Eksplorasi Batubara
-
Upload
rifki-asrul-sani -
Category
Documents
-
view
4.568 -
download
11
Transcript of Eksplorasi Batubara
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Sumber daya batubara (Coal Resources) di Indonesia cukup besar dengan total
cadangan kurang lebih 39 milyar ton. Bila diasumsikan laju pertumbuhan produksi
batubara mencapai 12,4 % per tahun, maka batubara Indonesia dapat dimanfaatkan
hingga tahun 2166. Lokasi cadangan umumnya berada di Sumatera (64%) dan
Kalimantan (35%). Sementara itu daerah-daerah lain seperti pulau Jawa dan Sulawesi
walaupun cadangannya sedikit tetapi telah dimanfaatkan, karena di kedua daerah
tersebut lokasi konsumen tidak jauh. Sehingga batu bara tetap ekonomis untuk
dimanfaatkan. Di pulau Jawa, banyak pemakai batubara untuk berbagai keperluan,
sedangkan di Sulawesi terdapat pabrik semen dengan kapasitas yang cukup besar.
Cadangan batu bara Indonesia saat ini berjumlah sekitar 7 miliar ton yang terdiri
dari batu bara berkualitas rendah, yaitu lignite (49%), dan sub-bituminous (26%),
serta batu bara berkualitas tinggi yaitu bituminous (24%) dan antrachite (1%).
Cadangan batubara (Coal Reserves) adalah bagian dari sumber daya batubara yang
telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat
pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang Batubara berkualitas rendah
ditandai dengan kandungan air yang tinggi dan karbon yang rendah. Sementara itu,
batu bara berkualitas tinggi memiliki kandungan air yang rendah dan karbon yang
tinggi, dan umumya dijual ke pasar ekspor internasional
Sebelum melakukan eksploitasi maka diperlukan suatu tahapan eksplorasi yang
akan memudahkan dalam penentuan suatu cebakan-cebakan batubara, menentukan
kecenderungan akumulasi endapan batubara dan penyebarannya secara lateral.
Disamping itu potensi kuantitas dan kualitas dari sumberdaya batubara dapat
ditentukan dari tahapan eksplorasi.
Eksplorasi batu bara umumnya dilaksanakan melalui empat tahap, survei tinjau,
prospeksi, eksplorasi pendahuluan dan eksplorasi rinci. Tujuan penyelidikan geologi
ini adalah untuk mengidentifikasi keterdapatan, keberadaan, ukuran, bentuk,
sebaran, kuantitas, serta kualitas suatu endapan batu bara sebagai dasar
analisis/kajian kemungkinan dilakukannya investasi. Tahap penyelidikan tersebut
menentukan tingkat keyakinan geologi dan kelas sumber daya batubara yang
dihasilkan.
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN
Makalah ini mempunyai tujuan yaitu :
a. Memahami cara metode eksplorasi batubara yang baik dan benar dalam
penemuan sumberdaya batubara.
b. Mengetahui berbagai cara pemetaan geologi yang dapat digunakan dalam
membantu kegiatan eksplorasi batubara.
c. Memahami metode-metode yang diterapkan dalam eksplorasi batubara, yaitu :
metode geofisika dan metode geokimia.
d. Mengetahui metode pemboran yang biasa digunakan untuk eksplorasi batubara.
I.3 METODE PENULISAN
Metode penulisan makalah ini adalah metode analisis deksriptif yang dilakukan
melalui penyaduran telaah pustaka yang relevan dengan masalah yang sedang dikaji.
Bahan kajian tersebut berasal dari media cetak (buku, jurnal ilmiah) dan media
internet.
BAB II
PEMETAAN GEOLOGI
Eksplorasi batu bara umumnya dilaksanakan melalui empat tahap, survei tinjau,
prospeksi, eksplorasi pendahuluan dan eksplorasi rinci. Tujuan penyelidikan geologi ini
adalah untuk mengidentifikasi keterdapatan, keberadaan, ukuran, bentuk, sebaran,
kuantitas, serta kualitas suatu endapan batu bara sebagai dasar analisis/kajian
kemungkinan dilakukannya investasi. Tahap penyelidikan tersebut menentukan tingkat
keyakinan geologi dan kelas sumber daya batubara yang dihasilkan.
1. Survei Tinjau (Reconnaissance)
Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi Batu bara yang paling awal dengan
tujuan mengidentifikasi daerah-daerah yang secara geologis mengandung endapan
batubara yang berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut serta mengumpulkan informasi
tentang kondisi geografi, tata guna lahan, dan kesampaian daerah. Kegiatannya,
antara lain, studi geologi regional, penafsiran penginderaan jauh, metode tidak
langsung lainnya, serta inspeksi lapangan pendahuluan yang menggunakan peta dasar
dengan skala sekurang-kurangnya 1 : 100.000.
Pada tahap survei awal, pertama dilakukan survei formasi cool-bearing yang
terbuka secara alami dan beberapa pengeboran untuk mengetahui kedalaman dari
lapisan batubara kearah kemiringan dengan maksud memastikan deposit batubara
yang potensial. Kemudian akan berlanjut kepada teknik eksplorasi yang lebih tinggi
menggunakan mesin dan peralatan yang spesifik. Dalam bab ini akan dijelaskan secar
ringkas mengenai survei geologi permukaan yang merupakan dasar dari semua survei
geologi. Namun, lingkup penyelidikan perlu dikembangkan, tidak hanya pada batubara
itu sendiri, tetapi juga kepada penelitian lain seperti penelitian sedimentologi
batubara dan lingkungannya, penelitian palaentologi fosil mikro dan mega, penelitian
geokimia, penelitian struktur terhadap fracture dan lain-lain.
Pada akhirnya, hasil aktural yang diperoleh dari survei umum dan rinci adalah :
Survei Umum Survei Rinci
• Peta geologi 1 : 50.000 - 10.000 1 : 1.000-3.000
• Peta penampang geologi 1 : 50.000 - 10.000 1 : 1.000-3.000
• Peta penampang stratigrafi 1 : 500 - 1.000 1 : 200 - 500
• Peta korelasi penampang 1 : 500 - 1.000
stratigrafi / lapisan batubara
• Peta penampang columnar 1 : 20 - 1.000 1 : 200 - 500
batubara
• Peta kontur lapisan batubara 1 : 25.000-10.000 1 : 1.000-5.000
• Peta isopach lapisan batubara 1 : 10.000 1 : 1.000-5.000
• Peta distribusi kualitas batubara 1 : 10.000 1 : 1.000-5.000
(ash, sulfur, pospor, dll)
• Peta kalkuasai cadangan batubara 1 : 10.000 1 : 1.000-5.000
• Tabel kalkualsi cadangan batu bara
2. Prospeksi (Prospecting)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah sebaran endapan
yang akan menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini, di antaranya, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:50.000, pengukuran
penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pemboran uji (scout
drilling), pencontohan dan analisis. Metode tidak langsung, seperti penyelidikan
geofisika, dapat dilaksanakan apabila dianggap perlu.
Logging geofisik berkembang dalam ekplorasi minyak bumi untuk analisa
kondisi geologi dan reservior minyak. Logging geofisik untuk eksplorasi batubara
dirancang tidak hanya untuk mendapatkan informasi geologi, tetapi untuk
memperoleh berbagai data lain, seperti kedalaman, ketebalan dan kualitas lapisn
batubara, dan sifat geomekanik batuan yang menyrtai penambahan batubara.
Dan juga mengkompensasi berbagai maslah yang tidak terhindar apabila hanya
dilakukan pengeboran, yaitu pengecekan kedalaman sesungguhnya dari lapisan
penting, terutama lapisan batubara atau sequence rinci dari lapisan batubara
termasuk parting dan lain lain.
3. Eksplorasi Pendahuluan (Preliminary Exploration)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas
serta gambaran awal bentuk tiga-dimensi endapan batu bara. Kegiatan yang dilakukan
antara lain, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:10.000, pemetaan topografi,
pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penarnpangan
(logging) geofisika, pembuatan sumuran/paritan uji, dan pencontohan yang andal.
Pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi mulai dapat dilakukan.
4. Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas clan kualitas
serta bentuk tiga-dimensi endapan batu bara. Kegiatan yang harus dilakukan adalah
pemetaan geologi dan topografi dengan skala minimal 1:2.000, pemboran, dan
pencontohan yang dilakukan dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya,
penampangan (logging) geofisika, pengkajian geohidrologi, dan geoteknik. Pada tahap
ini perlu dilakukan pencontohan batuan, batubara dan lainnya yang dipandang perlu
sebagai bahan pengkajian lingkungan yang berkaitan denqan rencana kegiatan
penambangan
BAB III
METODE GEOFISIKA BATUBARA
Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka hadirlah
survey geofisika tahanan jenis yang merupakan suatu metode yang dapat memberikan
gambaran susunan dan kedalaman lapisan batuan dengan mengukur sifat kelistrikan
batuan. Loke (1999) mengungkapkan bahwa survey geofisika tahanan jenis dapat
menghasilkan informasi perubahan variasi harga resistivitas baik arah lateral maupun
arah vertical. Metode ini memberikan injeksi listrik kedalam bumi, dari injeksi tersebut
maka akan mengakibatkan medan potensial sehingga yang terukur adalah besarnya kuat
arus (I) dan potensial (∆V), dengan menggunakan survey ini maka dapat memudahkan
para geologist dalam melakukan interpretasi keberadaan cebakan-cebakan batubara
dengan biaya eksplorasi yang relatif murah.
LOGGING GEOFISIK (GEOPHYSICAL WELL LOGGING)
Logging geofisik berkembang dalam ekplorasi minyak bumi untuk analisa kondisi
geologi dan reservior minyak. Logging geofisik untuk eksplorasi batubara dirancang tidak
hanya untuk mendapatkan informasi geologi, tetapi untuk memperoleh berbagai data
lain, seperti kedalaman, ketebalan dan kualitas lapisn batubara, dan sifat geomekanik
batuan yang menyrtai penambahan batubara.
Dan juga mengkompensasi berbagai masalah yang tidak terhindar apabila hanya
dilakukan pengeboran, yaitu pengecekan kedalaman sesungguhnya dari lapisan penting,
terutama lapisan batubara atau sequence rinci dari lapisan batubara termasuk parting
dan lain lain.
Jenis dan Prinsip Logging Geofisik
Dari sekian banyak prinsip logging yang ada, yang paling sering digunakan adalah
resistansi listrik, kecepatan gelombang elastis dan radioaktif. Untuk eksplorasi batubara,
logging densitas adalah yang paling efektif dan kombinasi logging densitas dan sinar
gama adalah yang direkomendasi untuk menentukan sifat geologi sekitar lapisan
batubara. Setiap logging mempunyai keistimewaannya masing-masing, oleh karena itu
lebih baik melakukan kombinasi logging untuk analisa menyeluruh.
A. Log Sinar Gama
Kekuatan radiasi sinar gama adalah kuat dari mudstone dan lemah dari
sandstone. Terutama yang dari mudstone laut menunjukan nilai yang ekstra tinggi,
sedangkan yang dari lapisan batubara lebih rendah pada sandstone. Log sinar gama
dikombinasikan dengan log utama, seperti log densitas, netron dan gelombang bunyi,
digunakan untuk memastikan batas antara lapisan penting, seperti antara lapisan
batubara dengan langit-langit atau lantai.
B. Log Densitas
Sinar gama dari sumber radioaktif dipancar oleh tumbukan dengan elektron di
dalam lapisan tanah dan energi sinar gama akan hilanng kepada elektron untuk setiap
tumbukan (efek compton). Densitas elektron di dalam material sebanding dengan
densitas curahan atau masa (bulk or mass density) material.
C. Log Netron
Pada waktui netro berkecepatan tinggi menyebar kedalam lapisan tanah, terjadi
tumbukan berulang-ulang dengan inti atom material pembentuk lapisan tanah yang
mengakibatkan hilangnya energi dan menjadi netron termal berkecepatan rendah.
Kehilangan energi terbesar terjadi pada waktu tumbukan dengan inti atom unsur
Hidrogen yang massanya sama dengan netron. Sehingga, pengurangan kecepatan
netron ditentukan oleh kerapatan inti atom hidrogen di dalam lapisan tanah. Secara
umum, kerapatan inti atom hidrogen pada batuan sebanding dengan jumlah
kandungan cairan (air) di dalam material. Apabila diasumsikan, bahwa porositas pada
batuan diisi oleh air, maka kerapatan inti atom hidrogen sebanding dengan porositas
batuan. Berdasarkan prinsip ini, maka distribusi netron termal yang diukur berbanding
terbalik dengan distribusi porositas lapisan tanah.
Angka pengukuran tersebut, biasanya besar untuk sandstone dan kecil untuk
mudstone. Dengan kata lain, porositas tampak kecil intuk sandstone dan besar untuk
mudstone. Karena kerpatan inti atom hidrogen pada batubara tinggi, maka pada log
netron menunjukan nilai yang kecil dan mudah membedakan denngan batuan lain.
Tetapi, kadang kala sulit untuk mengenal batas yang jelas apabila penting atau langit-
langit/lantai terdiri dari batuan yang banyak mengandung karbon seperti coaly shale.
D. Log Resistansi
Log resistansi normal dirancang untuk mengukur suatu potensial listrik pada
elektroda pengukur, M, selama arus listrik konstan dialirkan ke dalam lapisan tanah
melalui elektroda A dan potensial tersebut dokonversi kepada resistensi tampak
berdasarkan hukum Ohm dan konfigurasi penempatan elektroda.
Guard electroda logging dirancang untuk mengukur resistansi lapisan tanah
setelah memusatkan distribusi arus listrik kedalam bagian tertentu dari lapisan tanah
dengan menggunakan elektroda tambahan. Dengan demikian akan menaiokan akurasi
resistensi dan kemapuan pengukuran di lapisan tipis. Metoda pengukuran ini disebut
juga sebagai laterolog.
E. Log Gelombang Bunyi (Sonic Log)
Sonic log yang digukan dewasa ini kebanyakan tipe BHC (bore hole compensated).
Metoda ini dapat mengurangi efek pemalsuan (spurious) pada perubahan ukuran
lubang dan juga mengkonpensasi kesalahan karena kemiringan sonde. Karena BHC
menggunakan satu transmitter diatas dan satu transmitter di bawah dua pasang
penerima (receiver), dan interval waktu perambatan gelombang yang diterima kedua
set receiver dirata-ratakan.
Peralatan Logging
Peralatan logging terdiri dari peralatan rekam, winch, telescope boom, probe,
sonde, dan lain-lain, biasanya dipasang pada mobil observasi dan hasil yang diperoleh
dari pengukuran direkam dalam chart dan data digital dalam satu waktu untuk analisa
lebih lanjut. Biasanya, diameter lubang bor adalah NQ (75,7 mm) atau HQ (96,0 mm).
Interpretasi Lapisan Batubara
Perusahaan logging mengembangkan peralatan orisinil (khas masing-masing)
untuk memperoleh resolusi logging batubara yang lebih baik.
Long spaced density log digunakan untuk evaluasi lapisan batubara karena
menunjukan densitas yang mendekati sebenarnya berkat pengaruh yang kecil dari
dinding lubang. Sedangkan, sort spaced density log mempunyai resolusi vertikal yang
tinggi, maka cocok untuk pengukuran ketebalan lapisan batubara. Kombinasi probe long
dan short spaced density bersama sinar gama dan caliper dapat memberikan data
densitas lapisan yang sebenarnya secara langsung melalui koreksi oleh data caliper.
Dalam hal ini, sensor sinar gama harus dipisahkan sekitar 2 m dari sumber log densitas
agar dapat menghindari terhadap sensor.
A. Analisa Ketebalan Lapisan Batubara
a. Metoda Rasio Densitas
Prinsip metoda ini adalah membagi dua dengan perbandingan tertentu, antara
batuan dan nilai densitas yang mewakili densitas, yang mengapit batas, di atas
kurva densitas dan mentapkan kedalaman titik tersebut sebagai kedalaman batas.
Perbandingan pembagiannya kadang kala direkomendasi 2/3 atau 4/5 jarak menuju
batubara. Akurasi metoda ini bervariasi dan untuk menentukan perbandingan
dengan pasti diperlukan tes empirik. Umumnya dikatakan mempunyai akurasi
kurang lebih 10 cm.
b. Metoda Densitas Rata-rata
Metoda ini mirip dengan metoda diatas, tetapi nilai densitas rata-rata diperoleh
dari nilai densitas yang dikonversi dari chart kalibrasi yang dibuat dengan memplot
count rate sinar gama terhadap nilai pengukuran densitas. Nilai densitas rata untuk
batubara dan batuan pada suatu kontak dihitung dan diplot pada log. Nilai densitas
yang sesuai. Kedalaman titik ini digunakan sebagai kedalaman kontak. Jika skala ini
linier, maka titik tersebut akan terletak ditengah sepanjang defleksi. Dan, jika
skalanya logaritma, titik akan cenderung mendekat ke salah satu log. Perbedaan
kedalaman antara batas langit-langit dan lantai ditetapkan sebagai ketebalan
lapisan batu bara. Akurasi metoda ini untuk tempat yang baik kondisi geologinya,
kurang lebih 2 cm.
c. Metoda Sinar Gama
Kekuatan sinar gama batu bara lebih rendah dibanding batuan. BPB Company
menetapkan titik batas antara lapisan batubara dengan batuan pada 1/3 menuju
batuan, diatas suatu kurva transisional.
B. Penentuan Kandungan Ash
Kandungan ash batubara dapat diperkirakan dengan menggunkan sinar gama
atau log densitas.
a. Sinar Gama
Asumsi dasarnya adalah tingkat radiasi langit-langit dan lantai lapisan
batubara yang terdiri dari mudstone atau silstone yang tipikal, mewakili lapian
dengan kandungan ash 0% diasumsikan sebagai level yang ekivalen dngan nilai
100%. Ash 0% diasumsikan sebagai level yang ekivalen 10%. Sehingga,
kandungan ash yang lain akan mengikuti hubungan linier antara titik-titik
tersebut. Jadi hubungan antara kandungan ash dan counter rate sinar gama
juga menjadi hubungan linier.
b. Log Densitas
Metoda ini didapat memperoleh akurasi dengan orde kurang lebih 0,1 g/cc,
dibawah kondisi terkendali, termasuk untuk daerah densitas rendah. Antara
kandungan ash dan densitas batubara terdapat hubungan yang baik, walaupun
terdapat variasi yang tergantung kepada jenis batubara. Pengukuran LSD dan
HRD dapat digunakn kedunya. Yang pertama memberikan informasi laterl yang
baik dan yang kedua memberikan informasi vertikal yang baik. Apabila dapat
melaksnakan pengeboran yang terkendali baik, dengan berat lumpur (mud) yang
diketahui dan dimeter lubang bor yang dapat diandalkan, maka dimugkinkan
untik membuat chart universal.
Chart ini mengkoreksi variabel-variabel tersebut dan mengkonversi count
yang dibaca dari log menjadi satuan densitas dan mencari kandungan ash.
Akurasi penentuan kandungan ash terhadap lapisan batubara yang tidak
diketahui adalahkurang lebioh 5% untuk kandungan ash sekitar 20 % dan kurang
lebih 2 % untuk kandunan ash sekitar 5%.
BAB V
METODE PEMBORAN BATUBARA
Metoda ini biasa diterapkan pada tiga sistem penambangan batubara, yaitu:
1. penambangan terbuka
2. penambangan bawah tanah
3. penambangan dengan auger
1) Penambangan terbuka
Pengelompokan jenis-jenis tambang terbuka batubara didasarkan pada letak
endapan, dan alat-alat mekanis yang dipergunakan. Teknik penambangan pada
umumnya dipengaruhi oleh kondisi geologi dan topografi daerah yang akan ditambang.
Jenis-jenis tambang terbuka batubara dibagi menjadi :
1. contour maining
Contour mining cocok diterapkan untuk endapan batubara yang tersingkap di lereng
pegunungan atau bukit. Cara penambangannya diawali dengan pengupasan tanah
penutup (overburden) di daerah singkapan di sepanjang lereng mengikuti garis
ketinggian (kontur), kemudian diikuti dengan penambangan endapan batubaranya.
Penambangan dilanjutkan ke arah tebing sampai dicapai batas endapan yang masih
ekonomis bila ditambang. Menurut Robert Meyers, contour mining dibagi menjadi
beberapa metode, antara lain :
a. Conventional contour mining
Pada metode ini, penggalian awal dibuat sepanjang sisi bukit pada daerah dimana
batubara tersingkap. Pemberaian lapisan tanah penutup dilakukan dengan peledakan
dan pemboran atau menggunakan dozer dan ripper serta alat muat front end leader,
kemudian langsung didorong dan ditimbun di daerah lereng yang lebih rendah.
Pengupasan dengan contour stripping akan menghasilkan jalur operasi yang
bergelombang, memanjang dan menerus mengelilingi seluruh sisi bukit.
b. Block-cut contour mining
Pada cara ini daerah penambangan dibagi menjadi blok-blok penambangan yang
bertujuan untuk mengurangi timbunan tanah buangan pada saat pengupasan tanah
penutup di sekitar lereng. Pada tahap
awal blok 1 digali sampai batas tebing
(highwall) yang diijinkan tingginya.
Tanah penutup tersebut ditimbun
sementara, batubaranya kemudian
diambil. Setelah itu lapisan blok 2 digali kira-kira setengahnya dan ditimbun di blok 1.
Sementara batubara blok 2 siap digali, maka lapisan tanah penutup blok 3 digali dan
berlanjut ke siklus penggalian blok 2 dan menimbun tanah buangan pada blok awal.
Pada saat blok 1 sudah ditimbun dan diratakan kembali, maka lapisan tanah
penutup blok 4 dipidahkan ke blok 2 setelah batubara pada blok 3 tersingkap semua.
Lapisan tanah penutup blok 5 dipindahkan ke blok 3, kemudian lapisan tanah penutup
blok 6 dipindahkan ke blok 4 dan seterusnya sampai selesai (Gambar 1.2). Penggalian
beruturan ini akan mengurangi jumlah lapisan tanah penutup yang harus diangkut untuk
menutup final pit.
c. Haulback contour mining
Metode haulback ini merupakan modifikasi dari konsep block-cut, yang
memerlukan suatu jenis angkutan overburden, bukannya langsung menimbunnya. Jadi
metode ini membutuhkan perencanaan dan operasi yang teliti untuk bisa menangani
batubara dan overburden secara efektif.
d. Box-cut contour mining
Pada metode box-cut contour mining ini lapisan tanah penutup yang sudah digali,
ditimbun pada daerah yang sudah rata di sepanjang garis singkapan hingga membentuk
suatu tanggul-tanggul yang rendah yang akan membantu menyangga porsi terbesar dari
tanah timbunan.
2. Mountaintop removal method
Metode mountaintop removal method ini dikenal dan berkembang cepat,
khususnya di Kentucky Timur (Amerika Serikat). Dengan metode ini lapisan tanah
penutup dapat terkupas seluruhnya, sehingga memungkinkan perolehan batubara 100%.
gambar Mountaintop Removal Method (Chioronis, 1987)
3. Area mining method
Metode ini diterapkan untuk menambang endapan batubara yang dekat
permukaan pada daerah mendatar sampai agak landai. Penambangannya dimulai dari
singkapan batubara yang mempunyai lapisan dan tanah penutup dangkal dilanjutkan ke
yang lebih tebal sampai batas pit.
4. Open pit method
Metode ini digunakan untuk endapan batubara yang memiliki kemiringan (dip)
yang besar dan curam. Endapan batubara harus tebal bila lapisan tanah penutupnya
cukup tebal.
a. lapisan miring
Cara ini dapat diterapkan pada lapisan batubara yang terdiri dari satu lapisan
(single seam) atau lebih (multiple seam). Pada cara ini lapisan tanah penutup yang telah
dapat ditimbun di kedua sisi pada masing-masing pengupasan
b. lapisan tebal
Pada cara ini penambangan dimulai dengan melakukan pengupasan tanah
penutup dan penimbunan dilakukan pada daerah yang sudah ditambang. Sebelum
dimulai, harus tersedia dahulu daerah singkapan yang cukup untuk dijadikan daerah
penimbunan pada operasi berikutnya. Pada cara ini, baik pada pengupasan tanah
penutup maupun penggalian batubaranya, digunakan sistem jenjang (benching system).
2) Penambangan Batubara bawah tanah
Metode penambangan batubara bawah tanah ada 2 buah yang populer, yaitu:
a. Room and Pillar
Metode penambangan ini dicirikan dengan meninggalkan pilar-pilar batubara
sebagai penyangga alamiah. Metode ini biasa diterapkan pada daerah dimana
penurunan (subsidence) tidak diijinkan. Penambangan ini dapat dilaksanakan
secara manual maupun mekanis.
b. Longwall
Metode penambangan ini dicirikan dengan membuat panel-panel penambangan
dimana ambrukan batuan atap diijinkan terjadi di belakang daerah penggalian.
Penambangan ini juga dapat dilaksanakan secara manual maupun mekanis.
gambar Metode Longwall
3) Pengeboran dengan Auger (Auger Mining)
Auger mining adalah sebuah metode penambangan untuk permukaan dengan
dinding yang tinggi atau penemuan singkapan (outcrop recovery) dari batubara dengan
pemboran ataupun penggalian bukan ke dalam lapisan di antara lapisan penutup.
Auger mining dilahirkan sebelum 1940-an adalah metode untuk mendapatkan
batubara dari sisi kiri dinding tinggi setelah penambangan permukaan secara
konvensional. Penambangan batubara dengan auger bekerja dengan prinsip skala besar
drag bit rotary drill. Tanpa merusak batubara, auger mengekstraksi dan menaikkan
batubara dari lubang dengan memiringkan konveyor atau pemuatan dengan
menggunakan loader ke dalam truk.
Pengembangan dan persiapan daerah untuk auger mining adalah tugas yang
mudah jika dilakukan bersamaan dengan pemakaian metode open cast atau open pit.
Setelah kondisi dinding tinggi, auger drilling dapat ditempatkan pada lokasi.
Kondisi endapan yang dapat menggunakan metode ini berdasarkan Pfleider (1973) dan
Anon (1979) adalah endapan yang memiliki penyebaran yang baik dan kemiringannya
mendekati horisontal, serta kedalamannya dangkal (terbatas sampai ketinggian dinding
dimana auger ditempatkan.
gambar Auger Mining pada lapisan batubara dengan kemiringan lapisan rendah (Salem
Tool Inc.,1996)
gambar Auger Mining pada lapisan batubara dengan kemiringan lapisan curam (Salem
Tool Inc.,1996)