EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera...

32
EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS TUNGGAL TERHADAP CACING KREMI (ASPICULURIS TETRAPTERA DAN SYPHACIA OBVELATA) PADA MENCIT HELENA AMADEA BHENA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

Transcript of EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera...

Page 1: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS

TUNGGAL TERHADAP CACING KREMI (ASPICULURIS

TETRAPTERA DAN SYPHACIA OBVELATA) PADA MENCIT

HELENA AMADEA BHENA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2017

Page 2: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.
Page 3: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Efikasi Albendazol dan

Pirantel Pamoat Dosis Tunggal Terhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera

dan Syphacia obvelata) pada Mencit” adalah karya saya sendiri dengan arahan

dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi lain. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan mupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2017

Helena Amadea Bhena

NIM B04130193

Page 4: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.
Page 5: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

ABSTRAK

HELENA AMADEA BHENA. Efikasi Albendazol dan Pirantel Pamoat Dosis

Tunggal Terhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)

pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas dari albendazol dan

pirantel pamoat dosis tunggal terhadap cacing kremi (Aspiculuris tetraptera dan

Syphacia obvelata) pada mencit. Sebanyak 24 ekor mencit dibagi kedalam 3

kelompok masing-masing terdiri dari 8 ekor. Mencit diinfeksi buatan dengan 100

telur infektif cacing A. tetraptera dan S. obvelata. Hari ke-47 setelah infeksi

mencit kelompok pertama diobati menggunakan antelmintika albendozol secara

peroral dalam dosis tunggal 10 mg/kgBB, mencit kelompok kedua diobati

menggunakan antelmintika pirantel pamoat dosis tunggal 10 mg/kgBB sedangkan

mencit kelompok ketiga bertindak sebagai kelompok kontrol yang tidak diobati.

Efektivitas albendazol dan pirantel pamoat terhadap cacing A.tetraptera dan

S. obvelata diukur dengan persentase penurunan produksi telur cacing/ Fecal Egg

Count Reduction (FECR) dan persentase penurunan jumlah cacing/ Worm Count

Reduction (WCR) dengan membandingkan jumlah telur (ttgt) dan jumlah cacing

dewasa yang ditemukan pada akhir penelitian antara kelompok yang diobati dan

kelompok kontrol tidak diobati. Hasil penelitian menunjukan bahwa antelmintika

albendazol dan pirantel pamoat dosis tunggal 10 mg/kgBB tidak mampu

menurunkan jumlah ttgt maupun jumlah cacing dewasa A. tetraptera dan

S. obvelata.

Kata kunci: albendazol, pirantel pamoat, A. tetraptera, S.obvelata, dosis tunggal

Page 6: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.
Page 7: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

ABSTRACT

HELENA AMADEA BHENA. Efficacy of Single Dose Albendazole and Pyrantel

Pamoat Against Pinworms (Aspiculuris tetraptera and Syphacia obvelata) on

Mice. Supervised by FADJAR SATRIJA and ELOK BUDI RETNANI.

This research was designed to study efficacy of single dose albendazole and

pyrantel pamoat against pinworms (Aspiculuris tetraptera and Syphacia obvelata)

on mice. A total of 24 mice divided into 3 groups each consisting of 8 mice. Mice

infected with 100 infective eggs A tetraptera and S. obvelata. 47th day after

infection, mice of the first group were each treated with albendazole given in a

single oral dose of 10 mg/kgBB, the second group of mice was treated with

pyrantel pamoat in same dose while the third group served as non-treated control

group. The effectiveness of albendazole and pyrantel pamoat was measured by

comparing the faecal egg count and postmortem worm count between the treated

and control groups. The result showed that albendazole and pyrantel pamoat were

not able to decrease the number of egg per gram and the number of adult

pinworms A. tetraptera and S. obvelata.

Keywords: albendazole, pyrantel pamoat, A. tetraptera, S. obvelata, single dose

Page 8: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.
Page 9: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas kedokteran Heawan

EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS

TUNGGAL TERHADAP CACING KREMI (ASPICULURIS

TETRAPTERA DAN SYPHACIA OBVELATA) PADA MENCIT

HELENA AMADEA BHENA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2017

Page 10: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.
Page 11: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.
Page 12: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.
Page 13: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang

berjudul “Efikasi Albendazol dan Pirantel Pamoat Dosis Tunggal Terhadap

Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata) pada Mencit”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Drh Fadjar Satrija, MSc PhD dan Dr

Drh Elok Budi Retnani, MS sebagai pembimbing, atas petunjuk, saran dan

bimbingannya hingga selesainya penulisan skripsi ini. Ungkapan terima kasih

juga penulis ucapkan kepada Ibu Sri Wahyuni sebagai ketua tim penelitian yang

telah memberi kesempatan bagi penulis untuk menjadi anggota tim penelitian

serta Bapak Sulaeman yang telah membantu selama proses penelitian. Penulis

juga menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi NTT sebagai

pemberi beasiswa yang telah membiayai penulis selama menempuh pendidikan di

IPB. Ungkapan terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada Bapak Benediktus

Togo dan Ibu Bibiana Tita serta adik-adik yang selalu memberikan dukungan dan

doa kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Eva

Charolina yang telah menjadi rekan kerja selama penelitian dan teman-teman

Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Pemprov NTT yang telah menjadi keluarga

penulis selama berada di Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

kesalahan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2017

Helena Amadea Bhena

Page 14: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.
Page 15: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Aspiculuris tetraptera 2

Syphacia obvelata 3

Pengobatan terhadap infeksi cacing Aspiculuris tetraptera dan Syphacia

obvelata pada mencit 3

METODE PENELITIAN 4

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Prosedur Penelitian 4

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Hasil 7

Pembahasan 9

SIMPULAN DAN SARAN 11

DAFTAR PUSTAKA 11

RIWAYAT HIDUP 14

Page 16: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.
Page 17: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

DAFTAR TABEL

1 Rataan ukur (geometric mean) jumlah telur tiap gram tinja (ttgt) dan

nilai fecal egg count reduction (FECR) cacing A. tetraptera dan

S. obvelata pada pengobatan mengunakan albendazol dan pirantel

pamoat dosis tunggal 10 mg/kgBB pada mencit 8

2 Rataan ukur (geometric mean) jumlah cacing dan nilai worm count

reduction (WCR) cacing A. tetraptera dan S. obvelata pada pengobatan

mengunakan albendazol dan pirantel pamoat dosis tunggal 10 mg/kgBB

pada mencit 9

Page 18: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.
Page 19: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mencit (Mus musculus) merupakan salah satu hewan coba yang paling

banyak dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dan penelitian. Penggunaan

mencit sebagai hewan coba karena memiliki berbagai keunggulan seperti siklus

hidup relatif pendek, jumlah anak perkelahiran banyak, mudah ditangani, serta

sifat produksi dan karakteristik reproduksinya mirip mamalia lain. Selain itu,

mencit juga mudah dipelihara dalam jumlah banyak, cepat berkembang serta sifat

anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik (Pribadi 2008). Mencit

sering digunakan sebagai hewan model untuk menguji dan memproduksi obat-

obatan terhadap penyakit infeksi (antibiotik), vaksin, zat kebal (antibodi

monoklonal) serta produksi hormon (Nugroho dan Rahayu 2017). Penggunaan

hewan laboratorium sebagai model dalam penelitian biomedis memberikan

pengetahuan yang lebih baik tentang proses fisiologi dan patologi pada manusia

maupun hewan lain (Bicalho et al. 2007).

Hewan coba yang akan digunakan dalam suatu penelitian harus sehat dan

bebas dari penyakit infeksius, terutama yang dapat menular ke manusia. Hal ini

diperlukan karena kondisi infeksi seperti adanya parasit, virus, bakteri dan fungi

pada hewan coba akan mempengaruhi hasil penelitian (Gilioli et al. 2000). Salah

satu penyakit yang sering menyerang mencit adalah infeksi cacing pita dan cacing

kremi (Oxyurid) pada saluran pencernaan (Richardson 2003). Jenis cacing kremi

yang paling umum terdapat pada mencit laboratorium adalah Aspiculuris

tetraptera dan Syphacia obvelata. Infeksi cacing kremi akan berpengaruh

terhadap bobot badan dan laju pertumbuhan serta perubahan patologis pada

saluran pencernaan (Baker 2007). Perubahan patofisiologis pada mencit dapat

mempengaruhi proses maupun hasil penelitian (Gilioli et al. 2000). Oleh karena

itu, dalam setiap penelitian mencit harus dibebaskan dari infeksi cacing sehingga

tidak mempengaruhi hasil penelitian.

Beberapa antelmintika yang telah digunakan untuk mengobati infeksi cacing

A. tetraptera dan S. obvelata pada mencit diantaranya fenbendazole (Coghlan et al.

1993), kombinasi piperazin dan ivermectin (Zenner 1998), ivermectin (Sueta et al.

2002), selamectin (Gonenc et al. 2006) dan mebendazole (Cruz et al. 2008).

Dalam penelitian ini dipelajari penggunaan albendazol dan pirantel pamoat

sebagai antelmintika dalam mengobati infeksi cacing kremi pada mencit.

Albendazol merupakan antelmintika spektrum luas yang digunakan untuk

mengobati berbagai jenis nematoda, cestoda dan protozoa (Plumb and Pharm

2004). Pirantel pamoat dikenal sebagai antelmintika spektrum sempit yang

memiliki efikasi penting terhadap berbagai nematoda saluran pencernaan

(Marchiondo 2016). Kedua jenis antelmintika tersebut mudah ditemukan di

pasaran Indonesia dengan harga yang terjangkau.

Page 20: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mempelajari efektivitas albendazol dan pirantel

pamoat dosis tunggal 10 mg/kgBB untuk mengobati infeksi cacing kremi

(Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata) pada mencit.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

efektivitas dari albendazol dan pirantel pamoat terhadap cacing kremi (Aspiculuris

tetraptera dan Syphacia obvelata) pada mencit. Informasi tersebut dapat

digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan program pengendalian cacing

kremi dalam pemeliharaan mencit sebagai hewan laboratorium.

TINJAUAN PUSTAKA

Aspiculuris tetraptera

Aspiculuris tetraptera pada umumnya menginfeksi mencit laboratorium dan

memiliki habitat pada sekum dan kolon (Fox et al. 2007). Cacing jantan

A. tetraptera memiliki ukuran panjang 2-4 mm dan lebar 120-190µm, dan

memiliki ekor berbentuk kerucut dengan panjang 117-199µm. Cacing jantan tidak

memiliki spikulum dan gubernakulum. Cacing betina berukuran panjang 3-4mm

dan lebar 215-275µm, memiliki ekor berebntuk kerucut dengan panjang 445-

605µm. Bentuk telur simetris elipsoidal dengan ukuran panjang 70-98µm dan

lebar 29-50µm. Telur berisi tahap morula. Cacing dewasa memilki cervical alae

yang lebar serta terletak dibelakang oesophageal bulb. Vulva cacing betina

terletak di sepertiga anterior dari bagian tubuh (Baker 2007).

A. tetraptera memiliki siklus hidup langsung (Baker 2007). Periode

prepatent dari cacing ini sekitar 21 sampai 25 hari. Telur infektif yang termakan

oleh inang akan menetas di sekum, kemudian stadium larva dari A. tetraptera

akan bermigrasi ke bagian proksimal kolon yakni didalam kripta dari kelenjar

Lieberkhun dan dapat bertahan selama 3-5 hari. Cacing betina dewasa

A. tetraptera akan bermigrasi dari proksimal ke distal kolon untuk meletakan telur

dan kemudian telur akan keluar bersama feses (Fox et al. 2007). Telur biasanya

dilepaskan pada malam hari, akan tetapi tidak terjadi secara terus menerus. Telur

yang keluar bersama feses membutuhkan waktu sekitar 6 hari untuk menjadi

infektif dan dapat menginfeksi inang lain (Tafts 1976).

Page 21: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

3

Syphacia obvelata

Syphacia obvelata merupakan cacing kremi yang paling umum ditemukan

pada mencit laboratorium. Spesies lain yang dapat terinfeksi cacing S. obvelata

meliputi tikus, hamster, gerbils, dan primata termasuk manusia (Behnke et al.

1993). Cacing jantan dewasa berukuran panjang 1,100µm-1,500µm dan lebar

120µm-140µm, memiliki ekor yang panjang serta spikulum dan gubernakulum.

Bagian mulut dikelilingi oleh tiga bibir yang sederhana tetapi tidak memiliki

bucal kapsul. Akhir dari bagian anterior cacing berhubungan dengan cervical alae.

Cacing betina dewasa memiliki ukuran panjang 3,400µm sampai 5,800µm dan

lebar 240µm sampai 400µm. Telur memiliki struktur yang tipis, tidak berembrio,

bentuk seperti bulan sabit, dan rata pada salah satu sisi. Telur memliki ukuran

panjang 111µm sampai 153µm dan lebar 33µm sampai 55µm (Baker 2007).

S. obvelata memiliki siklus hidup langsung. Larva dan cacing dewasa

memiliki habitat di sekum dan kolon. Cacing betina stadium gravid akan

bermigrasi dari sekum ke anus dan meletakan telur pada kulit perianal. Telur akan

menjadi infektif dalam waktu 5-20 jam. Inang akan terinfeksi melalui ingesti telur

infektif baik secara langsung melalui daerah perianal dari hewan yang terinfeksi,

atau secara tidak langsung melalui bahan-bahan yang terkontaminasi seperti air

dan pakan. Retrofection (migrasi larva yang telah menetas dari anus ke kolon)

mungkin dapat terjadi. Setelah telur termakan, larva akan menetas dan bermigrasi

ke sekum dalam waktu 24 jam atau lebih. Larva akan molting selama 30 jam

setelah infeksi dan cacing jantan mencapai dewasa kelamin dalam waktu 96 jam.

Fertilisasi pada cacing betina dapat terjadi pada hari keenam setelah menetas, dan

cacing betina akan tetap ada didalam sekum selama 10-11 hari setelah

memproduksi telur. Periode prepatent dari cacing ini yakni 11-15 hari (Fox et al.

2007).

Pengobatan terhadap infeksi cacing Aspiculuris tetraptera dan Syphacia

obvelata pada mencit

Antelmintika yang paling banyak digunakan dalam mengobati infeksi

cacing kremi yakni ivermectin dan golongan benzimidazol (Fox et al. 2007).

Menurut penelitian Ostlind et al. (1985), ivermectin yang diberikan secara oral

pada dosis tunggal 2 mg/kgBB memiliki efektivitas 100% terhadap cacing betina

dewasa dan 94% terhadap cacing jantan. Ivermectin juga dapat diaplikasikan

secara topikal diantara skapula mencit menggunakan mikropipet dengan dosis

2 mg/kg/hari selama 10 hari. Pemberian ivermectin pada rute ini dilaporkan

efektif dalam mengobati infeksi cacing kremi pada mencit (West et al. 1992).

Selain itu, pemberian ivermectin melalui air minum dengan dosis 1,7-4,8

mg/kg/hari selama 4 sampai 5 hari juga efektif dalam mengobati infeksi cacing

kremi (Klement et al. 1996). Berdasarkan penelitian Zenner (1998), kombinasi

piperazin dan ivermectin yang ditambahkan kedalam air minum selama 6 minggu

juga efektif dalam mengobati infeksi cacing kremi. Antelmintika golongan

benzimidazol yang paling banyak digunakan yakni fenbendazole. Antelmintika

tersebut memiliki margin of safety yang luas serta bersifat ovicidal, larvacidal dan

adulticidal dibandingkan dengan ivermectin. Fenbedazol dosis 8 mg/kg/hari yang

Page 22: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

4

diberikan bersama pakan selama 3 minggu disertai dengan dekontaminasi dari

lingkungan dilaporkan efektif dalam mengobati infeksi cacing A. tetraptera.

(Boivin et al. 1996). Pemberian fenbendazole dosis tersebut juga efektif terhadap

cacing Syphacia sp. (Huerkamp et al. 2000).

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Maret 2017.

Pemeliharaan hewan dilakukan di kandang Unit Pengelolaan Hewan

Laboratorium (UPHL) Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Helmintologi Divisi Parasitologi

dan Entomologi Kesehatan Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet,

FKH IPB.

Prosedur Penelitian

Hewan Coba

Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus

musculus) jantan strain ddY berumur 4 minggu dengan berat badan 20-30 g.

Mencit diperoleh dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Jakarta dan

selama penelitian dipelihara di Unit Pengelolaan Hewan Laboratorium (UPHL)

FKH IPB. Pemeliharaan mencit dilakukan secara kelompok (4-5 ekor) dalam

kandang yang diberi litter berupa serbuk gergaji. Pencucian kandang dan

penggantian litter dilakukan dua kali dalam seminggu. Mencit diberi pakan pelet

dan air minum secara ad libitum. Aklimatisasi hewan coba dilakukan selama 2

minggu sebelum perlakuan.

Rancangan Penelitian

Sebanyak 24 ekor mencit terlebih dahulu dibagi menjadi 3 kelompok

berdasarkan rataan bobot badan. Masing-masing terdiri dari 8 ekor mencit untuk

kelompok kontrol tidak diobati, 8 ekor mencit untuk kelompok perlakuan

albendazol serta 8 ekor mencit untuk kelompok perlakuan pirantel pamoat. Mencit

diinfeksi buatan secara peroral dengan 100 telur infektif cacing Aspiculuris

tetraptera dan Syphacia obvelata.

Evaluasi terhadap keberhasilan infeksi atau pemeriksaan feses secara

individu dilakukan pada hari ke-14 dan hari ke-21 sesuai dengan periode

prepatent dari cacing A. tetraptera yakni 21-25 hari sedangkan cacing S. obvelata

11-15 hari (Fox et al. 2007). Hasil pemeriksaan feses menunjukan bahwa pada

beberapa individu dalam tiap kelompok belum ditemukan adanya telur cacing.

Pemeriksaan feses kemudian dilanjutkan pada hari ke-28, hari ke-35 dan hari ke-

42, akan tetapi menunjukan hasil yang sama dengan pemeriksaan feses pada hari

ke-14 dan hari ke-21 yakni masih terdapat beberapa individu dalam tiap kelompok

yang tidak ditemukan telur cacing. Nekropsi terhadap 2 ekor mencit (tidak

ditemukan telur cacing dalam pemeriksaan feses) dilakukan pada hari ke-43 untuk

memastikan bahwa mencit telah terinfeksi dan terdapat cacing dewasa dalam

Page 23: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

5

lumen usus. Mencit tersebut tidak digunakan untuk kelompok perlakuan namun

juga diinfeksi dengan 100 telur infektif. Hasil nekropsi memperlihatkan sejumlah

besar cacing dewasa A. tetraptera dan S. obvelata dalam lumen usus sehingga

perlakuan dengan albendazol dan pirantel pamoat tetap dilakukan. Sebelum

pengobatan, pengambilan sampel tinja secara individu dilakukan pada hari ke-44

sampai hari ke-46. Hari ke-47 dilakukan pengobatan menggunakan albendazol

dan pirantel pamoat secara peroral dengan dosis 10 mg/kgBB. Setelah pengobatan,

pengambilan sampel tinja secara individu dilakukan pada hari ke-48 sampai hari

ke-53. Sampel tinja dikumpulkan untuk menghitung jumlah telur tiap gram tinja

(ttgt). Hari ke-54 setelah infeksi, semua mencit dikorbankan untuk menghitung

jumlah cacing dewasa A. tetraptera dan S. obvelata dalam usus mencit.

Kemampuan albendazol dan pirantel pamoat terhadap cacing A. tetraptera dan S.

obvelata diukur dengan menghitung persentase penurunan produksi telur dan

jumlah cacing. Persentase penurunan produksi telur dihitung menggunakan

metode penghitungan fecal egg count reduction/FECR dengan membandingkan

jumlah ttgt sebelum dan sesudah pengobatan. Persentase penurunan jumlah cacing

dihitung menggunakan metode penghitungan worm count reduction/WCR dengan

membandingkan jumlah cacing postmortem antara kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol tidak diobati.

Infeksi Telur Infektif A. tetraptera dan S. obvelata

Telur infektif A. tetraptera dan S. obvelata diperoleh dari cacing betina

dewasa yang dikumpulkan dari mencit donor yang terinfeksi secara alami. Telur

cacing yang telah ditampung diinkubasi pada suhu 35-37°C selama 14 hari hingga

menjadi stadium infektif, kemudian disimpan pada suhu 4°C sampai saat

digunakan. Setiap mencit diinfeksi dengan 100 telur infektif dalam 0.5 ml NaCl

fisiologis menggunakan sonde lambung. Menurut Sato et al. (1995), mencit dapat

diinfeksi buatan dengan 100 telur infektif cacing kremi.

Perlakuan dengan Albendazol dan Pirantel pamoat

Dosis albedazol dan pirantel pamoat yang digunakan untuk mengobati

mencit yakni 10 mg/kgBB. Dosis yang digunakan sesuai dengan dosis pirantel

pamoat yang dapat digunakan untuk hewan rodensia yakni 10-15 mg/kgBB

(Plumb and Pharm 2004) sedangkan dosis albendazol yakni 8-12 mg/kgBB

(Adams 2001). Sediaan antelmintika dalam bentuk suspensi dengan kosentrasi

albendazol yakni 125 mg/ml dan pirantel pamoat 25 mg/ml.

Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Tinja

Mencit pada tiap perlakuan terlebih dahulu dipindahkan kedalam kandang

individu berupa bak plastik berukuran 18x12x9cm yang masing-masing telah

diberi label. Pengambilan sampel tinja dimulai tiap pukul 17.00 WIB hingga

mencit defekasi. Jumlah telur tiap gram tinja dihitung dengan metode McMaster

yang dimodifikasi (Permin and Hansen 1998). Sebanyak 1 gram tinja dilumatkan

lalu ditambah 29 ml larutan pengapung (larutan gula-garam jenuh 50%). Suspensi

tinja disaring ke dalam gelas plastik kemudian dihomogenkan. Suspensi tinja

diambil menggunakan pipet dan dimasukkan kedalam kamar hitung McMaster,

kemudian dibiarkan selama 5 menit sebelum dilakukan pengamatan dan

Page 24: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

6

perhitungan telur dengan mikroskop. Hasil penghitungan dikonversikan menjadi

jumlah telur dalam tiap gram tinja (ttgt) dengan menggunakan rumus:

TTGT = n x Vt/ (Vk x Bt)

Keterangan:

n = jumlah telur yang teramati

Bt = berat tinja (g)

Vk = volume kamar hitung (ml)

Vt = volume total sampel (ml)

Penghitungan Cacing A. tetraptera dan S. obvelata

Mencit dieutanasia dengan menyuntikan kombinasi anestetikum ketamin-

xylazin rute intraperitoneal. Kombinasi dosis ketamin dan xylazin yang digunakan

untuk mencit berturut-turut yakni 100 mg/kgBB dan 10-15 mg/kgBB (Plumb and

Pharm 2004). Mencit yang sudah mati diletakkan diatas meja, kemudian dibuka

rongga perutnya. Saluran pencernaan (sekum dan kolon) dipisahkan dari organ

tubuh lainnya, kemudian dibuka menggunakan gunting. Cacing yang terdapat

dalam sekum dan kolon dikumpulkan kemudian diamati dan dihitung dibawah

mikroskop stereo untuk membedakan cacing A. tetraptera dan cacing S. obvelata.

Efikasi Pirantel pamoat dan Albendazol terhadap Cacing A. tetraptera dan S.

obvelata

Tingkat efikasi albendazol dan pirantel pamoat terhadap penurunan jumlah

telur tiap gram tinja dilakukan menggunakan metode penghitungan FECR (fecal

egg count reduction) dan penurunan jumlah cacing dihitug dengan WCR (worm

count reduction) dengan rumus sebagai berikut;

FECR (%) =100 x [1- (T2/T1) x (K1/K2)] (Ridwan et al. 2010)

Keterangan:

FECR = fecal egg count reduction

T1 = jumlah ttgt kelompok perlakuan sebelum diobati

T2 = jumlah ttgt kelompok perlakuan setelah diobati

K1 = jumlah ttgt kelompok kontrol sebelum pengobatan

K2 = jumlah ttgt kelompok kontrol setelah pengobatan

% WCR = 100 x [GMC (control) – GMC (teatment)] (Gonenc et al. 2006)

GMC (control)

Keterangan:

GMC = Geometric Mean Count

Analisis Data

Penurunan jumlah telur tiap gram tinja (ttgt) dan jumlah cacing setelah

pemberian antelmintika pada tiap kelompok perlakuan dianalisis secara statistika

menggunakan aplikasi SPSS 22.0 metode one way Analisis of Variance

(ANOVA). Pengolahan data ttgt dan jumlah cacing dilakukan dalam data yang

sudah ditransformasi ke bentuk log (n+1).

Page 25: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Jumlah telur cacing A. tetraptera dan S. obvelata

Rataan ukur jumlah telur tiap gram tinja (ttgt) cacing A. tetraptera dan

S. obvelata sebelum dan sesudah perlakuan pada setiap kelompok yakni kontrol,

albendazol, dan pirantel pamoat disajikan dalam Gambar 1 dan 2. Ratan ukur

jumlah ttgt cacing A. tetraptera pada tiap kelompok yakni kontrol, albendazol dan

pirantel pamoat mengalami fluktuasi baik sebelum pengobatan maupun setelah

pengobatan. Rataan jumlah ttgt cacing S. obvelata pada kelompok kontrol pada

hari ke-44 sampai hari ke-46 cenderung stabil. Ratan jumlah ttgt pada hari ke-44

sampai hari ke-46 post infeksi pada kelompok albendazol dan pirantel pamoat

mengalami fluktuasi. Hari ke-49 (hari ke-2 setelah pengobatan) tidak ditemukan

adanya telur cacing atau rataan ttgt 0 pada setiap kelompok perlakuan.

Gambar 1 Rataan ukur jumlah ttgt cacing A. tetraptera sebelum pengobatan

dan setelah pengobatan menggunakan albendazol dan pirantel

pamoat dosis tunggal 10 mg/kgBB pada mencit.

Gambar 2 Rataan ukur jumlah ttgt cacing S. obvelata sebelum pengobatan dan

setelah pengobatan menggunakan albendazol dan pirantel pamoat

dosis tunggal 10 mg/kgBB pada mencit.

01234567

H44 H45 H46 H48 H49 H50 H51 H52 H53

TTGT sebelum

pengobatan

TTGT setelah pengobatan

Ra

taa

n U

ku

r J

um

lah

TT

GT

Kontrol

Albendazol

Pirantel

00,5

11,5

22,5

33,5

44,5

5

H44 H45 H46 H48 H49 H50 H51 H52 H53

TTGT sebelum

pengobatan

TTGT setelah pengobatanRa

taa

n U

ku

r J

um

lah

TT

GT

Kontrol

Albendazol

Pirantel

Page 26: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

8

Rataan ukur jumlah telur tiap gram tinja (ttgt) cacing A. tetraptera dan

S. obvelata pada setiap kelompok yakni kontrol, albendazol dan pirantel pamoat

disajikan dalam Tabel 1. Rataan ukur jumlah ttgt cacing A. tetraptera sebelum

perlakuan pada kelompok albendazol dan pirantel pamoat yakni 4,75 dan 2,02.

Setelah pengobatan rataan jumlah ttgt pada kelompok albendazol menurun

menjadi 4,13 dan kelompok pirantel pamoat menurun menjadi 1,34. Rataan ukur

jumlah ttgt pada kelompok kontrol sebelum perlakuan dan setelah perlakuan tidak

mengalami perubahan yakni 0,86. Secara statistik rataan jumlah ttgt post

treatment pada tiap kelompok tidak berbeda nyata (P>0,05). Rataan ukur jumlah

ttgt cacing S. obvelata sebelum perlakuan pada kelompok albendazol dan pirantel

adalah 1,63 dan 4,01. Setelah pengobatan, rataan jumlah ttgt kelompok albendazol

meningkat menjadi 2,24 sedangkan kelompok pirantel menurun menjadi 0,41

dengan FECR masing-masing -115,76% dan 16,05%. Rataan ukur jumlah ttgt

kelompok kontrol sebelum perlakuan adalah 1,63 dan setelah perlakuan 1,40.

Secara statistik rataan ukur jumlah ttgt post treatment pada tiap kelompok

perlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05).

Tabel 1 Rataan ukur (geometric mean) jumlah telur tiap gram tinja (ttgt) dan

nilai fecal egg count reduction (FECR) cacing A. tetraptera dan S.

obvelata pada pengobatan mengunakan albendazol dan pirantel pamoat

dosis tunggal 10 mg/kgBB pada mencit

Kelompok

n

Cacing A. tetraptera Cacing S. obvelata

Rataan ukur (min-maks)

FECR

(%)

Rataan ukur (min-maks)

FECR

(%) TTGT pre

treatment

TTGT post

treatment

TTGT pre

treatment

TTGT post

treatment

Kontrol 8 0,86 (0 -

137)

0,86 (0 -

134,67)a

1,63 (0 -

64,67)

1,40 (0 -

48,33)a

Albendazol 8 4,75 (0 -

2755)

4,13 (0 -

2723,83)a

13,08 1,63 (0 -

64,33)

2,24 (0 -

16,17)a

-115,76

Pirantel

pamoat

8 2,02 (0 -

193,67

1,34 (0 -

64,67)a

69,25 4,01 (0 -

183)

0,41 (0 -

16,17)a

16,05

Keterangan: Huruf superskrip pada baris yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang

tidak nyata (p>0,05) antar kelompok perlakuan.

Jumlah cacing A. tetraptera dan S. obvelata

Rataan ukur jumlah cacing A. tetraptera dan S. obvelata setelah

pengobatan dengan albendazol dan pirantel pamoat disajikan pada Tabel 2.

Rataan ukur jumlah cacing A. teraptera yang ditemukan dalam lumen usus setelah

pembedahan pada kelompok mencit yang diobati menggunakan albendazol lebih

tinggi dari kelompok kontrol yakni 12,18 sedangkan kelompok pirantel pamoat

lebih rendah yakni 5,92. Nilai reduksi (worm count reduction) masing-masing

kelompok yakni -31,96% dan 35,86%. Jumlah cacing S. obvelata yang ditemukan

setelah nekropsi pada masing-masing kelompok albendazol lebih tinggi

dibandingkan kelompok kontrol yakni 4,01 sedangkan kelompok pirantel lebih

rendah yakni 0,78 dengan nilai reduksi -79,02% dan 65,18%. Secara statistik tidak

ditemukan perbedaan yang nyata diantara ketiga kelompok perlakuan baik dalam

rataan ukur jumlah cacing A. tetraptera maupun S. obvelata (p>0,05).

Page 27: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

9

Tabel 2 Rataan ukur (geometric mean) jumlah cacing dan nilai worm count

reduction (WCR) cacing A. tetraptera dan S. obvelata pada pengobatan

mengunakan albendazol dan pirantel pamoat dosis tunggal 10 mg/kgBB

pada mencit

Kelompok

n

Cacing A.tetraptera Cacing S.obvelata

Rataan ukur

(min-maks)

WCR (%) Rataan ukur

(min-maks)

WCR (%)

Kontrol 8 9,23 (3 - 21)a 2,24 (0 - 8)

a

Albendazol 8 12,18 (1 - 96)a -31,96 4,01 (0 - 12)

a -79,02

Pirantel 8 5,92 (0 - 30)a 35,86 0,78 (0 - 5)

a 65,18

Keterangan: Huruf superskrip pada baris yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang

tidak nyata (p>0,05) antar kelompok perlakuan.

Pembahasan

Fluktuasi pada rataan ukur jumlah telur tiap gram tinja (ttgt) cacing

A. tetraptera sebelum pengobatan dan setelah pengobatan dapat disebabkan oleh

adanya pelepasan dari telur cacing tersebut yang tidak terjadi secara terus-

menerus (Tafts 1976). Jumlah telur cacing S. obvelata juga mengalami fluktuasi

sebelum pengobatan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

keterbatasan dari metode pemeriksaan yakni, pengapungan modifikasi McMaster

sehingga jumlah telur yang dtemukan sedikit dan atau tidak ditemukan. Menurut

Fox et al. (2007), cacing S. obvelata meletakan telurnya pada kulit dan rambut

sekitar perianal sehingga untuk mendeteksi adanya telur cacing lebih sering

menggunakan metode cellophane tape test (CTT) yang pendekatannya kualitatif.

Teknik pengapungan juga dapat digunakan akan tetapi tidak umum. Metode

McMaster merupakan salah satu metode kuantitatif untuk menduga derajat infeksi.

Pemeriksaan menggunakan metode ini sesuai dengan jenis cacing yang

mengeluarkan telur bersana feses (Whary et al. 2015). Hill et al. (2009) juga

melaporkan bahwa cacing S. obvelata melepaskan telur pada tiap selang waktu

tertentu atau tidak terjadi secara terus menerus. Selain itu, menurut Anderson

(1992), telur S. obvelata tidak banyak dikeluarkan bersama feses. Metode anal

swab juga dapat digunakan untuk memeriksa telur cacing A. tetraptera maupun S.

obvelata (Dole et al. 2011).

Telur cacing S. obvelata tidak ditemukan dalam pemeriksaan feses atau

rataan ttgt 0 pada hari ke-49 post infeksi baik kelompok kontrol maupun

albendazol dan pirantel pamoat, akan tetapi ditemukan adanya cacing dewasa

setelah dilakukan nekropsi pada hari ke-54 pada tiap kelompok perlakuan. Hal

tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, cacing yang

ditemukan adalah jantan sehingga tidak memproduksi telur serta cacing yang

ditemukan adalah betina namun belum sampai pada periode prepatent sehingga

belum melepaskan telur (Dole et al. 2011). Hasil penelitian juga ini menunjukkan

keragaman data yang besar antar individu baik pada data ttgt maupun jumlah

cacing. Hal ini dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan respon imun dari

masing-masing mencit terhadap infeksi cacing kremi (Michels et al. 2006).

Keragaman jumlah ttgt juga tergantung pada distribusi telur dalam tinja,

kepadatan atau konsistensi tinja, dan umur cacing (Kusumamihardja 1992).

Page 28: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

10

Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa antelmintika albendazol dan

pirantel pamoat tidak efektif dalam mengobati infeksi cacing A. tetraptera dan S.

obvelata pada mencit. Hal ini sesuai dengan Gonenc et al. (2006) yang

menyatakan bahwa, antelmintika tidak efektif apabila nilai worm count reduction

(WCR) berkisar antara 22 - 50%. Antemintika efektif jika nilai reduksi jumlah

cacing lebih besar dari 90 sampai 100% (Oge et al. 2000). Katzung (2004)

menjelaskan bahwa, albendazol bekerja menghambat sintesis mikrotubulus parasit

dan menurunkaan pengambilan glukosa yang menyebabkan cacing lumpuh.

Pemberian albendazol dosis 20 mg/kgBB selama 15 hari efektif terhadap cacing

Trichinella spiralis pada mencit (Siriyasatien et al. 2003). Lan et al. (2004) juga

melaporkan bahwa albendazol bersifat larvasidal serta efektif dalam megobati

infeksi nematoda Angiostrongylus cantonensis pada mencit. Pirantel pamoat

bekerja sebagai penghambat depolarisasi neuromuskular parasit, menyebabkan

reseptor nikotinik teraktivasi secara terus menerus sehingga terjadi paralisis

cacing (Martin et al. 2005). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Scott

(1991) menunjukan bahwa pirantel pamoat yang diberikan secara oral dalam

dosis tunggal 175 mg/kgBB dapat mengobati infeksi nematoda Heligmosomoides

polygyrus pada mencit.

Ketidakefektifan pengobatan menggunakan antelmintika albendazol dan

pirantel pamoat dapat disebabkan oleh rendahnya dosis antelmintika yang

diberikan. Menurut Hill et al. (2006), rendahnya dosis antelmintika serta

frekuensi pemberian yang sedikit menyebabkan pengobatan menjadi tidak efektif.

Berdasarkan penelitian tersebut dilaporkan bahwa pemberian antelmintika

selamectin dosis tunggal 6 mg/kg tidak efektif dalam mengobati infeksi cacing A.

tetraptera dan S. obvelata pada mencit. Sevimli et al. (2009) melaporkan bahwa,

selamectin dosis tunggal 10 mg/kg efektif dalam mengobati infeksi cacing kremi.

Selain itu, Ostlind et al. (1985) juga melaporka bahwa, ivermectin dosis tunggal

0,5 mg/kgBB memiliki efektivitas 62,2% terhadap cacing jantan dan 70,8%

terhadap cacing betina dewasa S. obvelata. Peningkatan dosis menjadi 2 mg/kgBB

ivermectin memiliki efektivitas 94.3% terhadap cacing jantan dan 100% terhadap

cacing betina dewasa. Pengulangan pemberian antelmintika juga menjadi faktor

penting untuk meneningkakan efektitivitas obat. Hal ini sesuai dengan penelitian

West et al. (1992) bahwa pemberian ivermectin secara topikal pada bagian dorsal

bahu dengan dosis tunggal 2 mg/kgBB tidak efektif terhadap cacing kremi pada

mencit namun pemberian dosis secara berulang dengan selang waktu 10 hari

ivermectin memiliki efektivitas 100% terhadap cacing kremi tersebut. Klement et

al. (1996) juga melaporkan bahwa ivermectin dosis 4 mg/kgBB yang diberikan

melalui air minum selama 1 sampai 3 hari tidak efektif terhadap cacing kremi,

namun pemberian selama 4 sampai 5 hari ivermectin efektif dalam mengobati

infeksi cacing kremi pada mencit.

Page 29: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

11

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Pemberian antelmintika albendazol dan pirantel pamoat dengan dosis

tungggal 10 mg/kgBB tidak efektif dalam mengobati infeksi cacing kremi

(Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata) pada mencit.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dosis

albendazol dan pirantel pamoat yang lebih tinggi untuk mengobati infeksi cacing

kremi pada mencit. Selain itu, untuk meningkatkan efikasi albendazol dan pirantel

pamoat juga perlu dilakukan pemberian antelmintika tersebut secara berulang.

DAFTAR PUSTAKA

Adams HR. 2001. Veterinary Pharmacology and Therapeutics. 8th edition. Lowa

(US): Blackwell Scientific.

Anderson RC 1992. Nematode Parasites of Vertebrates: Their Development and

Transmission. Inggris (GB): Cambridge Univ Pr.

Baker DG. 2007. Flynn’s Parasites of Laboratory Animals. Second edition. Lowa

(US): Blackwell Scientific.

Behnke JM, Barnard C, Hurst JL, McGregor PK, Gilbert F, Lewis JW. 1993. The

prevalence and intensity of infection with helminth parasites in Mus spretus

from the Setubal Peninsula of Portugal. J. Helminthol. 67: 115–122.

Bicalho KA, Araujo FTM, Rocha RS, Carvalho OS. 2007. Sanitary profile in

mice and rats colonies in laboratory animal houses in Minas Gerais: IEndo and

Ectoparasite. Rq Bras Med Vet Zootec. 59: 1478-1480.

Boivin GP, Ormsby I, Hall JE. 1996. Eradication of Aspiculuris tetraptera using

fenbendazole-medicated food. Contemp Top Lab Anim Sci. 35: 69-70.

Coghlan LG, Rick L, Barbara P, Dale Weiss. 1993. Practical and effective

eradication of pinworms (Syphacia muris) in rats by use of fenbendazole. Lab

Anim Sci. 43(5): 481-485.

Cruz APS, Costa DPC, Valente GSC, Mattos DMM, Alexandre DJA, Dire GF,

Borba HR. 2008. Anthelmintic effect of Solanum lycocarpum in mice infected

with Aspiculuris tetraptera. The Journal of American Science 4(3): 75-79.

Dole VS, Zaias J, Banu LA, Waterman LL, Sanders K, Handerso KS. 2011.

Comparison of traditional and PCR methods during screening for and

confirmation of Aspiculuris tetraptera in a mouse facility. Lab Anim Sci. 50(6):

904-909.

Fox JG, Barthold SW, Davisson MT, Newcorner CE, Quimby FW, Smith AL.

2007. The Mouse in Biomedical Research. Second edition. USA: Elsevier

Science.

Gilioli R, Andrade LAG, Passos LAC, Silva FA, Rodrigues DM, Guaraldo AMA.

2000. Parasite survey in mouse and rat colonies of Brazilian laboratory animal

Page 30: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

12

houses kept under different sanitary barrier conditions. Arq Bras Med Vet

Zootec. 52: 1327-1334.

Gonenc B, Sarimehmetoglu1 HO, Anil, Kozan E. 2006. Efficacy of selamectin

against mites (Myobia musculi, Mycoptes musculinus and Radfordia ensifera)

and nematodes (Aspiculuris tetraptera and Syphacia obvelata) in mice. Lab

Anim. 40: 210-213.

Hill WA. Randolph MM, Lokey SJ, Hayes E, Boyd KL, Mandrell TD. 2006.

Efficacy and safety of topical selamectin to eradicate pinworm (Syphacia spp.)

infections in rats (Rattus norvegicus) and mice (Mus musculus). Lab Anim Sci.

45(3): 23-26.

Hill WA, Randolph MM, Mandrell TD. 2009. Sensitivity of perianal tape

impressions to diagnose pinworm (Syphacia spp.) infections in rats (Rattus

novergicus) and mice (Mus musculus). Lab Anim Sci. 48(4): 378-380.

Huerkamp MJ, Benjamin LA, Zitzow JK, Pillium JA, Lioyd WD, Thompson SK,

Webb, Lehner DM. 2000. Fendbendazole treatment without environmental

decontamination eradicates Syphacia muris from all rats in a large complex

research institution. Contemp Top Lab Anim Sci. 39: 9-12.

Katzung BG. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi ke-8. Jakarta (ID):

Salemba Medika.

Klement E, Augustine JM, Delaney KH, Klement G, Weitz JI. 1996. An oral

ivermectin regimen that eradicates pinworms (Syphacia spp.) in laboratory rats

and mice. Lab Anim Sci. 46: 286-290.

Kusumamiharja S. 1992. Parasit dan Parasitosis pada Hewan Ternak dan Hewan

Piara di Indonesia. Bogor (ID): IPB Pr.

Lan KP, Wang CJ, Lai SC, Chen KM, Lee SS, Hsu JD, Lee HH. 2004. The

efficacy of therapy with albendazole in mice with parasitic meningitis caused

by Angiostrongylus cantonensis. Parasitol Res. 93: 311-317.

Marchiondo AA. 2016. Pyrantel Parasiticide Therapy in Humans and Domestic

Animals. USA: Elsevier Science.

Martin RJ, Verma S, Levandoski M, Clark CL, Qian H, Stewart M. 2005. Drug

resistance and neurotransmitter receptors of nematodes: recent studies on the

mode of action of levamisole. Parasitology. 131(Suppl): S71-S84.

Michels C, Goyal P, Nieuwenhuizen, Brombacher F. 2006. Infection with

Syphacia obvelata (pinworms) induces protective Th2 immune responses and

influences ovoalbumin-induced allergic reaction. Infect. Immun. 74(10): 5926-

5932.

Nugroho ED, Rahayu DA. 2017. Pengantar Bioteknologi (Teori & Aplikasi).

Yogyakarta (ID): CV Budi Utama.

Oge H, Ayaz E, Ide T, Dalgic S. 2000. The effect of doramectin, moxidectin and

netobimin against natural infections of Syphacia muris in rats. Veterinary

parasitology. 88: 299-303.

Ostlind DA, Nartowicz MA, Mickle WG. 1985. Efficacy of ivermectin against

Syphacia obvelata (Nematoda) in mice. J. Helminthol. 59: 257-261.

Permin A, Hansen JW. 1998. Epidemiology, Diagnosis and Control of Poultry

Parasites, FAO of the United Nations.

Plumb DC, Pharm D. 2004. Plumb’s Veterinary Drug Handbook. 5th Edition.

Lowa (US): Blackwell Scientific.

Page 31: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

13

Pribadi GA. 2008. Penggunaan mencit dan tikus sebagai hewan model penelitian

nikotin [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Richardson VCG. 2003. Diseases of Small Domestic Rodents. Second edition.

Inggris (BG): Blackwell Scientific.

Ridwan Y, Satrija F, Darusman LK, Handharyani E. 2010. Efektivitas anticestoda

ekstrak daun miana (Coleus blumei Bent) terhadap cacing Hymenolepis

microstoma pada mencit. Media Peternakan. 33(1): 6-11.

Sato Y, Ooi HK, Nonaka N, Oku Y, Kamiya M. 1995. Antibody production in

Syphacia obvelata infected mice. J. Parasitol. 81(4): 559-562.

Scott. 1991. Heligmosomoides polygyrus (Nematoda): susceptible and resistant

strain of mice are indistinguishable following natural infection. Parasitology.

103: 429-438.

Sevimli FK, Kozan E, Sevimli A, Dogan N, Bulbul A. 2009. The acute effects of

single-dose orally administered doramectin, eprinomectin and selamectin on

natural infections of Syphacia muris in rats. Experimental Parasitology. 122:

177-181.

Siriyasatien P, Yingyourd P, Nuchprayoon S. 2003. Efficacy of albendazole

against early and late stage of Trichinella spiralis infection in mice. J med

Assos Thai. 86(Suppl 2): S257-S262.

Sueta T, Miyoshi I, Okamura T, Kasai N. 2002. Experimental eradication of

pinworms (Syphacia obvelata and Aspiculuris tetraptera) from mice colonies

using ivermectin. Exp. Anim. 51(4): 367-373.

Tafts LF. 1976. Pinworm infections in laboratory rodents: a review. Lab Anim. 10:

1–13.

West WL, Schofield JC, Bennett BT. 1992. Efficacy of the micro-dot technique

for administering topical 1% ivermectin for the control of pinworms and fur

mites in mice. Contemp Top Lab Anim Sci. 31: 7-10.

Whary MT, Baumgarth N, Fox JG, Barthold SW. 2015. Laboratory Animal

Medicine. Third edition. California (US): Elsevier Science.

Zenner L. 1998. Effective eradication of pinworms (Syphacia muris, Syphacia

obvelata and Aspiculuris tetraptera) from a rodent breeding colony by oral

anthelmintic therapy. Lab Anim. 32: 337-342.

Page 32: EFIKASI ALBENDAZOL DAN PIRANTEL PAMOAT DOSIS … fileTerhadap Cacing Kremi (Aspiculuris tetraptera dan Syphacia obvelata)pada Mencit. Dibimbing oleh FADJAR SATRIJA dan ELOK BUDI RETNANI.

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ende, Flores-NTT pada tanggal 31 Juli 1994 dari Ayah

Benediktus Togo dan Ibu Bibiana Tita. Penulis adalah putri pertama dari lima

bersaudara. Tahun 2012 penulis lulus dari SMA Katolik Syuradikara Ende,

kemudian pada tahun 2013 melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran

Hewan IPB melalui jalur BUD Pemerintah NTT. Selama mengikuti perkuliahan

penulis aktif dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM FKH), Ikatan

Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI), Omda Gamanusratim

serta Himpunan Minat dan Profesi Ruminansia FKH IPB. Penulis juga

berkesempatan menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Anatomi Veteriner II

dan Ilmu Bedah Khusus Veteriner I.