PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM...

43
1 BAB I PENDAHULUAN “Pemerintahan tanpa partai adalah pemerintahan konservatif, sedangkan rezim anti partai merupakan rezim reaksioner” - Samuel Huntington - A. LATAR BELAKANG Petikan dari Samuel P. Huntington diatas seakan memberi pesan kepada ilmuan dan praktisi politik tentang pentingnya partai politik dalam kehidupan bernegara. Dalam kehidupan politik hampir sebagian besar keputusan politik mengenai nasib warga Negara ditentukan oleh partai politik. Melalui wakil-wakilnya baik di lembaga legislatif maupun di lembaga eksekutif, partai politik dapat menciptakan pengaruhnya dalam pengambilan keputusan politik di ruang publik. Maju mundurnya perjalanan serta perubahan sosial sebuah bangsa dengan demikian ditentukan oleh partai politik. Dalam arena elektoral, partai politik memegang peranan penting terutama dalam mempersiapkan pemimpin-pemimpinnya. Disini partai politik menjadi media bagi lahirnya calon-calon pemimpin yang diharapkan memiliki integritas, kompetensi, serta akseptabilitas dalam memimpin sebuah wilayah. Selain itu, partai politik juga hadir dalam dinamika politik lokal, dimana proses rekruitmen kepala daerah juga ditentukan oleh partai politik. Disinilah rekruitmen politik menjadi penting untuk dikaji dalam studi politik. Rekruitmen politik menjadi menarik karena dapat menjelaskan banyak hal dari dinamika partai politik (Sigit Pamungkas, 2009). Pertama, rekruitmen politik dapat menunjukkan lokus dari kekuasaan partai politik yang sesungguhnya. Apakah kekuasaan partai politik bersifat oligarkhis atau bersifat menyebar. Dengan kata lain, kekuasaan terkonsentrasi di pimpinan atau elit partai atau tersebar kedalam struktur PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH (STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013) Muhammad Yusri AR, S.IP Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Transcript of PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM...

1

BAB I

PENDAHULUAN

“Pemerintahan tanpa partai adalah pemerintahan

konservatif, sedangkan rezim anti partai merupakan

rezim reaksioner”

- Samuel Huntington -

A. LATAR BELAKANG

Petikan dari Samuel P. Huntington diatas seakan memberi pesan kepada ilmuan

dan praktisi politik tentang pentingnya partai politik dalam kehidupan bernegara.

Dalam kehidupan politik hampir sebagian besar keputusan politik mengenai nasib

warga Negara ditentukan oleh partai politik. Melalui wakil-wakilnya baik di lembaga

legislatif maupun di lembaga eksekutif, partai politik dapat menciptakan pengaruhnya

dalam pengambilan keputusan politik di ruang publik. Maju mundurnya perjalanan

serta perubahan sosial sebuah bangsa dengan demikian ditentukan oleh partai politik.

Dalam arena elektoral, partai politik memegang peranan penting terutama

dalam mempersiapkan pemimpin-pemimpinnya. Disini partai politik menjadi media

bagi lahirnya calon-calon pemimpin yang diharapkan memiliki integritas, kompetensi,

serta akseptabilitas dalam memimpin sebuah wilayah. Selain itu, partai politik juga

hadir dalam dinamika politik lokal, dimana proses rekruitmen kepala daerah juga

ditentukan oleh partai politik. Disinilah rekruitmen politik menjadi penting untuk

dikaji dalam studi politik.

Rekruitmen politik menjadi menarik karena dapat menjelaskan banyak hal dari

dinamika partai politik (Sigit Pamungkas, 2009). Pertama, rekruitmen politik dapat

menunjukkan lokus dari kekuasaan partai politik yang sesungguhnya. Apakah

kekuasaan partai politik bersifat oligarkhis atau bersifat menyebar. Dengan kata lain,

kekuasaan terkonsentrasi di pimpinan atau elit partai atau tersebar kedalam struktur

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2

hierarki partai, lembaga-lembaga partai, faksi-faksi internal partai sampai pada

anggota partai. Hal demikian mengingatkan kita pada Schattseineider yang

menyatakan bahwa siapa yang menentukan rekruitmen politik, maka ia adalah the

owner of party1.

Kedua, rekruitmen politik dapat menggambarkan perjuangan kekuasaan

internal partai politik. Perjuangan faksi-faksi politik di dalam partai akan sangat

nampak dalam rekruitmen politik. Rekruitmen politik menjadi pertaruhan eksistensi

individu dan faksi-faksi politik di partai, dan secara bersamaan menjadi pintu masuk

yang penting untuk dapat mengakses kekuasaan di arena yang lebih luas. Rekruitmen

politik menjadi pertaruhan survavilitas politik individu dan faksi-faksi dalam partai.

Keseluruhan pertarungan dalam rekruitmen politik dapat digunakan untuk melihat

bagaimana sesungguhnya distribusi kekuasaan di dalam partai terjadi.

Ketiga, rekruitmen politik dapat menunjukkan politik representasi yang

berusaha dihadirkan oleh partai politik. Individu-individu yang direkrut oleh partai

pada hakekatnya merepresentasikan kolektivitas entitas tertentu seperti demografis,

geografis, sex, ideologis, dan sebagainya. Rekruitmen politik dapat menunjukkan

bagaimana politik representasi dalam partai dilakukan.

Keempat, rekruitmen politik menggambarkan bagaimana sirkulasi elit terjadi.

Meminjam analisis Pareto tentang sirkulasi elit, kita dapat mengetahui apakah sirkulasi

elit itu mengacu pada proses dimana individu-individu berputar diantara elit dan non-

elit, atau mengacu pada proses dimana elit satu digantikan oleh elit yang lain

(Bottomoore, 2006).

Kelima, pasca rekruitmen politik, rekruitmen politik menjadi penentu wajah

partai di ruang publik. Siapa mereka, darimana asalnya, apa ideologinya, bagaimana

pengalaman politiknya, dan bagaimana kapasitas politiknya akan menjadi petunjuk

awal wajah politik partai di ruang publik. Wajah partai diruang publik sangat

tergantung pada bagaimana rekruitmen politik dilakukan oleh partai politik.

1 Cross 2008 dalam Sigit pamungkas, Partai Politik – Teori dan Praktik di Indonesia, Institute for Democracy

and Welfarism, 2011, hlm 90.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3

Terakhir, rekruitmen politik berada pada posisi sentral dalam mendifinisikan

tipe kepartaian. Sebuah partai disebut sebagai partai kartel, cateh-all, kader, dan massa

atau business-firm dapat dilihat dari bagaimana rekruitmen politik dilakukan.

Beberapa hal penting yang telah dikemukakan diatas menjadi alasan utama mengapa

rekruitmen politik masih relevan untuk diperbincangkan dalam khasanah keilmuan

kita.

Dalam proses rekruitmen politik yang terjadi dalam partai politik dewasa ini,

disatu sisi, konflik pilkada yang terjadi dalam proses rekruitmen politik beberapa

daerah menunjukkan bahwa proses rekruitmen kandidat sangat diwarnai oleh politik

transaksional, dimana partai politik sangat gampang dibeli dengan uang. Sehingga

kader yang dihasilkan cenderung bersifat karbitan. Namun disisi lain, fenomena seperti

kemenangan Jokowi di Pilkada DKI semakin menguatkan asumsi bahwa rakyat butuh

seorang pemimpin yang mau bekerja dan jujur, bukan hanya sekedar janji kosong.

Pemilukada merupakan salah satu sarana bagi rakyat untuk melaksanakan

kedaulatannya. Keterlibatan rakyat daerah dalam pemilukada merupakan pilar

penyangga penting bagi terwujudnya demokrasi di daerah. Agar peran serta

masyarakat benar-benar terwujud secara terus menerus baik melalui cara perorangan

maupun melalui cara kelompok dalam bentuk organisasi kemasyarakatan maupun

berbentuk partai politik, perlu dibuka saluran dan mekanisme yang lebih luas.

Keterbukaan lembaga publik dan partai politik lokal dalam mengelola pemerintahan

daerah merupakan hal yang cukup mendesak untuk dilaksanakan jika peran serta

masyarakat diharapkan terwujud. Inilah salah satu proses reformasi di bidang politik

(selain juga dibidang pengelolaan keuangan, sumber daya alam dan lain-lain) di tingkat

lokal yang sangat subur perkembangannya pasca dikeluarkannya produk legislasi

tentang Pemerintahan daerah.2

Partai politik memiliki peran yang sangat penting dalam sistem demokrasi saat

ini. Eksistensi partai politik menjadi conditio sine qua non bagi bekerjanya mekanisme

demokrasi. Sebagai pengorganisasian warganegara yang memiliki cita-cita politik yang

2 Suko Wiyono, 2006, Otonomi Daerah dalam Negara Hukum Indonesia (Pembentukan Peraturan Daerah

Partisipatif), Jakarta, Faza Media, hlm. 57.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4

sama dan bertujuan untuk terlibat dalam pembuatan kebijakan negara serta mengisi

posisi-posisi politik di semua tingkatan, parpol merupakan the backbone of

democracy. Parpol menjadi jembatan penghubung politis antara pemilik kekuasaan,

yaitu rakyat, dengan pemerintah sebagai pemegang mandat kekuasaan. Eksistensi

parpol yang sangat sentral dalam demokrasi ini, tentunya tidak terlepas dari berbagai

peran penting yang diembannya dalam mengkonsolidasikan demokrasi melalui

pelaksanaan fungsi-fungsi partai3, dimana salah satu fungsi dari partai politik adalah

fungsi rekruitmen. Fungsi rekruitmen merupakan fungsi eksklusif dari partai politik

yang tidak mungkin akan ditinggalkan. Sebab, rekruitmen politik dalam hal ini menjadi

monopoli dan fungsi abadi partai politik.4

Perkembangan berdemokrasi di daerah tumbuh luar biasa sejak lahirnya politik

otonomi daerah yang bergulir begitu cepat. Seluruh kepala daerah dipilih secara

langsung oleh rakyat sesuai dengan amanat undang-undang yang lahir di era

reformasi. Di beberapa daerah pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tidak

berjalan sebagaimana diharapkan dan melahirkan ketidakpuasan yang berujung pada

pengajuan keberatan dan/atau gugatan atas hasil Pilkada.

Berdasar pengamatan penulis, tidak semua partai peserta pemilu memajukan

calonnya tanpa koalisi dengan partai lain. Selain itu juga, tidak semua partai mau

terlibat dalam mengawal mulai dari proses kandidasi, proses kampanye hingga proses

gugatan atas hasil Pilkada yang diajukan oleh kandidat yang diusungnya ke mahkamah

konstitusi. Meskipun partai-partai lainnya juga mengawal kandidatnya, namun

pengawalan tersebut tidak sampai pada bagaimana kandidat memperoleh keadilan

serta hak-haknya dalam politik. Salah satu partai yang mau dan mampu mendampingi

kandidatnya sampai pada gugatan atas hasil Pilkada adalah Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan. Hal ini dapat dilihat bagaimana PDIP menyediakan prasarana

seperti penasihat hukum bagi kandidatnya yang mengajukan gugatan atas hasil Pilkada

3 Nico Harjanto. Politik Kekerabatan dan Institusionalisasi Partai Politik di Indonesia. ANALISlS CSIS, Vol. 40,

No.2, 2011: 138-159, hlm. 140. 4 Sigit Pamungkas. Partai Politik :Teori dan Praktik di Indonesia. Institute For Democracy and Welfarism

:Yogyakarta, 2011, hlm. 89.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5

serta kelengkapan lain yang diperlukan oleh kandidat seperti yang terjadi pada Pilkada

Jawa Barat Tahun 2013.

Sebagaimana diketahui Pemilukada Jawa Barat telah terlaksana pada Hari

Minggu 24 Februari 2013. Rakyat Jawa Barat telah melaksanakan pesta demokrasi,

atau pemilihan kepala daerah Jawa Barat periode 2013 – 2018. Dan telah kita ketahui

pula siapa pemenang Pilgub Jabar 2013.5

Pilkada Jawa Barat menjadi ajang politik bergengsi disebabkan oleh tingginya

angka pemilih yang jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia karena

Jawa Barat menduduki posisi tertinggi dalam hal angka pemilih. Oleh karena itu

sewajarnya Jawa Barat ditempatkan sebagai lokasi strategis bagi partai-partai untuk

memanaskan mesin politiknya menjelang perhelatan akbar menyambut pemilu

legislatif 2014 dan pemilihan presiden 2014.

Pilkada Jabar ini tentu sangat menarik untuk diikuti karena bagaimapun Jawa

Barat adalah provinsi yang berbatasan dengan Ibukota Jakarta, sehingga peristiwa

yang terjadi di wilayah tersebut secara langsung maupun tak langsung akan berimbas

kepada kondisi Ibukota Indonesia itu. Selain itu, 32,5 juta pemilih merupakan jumlah

yang besar dan akan sangat memberikan dampak bagi bangsa ini.6

Setidaknya ada 5 (lima) pasangan kandidat Cagub dan Cawagub yang akan ikut

ambil bagian dalam arena pilkada Jawa Barat ini, yaitu (1). Ahmad Heryawan7

berpasangan dengan Deddy Mizwar8, (2). Dede Yusuf9 berpasangan dengan Lex

Laksamana10, (3). Rieke Diah Pitaloka11 berpasangan dengan Teten Masduki12, (4).

5 “Hasil Pilgub Jawa Barat 2013”, at http://www.pustakasekolah.com/hasil-pilgub-jawa-barat-2013.html,

diakses 11 April 2013. 6 “Hasil Pilkada Gubernur Jawa Barat 2013”, at http://www.poztmo.com/2013/02/pilkada-jawa-barat.html,

diakses 11 April 2013. 7 Ahmad Heryawan adalah Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan saat ini sedang menjabat sebagai

Gubernur Jawa Barat. Beliau terpilih pada Pilkada gubernur sebelumnya dan merupakan Incumben yang akan ikut berkompetisi lagi dalam Pilkada Jawa Barat 2012.

8 Deddy Mizwar adalah seorang artis ibu kota 9 Dede Yusuf adalah Kader Partai Demokrat dan saat ini sedang menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa

Barat. Beliau terpilih pada pilkada sebelumnya yang berpasangan dengan Ahmad Heryawan, dan merupakan incumben yang berkompetisi lagi dalam Pilkada Jawa Barat 2012.

10 Lex Laksamana adalah tokoh masyarakat Jawa Barat yang berposisi sebagai calon wakil gubernur yang berpasangan dengan Dede Yusuf.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

6

Irianto Mahfud Shiddiq Syafiuddin13 berpasangan dengan Tatang Farhanul Hakim14

dan yang terakhir atau (5). adalah pasangan Dikdik Mulyana Arief Mansur15 dan Cecep

Nana Suryana Toyib16.

Berdasarkan pengamatan penulis, dipilihnya Rieke Diah Pitaloka dan Teten

Masduki untuk maju pada pemilihan kepala daerah provinsi Jawa Barat tahun 2013

karena merupakan kader potensial yang populer. PDI-Perjuangan memilih kader

potensial yang populer dengan alasan bahwa Pilkada begitu memiliki makna penting

bagi PDI-Perjuangan, sehingga kemenangan dalam Pilkada, dianggap sebagai kata

kunci awal di dalam memperebutkan kekuasaan eksekutif di masing-masing daerah.

Setidaknya, arena eksekutif inilah nantinya bisa menjadi mesin yang ampuh dalam

menjalankan kebijakan dan visi politik PDI-Perjuangan. Selain itu, pemenangan dalam

Pilkada dianggap sebagai peluang bagi partai dalam proses pembelajaran para kader

politiknya. Hal ini terutama bagi PDI-Perjuangan yang selama proses Pilkada

cenderung mendorong para kadernya untuk maju sebagai kandidat dan Pilkada juga

dianggap sebagai arena untuk menjaring para kader potensial yang populer.

Kontestasi politik, yang sering disederhanakan sebagai arena kekuasaan dalam

era Pilkada membutuhkan para kader yang populer dan potensial. Popularitas

seringkali menjadi kekuatan terpenting bagi partai politik seperti PDI-Perjuangan

untuk melapangkan jalan menuju arena Pemilu.

Berbagai pertimbangan di atas menjadi pertimbangan bagi PDI-Perjuangan

dalam setiap tahap penjaringan dan pencalonan sebagai strategi partai dalam

menjaring nama yang akan dicalonkan sebagai kepala daerah. Jika PDI-Perjuangan bisa

menjaring nama yang potensial, potensi kemenangan akan semakin besar. Karena

11 Rieke Diah Pitaloka adalah Kader Partai PDI-Perjuangan dan saat ini sedang menjabat sebagai anggota

DPR-RI untuk daerah pemilihan Jawa Barat. 12Teten Masduki adalah Aktivis Penggiat Gerakan Anti Korupsi dan merupakan calon wakil gubernur yang

berpasangan dengan Rieke Diah Pitaloka. 13 Irianto Mahfud Shiddiq Syaifuddin atau Yance adalah Kader Partai Gokar dan juga merupakan Ketua DPD

Partai Golkar Provinsi Jawa Barat. 14 Tatang Farhanul Hakim adalah tokoh masyarakat Jawa Barat yang berposisi sebagai calon wakil gubernur

yang berpasangan dengan Yance. 15 Dikdik Mulyana Arief Mansur adalah tokoh masyarakat Jawa Barat yang maju sebagai calon independen. 16 Cecep Nana Suryana Toyib adalah tokoh masyarakat Jawa Barat yang maju sebagai calon independen.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

7

pentingnya tahap ini, PDI-Perjuangan mempunyai suatu mekanisme yang bisa

mendukung calon yang secara potensial bisa memenangkan Pilkada.

Secara garis besar tahapan proses yang dilakukan oleh PDI-Perjuangan dalam

menjaring dan menyeleksi calon meliputi empat hal. Yaitu : Pertama, proses

penjaringan nama-nama kandidat yang akan diusung dalam Pilkada. Kedua, melakukan

verifikasi terhadap nama-nama kandidat yang dinominasikan akan maju dalam proses

Pilkada. Ketiga, melakukan penyaringan terhadap nama-nama kandidat yang telah

dinominasikan. Keempat, penentuan nama-nama kandidat yang akan diajukan pada

masing-masing KPUD.

Seperti diketahui dalam pemilihan gubernur Jawa Barat tersebut di atas, PDI-P

resmi mencalonkan pasangan Rieke Diah Pitaloka dan Teten Masduki sebagai calon

gubernur dan calon wakil gubernur Jawa Barat. Keputusan itu diambil setelah

pasangan tersebut langsung mendapat restu dari Ketua Umum PDI-P, Rabu

(7/11/2012) malam17.

Selama ini Rieke Diah Pitaloka merupakan anggota PDI-Perjuangan yang cukup

kompeten menyuarakan aspirasi partainya. Sedangkan Teten Masduki merupakan

tokoh antikorupsi. Sikap itulah yang menjadi pertimbangan PDI-Perjuangan agar Teten

Masduki mendampingi Rieke Diah Pitaloka maju dalam Pilgub Jabar. Disamping itu,

Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarno Putri turut mendorong Teten Masduki maju

dalam Pilgub Jabar. Juga karena Teten Masduki dan Rieke sama-sama orang Jawa

Barat. Lebih lanjut disebutkan bahwa Rieke Diah Pitaloka mengajak Teten Masduki

untuk mengubah kondisi Jabar. Namun, Teten Masduki sempat gundah karena tidak

memiliki kendaraan politik. Sebab itu ketika PDI-Perjuangan memintanya untuk

menjadi kandidat Wakil Gubernur Jawa Barat mendampimgi Rieke Diah Pitaloka, Teten

Masduki menerimanya. Sebagaimana diketahui di Jabar terdapat sekitar 5.000 tempat

pemungutan suara (TPS) sehingga mengganjal dirinya untuk maju dari jalur

independen.18

17 Sumber : www.voaislam.com 18 “Teten: PDI-P Minta Saya Usung Perubahan”, at

http://nasional.kompas.com/read/2012/11/09/02542825/Teten.PDIP.Minta.Saya.Usung.Perubahan?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=, diakses 4 Mei 2013.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

8

Dari hasil pemilukada diketahui bahwa pemenang pemilu adalah pasangan

Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar. Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar meraih

suara sebanyak 6.515.313 dari total 20.115.423 surat suara yang masuk baik yang sah

maupun tidak sah. Pasangan Rieke Dyah Pitaloka-Teten Masduki menempati urutan

kedua dengan total perolehan 5.714.997 suara.19 Berdasar hasil perhitungan suara ini,

pasangan Rieke Dyah Pitaloka-Teten Masduki merasa tidak puas dan mengajukan

gugatan ke Mahkamah Konstitusi dengan Nomor Perkara 20/PHPU.D-XI/2013.

Sedangkan pokok perkara yang dijadikan alasan gugatan antara lain adanya perbedaan

yang sangat signifikan antara DPT Pemilihan Gubernur Dengan DPT Pemilihan Kepala

Daerah Di Kabupaten/Kota.20 Kuasa Hukum pasangan Rieke Dyah Pitaloka-Teten

Masduki, menyatakan bahwa pihaknya siap menghadapi sidang gugatan Pilgub Jawa

Barat di Mahkamah Konstitusi. Ia juga menyatakan bahwa pihaknya optimis dapat

memenangkan gugatan tersebut sebagaimana keinginan rakyat Jawa Barat yang

menginginkan proses Pilgub yang jujur dan bersih. Ia menyebut pasangan Rieke-Teten

bukan mencari kemenangan bagi pihaknya tetapi mencari kebenaran. Selanjutnya

dikatakan pula bahwa pengajuan gugatan tersebut merupakan instruksi Ketua Umum

PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berdasarkan laporan dan pertimbangan tim

hukum dan advokasi tim pemenangan Rieke Diah Pitaloka-Teten Masduki.21

Oleh karena itu, dalam penelitian ini ingin mengkaji lebih dalam tentang proses

rekruitmen yang dilakukan oleh PDI-Perjuangan dalam melahirkan kandidat-kandidat

potensial yang diharapkan oleh rakyat. Selain itu penelitian ini juga ingin melihat

bahwa PDI-Perjuangan tetap konsisten dan terus mengawal kandidatnya hingga proses

hukum ke Mahkamah Konstitusi. Penulis ingin mendalami lagi bahwa PDI-Perjuangan

masih mau dan mampu mengawal kandidatnya hingga pasca Pemilu dimana pasangan

Rieke Diah Pitaloka dan Teten Masduki mengajukan gugatan hukum atas hasil pemilu.

Peneliti melihat sampai saat ini hanya PDI-Perjuangan yang mengawal kandidatnya

19“Tim Aher Anggap Persoalan Pilkada Jabar Selesai”, at

http://regional.kompas.com/read/2013/04/01/16384079/Tim.Aher.Anggap.Persoalan.Pilkada.Jabar.Selesai?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=, diakses 11 April 2013.

20 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 20/PHPU.D-XI/2013. 21“Hari Ini MK Gelar Sidang Sengketa Pilgub Jabar”, at

http://bandung.okezone.com/read/2013/03/18/526/777222/redirect, diakses 2 April 2013.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

9

hingga gugatan ke Mahkamah Konstitusi. Oleh karena itu, penelitian ini akan

difokuskan pada proses rekruitmen partai PDI-Perjuangan Provinsi Jawa Barat dalam

penentuan kandidatnya untuk maju pada pemilihan kepala daerah provinsi Jawa Barat

tahun 2013 dan juga peran dan fungsi partai dalam mengawal kandidatnya dalam

mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi atas hasil pilkada yang dinilai oleh

pasangan tersebut tidak jujur dan tidak adil.

B. PERTANYAAN PENELITIAN

Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana proses rekruitment PDI-P pada Pilkada Jawa Barat?

2. Bagaimana peran partai dalam mengawal kandidatnya, baik pada proses

kampanye, memberi dukungan pada proses penghitungan suara dan pemberian

saksi serta proses legal-formal gugatan ke Mahkamah Konstitusi?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian :

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

a. Memahami proses rekruitment PDI-P pada Pilkada Jawa Barat.

b. Mengetahui peran partai dalam proses pemilihan kandidat PDI-P pada Pilkada

Jawa Barat, baik dalam memberi dukungan pada proses kampanye, memberi

dukungan pada proses penghitungan suara kandidat PDI-P pada Pilkada Jawa

Barat dan dalam proses gugatan legal-formal ke Mahkamah Konstitusi.

2. Manfaat Penelitian :

Penelitian ini diharapkan mampu:

a. Memberikan pemahaman menyangkut proses rekruitmen politik calon kepala

daerah dalam studi ilmu politik khususnya studi kepartaian.

b. Memberikan masukan bagi partai politik, khususnya partai PDI-Perjuangan

Provinsi Jawa Barat dalam melahirkan kader-kader partai yang menjadi

impian publik.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

10

D. KERANGKA TEORITIK

1. Fungsi Rekruitmen

Setiap sistem politik memiliki sistem dalam merekrut atau menyeleksi elit-

elitnya untuk menduduki posisi politik maupun pemerintahan. Rekrutmen politik

yang dimaksud adalah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan

seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam

sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya.22 Batasan

tersebut didukung oleh pendapat Miriam Budiardjo, rekruitmen politik adalah

proses melalui mana partai mencari anggota baru dan mengajak orang-orang yang

berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik.23

Fungsi rekruitmen politik merupakan fungsi yang lebih banyak

dilaksanakan oleh partai politik. Dalam fungsi rekruitmen, partai politik mencari

dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik,

misalnya sebagai anggota partai atau menjadi pemimpin politik atas nama partai.

Biasanya dilakukan dengan jalan melalui kontak pribadi, persuasi dan lain-lain.

Juga diusahakan untuk menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader di

masa mendatang akan mengganti pimpinan lama (selection of leadership).24

Rekruitmen politik yang terjadi di lembaga-lembaga seperti di legislatif dan

eksekutif biasanya selain mempertimbangkan faktor keahlian dan kecakapan juga

harus mempertimbangkan faktor keterwakilan dari berbagai kelompok dan kelas.

Langkah ini dimaksudkan agar lembaga politik dalam merumuskan kebijaksanaan

dapat lebih representatif dan keputusan-keputusan yang dihasilkan dapat

menjangkau berbagai kepentingan yang berkembang di dalam masyarakat.

Menurut G. Almond25, setiap sistem politik mempunyai prosedur-prosedur

untuk rekruitmen atau seleksi pejabat-pejabat administrasi dan politik. Di negara

22 Ramlan Surbakti, Memahami llmu Politik, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1987, hlm. 118. 23 Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,

1998, hlm. 19. 24 Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,

1998, hlm. 164. 25 Gabriel A. Almond Sosialisasi Politik, Budaya Politik dan Rekrutmen Politik, dalam Mochtar Masoed dan

Colin Mac Andrews, Perbandingan Sistem Politik, Gadjah Mada University Pres,: 2000, hlm. 50.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

11

demokrasi seperti Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris, jabatan-jabatan politik

dan administrasi secara resmi terbuka untuk calon-calon yang berbakat. Akan

tetapi calon-calon dalam jabatan seperti halnya partisipan politik, cenderung

berasal dari orang-orang yang mempunyai latar belakang kelas menengah atau

kelas atas, dan orang-orang kelas rendah yang berhasil memperoleh pendidikan.

Hal ini terjadi karena pemimpin-pemimpin politik dan pemerintahan di negara-

negara maju dan modern, membutuhkan pengetahuan dan kecakapan yang sulit

diperoleh dengan cara lain. Namun demikian, Almond melanjutkan bahwa di

negara-negara kiripun, jabatan-jabatan politik yang tinggi cenderung masih

dipegang oleh orang-orang profesional berpendidikan formal dibanding oleh

anggota kelas buruh.

Fungsi rekrutmen politik pada partai politik makin dominan manakala

partai politik itu merupakan partai tunggal seperti dalam sistem politik totaliter

atau ketika partai ini merupakan partai mayoritas dalam badan perwakilan rakyat

sehingga berwenang membentuk pemerintahan dalam sistem politik demokrasi.

Proses rekrutmen politik dilakukan melalui berbagai prosedur yakni

melalui pemilihan umum, ujian, training formal, penyortiran undian, serta sistem

giliran. Gabriel Almond dan Bingham Powell berusaha mengklasifikasikan

prosedur tersebut ke dalam dua bentuk yakni:26

a. Prosedur tertutup (Closed recruitment process) adalah suatu proses

rekruitmen yang ditentukan oleh elit partai, mengenai siapa saja yang

dicalonkan sebagai anggota legislatif dan pejabat eksekutif.

b. Prosedur terbuka (Opened recruitment process) adalah nama-nama calon yang

diajukan, diumumkan secara terbuka dalam bentuk kompetisi

Menurut Nazaruddin Syamsudin, sistem rekruitmen politik dibagi menjadi

dua cara:

a. Rekruitmen terbuka yaitu dengan menyediakan dan memberikan kesempatan

yang sama bagi seluruh warga negara untuk ikut bersaing dalam proses

26 Gabriel A. Almond and G. Bingham Powel, Jr.. Cooperative Politics Today: A World View, Fourth Edition,

Scott, Faresman and Company, London, 1988, hlm. 108-140.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

12

penyeleksian. Dasar penilaian dilaksanakan melalui proses dengan syarat-

syarat yang telah ditentukan, melalui pertimbangan-pertimbangan yang

objektif rasional, di mana setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi

jabatan politik yang dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam

melakukan kompetisi untuk mengisi jabatan baik jabatan politik maupun

administrasi atau pemerintahan.

b. Rekruitmen tertutup yaitu adanya kesempatan untuk masuk dan dapat

menduduki posisi politik tidaklah sama bagi setiap warga negara, artinya

hanya individu-individu tertentu yang dapat direkrut untuk menempati posisi

dalam politik maupun pemerintah. Dalam sistem yang tertutup ini orang yang

mendapatkan posisi elite melalui cara-cara yang tidak rasional seperti

pertemanan, pertalian keluarga dan lain-lain (Hesel Nogi Tangkilisan,

2003:189) .

Selanjutnya Haryanto mempertegas lagi pendapat di atas bahwa yang

dimaksud dengan rekruitmen politik yang terbuka adalah rektruitmen itu terbuka

bagi seluruh warga negara tanpa kecuali apabila memenuhi syarat yang telah

ditentukan. Setiap warga negara yang mempunyai bakat, mempunyai kesempatan

yang sama untuk menduduki jabatan politik maupun jabatan pemerintahan.

Sedangkan rekruitmen politik yang tertutup adalah bahwa individu-individu yang

tertentu saja yang dapat direkrut untuk kemudian menduduki jabatan politik

maupun jabatan pemerintahan. Dalam rekruitmen tertutup ini kesempatan tidak

terbuka untuk seluruh warga negara. Misalnya perekrutan dilakukan terhadap

individu-individu yang mempunyai persamaan darah (keturunan/ keluarga)

dengan penguasa, atau merupakan kawan-kawan akrab pihak penguasa, atau

mungkin berasal dari sekolah yang sama (satu ataupun juga mempunyai agama

yang sama dengan agama yang dianut oleh penguasa.27

Dalam proses rekruitmen politik, Almond dan Powell mengajukan beberapa

jalur rekruitmen politik yang secara umum berlaku di beberapa negara. Jalur-jalur

tersebut, antara lain sebagai berikut:

27 Haryanto, Sistem Politik: Suatu Pengatar, Liberty, Yogyakarta: 1984, hlm. 47-48.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

13

a. Pertama, jalur koalisi partai dan atau pimpinan-pimpinan partai. Rekruitmen

politik seringkali tergantung pada peranan masing-masing partai dalam suatu

koalisi. Rekruitmen politik yang menyebabkan terjadinva sirkulasi elit dan

didasarkan kepada representasi kekuatan-kekuatan sosial yang ada di dalam

masyarakat.

b. Kedua, jalur rekruitmen berdasarkan kemampuan-kemampuan dari kelompok

atau Partai politik merekrut seseorang untuk menduduki jabatan politik

tertentu berdasarkan kriteria-kriteria seperti distribusi sumber-sumber

kekuasaan dan bakat-bakat yang dimiliki oleh calon, secara langsung maupun

tidak langsung menguntungkan kepentingan partai. Jalur ini sebagian besar

dianut oleh partai-partai politik di Indonesia.

c. Ketiga, jalur rekruitmen politik yang berdasarkan kaderisasi. Rekruitmen

politik tergantung pula kepada proses seleksi atau mekanisme penyaringan di

dalam partai politik itu sendiri. Organisasi partai politik secara

berkesinambungan berusaha untuk merekrut anggota-anggotanya kedalam

tingkatan-tingkatan tertentu, dan memobilisasi partisipasi politik mereka

untuk kepentingan-kepentingan partai yang menguntungkan. Partai politik

membangun dan menyiapkan kader-kader yang dapat dipercaya.

d. Keempat, jalur rekruitmen politik berdasarkan ikatan primordial. Jalur ini

biasanya masih diterapkan dalam sistem politik tradisional, yang didasarkan

pada hubungan kekeluargaan, kesamaan ideologi atau agama, kesamaan

daerah asal (suku) dan kelompok. Dalam praktek-praktek perpolitikan di

Indonesia masih sering terjadi, yang sering disebut sebagai jalur nepotisme.

Dalam rekruitmen jabatan politik, Sutoro Eko mengungkapkan bahwa

diperlukan adanya model yang demokratis yang mengedepankan proses pemilihan

secara terbuka, kompetitif dan partisipatif. Persetujuan dan legitimasi rakyat

menjadi unsur utama dalam proses rekruitmen jabatan-jabatan politik, sebab

pejabat politik itulah yang kemudian membuat kebijakan dan memerintah rakyat.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

14

Model demokratis harus diterapkan dengan baik dalam rekruitmen politik yang

berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:28

a. Parpol harus mempromosikan kandidat yang berkualitas, yakni memiliki

kapasitas, integritas, legitimasi dan populer (dikenal) di mata masyarakat.

b. Proses rekruitmen harus berlangsung secara terbuka. Masyarakat harus

memperoleh informasi yang memadai dan terbuka tentang siapa kandidat dari

parpol, track record masing-masing kandidat dan proses hingga penentuan

daftar calon.

c. Proses rekruitmen harus bersandar pada partisipasi elemen-elemen

masyarakat sipil.

d. Parpol mau tidak mau harus mengembangkan basis atau jaringan dengan

komunitas atau organisasi masyarakat sipil.

Pemilihan kepala daerah dengan memilih secara langsung oleh rakyat telah

menjadi gaya baru dalam menerapkan demokrasi di Indonesia saat ini. Hampir

tidak ada hentinya pemilihan kepala daerah ini dilaksanakan di negeri ini yang

akrab disebut dengan Pilkada. Dalam menegakkan demokrasi, Pilkada semacam ini

memberikan wewenang yang besar bagi masyarakat dalam memilih pemimpinnya,

di mana masyarakat dapat menentukan pilihan secara langsung sesuai dengan

kehendaknya. Sebagai mana yang dikemukakan Prihatmoko, ia mengemukakan

bahwa Pilkada langsung merupakan mekanisme demokratis dalam rangka

rekruitmen pemimpin di daerah, di mana rakyat secara menyeluruh memiliki hak

dan kebebasan untuk memilih calon-calon yang didukungnya, dan calon-calon

bersaing dalam suatu medan permainan dengan aturan main yang sama.29

Pilkada saat ini menjadi kegiatan rutinitas lima tahunan, di mana

masyarakat seakan dijadikan konsumen ataupun aktor penting yang diperebutkan

suaranya bagi para calon pemimpin kepala daerah yang bersaing di Pilkada.

Masyarakat pun dimanjakan dengan berbagai perhatian dan diberikan impian

28 Eko, Sutoro, dkk, 2002, Membuat Desentralisasi dan Demokrasi Lokal Bekerja dalam Desentralisasi

Globalisasi dan Demokrasi Lokal, LP3ES, Jakarta, hlm. 4-6. 29 Joko J. Prithatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005. hlm. 109.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

15

untuk hidup lebih baik oleh para calon pemimpin kepala daerah dalam Pilkada

demi kemenangannya.

Keadaan semacam itu seharusnya tidaklah harus terjadi karena masyarakat

saat ini akan semakin cerdas dalam menentukan pilihannya. Sehingga dalam hal ini

peran partai politiklah yang seharusnya diperhatikan dalam memaksimalkan

fungsi-fungsi partai politik. Adanya pelaksanaan Pilkada langsung di Indonesia

yang pertama sekali diterapkan sejak bulan Juni 2005 memang menjadi ujian bagi

partai politik untuk lebih terbuka atau membuka diri terhadap dinamika politik

lokal. Pemberdayaan masyarakat sipil sebenarnya ditumbuh kembangkan melalui

kemampuan partai politik dalam menarik dukungan dan minat rakyat untuk

berpolitik, dalam arti menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan secara

langsung.30

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Khoirudin bahwa partai politik

merupakan salah satu institusi inti dari pelaksanaan demokrasi modern.31

Demokrasi modern mengandalkan sebuah sistem yang disebut keterwakilan, baik

keterwakilan dalam lembaga formal kenegaraan maupun keterwakilan aspirasi

masyarakat dalam institusi kepartaian. Upaya menegakkan demokrasi tentulah

dibutuhkan sarana atau saluran politik yang koheren dengan kebutuhan

masyarakatnya. Dalam hal tersebut partai politik adalah salah satu sarana yang

dimaksud, di mana partai politik mempunyai ragam fungsi, platform, dan dasar

pemikiran. Hal itulah yang dapat dijadikan pertimbangan untuk menilai

demokratis tidaknya suatu pemerintahan.

Selain hal tersebut pemimpin juga menjadi salah satu faktor penting lainnya

untuk membawa perubahan dan perkembangan suatu bangsa. Pemimpin dalam

hal ini adalah kepala daerah. Kepala daerah adalah jabatan politik dan jabatan

publik yang bertugas memimpin birokrasi menggerakkan jalannya roda

pemerintahan. Kepala daerah menjalankan fungsi pengambilan kebijakan atas

fungsinya yaitu menjadi perlindungan, pelayan publik dan pembangunaan. Istilah

30 Pnenie Chalid (ed), Pilkada Langsung, Demokratisasi Daerah dan Mitos Good Governance, Pertnership

Kemitraan, Jakarta, 2005, hlm. 19-20. 31 Koirudin, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,. 2004, hlm. 1.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

16

jabatan publik mengandung pengertian bahwa kepala daerah menjalankan fungsi

pengambilan kebijakan yang terkait langsung dengan kepentingan rakyat,

berdampak terhadap rakyat, dan dirasakan oleh rakyat.32 Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa kepala daerahlah yang menjadi penentu bagi kemajuan atau pun

kemunduran dari kondisi kehidupan masyarakatnya.

Ramlan Surbakti berpendapat bahwa terdapat beberapa fungsi dari partai

politik, yaitu sosialisasi politik, rekruitmen politik, partisipasi politik, pemadu

kepentingan, komunikasi politik, pengendali konflik, dan kontrol politik.33 Salah

satu fungsi partai politik yang menarik disorot terkait pelaksanaan Pilkada

langsung ini adalah rekruitmen politik.

Partai politik sebagai suatu organisasi sangat berperan dalam mencetak

pemimpin yang berkualitas dan berwawasan nasional dengan tidak hanya

berorientasi pada kepentingan partai politik yang diwakilinya.34 Hal inilah yang

menjadi alasan diperlukannya sistem rekruitmen politik. Menurut Almond dan

Powel, mereka mengungkapkan bahwa partai politik mempunyai peran dalam

menyeleksi orang-orang berbakat ataupun orang-orang pilihan untuk mengisi

posisi-posisi politik tertentu dan selanjutnya memotivasi mereka untuk bekerja

dalam kerangka kepentingan serta tuntutan partai politik yang bersangkutan.

Miriam Budiardjo pun mengemukakan hal yang sama, bahwa rekruitmen politik

menjadi fungsi partai politik untuk mencari orang-orang muda berbakat untuk

aktif dalam kegiatan politik.35 Dalam menjalankan fungsi ini setidaknya ada dua

cara yang dilakukan partai politik, yaitu secara terbuka dan secara tertutup.

Rekruitmen terbuka berarti bahwa seluruh warga negara tanpa kecuali

mempunyai kesempatan yang sama untuk direkrut apabila yang bersangkutan

telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Sedangkan rekruitmen

tertutup merupakan suatu proses rekruitmen secara terbatas, di mana hanya

individu-individu tertentu saja yang dapat diangkat ataupun direkrut untuk

32 Joko J. Prihatmoko, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hlm. 203. 33 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, Grasindo, 1999, hlm. 161. 34 Firmanzah, Mengelolah Partai Politik, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2008, hlm. 70. 35 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 2008, hlm. 408.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

17

menduduki jabatan politik.36 Rekruitmen politik tertutup ini mengindikasikan

tidak adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk direkrut oleh

partai politik, dengan artian bahwa hanya individu-individu yang dekat dengan

penguasa atau pemimpin politiklah yang mempunyai kesempatan untuk masuk

dalam partai politik dan menduduki jabatan-jabatan politik. Fungsi partai

sebagai rekruitmen politiklah yang menjadi landasan dalam membahas

permasalahan ini.

Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah secara langsung saat ini sudah

seharusnya juga membawa dampak baik bagi partai politik. Di mana pilkada

semacam ini mampu menjadi motivasi bagi partai politik dalam melaksanakan

fungsinya yaitu rekruitmen politik, dalam artian mempersiapkan kader-kader

terbaiknya yang nantinya akan mampu bersaing dalam setiap pemilihan kepala

daerah. Sebagaimana yang dikemukakan Eriyanto, bahwa dalam Pilkada langsung

semacam ini, kandidat yang mempunyai ketokohan tinggi akan lebih dipilih, tidak

peduli berasal dari partai mana. Hal inilah yang menyebabkan betapa pentingnya

tahap rekruitmen yang dilakukan oleh partai politik.37

Rekruitmen politik atau suatu proses seleksi terhadap calon-calon atau

kader partai yang akan ditempatkan dalam jabatan pemerintahan merupakan

salah satu fungsi partai politik yang menarik untuk diperhatikan. Rekruitmen

politik pada dasarnya menjadi fungsi strategis dalam membesarkan partai politik

atau pun menghimpun masyarakat suara dalam memenangkan Pilkada apabila

partai-partai politik menjalankan fungsi ini.

Namun, pada kenyataan yang ada saat ini sering dijumpai partai politik

yang melakukan cara praktis dalam menentukan aktor yang dia usung sebagai

kepala daerah. Seperti yang dikemukakan Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu

DPP Partai Golkar Leo Nababan menyatakan strategi partai politik (parpol)

merekrut calon pemimpin instan dianggap merusak proses kaderisasi internal.

Selain itu, langkah tersebut telah merusak citra parpol sebagai pencetak calon

36 Syamsudin Haris (ed), Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai Proses Nominasi dan Seleksi Calon

Legislatif Pemilu 2004, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005, hlm.143-144. 37 Eriyanto, Pilkada dan Penguasaan Partai Politik, Kajian LSI Edisi 03-juli 2007, www.isi.co.id/2007/07.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

18

pemimpin. Ia juga mengemukakan munculnya banyak parpol di era reformasi

merupakan sebuah kemajuan dalam demokrasi. Namun, sayangnya kebanyakan

parpol lupa mempersiapkan infrastruktur yang bisa menjadi pondasi kuat seperti

kaderisasi.38

Hal tersebut dengan kata lain dapat menandakan bahwa kebanyakan para

calon kepala daerah bukan lahir dari kaderisasi partai politik yang berjenjang

melainkan berasal dari kalangan birokrasi, pengusaha dan partai politik terkadang

lebih memilih figur yang berasal dari kader partai politik lain daripada kadernya

sendiri. Hal semacam itu dilakukan karena adanya tujuan yang telah melekat

dalam partai politik yaitu mengambil bagian ataupun dapat dikatakan

memenangkan perebutan kekuasaan. Partai politik memaknai Pilkada langsung ini

sebagai sebuah jalan dalam mencapai tujuannya tersebut. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Ahmad Nyarwi, bahwa terdapat beberapa makna penting

kemenangan Pilkada bagi partai politik yaitu: pertama, sebagai kata kunci awal di

dalam memperebutkan kekuasaan eksekutif di masing-masing daerah. Setidaknya,

arena eksekutif inilah nantinya bisa menjadi mesin yang ampuh dalam

menjalankan kebijakan dan visi-visi politik masing-masing partai politik. Kedua,

sebagai peluang bagi partai politik dalam proses pembelajaran para kader

politiknya. Hal ini terutama bagi partai politik yang selama proses Pilkada

cenderung mendorong para kadernya untuk maju sebagai kandidat. Ketiga,

sebagai arena untuk menjaring para kader potensial yang populer.39

Mochtar Mas’oed mengemukakan bahwa rekruitmen politik merupakan

fungsi penyeleksi rakyat untuk kegiatan politik dan jabatan pemerintahan melalui

penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan

diri untuk jabatan tertentu, pendidikan dan ujian.40 Peran dan fungsi partai politik

tersebut juga secara detail dijelaskan oleh Ramlan Surbakti. Ia mengemukakan

bahwa fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan

38 Dalam Okezone.com. Kaderisasi Parpol Terancam Gagal. www.okezone.com. Kamis, 11 September 2008. 39 Ahmad Nyarwi, Siasat Partai Politik dan Strategi Pencalonan , Kajian LSI Edisi 03-juli 2007,

www.isi.co.id/2007/07. 40 Hesel Nogi Tangkilisan, Kebijakan Publik yang Membumi, Yayasan Pembaruan Administrasi Publik

Indonesia & Lukman Offset, Yogyakarta, 2003, hlm. 188.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

19

kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan

ideologi tertentu. Cara yang digunakan oleh suatu partai politik dalam sistem

politik demokrasi untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan adalah

ikut serta dalam pemilihan umum. Ketika melaksanakan fungsi itu partai politik

dalam sistem politik demokrasi melaksanakan tiga kegiatan, yaitu meliputi seleksi

calon-calon, kampanye, dan melaksanakan fungsi pemerintahan (eksekutif,

legislatif dan yudikatif). Apabila kekuasaan untuk memerintah telah diperoleh

maka partai politik itu berperan pula sebagai pembuat keputusan politik. Partai

politik yang tidak mencapai mayoritas di dewan perwakilan rakyat akan beperan

sebagai pengontrol terhadap partai mayoritas.

Ramlan Surbakti juga mengemukakan bahwa rekruitmen politik adalah

seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok

orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya

dan pemerintahan pada khususnya. Fungsi rekruitmen merupakan kelanjutan dari

fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Selain itu fungsi rekruitmen

politik sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang

mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan hidup sistem politik akan

terancam.41

Tidak semua anggota atau pengurus partai politik atau warga Negara dapat

menjadi calon kepala daerah. Kedudukan kepala daerah, baik Gubernur, Bupati,

dan Walikota, membutuhkan kompetisi tertentu yang menunjukkan kapasitas dan

kapabilitas agar dapat memimpin pemerintahan dengan baik. Karena itulah

sebelum memasuki kompetisi dalam Pilkada langsung, lazimnya partai-partai

politik melakukan rekruitmen bakal calon. Rekruitmen bakal calon menjadi calon

oleh partai politik atau gabungan partai, dikenal dengan seleksi partai yang

merupakan seleksi tahap kedua setelah sistem dalam rangkaian proses rekruitmen

politik.

Melaksanakan rekruitmen bakal calon, partai politik memberlakukan

sistem atau mekanisme yang berbeda-beda, antara lain sistem pemilihan tertutup

41 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Grasindo, Jakarta, 1992, hlm.188.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

20

dan sistem konvensi.42 Dalam hal PDI-Perjuangan maka menganut sistem

konvensi. Dalam sistem ini sebagaimana rekruitmen calon yang sangat popular di

negara-negara demokrasi, dilakukan dengan cara pemilihan pendahuluan

terhadap bakal calon dari partai politik oleh pengurus dan atau anggota partai.

Kelebihan sistem konvensi terletak pada pengembangan atau peningkatan

popularitas bakal calon melalui proses kampanye internal partai dan pendidikan

politik yang ditawarkan (debat publik, penyampaian visi dan misi, dan lain-lain).

Sistem konvensi sangat efektif bagi partai kader, dan sebaliknya kurang efektif

bagi partai massa.

Karena popularitas sangat penting dalam Pilkada langsung, maka proses

seleksi atau rekruitmen bakal calon oleh partai politik merupakan dinamika

tersendiri. Proses tersebut merupakan kampanye pendahuluan yang akan

mendapat publikasi luas. Karena itulah, belakangan sangat jarang ditemukan

partai politik yang menggunakan sistem partai politik tertutup murni. Partai-partai

berlomba-lomba membuka kesempatan bagi seluruh warga untuk menjadi bakal

calon yang dipublikasikan secara luas melalui media massa. Selain itu, partai

politik juga mengubah mekanisme rekruitmen dengan melakukan semacam uji

kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) kepada bakal calon. Kendati

demikian, mekanisme dan kriteria yang ditetapkan sesungguhnya tetap memberi

kesempatan yang lebih besar kepada pengurus dan/ atau anggota partai politik itu

sendiri.

David Easton, merupakan teoritis pertama yang memperkenalkan

pendekatan sistem dalam politik, yang menyatakan bahwa suatu sistem selalu

memiliki sekurangnya 3 sifat. Ketiga sifat tersebut adalah (1) terdiri dari banyak

bagian-bagian, (2) bagian-bagian itu saling berinteraksi dan saling tergantung, (3)

mempunyai perbatasan yang memisahkannya dari lingkungan yang juga terdiri

dari sistem-sistem lain. Sebagai satu sistem, sistem pilkada langsung mempunyai

bagian-bagian yang merupakan sistem sekunder atau sub-sub sistem. Bagian-

bagian tersebut adalah electoral regulation, electoral process, dan electoral law

42 Joko J.Prihatmoko, Op. Cit., hal. 238-239.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

21

enforcement. Electoral Regulation segala ketentuan atau aturan-aturan mengenai

pilkada langsung yang berlaku, bersifat mengikat dan menjadi pedoman bagi

penyelenggara, calon dan pemilih dalam menunaikan peran dan fungsi masing-

masing. Electoral Process dimaksudkan seluruh kegiatan yang terkait secara

langsung dengan pilkada yang merujuk pada ketentuan perundang-undangan baik

yang bersifat legal maupun teknikal. Electoral Law Enforcement yaitu penegakan

hukum terhadap aturan-aturan pilkada baik politis, administratif atau pidana.

Atas dasar itu, sistem pilkada langsung merupakan sekumpulan unsur-

unsur yang melakukan kegiatan atau menyusun skema atau tata cara melakukan

proses untuk memilih kepala daerah. Sebagai suatu sistem, sistem pilkada

memiliki ciri-ciri antara lain bertujuan memilih kepala daerah setiap komponen

yang terlibat dan kegiatan yang mempunyai batas, terbuka, tersusun dari berbagai

dari kegiatan yang merupakan sub sistem, masing-masing kegiatan saling terkait

dan tergantung dalam suatu rangkaian utuh, memiliki mekanisme kontrol, dan

mempunyai kemampuan mengatur dan menyesuaikan diri.

Dikenal dua jenis sistem pencalonan dalam pilkada langsung yaitu:43 sistem

pencalonan terbatas dan sistem pencalonan terbuka. Dalam hal ini PDI-Perjuangan

menganut sistem pencalonan terbuka dengan memberikan akses yang sama bagi

anggota atau pengurus partai-partai politik dan anggota komunitas atau

kelompok-kelompok lain di masyarakat, seperti organisasi massa, organisasi

sosial, profesional, usahawan-usahawan, LSM, bintang film dan intelektual,

jurnalis, dan sebagainya.

Paradigma sistem pencalonan terbuka adalah bahwa sumber daya manusia

berkualitas tersebar dimana-mana dan sumber kepemimpinan dapat berasal dari

latar belakang apapun. Sumber daya manusia memiliki kesempatan berkembang

dan bertumbuh secara sama di sektor sosial, bisnis, dan akademik. Sistem

pencalonan terbuka semakin populer dengan berkembangnya industrialisasi

sehingga wajar dianut oleh Negara-negara demokrasi mapan, yang notabene

Negara industri dengan tingkat ekonomi maju atau sangat maju, seperti Amerika

43 Ibid, hal. 235.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

22

Serikat, Prancis, Jerman dan sebagainya. Pilkada di Republik Rusia saat ini,

misalnya, sudah mengakomodasikan sistem pencalonan terbuka. Demikian pula

dengan pencalonan untuk anggota parlemen.

Setiap sistem politik memiliki sistem dalam merekrut atau menyeleksi elit-

elitnya untuk menduduki posisi politik maupun pemerintahan. Di negara-negara

yang telah mencapai kehidupan politik yang maju, sistem rekrutmen untuk

menempatkan kader partainya dilaksanakan secara demokratis, transparan dan

terbuka bagi semua calon atau kandidat yang berkualitas.

Rekruitmen politik yang dimaksud adalah seleksi dan pemilihan atau

seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan

sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada

khususnya.44 Batasan tersebut didukung oleh pendapat Miriam Budiardjo,

rekruitmen politik adalah proses melalui mana partai mencari anggota baru dan

mengajak orang-orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik.45

Dalam proses rekruitmen biasanya faktor keahlian, kecakapan dan

pendidikan menjadi persyaratan yang penting. Namun dalam beberapa hal,

seringkali lebih didasarkan pada ikatan kelompok, ikatan ideologi, atau ikatan

koneksitas (keluarga). Dalam sistem politik yang masih tradisional dan belum

melaksanakan nilai-nilai demokrasi, rekruitmen politik biasanya didasarkan pada

faktor-faktor yang disebutkan terakhir tadi.

Proses rekruitmen politik bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa

Barat dari PDI-Perjuangan cenderung menggunakan pola tertentu berdasarkan

prosedur yang di tetapkan dalam partai. Prinsip umum yang mendasari rekrutmen

politik partai ini sesuai dengan prinsip kelahirannya yaitu pembentukan partai

dalam melakukan perbaikan pada sistem politik dan pemerintahan. Maka

berdasarkan prinsip ini orang yang di rekrut oleh partai ini haruslah orang-orang

yang bersedia melakukan perbaikan-perbaikan untuk perubahan kearah kemajuan

daerah. Pemimpin merupakan salah satu faktor penting untuk membawa

44 Ramlan Surbakti, Memahami llmu Politik, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1987, hlm. 118. 45 Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,

1998, hlm. 19.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

23

perubahan dan perkembangan suatu daerah. Gubernur dan Wakil Gubernur adalah

jabatan politik dan jabatan publik yang bertugas memimpin birokrasi dan

menggerakkan jalannya roda pemerintahan. Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa

Barat dari PDI-Perjuangan harus memberikan jaminan perlindungan, pelayan

publik dan pembangunaan yang baik kepada masyarakatnya.

2. Kandidasi

Rekruitmen politik adalah “proses dimana individu atau kelompok-

kelompok individu dilibatkan dalam peran-peran politik aktif (Czudnowski, dalam

Greenstein dan Polsby, 1975:155). Dalam studi tentang rekruitmen politik, istilah

rekruitmen politik sering dipertukarkan dalam makna yang sama dengan seleksi

kandidat (kandidasi), dan rekruitmen legislatif serta eksekutif (Czudnowski, 1975;

Ishiyama, 2001); tetapi ada yang berusaha menarik garis batas antara istilah-

istilah tersebut sebagai konsep yang berbeda (Norris, 1996; Hazan, 2002; Camp,

1995); dan ada pula yang menyatakan bahwa istilah-istilah tersebut dapat

dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan (Siavellis dan Morgenstern, 2008)46. Bagi

yang membedakan, rekruitmen politik didefinisikan yakni bagaimana potensi

kandidat ditarik untuk bersaing dalam jabatan publik; sedangkan seleksi kandidat

adalah proses bagaimana kandidat dipilih dari kumpulan kandidat potensial;

sementara itu rekruitmen legislatif berbicara tentang bagaimana kandidat yang

dinominasikan partai terpilih menjadi pejabat publik. Dari beberapa definisi yang

diungkapkan diatas dapat disimpulkan bahwa rekruitmen politik adalah proses

dimana individu atau kelompok dilibatkan dalam peran-peran politik aktif

dan ditarik untuk bersaing dalam jabatan publik.

Perlakuan partai politik terhadap keseluruhan tahap-tahap rekruitmen

politik sangat berhubungan dengan bagaimana partai politik mengorganisasikan

diri. Terdapat 4 (empat) hal penting yang dapat menunjukkan bagaimana

46 Sigit Pamungkas, Partai Politik – Teori dan Praktek di Indonesia, Institute for Democracy and Welfarism,

2011, hlm. 91-92

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

24

pengorganisasian partai politik dalam proses rekruitmen politik47, yaitu, Pertama,

Siapa kandidat yang dapat dinominasikan?, Kedua, Siapa yang menyeleksi

(Selectorate)?, Ketiga, Dimana kandidat diseleksi?, Keempat, Bagaimana kandidat

diputuskan?48. Terkait mengenai bagaimana pengorganisasian partai politik dalam

metode seleksi kandidat, Gideon Rahat49 melihat bahwa kadar demokratis

tidaknya partai politik dalam melakukan proses seleksi kandidat untuk menduduki

kursi kekuasaan dapat dilihat dari selectorate (penyeleksi). Dalam hal ini

selectorate (penyeleksi) dikelompokkan kedalam 3 (tiga) tahap, yakni, Pertama,

panitia pencalonan (nominating committee), Kedua, penyeleksi agen partai

(selected party agency), dan Ketiga, anggota partai (party members). Selain itu,

untuk mengukur derajat demokratisasi proses seleksi kandidat dapat dilihat dari

sejauh mana kekuasaan tersebar, yakni, apakah metode seleksi kandidat bersifat

inklusif atau eksklusif, sentralistik atau desentralistik, sistem pemilihan atau

penunjukan.

Dalam demokrasi paling mapan pun, tidak ada hukum yang mengatakan

bagaimana memilih calon mereka, dan masing-masing pihak bebas untuk

membuat aturan sendiri. Masing-masing partai politik memiliki mekanisme dalam

proses kandidasi yang mungkin berbeda satu dengan yang lainnya. Namun secara

umum rekruitmen kandidat dikenal melalui dua mekanisme yakni inklusif dan

ekslusif atau terbuka dan tertutup. Hal ini menjelaskan mengenai siapa yang dapat

dicalonkan atau ditetapkan sebagai kandidat dari partai politik. Model Inklusif

dapat dikatakan bahwa siapa yang bisa melamar sebagai kandidat adalah semua

orang, tidak hanya terbatas pada anggota partai saja, anggota partai dengan syarat

tertentu, pengurus partai, atau orang-orang yang dipilih, tetapi terbuka bagi semua

warga negara. Tidak mempermasalahkan persyaratan keanggotaannya. Sementara

model ekslusif adalah proses rekruitmen kandidat yang memiliki persyaratan

tertentu bagi mereka yang akan melamar menjadi seorang kandidat. Pada

47 Rahat dan Hazan, 2001; Hazan, 2006; Norris dalam Katz dan Crotty, 2006, hlm. 48 Sigit Pamungkas, Op.cit., hlm. 93. 49 Gideon Rahat, Which Candidate Selection Methods is More Democratic?, CSD Working Paper, Centre for

Study of Democracy, UC Irvine 2008

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

25

umumnya, syarat-syarat yang akan ditentukan cenderung lebih menguntungkan

pada anggota, kader, atau pengurus partai. (Rahat dan Hazan; 2006)

Penerapan rekruitmen politik dengan model demokratis membutuhkan

dukungan pendidikan politik yang memadai kepada masyarakat. Hal ini menjadi

penting karena faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh dalam penentuan

pilihan politik (pengambilan keputusan) pemilih terhadap figur yang berkompetisi

dalam pilkada. Tolok ukur dalam penentuan politik tersebut mencakup tiga aspek

menurut Bambang Cipto, yakni : a) party identification, b) Issues of candidate and

party, c) Candidate's (party elite's) personality, style and performance.50

Identifikasi partai merupakan perasaan terikat pada kelompok dimana ia

menjadi anggota ataupun kelompok yang dipilih. Identitas partai akan berkaitan

dengan kesetiaan (loyalitas) dan ketidaksetiaan (volatilitas) dari massa suatu

partai yang disebut sebagai massa pendukung. Semakin tinggi identitas partai

semakin menjamin loyalitas massa partai, sebaliknya semakin rendah identitikasi

partai akan semakin rendah pula loyalitas massanya.

Faktor penentu kedua adalah isu-isu di seputar kandidat dari suatu partai

maupun isu-isu di seputar partai tersebut. Isu-isu tersebut terkait dengan hal apa

saja yang diperjuangkan oleh kandidat atau partai tersebut. Sedangkan faktor

ketiga yang turut menentukan dalam pengambilan keputusan oleh pengambil

keputusan adalah berkenaan dengan kepribadian, gaya hidup dan performa

kandidat atau partai tersebut.

a. Faktor Kinerja Calon

Irawan Prasetya memberikan definisi mengenai kinerja sebagai hasil

kerja seseorang dalam suatu organisasi secara keseluruhan dimana hasil kerja

tersebut harus dapat ditunjukkan secara kongkrit dan dapat diukur.51 Kinerja

merupakan fungsi dari usaha seseorang (effort) yang didukung dengan

motivasi yang tinggi dengan kemampuan (ability) yang diperoleh melalui

latihan-latihan (training) atau dengan pengetahuan (knowledge) melalui

50 Dikutip oleh Tim Peneliti FISIP UMM dalam Perilaku Partai Politik, UMM Press, Malang, 2006, hlm. 27. 51 Irawan Prasetya, dkk., Manajemen Sumber Daya Manusia, STIA-LAN Press, Jakarta, 1992, hlm. 5.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

26

pendidikan atau pengalaman.

Sedangkan Henry Simamora52 mengemukakan bahwa kinerja

(performance) merupakan fungsi antara motivasi dengan kemampuan (ability).

Motivasi disini adalah kesediaan seseorang untuk berusaha sekeras-kerasnya

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan kemampuan merupakan

potensi seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan. Kemampuan

(competence) mencakup keterampilan pengetahuan (knowledge) serta

pengalaman.

Selanjutnya Suyadi Prawirosentono53, mengatakan bahwa untuk

mengukur kinerja seseorang tidaklah cukup hanya dengan membuat standar

kecakapan saja. Apabila kecakapan seringkali dipahami sebatas keterampilan

teknis (technical skill) dan kemampuan pengetahuan seseorang maka perlu

ditetapkan suatu standar kompetensi seseorang yang mempunyai cakupan

lebih luas dan komprehensif yang terdiri dari motif, sifat, citra peran sosial,

pengetahuan dan keterampilan.

Adman Nursal dalam Political Marketing mengemukakan bahwa untuk

memenangkan pemilihan paling tidak harus meyakinkan para pemilih, karena

pemilih lebih mudah diyakinkan dengan menawarkan figur atau kandidat

dibandingkan dengan menawarkan policy atau isu-isu yang akan

diperjuangkan. Kandidat yang dimaksud terkait dengan kualitasnya, yang

memiliki dua aspek, kualitas instrumental dan kualitas simbolis. Kualitas

instrumental yaitu kompetensi kandidat meliputi kompetensi manajerial dan

kompetensi fungsional. Kompetensi managerial berkaitan dengan kemampuan

untuk menyusun rencana, pengorganisasian, pengendalian dan pemecahan

masalah untuk mencapai sasaran obyek tertentu. Sedangkan kompetensi

fungsional adalah keahlian bidang-bidang tertentu yang dianggap penting

dalam melaksanakan tugas, misalnya keahlian bidang ekonomi, hukum,

52 Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia dan Pembangunan, Balai Pustaka, Jakarta, 1997, hlm.

434. 53 Suyadi Prawirosentono. Kebijakan Kinerja Karyawan, BPFE, Yogyakarta, 1999, hlm. 24.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

27

keamanan, teknologi dan sebagainya. Kualitas instrumental merupakan

keahlian dasar yang dimiliki kandidat agar sukses melaksanakan tugasnya.

Kedua, kualitas simbolis yaitu kualitas kepribadian seseorang berkaitan

dengan integritas diri, ketegasan, ketaatan pada norma dan aturan, kebaikan,

sikap merakyat dan sebagainya. Ketiga, kualitas fenotipe optic yaitu

penampakan visual seorang kandidat yang secara umum meliputi pesona fisik,

kesehatan dan kebugaran serta gaya penampilan.54

Seiring dengan pelaksanaan pilkada Achmad Herri mengemukakan 9

kriteria figur terbaik sebagai pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala

daerah antara lain:55

1) Seorang Strong Leader (memiliki kekuatan lahiriah dan batiniah)

2) Dapat dipercaya dan amanah

3) Profesional

4) Berpengalaman dalam bidang manajerial berskala besar

5) Memiliki integritas diri : jujur dan mampu menjaga martabat

6) Berwawasan kebangsaan

7) Memahami persoalan ekonomi-bisnis lokal. domestik dan global

8) Memiliki hubungan luas dalam pergaulan nasional

9) Bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

b. Faktor Dukungan

Dalam bidang politik konsep dukungan sering dipergunakan dalam

menunjukkan sikap misalnya berkaitan dengan suatu keputusan politik atau

terhadap kepemimpinan politik (penguasa) namun sangat sulit untuk

memperoleh definisi konsep dukungan itu sendiri oleh para ahli politik.

Walaupun demikian definisi dukungan telah banyak dipergunakan di bidang-

bidang lain seperti psikologi dan bidang sosial.

54 Adman Nursal, Political Marketing : Strategi Memenangkan Pemilu, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004,

hlm. 65. 55 Ahmad Herry, Pilkada Langsung Sembilan Kunci Sukses Tim Sukses, Galang Press, Yogyakarta, 2005, hlm. 28.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

28

Dalam bidang psikologi, Kessler56 mendefinisikan dukungan sebagai

adanya pertolongan atau bantuan dari orang lain selama dibutuhkan. Jadi

dukungan diartikan sebagai tersedianya bantuan orang lain yang dapat dilihat

dengan jelas oleh individu selama waktu individu tersebut memerlukan

dukungan (bantuan). Dengan demikian dukungan ini mencakup elemen

pemberi, penerima bantuan, bentuk bantuan dan waktu tertentu.

Sejalan dengan definisi yang dikemukakan di atas, House

mengemukakan ciri-ciri dukungan itu mencakup emosional, kognitif dan

material.57 Dukungan emosional berupa bantuan dalam bentuk perhatian,

empati, simpati dan sebagainya. Sedangkan dukungan kognitif berupa bantuan

saran, nasehat, gagasan dan informasi. Sementara dukungan material berupa

bantuan dalam bentuk barang atau dana. Sering juga beberapa pendapat

menambahkan dukungan instrumental yang berupa bantuan tenaga dan

waktu.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dalam kaitannya dengan bidang

politik, maka dukungan merupakan adanya bantuan dari seseorang atau

kelompok terhadap pihak tertentu dalam rangka memperoleh dan atau

menjalankan kekuasaannya. Dukungan dalam rangka memperoleh kekuasaan

dapat terlihat pada keikutsertaan atau ikut berpartisipasi dalam proses

pencalonan, kampanye sampai pada pemberian suara dalam pemilihan.

Bahkan dukungan juga terlihat melalui pemberian sumbangan dana dalam

penyelengaaraan pemilihan.

Kaitannya dengan dukungan dalam pelaksanaan pilkada, Achmad Herry

mengemukakan bahwa dalam mencalonkan figur tertentu partai politik harus

dapat memperkirakan dukungan terhadap figur tersebut sehingga

memungkinkan terpilihnya pasangan calon yang ditetapkan. Dukungan-

dukungan tersebut bersumber dari:

56 Kessler. Ronald C., Ricard H. Prices and Camille B Woriman, Social Factors in Psychopathology: Social

Support and Coping Processes, 1985, dalam Annual Review of Psykology, 1990, hlm. 531. 57 House, James S., and Robert L. Khan (1985), Measure and Consept of Social Support, New York dalam Abu

Ahmadi, Psikologi Sosial, Ed. Rev., Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hlm. 156.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

29

1) Dukungan partai atau gabungan partai yang mencalonkan.

2) Dukungan massa mengambang/ arus bawah.

3) Dukungan birokrasi pemerintahan dan TNI/Polri bagi pejabat yang akan

maju sebagai calon.

4) Dukungan kelompok-kelompok kepentingan di luar partai politik seperti

organisasi kemasyarakatan (Ormas), organisasi kemasyarakatan pemuda

(OKP), organisasi profesi dan bisnis.

5) Dukungan kelompok-kelompok penekan (Pressure group), seperti

lembaga swadaya masyarakat (LSM), mahasiswa, organisasi

buruh/tani/nelayan dan pers lokal.

c. Faktor Ikatan Primordial

Dalam pengertian umum bahwa primordial merupakan dimensi

keaslian atau kesejatian dari kelompok atau etnik tertentu. Primordialisme

dalam pemahaman Geertz (1973) adalah keterikatan terhadap suatu yang

diantaranya dibawa melalui kelahiran. Seorang yang dilahirkan dalam

komunitas yang religius misalnya, akan menjadi keterikatan yang kuat

terhadap komunitasnya, sehingga keterikatan tersebut menimbulkan emosi

tertentu yang menjadi dasar tingkah lakunya dan pertimbangan lainnya.58

Demikian pula halnya dengan orang yang dibesarkan dalam suatu komunitas

pemakai bahasa tertentu, latarbelakang kultural ini bisa menjadi sumber

terbentuknya semangat primordialisme orang tersebut.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa primordialisme adalah orientasi

individu atau kelompok. Primordialisme adalah sikap yang mementingkan

keuntungan-keuntungan kelompok. Ikatan primordial didasarkan pada

keterikatan-keterikatan berdasarkan keagamaan, etnis dan kedaerahan,

keanggotaan dalam suatu asosiasi, atau profesi. Misalnya di Indonesia, sikap--

sikap primordial yang dilihat melalui keanggotaan suatu partai politik karena

partai politik di Indonesia dibangun dengan dasar orientasi ideologis yang

terbentuk melalui perbedaan pemahaman keagamaan.

58 Ibid.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

30

Sistem rekruitmen politik memiliki keberagaman yang tiada terbatas,

namun pada dasarnya ada dua cara khusus seleksi pemilihan, yaitu melalui kriteria

universal dan kriteria partikularistik. Pemilihan dengan kriteria universal

merupakan seleksi untuk memainkan peranan dalam sistem politik berdasarkan

kemampuan dan penampilan yang ditunjukkan lewat tes atau ujian prestasi.

Sedangkan yang dimaksud dengan kriteria partikularistik adalah pemilihan yang

bersifat primordial yang didasarkan pada suku, agama, ras, keluarga, almamater

atau faktor status. Terkait dengan itu maka untuk menciptakan rekruitmen yang

sehat berdasarkan sistem politik yang ada sehingga membawa pengaruh pada elit

politik terpilih membutuhkan adanya mekanisme yang dapat menyentuh semua

lapisan, golongan serta kelas sosial masyarakat.

Oleh karena itu, Seligman dalam Kebijakan Politik yang Membumi

memandang rekruitmen sebagai suatu proses yang terdiri dari:59

a. Penyaringan dan penyaluran politik yang mengarah pada (pemenuhan syarat

calon).

b. Pencalonan atau proses dua tahap yang mensyaratkan inisiatif dan penguatan.

c. Seleksi, yakni pemilihan calon elite politik yang sebenarnya.

Rekruitmen politik diharapkan agar memperhatikan mekanisme yang

berlaku karena penting dalam hal pengambilan keputusan atau pembuatan

kebijaksanaan. Pada umumnya elit politik yang direkrut biasanya orang-orang

yang memiliki latar belakang sosial, budaya disamping memiliki kekuatan ekonomi

yang memadai menjadi persyaratan. Walaupun prosedur-prosedur yang

dilaksanakan oleh tiap-tiap sistem politik berbeda satu dengan yang lainnya,

namun terdapat suatu kecenderungan bahwa individu-individu yang berbakat

yang akan dicalonkan menduduki jabatan-jabatan politik maupun jabatan

pemerintahan.

Putnam juga mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria yang dapat

digunakan dalam proses seleksi elit politik, yaitu:60

59 Hesel Nogi Tangkilisan, Op. Cit, hlm. 190. 60 Ibid, hlm. 158.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

31

a. Keahlian teknis, dimana keahlian ini sangat dibutuhkan untuk melaksanakan

peranan-peranan politik yang rumit dalam kaitannya dengan peranan dalam

proses sosial.

b. Keahlian berorganisasi dan persuasi, dimana keahlian ini sangat penting untuk

pembuatan keputusan politik atau kebijaksanaan pemerintah yang umumnya

dilakukan oleh kaum elit, karenanya dibutuhkan keterampilan negoisasi atau

mobilisasi orang atau pejabat yang terlibat dalam pembuatan keputusan dan

pelaksanaannya.

c. Loyalitas dan reliabilitas politik yang menyangkut derajat kepercayaan politik

dari berbagai kekuatan atau golongan masyarakat, karena hal ini akan sangat

membantu dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

Banyaknya kepala daerah dan wakil kepala daerah yang di usung oleh PDI-

Perjuangan menang dalam pemilihan umum kepala daerah tidak terlepas dari

kerja keras yang dilakukan oleh pengurus PDI-Perjuangan di daerah dalam

merekrut orang-orang yang memang pantas dan memiliki potensi untuk

menduduki jabatan sebagai kepala daerah. Pengurus PDIP di pusat maupun daerah

dengan teliti dan jeli melakukan komunikasi dan pendekatan terhadap beberapa

nama bakal calon kepala daerah.

Dalam kerangka teoritik dari Hazan dan Rahat terdapat beberapa tahapan

dalam rekruitmen politik yaitu: tahapan Candidacy, Selectorate, Decentralization,

Appoinment and Voting System, Participation, Representation, Competition,

Responsiveness, dan Candidate Selection.

a. Candidacy

Tahapan Candidacy adalah tahapan pendefinisian kriteria yang dapat

masuk sebagai kandidat. Berbagai hal yang mempengaruhi tahapan kandidasi

ini meliputi aturan-aturan pemilihan, aturan-aturan partai, dan norma-norma

pemilihan.

b. Selectorate

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

32

Gideon Rahat61 melihat bahwa kadar demokratis tidaknya partai politik

dalam melakukan proses seleksi kandidat untuk menduduki kursi kekuasaan

dapat dilihat dari selectorate (penyeleksi). Dalam hal ini selectorate

(penyeleksi) dikelompokkan kedalam 3 (tiga) tahap, yakni, Pertama, panitia

pencalonan (nominating committee), Kedua, penyeleksi agen partai (selected

party agency), dan Ketiga, anggota partai (party members).

c. Decentralization

Selain itu, untuk mengukur derajat demokratisasi proses seleksi

kandidat dapat dilihat dari sejauh mana kekuasaan tersebar, yakni apakah

metode seleksi kandidat bersifat sentralistik atau desentralistik.

d. Appoinment and Voting System

Selain itu, untuk mengukur derajat demokratisasi proses seleksi

kandidat dapat dilihat dari sejauh mana kekuasaan tersebar, yakni, apakah

metode seleksi kandidat bersifat inklusif atau eksklusif, sentralistik atau

desentralistik, sistem pemilihan atau penunjukan.

e. Participation

Partisipasi adalah dimensi utama dari demokrasi. Dalam perwakilan

yang modern demokrasi, seluruh populasi warga negara dewasa berhak untuk

memilih wakil rakyat yang akan memerintah mereka. Demokrasi di tingkat

nasional membutuhkan partisipasi yang universal, yaitu inklusivitas maksimal.

Pada tingkat intra partai partisipasi dapat dilihat sebagai inklusivitas dan

sebagai pemilih, serta pertanyaan dari kuantitas versus kualitas partisipasi

dalam partai.

f. Representation

Dalam konteks rekruitmen dan studi pemilu, gagasan

representasi yang digunakan hampir secara universal dan seragam adalah

bahwa representasi mencerminkan komposisi demografis masyarakat (atau,

61 Gideon Rahat, Which Candidate Selection Methods is More Democratic?, CSD Working Paper, Centre for

Study of Democracy, UC Irvine 2008

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

33

dalam kasus partai, yang mencerminkan komposisi demografis kelompok

pemilih mereka).

g. Competition

Dalam demokrasi, kita berharap untuk melihat persaingan bebas

kepentingan, nilai-nilai, dan juga identitas. Partai dan kandidat menampilkan

diri sebagai wakil dari minat, nilai, dan identitas, dan dari waktu ke waktu

bersaing satu sama lain untuk dukungan dari pemilih.

h. Responsiveness, dan Candidate Selection.

Elemen-elemen demokrasi seperti partisipasi, representasi, persaingan,

dan responsif harus dipahami dan dicapai baik dari segi eksternal maupun

internal partai. Selain itu, isu-isu seputar kandidat dan incumbent dapat

mempengaruhi elektabilitas masing-masing.

3. Mengawal Kebijakan dan Legal Formal

Kepercayaan publik terhadap partai politik memudar karena perilaku kader

tidak peduli pada aspirasi konstituen. Salah satu cara memulihkan kepercayaan itu

adalah melibatkan anggota partai memilih bakal calon dari sejumlah calon yang

disiapkan dan diseleksi pengurus. Partai politik seringkali memiliki persamaan-

persamaan, sebagai berikut:

Pertama, persyaratan menjadi calon anggota DPR dan DPRD yang diterapkan merupakan kombinasi dua atau lebih syarat yang pada dasarnya mencari calon yang berpeluang besar mendulang suara. Persyaratan itu meliputi : popularitas (tingkat pengenalan pemilih terhadap calon), elektabilitas (kehendak pemilih memilih calon), integritas calon (kesesuaian perilaku calon dengan norma masyarakat dan kejujuran calon), dana kampanye (kemampuan keuangan calon memobilisasi dukungan pemilih), pengabdian kepada partai, kadar komitmen ideologi partai, tingkat pendidikan, serta dukungan organisasi partai dan tim pendamping memobilisasi dukungan pemilih.

Kedua, yang menyeleksi bakal calon anggota DPR dan DPRD adalah tim seleksi yang dibentuk oleh kepengurusan partai tingkat pusat, tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota. Namun, yang menetapkan daftar calon dan nomor urutnya adalah pengurus partai tingkat pusat untuk daftar bakal calon anggota DPR, pengurus partai tingkat provinsi untuk daftar bakal calon anggota DPRD provinsi dan daftar bakal calon anggota DPRD

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

34

kabupaten/ kota setelah mendapat persetujuan pengurus pusat. Tentu saja terdapat variasi antarpartai dalam metode yang digunakan tim seleksi untuk menyeleksi bakal calon yang tak akan disebutkan di sini.

Ketiga, sama sekali tak ada keterlibatan anggota partai dalam proses seleksi calon.62

Salah satu bentuk demokratisasi partai politik secara internal adalah

partisipasi anggota partai dalam seleksi calon anggota lembaga legislatif dan

seleksi calon kepala pemerintahan, baik pada tingkat nasional maupun tingkat

lokal. Derajat partisipasi pemilih dalam seleksi calon dapat dipilah jadi beberapa

tingkat dalam spektrum inklusif dan eksklusif:

a. pemilihan pendahuluan terbuka;

b. pemilihan pendahuluan tertutup;

c. kaukus lokal;

d. konvensi partai; serta

e. seleksi dan penetapan oleh pengurus.

Pandangan lain menempatkan kelima kategori tersebut dalam spektrum

derajat partisipasi-derajat sentralisasi. Yang berhak memberikan suara pada

pemilihan pendahuluan terbuka tidak hanya anggota partai yang mengadakan

pemilihan calon, tetapi juga pemilih terdaftar lainnya, baik berstatus anggota

partai lain maupun yang independen. Karena itu, pemilihan pendahuluan terbuka

merupakan seleksi kandidat yang paling inklusif atau derajat partisipasi yang

paling tinggi.

Yang memberikan suara pada pemilihan pendahuluan tertutup hanya

anggota partai yang mengadakan pemilihan calon itu. Yang memberikan suara

pada kaukus hanyalah anggota partai yang mengadakan pemilihan calon, tetapi

didahului diskusi dan perdebatan, baik antar anggota maupun antara calon dan

anggota, tentang kebijakan yang akan diperjuangkan sang bakal calon. Pada

pemilihan pendahuluan suara diberikan oleh pemilih secara rahasia, sedangkan

62

Rahat, Gideon, Candidate Selection: The Choice Before the Choice, Journal of Democracy, Volume 18, Number 1, January 2007, pp. 157-170.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

35

pada kaukus suara diberikan pemilih secara terbuka kepada calon yang

dikehendaki.

Yang hadir dan yang berhak memberikan suara pada konvensi partai

tingkat lokal ataupun nasional adalah delegasi yang dipilih anggota partai yang

mengadakan pemilihan calon itu. Nama-nama calon diseleksi dan diajukan partai.

Pemberian suara didahului diskusi dan perdebatan antara delegasi dan calon

ataupun antar delegasi tentang kebijakan yang akan diperjuangkan calon.

Yang menentukan bakal calon pada tingkat yang kelima adalah pengurus

inti partai berdasarkan rekomendasi tim seleksi yang dibentuk pengurus pusat dan

pengurus daerah. Karena itu, seleksi dan penetapan oleh pengurus partai

merupakan seleksi kandidat yang paling eksklusif karena sama sekali tak

melibatkan anggota partai. Kategori kelima ini juga menempati derajat sentralisasi

paling tinggi. Partai politik peserta pemilu di Indonesia termasuk kategori seleksi

kandidat yang paling eksklusif dan sentralistik.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa metode seleksi kandidat dilakukan

untuk setidaknya empat alasan: 1) Mereka memiliki konsekuensi politik yang

besar untuk komposisi parlemen dan perilaku anggota mereka; 2) mereka

memainkan peran utama dalam proses delegasi dalam demokrasi perwakilan

modern, 3) mereka menunjukkan bagaimana kekuasaan didistribusikan dalam

partai, dan 4) pentingnya mereka meningkat dengan peningkatan calon terpusat,

atau pribadi, politik.63

Menurut Richard S Katz (2001), seleksi calon yang melibatkan anggota

partai begitu penting dalam demokrasi karena seleksi calon merupakan salah satu

fungsi khas partai dalam demokrasi. Ini tidak hanya karena seleksi calon untuk

bersaing pada pemilu merupakan salah satu fungsi yang membedakan partai

politik dari organisasi lain yang mungkin berupaya memengaruhi baik hasil pemilu

maupun keputusan yang akan diambil pemerintah, tetapi juga karena calon yang

63 Rahat, Gideon, Candidate Selection: The Choice Before the Choice, Journal of Democracy, Volume 18,

Number 1, January 2007, pp. 157-170.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

36

dinominasikan memainkan peran penting menentukan wajah partai yang

bersangkutan di depan publik.

Calon sebagai orang dan sebagai peran melaksanakan setidak-tidaknya

empat fungsi dalam partai politik kontemporer sebagai organisasi dan dalam

demokrasi kontemporer sebagai sistem tata kelola pemerintahan. Pertama, calon

partai itulah yang menggambarkan wajah partai pada pemilu. Secara kolektif para

calon itu memperlihatkan dimensi demografis, geografis, dan ideologis partai yang

bersangkutan. Calon partai itulah yang lebih banyak menggambarkan wajah partai

kepada publik, baik pada saat pemilu maupun setelah terpilih menjadi pejabat

publik.

Kedua, calon adalah hasil perekrutan, sedangkan pencalonan adalah salah

satu jalur perekrutan bagi keanggotaan partai untuk jabatan publik. Begitu terpilih,

sang calon menempati posisi penting, baik dalam partai maupun dalam

pemerintahan, baik secara simbolik dan seremonial maupun secara aktual. Ketiga,

ketika terpilih, calon yang telah jadi wakil rakyat itu tak hanya mencerminkan

partai secara kolektif, tetapi juga mewakili daerah pemilihan tertentu. Karena

mewakili daerah pemilihan tertentu, sang wakil memiliki keterikatan dengan

warga lokal yang tinggal di daerah pemilihan itu.

Keempat, pencalonan memiliki makna yang penting karena tekanan,

pengaruh, dan kekuasaan yang dapat digunakan oleh calon, bahkan pengaruhnya

lebih besar lagi apabila terpilih. Karena itu, partisipasi para anggota partai dalam

penentuan calon partai menjadi suatu keharusan.

Menurut Richard S. Katz dan Peter Mair uraian di atas dapat dirangkum

dalam tiga wajah partai yaitu party on the ground, party in central office, dan party

in public office. Party on the ground adalah partai massa dimana keanggotaan atau

dukungan terhadap partai ini sangat kuat karena diikat oleh ikatan ideologis,

umumnya partai jenis ini mengutamakan volunterisme dalam struktur kerjanya

dan bergerak di level bawah (grassroot) yaitu dengan cara menggalang dukungan

sebesar-besarnya di dalam masyarakat. Party in central office adalah wajah partai

dalam struktur kepengurusan partai. Partai jenis ini bersifat sentralistik dan

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

37

teknokratik. Sehingga bila kita melihat sebuah partai dengan pemilik keputusan

adalah dewan pengurus tertinggi partai maka dapat kita katakan bahwa partai

tersebut sedang menggunakan wajah party in central office. Wajah ketiga dari

partai adalah party in public office atau dapat disebut sebagai partai dalam

pemerintahan. Wajah ini mengharuskan partai untuk berperan dalam aspek

offising atau penempatan posisi strategis bagi anggota partainya dan menjadikan

sebuah partai berorientasi electoral atau berburu suara.64

Dalam membahas permasalahan dalam penelitian ini, pertama-tama

dijelaskan dari teori Rahat dan Hazan berdasarkan dimensi inklusifitas atau

eksklusifitas, sentralistik atau desentralistik dan dimensi terbuka atau tertutup.

Berdasar dimensi ini, dapat dijawab mengapa Rieke Dyah Pitaloka-Teten Masduki

terpilih menjadi kandidat PDI-Perjuangan.

Selanjutnya berdasar dimensi-dimensi tersebut juga akan dijawab

bagaimana peran PDI-Perjuangan dalam mengawal kebijakan dan kepemimpinan

lokal dari mulai kampanye sampai perhitungan suara dan bagaimana peran partai

dalam tahapan legal-formal dalam melakukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi

berdasar tiga wajah partai menurut Richard S. Katz dan Peter Mair. Dengan

demikian, peran dalam penelitian ini tidak hanya dalam pencalonan saja, tetapi

lebih dari itu, yaitu mengawal sampai pengajuan gugatan ke Mahkamah Konstitusi.

E. DEFINISI KONSEPTUAL

1. Partai Politik

Partai Politik adalah kelompok anggota yang terorganisir secara rapi dan

stabil yang dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi yang sama dan mencari

serta mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilihan umum

dan merupakan organisasi yang bersifat nasional.

2. Fungsi Partai Politik

Fungsi Partai Politik adalah tanggung jawab partai politik baik terhadap

institusinya, masyarakat maupun terhadap bangsa dan negara.

64 Richard S. Katz dan Peter Mair, The American Review of Politics, Vol. 14, Winter, 1993: 593-617.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

38

3. Rekrutmen Politik

Rekruitmen adalah penyeleksian anggota masyarakat dalam kegiatan

politik untuk dapat menduduki jabatan politik yang lebih luas, meliputi cara serta

proses penyeleksian dan penempatan anggota masyarakat untuk menjadi

pengurus sekaligus kader partai.

4. Kandidasi

Kandidasi adalah proses bagaimana kandidat dipilih dari kumpulan

kandidat potensial, proses dukungan pada saat pemilihan, hingga dukungan pasca

pemilihan dan pendampingan kandidat pada proses hukum apabila timbul

sengketa pemilihan.

5. Mengawal Kebijakan

Mengawal Kebijakan adalah peran partai mulai dari proses pemunculan

nama kandidat sampai pasca pemilukada.

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini mempergunakan metode penelitian studi kasus, yaitu kasus

pemilu Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Provinsi Jawa Barat dalam

proses rekruitmen kepala daerah yang diusung oleh Partai PDI-Perjuangan Tahun

2013. Penggunaan studi kasus tersebut untuk mengetahui aspek-apek rekruitmen

yang bertujuan untuk mengungkapkan proses rekruitmen serta faktor yang

menentukan terpilihnya kandidat untuk mewakili partai. Penulis memilih studi

kasus karena dengan studi kasus dapat diketahui secara intensif tentang latar

belakang masalah, kondisi peristiwa yang sedang berlangsung, serta interaksi

lingkungan yang bersifat apa adanya. Dalam penelitian ini bagaimana peran dan

fungsi PDI-Perjuangan dalam memunculkan nama kandidatnya, proses kampanye,

apa yang harus dikampanyekan, dukungan saat pemilihan, penyediaan saksi,

pengawasan dalam proses perhitungan suara serta dalam proses tuntutan hak

yang mengandung sengketa dan diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

39

putusan berkaitan hasil penghitungan suara yang dinilai oleh partai tidak benar

dan tidak sesuai dengan keadilan

2. Unit analisa

Unit analisa dalam penelitian ini adalah Partai PDI-Perjuangan Provinsi

Jawa Barat.

3. Jenis Data

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yang dibutuhkan, yaitu:

a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya sesuai

dengan tujuan penelitian. Data primer berupa hasil wawancara mendalam

dengan informan penelitian seperti elit Partai PDI-Perjuangan yang terlibat

dalam proses dan penentu terpilihnya kandidat. Dalam penelitian ini data

primer meliputi siapa yang berwenang menentukan calon kandidat partai,

bagaimana prosesnya, siapa-siapa kandidatnya, jumlah data pemilih, serta

hasil suara yang masuk.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber lain berupa

dokumen pendukung, antara lain:

1) Dokumen kebijakan DPP Partai PDI-Perjuangan

2) Dokumen kebijakan DPD PDI-Perjuangan Provinsi Jawa Barat

3) Dokumen kronologis proses pencalonan Rieke Diah Pitaloka dan Teten

Masduki dalam Partai PDI-Perjuangan.

4) Arsip Pilkada Tahun 2007

5) Arsip Pemilu Legislatif 2009

6) Literatur, opini dan berita media massa lokal maupun nasional antara lain

Kompas, Vivanews.com, Jawapost, Detik.com.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Wawancara

Salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

wawancara langsung dengan menggunakan jenis wawancara mendalam.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

40

Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi langsung

atau menggali data secara langsung, dimana informasi tersebut tidak

didapatkan dari data tertulis sehingga dapat melengkapi data yang

dibutuhkan65. Selanjutnya yang dimaksud dengan wawancara mendalam

(indept interview) pada penelitian ini adalah tanya jawab terarah secara

langsung kepada informan kunci untuk memperoleh informasi yang mendalam

terhadap permasalahan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini peneliti telah melakukan wawancara dengan

informan baik yang berasal dari pengurus DPP atau informan dari pengurus

DPC (kabupaten/kota) yang meliputi:

1. Abdy Yuhana, Abdi Yuhana, S.H., M.H., Advokad dan Mahasiswa Program

Doktor, Jurusan Hukum Universitas Padjajaran Bandung, Wakil Sekretaris

DPD PDIP Jawa Barat, Sekretaris Tim Kampanye dan Kuasa Hukum

Pasangan No. Urut 5 Rieke-Teten. Wawancara dilaksanakan pada Senin, 8

Juli 2013.

2. Dr. Andreas Hugo Pareira, Ketua Bidang Hankam dan Hubungan Luar

Negeri PDI-Perjuangan, Mantan Wakil Ketua DPD PDI-Perjuangan Jawa

Barat Periode 2005-2010. Wawancara dilaksanakan pada Senin, 22 Juli

2013.

3. Dwi Putro Ariswibowo, Badiklatpus PDI-Perjuangan, Ketua Departemen

Pemuda dan Olah Raga PDI-Perjuangan Jawa Barat, Kepala Sekretariat

Pemenangan Rieke-Teten. Wawancara dilaksanakan pada Sabtu, 13 Juli

2013.

4. Ineu Purwadewi, S.Sos., MM, Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, Wakil

Ketua Bidang Pendidikan, Budaya dan Agama PDI-Perjuangan Jawa Barat,

Bagian Logistik Tim Pemenangan Rieke-Teten, Wawancara dilaksanakan

pada Kamis, 11 Juli 2013.

5. Tubagus Hasanuddin, Ketua DPD PDI-Perjuangan Provinsi Jawa Barat,

pada Senin, Wawancara dilaksanakan pada 26 Agustus 2013.

65 Ibid, Irawati dalam masri hlm. 192

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

41

6. Teten Masduki, Wawancara dilaksanakan pada Jumat 30 Agustus 2013.

7. Rieke Diah Pitaloka, Wawancara dilaksanakan pada Jumat, 30 Agustus

2013.

8. Iwan Permana, Wawancara dilaksanakan pada Selasa, 16 Juli 2013.

9. Yayat T Soemitra, Wawancara dilaksanakan pada Jumat, 12 Juli 2013

Setelah wawancara dilakukan, peneliti memindahkan hasil wawancara

dalam bentuk rekaman ke dalam bentuk tertulis. Selanjutnya peneliti

melakukan analisis data dan interpretasi data. Peneliti membuat dinamika

psikologis dan kesimpulan.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui

dokumen-dokumen66. Data-data yang diambil dari dokumen-dokumen tertulis

yang berkaitan dengan konteks penelitian ini, kemudian dianalisis.

Dokumentasi dalam penelitian ini lebih diutamakan untuk memperoleh data

sekunder yang dibutuhkan untuk mendukung data primer, antara lain AD/ART

dan Surat Keputusan yang berkaitan dengan regulasi pencalonan kandidat.

5. Teknik Analisa Data

Analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif yaitu jenis data yang diperoleh baik dari penelitian atau

kepustakaan adalah berupa narasi dan bukan dalam bentuk angka-angka dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data, baik dari hasil wawancara, maupun dokumentasi

b. Meringkas data yaitu memilih hal-hal pokok dari data yang telah terkumpul

yang sesuai dengan fokus penelitian. Hal ini berlangsung secara simultan atau

terus menerus selama penelitian.

c. Menyajikan data yaitu menyajikan data dalam bentuk deskriptif atau uraian.

d. Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil kesimpulan dan verifikasi ini akan

diarahkan pada pemaparan saran dan rekomendasi.

66 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 2004, hlm. 125-126

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

42

Data yang terkumpul dipisah-pisahkan dalam kelompok-kelompok yang

selanjutnya dikatagorisasi dalam rumpun yang sama, kemudian dimanipulasi serta

diperas sedemikian rupa sehingga data tersebut mempunyai makna untuk

menjawab masalah penelitian. Memanipulasi data dimaksudkan untuk mengubah

yang masih mentah tersebut dari asalnya menjadi data yang mudah dipahami dan

berkaitan langsung dengan yang dimaksudkan oleh kebutuhan penelitian ini atau

mengubah data mentah tersebut dari bentuk awalnya menjadi suatu bentuk yang

dapat dengan mudah memperlihatkan hubungan-hubungan dengan fenomena.

Perlu diketahui bahwa data dalam penelitian ini sebagian besar berupa data

kualitatif maka diperlukan beberapa kegiatan pengolaha data sebagai berikut:

a. Editing, sebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu dengan

perkataan lain bahwa data yang terkumpul dari beberapa tehnik pengumpulan

data dibaca kembali dan bila terdapat kekeliruan atau hal yang meragukan

maka data tersebut perlu diperbaiki;

b. Membuat tabulasi, yaitu memasukkan data kedalam tabel sehingga mudah

untuk mengkatagorikan data faktor-faktor penentu dari sebuah penelitian ini.

Selanjutnya analisis data dilakukan dengan mengelompokkan, membuat

suatu urutan, memanipulasi serta menyingkat data sehingga mudah untuk dibaca.

Dengan demikian kegiatan analisis data selalu berkaitan dengan pengolahan data

sehingga kecermatan analisis sangat bergantung pada kualitas tehnik pengolahan

data dan nampaknya keduanya tidak bisa terpisahkan. Analisis data yang

digunakan tentunya juga didasarkan pada data itu sendiri. Mengingat sebagian

besar data penelitian ini adalah data kualitatif maka tehnik analisis data yang

dipilih peneliti dengan sendirinya adalah tehnik analisis data kualitatif, dengan

pertimbangan sebagai berikut:

Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan

dengan pernyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakekat

hubungan antara peneliti dan responden. Metode ini lebih peka dan lebih dapat

menyesuaikan diri dengan banyak penajamam pengaruh bersama terhadap pola-

pola dan nilai-nilai yang dihadapi.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

43

Konkretnya teknik analisis data kualitatif dalam penelitian ini lebih banyak

menggunakan cross checking analysis dan pengujian keabsahan data dilakukan

dengan menggunakan tehnik triangulasi melalui check, re-check terhadap data

yang diperoleh dari berbagai tehnik pengumpulan data. Dengan demikian mungkin

terjadi pengonfirmasian antara data primer dan sekunder.

PROSES REKRUITMEN PARTAI POLITIK DALAM MENENTUKAN CALON KEPALA DAERAH(STUDI KASUS REKRUITMEN PDI-PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA JAWA BARAT 2013)Muhammad Yusri AR, S.IPUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/