Eksantema Akibat Erupsi Obat

25
Eksantema Akibat Erupsi Obat Robert S. Stern, M. Seorang wanita berusia 50 tahun dengan depresi bipolar dan ruam pruritus yang luas dalam 1 hari. Dia terkadang demam serta sebaliknya. Dia memiliki riwayat eksim dan alergi terhadap sulfonamid. Dia mendapatkan pengobatan yang meliputi tiroksin harian, naproxen jangka sedang, dan lamotrigin, dimulai 3 minggu sebelumnya. Bagaimana cara mengevaluasi dan mengobatinya? Masalah Klinik Di Amerika Serikat, pasien mendapat lebih dari 300 juta resep obat dan membeli jutaan obat diseluruh apotek setiap bulan. 1 Dalam banyak kasus pasien memakai obat ini untuk pertama kalinya. Reaksi kulit merupakan salah satu efek samping yang paling umum dari obat, diantaranya penisilin, sefalosporin, sulfonamide, dan allopurinol (dengan kejadian hingga 50 kasus per 1000 pengguna baru), dan obat anti

description

kulit

Transcript of Eksantema Akibat Erupsi Obat

Eksantema Akibat Erupsi Obat

Robert S. Stern, M.

Seorang wanita berusia 50 tahun dengan depresi bipolar dan ruam pruritus yang luas dalam 1 hari. Dia terkadang demam serta sebaliknya. Dia memiliki riwayat eksim dan alergi terhadap sulfonamid. Dia mendapatkan pengobatan yang meliputi tiroksin harian, naproxen jangka sedang, dan lamotrigin, dimulai 3 minggu sebelumnya. Bagaimana cara mengevaluasi dan mengobatinya?

Masalah Klinik

Di Amerika Serikat, pasien mendapat lebih dari 300 juta resep obat dan membeli jutaan obat diseluruh apotek setiap bulan.1 Dalam banyak kasus pasien memakai obat ini untuk pertama kalinya. Reaksi kulit merupakan salah satu efek samping yang paling umum dari obat, diantaranya penisilin, sefalosporin, sulfonamide, dan allopurinol (dengan kejadian hingga 50 kasus per 1000 pengguna baru), dan obat anti kejang, antara lain carbamazepine, phenytoin, dan lamotrigin (dengan kejadian hingga 100 kasus per 1000 pengguna baru).2-7 Obat yang terkait dengan ruam dilaporkan hampir semua resep obat, biasanya mencapai 10 kasus per 1000 pengguna baru. Reaksi ini dari erupsi ringan yang tak bergejala sampai mengancam jiwa. Reaksi kulit ini mungkin sulit dibedakan dari ruam pada umumnya yang tidak berhubungan dengan obat, terutama viral eksantem.Eksantema akibat obat (disebut juga morbilliform atau makulo-papular akibat obat) adalah erupsi yang paling umum dipengaruhi oleh obat.2, 7 Eksantema dan lebih jarang lagi serta lebih serius seperti sindrom Stevens-Johnson (SSJ), nekrolisis epidermal toksik (NET), eksantema akut dengan pustule menyeluruh, dan reaksi obat dengan eosinofilia dan gejala sistemik merupakan hal yang langka, T-cell-mediated, reaksi hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV).8-11 Dahulu, antigen penyaji selhaptens ini, terdiri dari obat atau metabolit yang terikat dengan protein atau peptida, sel-sel T. Sel-sel T antigen-spesifik berkembang, menyusup ke kulit, dan melepaskan sitokin, kemokin, dan mediator proinflamasi lain yang bertanggung jawab untuk tanda dan gejala yang berhubungan dengan ruam obat.12-15 Menurut teori yang dikenal sebagai konsep p-I (interaksi farmakologis obat dengan reseptor imun), obat yang bermolekul kecil atau metabolitnya, yang bukan antigen lengkap, mengaktifkan sel T langsung dengan mengikat sel-T receptors.12,13 Terlepas dari mekanisme yang memunculkan respon sel T terhadap suatu obat, tidak diketahui mengapa hanya sebagian kecil pasien yang terjadi reaksi itu, sedangkan yang lain memiliki reaksi imunologi tanpa ruam.Perubahan dalam status imunologi pasien, serta faktor genetik yang berhubungan dengan respon kekebalan tubuh, mempengaruhi risiko reaksi obat tersebut. Pasien dengan HIV, transplantasi sumsum tulang, atau infeksi tertentu memliki risiko yang tinggi.16,17 Sebagai contoh, pasien dengan infeksi mononucleosis yang dirawat dengan aminopenicillins dapat terjadi eksantema erupsi, dibandingkan dengan 5% dari pasien tanpa pemakaian obat tersebut. Beberapa alel HLA memiliki risiko lebih tinggi untuk reaksi hipersensitivitas sel T-mediated reaksi. Penyebab paling sering dalam kasus reaksi kulit yang parah, dihubungkan dengan obat, dan etnis tertentu.18 Di Eropa pemakaian carbamazepine, HLA-A dikaitkan dengan peningkatan risiko eksantem makulopapular.19Kebanyakan ruam karena obat adalah sembuh sendiri dan hanya menimbulkan gejala ringan. Mayoritas reaksi kulit dikaitkan dengan obat yang berpotensi menjadi erupsi eksantema (makulopapular atau morbilliform) (> 80%) atau urtikaria (5-10%), namun persentase ini bervariasi antara obat dan kelompok pasien.2,5,20 diantara pasien yang tidak memiliki gangguan imunologi, reaksi kulit yang parah, jarang terjadi (dengan kejadian