Ekstraksi Mangrove

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat disepanjang pantai muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan ini disebut pula sebagai hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau. Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pantai-pantai yang datar. Biasanya di tempat yang tak ada muara sungainya hutan mangrove terdapat agak tipis, namun pada tempat yang mempunyai muara sungai besar dan delta yang aliran sungainya banyak mengandung lumpur dan pasir, mangrove biasanya tumbuh baik dan meluas. Pemanfaatan hutan mangrove sampai saat ini hanya sebatas kepada pemanfaatan langsung yaitu sebagai bahan bakar, bahan bangunan, alat penangkap ikan, makanan, minuman, peralatan rumah tangga, pertanian (pupuk), produk kertas dan sebagai fishingground bagi organisme laut. Keistimewaan dari mangrove merupakan tumbuhan yang dapat hidup pada salinitas tinggi, memiliki tanah yang berlumpur, lembek dan sedikit mengandung humus. Hal ini tentu dapat dihubungkan dengan banyak permasalahan yang meliputi aspek biologi, fisik dan ekonomi perairan. Namun di sini, akan dilakukan kajian tentang peranan mangrove sebagai bahan bioaktif antibakteri patogen terhadap udang 1

description

yfkuj

Transcript of Ekstraksi Mangrove

Page 1: Ekstraksi Mangrove

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat disepanjang pantai

muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan ini disebut pula

sebagai hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau. Mangrove

tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pantai-pantai yang datar. Biasanya di

tempat yang tak ada muara sungainya hutan mangrove terdapat agak tipis, namun

pada tempat yang mempunyai muara sungai besar dan delta yang aliran sungainya

banyak mengandung lumpur dan pasir, mangrove biasanya tumbuh baik dan meluas.

Pemanfaatan hutan mangrove sampai saat ini hanya sebatas kepada

pemanfaatan langsung yaitu sebagai bahan bakar, bahan bangunan, alat penangkap

ikan, makanan, minuman, peralatan rumah tangga, pertanian (pupuk), produk kertas

dan sebagai fishingground bagi organisme laut. Keistimewaan dari mangrove

merupakan tumbuhan yang dapat hidup pada salinitas tinggi, memiliki tanah yang

berlumpur, lembek dan sedikit mengandung humus. Hal ini tentu dapat dihubungkan

dengan banyak permasalahan yang meliputi aspek biologi, fisik dan ekonomi perairan.

Namun di sini, akan dilakukan kajian tentang peranan mangrove sebagai bahan

bioaktif antibakteri patogen terhadap udang tambak, dalam rangka membantu

meningkatkan produktifitas pada sektor industri perikanan.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh ektraks mangrove yang

berfungsi sebagai bahan bioaktif, yang dapat menghambat dan membunuh bakteri

vibriosis yang sering menyerang udang yang dibudidayakan oleh petani tambak

Indonesia. Manfaat yang diperoleh adalah diketahuinya komponen bioaktif yang ada

pada daun mangrove Avicennia alba yang merupakan penelitian dasar yang dapat

dikembangkan dimasa datang sebagai zat bioaktif dalam pembudidayaan udang di

Indonesia.

1

Page 2: Ekstraksi Mangrove

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah ditemukannya zat bioaktif

yang diperoleh dari tumbuhan mangrove, yang dapat digunakan sebagai bahan

antimikroba, terutama untuk bakteri vibrio sp yang merupakan penyebab utama

penyakit udang yang di budidayakan di Indonesia. Dari hasil pencaharian literatur

sampai saat ini belum ada zat bioaktif yang berasal dari mangrove yang dipatenkan

(HAKI) baik untuk farmasi maupun makanan, sehingga merupakan suatu kesempatan

untuk mempatenkan zat bioaktf yang berasal dari mangrove sebagai bioaktif untuk

antibiotik atau antimikrobial.

1.4 Keutamaan Penelitian

Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam meningkatkan hasil produksi

budidaya tambak udang adalah dengan cara mengatasi kendala-kendala yang dapat

menghambat kelancaran proses produksi budidaya udang, diantaranya adalah

mengatasi serangan-serangan virus dan bakteri yang dapat mengganggu proses

pertumbuhan dan perkembangan udang di tambak.

Penanggulangan penyakit udang windu telah dilakukan dengan berbagai

cara, diantaranya adalah penggunaan ekstrak bahan-bahan alam untuk mencegah dan

mengobati penyakit udang. Penyakit yang sering menjadi kendala besar bagi para

petambak udang windu saat ini adalah penyakit vibriosis yang disebabkan oleh

infeksi bakteri-bakteri vibrio. Salah satu ekstrak bahan alam yang dapat digunakan

dalam mengatasi serangan penyakit vibriosis tersebut adalah dari ekstrak tumbuhan

mangrove Avicennia alba.

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa selain untuk mengatasi serangan

penyakit vibriosis, penggunaan ekstrak mangrove tersebut dapat juga dapat

meningkatkan ketahanan hidup udang windu setelah diinfeksi dengan bakteri vibrio

harveyi dan penurunan jumlah bakteri yang terdapat pada tubuh udang. Gambaran

histology memperlihatkan terjadinya kenormalan pada organ pencernaan dengan

penuhnya saluran pencenaan oleh pakan setelah pemberian ekstrak bahan-bahan

alam. Jadi ekstrak mangrove memiliki fungsi ganda terhadap proses peningkatan

produksi di tambak.

Penyakit vibriosis dikenal sebagai penyakit yang berkembang subur pada

perairan tropis sedangkan di Indonesia telah menyebar budidaya udang hampir di

2

Page 3: Ekstraksi Mangrove

seluruh wilayah, yaitu Jawa, Bali, Lampung, Sulawesi Selatan, dan Aceh (Taslihan

1991). Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus mempersiapkan diri dengan

matang dalam menghadapi penyakit vibriosis sebagai masalah yang besar bagi dunia

perikanan. Maka setelah ditemukan beberapa bahan alam yang dapat digunakan

untuk mencegah dan mengobati penyakit tersebut, pemerintah berusaha

menyebarluaskannya kepada petambak, khususnya petambak udang.

Kita dapat membandingkan keunggulan mangrove dan bahan-bahan kimia sintetis

dalam penggunaannya untuk mengatasi serangan penyakit vibriosis pada udang

windu. Tumbuhan mangrove cenderung tidak menimbulkan efek samping sehingga

aman dalam penggunaanya. Selain itu, tumbuhan mangrove juga mudah didapat.

3

Page 4: Ekstraksi Mangrove

BAB II

STUDI PUSTAKA

Hutan mangrove memiliki persyaratan tumbuh yang berbeda dengan tanah

kering. Berdasarkan tempat tumbuhnya hutan mangrove dapat dibedakan pada empat

zone, salah satunya adalah zona Avicennia sp, merupakan zona yang letaknya diluar

hutan bakau, memiliki tanah yang berlumpur, lembek dan sedikit mengandung humus

(Badrudin, 1993). Daerah penyebaran hutan mangrove pada batas pantai yang

mengarah ke laut didominasi oleh Avicennia sp, yaitu jenis bakau yang mempunyai

akar gantung (aerial root), selanjutnya pohon bakau merah Rhizophora (Hutabarat

dan Evans, 1985).

Salah satu yang menjadi sumber antibiotik alami adalah tumbuhan mangrove,

yang merupakan kekayaan alam potensial, kurang lebih 27% populasi mangrove dunia

tumbuh di Indonesia. Di Indonesia hutan mangrove tersebar di sepanjang pantai

Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya. Jenis yang sering ditemukan di Indonesia dan

merupakan ciri-ciri utama dari hutan mangrove adalah genera Avicennia, Sonneratia,

Ceriops, Brugueira, dan beberapa spesies dari genera Rhizophora (Nobbs, and

McGuinness, 1999). Hutan mangrove atau hutan mangal adalah suatu komunitas

tanaman yang hidup di daerah tropis dan sub tropis pinggir pantai. Terdiri dari lebih

kurang 30 famili dan lebih dari 100 spesies yang berupa pohon atau semak belukar

(Nybakken, 1993). Lebih kurang 60-75 % garis pantai di daerah tropis ditumbuhi oleh

hutan mangrove.

Senyawa kimia dari tumbuhan yang berperan sebagai antimikrobial yaitu dari

golongan alkaloid dikenal sebagai berberina, emitina, kuinina dan tetrametil

pirazina ; dari golongan fenolik biasanya pada jaringan kayu terdapat senyawa asam

amino aromatik, yang berasal dari jalinan asam sikimatnya dapat berperan sebagai

herbisida serta tanin yang biasanya dikenal untuk menyamak kulit, karena mereka

memotong dan mendenaturasi protein serta mencegah proses pencernaan bakteri.

Flavonoid yang mudah larut dalam air pada tumbuhan berfungsi untuk kerja

antimikroba dan antivirus; serta isoprenoid dengan turunannya saponin triterpenoid

merupakan irritan yang kuat dan berperan sebagai antimikrobial. Sebagian besar

fitoaleksin adalah fenil propanoid yang merupakan produk dari asam sikimat,

beberapa diantaranya merupakan senyawa isoprenoid dan poliasetilena (Rowe, 1989).

4

Page 5: Ekstraksi Mangrove

Flavonoid ditemukan hampir pada semua tumbuhan tingkat tinggi. Sedikitnya

terdapat 4000 struktur flavonoid yang telah dilaporkan. Kelas flavonoid lainnya

adalah flavon, flavonol, flavanon, flavanonol yang kurang begitu berwarna terutama

pada tumbuhan berkayu (Harborne, 1987).

Salah satu sifat yang dimiliki oleh suatu antibiotik adalah mempunyai

kemampuan untuk merusak atau menghambat mikroorganisme patogen spesifik.

Selanjutnya Efendi (1998), menambahkan bahwa pathogenitas merupakan salah satu

ciri utama mikroorganisme. Mikroba dapat menimbulkan penyakit, kemampuannya

untuk menimbulkan penyakit merupakan ciri khas organisme tersebut.

Tumbuhan mangrove mengandung senyawa seperti alkaloid, flavonoid, fenol,

terpenoid, steroid dan saponin. Golongan senyawa ini merupakan bahan obat-obatan

modern (Eryanti et al., 1999). Akan dilakukan pengujian produksi antibiotik dari

ekstrak ini terhadap bakteri Vibrio sp dan diharapkan antibiotik yang dihasilkan dapat

digunakan dalam menanggulangi penyakit kunang-kunang dan vibriosis pada ikan dan

udang yang bernilai ekonomis pada usaha-usaha budidaya.

Dari survey awal yang telah dilakukan, diketahui bahwa beberapa spesies

mangrove (R apiculata, B gymnorhyza) (A. alba, N. fruticans) memiliki efek

antimikrobial terhadap bakteri Vibrio (Effendi,1998). Namun golongan senyawa kimia

yang menghambat bakteri tersebut dan juga efektivitasnya belum diketahui dengan

pasti.

Penyakit Vibriosis disebabkan oleh bakteri gram negatif Vibrio yaitu; V.

parahaemolyticus, V. alginolyticus, dan V. anguillarum. Penyakit tersebut dapat

dideteksi dengan mengisolasi bakteri dari tubuh udang sakit dan menanamnya pada

media agar selektif untuk Vibrio, yaitu TCBS Agar. Pada media ini koloni bakteri

yang tumbuh tampak berwarna kuning dan hijau (Effendi, 1998).

Dari hasil penelitian awal (Feliatra, 2000) yang dilakukan terhadap beberapa

spesies mangrove memiliki anti mikrobial terhadap bakteri vibrio sp. Sensitifitas

bakteri terhadap beberapa mangrove yang dilakukan dengan menggunakan diagnosis

melalui metoda cakram (paper disk method) dengan mengamati zona bebas bakteri

(clear zone) di sekitar sampel (Tabel 1).

5

Page 6: Ekstraksi Mangrove

Tabel 1. Daya hambat beberapa spesies mangrove terhadap bakteri Vibrio sp.

No. Spesies Mangrove Zona bebas Bakteri1 Rhizoopra apiculata 1,5 – 3 mm2. Nypa fruticans 2,5 – 4,5 mm3. Bruiuiera gymnorrhiza 1,5 – 3, 5 mm4. Aviciennia alba 3,5 – 5,5 mm

Alam (2000) menyatakan bahwa ekstrak mangrove dapat menekan laju

pertumbuhan Vibrio harveyi. Pada media lumpur dan air laut. Selanjutnya Yasmon

(2000) menyatakan ekstrak mangrove bersifat antibakteril terhadap bakteri Vibrio

parahamolyticus pada media lumpur dan air laut. Dari sampel yang digunakan bahwa

daun mangrove lebih efektif dibandingkan buah dan kulit mangrove. Siregar (2000)

menyatakan bahwa mangrove Sonneratia ovate memiliki sensitifitas yang lebih tinggi

pada bakteri Vibrio parahaemolyticus pada daun dibandingkan dengan buah dan kulit.

Tetapi sampai saat ini belum diketahui zat bioaktif apa yang dimiliki oleh tumbuhan

mangrove yang dapat menghambat bakteri vibrio sp tersebut.

6

Page 7: Ekstraksi Mangrove

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan menggunakan metode eksperimen. Pelaksanaan kegitan

penelitian dibagi menjadi dua tahap (dua tahun) yaitu tahap pertama (tahun pertama)

dilakukan ekstraksi komponen bioaktif, pengujian aktivitas ekstrak komponen bioaktif

terhadap bakteri vibrio sp dan pengujian pengelompokan senyawa bioaktif yang

positif terhadap bakteri vibrio sp. Pada tahap kedua (tahun kedua) dilakukan isolasi

dan penentuan struktur kimia senyawa bioaktif dengan prinsip isolasi dipandu

bioassay.

3.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang akan dijadikan ekstrak berasal dari tumbuhan mangrove

( Avicennia alba) yang terdapat di kawasan hutan mangrove Tanjung Api-api,

Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Sampel tumbuhan berupa daun di

bawa ke laboratorium untuk penanganan selanjutnya.

3.2 Proses Ekstraksi Komponen Antimikroba

Sebelum ekstraksi dilakukan uji kelompok senyawa (alkaloid, steroid,

flavonoid dan terpenoid).

Dalam proses ekstraksi ini dilakukan terhadap serbuk kering daun tanaman

mangrove (Avicennia alba)

Ekstraksi komponen bioaktif daun tanaman mangrove dilakukan dengan 4

jenis pelarut (gambar 1). Sebanyak 100 gram serbuk kering daun diekstrak

dengan masing-masing pelarut.

Filtrat yang diperoleh dievaporasi pelarutnya sehingga diperoleh ekstrak

kental, kemudian ditimbang dan dilakukan uji aktivitas terhadap bakteri

Vibrio sp.

7

Page 8: Ekstraksi Mangrove

Gambar 1. Uji pendahuluan

3.3 Uji Aktivitas terhadap bakteri Vibrio sp.

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar yang

tergantung pada difusi senyawa antibiotik ke dalam agar. Senyawa antibiotik

tersebut diresapkan pada kertas cakram yang berdiameter 6 mm. Kertas cakram

ini ditempatkan pada permukaan media yang telah diinokulasi bakteri pathogen

yang akan diuji. Setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35-37 0C, diamati

daerah hambatan di sekitar kertas cakram. Daerah hambatan yang terbentuk

merupakan daerah bening di sekitar kertas cakram, yang menunjukkan bakteri

pathogen atau mikroorganisme yang diuji telah dihambat oleh senyawa

25 gram serbuk kering daun A. alba

Ekstrak n-heksan Ekstrak diklorometan Ekstrak etilasetat Ekstrak metanol

Direndam dg : n-heksandiklorometanetilasetatmetanol

Perendaman 24 jam, sonikasi 2x30 menit, filtrasi. Evaporasi

Vibrio sp

Ekstrak paling aktif

KLT, Uji antimikrobial

8

Page 9: Ekstraksi Mangrove

antimikrobial yang berdifusi ke dalam agar dari kertas cakram (Amsterdam,

1992).

Ekstraksi ini diambil dengan konsentrasi 10% b/v, untuk perendaman

kertas cakram dengan diameter 6 mm. Respon aktifitas yang positif ditunjukkan

dengan adanya daerah bening (clear zone) pada sekitar medium yang telah

diinokulasi bakteri Vibrio sp, dimana daerah bening ini merupakan zona hambat

yang dibentuk oleh ekstrak dan senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak.

Efektivitas antibotik akan terlihat dengan adanya jarak zona hambat tertinggi

pada konsentrasi kecil.

3.4 Isolasi dan Penentuan Struktur Senyawa Bioaktif

Isolasi senyawa bioaktif hanya dilakukan pada Komponen ekstrak yang

memberikan test positif terhadap bakteri vibrio sp.

Untuk memisahkan senyawa-senyawa yang ada dalam ekstrak dilakukan

fraksinasi dengan menggunakan kromatografi kolom dengan fasa diam silica

gel sesuai dengan kelompok senyawa yang ada.

Kolom dielusi menggunakan eluen n-heksana, etilasetat dan diklorometan,

metanol.

Hasil fraksinasi yang memili Rf yang sama dikumpulkan menjadi satu, dan

lakukan kembali uji aktivitas terhadap bakteri Vibrio sp. Fraksi yang

memberikan hasil uji positif dilakukan pemurnian dengan pengoloman ulang

atau direkristalisasi.

Senyawa murni yang diperoleh dianalisis secara fisikokimia dengan, UV, IR

9

Page 10: Ekstraksi Mangrove

Gambar 2. Skema kerja penelitian

Serbuk kering daun A. alba

Ekstrak etilasetat

F1 F2 F3 F11

Direndam 2x24 jam, sonikasi 2x30 menit, filtrasi, revaporasi

-------------------

KLT, Uji antimikrobial

VLC

FX (fraksi paling aktif)

FX1 FX2 FX3 FXn---------------------

Kromatografi kolom, cromatotron, flash, KLT

KLT, Uji antimikrobial, rekristalisasi, penentuan titik leleh, Karakterisasi UV dan IR

Senyawa murni

10

Page 11: Ekstraksi Mangrove

BAB IV

PEMBIAYAAN

Penelitian ini akan didanai oleh Dana Hibah Penelitian Strategis Nasional dapat

dilihat pada Tabel 2, sedang perinciannya dapat dilihat pada Lampiran 1.

No. Komponen PembiayaanJumlah Pembiayaan

(Rupiah)1. Honor tim penelitian 26,480,000

2. Bahan habis pakai dan peralatan penelitian 54,120,000

3. Perjalanan, Akomodasi 14,400,000

4. Laporan, Seminar, dan Jurnal 5,000,000

Jumlah Keseluruhan 100,000,000

Terbilang: Seratus Juta Rupiah

11

Page 12: Ekstraksi Mangrove

DAFTAR PUSTAKA

Alam, S. 2000. Efektifitas ekstrak mangrove Nypa Fruticans terhadap baktei Vibrio harveyi didalam lumpur dan air laut. Skripi Sarjana. Laboratorium Mikrobiologi Laut Universitas Riau. 45p.

Amsterdam, D., 1992. Susceptibility. Dalam Alexander, M., D.A., Hopwood, Iglewski, B.H. dan Laskin, A.I., peny. Encyclopedia of Microbiology. Academic Press Inc., San Diego.

Badrudin. A. 1993. Sekilas mengenai hutan bakau di Propinsi Riau. Makalah disampaikan dalam seminar sehari deforesasi hutan mangrove. 7 Januari 1993. Fakultas Perikaan Universitas Riau. Pekanbaru 10 hal.

Brown, M.S. 1984. Mangrove leaf litter production and dynamics. P. 231 – 238. In Snedakker J.G (ed). The mangrove Ecosystem. Research methods. Unesco. Paris.

Edberg and Berger 1986. Antibiotik dan infeksi. (terjemahan Chandra Sanusi) penerbit buku kedokteran. EGC Jakarta 219 halaman.

Efendi I. 1998. Mangrove di Daerah Riau. Pekanbaru. Lembaga Penelitian Universitas Riau.45 hal.

Eryanti. 1999. Identifikasi dan isolasi senyawa kimia dari Mangrove (hutan Bakau). Laporan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Kawasan Pantai dan Perairan Universitas Riau. 18 hal.

Feliatra. 1998. Isolasi dan identifikasi bakteri heterotrof yang terdapat pada daun Mangrove (Avicienna sp dan Sonneratia sp) dari kawasan Stasiun Kelautan Dumai. Jur Natur Indonesia.Vol. 3.No 2 : 104 – 112

Feliatra. 1999. Identifikasi bakteri Patogen (Vibrio sp ) di Perairan Nongsa Batam. Riau. Jurnal Natur Indonesia. Vol.II:(2)

Feliatra. 2000. Studi awal tumbuhan Mangrove sebagai antimikroba. Lembaga Penelitian Universitas Riau. 22 hal.

Gritter, R.J., James, M.B., dan Arthur, E.S., 1991. Pengantar Kromatografi. Edisi ke-2. Institut Tekhnologi Bandung. Bandung.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Ed ke-2. Terjemahan K. Padmawinata dan I. Soediro. Institut Tekhnologi Bandung. Bandung.

Hutabarat, S. dan Evans M.S. 1985. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia Press Jakarta. 159 hal.

12

Page 13: Ekstraksi Mangrove

Mulyani s. 1982 . Kimia dan biologi antibiotic b-laktan Morin RB dan Corman m (terjemahan) academic Press New York 418 hal.

Noske, R.A. 1996. Abundance, zonation and feeding ecology of birds in mangroves of Darwin Harbour, Northern territory. Wildl. Research 23: 443-74.

Noske, R.A. 1999. Notes on the breeding biology of the tropical mangrove-dwelling Yellow White-eye Zosterops lutus. Aust. Bird Watcher 18: 3-7.

Nobbs, M and McGuinness, K.A. 1999. Developing methods for quantifying the apparent abundance of fiddler crabs (Ocypodidae: Uca) in mangrove habitats. Australian Journal of Ecology 24:43-49.

Nybakken, J.W. 1993. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan M. Eidman., Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo. Gramedia. Jakarta. 459 hal.

O’Grady, A.P., McGuinness, K.A. and Eamus, D. 1996. The abundance and growth of Avicennia marina and Rhizophora stylosa in the low shore zone of darwin Harbour, Northern . Australian Journal of Ecology 21:272-279

Pelczar, M.J. and E.C.S. Chan., 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi II. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 192 hal.

Rowe, J.W., 1989. Natural Product of Woody Plant I-II. Chemicals Extraneous to Lignocellulosic Cell Wall. Springer Series in Wood Science. Springer Verlag. Berlin Heidenberg. 1243 pp.

Shokita.S., K.Nozawa and Limsakul. 1983 Macrofauna in a mangrove areas of Thailand. In Nozawa K. (eds). Mangrove Ecology. In Thailand 33-62p.

Siregar.L.M. Sensitifitas Vibrio parahaemolyticus terhadap ekstrak mangrove (Sonneratia ovate) pada lumpur dan air laut. Skripsi Sarjana Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.40p.

Subagyo, Setyati W.A. dan Ridho A. 2004. Uji aktifitas ekstraks batang tumbuhan benalu mangrove (Casstha filiformis): II Uji anti bakteri. Ilmu Kelautan 10,(1): 35 – 40.

Trianto A. Wibowo,E. Suryono, Sapta R. 2004. Ekstrak daun mangrove Aegiceras corbiculatum sebagai antibakteri Vibrio harveyi dan vibrio parahaemolyticus. Ilmu kelautan 9(4):186-189.

Yasmon.A. 2000. Sensitifitas Vibrio parahaemolyticus terhadap ekstrak mangrove Rhizopora apiculata di dalam Lumpur dan air laut. Skripsi Sarjana Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan Universitas Riau. 37p.

13

Page 14: Ekstraksi Mangrove

LAMPIRAN

1. Alokasi Biaya

1.1 Anggaran Honor Peneliti

No. Peneliti JumlahAlokasi waktu

(jam/mgu)

Biaya Harga Satuan Jumlah (Rp)

123

KetuaAnggotaLaboran

112

13 x 4 x 8 bln = 41610 x 4 x 8 bln = 320

10 x 4 x 2 x 5 bln =400

30,00025,000 15,000

12,480,000 8,000,000 6,000,000

Total 26,480,000

1.2 Anggaran Bahan Habis Pakai dan Peralatan Penelitian

No. 

Nama Material 

Kegunaan 

Volume 

Biaya 

Harga Satuan

Jumlah (Rp)

A. Bahan Habis Paka 1 Isolat Vibrio sp Bakteri Uji na 2,500,000 2,500,000 2 Media Agar NA Media Uji 4 pkt (500 gr) 1,000,000 4,000,000 3 Media Agar TSA Media Uji 4 pkt (500 gr) 1,000,000 4,000,000

4Media Agar MR-VP

Media Uji 4 pkt (500 gr) 1,000,000 4,000,000

5 n-Heksana Bahan uji 500 ml 100,000 500,000 6 Diklorometan Bahan uji 500 ml 100,000 500,000 7 Etilasetat Bahan uji 500 ml 100,000 500,000 8 Metanol Bahan uji 500 ml 100,000 500,000 9 Akuades Uji Gram (Perwarnaan) 50 liter 50,000 250,000

10 Iodin Uji Gram (Perwarnaan) 5 paket 50,000 250,000 11 Etil Alkohol Uji Gram (Perwarnaan) 5 paket 50,000 250,000 12 Safranin Uji Gram (Perwarnaan) 5 paket 50,000 250,000 13 H2O2 Uji Katalase 5 paket 100,000 500,000 14 Larutan Naftol Uji Oksidasi 5 paket 100,000 500,000

15Larutan Phenylendiamin

Uji Oksidasi 5 paket 100,000 500,000

16 Immersion Oil Uji Motalitas 5 paket 100,000 500,000 17 Indikator Metil Red Uji Metil Red 5 paket 100,000 500,000 18 NaCl 1%, 3%, 7% Sifat Holofilik 5 paket 300,000 1,500,000

19Bahan uji rekristalisasi

Penentuan Antibakterial 5 paket 500,000 2,500,000

20

Bahan Karakterisasi UV dan IR

Penentuan Antibakterial 5 paket 2,000,000 10,000,000

B. Sewa Peralatan1 Mikroskop Cahaya Pengamatan,

Penghitungan bakteri dan uji antimikrobial

50 x 4 x 5 = 1000

2,000 2,000,000

2 Spektrofotometer Pengamatan, Penghitungan bakteri dan uji antimikrobial

50 x 4 x 5 = 1000

5,000 5,000,000

14

Page 15: Ekstraksi Mangrove

C. Peralatan Penelitian 1 Kertas cakram 6

mmTempat pertumbuhan bakteri

100 buah 25,000 2,500,000

2 Petri Dish Tempat Media 100 buah 25,000 2,500,000 3 Tabung Reaksi

10mlTempat Media 100 buah 60,000 6,000,000

4 Rak Tabung Reaksi Tempat Media 10 buah 100,000 1,000,000 5 Jarum Ose Pembiakan 10 buah 12,000 120,000 6 Lampu Bunsen Pembiakan 10 buah 100,000 1,000,000

Total 54,120,000

1.3 Anggaran Perjalanan dan Akomonadi

No. Nama Kegiatan Kegunaan VolumeBiaya 

Harga Satuan

Jumlah (Rp)

1 Transportasi Unsri (Inderalaya)-Hutan Mangroeve Tanjung Api-api (pp)

Pengambilan sampel mangrove

3x4x2=16 500,000 12,000,000

2 Lain-lain Mantenant sampel - - 2,400,000 Total 14,400,000

1.4 Anggaran Laporan Seminar dan Jurnal

No. Nama Kegiatan Kegunaan VolumeBiaya (Rp)

Harga Satuan

Jumlah

 1. Seminar Internasional Publikasi 2 1,500,000 3,000,000  2. Jurnal Nasional Publikasi 3 300,000 900,000  3. Perbanyak Makalah Publikasi 5 20,000 100,000  4. Pembuatan Laporan Laporan 10 100,000 1,000,000

Total 5,000,000

Terbilang: Seratus Juta Rupiah

II. Dukungan Terhadap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini tidak ada dukungan dana dari pihak manapun juga.

III. Sarana

3.1. Laboratorium

Laboratorium yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laboratorium

Bioteknologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Sriwijaya

3.2. Peralatan utama

15

Page 16: Ekstraksi Mangrove

No. Peralatan yang Tersedia

Kegunaan Lokasi Status Ket.

1. Mikroskop Elektron Pengamatan Mikroba

Lab. Bioteknologi Sewa Bagus

2. Spektrofotometer Analisis mikroba Lab. Bioteknologi Sewa Bagus3. Peralatan

Pengamatan, Perhitungan bakteri dan uji bakterial

Pengamatan Mikroba

Lab. Bioteknologi Sewa Bagus

IV. Biodata Peneliti

4.1 Ketua

A. Data Pribadi1. Nama : Rozirwan, S.Pi, M.Sc2. Tempat Tanggal Lahir : Sukamaju, 21 Mei 19793. Jenis Kelamin : Laki-Laki4. Alamat : Perumahan Griya Sejahtera Blok AA No. 03

Jalan Palembang Prabumulih Km 35 Inderalaya, Kabupaten Ogan Ilir. SUMATERA SELATAN

5. Telepon : 081371711885 (HP)6. Email : [email protected]

B. Data Pekerjaan1. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)2. NIP/Gol : 132 325 697/IIIb3. Instansi : PS Ilmu Kelautan - FMIPA UNSRI4. Jabatan : Staf Pengajar/Dosen5. Alamat : UNSRI Km 35 Inderalaya, Kabupaten Ogan

Ilir. SUMATERA SELATAN6. Telepon/Fax. : 0711581118 / 0711581118

C. Data Pendidikan

1. S1 Sarjana Perikanan (S.Pi). Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Lulus Tahun 2001

2. S2 Master of Science (M.Sc). Marine Science Program. Faculty of Science and Technology. Universiti Kebangsaan Malaysia. Lulus Tahun 2005

D. DATA PENELITIAN

16

Page 17: Ekstraksi Mangrove

No

Judul Penelitian Jabatan Sumber Tahun

1 A study on the taxonomy, physiology and toxicity Prorocentrum minimum (Pavillard) Schiller(Dinophyceae). Thesis. Bangi: UKMalaysia

Research Asisten

2005

2 Distribusi kelimpahan fitoplankton pada perairan yang berbeda di Dumai

Ketua Mandiri 2001

E. DATA PUBLIKASI

1. Rozirwan, 2001. Distribusi kelimpahan fitoplankton pada perairan yang berbeda di Dumai. Skripsi. Pekanbaru: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Univ. Riau

2. Rozirwan & Usup, G. 2004. Morpologi Prorocentrum minimum (Pavillard) Schiller. Presiding. Bangi: Fakulti Sains dan Teknologi. UKMalaysia

3. Usup, G., Cheah, M.Y., Rozirwan, Ng, B.K., Leaw, C.P., Othman, M., Faazaz, A.L. 2004. Identification of the species responsible for the harmful algal bloom event in Selat Tebrau in 2002. Malaysian Applied Biology 35:59-62

4. Rozirwan. 2005. A study on the taxonomy, physiology and toxicity Prorocentrum minimum (Pavillard) Schiller(Dinophyceae). Thesis. Bangi: UKMalaysia

5. Rozirwan & Usup, G. 2008. Studi Fisiologi Dinoflagellata Spesies Prorocentrum minimum. Prosiding. Bengkulu: Univ. Bengkulu

F. DATA PENGABDIAN MASYARAKAT

1. Pembelajaran teknik identifikasi plankton akuatik pada tingkat sekolah menengah umum di inderalaya kabupaten Ogan Ilir. Dibiayai dari DIPA UNSRI No. 0200.0/023-04.0/IV/2008, Tanggal 31 Desember 2007 Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Pengabdian Kepada Masyarakat, Nomor: 238/HP.2.2/PM/2008, Tanggal 23 Juli 2008

2. Penyuluhan Pemanfaatan Teknologi Internet Kepada Siswa dan Guru SMA 3 tanjung Raja untuk Proses pembelajaran di Sekolah Tahun 2008

G. DATA SEMINAR DAN PELATIHAN

1. Pemakala pada kegiatan seminar BKS-FMIPA PTN Wilayah Barat di Universitas Bengkulu pada tanggal 13-14 Mei 2008. Judul makala: Studi Fisiologi Dinoflagellata Spesies Prorocentrum minimum.

2. Peserta dalam ”Seminar Pengembangan Wilayah Pesisir Sumatera Selatan” pada tanggal 3 Juni 2008 yang diadakan oleh DKP Provinsi Sumatera Selatan di Palembang.

17

Page 18: Ekstraksi Mangrove

Indralaya, 24 Maret 2009

Rozirwan, S.Pi, M.Sc

18

Page 19: Ekstraksi Mangrove

4.2 Anggota

1. Nama : Riris Aryawati, S.T, M.Si2. Jenis Kelamin : Perempuan3. Tempat Tanggal Lahir : Madiun, 05 Januari 19764. Alamat : Jalan Seroja No. 1183 RT 19 RW 07 20 Ilir

DIII Ilir Timur I Palembang SUMATERA SELATAN

5. Telepon : 08117102709(HP)6. Email : [email protected]

1. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS)2. NIP/Gol : 132299029/IIIa3. Instansi : Program Studi Ilmu Kelautan FMIPA UNSRI4. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli5. Alamat : Program Studi Ilmu Kelautan FMIPA UNSRI

Jalan Raya Palembang – Prabumulih Km 35 Inderalaya, Kabupaten Ogan Ilir. SUMATERA SELATAN

6. Telepon/Fax. : 0711581118 / 0711581118

1. S1 Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Lulus Tahun 1999

2. S2 Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Lulus Tahun 2007

No

Judul Penelitian Jabatan Sumber Tahun

1. Toksisitas Logam Berat Cu pada Larva Kepiting Bakau dengan Salinitas yang Berbeda

Ketua Mandiri 1999

2. Hubungan Kondisi Oseanografi dengan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Banyuasin

Anggota Diks-Unsri 2003

3 Kandungan Logam Berat Pb, Cu, dan Zn pada Kerang darah (Anadara granossa)

Anggota Dosen Muda-Dikti

2004

4 Struktur Komunitas Makrozoobentos di Kawasan Mangrove Tanjung Api-

Anggota Diks-Unsri 2004

19

DATA PEKERJAAN

DATA PENDIDIKAN

PENELITIAN

Page 20: Ekstraksi Mangrove

Api, Banyuasin, Sumatera Selatan5 Kelimpahan dan Sebaran

Fitoplankton di Perairan Berau Kalimantan Timur

Anggtota Pusat Penelitian Oseanologi-LIPI (P2O-LIPI).

2006

3. Peserta dan Pemakalah pada kegiatan seminar BKS PTN Wilayah Barat Bidang MIPA di Universitas Sriwijaya,2003. Judul Makalah: Toksisitas Logam Berat Cu (LC50) pada Larva Kepiting Bakau.

4. Peserta dan Pemakalah pada kegiatan seminar Forum Perairan Umum Indonesia di Palembang, Desember 2005. Hubungan Kondisi Oseanografi dengan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Banyuasin.

5. Peserta dan Pemakalah pada kegiatan seminar BKS PTN Wilayah Barat Bidang MIPA di Universitas Bengkulu pada tanggal 13-14 Mei 2008. Judul makalah: Kandungan Logam Berat Cu dan Zn pada Kerang darah (Anadara granossa).

6. Peserta dan Pemakalah pada kegiatan seminar Nasional Peran Iptek dalam Pengembangan Kelautan dan Perikanan di Bogor, Oktober 2008. Sebaran Fitoplankton di Perairan Berau, Kalimantan Timur.

7. Peserta dan Pemakalah pada kegiatan seminar Internasional ” International conference on Indonesian Inland Waters”, di Palembang 2008.

1. Jurnal Ilmiah MIPA (JIM), 2003. Judul Makalah: Kelimpahan dan Sebaran Rumput Laut di Kepulauan Karimun Jawa, Jawa Tengah.

2. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia, 2005. Judul Makalah: Hubungan Kondisi Oseanografi dengan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Banyuasin.

3. Prosiding ” International conference on Indonesian Inland Waters”, 2008. Judul Makalah; Composition and Distribution of Makrozoobenthos in Tanjung Api-Api, banyuasin.

1. Penyuluhan Monitoring Kualitas Air, Pengenalan dan Pengendalian Penyakit Udang Dalam Upaya Mencegah Kegagalan Budidaya Tambak Udang Tahun 2004

2. Penyuluhan Rehabilitasi Mangrove di kawasan Teluk Payau Banyuasin Sumatera Selatan tahun 2004

3. Penyuluhan Pemanfaatan Teknologi Internet Kepada Siswa dan Guru SMA 3 tanjung Raja untuk Proses pembelajaran di Sekolah Tahun 2008

4. Pembelajaran teknik identifikasi plankton akuatik pada tingkat sekolah menengah umum di inderalaya kabupaten Ogan Ilir. Dibiayai dari DIPA UNSRI No. 0200.0/023-04.0/IV/2008, Tanggal 31 Desember 2007 Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Pengabdian Kepada Masyarakat, Nomor: 238/HP.2.2/PM/2008, Tanggal 23 Juli 2008

20

DATA SEMINAR DAN PELATIHAN

PUBLIKASI

DATA PENGABDIAN MASYARAKAT

Page 21: Ekstraksi Mangrove

Inderalaya, 24 Maret 2009

Riris Aryawati

21