Eksplorasi Batubara

23
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Sumber daya batubara (Coal Resources) di Indonesia cukup besar dengan total cadangan kurang lebih 39 milyar ton. Bila diasumsikan laju pertumbuhan produksi batubara mencapai 12,4 % per tahun, maka batubara Indonesia dapat dimanfaatkan hingga tahun 2166. Lokasi cadangan umumnya berada di Sumatera (64%) dan Kalimantan (35%). Sementara itu daerah-daerah lain seperti pulau Jawa dan Sulawesi walaupun cadangannya sedikit tetapi telah dimanfaatkan, karena di kedua daerah tersebut lokasi konsumen tidak jauh. Sehingga batu bara tetap ekonomis untuk dimanfaatkan. Di pulau Jawa, banyak pemakai batubara untuk berbagai keperluan, sedangkan di Sulawesi terdapat pabrik semen dengan kapasitas yang cukup besar. Cadangan batu bara Indonesia saat ini berjumlah sekitar 7 miliar ton yang terdiri dari batu bara berkualitas rendah, yaitu lignite (49%), dan sub-bituminous (26%), serta batu bara berkualitas tinggi yaitu bituminous (24%) dan antrachite (1%). Cadangan batubara (Coal Reserves) adalah bagian dari sumber daya batubara yang telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang Batubara berkualitas rendah ditandai dengan kandungan air yang tinggi dan karbon yang rendah. Sementara itu, batu bara berkualitas tinggi memiliki

Transcript of Eksplorasi Batubara

Page 1: Eksplorasi Batubara

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Sumber daya batubara (Coal Resources) di Indonesia cukup besar dengan total

cadangan kurang lebih 39 milyar ton. Bila diasumsikan laju pertumbuhan produksi

batubara mencapai 12,4 % per tahun, maka batubara Indonesia dapat dimanfaatkan

hingga tahun 2166. Lokasi cadangan umumnya berada di Sumatera (64%) dan

Kalimantan (35%). Sementara itu daerah-daerah lain seperti pulau Jawa dan Sulawesi

walaupun cadangannya sedikit tetapi telah dimanfaatkan, karena di kedua daerah

tersebut lokasi konsumen tidak jauh. Sehingga batu bara tetap ekonomis untuk

dimanfaatkan. Di pulau Jawa, banyak pemakai batubara untuk berbagai keperluan,

sedangkan di Sulawesi terdapat pabrik semen dengan kapasitas yang cukup besar.

Cadangan batu bara Indonesia saat ini berjumlah sekitar 7 miliar ton yang terdiri

dari batu bara berkualitas rendah, yaitu lignite (49%), dan sub-bituminous (26%),

serta batu bara berkualitas tinggi yaitu bituminous (24%) dan antrachite (1%).

Cadangan batubara (Coal Reserves) adalah bagian dari sumber daya batubara yang

telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat

pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang Batubara berkualitas rendah

ditandai dengan kandungan air yang tinggi dan karbon yang rendah. Sementara itu,

batu bara berkualitas tinggi memiliki kandungan air yang rendah dan karbon yang

tinggi, dan umumya dijual ke pasar ekspor internasional

Sebelum melakukan eksploitasi maka diperlukan suatu tahapan eksplorasi yang

akan memudahkan dalam penentuan suatu cebakan-cebakan batubara, menentukan

kecenderungan akumulasi endapan batubara dan penyebarannya secara lateral.

Disamping itu potensi kuantitas dan kualitas dari sumberdaya batubara dapat

ditentukan dari tahapan eksplorasi.

Eksplorasi batu bara umumnya dilaksanakan melalui empat tahap, survei tinjau,

prospeksi, eksplorasi pendahuluan dan eksplorasi rinci. Tujuan penyelidikan geologi

ini adalah untuk mengidentifikasi keterdapatan, keberadaan, ukuran, bentuk,

sebaran, kuantitas, serta kualitas suatu endapan batu bara sebagai dasar

Page 2: Eksplorasi Batubara

analisis/kajian kemungkinan dilakukannya investasi. Tahap penyelidikan tersebut

menentukan tingkat keyakinan geologi dan kelas sumber daya batubara yang

dihasilkan.

I.2 MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN

Makalah ini mempunyai tujuan yaitu :

a. Memahami cara metode eksplorasi batubara yang baik dan benar dalam

penemuan sumberdaya batubara.

b. Mengetahui berbagai cara pemetaan geologi yang dapat digunakan dalam

membantu kegiatan eksplorasi batubara.

c. Memahami metode-metode yang diterapkan dalam eksplorasi batubara, yaitu :

metode geofisika dan metode geokimia.

d. Mengetahui metode pemboran yang biasa digunakan untuk eksplorasi batubara.

I.3 METODE PENULISAN

Metode penulisan makalah ini adalah metode analisis deksriptif yang dilakukan

melalui penyaduran telaah pustaka yang relevan dengan masalah yang sedang dikaji.

Bahan kajian tersebut berasal dari media cetak (buku, jurnal ilmiah) dan media

internet.

Page 3: Eksplorasi Batubara

BAB II

PEMETAAN GEOLOGI

Eksplorasi batu bara umumnya dilaksanakan melalui empat tahap, survei tinjau,

prospeksi, eksplorasi pendahuluan dan eksplorasi rinci. Tujuan penyelidikan geologi ini

adalah untuk mengidentifikasi keterdapatan, keberadaan, ukuran, bentuk, sebaran,

kuantitas, serta kualitas suatu endapan batu bara sebagai dasar analisis/kajian

kemungkinan dilakukannya investasi. Tahap penyelidikan tersebut menentukan tingkat

keyakinan geologi dan kelas sumber daya batubara yang dihasilkan.

1. Survei Tinjau (Reconnaissance)

Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi Batu bara yang paling awal dengan

tujuan mengidentifikasi daerah-daerah yang secara geologis mengandung endapan

batubara yang berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut serta mengumpulkan informasi

tentang kondisi geografi, tata guna lahan, dan kesampaian daerah. Kegiatannya,

antara lain, studi geologi regional, penafsiran penginderaan jauh, metode tidak

langsung lainnya, serta inspeksi lapangan pendahuluan yang menggunakan peta dasar

dengan skala sekurang-kurangnya 1 : 100.000.

Pada tahap survei awal, pertama dilakukan survei formasi cool-bearing yang

terbuka secara alami dan beberapa pengeboran untuk mengetahui kedalaman dari

lapisan batubara kearah kemiringan dengan maksud memastikan deposit batubara

yang potensial. Kemudian akan berlanjut kepada teknik eksplorasi yang lebih tinggi

menggunakan mesin dan peralatan yang spesifik. Dalam bab ini akan dijelaskan secar

ringkas mengenai survei geologi permukaan yang merupakan dasar dari semua survei

geologi. Namun, lingkup penyelidikan perlu dikembangkan, tidak hanya pada batubara

itu sendiri, tetapi juga kepada penelitian lain seperti penelitian sedimentologi

batubara dan lingkungannya, penelitian palaentologi fosil mikro dan mega, penelitian

geokimia, penelitian struktur terhadap fracture dan lain-lain.

Page 4: Eksplorasi Batubara

Pada akhirnya, hasil aktural yang diperoleh dari survei umum dan rinci adalah :

Survei Umum Survei Rinci

• Peta geologi 1 : 50.000 - 10.000 1 : 1.000-3.000

• Peta penampang geologi 1 : 50.000 - 10.000 1 : 1.000-3.000

• Peta penampang stratigrafi 1 : 500 - 1.000 1 : 200 - 500

• Peta korelasi penampang 1 : 500 - 1.000

stratigrafi / lapisan batubara

• Peta penampang columnar 1 : 20 - 1.000 1 : 200 - 500

batubara

• Peta kontur lapisan batubara 1 : 25.000-10.000 1 : 1.000-5.000

• Peta isopach lapisan batubara 1 : 10.000 1 : 1.000-5.000

• Peta distribusi kualitas batubara 1 : 10.000 1 : 1.000-5.000

(ash, sulfur, pospor, dll)

• Peta kalkuasai cadangan batubara 1 : 10.000 1 : 1.000-5.000

• Tabel kalkualsi cadangan batu bara

2. Prospeksi (Prospecting)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah sebaran endapan

yang akan menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada

tahap ini, di antaranya, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:50.000, pengukuran

penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pemboran uji (scout

drilling), pencontohan dan analisis. Metode tidak langsung, seperti penyelidikan

geofisika, dapat dilaksanakan apabila dianggap perlu.

Logging geofisik berkembang dalam ekplorasi minyak bumi untuk analisa

kondisi geologi dan reservior minyak. Logging geofisik untuk eksplorasi batubara

dirancang tidak hanya untuk mendapatkan informasi geologi, tetapi untuk

memperoleh berbagai data lain, seperti kedalaman, ketebalan dan kualitas lapisn

batubara, dan sifat geomekanik batuan yang menyrtai penambahan batubara.

Page 5: Eksplorasi Batubara

Dan juga mengkompensasi berbagai maslah yang tidak terhindar apabila hanya

dilakukan pengeboran, yaitu pengecekan kedalaman sesungguhnya dari lapisan

penting, terutama lapisan batubara atau sequence rinci dari lapisan batubara

termasuk parting dan lain lain.

3. Eksplorasi Pendahuluan (Preliminary Exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas

serta gambaran awal bentuk tiga-dimensi endapan batu bara. Kegiatan yang dilakukan

antara lain, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:10.000, pemetaan topografi,

pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penarnpangan

(logging) geofisika, pembuatan sumuran/paritan uji, dan pencontohan yang andal.

Pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi mulai dapat dilakukan.

4. Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas clan kualitas

serta bentuk tiga-dimensi endapan batu bara. Kegiatan yang harus dilakukan adalah

pemetaan geologi dan topografi dengan skala minimal 1:2.000, pemboran, dan

pencontohan yang dilakukan dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya,

penampangan (logging) geofisika, pengkajian geohidrologi, dan geoteknik. Pada tahap

ini perlu dilakukan pencontohan batuan, batubara dan lainnya yang dipandang perlu

sebagai bahan pengkajian lingkungan yang berkaitan denqan rencana kegiatan

penambangan

Page 6: Eksplorasi Batubara

BAB III

METODE GEOFISIKA BATUBARA

Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka hadirlah

survey geofisika tahanan jenis yang merupakan suatu metode yang dapat memberikan

gambaran susunan dan kedalaman lapisan batuan dengan mengukur sifat kelistrikan

batuan. Loke (1999) mengungkapkan bahwa survey geofisika tahanan jenis dapat

menghasilkan informasi perubahan variasi harga resistivitas baik arah lateral maupun

arah vertical. Metode ini memberikan injeksi listrik kedalam bumi, dari injeksi tersebut

maka akan mengakibatkan medan potensial sehingga yang terukur adalah besarnya kuat

arus (I) dan potensial (∆V), dengan menggunakan survey ini maka dapat memudahkan

para geologist dalam melakukan interpretasi keberadaan cebakan-cebakan batubara

dengan biaya eksplorasi yang relatif murah.

LOGGING GEOFISIK (GEOPHYSICAL WELL LOGGING)

Logging geofisik berkembang dalam ekplorasi minyak bumi untuk analisa kondisi

geologi dan reservior minyak. Logging geofisik untuk eksplorasi batubara dirancang tidak

hanya untuk mendapatkan informasi geologi, tetapi untuk memperoleh berbagai data

lain, seperti kedalaman, ketebalan dan kualitas lapisn batubara, dan sifat geomekanik

batuan yang menyrtai penambahan batubara.

Dan juga mengkompensasi berbagai masalah yang tidak terhindar apabila hanya

dilakukan pengeboran, yaitu pengecekan kedalaman sesungguhnya dari lapisan penting,

terutama lapisan batubara atau sequence rinci dari lapisan batubara termasuk parting

dan lain lain.

Jenis dan Prinsip Logging Geofisik

Dari sekian banyak prinsip logging yang ada, yang paling sering digunakan adalah

resistansi listrik, kecepatan gelombang elastis dan radioaktif. Untuk eksplorasi batubara,

logging densitas adalah yang paling efektif dan kombinasi logging densitas dan sinar

gama adalah yang direkomendasi untuk menentukan sifat geologi sekitar lapisan

Page 7: Eksplorasi Batubara

batubara. Setiap logging mempunyai keistimewaannya masing-masing, oleh karena itu

lebih baik melakukan kombinasi logging untuk analisa menyeluruh.

A. Log Sinar Gama

Kekuatan radiasi sinar gama adalah kuat dari mudstone dan lemah dari

sandstone. Terutama yang dari mudstone laut menunjukan nilai yang ekstra tinggi,

sedangkan yang dari lapisan batubara lebih rendah pada sandstone. Log sinar gama

dikombinasikan dengan log utama, seperti log densitas, netron dan gelombang bunyi,

digunakan untuk memastikan batas antara lapisan penting, seperti antara lapisan

batubara dengan langit-langit atau lantai.

B. Log Densitas

Sinar gama dari sumber radioaktif dipancar oleh tumbukan dengan elektron di

dalam lapisan tanah dan energi sinar gama akan hilanng kepada elektron untuk setiap

tumbukan (efek compton). Densitas elektron di dalam material sebanding dengan

densitas curahan atau masa (bulk or mass density) material.

C. Log Netron

Pada waktui netro berkecepatan tinggi menyebar kedalam lapisan tanah, terjadi

tumbukan berulang-ulang dengan inti atom material pembentuk lapisan tanah yang

mengakibatkan hilangnya energi dan menjadi netron termal berkecepatan rendah.

Kehilangan energi terbesar terjadi pada waktu tumbukan dengan inti atom unsur

Hidrogen yang massanya sama dengan netron. Sehingga, pengurangan kecepatan

netron ditentukan oleh kerapatan inti atom hidrogen di dalam lapisan tanah. Secara

umum, kerapatan inti atom hidrogen pada batuan sebanding dengan jumlah

kandungan cairan (air) di dalam material. Apabila diasumsikan, bahwa porositas pada

batuan diisi oleh air, maka kerapatan inti atom hidrogen sebanding dengan porositas

batuan. Berdasarkan prinsip ini, maka distribusi netron termal yang diukur berbanding

terbalik dengan distribusi porositas lapisan tanah.

Angka pengukuran tersebut, biasanya besar untuk sandstone dan kecil untuk

mudstone. Dengan kata lain, porositas tampak kecil intuk sandstone dan besar untuk

Page 8: Eksplorasi Batubara

mudstone. Karena kerpatan inti atom hidrogen pada batubara tinggi, maka pada log

netron menunjukan nilai yang kecil dan mudah membedakan denngan batuan lain.

Tetapi, kadang kala sulit untuk mengenal batas yang jelas apabila penting atau langit-

langit/lantai terdiri dari batuan yang banyak mengandung karbon seperti coaly shale.

D. Log Resistansi

Log resistansi normal dirancang untuk mengukur suatu potensial listrik pada

elektroda pengukur, M, selama arus listrik konstan dialirkan ke dalam lapisan tanah

melalui elektroda A dan potensial tersebut dokonversi kepada resistensi tampak

berdasarkan hukum Ohm dan konfigurasi penempatan elektroda.

Guard electroda logging dirancang untuk mengukur resistansi lapisan tanah

setelah memusatkan distribusi arus listrik kedalam bagian tertentu dari lapisan tanah

dengan menggunakan elektroda tambahan. Dengan demikian akan menaiokan akurasi

resistensi dan kemapuan pengukuran di lapisan tipis. Metoda pengukuran ini disebut

juga sebagai laterolog.

E. Log Gelombang Bunyi (Sonic Log)

Sonic log yang digukan dewasa ini kebanyakan tipe BHC (bore hole compensated).

Metoda ini dapat mengurangi efek pemalsuan (spurious) pada perubahan ukuran

lubang dan juga mengkonpensasi kesalahan karena kemiringan sonde. Karena BHC

menggunakan satu transmitter diatas dan satu transmitter di bawah dua pasang

penerima (receiver), dan interval waktu perambatan gelombang yang diterima kedua

set receiver dirata-ratakan.

Peralatan Logging

Peralatan logging terdiri dari peralatan rekam, winch, telescope boom, probe,

sonde, dan lain-lain, biasanya dipasang pada mobil observasi dan hasil yang diperoleh

dari pengukuran direkam dalam chart dan data digital dalam satu waktu untuk analisa

lebih lanjut. Biasanya, diameter lubang bor adalah NQ (75,7 mm) atau HQ (96,0 mm).

Page 9: Eksplorasi Batubara

Interpretasi Lapisan Batubara

Perusahaan logging mengembangkan peralatan orisinil (khas masing-masing)

untuk memperoleh resolusi logging batubara yang lebih baik.

Long spaced density log digunakan untuk evaluasi lapisan batubara karena

menunjukan densitas yang mendekati sebenarnya berkat pengaruh yang kecil dari

dinding lubang. Sedangkan, sort spaced density log mempunyai resolusi vertikal yang

tinggi, maka cocok untuk pengukuran ketebalan lapisan batubara. Kombinasi probe long

dan short spaced density bersama sinar gama dan caliper dapat memberikan data

densitas lapisan yang sebenarnya secara langsung melalui koreksi oleh data caliper.

Dalam hal ini, sensor sinar gama harus dipisahkan sekitar 2 m dari sumber log densitas

agar dapat menghindari terhadap sensor.

A. Analisa Ketebalan Lapisan Batubara

a. Metoda Rasio Densitas

Prinsip metoda ini adalah membagi dua dengan perbandingan tertentu, antara

batuan dan nilai densitas yang mewakili densitas, yang mengapit batas, di atas

kurva densitas dan mentapkan kedalaman titik tersebut sebagai kedalaman batas.

Perbandingan pembagiannya kadang kala direkomendasi 2/3 atau 4/5 jarak menuju

batubara. Akurasi metoda ini bervariasi dan untuk menentukan perbandingan

dengan pasti diperlukan tes empirik. Umumnya dikatakan mempunyai akurasi

kurang lebih 10 cm.

b. Metoda Densitas Rata-rata

Metoda ini mirip dengan metoda diatas, tetapi nilai densitas rata-rata diperoleh

dari nilai densitas yang dikonversi dari chart kalibrasi yang dibuat dengan memplot

count rate sinar gama terhadap nilai pengukuran densitas. Nilai densitas rata untuk

batubara dan batuan pada suatu kontak dihitung dan diplot pada log. Nilai densitas

yang sesuai. Kedalaman titik ini digunakan sebagai kedalaman kontak. Jika skala ini

linier, maka titik tersebut akan terletak ditengah sepanjang defleksi. Dan, jika

skalanya logaritma, titik akan cenderung mendekat ke salah satu log. Perbedaan

kedalaman antara batas langit-langit dan lantai ditetapkan sebagai ketebalan

Page 10: Eksplorasi Batubara

lapisan batu bara. Akurasi metoda ini untuk tempat yang baik kondisi geologinya,

kurang lebih 2 cm.

c. Metoda Sinar Gama

Kekuatan sinar gama batu bara lebih rendah dibanding batuan. BPB Company

menetapkan titik batas antara lapisan batubara dengan batuan pada 1/3 menuju

batuan, diatas suatu kurva transisional.

B. Penentuan Kandungan Ash

Kandungan ash batubara dapat diperkirakan dengan menggunkan sinar gama

atau log densitas.

a. Sinar Gama

Asumsi dasarnya adalah tingkat radiasi langit-langit dan lantai lapisan

batubara yang terdiri dari mudstone atau silstone yang tipikal, mewakili lapian

dengan kandungan ash 0% diasumsikan sebagai level yang ekivalen dngan nilai

100%. Ash 0% diasumsikan sebagai level yang ekivalen 10%. Sehingga,

kandungan ash yang lain akan mengikuti hubungan linier antara titik-titik

tersebut. Jadi hubungan antara kandungan ash dan counter rate sinar gama

juga menjadi hubungan linier.

b. Log Densitas

Metoda ini didapat memperoleh akurasi dengan orde kurang lebih 0,1 g/cc,

dibawah kondisi terkendali, termasuk untuk daerah densitas rendah. Antara

kandungan ash dan densitas batubara terdapat hubungan yang baik, walaupun

terdapat variasi yang tergantung kepada jenis batubara. Pengukuran LSD dan

HRD dapat digunakn kedunya. Yang pertama memberikan informasi laterl yang

baik dan yang kedua memberikan informasi vertikal yang baik. Apabila dapat

melaksnakan pengeboran yang terkendali baik, dengan berat lumpur (mud) yang

diketahui dan dimeter lubang bor yang dapat diandalkan, maka dimugkinkan

untik membuat chart universal.

Page 11: Eksplorasi Batubara

Chart ini mengkoreksi variabel-variabel tersebut dan mengkonversi count

yang dibaca dari log menjadi satuan densitas dan mencari kandungan ash.

Akurasi penentuan kandungan ash terhadap lapisan batubara yang tidak

diketahui adalahkurang lebioh 5% untuk kandungan ash sekitar 20 % dan kurang

lebih 2 % untuk kandunan ash sekitar 5%.

Page 12: Eksplorasi Batubara

BAB V

METODE PEMBORAN BATUBARA

Metoda ini biasa diterapkan pada tiga sistem penambangan batubara, yaitu:

1. penambangan terbuka

2. penambangan bawah tanah

3. penambangan dengan auger

1) Penambangan terbuka

Pengelompokan jenis-jenis tambang terbuka batubara didasarkan pada letak

endapan, dan alat-alat mekanis yang dipergunakan. Teknik penambangan pada

umumnya dipengaruhi oleh kondisi geologi dan topografi daerah yang akan ditambang.

Jenis-jenis tambang terbuka batubara dibagi menjadi :

1. contour maining

Contour mining cocok diterapkan untuk endapan batubara yang tersingkap di lereng

pegunungan atau bukit. Cara penambangannya diawali dengan pengupasan tanah

penutup (overburden) di daerah singkapan di sepanjang lereng mengikuti garis

ketinggian (kontur), kemudian diikuti dengan penambangan endapan batubaranya.

Penambangan dilanjutkan ke arah tebing sampai dicapai batas endapan yang masih

ekonomis bila ditambang. Menurut Robert Meyers, contour mining dibagi menjadi

beberapa metode, antara lain :

a. Conventional contour mining

Pada metode ini, penggalian awal dibuat sepanjang sisi bukit pada daerah dimana

batubara tersingkap. Pemberaian lapisan tanah penutup dilakukan dengan peledakan

dan pemboran atau menggunakan dozer dan ripper serta alat muat front end leader,

kemudian langsung didorong dan ditimbun di daerah lereng yang lebih rendah.

Pengupasan dengan contour stripping akan menghasilkan jalur operasi yang

bergelombang, memanjang dan menerus mengelilingi seluruh sisi bukit.

Page 13: Eksplorasi Batubara

b. Block-cut contour mining

Pada cara ini daerah penambangan dibagi menjadi blok-blok penambangan yang

bertujuan untuk mengurangi timbunan tanah buangan pada saat pengupasan tanah

penutup di sekitar lereng. Pada tahap

awal blok 1 digali sampai batas tebing

(highwall) yang diijinkan tingginya.

Tanah penutup tersebut ditimbun

sementara, batubaranya kemudian

diambil. Setelah itu lapisan blok 2 digali kira-kira setengahnya dan ditimbun di blok 1.

Sementara batubara blok 2 siap digali, maka lapisan tanah penutup blok 3 digali dan

berlanjut ke siklus penggalian blok 2 dan menimbun tanah buangan pada blok awal.

Pada saat blok 1 sudah ditimbun dan diratakan kembali, maka lapisan tanah

penutup blok 4 dipidahkan ke blok 2 setelah batubara pada blok 3 tersingkap semua.

Lapisan tanah penutup blok 5 dipindahkan ke blok 3, kemudian lapisan tanah penutup

blok 6 dipindahkan ke blok 4 dan seterusnya sampai selesai (Gambar 1.2). Penggalian

beruturan ini akan mengurangi jumlah lapisan tanah penutup yang harus diangkut untuk

menutup final pit.

c. Haulback contour mining

Metode haulback ini merupakan modifikasi dari konsep block-cut, yang

memerlukan suatu jenis angkutan overburden, bukannya langsung menimbunnya. Jadi

metode ini membutuhkan perencanaan dan operasi yang teliti untuk bisa menangani

batubara dan overburden secara efektif.

d. Box-cut contour mining

Pada metode box-cut contour mining ini lapisan tanah penutup yang sudah digali,

ditimbun pada daerah yang sudah rata di sepanjang garis singkapan hingga membentuk

suatu tanggul-tanggul yang rendah yang akan membantu menyangga porsi terbesar dari

tanah timbunan.

Page 14: Eksplorasi Batubara

2. Mountaintop removal method

Metode mountaintop removal method ini dikenal dan berkembang cepat,

khususnya di Kentucky Timur (Amerika Serikat). Dengan metode ini lapisan tanah

penutup dapat terkupas seluruhnya, sehingga memungkinkan perolehan batubara 100%.

gambar Mountaintop Removal Method (Chioronis, 1987)

3. Area mining method

Metode ini diterapkan untuk menambang endapan batubara yang dekat

permukaan pada daerah mendatar sampai agak landai. Penambangannya dimulai dari

singkapan batubara yang mempunyai lapisan dan tanah penutup dangkal dilanjutkan ke

yang lebih tebal sampai batas pit.

4. Open pit method

Metode ini digunakan untuk endapan batubara yang memiliki kemiringan (dip)

yang besar dan curam. Endapan batubara harus tebal bila lapisan tanah penutupnya

cukup tebal.

a. lapisan miring

Cara ini dapat diterapkan pada lapisan batubara yang terdiri dari satu lapisan

(single seam) atau lebih (multiple seam). Pada cara ini lapisan tanah penutup yang telah

dapat ditimbun di kedua sisi pada masing-masing pengupasan

b. lapisan tebal

Pada cara ini penambangan dimulai dengan melakukan pengupasan tanah

penutup dan penimbunan dilakukan pada daerah yang sudah ditambang. Sebelum

Page 15: Eksplorasi Batubara

dimulai, harus tersedia dahulu daerah singkapan yang cukup untuk dijadikan daerah

penimbunan pada operasi berikutnya. Pada cara ini, baik pada pengupasan tanah

penutup maupun penggalian batubaranya, digunakan sistem jenjang (benching system).

2) Penambangan Batubara bawah tanah

Metode penambangan batubara bawah tanah ada 2 buah yang populer, yaitu:

a. Room and Pillar

Metode penambangan ini dicirikan dengan meninggalkan pilar-pilar batubara

sebagai penyangga alamiah. Metode ini biasa diterapkan pada daerah dimana

penurunan (subsidence) tidak diijinkan. Penambangan ini dapat dilaksanakan

secara manual maupun mekanis.

b. Longwall

Metode penambangan ini dicirikan dengan membuat panel-panel penambangan

dimana ambrukan batuan atap diijinkan terjadi di belakang daerah penggalian.

Penambangan ini juga dapat dilaksanakan secara manual maupun mekanis.

gambar Metode Longwall

3) Pengeboran dengan Auger (Auger Mining)

Auger mining adalah sebuah metode penambangan untuk permukaan dengan

dinding yang tinggi atau penemuan singkapan (outcrop recovery) dari batubara dengan

pemboran ataupun penggalian bukan ke dalam lapisan di antara lapisan penutup.

Auger mining dilahirkan sebelum 1940-an adalah metode untuk mendapatkan

batubara dari sisi kiri dinding tinggi setelah penambangan permukaan secara

Page 16: Eksplorasi Batubara

konvensional. Penambangan batubara dengan auger bekerja dengan prinsip skala besar

drag bit rotary drill. Tanpa merusak batubara, auger mengekstraksi dan menaikkan

batubara dari lubang dengan memiringkan konveyor atau pemuatan dengan

menggunakan loader ke dalam truk.

Pengembangan dan persiapan daerah untuk auger mining adalah tugas yang

mudah jika dilakukan bersamaan dengan pemakaian metode open cast atau open pit.

Setelah kondisi dinding tinggi, auger drilling dapat ditempatkan pada lokasi.

Kondisi endapan yang dapat menggunakan metode ini berdasarkan Pfleider (1973) dan

Anon (1979) adalah endapan yang memiliki penyebaran yang baik dan kemiringannya

mendekati horisontal, serta kedalamannya dangkal (terbatas sampai ketinggian dinding

dimana auger ditempatkan.

gambar Auger Mining pada lapisan batubara dengan kemiringan lapisan rendah (Salem

Tool Inc.,1996)

gambar Auger Mining pada lapisan batubara dengan kemiringan lapisan curam (Salem

Tool Inc.,1996)