digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · PDF filepirantel pamoat is 2,775 mg/ml and LT pirantel...
Transcript of digilib.uns.ac.id PENGARUH ... · PDF filepirantel pamoat is 2,775 mg/ml and LT pirantel...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PEMBERIAN INFUSUM DAUN BELIMBING WULUH
(Averrhoa bilimbi) TERHADAP MORTALITAS Ascaris suum Goeze SECARA
IN VITRO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
IKA MAHARANI
G 0007086
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Pengaruh Pemberian Infusum Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi) terhadap Mortalitas Ascaris suum Goeze secara In Vitro
Ika Maharani, NIM : G0007086, Tahun 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari Rabu, Tanggal 1 Desember 2010
Pembimbing Utama Nama : Murkati, dr., Sp.Park., M.Kes NIP : 1950 1224 197603 2 001 ………………………… Pembimbing Pendamping Nama : Cr. Siti Utari, Dra., M.Kes NIP : 1954 0505 198503 2 001 ……………………….... Penguji Utama Nama : Sutarmiadji Djumarga P., Drs., M.Kes NIP : 1951 1211 198602 1 001 ………………………… Anggota Penguji Nama : Sulistyo Santoso, dr NIP : 1945 1129 197612 1 001 …………………………
Surakarta,
Ketua Tim Skripsi
Muthmainah, dr., M.Kes
NIP : 1966 0702 199802 2 001
Dekan FK UNS
Prof. DR. H. A. A. Subijanto, dr., MS
NIP : 1948 1107 197310 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 1 Desember 2010
Ika Maharani G0007086
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK Ika Maharani, G0007086, 2010. Pengaruh Pemberian Infusum Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap Mortalitas Ascaris suum Goeze secara In Vitro Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh pemberian infusum daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap mortalitas Ascaris suum Goeze secara in vitro. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental laboratorik dengan menggunakan rancangan penelitian the post test only controlled groups design, dilakukan di laboratorium Parasitologi Universitas Setia Budi Surakarta. Subjek penelitian berupa cacing Ascaris suum Goeze dewasa. Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Untuk uji pendahuluan, sampel direndam dalam larutan NaCl 0,9%. Sampel diberi perlakuan dengan direndam dalam infusum daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%. Untuk perlakuan kontrol positif yang digunakan adalah pirantel pamoat dengan konsentrasi 0,625 mg/ml, 1,25 mg/ml, 2,5 mg/ml, dan 5 mg/ml. Sampel untuk masing-masing perlakuan sebanyak 6 ekor cacing, masing-masing dilakukan pengulangan empat kali. Efek antihelmintik ditentukan dengan menghitung LC50 infusum daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), sedangkan keefektifitasannya ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap LT50 yang dibandingkan dengan LT50 pirantel pamoat sebagai “drug of choice” penyakit askariasis. Data yang diperoleh diuji statistik dengan Analisis Probit untuk mencari LC50 dan LT50 menggunakan SPSS for Microsoft Windows Release 16.0. Hasil: Cacing Ascaris suum Goeze di luar tubuh babi dalam larutan garam fisiologis rata-rata dapat hidup selama 94,5 jam. Hasil Analisis Probit menunjukkan bahwa LC50 infusum daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) adalah 72,754% dan LT50 infusum daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) adalah 18,994 jam. Sedangkan LC50 pirantel pamoat adalah 2,775 mg/ml dan LT50 pirantel pamoat adalah 1,544 jam. Simpulan: Simpulan dari penelitian ini adalah infusum daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) memiliki efek antihelmintik dengan LC50 72,754% walaupun efektifitasnya sebagai antihelmintik lebih rendah daripada pirantel pamoat. Kata kunci : Infusum daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), mortalitas,
Ascaris suum Goeze
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Ika Maharani, G0007086, 2010. The Effects of Giving Infusum of the Leaf of Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) Towards the Mortality of Ascaris suum Goeze In Vitro Objective: The aim of this research is to find out the effect giving infusum of the leaf of belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) towards the mortality of Ascaris suum Goeze in vitro. Methods: The research is an quasi-experimental laboratoric research with the post test only controlled groups design research, have done in Parasitology Laboratory of Setia Budi University Surakarta. The subject of research is the type of adult worm of Ascaris suum Goeze. The research used purposive sampling technique to take the sample of data. For the preliminary test, the samples were soaked in NaCl 0,9%. The samples were treated with soaked it in infusum of belimbing wuluh's leaf (Averrhoa bilimbi) with concentration of 20%, 40%, 60%, 80%, and 100%. For the positive control treatment, it was used pirantel pamoat in concentration 0,625 mg/ml, 1,25 mg/ml, 2,5 mg/ml, and 5 mg/ml. The samples for each treatment were 6 worms and the treatments were repeated four times. Anthelmintic effect was determined using calculation of LC50 infusum belimbing wuluh's leaf (Averrhoa bilimbi), while its effectiveness was determined by the observation of LT50 compared to LT50 pirantel pamoat as “drug of choice” askariasis diseases. The taken data was tested statistically with Probit Analysis to find the LC50 and LT50 using SPSS for Microsoft Windows Release 16.0. Results: The Ascaris suum Goeze worm on the outside of pork's body can live for about 94,5 hours in the physiological saline solution. The result of probit analysis shows that the LC50 infusum of belimbing wuluh's leaf (Averrhoa bilimbi) is 72,754% and the LT50 infusum of belimbing wuluh's leaf (Averrhoa bilimbi) is 18,994 hours. While the LC50
pirantel pamoat is 2,775 mg/ml and LT50 pirantel pamoat is 1,544 hours. Conclusions: The conclusion of the research is the infusum of belimbing wuluh's leaf (Averrhoa bilimbi) has antihelmintik effect with the LC50 72,754%, even though its effectiveness as antihelmintik is lower than pirantel pamoat.
Keywords : the infusum of belimbing wuluh's leaf (Averrhoa bilimbi), the mortality,
Ascaris suum Goeze
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Infusum Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap Mortalitas Ascaris suum Goeze secara In Vitro“ dapat diselesaikan.
Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. A. A. Subijanto, dr., M.S selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
2. Muthmainah, dr., M.Kes. selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
3. Murkati, dr., Sp. Park., M.Kes. selaku pembimbing utama atas segala bimbingan, saran, dan masukan mulai dari awal penyusunan hingga akhir penulisan skripsi ini
4. Cr. Siti Utari, Dra., M.Kes. selaku pembimbing pendamping atas segala bimbingan, saran, masukan dan jalan keluar dari permasalahan yang timbul dalam proses penyusunan skripsi ini
5. Sutarmiadji Djumarga P., Drs., M.Kes. selaku penguji utama atas masukan, saran, dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini
6. Sulistyo Santoso, dr. selaku penguji pendamping atas masukan, saran, dan koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini
7. Orangtua serta keluarga yang telah banyak memberi dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat yang banyak memberikan doa dan dukungan 9. Semua pihak yang telah banyak membantu penyelesaian penelitian serta
penulisan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu Semoga segala kebaikan yang telah diberikan itu mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang berharga,baik bagi kepentingan keilmuan maupun aplikasi di dunia kedokteran.
Surakarta, Desember 2010
Ika Maharani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
BAB II. LANDASAN TEORI .............................................................................. 6
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 6
B. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 21
C. Hipotesis ........................................................................................ 22
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 23
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 23
B. Lokasi Penelitian ........................................................................... 23
C. Subyek Penelitian .......................................................................... 23
D. Teknik Sampling ........................................................................... 23
E. Rancangan Penelitian .................................................................... 24
F. Identifikasi Variabel Penelitian ..................................................... 25
G. Definisi Operasional Variabel ....................................................... 26
H. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................ 28
I. Cara Kerja ...................................................................................... 29
BAB IV. HASIL PENELITIAN ........................................................................... 34
A. Data Hasil Penelitian ..................................................................... 34
B. Analisis Data ................................................................................. 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
BAB V. PEMBAHASAN ..................................................................................... 42
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN................................................................... 46
A. Simpulan ........................................................................................ 46
B. Saran .............................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 47
LAMPIRAN .......................................................................................................... 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Kandungan Kimia Buah Belimbing Wuluh .......................................... 10
Tabel 2: Lama Hidup Cacing Ascaris suum Goeze dalam Lautan NaCl 0,9% pada
Uji Pendahuluan .................................................................................... 34
Tabel 3: Lama Hidup (Jam) Cacing Ascaris suum Goeze dalam Kelompok
Perlakuan Larutan Infusum Daun Belimbing Wuluh ............................ 35
Tabel 4: Lama Hidup (Jam) Cacing Ascaris suum Goeze dalam Larutan Pirantel
Pamoat ................................................................................................... 36
Tabel 5: Hasil Analisis Probit LC50 Infusum Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi) terhadap Cacing Ascaris suum Goeze secara In Vitro ............. 37
Tabel 6: Hasil Analisis Probit LT50 Infusum Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi) terhadap Cacing Ascaris suum Goeze secara In Vitro ............. 38
Tabel 7: Hasil Analisis Probit LC50 Larutan Pirantel Pamoat terhadap Cacing
Ascaris suum Goeze secara In Vitro ...................................................... 39
Tabel 8: Hasil Analisis Probit LT50 Larutan Pirantel Pamoat terhadap Cacing
Ascaris suum Goeze secara In Vitro ...................................................... 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Tanaman Belimbing Wuluh .............................................................. 8
Gambar 2: Cacing Ascaris suum Goeze ............................................................. 19
Gambar 3: Daur Hidup Cacing Ascaris suum Goeze ......................................... 19
Gambar 4: Grafik Perbandingan Lethal Time (LT) antara Infusum Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi) dengan Pirantel Pamoat ......................... 41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Tabel Hasil Uji Pendahuluan ....................................................... 51
Lampiran 2: Tabel Hasil Penelitian dengan Menggunakan Infusum Daun
Belimbing Wuluh pada Berbagai Konsentrasi ............................. 54
Lampiran 3: Tabel Hasil Penelitian dengan Menggunakan Larutan Pirantel
Pamoat pada Berbagai Konsentrasi.............................................. 56
Lampiran 4: Analisis Probit LC50 Infusum Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi) terhadap Ascaris suum Goeze secara In Vitro ................ 57
Lampiran 5: Analisis Probit LT50 Infusum Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi) 72,754% terhadap Ascaris suum Goeze secara In Vitro 60
Lampiran 6: Analisis Probit LC50 Larutan Pirantel Pamoat terhadap Ascaris suum
Goeze secara In Vitro ................................................................... 62
Lampiran 7: Analisis Probit LT50 Larutan Pirantel Pamoat 2,5 mg/ml terhadap
Ascaris suum Goeze secara In Vitro ............................................ 64
Lampiran 8: Surat Ijin Pemesanan Simplisia .................................................... 66
Lampiran 9: Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 67
Lampiran 10: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian....................... 68
Lampiran 11: Gambar Penelitian ........................................................................ 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Infeksi cacing usus masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
di negara berkembang termasuk Indonesia. Dikatakan pula bahwa masyarakat
pedesaan atau daerah perkotaan yang sangat padat dan kumuh merupakan
sasaran yang mudah terkena infeksi cacing (Rasmaliah, 2001). Dilaporkan
terdapat sekitar 1,5 milyar kasus infeksi cacing di dunia. Di Indonesia,
penyakit cacing usus terutama yang ditularkan melalui tanah (soil transmitted
helminths) seperti askariasis yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides masih
merupakan penyakit rakyat dengan prevalensi cukup tinggi terutama pada
masyarakat sosial ekonomi rendah di pedesaan (Supali dan Margono, 2008).
Ascaris lumbricoides adalah cacing bulat besar yang hidup di dalam
usus halus. Adanya cacing di dalam usus penderita akan menimbulkan
gangguan keseimbangan fisiologi dalam usus, menyebabkan iritasi setempat
sehingga mengganggu gerakan peristaltik dan penyerapan makanan
(Rasmaliah, 2001). Cacing ini akan mengambil makanan dari usus manusia
terutama karbohidrat dan protein. Satu ekor cacing akan mengambil
karbohidrat 0,14 gram/hari dan protein 0,015 gram/hari (Wardany dan
Herison, 2008).
Cacing Ascaris lumbricoides merupakan parasit yang kosmopolit
(tersebar di seluruh dunia), lebih banyak ditemukan di daerah beriklim panas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dan lembab (Rasmaliah, 2001). Semua umur dapat terinfeksi cacing ini dan
prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak. Prevalensi askariasis pada anak
di Indonesia sebesar 60-90%. Kurangnya pemakaian jamban keluarga
menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di
bawah pohon, di tempat mencuci, dan di tempat pembuangan sampah. Di
negara-negara berkembang tertentu terdapat kebiasaan memakai tinja sebagai
pupuk yang meningkatkan risiko terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides
(Pohan, 2006; Supali dan Margono, 2008).
Pengobatan askariasis ditujukan untuk membunuh cacing dewasa
dalam usus. Pirantel pamoat dan mebendazol merupakan obat pilihan dalam
pengobatan askariasis. Sedangkan obat alternatif meliputi piperazin,
albendazol, atau levamisol (Katzung, 2004).
Penggunaan obat tradisional akhir-akhir ini semakin meningkat karena
lebih murah dan mudah didapat. Obat tradisional yang berasal dari tumbuhan
memiliki efek samping yang lebih rendah tingkat bahayanya dibandingkan
dengan obat-obatan kimia. Tubuh pun relatif gampang menerima obat dari
bahan tumbuhan dibandingkan dengan obat kimia (Muhlisah, 2004). Obat
yang digunakan untuk pengobatan secara massal perlu beberapa syarat yaitu
obat mudah diterima masyarakat, aturan pemakaian sederhana, mempunyai
efek samping yang minim, bersifat polivalen sehingga berkhasiat terhadap
beberapa jenis cacing, dan harganya murah (Supali, Margono, dan Abidin,
2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Obat-obat tradisional banyak mengandung zat kimia yang memiliki
efek antihelmintik, di antara zat kimia tersebut adalah tanin. Tanin mempunyai
efek vermifuga, yakni secara langsung berefek pada cacing melalui perusakan
protein tubuh cacing (Harvey dan John, 2004; Duke, 2008). Selain itu juga
terdapat zat kimia lain yang memiliki efek antihelmintik yaitu saponin (Rijai,
2006). Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kuntari tentang daya
antihelmintik air rebusan daun ketepeng (Cassia alata L) terhadap cacing
tambang anjing in vitro didapatkan hasil LC50 pada konsentrasi 36,5% dan
LC90 pada konsentrasi 76,6%. Kemampuan air rebusan daun ketepeng untuk
membunuh cacing tambang mungkin disebabkan karena mengandung
flavonoid, tanin, saponin dan antrakinon. Senyawa aktif saponin berperan
menghambat kerja kholinesterase sehingga cacing akan mengalami paralisis
spastik otot yang akhirnya dapat menimbulkan kematian (Kuntari, 2008).
Salah satu tumbuhan di Indonesia yang mengandung senyawa saponin
dan tanin adalah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn). Sebagaimana telah
ditemukan dari penelitian sebelumnya bahwa dari hasil penapisan fitokimia
menunjukkan bahwa simplisia dari daun belimbing wuluh mengandung
flavonoid, saponin, tanin, dan steroid/triterpenoid (Lidyawati, Sukrasno, dan
Ruslan, 2006). Karena daun belimbing wuluh mempunyai kandungan saponin
dan tanin seperti pada daun ketepeng, maka hal ini menarik dan menimbulkan
keinginan untuk meneliti apakah infusum daun belimbing wuluh memiliki
pengaruh terhadap kematian cacing gelang. Ascaris suum Goeze secara
morfologi dan biologi hampir sama dengan Ascaris lumbricoides Linn
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sehingga dimungkinkan untuk dijadikan sebagai hewan uji pada penelitian
yang sebenarnya ditujukan untuk cacing Ascaris lumbricoides Linn ini.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Bagaimanakah pengaruh pemberian infusum daun belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi) terhadap mortalitas Ascaris suum Goeze secara in vitro?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh
pemberian infusum daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap
mortalitas Ascaris suum Goeze secara in vitro.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai efek infusum daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi)
terhadap Ascaris suum Goeze secara in vitro.
b. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan acuan untuk
penelitian tentang pemanfaatan daun belimbing wuluh lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Manfaat Aplikatif
Apabila infusum daun belimbing wuluh terbukti efektif sebagai
antihelmintik, maka diharapkan agar infusum daun belimbing wuluh dapat
dipertimbangkan untuk menjadi kandidat antihelmintik yang murah dan
mudah didapat bagi masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental laboratorik
dengan menggunakan rancangan penelitian the post test only controlled
groups design.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Parasitologi Universitas Setia Budi
Surakarta.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian/hewan uji berupa Ascaris suum Goeze yang masih aktif
bergerak, diambil dari usus halus babi yang diperoleh dari tempat
penyembelihan ”Radjakaja” Kotamadya Surakarta.
D. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan secara purposive
sampling dengan menyamakan ukuran cacing serta tidak dibedakan antara
jantan dan betina.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
E. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah the post test only controlled group design
(Taufiqqurohman, 2003).
6 ekor cacing Ascaris suum direndam dalam 50 ml larutan garam fisologis
(NaCl 0,9%)
Mebendazole
Analisis probit
Ascaris suum Goeze
6 ekor cacing Ascaris suum direndam dalam 50 ml larutan infusum daun
belimbing wuluh dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%,
80%, dan 100%
6 ekor cacing Ascaris suum direndam dalam 50 ml larutan pirantel pamoat
0,625mg/ml; 1,25mg/ml; 2,5mg/ml; dan 5 mg/ml
Inkubasi pada suhu 370C
Inkubasi pada suhu 370C
Inkubasi pada suhu 370C
Pengamatan tiap 1 jam
Dihitung jumlah kematian cacing
Dihitung jumlah kematian cacing
Dihitung jumlah kematian cacing
Pengamatan tiap 1 jam
Pengamatan tiap 1 jam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Infusum daun belimbing wuluh dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%,
80%, dan 100%. Skala pengukuran variabel ini adalah skala ordinal.
2. Variabel terikat
Jumlah kematian cacing dalam tiap rendaman setelah pemberian
perlakuan. Lamanya waktu maksimal pengamatan penelitian ditetapkan
dari perolehan waktu perendaman cacing Ascaris suum dalam larutan
garam fisiologis (NaCl 0,9%) dalam uji pendahuluan. Skala pengukuran
variabel ini adalah skala rasio.
3. Variabel luar :
a. Variabel luar yang dapat dikendalikan :
1) Jenis cacing
2) Ukuran cacing
3) Suhu percobaan
b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan :
1) Umur cacing
2) Variasi kepekaan cacing terhadap larutan uji
3) Umur tanaman belimbing wuluh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Infusum Daun Belimbing Wuluh
Infusum daun belimbing wuluh adalah sediaan cair yang dibuat
dengan menyari simplisia (serbuk belimbing wuluh) dengan air pada
suhu 900C selama 15 menit. Sedangkan simplisia atau serbuk daun
belimbing wuluh adalah serbuk yang dihasilkan dari daun belimbing
wuluh yang telah dikeringkan dalam oven pada suhu 400C kemudian
dihaluskan dan diayak dengan pengayak nomor 40 meskrin.
2. Konsentrasi Infusum Daun Belimbing Wuluh
Konsentrasi infusum daun belimbing wuluh dibuat dengan jalan
pelarutan infusum kental daun belimbing wuluh dari proses pembuatan
infusum dengan satuan volume menurut konsentrasi yang telah
ditentukan. Konsentrasi infusum daun belimbing wuluh yang digunakan
adalah 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%. Penentuan konsentrasi tersebut
berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kuntari (2008)
yang meneliti efek antihelmintik air rebusan daun ketepeng (Cassia alata
L) terhadap cacing tambang anjing secara in vitro. Dari hasil analisis
probitnya didapatkan LC50 pada konsentrasi 36,5% dan LC90 pada
konsentrasi 76,6% (Kuntari, 2008), sehingga diambil kisaran angka yang
mendekati LC50 dan LC90 penelitian tersebut.
3. Jumlah Kematian Cacing
Jumlah kematian cacing adalah banyaknya cacing yang mati dalam
tiap rendaman setelah diberi perlakuan. Cacing dianggap mati apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
disentuh dengan pinset anatomis tidak ada respon gerakan. Sedangkan
waktu kematian cacing adalah waktu matinya semua cacing dalam tiap
rendaman setelah pemberian perlakuan. Pengamatan dilakukan tiap 1
jam.
Sebelum melakukan uji daya antihelmintik, dilakukan uji penelitian
pendahuluan tentang lama hidup Ascaris suum Goeze dalam larutan
garam fisiologis (NaCl 0,9%) sebagai kontrol negatif. Perendaman dalam
larutan fisiologis untuk mengetahui lama hidup cacing gelang di luar
tubuh babi. Lamanya waktu yang diperoleh dari perendaman dalam
larutan garam fisiologis ditetapkan sebagai waktu maksimal pengamatan
penelitian pengaruh infusum daun belimbing wuluh.
4. Variabel Perancu Terkendali
a. Jenis Cacing
Jenis cacing yang digunakan adalah cacing Ascaris suum, Goeze yang
terdapat pada usus halus babi.
b. Ukuran Cacing
Ukuran cacing dikendalikan dengan memilih cacing yang memiliki
panjang antara 15 cm sampai 25 cm.
c. Suhu Percobaan
Suhu percobaan dikendalikan dengan inkubator bersuhu 370C.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
H. Alat dan Bahan Penelitian
1. Bahan
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Cacing Ascaris suum, Goeze
b. Larutan garam fisiologis (NaCl) konsentrasi 0,9%
c. Larutan uji infusum daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi)
d. Pyrantel pamoat
2. Alat
Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Cawan petri dengan diameter 15 cm
b. Batang pengaduk kaca
c. Gelas ukur
d. Pinset anatomis
e. Labu takar
f. Toples untuk menyimpan cacing
g. Inkubator
h. Penggaris 30 cm
i. Handscoen
j. Timbangan
k. Penghitung waktu
l. Oven
m. Panci infus
n. Alat tulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
I. Cara Kerja
1. Tahap Persiapan
a. Pembuatan Infusum Daun Belimbing Wuluh
Daun belimbing wuluh yang akan dibuat infusum langsung
didapat dari LPPT UGM. Daun belimbing wuluh tersebut segera
dicuci bersih pada air mengalir, tujuannya untuk menghilangkan
kotoran yang melekat kemudian dikeringkan dalam almari pengering
pada suhu 400C sampai kering untuk mencegah terjadinya
pembusukan oleh bakteri atau cendawan dan lebih mudah dihaluskan
untuk diserbuk. Daun belimbing wuluh yang sudah kering dihaluskan
menjadi serbuk halus, diayak dengan ayakan nomor 40 meskrin lalu
serbuk halus ditimbang.
Cara pembuatan infusum yaitu simplisia yang telah
dihaluskan sesuai dengan derajat kehalusan yang ditetapkan dicampur
dengan air secukupnya dalam sebuah panci. Kemudian dipanaskan di
dalam tangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu di dalam panci
mencapai 900 C, sambil sekali-sekali diaduk. Infusum diserkai
sewaktu masih panas melalui kain flanel. Untuk mencukupi
kekurangan air, ditambahkan air mendidih melalui ampasnya (Depkes
RI, 1986).
b. Penentuan Konsentrasi Larutan Uji yang Digunakan
Konsentrasi infusum daun belimbing wuluh yang digunakan
dalam penelitian adalah 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%. Sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
membuat infusum dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan
100% tersebut terlebih dahulu dibuat infusum daun belimbing wuluh
dengan konsentrasi 100% dengan cara simplisia daun belimbing
wuluh ditambah 100 ml air dan dipanaskan selama 15 menit pada suhu
900C sambil sesekali diaduk. Infusum diserkai sewaktu masih panas
dengan kain flanel. Jika volume akhir belum mencapai 100 ml, maka
ditambahkan air mendidih melalui ampasnya. Selanjutnya, infusum
100% diencerkan dengan menggunakan NaCl 0,9% untuk
mendapatkan konsentrasi yang diinginkan (Depkes RI, 1986).
Konsentrasi I : 20 ml infusum daun belimbing wuluh + 80 ml larutan
NaCl 0,9% → Larutan infusum daun belimbing wuluh
20%
Konsentrasi II : 40 ml infusum daun belimbing wuluh + 60 ml larutan
NaCl 0,9% → Larutan infusum daun belimbing wuluh
40%
Konsentrasi III : 60 ml infusum daun belimbing wuluh + 40 ml
larutan NaCl 0,9% → Larutan infusum daun
belimbing wuluh 60%
Konsentrasi IV : 80 ml infusum daun belimbing wuluh + 20 ml
larutan NaCl 0,9% → Larutan infusum daun
belimbing wuluh 80%
Konsentrasi V : 100 ml infusum daun belimbing wuluh → Larutan
infusum daun belimbing wuluh 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2. Penelitian pendahuluan
Penentuan Kelompok Kontrol
a. 1 buah cawan petri disiapkan, dan diisi dengan 50 ml larutan garam
fisiologis (NaCl 0,9%). Kemudian dihangatkan pada suhu 370C dalam
inkubator selama kurang lebih 15 menit.
b. 6 ekor cacing Ascaris suum dimasukkan ke dalam masing-masing
cawan petri kemudian inkubasi pada suhu 370C. Suhu percobaan ini
disesuaikan dengan suhu tubuh babi yaitu 100-1020F atau 37-380C
(Pirelli, 2003)
c. Pengamatan dilakukan tiap jam sampai semua cacing mati.
d. Jumlah cacing yang mati dihitung. Waktu kematian cacing dihitung
untuk menentukan rentang waktu pengamatan pada penelitian
selanjutnya.
e. Penelitian direplikasi sebanyak 4 kali.
3. Tahap Penelitian
a. Kelompok Perlakuan
1) 5 buah cawan petri disiapkan, dan masing-masing diisi dengan
50 ml infusum daun belimbing wuluh dengan konsentrasi 40%,
60%, 80%, dan 100%. Kemudian dihangatkan pada suhu 370C
dalam inkubator selama kurang lebih 15 menit.
2) 6 ekor cacing Ascaris suum dimasukkan ke dalam masing-
masing cawan petri kemudian inkubasi pada suhu 370C. Jumlah
sampel yang digunakan dihitung berdasarkan dari rumus Federer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
di mana n adalah jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dan t
adalah jumlah kelompok perlakuan (Federer, 1955) :
Karena penelitian ini menggunakan 5 kelompok perlakuan,
maka:
(n-1)(5-1) > 15
(n-1)(5-1) > 15
4n > 19
n > 4,75
3) Pengamatan dilakukan tiap jam dan pengamatan dihentikan
apabila sudah mencapai 94,5 jam (waktu maksimal
pengamatan).
4) Jumlah cacing yang mati dihitung. Waktu kematian cacing
dihitung untuk menentukan rentang waktu pengamatan pada
penelitian selanjutnya.
5) Penelitian direplikasi sebanyak 4 kali.
b. Kelompok Pembanding
1) 4 buah cawan petri disiapkan, dan masing-masing diisi dengan
50 ml larutan pirantel pamoat dengan konsentrasi 0,625 mg/ml;
1,25 mg/ml; 2,5 mg/ml dan 5 mg/ml. Kemudian dihangatkan
pada suhu 370C dalam inkubator selama kurang lebih 15 menit.
2) 6 ekor cacing Ascaris suum dimasukkan ke dalam masing-
masing cawan petri kemudian inkubasi pada suhu 370C.
(n-1) ( t -1) ≥ 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
3) Pengamatan dilakukan tiap jam dan pengamatan dihentikan
apabila sudah mencapai 94,5 jam (waktu maksimal
pengamatan).
4) Jumlah cacing yang mati dihitung. Waktu kematian cacing
dihitung untuk menentukan rentang waktu pengamatan pada
penelitian selanjutnya.
5) Penelitian direplikasi sebanyak 4 kali.
4. Tahap Analisis Data Statistik
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara
statistik dengan menggunakan uji analisis probit untuk mencari LC50 dan
LT50 dari infusum daun belimbing wuluh. Analisis statistik diolah dengan
menggunakan program SPSS for Microsoft Windows Release 16.0..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan dengan mengamati jumlah cacing Ascaris
suum yang mati pada perendaman dalam larutan NaCl 0,9%. Uji pendahuluan
ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan cacing Ascaris suum Goeze
untuk bertahan hidup di luar tubuh hospesnya yaitu babi. Hasil uji
pendahuluan disajikan pada tabel 2. Sedangkan hasil pengamatan pada uji
pendahuluan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 1.
Tabel 2. Lama Hidup Cacing Ascaris suum Goeze dalam Larutan NaCl 0,9%
pada Uji Pendahuluan
Replikasi Lama hidup cacing Ascaris suum dalam larutan NaCl 0,9% (jam)
I 96
II 92
III 100
IV 90
Rata-rata 94,5
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa cacing Ascaris suum Goeze rata-rata
dapat bertahan hidup selama 94,5 jam di luar tubuh babi yaitu di dalam larutan
NaCl 0,9%, sehingga waktu pengamatan pengaruh pemberian infusum daun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
belimbing wuluh terhadap mortalitas Ascaris suum dilakukan maksimal
selama 94,5 jam yang diamati tiap 1 jam.
2. Tahap Penelitian
Penelitian pengaruh pemberian infusum daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi) terhadap mortalitas Ascaris suum Goeze secara in vitro
dilakukan pada 5 kelompok perlakuan yaitu terdiri atas kelompok perlakuan
cacing yang direndam dalam larutan infusum daun belimbing wuluh
konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% serta dibandingkan dengan
cacing yang direndam dalam larutan pirantel pamoat dengan konsentrasi
0,625 mg/ml; 1,25 mg/ml; 2,5 mg/ml; dan 5 mg/ml.
Dalam penelitian ini, pengamatan dan pencatatan hasil dilakukan
setiap 1 jam dan dihentikan apabila sudah mencapai waktu maksimal
pengamatan yaitu 94,5 jam. Sedangkan hasil tahap penelitian disajikan dalam
Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3. Lama Hidup (Jam) Cacing Ascaris suum Goeze dalam Kelompok
Perlakuan Larutan Infusum Daun Belimbing Wuluh
Replikasi Konsentrasi
20% 40% 60% 80% 100%
I 54 49 40 36 13
II 54 50 42 34 13
III 55 49 40 35 14
IV 53 48 38 33 13
Rata-rata 54 49 40 34,5 13,25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Tabel 4. Lama Hidup (Jam) Cacing Ascaris suum Goeze dalam Larutan
Pirantel Pamoat
Replikasi Konsentrasi
0,625 mg/ml 1,25 mg/ml 2,5 mg/ml 5 mg/ml
I 4 4 3 1
II 4 4 3 1
III 4 4 3 1
IV 4 4 3 1
Rata-rata 4 4 3 1
Hasil pengamatan dan pencatatan pengaruh pemberian infusum daun
belimbing wuluh terhadap jumlah kematian cacing Ascaris suum Goeze secara
lengkap dapat dilihat pada lampiran 2. Sedangkan hasil pengamatan dan
pencacatan pengaruh pemberian larutan pirantel pamoat terhadap jumlah
kematian cacing Ascaris suum Goeze secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran 3.
B. Analisis Data
Dari data hasil penelitian pada lampiran 2 selanjutnya dianalisis dengan
metode analisis probit untuk mengetahui LC50 infusum daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi). Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tabel 5. Hasil Analisis Probit LC50 Infusum Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi) terhadap Cacing Ascaris suum Goeze secara In Vitro
Probabilitas Interval Keyakinan 95% untuk Konsentrasi
Konsentrasi (%) Batas Bawah (%) Batas Atas (%)
Probit LC10 49,414 37,878 56,562
Probit LC20 57,426 48,599 63,548
Probit LC30 63,204 55,940 68,974
Probit LC40 68,140 61,816 74,007
Probit LC50 72,754 66,903 79,117
Probit LC60 77,368 71,599 84,168
Probit LC70 82,305 76,264 90,862
Probit LC80 88,082 81,390 98,504
Probit LC90 96,095 88,138 109,462
Probit LC99 115,123 103,411 136,241
Dari tabel 5, dapat dilihat bahwa infusum daun belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi) memiliki LC50 pada konsentrasi 72,754% dengan batas bawah 66,903%
dan batas atas 79,117%. Selanjutnya dilakukan analisis LT50 infusum daun
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dengan menggunakan data yang mendekati
harga LC50, yaitu pada konsentrasi sekitar 80%. Hasil analisis dapat dilihat pada
tabel 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel 6. Hasil Analisis Probit LT50 Infusum Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi) terhadap Ascaris suum Goeze secara In Vitro
Probabilitas Interval Keyakinan 95% untuk Waktu
Waktu Batas Atas Batas Bawah
Probit LT10 6,725 3,906 8,877
Probit LT20 10,936 8,771 12,660
Probit LT30 13,973 12,204 15,463
Probit LT40 16,568 15,050 17,945
Probit LT50 18,994 17,608 20,368
Probit LT60 21,419 20,051 22,905
Probit LT70 24,014 22,550 25,734
Probit LT80 27,051 25,367 29,153
Probit LT90 31,263 29,160 34,008
Probit LT99 41,226 37,953 45,754
Dari tabel 6, dapat dilihat bahwa LT50 infusum daun belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi) adalah 18,994 jam dengan batas bawah 17,608 jam dan batas atas 20,368
jam.
Dari data hasil penelitian pada lampiran 3 selanjutnya dianalisis dengan
metode analisis probit untuk mengetahui LC50 larutan pirantel pamoat. Hasil
analisis dapat dilihat pada tabel 7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 7. Hasil Analisis Probit LC50 Larutan Pirantel Pamoat terhadap Cacing
Ascaris suum Goeze secara In Vitro
Probabilitas
Interval Keyakinan 95% untuk Konsentrasi
Konsentrasi
(gr/ml)
Batas Bawah
(gr/ml) Batas Atas (gr/ml)
Probit LC10 1,424 0,845 1,823
Probit LC20 1,888 1,439 2,280
Probit LC30 2,222 1,823 2,654
Probit LC40 2,508 2,121 3,004
Probit LC50 2,775 2,376 3,354
Probit LC60 3,042 2,617 3,719
Probit LC70 3,328 2,861 4,122
Probit LC80 3,663 3,137 4,604
Probit LC90 4,127 3,508 5,284
Probit LC99 5,229 4,362 6,927
Dari tabel 7, dapat dilihat bahwa larutan pirantel pamoat memiliki LC50 pada
konsentrasi 2,775 mg/ml dengan batas bawah 2,376 mg/ml dan batas atas 3,354
mg/ml. Selanjutnya dilakukan analisis LT50 larutan pirantel pamoat dengan
menggunakan data yang mendekati harga LC50, yaitu pada konsentrasi sekitar 2,5
mg/ml. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 8. Hasil Analisis Probit LT50 Larutan Pirantel Pamoat terhadap Ascaris
suum Goeze secara In Vitro
Probabilitas Interval Keyakinan 95% untuk Waktu
Probit LT10 0,527
Probit LT20 0,876
Probit LT30 1,128
Probit LT40 1,343
Probit LT50 1,544
Probit LT60 1,745
Probit LT70 1,960
Probit LT80 2,212
Probit LT90 2,561
Probit LT99 3,391
Dari tabel 8, dapat dilihat bahwa LT50 larutan pirantel pamoat adalah 1,544 jam.
Di bawah ini disajikan grafik hasil analisis probit mengenai perbandingan Lethal
Time (LT) antara infusum daun belimbing wuluh dengan larutan pirantel pamoat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar 4. Grafik perbandingan Lethal Time (LT) antara infusum daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dengan pirantel pamoat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 42
BAB V
PEMBAHASAN
Pada penelitian pengaruh pemberian infusum daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi) terhadap mortalitas cacing Ascaris suum secara in vitro ini,
penelitian dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama merupakan uji pendahuluan
bertujuan untuk mengetahui kemampuan hidup cacing Ascaris suum di luar tubuh
hospesnya yaitu babi. Pada uji pendahuluan ini dilakukan perendaman cacing Ascaris
suum dalam larutan NaCl 0,9%. Larutan NaCl 0,9% digunakan karena sifatnya
isotonis sehingga tidak merusak membran sel tubuh cacing. Hasil pada uji
pendahuluan dapat dilihat pada tabel 2. Dari hasil uji pendahuluan ini diketahui
bahwa cacing Ascaris suum mampu bertahan hidup selama rata-rata 94,5 jam dalam
larutan NaCl 0,9% dan suhu 370C.
Tahap kedua merupakan tahap penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian infusum daun belimbing wuluh pada berbagai konsentrasi
terhadap jumlah kematian cacing Ascaris suum Goeze secara in vitro. Pada tahap
penelitian, cacing Ascaris suum direndam pada larutan infusum daun belimbing
wuluh dengan berbagai konsentrasi, yaitu 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100% serta
larutan pirantel pamoat dengan konsentrasi 0,625 mg/ml; 1,25 mg/ml; 2,5 mg/ml; dan
5 mg/ml. Tahap penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
infusum daun belimbing wuluh terhadap jumlah kematian cacing Ascaris suum Goeze
secara in vitro. Hasil pada tahap penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
sedangkan hasil pencatatan pengamatan dan penelitian selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 2 dan 3.
Pada kelompok perlakuan perendaman dalam larutan garam fisiologis tidak
menunjukkan adanya pengaruh terhadap cacing Ascaris suum jika dibandingkan
dengan kelompok perlakuan dengan pemberian infusum daun belimbing wuluh. Hal
ini menunjukkan bahwa larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%) tidak mempunyai efek
antihelmintik. Sedangkan jumlah dan waktu kematian cacing pada kelompok
perlakuan perendaman dalam larutan pirantel pamoat menunjukkan hasil yang lebih
baik jika dibandingkan dengan jumlah dan waktu kematian cacing pada kelompok
perlakuan dengan pemberian infusum daun belimbing wuluh. Hal ini dikarenakan
pirantel pamoat merupakan obat yang memang sudah dipatenkan sebagai obat cacing.
Walaupun begitu, berdasarkan hasil penelitian ini infusum daun belimbing wuluh
mempunyai efek antihelmintik.
Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada Lampiran 2, jumlah kematian
cacing pada konsentrasi infusum yang berbeda mengalami kenaikan seiring dengan
kenaikan konsentrasi infusum, yang menunjukkan bahwa dibutuhkan konsentrasi
infusum yang semakin tinggi untuk membunuh lebih banyak cacing dewasa Ascaris
suum. Sedangkan waktu kematian cacing pada konsentrasi infusum yang berbeda
menunjukkan penurunan waktu kematian secara bermakna seiring dengan kenaikan
konsentrasi ekstrak. Semakin tinggi konsentrasi infusum daun belimbing wuluh
(sampai 100%), semakin banyak cacing yang mati dan semakin cepat pula waktu
yang dibutuhkan untuk membunuh semua cacing Ascaris suum Goeze in vitro.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tahap ketiga merupakan tahap analisis data. Data yang diperoleh dari
penelitian ini dianalisis secara statistik menggunakan analisis probit. Hasil analisis
probit menunjukkan infusum daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) memiliki
LC50 pada konsentrasi 72,754%. Kemudian dilanjutkan dengan analisis LT50 dengan
menggunakan data yang mendekati harga LC50 yaitu pada konsentrasi 80% dan
didapatkan hasil LT50 pada 18,994 jam. Hal ini menunjukkan bahwa infusum daun
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) mampu membunuh 50% cacing Ascaris suum
pada konsentrasi 72,754% dan waktu yang dibutuhkan adalah 18,994 jam. Sedangkan
pirantel pamoat memiliki daya anthelmintik terhadap Ascaris suum dengan LC50 pada
konsentrasi 2,775 mg/ml. Kemudian dilanjutkan dengan analisis LT50 dengan
menggunakan data yang mendekati harga LC50 yaitu pada konsentrasi 2,5 mg/ml dan
didapatkan hasil LT50 pada 1,544 jam. Hal ini menunjukkan bahwa larutan pirantel
pamoat mampu membunuh 50% cacing Ascaris suum pada konsentrasi 2,775 mg/ml
dan waktu yang dibutuhkan adalah 1,544 jam. Daya anthelmintik infusum daun
belimbing wuluh pada penelitian ini lebih rendah bila dibanding daya anthelmintik
pirantel pamoat sebagai kontrol positif. Hal ini dapat disebabkan karena bahan uji
yang digunakan dalam penelitian adalah infusum. Penggunaan infusum menyebabkan
kandungan tanin yang terdapat dalam infusum tersebut hanya tanin yang larut air
sedangkan tanin terkondensasi tidak terdapat dalam infusum tersebut. Selain itu,
dapat disebabkan karena bahan uji yang digunakan dalam penelitian adalah infusum
dan bukan ekstrak. Ekstrak didapatkan dari ekstraksi, yaitu kegiatan atau proses
penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
larut dengan pelarut cair (Depkes RI, 2000). Sedangkan infusum masih mengandung
bahan lain di samping bahan aktif antihelmintik dan kadar antihelmintiknya tentu
lebih rendah jika dibandingkan dalam bentuk ekstrak. Jika bahan aktif antihelmintik
bisa dipisahkan, kemungkinan daya antihelmintiknya akan lebih besar.
Efek antihelmintik dari infusum daun belimbing wuluh disebabkan karena
adanya senyawa aktif tertentu yang terkandung di dalamnya. Daun belimbing wuluh
diketahui mengandung tanin dan saponin. Tanin mempunyai efek antihelmintik
dengan cara menggumpalkan protein tubuh cacing. Aktivitas ini dapat mengganggu
metabolisme dan homeostasis pada tubuh cacing, sehingga cacing akan mati (Harvey
& John, 2004). Saponin dapat berpotensi sebagai antihelmintik karena bekerja dengan
cara menghambat enzim asetilkolinesterase, sehingga cacing akan mengalami
paralisis otot dan berujung pada kematian (Kuntari, 2008).
Infusum daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) ini ternyata mempunyai
efek antielmintik lebih rendah daripada air rebusan daun ketepeng yang telah diteliti
oleh Kuntari (2008). Pada penelitian yang dilakukan oleh Kuntari (2008) didapatkan
LC50 pada konsentrasi 36,5% sedangkan pada penelitian ini didapatkan LC50 pada
konsentrasi 72,754%. Hal ini dapat disebabkan karena luas permukaan tubuh cacing
Ascaris suum lebih besar apabila dibandingkan dengan luas permukaan tubuh cacing
Ascaridia galli yang digunakan pada penelitian yang dilakukan oleh Kuntari (2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 46
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa infusum daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi) memiliki efek antihelmintik terhadap Ascaris suum Goeze in vitro dengan
LC50 pada konsentrasi 72,754% dan LT50 18,994 jam. Namun, masih jauh lebih rendah efek
antihelmintiknya apabila dibandingkan dengan pirantel pamoat.
B. Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai efek antihelmintik daun belimbing
wuluh terhadap Ascaris suum Goeze in vitro dengan penggunaan metode pengolahan sediaan
yang lebih baik seperti metode ekstraksi. Apabila hasilnya lebih baik, maka dapat dilanjutkan
dengan penelitian efek antihelmitik daun belimbing wuluh terhadap cacing Ascaris suum
Goeze secara in vivo.