimum Isolasi Karaginan Dari Rumput Laut Jenis Eucheuma cottonii. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. Halaman 15-20
Indriyani, H. dan E. Sumiarsih. 1999. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.
Insan A.I dan D.S Widyartini, 2001. Makroalga. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.
Marliyati, S.A. 1992. Pengolahan Pangan Tingkat Rumah Tangga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.
Mulan, S.A. 1986. Pengaruh Komposisi Selai Mentega dan Selai Margarin serta Bahan Penstabil terhadap Mutu Selai Nanas. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.
Oviantari, M.V et I Putu Parwata .2007. Optimalisasi Produksi Semi-Refined Carrageenan Dari Rumput Laut Eucheuma cottonii Dengan Variasi Teknik Pengeringan Dan Kadar Air Bahan Baku. Jurusan Analisis Kimia FMIPA Undiksha. Halaman 62-71
Setyowati, B., B. Sasmita dan H. Nursyam. 1998. Pengaruh Jenis Rumput Laut dan Lama ekstraksi terhadap Peningkatan Kualitas karaginan. UNIBRAW. Malang.
Suryadi, G. stetiedharma, H. Hamdani dan Iskandar.1993. Kecepatan Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma alvarezii pada 2 Sistem Budidaya yang Berbeda. UNPAD, jatinangor.
Winarno, F.G. 1985. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Anggota IKAPI, Jakarta.