EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA...

15
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumbuhan kelapa dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir. Tanaman kelapa dapat digunakan baik untuk keperluan pangan maupun non pangan. Setiap bagian dari tanaman kelapa bisa di manfaatkan untuk kepentingan manusia. Karena itu, pohon kelapa dijuluki sebagai The Tree of Life (pohon kehidupan), karenanya tanaman ini mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tanaman kelapa tumbuh di daerah tropis, dapat dijumpai baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Kelapa dapat tumbuh di pinggir laut hingga dataran tinggi. Kelapa dapat dibedakan menjadi kelapa varietas dalam dan hibrida. Ada juga yang membedakannya menjadi 3 varietas, yaitu dalam, genjah dan hibrida. Setiap varietas dibagi lagi dalam beberapa jenis (Samosir, 1992). Arti penting kelapa bagi masyarakat tercermin dari luasnya areal perkebunan rakyat yang mencapai 98% dari 3,74 juta ha dan melibatkan lebih dari tiga juta rumah tangga petani. Kelapa diusahakan di seluruh provinsi di Indonesia yang tersebar pada ketinggian 0-700 m dpl, pada tanah mineral sampai tanah gambut, beriklim basah sampai kering. Areal terkonsentrasi di tiga wilayah, yaitu Sumatera (32,8%), Jawa dan Bali (26,2%), serta Sulawesi (18,4%). Jika dilihat dari luas wilayah dalam hubungannya dengan luas areal kelapa yang ada maka potensi pengembangan terdapat di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Sebaran tanaman kelapa terdapat diseluruh kepulauan Indonesia, pada tahun 2005, total areal meliputi 3,29 juta ha, yakni terdistribusi di pulau Sumatera EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAM DI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMUR ELLY JUMIATI Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Transcript of EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA...

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tumbuhan kelapa dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia

sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat

pesisir. Tanaman kelapa dapat digunakan baik untuk keperluan pangan maupun

non pangan. Setiap bagian dari tanaman kelapa bisa di manfaatkan untuk

kepentingan manusia. Karena itu, pohon kelapa dijuluki sebagai The Tree of Life

(pohon kehidupan), karenanya tanaman ini mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Tanaman kelapa tumbuh di daerah tropis, dapat dijumpai baik di dataran

rendah maupun dataran tinggi. Kelapa dapat tumbuh di pinggir laut hingga

dataran tinggi. Kelapa dapat dibedakan menjadi kelapa varietas dalam dan hibrida.

Ada juga yang membedakannya menjadi 3 varietas, yaitu dalam, genjah dan

hibrida. Setiap varietas dibagi lagi dalam beberapa jenis (Samosir, 1992). Arti

penting kelapa bagi masyarakat tercermin dari luasnya areal perkebunan rakyat

yang mencapai 98% dari 3,74 juta ha dan melibatkan lebih dari tiga juta rumah

tangga petani. Kelapa diusahakan di seluruh provinsi di Indonesia yang tersebar

pada ketinggian 0-700 m dpl, pada tanah mineral sampai tanah gambut, beriklim

basah sampai kering. Areal terkonsentrasi di tiga wilayah, yaitu Sumatera

(32,8%), Jawa dan Bali (26,2%), serta Sulawesi (18,4%). Jika dilihat dari luas

wilayah dalam hubungannya dengan luas areal kelapa yang ada maka potensi

pengembangan terdapat di Sumatera, Kalimantan, dan Papua.

Sebaran tanaman kelapa terdapat diseluruh kepulauan Indonesia, pada

tahun 2005, total areal meliputi 3,29 juta ha, yakni terdistribusi di pulau Sumatera

EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2

33,8%, Jawa 22,4%, Bali, NTB dan NTT 5,9%, Kalimantan 6,8%, Sulawesi

22,1%, Maluku dan Papua 9%. Walaupun sebarannya cukup merata, namun

produktivitasnya masih rendah. Produktivitas tanaman kelapa baru mencapai

2.700 – 4.500 kelapa butir yang setara 0,8 – 1,2 ton kopra/ha. Produktivitas ini

masih dapat ditingkatkan menjadi 6.750 butir atau setara 1,5 ton kopra. Selain itu,

potensi kayu kelapa yang dapat dihasilkan sebesar 200 juta m3. Produktivitas

aktual perkebunan kelapa rakyat masih sangat rendah karena diusahakan secara

tradisional. Perkembangan usahatani kelapa sangat lambat atau tidak ada

perkembangan sama sekali dan nilai tukar produk utama kelapa malah menurun

dengan munculnya substitusi dari komoditas lain. Lambatnya perkembangan

usahatani kelapa bukanlah disebabkan tidak tersedianya teknologi, tetapi lebih

ditentukan oleh status petani dan status kelapa itu sendiri. Tingkat pendidikan,

wawasan, dan ekonomi petani sangat mempengaruhi perkembangan usahatani

kelapa, demikian pula dengan asal muasal dari kebun tersebut. Petani yang

memperoleh kebun kelapa dari warisan biasanya hanya memungut hasilnya saja,

tidak akan memperhatikan pemeliharaannya. Berbeda dengan petani yang

membangun kebun kelapa dengan menanam sendiri akan mengurus kebunnya

dengan baik.

Menurut Kementerian Pertanian (2010), perkebunan kelapa di Indonesia

sebagian besar masih merupakan perkebunan rakyat, meskipun ada juga yang

merupakan perkebunan negara dan swasta. Pada periode tahun 1970-2009 luas

areal perkebunan kelapa di Indonesia menunjukkan pola peningkatan yang

cukup konsisten. Pola perkembangan luas areal kelapa Indonesia menyerupai

EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3

pola perkembangan luas areal perkebunan kelapa rakyat karena sekitar 98%

areal pertanaman kelapa diusahakan oleh rakyat (PR) sedangkan sisanya

diusahakan oleh perkebunan besar negara (PBN) dan perkebunan besar swasta

(PBS).

Pada kurun waktu tersebut rata-rata pertumbuhan luas areal kelapa di

Indonesia sebesar 1,95% per tahun. Peningkatan luas areal kelapa yang cukup

tinggi umumnya terjadi sebelum tahun 1997 (sebelum terjadinya krisis moneter),

dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,68% per tahun. Setelah tahun tersebut

luas areal kelapa masih meningkat tetapi lebih lambat, yaitu rata-rata sebesar

0,33% per tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Rata-rata Laju Pertumbuhan Dan Kontribusi Luas Areal Dan Produksi

Kelapa Di Indonesia, 1970 - 2009

Sumber: Ditjen Perkebunan, diolah Pusdatin

Keterangan: 1)

PR= Perkebunan Rakyat 2)

PBN= Perkebunan Besar Negara 3)

PBS= Perkebunan Besar Swasta

Tahun 2009: Angka Sementara

Berdasarkan jenis pengusahaannya, perkembangan luas areal kelapa PR

juga lebih stabil dibandingkan luas areal kelapa yang diusahakan oleh PBN dan

PBS. Pada tahun 1970-1997 pertumbuhan luas areal kelapa PR rata-rata sebesar

Tahun Luas Areal Produksi

PR1) PBN2) PBS3) Total PR1) PBN2) PBS3) Total

Pertumbuhan (%)

1970-2009 1,93 0,78 10,44 1,95 2,61 10,14 18,00 2,66 1970-1997 2,58 7,06 15,68 2,68 3,02 19,31 24,07 3,13 1998-2009 0,47 -13,34 -1,35 0,33 1,68 4,32 4,32 1,59

Kontribusi (%) 1970-2009 97,69 0,46 1,84 100,00 98,09 0,37 1,55 100,00 1970-1997 97,62 0,60 1,79 100,00 98,51 0,47 1,02 100,00 1998-2009 97,83 0,23 1,94 100,00 97,48 0,21 2,31 100,00

EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4

2,58% per tahun, PBN sebesar 7,06% per tahun dan PBS sebesar 15,68% per

tahun. Setelah tahun 1997 pertumbuhan luas areal kelapa PR melambat menjadi

sebesar 0,47% per tahun, sedangkan luas areal kelapa PBN dan PBS turun

masing-masing sebesar 13,34% per tahun dan 1,35% per tahun.

Dari sisi status pengusahaannya, produktivitas kelapa PR relatif lebih

stabil dan lebih tinggi dibandingkan produktivitas kelapa PBN. Produktivitas

kelapa Indonesia terbaik ada di jenis pengusahaan PBS dengan rata-rata

produktivitas sebesar 1,28 ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya

produksi kelapa dalam negeri masih dapat ditingkatkan dengan upaya budidaya

yang lebih intensif. Produktivitas kelapa di Indonesiadapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Perkembangan Produktivitas Kelapa Di Indonesia Menurut Status

Pengusahaan, 2004 - 2009

Sumber: Ditjen Perkebunan, diolah Pusdatin

Keterangan: 1)

PR= Perkebunan Rakyat 2)

PBN= Perkebunan Besar Negara 3)

PBS= Perkebunan Besar Swasta

Tahun 2009: Angka Sementara

Menurut Asean and Pacific Coconut Community (APCC), Indonesia

merupakan negara produsen kelapa terbesar di dunia dengan jumlah produksi

pada tahun 2001 mencapai 3,0 juta MT ton setara kopra. Pesaing utama adalah

Tahun Produktivitas

PR (ton/ha)

Pertumb (%)

PBN (ton/ha)

Pertumb (%)

PBS (ton/ha)

Pertumb (%)

Indonesia (ton/ha)

Pertumb (%)

2004 1,09 1,11 1,03 1,09 2005 1,11 1,34 0,84 -23,85 1,36 31,92 1,11 1,09 2006 1,12 0,58 0,67 -21,08 1,02 -24,66 1,12 1,27 2007 1,14 2,35 0,79 18,21 1,34 30,83 1,14 2,30 2008 1,16 1,98 1,47 86,68 1,45 8,26 1,17 2,10 2009*) 1,16 -0,68 1,47 0,16 1,48 2,40 1,16 -0,63

Rata-rata

1,13 1,11 1,06 12,02 1,28 9,75 1,13 1,22

EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5

Filipina dan India dengan produksi masing-masing sebesar 2,8 juta ton dan 1,8

juta ton pada tahun yang sama. Sebagian besar (> 90%) kelapa dalam di

Indonesia dipasarkan (dieskpor) ke negara-negara Asia diantaranya Cina dan

Malaysia. Sedangkan Negara Eropa yang mengimpor kelapa dari Indonesia

diantaranya Belanda dan Rusia. Dari tahun ke tahun ekspor kelapa Indonesia terus

mengalami peningkatan.

Walaupun sebaran tanaman kelapa di Kalimantan hanya 6,8%, tetapi

potensinya juga memberikan kontribusi yang penting untuk penyediaan pangan

dan sebagai bahan baku industri pengolahan. Salah satunya adalah Provinsi

Kalimantan Timur. Tanaman kelapa dalam merupakan komoditi tradisional

Kalimantan Timur, tumbuh dengan baik pada semua tempat yang diusahakan oleh

masyarakat sebagai tanaman perkarangan maupun yang diusahakan dalam

hamparan yang cukup luas. Luas areal kelapa rakyat di Kalimantan Timur tahun

2011 (Angka Sementara) tercatat sebanyak 30.250 Ha dengan jumlah produksi

sebanyak 25.172 ton/luasan total. Produksi dari tanaman kelapa rakyat tersebut

diatas seluruhnya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kelapa segar

masyarakat di dalam daerah.

Perkembangan data statistik, produksi, produktivitas dan tenaga kerja

perkebunan Kalimantan Timur komoditi kelapa tahun 2000-2011

(http://perkebunan.kaltimprov.go.id/komoditi-2-kelapa-dalam.html.21-2-2012)

dapat dilihat pada Tabel 1.3. dan 1.4.

EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

6

Tabel 1.3. Luas Areal, Produksi & Tenaga Kerja Kelapa

Tahun Luas TM (ha)

Luasan Total (ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (kg/ha)

TKP (Orang)

2012 23.338,00 30.712,00 23.562,00 1.010,00 26.331 2011 23.615,00 29,804,00 26.134,00 1.107,00 25.944 2010 23.867,00 29.983,00 27.994,00 1.172,92 30.469 2009 24.816,50 33.308,50 29.250,00 1.178,65 38.758 2008 25.273,50 33.416,00 32.007,00 1.266,43 40.069 2007 25.910,00 35.057,50 33.907,00 1.309,00 43.806 2006 37.437,00 47.807,50 44.111,50 1.178,29 49.691 2005 36.388,00 45.643,00 45.030,00 1.237,50 55.557 2004 37.385,00 46.307,50 44.700,50 1.195,68 55.590 2003 34.870,00 49.466,00 40.830,50 1.170,93 57.461 2002 35.474,50 53.588,50 40.649,00 1.145,87 63.270 2001 34.766,50 53.564,50 41.883,50 1.204,71 69.254 2000 34.708,50 51.584,50 31.332,00 902,72 67.776

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (2013)

Keterangan : Luas TM: Luas Tanaman Menghasilkan

Jika kita lihat dari Tabel 1.3.. produksi dan produktivitas kelapa di

Kalimantan Timur cukup fluktuatif. Rata-rata pendapatan petani yang

mengusahakan kelapa yang sudah berproduksi per hektarnya berkisar Rp

23.809.500,- hingga Rp 28.571.400,- per hektar per tahun (dengan asumsi:

populasi tanaman 143 pohon per hektar dengan jumlah buah 75 - 90 butir per

pohon per tahun dan harga jual kelapa Rp 2.220,- per butir). Untuk perkembangan

produksi dan produktivitas kelapa tiap kabupaten dan kota di Kalimantan Timur

dapat dilihat pada Tabel 1.4.

EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

7

Tabel 1.4. Luas Areal, Produksi dan Tenaga Kerja Menurut Kabupaten/Kota

2010

Sumber : Bagian Perencanaan Program (2012)

Melihat latar belakang di atas, kelapa mempunyai peluang agribisnis hulu

maupun hilir yang cukup potensial, maka peluang pengembangan agribisnis

kelapa dengan produk bernilai ekonomi tinggi sangat besar. Alternatif produk

yang dapat dikembangkan antara lain virgin coconut oil (VCO),

oleochemical (OC), dessicated coconut (DC), coconut milk / cream (CM/CC),

coconut charcoal (CCL), activated carbon (AC), brown sugar (BS), coconut

fiber (CF) dan coconut wood (CW), yang diusahakan secara parsial maupun

terpadu. Bahkan dengan perkembangan teknologi saat ini, kelapa bisa digunakan

sebagai bahan tenaga listrik yaitu dari buah kelapa yag diolah menjadi biofuel.

Pelaku agribisnis produk-produk tersebut mampu meningkatkan pendapatan

5-10 kali dibandingkan dengan bila hanya menjual produk buah segar atau

kopra. Hal ini senada dengan data dari Deptan (2007) bahwa Profil usaha produk-

Kabupaten/Kota Luasan Total (Ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (kg/Ha)

TKP (Orang)

Samarinda 886 523 785 4.789 Balikpapan 1.574 2.032 2.341 1.291 Kutai Kartanegara

9.665 5.086 648 4.058

Kutai Barat 1.270 244 444 1.435 Kutai Timur 2.150 3.388 1.999 4.051 Bontang 26 7 304 30 Paser 4.133 7.704 2.119 5.788 Penajam P.U 4.823 2.950 676 1.572 Berau 2.594 2.537 1.178 3.310 Bulungan 1.068 1.222 1.252 1.266 Malinau 35 6 462 25 Nunukan 1.090 1.899 3.093 2.470 Tana Tidung 42 21 1.050 99 Tarakan 627 375 852 285

Tahun 2010 29.983 27.994 1.172,92 30.469

EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

8

produk akhir kelapa yang sudah mulai berkembang hingga saat ini antara lain nata

de coco, serat, arang tempurung, gula merah, dan desicated coconut (Tabel 1.5)

menunjukkan kelayakan usaha yang tinggi. Akhir-akhir ini telah berkembang pula

virgin coconut oil (VCO) yang merupakan makanan suplemen dan juga obat.

Beberapa hambatan yang diperkirakan muncul seperti kontinuitas pasok bahan

baku ternyata dapat diatasi sehingga industri masih bertahan dengan kondisi yang

baik. Bila pengembangan dapat dilaksanakan secara ”terpadu” maka pasok bahan

baku akan lebih terjamin.

Tabel 1.5. Profil Usaha Beberapa Produk Akhir Kelapa

Produk Akhir Skala*)

NPV

(Rp.Juta)

B/C IRR

(%)

PBP

(th)

Nata de Coco Kecil 953 1,32 32 1

Coconut Fiber Menengah 2.462 2,30 52,4 2

Activated Carbon Menengah 2.924 1,12 21 4

Brown Sugar Kecil 1.396 2,45 73 1

Desiccated Coconut Besar 8.670 1,54 22 4 *)

Investasi Skala Kecil : maks Rp 1 miliar, Menengah : maks Rp 10 miliar, Besar

: lebih dari Rp 10 miliar.

1.2. Rumusan Masalah

Kebijakan pembangunan perkebunan saat ini pada dasarnya diarahkan

untuk meningkatkan ekspor dan memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Hal

ini dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti: peremajaan, rehabilitasi,

perbaikan mutu tanaman, penganekaragaman jenis dan pemanfaatan lahan

transmigrasi perkebunan, lahan kering dan rawa yang ditangani secara intensif.

Tujuannya adalah meningkatkan pendapatan taraf hidup petani.

Dalam jangka panjang arah kebijakan pengembangan usaha agribisnis

kelapa adalah ”Mewujudkan agribisnis kelapa yang berdaya saing dan

EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

9

berkeadilan yang dapat memberikan tingkat kesejahteraan secara berkelanjutan

bagi pelaku usahanya”. Untuk itu, diperlukan program jangka panjang yang

ditempuh melalui beberapa tahapan implementasi program lima tahunan (jangka

menengah). Program jangka panjang ini dirumuskan berdasarkan pemanfaatan

potensi sumberdaya utama (exsisting area, sdm petani, dan lahan) yang ada

didukung dengan potensi sumber daya penunjang (pendanaan, sarana pengolahan,

pemasaran, infrastruktur, dan lain-lain.) yang memungkinkan dan berpotensi

untuk diintegrasikan dan dikonsolidasikan dalam program pengembangan jangka

panjang komoditi kelapa. Salah satu fokus kebijakan pengembangan agribisnis

kelapa adalah pengembangan industri hilir dan peningkatan nilai tambah kelapa.

Kebijakan ini dimaksudkan agar produk kelapa Indonesia tidak lagi berupa bahan

mentah (kopra), tapi dalam bentuk hasil olahan, sehingga nilai tambah dapat

dinikmati di dalam negeri. Dalam Grand Strategi Dewan Kelapa Indonesia (DKI),

penerapan kebijakan pengembangan industri hilir ini ditempuh antara lain melalui:

a. Mempersiapkan Indonesia sebagai negara produsen kelapa terbesar di dunia

dengan mengembangkan usaha agribisnis kelapa yang berdaya saing dengan

proyeksi produksi (setara kopra) sekitar 4 juta ton.

b. Produktivitas tanaman dapat ditingkatkan dari 1,1, menjadi 1,5 ton setara

kopra/ha/tahun.

c. sekitar 20% dari total areal tanaman kelapa merupakan tanaman kelapa yang

berasal dari bibit unggul.

EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

10

d. Jumlah dan jenis produk kelapa yang diproduksi dan diekspor lebih banyak dan

beragam, pemanfaatan hasil samping (batang kelapa) dan limbah (tempurung,

air dan sabut) semakin berkembang.

e. Pendapatan petani dari usahataninya dapat ditingkatkan minimal 1.00 US

$/KK/tahun

f. Harga produk di tingkat petani 75% dari harga Free On Board (FOB) untuk

setiap jenis produk yang diekspor

g. Kebutuhan pupuk untuk perluasan dan peremajaan adalah urea sebanyak

78.650 ton, Sp.36 sebanyak 58.850 ton.

h. Penerapan Good Agriculture Product (GAP) dan Good Handling Product

(GHP) serta zero waste product secara konsisten.

i. Petani dikonsolidasikan dalam kelembagaan usaha yang efektif (koperasi)

j. Kemampuan petani dalam mengantisipasi perubahan/permintaan pasar

meningkat.

k. Tersedianya sumber dana untuk membiayai peremajaan kelapa

l. Pelaksanaan intensifikasi, peremajaan, pengembangan, diversifikasi dan

pembangunan unit pengolahan.

Pengembangan agroindustri diyakini akan berdampak pada penciptaan

kesempatan kerja seluas-luasnya sekaligus menciptakan pemerataan

pembangunan. Saat ini ekonomi Indonesia mempunyai masalah yang krusial

dalam bidang pengangguran dan kemiskinan. Titik lemah perekonomian kita

adalah pergerakan sektor riil tidak optimal sehingga kesempatan kerja

terbatas. Padahal sebagian besar penduduk miskin berada pada sektor ini,

EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

11

khususnya pertanian dalam arti luas. Oleh karena itu, diperlukan keberanian

pemerintah melakukan terobosan strategi menjadikan agroindustri sebagai

lokomotif ekonomi untuk menarik sektor lainnya.

Akan tetapi dalam pelaksanaannya, menurut Dewan Kelapa Indonesia

(DKI), ada beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan agribisnis

kelapa di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Produktivitas tanaman kelapa rendah yaitu sekitar 1,1 ton/ha setara kopra atau

sekitar 50% dari potensi produksinya

b. Kondisi tanaman sudah tua dan tidak produktif sekitar 438 ribu ha (11,58%

dari total areal kelapa)

c. Sekitar 98,225 perkebunan kelapa merupakan perkebunan rakyat dengan

kepemilikan lahan terbatas, pemanfaatannya belum optimal serta penerapan

teknologi yang belum utuh.

d. Struktur industri perkelapaan saat ini belum terpadu dan hampir seluruhnya

masih bersifat parsial, sehingga nilai tambahnya belum optimal.

e. Ekspor sebagian besar masih dalam bentuk produk primer.

f. Hasil samping dan limbah belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga belum

dapat dihasilkan nilai tambah yang berarti secara ekonomi, baik di tingkat

petani maupun ditingkat prosesor.

g. Jenis produk turunan kelapa yang baru dapat dihasilkan masih terbatas

dibanding negara produsen kelapa lain, seperti Philipina, telah dapat

mengembangkan sebanyak lebih dari 100 jenis produk.

EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

12

h. Penanganan agribisnis perkelapaan masih tersegmentasi/sektoral, belum dan

cenderung merugikan posisi petani kelapa sebagai penghasil produk primer.

i. Pengelolaan usaha belum dilakukan secara optimal, sehingga masih banyak

potensi sumberdaya belum termanfaatkan serta belum dapat memberikan

jamninan pendapatan yang layak bagi petani kelapa.

j. Persaingan dengan minyak nabati lainnya, khususnya kelapa sawit telah

menekan pengembangan tanaman kelapa.

k. Tidak tersedianya kredit murah untuk peremajaan tanaman tua dan rusak.

Permasalahan tersebut di atas juga dialami oleh petani kelapa dalam di

wilayah perbatasan. Perbatasan suatu negara mempunyai peranan penting dalam

penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam, menjaga

keamanan dan keutuhan wilayah. Pembangunan Ekonomi dan Percepatan

Pertumbuhan Perekonomian Perbatasan Berbasis Kerakyatan. Sumber daya

manusia merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan ketahanan di

daerah perbatasan. Kualitas sumber daya manusia ataupun tingkat kesejahteraan

yang rendah akan mengakibatkan kerawanan terutama dalam hal yang

menyangkut masalah sosial dan pada gilirannya dapat mengganggu stabilitas

nasional secara keseluruhan. Oleh sebab itu perlu adanya peningkatan taraf hidup

masyarakat di daerah perbatasan.

Kondisi perbatasan di Indonesia yang berbeda satu dengan yang lainnya,

baik antara kawasan perbatasan kontinen dan laut, maupun antar perbatasan di

wilayah daratnya sendiri, sehingga masing-masing memerlukan kebijakan khusus

dan strategi serta pendekatan yang berbeda. Khususnya di wilayah perbatasan

EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

13

Kalimantan Timur, potensi sumberdaya alam dan yang berasal dari pintu-pintu

masuk (border gates) di wilayah-wilayah tersebut sampai saat ini belum terkelola

dengan baik sehingga cenderung belum memberikan kesejahteraan ekonomi yang

memadai bagi masyarakat diwilayah-wilayah perbatasan. Panjang wilayah

perbatasan Kalimantan Timur dengan Sabah dan Sarawak sepanjang lebih kurang

850 km meliputi 3 (tiga) daerah kabupaten yaitu: Kutai Barat, Malinau dan

Nunukan yang meliputi 9 kecamatan. Menurut data dari Bappenas (2006),

perekonomian di wilayah perbatasan Kalimantan masih didominasi oleh sektor

Pertanian. Hal ini bisa dilihat dari persentase terhadap total PDRB di tiap-tiap

kabupaten. Akan tetapi Sektor perdagangan yang dapat dilakukan oleh masyarakat

Indonesia di wilayah perbatasan dengan Malaysia masih terbatas pada komoditas

hasil hutan dan hasil perkebunan saja. Itupun pada umumnya dilakukan secara

tidak resmi (illegal) sehingga mereka berada pada posisi tawar yang sangat lemah.

Selain itu transaksi yang dilakukan di sana menggunakan dua nilai mata uang

yaitu rupiah dan ringgit, akan tetapi nilai tukar ringgit tidak menggunakan nilai

tukar resmi yang satiap hari berubah tetapi ditetapkan sebesar tiga ribu rupiah

setiap satu ringgitnya.

Oleh karena itu dirasa penting untuk melakukan penelitian Efisiensi

Produksi dan Pemasaran Serta Daya Saing Komoditi Kelapa Dalam Di

Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur sehingga dapat dihasilkan suatu hasil

penelitian yang holistik untuk melihat komoditi ini dalam mendukung ketersedian

bahan baku pangan maupun non pangan dalam negeri maupun luar negeri serta

pertahanan negara yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani,

EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

14

local capacity building dan pendapatan daerah, khususnya di daerah perbatasan

Kalimantan Timur bagian utara secara menyeluruh.

Dari uraian di atas, ada beberapa permasalahan yang mendasari penelitian

ini, yaitu:

1. Bagaimana efisiensi produksi usahatani kelapa dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya?

2. Bagaimana efisiensi pemasaran komoditi kelapa dilihat dari marjin pemasaran,

integrasi pasar dan transmisi harga ?

3. Bagaimana daya saing berupa keunggulan komparatif dan keunggulan

kompetitif komoditi kelapa ?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian tentang Efisiensi Produksi dan Efisiensi Pemasaran Serta Daya

Saing Komoditi Kelapa Dalam Di Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur

bertujuan untuk:

1. Mengetahui efisiensi produksi usahatani kelapa dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

2. Mengetahui efisiensi pemasaran komoditi kelapa dilihat dari marjin pemasaran,

integrasi pasar dan transmisi harga.

3. Mengetahui daya saing berupa keunggulan komparatif dan keunggulan

kompetitif komoditi kelapa.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

15

1. Memberikan gambaran secara menyeluruh tentang potensi komoditi kelapa

baik produksi dan produktivitasnya serta pasarnya di Kabupaten Nunukan

Kalimantan Timur.

2. Memberikan gambaran tentang daya saing komoditi kelapa

3. Dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat kebijakan pembangunan

daerah dalam membaca peluang di era globalisasi dan otonomi daerah.

4. Dapat mendorong industrialisasi (agroindustri) di tingkat daerah khususnya

industri di bidang pertanian untuk berkompetisi secara internasional sehingga

dapt meningkatkan pendapatan masyarakat.

5. Dapat menciptakan sinergi antara kekuatan ekonomi lokal berbasis sumberdaya

lokal dan kekuatan ekonomi global.

1.5. Keaslian dan Kebaruan Penelitian

Penelitian tentang usahatani kelapa memang sudah banyak dilakukan, baik

dari sisi efisiensi, pemasaran, maupun daya saingnya, namun masih dilakukan

secara terpisah. Akan tetapi dalam penelitian ini, dilakukan penelitian tentang

komoditi kelapa secara holistik baik dari sisi efisiensi, pemasaran, maupun daya

saingnya dan juga lokasi penelitian yang diambil masih belum pernah dilakukan

penelitian yang sejenis untuk komoditi yang sama yaitu kelapa.

EFISIENSI PRODUKSI DAN PEMASARAN SERTA DAYA SAING KOMODITI KELAPA DALAMDI KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN TIMURELLY JUMIATIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/