Eko

3
7/21/2019 Eko http://slidepdf.com/reader/full/eko5695d5421a28ab9b02a4a8df 1/3 b. Keterbatasan Model Pasar-Bebas Kompetitif Tradisional Bagi Negara-negara Berkembang Model kompetitif tradisional diatas menawarkan sedikit sekali petunjuk yang berarti mengenai kenyataan determinasi upah dan lapangan kerja yang terdapat di negara-negara dunia ketiga, khususnya di sektor manufaktur modern dan sektor pemerintah yang posisi kerjanya paling banyak diincar oleh para pencari kerja pada umumnya. Tingkat upah dalam  bentuk sejumlah uang dalam kenyataannya tidak pernah fleksibel dan cenderung terus- menerus turun karena lebih sering dan lebih banyak dipengaruhi oleh berbagai macam kekuatan institusional yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional. Mekipun demikian konsep upah atau harga bayangan untuk suatu faktor produksi seperti tenaga kerja tetap merupakan wahana analisis yang penting bagi perumusan kebijakan pembangunan. Dengan segala kelemahan dan keterbatasannya model klasik tersebut tetap bermanfaat yakni sebatas pada kemampuannya sebagai landasan komparatif dalam penelaahan atas terjadinya distorsi-distorsi harga yang sering kali turut memperburuk kondisi pengangguran di negara- negara berkembang. 2. pertumbuhan output dan kesempatan kerja : konflik atau kesesuaian? a. Model-model pertumbuhan dan kesempatan kerja : argumentasi konflik Perhatian utama dari model-model pertumbuhan sangat menekankan  pentingnya sisi penawaran yang difokuskan pada kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan output nasional melalui akumulasi modal. Menurut model-model tersebut pertumbuhan ekonomi terjadi sebagai auatu hasil dari kombinasi pemupukan tingkat tabungan dan akumulasi modal fisik. Berdasarkan rasio modal output agregat tertentu tingkat pertumbuhan output nasional serta kesempatan kerja dapat dimaksimumkan dengan cara memaksimumkan tingkat tabungan dan inestasi. Dorongan besar ke arah industrialisasi yang cepat telah menjadi hal penting dalam model-modelini berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan dan tercapainya keberhasilan pembangunan nasional. !aktor yang menyebabkan teori  pembangunan dorongan besar gagal terletak pada pertumbuhan produktiitas kerja. "ecara definitif tingkat pertumbuhan output dikurangi dengan tingkat pertumbuhan  produktiitas kerja kurang lebih sama dengan tingkat pertumbuhan kesempatan kerja. !enomena naiknya produktiitas tenaga kerja yang kemudian mengakibatkan naiknya

Transcript of Eko

b. Keterbatasan Model Pasar-Bebas Kompetitif Tradisional Bagi Negara-negara BerkembangModel kompetitif tradisional diatas menawarkan sedikit sekali petunjuk yang berarti mengenai kenyataan determinasi upah dan lapangan kerja yang terdapat di negara-negara dunia ketiga, khususnya di sektor manufaktur modern dan sektor pemerintah yang posisi kerjanya paling banyak diincar oleh para pencari kerja pada umumnya. Tingkat upah dalam bentuk sejumlah uang dalam kenyataannya tidak pernah fleksibel dan cenderung terus-menerus turun karena lebih sering dan lebih banyak dipengaruhi oleh berbagai macam kekuatan institusional yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional. Mekipun demikian konsep upah atau harga bayangan untuk suatu faktor produksi seperti tenaga kerja tetap merupakan wahana analisis yang penting bagi perumusan kebijakan pembangunan. Dengan segala kelemahan dan keterbatasannya model klasik tersebut tetap bermanfaat yakni sebatas pada kemampuannya sebagai landasan komparatif dalam penelaahan atas terjadinya distorsi-distorsi harga yang sering kali turut memperburuk kondisi pengangguran di negara-negara berkembang.2. pertumbuhan output dan kesempatan kerja : konflik atau kesesuaian?a. Model-model pertumbuhan dan kesempatan kerja : argumentasi konflikPerhatian utama dari model-model pertumbuhan sangat menekankan pentingnya sisi penawaran yang difokuskan pada kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan output nasional melalui akumulasi modal. Menurut model-model tersebut pertumbuhan ekonomi terjadi sebagai auatu hasil dari kombinasi pemupukan tingkat tabungan dan akumulasi modal fisik. Berdasarkan rasio modal output agregat tertentu tingkat pertumbuhan output nasional serta kesempatan kerja dapat dimaksimumkan dengan cara memaksimumkan tingkat tabungan dan investasi. Dorongan besar ke arah industrialisasi yang cepat telah menjadi hal penting dalam model-modelini berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan dan tercapainya keberhasilan pembangunan nasional. Faktor yang menyebabkan teori pembangunan dorongan besar gagal terletak pada pertumbuhan produktivitas kerja. Secara definitif tingkat pertumbuhan output dikurangi dengan tingkat pertumbuhan produktivitas kerja kurang lebih sama dengan tingkat pertumbuhan kesempatan kerja. Fenomena naiknya produktivitas tenaga kerja yang kemudian mengakibatkan naiknya rasio modal tenaga kerja dapat dijelaskan secara lebih baik dengan bantuan model neoklasik.b. Pertumbuhan dan kesempatan kerja : argumentasi kesesuaianKenaikan produktivitas bkerja merupakan sesuatu yang diinginkan. Namun lebih dari itu yang sebenarnya sangat didambakan adalah kenaikan produktivitas total. Tingkat produktivitas tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui berbagai mekanisme. Peningkatan pendidikan, pelatihan serta penerapan manajemen yang lebih baik merupakan mekanisme yang positif bagi peningkatan produktivitas. Akan tetapi kenaikan tingkat produktivitas yang bersumber akibat penggunaan lebih banyak modal dalam proses produksi yang cenderung mengurangi pemakaian tenaga kerja tidak bisa dikatakan positif. Akumulasi modal ini tidak hanya membuang-buang sumber daya keuangan domestik serta devisa, tetapi juga akan menghalangi upaya-upaya dalam rangka menciptakan pertumbuhan penciptaan lapangan keja baru.Jadi kita dapat menarik kesimpulan bahwa model-model Harrod-Domar dan neoklasik yang menekankan pentingnya akumulasi modal dan pertumbuhan ekonomi beserta sejumlah kebijakan yang menjadi implikasinya memang dapat mempercepat pertumbuhan output namun kurang bisa diandalkan untuk memacu pertumbuhan penciptaan lapangan kerja. Kenaikan lapangan kerja atau kesepatan kerja bisa saja dicapai tanpa harus mengorbankan pertumbuhan output. Para ekonom berpendapat bahwa strategi pembangunan yang berorientasikan kepada penciptaan lapangan kerja juga dapat mempercepat laju pembangunan ekonomi. Terciptanya lebih banyak kesempatan kerja berarti tersedianya lebih banyak sumber pendapatan potensial bagi kalangan penduduk miskin. Dengan demikian pertumbuhan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi bukanlah dua tujuan yang senantiasa saling bertentangan merupakan dua fenomena yang saling memperkuat dan saling menunjang.3. penciptaan teknologi tepat guna dan perluasan kesempatan kerja : model intensif hargaa) pemilihan teknik produksi : sebuah ilustrasiIntisari pemikiran yang terkandung dalam model insentif-harga neoklasik sebenarnya sederhana. Para produsen diasumsikan menghadapi dua harga relatif faktor produksi. Diasumsikan pula bahwa para produsen mampu memproduksi output dengan berbagai proses teknologi produksi mulai dari teknologi padat karya hingga padat modal. Jadi apabila harga modal lebih mahal dibanding haga buruh maka produsen memilih teknik produksipadat karya. Sebaliknya apabila harga relatiftenaga kerja lebih mahal dari harga modal maka produsen akan menggunakan metodeproduksi padat modal.menurut para penganjur model insentif-harga,kombinasi modal-tenaga kerja optimal dan biayanya paling murah ditentukan oleh tingkat harga relatif dari kedua faktor produksi tersebut.b) Distorsi harga faktor dan teknologi tepat gunaHampir semua negara berkembang memiliki tenaga kerja yang berlimpah namun kekurangan modal sehingga diasumsikan teknik produksi yang dipakai adalah teknik padat karya. Namun dalam prakteknya adapula yang menggunakan teknik produksi padat modal. Menurut pakar hal itu disebabkan oleh adanya bermacam-macam faktor struktural, kelembagaan dan politik sehingga harga pasaran tenaga kerja lebih besar daripada harga modal. Tingginya upah buruh sering kali disebabkan oleh adanya skala gaji khusus bagi tenaga kerja asing yang ditentukan berdasarkan standar dan biaya hidup di negara Eropa. Di pihak lain harga faktorproduksi modal yang langka sengaja ditekan dengan adanya fasilitas percepatanperiode dan nilai penyusutan modal, suku bunga yang rendah atau bahkan negatif. Akibatnya adalah terus meningkatnya penggunaan teknik padat modal. Hal itu semata-mata merupakan suatu tanggapan ekonomi yang rasional terhadap struktur harga faktor produksi di pasaran. Akan tetapi apabila ditinjau dari dari sudut kepentingan masyarakat hal itu jelas negatif karena biaya-biaya sosial penggunaan modal dibawah kapasitas dan penyerapan tenaga kerja menjadi rendah. Pihak pemerintah sangat dituntut untuk melakukan berbagai macam upaya kebijakan demi menciptakan harga-harga faktor produksi yang yang sebenarnya.