PENGARUH EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium …/Pengaruh... · mebendazol, piperazin, dan pirantel pamoat...
Transcript of PENGARUH EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium …/Pengaruh... · mebendazol, piperazin, dan pirantel pamoat...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum,Wight)
TERHADAP WAKTU KEMATIAN Ascaris suum, Goeze In Vitro
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Gagat Ragil Andaru P
G.0009090
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Gagat Ragil Andaru P, G0009090, 2012. Pengaruh Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum,Wight) terhadap Waktu Kematian Ascaris suum,Goeze In Vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Latar Belakang : Daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) mengandung tannin yang telah diketahui memiliki efek antihelmintik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) terhadap waktu kematian Ascaris suum, Goeze secara In Vitro. Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan menggunakan rancangan penelitian the post test only controlled group design. Subjek penelitian adalah cacing Ascaris suum,Goeze dewasa yang aktif bergerak. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Subjek dibagi dalam 7 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 cacing, replikasi dilakukan sebanyak 4 kali. Kelompok kontrol negatif menggunakan larutan garam fisiologis, kelompok kontrol positif menggunakan pyrantel pamoate 5 mg/ml sedangkan kelompok perlakuan terdiri dari ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) konsentrasi 70%, 75%, 80%, 85%, dan 90%. Cacing direndam dalam larutan uji sebanyak 25 ml dan diinkubasi pada suhu 37°C. Pengamatan dilakukan tiap 1 jam dan dihitung jumlah cacing yang mati. Data dianalisis dengan uji regresi linier, dan analisis probit. Hasil penelitian : Hasil pengamatan rerata waktu kematian total Ascaris suum, Goeze kontrol negatif selama 96 jam, kontrol positif 2,5 jam, Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) konsentrasi 70%, 75%, 80%, 85%, 90% selama 10 jam 15 menit, 8 jam, 6 jam, 4 jam 45 menit dan 3 jam. Hasil uji regresi linier menunjukkan bahwa variasi nilai konsentrasi mempengaruhi lama kematian cacing. Hasil analisis probit diperoleh LC50 dan LT50 ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) adalah 76,228% dan 3 jam 36 menit. Simpulan penelitian : Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) mempengaruhi waktu kematian Ascaris suum, Goeze In Vitro, peningkatan konsentrasi ekstrak berbanding terbalik dengan waktu kematian cacing Kata kunci : Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight), Ascaris
suum,Goeze
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Gagat Ragil Andaru P, G0009090, 2012. The Effect of Syzygium polyanthum,Wight Leaves Extract Towards Death Time of Ascaris suum,Goeze In Vitro. Mini Thesis. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Background : Syzygium polyanthum,Wight leaves contain tannin that have been known to have anthelmintic effect. This study aimed to determine the effect of Syzygium polyanthum,Wight leaves extract toward death time of Ascaris suum, Goeze In Vitro Methods : The study was a laboratory experimental research using the post-test only controlled group design. Subjects were adult Ascaris suum, Goeze. The sampling technique used was purposive sampling. Subjects were divided into 7 groups, each group consisting of 4 worms, replication performed 4 times. Saline solution was used in negative control group, pyrantel pamoate 5 mg/ml was used in positive control group, while the treatment group used Syzygium polyanthum,Wight leaves extract concentration of 70%, 75%, 80%, 85%, and 90%. Worms immersed in the test solution at 25 ml and incubated at 37°C. Observations were made every 1 hour and counted the number of dead worms. Data were analyzed with regression linier and probit analysis. Results : Observations of total deaths mean time Ascaris suum,Goeze sp negative control for 96 hours, the positive control 2 hours 30 minutes, the concentration of 70%, 75%, 80%, 85%, 90% for 10 hours 15 minutes, 8 hours, 6 hours, 4 hours 45 minutes and 3 hours. Linear regression test results show that the variation of the concentration affects long worm death. Probit analysis results obtained LC50 and LT50 Syzygium polyanthum,Wight leaves extract is 76,228% and 3 hours 36 minutes. Conclusion : Based on this study, it can be concluded that of Syzygium polyanthum,Wight leaves extract affects mortality of Ascaris suum, Goeze sp In Vitro, the increasing of extract concentration is inversely proportional with the death time of worms Keywords: Syzygium polyanthum,Wight leaves extract, Ascaris suum,Goeze
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Puji Syukur ke hadirat Tuhan YME, atas segala limpahan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum,Wight) terhadap Waktu Kematian Ascaris suum,Goeze In Vitro”.
Dalam proses penyusunan skripsi ini tentunya tak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof.Dr. Zainal Arifin Adnan, dr.,Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. FX. Bambang Sukilarso S., dr., Sp.ParK, selaku Pembimbing Utama yang
telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan motivasi bagi penulis.
4. Sri Haryati, Dra., M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
5. Cr. Siti Utari, Dra., M.Kes, selaku Ketua Penguji yang telah berkenan menguji sekaligus memberikan kritik dan saran bagi penulis
6. P. Murdani K, dr., MHPEd Selaku Anggota Penguji yang telah berkenan menguji dan memberikan kritik dan saran bagi penulis.
7. Seluruh Staf Bagian Skripsi dan Staf Laboratorium Parasitologi dan Mikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang banyak membantu dalam skripsi ini.
8. Yang tercinta, kedua orang tua saya Ir. Ign. Rachmat Pratomo dan Anastasia Suparmi Damayanti yang senantiasa mendoakan tiada henti dan memberikan semangat hingga terselesaikanya tulisan ini.
9. Sahabat-sahabat terbaik saya, Arianto Adi, Indah Puspitasari, Ludi Junapati, Bagus Budi, Dedy, Bagus Dwi, Yurita yang telah setia membantu saya dalam doa dan semangat dalam penelitian ini
10. Keluarga PMPA VAGUS tercinta atas doa dan dukungannya 11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan, khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Surakarta, November 2012
Gagat Ragil Andaru P
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA.................................................................................................. vi
DAFTAR ISI............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Perumusan Masalah.................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian........................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian...................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................... 5
A. Tinjauan Pustaka......................................................................... 5
B. Kerangka Pemikiran.................................................................... 15
C. Hipotesis...................................................................................... 16
BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 17
A. Jenis Penelitian............................................................................ 17
B. Lokasi Penelitian......................................................................... 17
C. Subjek Penelitian......................................................................... 17
D. Teknik Sampling......................................................................... 17
E. Variabel penelitian....................................................................... 19
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian................................... 19
G. Rancangan Penelitian................................................................. 21
H. Alat dan Bahan............................................................................ 23
I. Cara Kerja.................................................................................... 24
J. Teknik Analisis Data Statistik.................................................... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN.................................................................. 29
A. Hasil Penelitian............................................................................ 29
B. Analisis Data................................................................................ 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
BAB V PEMBAHASAN.............................................................................. 39
BAB VI PENUTUP…………………........................................................... 43
A. Simpulan....................................................................................... 43
B. Saran............................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 44
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil pengamatan waktu kematian Ascaris suum,Goeze pada
penelitian pendahuluan
Tabel 4.2 Hasil pengamatan waktu kematian Ascaris suum,Goeze pada
penelitian akhir
Tabel 4.3 Presentase efek antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium
polyanthum,Wight) dengan pirantel pamoat dengan waktu kematian
2,5 jam
Tabel 4.4 Hasil analisis probit untuk mengetahui LC50 ekstrak daun salam
(Syzygium polyanthum,Wight)
Tabel 4.5 Hasil analisis probit untuk mengetahui LT50 ekstrak daun salam
(Syzygium polyanthum,Wight)
Tabel 4.6 Hasil analisis probit untuk LT50 pirantel pamoat 5 mg/ml
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran
Gambar 3.1 Rancangan penelitian pendahuluan
Gambar 3.2 Rancangan penelitian akhir
Gambar 4.1 Diagram rerata waktu kematian cacng pada penelitian akhir
Gambar 4.2 Diagram perbandingan presentase daya antihelmintik ekstrak daun
salam (Syzygium polyanthum,Wight) dengan pirantel pamoat
Gambar 4.3 Grafik persamaan regresi linier antara ekstrak daun salam dan waktu
kematian cacing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Uji Normalitas Data
Lampiran 2. Uji Regresi Linier
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Lampiran 4. Ijin Penelitian
Lampiran 5. Prosedur Pembuatan Ekstrak Daun Salam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Askariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing
Ascaris lumbricoides. Penyakit ini menduduki peringkat prevalensi tertinggi
dari seluruh penyakit Soil Transmitted Helminth (Hadju, 2011). Infeksi
askaris banyak ditemukan di negara tropis dan subtropis (Hendratno, 1998).
Bagi negara berkembang, termasuk Indonesia yang juga negara tropis,
infeksi askaris menjadi suatu hal yang serius (Acevedo dan Carabalo, 2011).
Angka kejadian askariasis di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sekitar
60 – 90 % (Margono, 2003). Berdasarkan data WHO tahun 2004, dilaporkan
bahwa prevalensi kejadian askariasis pada anak sekolah di berbagai daerah
di Indonesia masih tinggi yaitu 19,5% di Sulawesi Tengah, 41,3% di
Banten, 16,7% di Jawa Barat 22,8% di Sumatera Selatan, dan 13,9% di
Kalimantan Barat. Tingginya prevalensi ini disebabkan oleh sejumlah
faktor. Faktor yang pertama adalah iklim dan suhu di Indonesia cocok untuk
perkembangan telur cacing askaris. Kebiasaan defekasi dan pola hidup yang
kurang bersih menjadi faktor kedua. Rendahnya status ekonomi masyarakat
melengkapi kedua faktor di atas (Damarjati, 2007).
Penyakit kecacingan dapat menurunkan produktivitas sumber daya
manusia di Indonesia. Gejala klinis yang ditimbulkan dari infeksi parasit ini
berupa rasa tidak nyaman, nyeri perut, lemas, dan gangguan absorbsi nutrisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pada penderita (Pasaribu, 1993). Jika cacing ini menginfeksi anak maka
pertumbuhan dan perkembangan belajar akan terganggu. Migrasi larva
cacing ini dapat menimbulkan gejala klinis seperti perdarahan dan gangguan
paru seperti panas, batuk darah, dan pneumonitis askaris. Sedangkan
stadium dewasanya dapat menyebabkan obstruksi usus, nafsu makan
berkurang, diare dan konstipasi (Pohan, 2006).
Obat-obat askariasis yang masih digunakan saat ini yaitu
mebendazol, piperazin, dan pirantel pamoat dilaporkan menimbulkan efek
samping yaitu mual, muntah, sakit kepala, dan sakit perut (Syarif dan
Elysabeth, 2007). Dalam suatu Case report dilaporkan bahwa pengobatan
askariasis menggunakan mebendazol menimbulkan efek samping berupa
erratic migration yaitu keluarnya cacing askaris melalui mulut dan hidung
penderita. Fenomena ini menimbulkan ketakutan pasien terhadap terapi
mebendazol (Brawley, 1986).
Tanaman obat merupakan alternatif pengobatan yang telah banyak
digunakan masyarakat Indonesia. Hasil survey Badan Pusat Statistik di
tahun 2000 menunjukkan 15,6 % masyarakat Indonesia menggunakan
tanaman obat tradisional, dan jumlah ini meningkat menjadi 31,7 % di tahun
berikutnya. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar kedua di
dunia, hal ini mendukung ketersediaan tanaman obat bagi masyarakat.
Selain mudah didapat dan murah, penggunaan obat tradisional memiliki
efek samping yang minimal dibanding obat yang tersedia di pasaran. Serta
penggunaan obat tradisional diharapkan bisa mengurangi ketergantungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pemerintah karena impor bahan baku obat yang nilainya mencapai US$ 160
per tahun (Departemen Pertanian, 2007).
Tanaman salam yang tumbuh subur di Indonesia merupakan salah
satu tanaman tradisional yang digunakan sebagai bumbu dapur oleh
masyarakat Indonesia dan termasuk sembilan tanaman unggulan yang masih
diteliti lebih lanjut (Dewoto, 2007). Hasil uji fitokimia membuktikan bahwa
daun salam memiliki kandungan yang bervariasi yaitu tannin, flavonoid,
alkaloid, steroid, karbohidrat dan triterpenoid (Kusuma et al, 2011).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan melaporkan tanaman salam
memiliki efek antidiabetik, antibakteri, antifungi, analgesik dan
antiinflamasi (Studiawan, 2005; Hendrajatin, 2009; Sumono, 2008). Tetapi
hingga saat ini, belum ada penelitian mengenai daun salam sebagai
antihelmintik. Pada penelitian sebelumnya, dilaporkan bahwa zat aktif pada
tanaman yang memberikan efek antihelmintik adalah tannin (Bachaya,
2007; Duke, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin membuktikan apakah
daun salam memiliki aktivitas antihelmintik, dengan kandungan tannin di
dalamnya. Dalam penelitian ini akan digunakan Ascaris suum. Ascaris suum
memiliki kemiripan morfologi, fisiologi dan biokimia dengan Ascaris
lumbricoides, sehingga cacing jenis ini sering menjadi model pengganti
Ascaris lumbricoides dalam penelitian (Loreille dan Bouchet, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum, Wight)
terhadap waktu kematian Ascaris suum,Goeze In Vitro?
2. Berapa konsentrasi optimal ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,
Wight) yang memberikan efek antihelmintik ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,
Wight) terhadap waktu kematian Ascaris suum,Goeze In Vitro.
2. Untuk mengetahui konsentrasi optimal ekstrak daun salam (Syzygium
polyanthum, Wight) yang memberikan efek antihelmintik.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang
pengaruh pemberian ekstrak daun salam (Syzygium polianthum, Wight)
terhadap waktu kematian Ascaris suum,Goeze In Vitro.
2. Manfaat Aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan acuan di bidang
farmasi untuk penelitian lebih lanjut sebagai alternatif obat askariasis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Salam (Syzygium polyanthum,Wight)
a. Sinonim
Eugenia polyantha
b. Nama Daerah
Sumatra : Meselangun, ubar serai (Melayu)
Jawa : Salam, gowok (Sunda), Salam (Madura), Manting
Kangean : Kastolam
(Dalimartha, 2000)
c. Taksonomi
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subkelas : Dialypetalae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium polyanthum, Wight
(Tjitrosoepomo, 1998; Heyne, 1987)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
d. Deskripsi
Tanaman salam tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis, mulai
dari Birma ke selatan sampai ke Indonesia. Di pulau Jawa tanaman ini
tumbuh pada ketinggian 5 m hingga 1000 m di atas permukaan laut.
Tanaman salam dapat tumbuh di tanah dengan ketinggian hingga
1800 m di atas permukaan laut (Heyne, 1987; Mardisiswojo dan
Radjamangunsudarso, 1968).
Tanaman salam berupa pohon dengan batang bulat. Tinggi pohon
dapat mencapai 25 m. Daun tunggal, panjang 5 – 15 cm, lebar 3 – 8 cm.
bersilang berhadapan, berbentuk lonjong dengan ujung runcing,
pertulangan menyirip berwarna hijau tua pada permukaan atas dan hijau
muda di permukaan bawah. Bunga majemuk berwarna putih dengan
bau harum. Biji bulat berwarna cokelat dengan diameter sekitar 1 cm.
Buahnya buah buni dengan diameter 8 – 9 cm, buah muda berwarna
hijau, setelah masak berubah menjadi merah gelap (Haryanto, 2009).
e. Kandungan Kimia
Kandungan kimia yang terdapat pada daun salam adalah tannin,
flavonoid, alkaloid, karbohidrat, steroid dan triterpenoid (Kusuma,
2011). Tannin merupakan molekul golongan polifenol, yang ada
hampir di setiap bagian tanaman, termasuk akar, batang, daun, buah
bahkan rambut tanaman. Tannin diklasifikasikan berdasar molekulnya
menjadi Condensed Tannin (CT) dan Hydrolizable Tannin (HT). Secara
struktural, CT terdiri atas monomer dan oligomer dari flavanoid, yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dihubungkan dengan ikatan karbon tanpa adanya nukleus monosakarida
(Barry dan McNabb, 1999; Hagerman dan Butler, 1981; Foo et al.,
1986). Senyawa tannin bersifat polar, sehingga tidak dapat larut dalam
pelarut nonpolar seperti eter, kloroform, dan benzena (Harborne, 1987).
Penelitian terhadap domba yang terinfeksi cacing yang diberi
pakan mengandung CT dengan kadar tinggi menunjukkan penurunan
yang drastis dari jumlah hitung cacing dan telur yang terdapat pada
fesesnya (Niezen et al, 1998). Menurut penelitian di Pakistan
didapatkan bahwa tannin yang terdapat pada beberapa tanaman, tidak
termasuk daun salam dalam penelitian ini, menunjukkan efek
antihelmintik yang signifikan (Bachaya, 2007). Tannin memiliki efek
vermifuga yaitu dapat merusak protein tubuh cacing (Duke, 2009). Efek
antihelmintik pada tannin bekerja secara In Vivo dan In Vitro pada
kambing dan domba (Brunet dan Hoste, 2006: Iqbal et al, 2007; Cenci
et al, 2007; Anthanasiadou et al, 2001). Penelitian lain menyebutkan
tannin juga dapat menghambat migrasi cacing pada tubuh kambing
(Alonzo et al, 2008).
f. Khasiat
Suatu penelitian menyebutkan bahwa ekstrak daun salam terbukti
dapat menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum (Noveriza
dan Miftakhurohmah, 2010). Penggunaan daun salam dalam
menurunkan gula darah menunjukkan hasil yang bermakna karena daun
salam memiliki aktivitas hipoglikemik (Studiawan, 2005). Selain itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
daun salam juga menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap V. cholera
dan E.coli enteropatogen (Hendrajatin, 2009). Di dunia kedokteran gigi,
daun salam memiliki banyak manfaat. Flavonoid pada daun salam
memiliki efek analgetik dan antiinflamasi sehingga dapat mengurangi
rasa sakit dan mempercepat penyembuhan luka sesudah bedah mulut.
Kandungan tannin dan flavonoid memiliki efek antibakteri yang
mengurangi pertumbuhan dari Streptococcus mutants, sehingga dapat
digunakan untuk pengobatan pulpitis (Sumono, 2008)
2. Ascaris lumbricoides, linn
a. Taksonomi
Subkingdom : Metazoa
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Subkelas : Scernentea
Ordo : Ascaridia
Superfamili : Ascaridoidea
Famili : Ascarididae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides, linn
(Utari,2002)
b. Morfologi
Cacing jantan memiliki ukuran 10 – 30 cm, sedangkan yang
betina 22 – 25 cm. Stadium dewasa dari cacing ini hidup di usus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
halus. Setiap harinya, seekor betina dapat menghasilkan telur sejumlah
100.000–200.000 butir terdiri dari telur fertil dan infertil
(Gandahusada et al., 2000)
Telur yang dibuahi memiliki kulit luar yang transparan tetapi
kuat. Di dalam telur masih terdapat suatu membran vitelin yang lebih
tipis. Telur fertil ini mengandung satu buah ovum yang tidak
bersegmen. Pada setiap kutub telur terdapat bentukan mirip bulan
sabit yang merupakan suatu rongga berisi udara yang disebut celah
semilunaris. Telur fertil ini ada yang memiliki selubung albumin di
kulit luar dan ada yang tidak. Telur yang tidak dibuahi atau infertil
memiliki bentuk lebih lonjong dari telur fertil. Dindingnya tipis
berwarna coklat dengan selubung albumin yang tidak teratur (Utari,
2002).
c. Daur Hidup
Penyebaran askariasis dapat dimulai dari penderita yang
membuang tinjanya di sembarang tempat. Tinja ini dapat
mengandung telur fertil. Telur ini akan menjadi stadium yang infektif
setelah 21 hari pada lingkungan yang sesuai. Jika telur ini termakan
manusia, maka akan menetas di usus halus. Larva tipe rhabditoid ini
akan menembus dinding usus dan akan menuju pembuluh darah atau
aliran limfe. Kemudian ke jantung dan paru-paru (Gandahusada et al,
2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Larva di paru-paru akan menembus dinding pembuluh darah,
kemudian ke alveolus. Dari rongga alveolus akan menuju bronkus dan
trakea. Pada fase ini penderita mengalami gejala batuk. Larva
kemudian menuju oesophagus dan hidup di usus halus. Di usus halus,
larva akan berkembang menjadi stadium dewasa. Dari telur menetas
hingga dewasa membutuhkan waktu 2 bulan (Gandahusada et al.
2000).
d. Gejala Klinis dan Diagnosis
Stadium larva dapat menyebabkan gangguan ringan hati,
sedangkan di paru akan menyebabkan demam, eosinofilia, sesak
nafas, dan pada foto thorax dapat menunjukkan suatu infiltrat yang
menetap selama 3 minggu, yang disebut sindroma loeffler. Cacing
dewasa dapat hidup 6-24 bulan di dalam usus halus. Keaadaan ini
dapat menunjukkan gejala tak spesifik pada pencernaan, seperti mual,
muntah, diare, dan konstipasi. Jika menembus peritoneum dapat
menyebabkan akut abdomen (Gandahusada, 2000; Pohan, 2006; Utari,
2002). Ketika larva memasuki kandung empedu, pankreas, dan hepar
dapat menimbulkan gejala penyakit seperti kolesistisis akut,
pankreatitis akut, cholangitis akut, dan abses hepar (Rasmaliah, 2001).
Diagnosis askariasis ditegakkan bila menemukan telur pada
tinja dan menemukan cacing yang keluar melewati anus, hidung,
maupun mulut (Gandahusada, 2000; Pohan 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
e. Pengobatan
Mekanisme obat antihelmintik ada 2, yaitu vermifuga dan
vermisida. Vermifuga berperan dalam memabukkan, menghalau, atau
mengeluarkan cacing, sedangkan vermisida bekerja membunuh
cacing. Obat-obat dalam dosis terapi biasanya berperan sebagai
vermifuga, sehingga cacing tidak dibunuh. Mekanisme ini dibantu
dengan pemberian pencahar, agar cacing lebih mudah dikeluarkan dari
tubuh (Tanu, 1972). Obat pilihan pertama untuk terapi askariasis
adalah mebendazol dan pirantel pamoat. Sedangkan obat pilihan
kedua adalah albendazol dan piperazin (Katzung, 2004; Syarif dan
Elysabeth, 2007).
Mebendazol merupakan obat dengan indeks terapi yang lebar.
Mebendazol menyebabkan kerusakan subselular dan menghambat
sekresi asetilkolinesterase cacing. Obat ini juga menghambat ambilan
glukosa tanpa mengganggu host. Obat ini diabsorbsi kurang dari 10%
oleh tubuh. Mebendazol tidak mempunyai efek toksik sistemik karena
absorbsinya yang buruk. Tetapi obat ini dapat menimbulkan efek
samping seperti mual, muntah, dan diare. Keadaan ini sering muncul
pada infestasi yang berat diserati ekspulsi cacing melalui mulut
(erratic migration). Obat ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan
anak berusia di bawah 2 tahun. Mebendazol tersedia dalam bentuk
sirup 10 mg/ml dan tablet 100 mg (Syarif dan Elysabeth, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Pirantel pamoat berupa kristal putih tidak larut air. Obat ini
menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan
frekuensi impuls, sehingga cacing mati dalam keadaan spastik.
Pirantel pamoat juga menghambat enzim kolinesterase yang membuat
kontraksi otot yang berlebihan (Syarif dan Elysabeth, 2007).
Piperazin sangat efektif terhadap Ascaris lumbricoides dan
Enterobius vermicularis yang dibuktikan dalam uji klinik. Piperazin
menyebabkan blokade respons otot cacing terhadap asetilkolin
sehingga terjadi paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh
peristaltik usus. Cacing biasanya keluar 1-3 hari setelah pengobatan.
Diduga cara kerja piperazin pada otot cacing dengan mengganggu
permeabilitas membran sel terhadap ion-ion yang berperan dalam
mempertahankan potensial istirahat, sehingga menyebabkan
hiperpolarisasi dan supresi impuls spontan, disertai paralisis (Syarif
dan Elysabeth, 2007).
Albendazole adalah obat anthelmintik yang efektif untuk
askariasis ringan hingga berat, tetapi merupakan kontraindikasi bagi
ibu hamil. Efek samping dari obat ini berupa nyeri ulu hati, diare,
sakit kepala, mual, lemah, pusing dan insomnia (Syarif dan Elysabeth,
2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3. Ascaris suum,Goeze
a. Taksonomi
Subkingdom : Metazoa
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Subkelas : Scernentea (Phasmidia)
Bangsa : Ascaridia
Superfamili : Ascaridiodea
Famili : Ascarididae
Marga : Ascaris
Jenis : Ascaris suum,Goeze (Miyazaki, 1991)
b. Deskripsi
Cacing Ascaris suum,Goeze disebut juga Ascaris suilla yang
secara morfologi hampir sama dengan Ascaris lumbricoides, Linn.
Perbedaan antara kedua cacing ini hanya pada deretan gigi dan bentuk
bibirnya (Miyazaki, 1991). Cacing jantan memiliki panjang 15-25 cm
dan diameter 3 mm. Cacing betina memiliki panjang sampai 41 cm
dan diameter 5 mm. Tubuh cacing diselimuti lapisan kutikula yang
relatif tebal. Sistem pencernaan berupa esophagus sepanjang 6,5 mm.
Telur Ascaris suum,Goeze menunjukkan adanya lapisan albuminoid
yang tebal dan pada ujungnya terdapat operkulum (Yamaguchi, 1992).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Hospes yang penting untuk cacing ini adalah babi tetapi cacing
ini dapat juga menjadi parasit pada manusia, kambing, domba, anjing
dan ayam. Ascaris suum,Goeze memiliki siklus hidup dan cara infeksi
yang sama dengan Ascaris lumbricoides (Miyazaki, 1991).
4. Teknik Ekstraksi Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan
pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi
dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.
Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinyu
(terus-menerus). Maserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan
pelarut setelah dilakukan penyaringan pertama yang merata dan
seterusnya.
Peneliti menggunakan teknik maserasi dengan pelarut etanol 50%
untuk mendapatkan zat tannin pada daun salam (Syzygium polyanthum,
Wight). Penggunaan etanol 50% sebagai bahan pelarut dikarenakan bahan
ini bersifat polar dan penelitian yang dilakukan melaporkan bahwa pelarut
ini dapat mengekstraksi 29% kadar tannin pada daun salam (Fauzi, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran
Waktu kematian
Variabel terkendali Variabel tak terkendali
1. Jenis cacing
2. Suhu lingkungan
3. Ukuran cacing
Ekstrak daun Salam
(Syzygium polyanthum Wight)
Denaturasi protein tubuh cacing Ascaris suum, Goeze
Ascaris suum, Goeze
Mati
flavonoid alkaloid steroid karbohidrat triterpenoid Tannin
a. Umur cacing
b. Kepekaan
individu cacing
c. Varietas tanaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
C. Hipotesis
1. Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) memiliki pengaruh
terhadap waktu kematian Ascaris suum, Goeze In Vitro
2. Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) memiliki konsentrasi
optimal yang memberi efek antihelmintik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan
rancangan the post test only controlled group design.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi dan Mikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
C. Subjek Penelitian
Sampel penelitian ini berupa cacing Ascaris suum, Goeze yang didapat
dari tempat penyembelihan “Radjakaya” Surakarta dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Kriteria inklusi :
Cacing yang masih hidup dan aktif bergerak, jantan maupun betina,
dengan ukuran tubuh dan berat badan relatif sama besar.
2. Kriteria eksklusi :
Cacing yang sudah mati atau tidak aktif bergerak.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang dipakai adalah purposive sampling dengan
menyamakan ukuran cacing serta tidak membedakan jenis kelamin cacing,
Penentuan jumlah sampel di tiap cawan petri menggunakan rumus Federer:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Keterangan :
n : jumlah sampel
t : jumlah kelompok perlakuan
Penelitian ini menggunakan 7 kelompok perlakuan maka
perhitungannya:
(n-1) (t-1)) > 15
6 n – 6 > 15
6 n > 21
n > 3,5
maka besar sampel yang digunakan adalah 4 ekor cacing.
Dengan Rumus Federer juga dapat ditentukan besar pengulangan:
Keterangan :
t : jumlah kelompok perlakuan
r : ulangan/replikasi (Purawisastra, 2001)
Penelitian ini menggunakan 7 kelompok perlakuan, maka:
(t-1)(r-1) > 15
(7-1)(r-1) >15
6 r > 21
r > 3,5
Dengan perhitungan tersebut, maka setiap kelompok perlakuan akan
direplikasi sebanyak 4 kali.
(n-1) (t-1) > 15
(n-1)(r-1) > 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) yang berskala rasio.
2. Variabel Terikat
Waktu kematian cacing yang berskala pengukuran variabel terikat
menggunakan skala rasio.
3. Variabel Luar
a. Variabel luar yang dapat dikendalikan
Jenis cacing, konsentrasi larutan uji, suhu ruang penelitian dan ukuran
tubuh cacing.
b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan
Umur cacing, varietas tanaman ekstrak, kepekaan individu cacing.
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Ekstrak daun salam
Ekstrak daun salam adalah ekstrak serbuk daun salam yang diekstraksi
menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 50 % yang hasil
akhirnya berbentuk ekstrak kental dan konsentrasinya dianggap 100%.
Ekstrak daun salam diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian
Terpadu Universitas Gajah Mada.
2. Waktu kematian cacing
Waktu kematian cacing adalah waktu matinya semua cacing dalam
tiap rendaman setelah pemberian perlakuan. Pengamatan dilakukan tiap 1
jam hingga semua cacing mati selama waktu maksimal pengamatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Waktu maksimal pengamatan adalah waktu kematian seluruh cacing pada
kontrol negatif pada penelitian pendahuluan. Cacing yang dianggap mati
adalah cacing yang tidak bergerak atau tidak berespon ketika digerakkan.
3. Variabel luar terkendali
a. Jenis cacing
Jenis cacing yang digunakan adalah Ascaris suum, Goeze yang hidup di
usus babi.
b. Suhu ruangan
Suhu ruangan dikendalikan dengan inkubator bersuhu 370 C.
c. Ukuran tubuh cacing
Ukuran cacing dikendalikan dengan memilih cacing berukuran 20 cm
sampai 35 cm.
4. Variabel luar tak terkendali
a. Umur cacing
Umur cacing merupakan variabel yang tidak dapat dikendalikan.
Pernyataan tersebut disebabkan peneliti tidak dapat mengetahui sejak
kapan cacing hidup di usus babi, serta tidak mengetahui waktu pasti
telur menetas menjadi cacing dewasa.
b. Varietas tanaman ekstrak
Varietas dari spesies tanaman ini merupakan variabel yang tidak
terkendali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c. Kepekaan individu cacing terhadap larutan uji.
Variabel kepekaan cacing dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga
merupakan variabel luar yang tidak terkendali
G. Rancangan penelitian
1. Skema Rancangan Penelitian Pendahuluan
Gambar 3.1 Rancangan penelitian pendahuluan
Direndam dalam larutan Pyrantel
pamoate 5 mg/ml
Direndam dalam larutan NaCl 0,9 %
Direndam dalam larutan uji dengan rentang konsentrasi 40 %, 60 % dan , 80 %
Inkubasi 37oC
Pengamatan tiap 1 jam hingga semua cacing mati
Dicatat lama waktu kematian semua cacing
Hasil yang diperoleh digunakan sebagai acuan
waktu maksimal pengamatan pada penelitian akhir
Hasil yang diperoleh digunakan
sebagai kontrol positif
Hasil digunakan sebagai acuan
pemilihan konsentrasi pada penelitian akhir
Ascaris suum, Goeze
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
2. Skema rancangan penelitian akhir
Gambar 3.2 Rancangan penelitian akhir
Direndam dalam ekstrak daun salam konsentrasi 70%, 75%, 80%, 85%
dan 90%
Inkubasi dengan suhu 37’C
Pengamatan tiap 1 jam hingga semua cacing mati
Dicatat lama waktu kematian semua cacing
Uji Regresi linier
Analisis probit
Direndam dengan NaCl 0,9 %
Direndam dengan larutan Pyrantel pamoat 5 mg/ml
Ascaris suum, Goeze
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
H. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Cawan petri dengan diameter 15cm.
b. Pengaduk kaca.
c. Labu takar.
d. Gelas ukur.
e. Pinset anatomis.
f. Inkubator.
g. Handscoen.
h. Timbangan elektrik
i. Toples.
j. Stopwatch.
k. Penggaris 30 cm.
l. Alat tulis.
m. Pemanas.
n. Kamera digital.
2. Bahan
Bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
a. Cacing Ascaris suum, Goeze.
b. NaCl 0,9 %.
c. Ekstrak daun salam.
d. Pyrantel pamoate 125 mg.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
I. Cara Kerja
1. Pembuatan ekstrak daun salam di LPPT UGM
a. Pemilihan bahan ekstrak
Daun salam didapatkan langsung dari Laboratorium Penelitian dan
Pengujian Terpadu Universitas Gajah Mada.
b. Pembuatan serbuk daun salam
Daun salam dicuci dengan air mengalir yang bertujuan untuk
menghilangkan kotoran. Daun salam kemudian dikeringkan dalam
almari pengering 400C selama 24 jam sampai kering. Kemudian daun
salam diserbuk dengan mesin penyerbuk.
c. Proses ekstraksi
1) Daun Salam dicuci hingga bersih pada air mengalir.
2) Daun salam dikeringkan sehingga kandungan airnya tersisa 10%
saja untuk menghindari kontaminasi bakteri atau jamur sehingga
berbentuk serbuk yag disebut dengan simplisia.
3) Serbuk yang dibutuhkan ditimbang dengan timbangan
4) Serbuk dimasukkan ke dalam wadah tertentu kemudian ditambah
dengan penyari,
5) Serbuk dan penyari tersebut diaduk hingga rata kemudian ditutup
dan dibiarkan selama 5 hari dengan sesekali diaduk
6) Setelah waktu perendaman selesai, campuran disaring
menggunakan kain flannel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
7) Ampas dicuci dengan cairan penyari hingga diperoleh 100 bagian
ekstrak
8) Ekstrak cair disimpan dalam wadah dan diberi label.
9) Cairan ekstrak daun kemudian diuapkan menggunakan rotary
evaporator untuk menghilangkan pelarut sehingga tersisa ekstrak
kental
2. Penentuan konsentrasi larutan uji
Pengenceran dilakukan dengan penambahan NaCl 0.9 % pada ekstrak
kental daun salam dengan konsentrasi 100% yang didapat dari LPPT
UGM.
a. Konsentrasi ekstrak penelitian pendahuluan
Konsentrasi I : 10 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCL 0,9 % =
Larutan ekstrak daun salam 40 % b/v
Konsentrasi II : 15 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCL 0,9 % =
Larutan ekstrak daun salam 60 % b/v
Konsentrasi III : 20 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCL 0,9 % =
Larutan ekstrak daun salam 80 % b/v
b. Konsentrasi ekstrak penelitian akhir
Konsentrasi I : 17,5 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCl 0,9% =
Larutan ekstrak daun salam 70% b/v
Konsentrasi II : 18,75 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCl 0,9% =
Larutan ekstrak daun salam 75% b/v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Konsentrasi III : 20 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCl 0,9% =
Larutan ekstrak daun salam 80% b/v
Konsentrasi IV : 21,25 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCl 0,9% =
Larutan ekstrak daun salam 85% b/v
Konsentrasi V : 22,5 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCl 0,9% =
Larutan ekstrak daun salam 90 % b/v
3. Langkah penelitian
a. Penelitian pendahuluan
1) Lima buah cawan petri disiapkan kemudian diisi larutan NaCl
0,9% 25 ml, 25 ml pirantel pamoat 5 mg/ml dan ekstrak daun salam
dengan konsentrasi 40%, 60%, 80%. Cawan Petri dihangatkan
terlebih dahulu pada suhu 370C di dalam inkubator.
2) Ascaris suum Goeze sebanyak 4 ekor dimasukkan ke dalam cawan
petri.
3) Cawan petri tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 370C.
4) Cacing tersebut disentuh dengan pinset anatomis untuk mengetahui
apakah cacing hidup atau sudah mati, jika sudah tidak bergerak,
maka cacing dinyatakan mati. Pengamatan dilakukan tiap 1 jam.
5) Hasil waktu kematian yang diperoleh kemudian dicatat.
6) Lama waktu yang diperoleh, akan menjadi acuan yang digunakan
pada penelitian akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b. Penelitian akhir
1) 7 buah cawan petri disiapkan, kemudian diisi dengan 25 ml NaCl
0,9 %, 25 ml pirantel pamoat dan ekstrak daun salam dengan
konsentrasi 70%, 75%, 80%, 85% dan 90%.
2) Ascaris suum, Goeze sebanyak 4 ekor dimasukkan ke dalam cawan
petri.
3) Cawan petri tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 370C.
4) Untuk melihat apakah cacing mati atau hidup cacing-cacing
tersebut disentuh dengan pinset anatomis. Jika sudah tidak
bergerak, maka cacing dinyatakan mati. Pengamatan dilakukan tiap
1 jam.
5) Penelitian direplikasi 4 kali.
6) Hasil yang diperoleh dicatat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
J. Teknik Analisis Data Statistik
Data yang diperoleh berupa waktu kematian dianalisis secara
statistik menggunakan regresi linier dan analisis probit.
Uji regresi linier menunjukkan hubungan dan memprediksi nilai
antara 2 variabel numerik. Variabel yang diprediksi adalah variabel terikat
yang dalam penelitian ini adalah waktu kematian, sedangkan yang diukur
adalah variabel bebas yaitu konsentrasi ekstrak daun salam (Sastroasmoro
dan Ismael, 2002).
Analisis probit digunakan untuk mengetahui daya bunuh ekstrak
daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) terhadap Ascaris suum, Goeze
(Matsumura, 1975)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Hasil Penelitian
1. Penelitian Pendahuluan
Tahap penelitian pendahuluan dilakukan dengan mengamati
jumlah cacing Ascaris suum, Goeze yang mati pada kelompok kontrol
positif, negatif, dan kelompok perlakuan. Tahap penelitian pendahuluan
ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak daun salam
(Syzygium polyanthum, Wight) yang dapat membunuh 100% cacing
dengan waktu tercepat. Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight)
dengan konsentrasi tersebut akan menjadi acuan dalam menentukan
konsentrasi ekstrak pada penelitian tahap akhir. Hasil uji pendahuluan
didapatkan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) dengan
konsentrasi 80% dapat membunuh 100% cacing dalam 6 jam. Waktu
kematian cacing pada kontrol negatif larutan NaCl 0,9%, didapatkan hasil
yaitu 96 jam yang kemudian digunakan sebagai waktu maksimal
pengamatan pada penelitin akhir. Waktu kematian pada larutan pirantel
pamoat yang merupakan kontrol positif, digunakan sebagai acuan waktu
kematian cacing dengan intervensi obat antihelmintik Hasil uji
pendahuluan disajikan dalam tabel 4.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tabel 4.1. Hasil pengamatan waktu kematian Ascaris suum,Goeze pada penelitian pendahuluan
Lama Kematian Cacing (Jam)
NaCl 0,9%
Konsentrasi Ekstrak Daun Salam Pirantel Pamoat 5 mg/ml 40% 60% 80%
96 12 10 6 1 96 12 10 6 1
Rerata 96 12 10 6 1
2. Penelitian Akhir
Tahap penelitian akhir dilakukan dengan mengamati waktu
kematian cacing Ascaris suum,Goeze pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan, yaitu ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,
Wight) dengan serial konsentrasi 70%, 75%, 80%, 85% dan 90 %. Dalam
penelitian ini, cacing diamati tiap 1 jam dengan waktu maksimal
pengamatan 96 jam. Data dari hasil penelitian akhir kemudian disajikan
dalam tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil pengamatan waktu kematian cacing Ascaris suum, Goeze pada penelitian akhir Lama Waktu Kematian Ascaris suum,Goeze (Jam)
Replikasi NaCl 0,9%
Ekstrak daun salam Pirantel pamoat 5mg/ml 70% 75% 80% 85% 90%
I 92 10 9 6 5 4 2
II 96 9 8 7 6 3 3
III 100 12 7 6 3 3 3
IV 96 10 8 5 5 2 2 Rerata 96 jam 10 jam
15 menit 8 jam 6 jam 4 jam
45 menit 3 jam 2 jam
30 menit
Data dari Tabel 4.2. dapat dibuat grafik rerata waktu kematian cacing
pada masing-masing kelompok perlakuan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2,534,7568
10,25
96
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
NaCl0,9%
70% 75% 80% 85% 90% Pirantelpamoat
Gambar 4.1. Diagram rerata waktu kematian cacing pada penelitian
akhir
Diagram di atas menjelaskan bahwa ekstrak daun salam (Syzygium
polyanthum,Wight) mulai dari konsentrasi 70% hingga 90%
berpengaruh terhadap waktu kematian Ascaris suum, Goeze. Pengaruh
antihelmintik ini meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi
ekstrak. Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) dengan
konsentrasi tertinggi, yaitu 90%, memiliki efek antihelmintik yang
hampir mendekati obat pirantel pamoat.
Besarnya persentase efek antihelmintik dapat diketahui dengan
membandingkan lama waktu kematian total cacing dalam ekstrak daun
salam (Syzygium polyanthum,Wight) dengan pirantel pamoat. Hasil
perhitungan tersebut disajikan dalam tabel 4.3. Besar persentase daya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Dekstrak (%) = Tpirantel (%) Dpirantel Tekstrak
Keterangan :
D = daya antihemintik
T = waktu kematian semua cacing
Tabel 4.3. Persentase efek antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) dengan pirantel pamoat dengan waktu kematian 2.5 jam
Konsentrasi ekstrak Persentase efek antihelmintik
ekstrak daun salam dengan pirantel pamoat
70% 24,3 % 75% 31,2 % 80% 41,67 % 85% 52,6 % 90% 83,34%
Perhitungan persentase pada tabel 4.3. digunakan untuk melihat
efek antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) dari
persen kematian cacing dalam 2,5 jam dimana pirantel pamoat sebagai
obat standar mampu menyebabkan kematian 100% Ascaris suum,Goeze
sp secara In Vitro. Peningkatan hasil perhitungan persentase, dapat
diartikan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun salam
(Syzygium polyanthum,Wight), efek antihelmintik yang muncul juga
semakin tinggi dan semakin mendekati efek antihelmintik pirantel
pamoat. Persentase efek antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium
polyanthum,Wight) 90% adalah 83,34%. Hal ini berarti konsentrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
ekstrak 90% menyebabkan kematian 83,34% cacing dalam waktu
2,5 jam, dan hasil ini merupakan hasil yang paling mendekati efek
pirantel pamoat pada percobaan ini. Data persentase tabel 4.3. dapat
disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut :
Gambar 4.2. Diagram perbandingan persentase daya antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum, Wight) dengan pirantel pamoat
B. Analisis Data
Hasil penelitian yang berupa waktu kematian cacing, dianalisis dengan
regresi linier dengan menggunakan program komputer statistical product and
Service Solution (SPSS) 17.0 for windows, yang didahului uji normalitas data.
1. Uji normalitas data
Data yang semula berupa waktu kematian. Mula mula dihitung
residualnya, kemudian diuji normalitas datanya menggunakan 1-sample
Kolmogorov-Smirnov. Dari hasil uji normalitas menunjukkan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
significancy sebesar 0,990, dimana jika nilai significancy α > 0,05
memiliki arti H0 diterima yaitu data memiliki distribusi normal.
2. Uji regresi linier
Uji regresi linier digunakan untuk megetahui persamaan garis yang
dibentuk oleh variabel bebas dan terikat, yag dapat mengetahui hubungan
keduanya. Hasil dari tabel “Correlation” merupakan matrik korelasi antara
konsentrasi dan waktu kematian. Dari hasil output di atas dapat diketahui
koefisien korelasi variabel konsentrasi dengan waktu kematian
menunjukkan angka 0,989 bertanda negatif, sig 2-tailed.0,000
Interpretasinya yaitu:
a) Nilai probabilitas atau sig 2-tailed menunjukkan angka 0,000 lebih
kecil dari 0,05. Ini berarti ada korelasi yang signifikan antara variabel
konsentrasi dengan variabel lama kematian cacing.
b) Koefisien korelasi variabel konsentrasi dengan variabel lama kematian
cacing bernilai 0,989 bertanda negatif. Menunjukkan hubungan yang
negatif, sehingga semakin besar konsentrasi ekstrak maka waktu
kematian cacing semakin kecil.
Hasil dari tabel “Model Summary” dapat dibaca pada kotak R
square tampak nilainya 0,977. Hal tersebut mengandung makna bahwa
pengaruh variabel konsentrasi terhadap variabel waktu kematian cacing
adalah 97,7% sedangkan 2,3% dipengaruhi oleh variabel lain selain
varianel konsentrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Dari hasil tabel “ANOVA” diketahui bahwa Ftabel untuk derajat
kemaknaan 0,01 didapatkan sebesar 8,53 dan Fhitung yang diperoleh
adalah 952,961, sehingga Fhitung > Ftabel. Selain itu dari tabel uji Anova
didapatkan nilai probabilitas 0,000 (< 0,05). Kedua hal tersebut
mengandung makna bahwa variasi nilai konsentrasi mempengaruhi lama
kematian cacing.
Pada tabel coefficients didapatkan pada kolom B pada constant (a)
bernilai 93,716 dan pada konsentrasi (b) bernilai -1,086. Nilai R pada
hasil regresi linier pada penelitian ini sebesar 0,989, sedangkan nilai R2
sebesar 0,977.
Dari hasil perhitungan didapatkan persamaan regresinya yaitu:
Y : a + bX
93,716 – 1,086x
Y : Lama kematian cacing
X : Konsentrasi ekstrak daun salam
Persamaan regresi linier di atas dapat disajikan berupa grafik sepeti pada
gambar 4.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
jam
%
100806040200-20
120
100
80
60
40
20
0
-20
Observed
Linear
Gambar 4.3. Grafik persamaan regresi linier antara ekstrak daun salam dan waktu kematian cacing
Kemudian untuk mengetahui daya bunuh ekstrak daun salam
(Syzygium polyanthum, Wight) terhadap Ascaris suum, Goeze dilakukan
uji analisis probit.
3. Analisis Probit
Data yang diperoleh kemudian dilanjutkan dengan analisis probit
untuk mengetahui LC50 dan LT50 ekstrak daun salam, serta LT50 pirantel
pamoat. Hasil analisis sebagai berikut:
a. Lethal concentration 50 (LC50) ekstrak daun salam (Syzygium
polyanthum, Wight)
LC50 adalah konsentrasi yang diperlukan untuk dapat membunuh
50% cacing dalam waktu tertentu. LC50 untuk mengetahui tingkat
efektifitas dosis ekstrak daun salam. Hasil analisis dapat dilihat pada
tabel 4.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tabel 4.4. Hasil analisis probit untuk mengetahul LC50 ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum, Wight)
Persentase Kematian
Konsentrasi ekstrak Daun Salam
Batas bawah (%) Batas atas (%)
10 65,612 56,408 69,838 30 71,691 65,811 74,731
50 76,228 72,547 79,054
70 81,052 78,178 85,547 90 88,561 84,302 99,041
Berdasarkan hasil analisis probit tersebut, didapatkan nilai LC50
ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) berada pada
konsentrasi 76,228% dengan batas bawah 72,547% dan batas atas
79,054%.
b. Lethal Time 50 (LT50)
Analisis probit dilakukan untuk mengetahui perbandingan daya
antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight)
dengan pirantel pamoat dengan cara mencari LT50 dari ekstrak daun
salam yang akan dibandingkan dengan LT50 pirantel pamoat. LT50
adalah waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan kematian 50%
cacing pada konsentrasi tertentu.
Tabel 4.5. Hasil analisis probit untuk mengetahi LT50 ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum Wight)75%
Persentase
kematian(%) Waktu (jam) Batas bawah (jam) Batas atas (jam)
10 1,526 0,919 2,020 30 2,536 1,880 3,068 50 3,604 2,962 4,271 70 5,123 4,321 6,421 90 8,511 6,722 12,829
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Data dari tabel 4.5. dapat disimpulkan bahwa LT50 dari ekstrak
daun salam 75% adalah 3 jam 36 menit dengan batas bawah 2 jam 57
menit dan batas atas 4 jam 16 menit.
Analisis probit juga dilakukan untuk mengetahui LT50 dari
pirantel pamoat. Data hasil analisis probit disajikan dalam tabel 4.6.
Tabel 4.6. Hasil analisis probit untuk LT50 Pirantel pamoat 5mg/ml Persentase
kematian(%) Waktu (jam) Batas bawah (jam) Batas atas (jam)
10 0,670 0,445 0,852 30 0,974 0,741 1,163 50 1,262 1,035 1,471 70 1,634 1,397 1,925 90 2,374 2,005 3,049
Data tabel 4.6. dapat disimpulkan LT50 Pirantel Pamoat adalah
1 jam 15 menit dengan batas bawah 1 jam 2 menit dan batas atas 1 jam
28 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian pendahuluan yang menggunakan larutan NaCl 0,9%
sebagai kontrol negatif, mencerminkan lama hidup cacing Ascaris suum,Goeze di
luar tubuh babi sebagai hospes utamanya tanpa pengaruh antihelmintik. Rerata
waktu kematian pada larutan tersebut adalah 96 jam, sehingga waktu tersebut
ditetapkan sebagai waktu maksimal pengamatan pada penelitian ini dengan
interval pengamatan 1 jam sekali. Uji pendahuluan dilakukan perendaman cacing
pada beberapa konsentrasi ekstrak daun salam, yaitu 40%, 60%, dan 80% yang
bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak yang digunakan sebagai acuan
pada penelitian akhir. Konsentrasi yang dipilih berdasarkan hasil uji pendahuluan
adalah ekstrak daun salam 80% yang memiliki waktu kematian 6 jam yang
merupakan konsentrasi dengan waktu kematian mendekati waktu kematian akibat
kontrol positif, yang dalam penelitian ini adalah pirantel pamoat 5 mg/ml.
Ekstrak daun salam 80% digunakan sebagai acuan dalam pemilihan
konsentrasi ekstrak pada penelitian akhir, dengan interval 5% didapatkan serial
konsentrasi ekstrak 70%, 75%, 80%, 85%, dan 90%. Konsentrasi 100% tidak
digunakan dalam penelitian ini karena bentuknya yang terlalu kental membuat
cacing sulit terendam dan bergerak sehingga meningkatkan kemungkinan
timbulnya bias.
Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan uji regresi linier
untuk memprediksi lamanya waktu kematian cacing yang dipengaruhi konsentrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
ekstrak daun salam. Prediksi waktu kematian cacing oleh ekstrak daun salam
(Syzigium polyanthum,Wight) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
regresi sebagai berikut:
y : a + bx
93,716 – 1,086x
Keterangan :
y : Lama kematian cacing
x : konsentrasi ekstrak daun salam
Analisis regresi linier didapatkan nilai R sebesar 0,989 yang berarti
dapat disimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak daun salam (Syzigium
polyanthum,Wight) memiliki hubungan yang kuat dalam mempengaruhi lamanya
waktu kematian cacing. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun salam, semakin
cepat waktu yang dibutuhkan untuk mematikan cacing Ascaris suum, Goeze. Nilai
R2 sebesar 0,977 menunjukkan bahwa presentase sumbangan pengaruh variabel
konsentrasi ekstrak daun salam terhadap variabel waktu kematian adalah sebesar
97,7% dan sisanya sebesar 2,3 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini.
Hasil analisis probit didapatkan nilai LC50 ekstrak daun salam berada
pada konsentrasi 76,228% dengan batas bawah 72,547% dan batas atas 79,054%.
Artinya pada konsentrasi tersebut, ekstrak daun salam dapat membunuh 50% dari
seluruh cacing gelang uji. Selain itu, dari analisis probit juga diketahui bahwa
LT50 dari ekstrak daun salam 75% adalah 3 jam 36 menit. Angka ini bermakna
bahwa waktu yang dibutuhkan ekstrak daun salam 75% untuk membunuh 50%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
cacing gelang uji adalah 3 jam 36 menit. Hasil ini berbeda jauh dengan LT50
Pirantel pamoat yang bernilai 1 jam 15 menit. Hal ini menunjukkan bahwa
efektifitas antihelmintik ekstrak daun salam lebih rendah dari pirantel pamoat
yang merupakan drug of choice dari askariasis, karena dalam rentang waktu yang
sama pirantel pamoat membunuh lebih banyak cacing dibandingkan ekstrak daun
salam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun salam (Syzigium
polyanthum,Wight) memiliki efek antihelmintik. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa daun salam (Syzigium polyanthum,Wight) memiliki zat aktif
tannin yang berperan dalam efek antihelmintik. Zat aktif tannin ini memiliki efek
yang menyebabkan denaturasi protein tubuh cacing.
Meskipun efek antihelmintik ekstrak daun salam lebih rendah daripada
pirantel pamoat, ekstrak daun salam memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai obat alternatif dalam pengobatan askariasis. Hal ini ditunjukkan dengan
hasil presentase perbandingan daya antihelmintik ekstrak daun salam 90% dengan
pirantel pamoat yang memiliki nilai 83.34%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
waktu 3 jam ekstrak daun salam konsentrasi 90% mampu membunuh 83,34%
cacing dalam rendaman dan dengan ini konsentrasi 90% ekstrak daun salam
merupakan konsentrasi terbaik pada penelitian ini dalam memberikan efek
antihelmintik. Ekstrak daun salam (Syzigium polyanthum,Wight) memiliki
peluang untuk dikembangkan menjadi obat antihelmintik karena efek samping
yang terdapat dalam pirantel pamoat seperti gangguan pencernaan, demam, sakit
kepala mungkin tidak ditemukan pada penggunaan ekstrak daun salam (Syzigium
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
polyanthum,Wight). Selain itu penggunaan pirantel pamoat pada wanita hamil dan
anak usia di bawah 2 tahun tidak dianjurkan dan masih dalam kontroversi.
Beberapa kekurangan pirantel pamoat ini menjadi alasan penelitian ini untuk
dapat dikembangkan lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB VI
PENUTUP
A. SIMPULAN
Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) memiliki efek
antihelmintik yang dapat mempengaruhi waktu kematian Ascaris suum,Goeze
secara In Vitro. Peningkatan konsentrasi ekstrak daun salam berbanding
terbalik dengan waktu kematian cacing. LC50 ekstrak daun salam adalah
76,228% dan LT50 ekstrak daun salam adalah 3 jam 36 menit. Ekstrak daun
salam konsetrasi 90% merupakan konsentrasi optimal dengan efek
antihelmintik 83,34% dibandingkan pirantel pamoat
B. SARAN
1. Pelarut Etanol 70% lebih sering digunakan dalam penelitian, oleh karena
itu perlu dibandingkan penelitian serupa yang membandingkan efektivitas
antihelmintik ekstrak daun salam dengan pelarut etanol 50% dan yang
menggunakan pelarut etanol 70%,
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengisolasi zat tannin dari
daun salam yang kemudian dilakukan uji efek antihelmintik
3. Perlu dilakukan penelitian secara In Vivo setelah tannin dapat diisolasi dari
ekstrak daun salam sehingga dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk
pengobatan askariasis.