EFEKTIVITAS PRE-LECTURE QUIZ DALAM ...digilib.unila.ac.id/60716/20/3. SKRIPSI TANPA BAB...sebanyak 8...
Transcript of EFEKTIVITAS PRE-LECTURE QUIZ DALAM ...digilib.unila.ac.id/60716/20/3. SKRIPSI TANPA BAB...sebanyak 8...
EFEKTIVITAS PRE-LECTURE QUIZ DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR SISWA PADA
MATERI LARUTAN PENYANGGA
(Skripsi)
Oleh
CITRA RAUDA ALZA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2020
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PRE-LECTURE QUIZ DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR SISWA PADA
MATERI LARUTAN PENYANGGA
Oleh
CITRA RAUDA ALZA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas Pre-Lecture Quiz
dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi larutan
penyangga. Metode penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment
dengan pretest-posttest non-equivalent control group design. Populasi penelitian
ini berasal dari semua siswa kelas XI IPA SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung
sebanyak 8 kelas. Diperoleh sampel yang secara clauster random sampling dan
diperoleh sampel kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen (variasi pembelajran
Pre-Lecture Quiz) dan kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontrol (pembelajran Non
Pre-Lecture Quiz). Data dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2010 dan SPSS
17.0. Efektivitas Pre-Lecture Quiz diukur berdasarkan rata-rata n-Gain
keterampilan berpikir lancar, kemudian ukuran besar pengaruh pembelajaran Pre-
Lecture Quiz berdasarkan effect size. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
kelas ekperimen rata-rata nilai n-Gain keterampilan berpikir lancar siswa
berkriteria “tinggi”. Pembelajaran Pre-Lecture Quiz memiliki pengaruh “besar”
Citra Rauda Alza
iii
terhadap peningkatan keterampilan berpikir lancar siswa pada materi larutan
penyangga. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variasi
pembelajaran Pre-Lecture Quiz efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir
lancar pada materi Larutan Penyangga.
Kata kunci: Larutan penyangga, berfikir lancar, Pre-Lecture Quiz.
EFEKTIVITAS PRE-LECTURE QUIZ DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR SISWA PADA
MATERI LARUTAN PENYANGGA
Oleh
CITRA RAUDA ALZA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2020
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro, 09 Maret 1997 sebagai putri kedua dari empat
bersaudara yang merupakan buah hati Bapak A Nizar Alza. dan Ibu Ida Irawati.
Saudara laki-laki bernama Reza Zulfikar Alza dan Saudara perempuan bernama
Salsabila Hananida Alza, Faiza Ramadhani Alza.
Pendidikan formal diawali di Taman Kanak-Kanak Kemala Bhayangkari 24
Metro pada tahun 2003 kemudian dilanjutkan di SD Negeri 1 Metro Pusat
dan selesai pada tahun 2009, lalu jenjang pendidikan menengah pertama di SMP
Negeri 2 Metro lulus pada tahun 2012, dan jenjang pendidikan menengah atas di
SMA Negeri 6 Metro lulus pada tahun 2015.
Pada tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi pendidikan
kimia jurusan pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur
MANDIRI. Selama berkuliah di Universitas Lampung, penulis mengikuti
lembaga kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta
(HIMASAKTA) Pada tahun 2015-2018. Serta aktif dalam Forum Silaturohim
Mahasiswa Pendidikan Kimia (FOSMAKI) Pada tahun 2016-2018.
Pada akhir semester lima, penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Lapangan
(KKL) di Jakarta – Jogjakarta – Solo – Bandung, kemudian pada akhir semester
enam mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA MA’ARIF 06
ix
PASIR SAKTI dan juga Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-
KT) di Desa Mekarsari,Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin, terima kasih kepada Allah SWT yang telah
memberiku kesehatan, kesabaran, ke-tabahan, ridho, dan kesempatan untuk
menyelesaikan skripsi ini dan ku persembahkan karya usaha terbaikku ini
kepada:
Mama (Ida Irawati) dan papa (A Nizar Alza) tercinta yang telah
membesarkanku dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tulus, kesabaran
dan keikhlasan dalam membimbing, mendidik, tak pernah lelah berkorban,
dan memberikan semangat, motivasi serta doa untuk keberhasilan anaknya.
Kakakku : Reza Zulfikar Alza, S.A., dan kakak iparku : Dhini Khatulistiyani,
S.A., serta adik-adikku : Salsabila Hananida Alza dan Faiza Rhamadhani Alza
serta semua keluarga besarku terimakasih untuk doa, motivasi, dukungan yang
tulus, selalu membimbing, dan memberikan semangat tanpa henti untukku.
Teman teristimewaku (dr. Muhammad Irvan Dicky Anggara, S.Ked.) yang
selalu mengingatkan, menguatkan kala suka dan duka serta tulus menyayangi
dengan segala kekuranganku.
Seseorang yang namanya tertulis di lauh mahfudz yang Allah pilihkan
sebagai pendamping hidupku.
Almamater tercinta Universitas Lampung yang telah menjadi tempatku
menimba ilmu dan mendidik serta mengajariku tentang arti kehidupan.
MOTTO
Sometimes something small requires sacrifice, let alone something big then it
needs more strunggle and sacrifice. Because it is not as easy to arrive at this
point and Great things never come from the comfort zone.
(Citra Rauda Alza)
Sometimes the life you complain about is the life that others want.
(Citra Rauda Alza)
They say that failure teaches a person how to succeed. So don’t be afraid not to
try. Once you fail and you will find a success to learn from failure, and there
will always be room for improvement.
(Citra Rauda Alza)
Teaching is leaving a vestige of one self in the development of another. And
surely the student is a bank where you can deposit your most precious treasures.
(Eugene P. Bertin)
SANWACANA Bismillaahirrahmaanirraahim.
Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT
yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Efektivitas Pre-Lecture Quiz Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Lancar Siswa Pada Materi Larutan Penyangga” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Dukungan dan bimbingan dari berbagai
pihak sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini ucapan terimakasih disampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia dan Pembimbing I serta sekaligus Pembimbing Akademik, atas
kesediaannya bimbingan, motivasi, kritik dan saran dalam proses penyusunan
skripsi ini.
4. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si., selaku Pembimbing II, atas kesediaannya
untuk memberikan bimbingan, motivasi, kritik dan saran dalam proses
penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembahas, atas segala kemudahan, motivasi,
dan saran dalam proses penyusunan skripsi.
xiii
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Kimia dan seluruh staf
Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Universitas Lampung, atas ilmu yang telah
diberikan.
7. Kepala Sekolah, dewan guru, dan siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 4 SMA
Al-Azhar 3 Bandar Lampung atas bantuannya selama proses pelaksanaan
penelitian.
8. Sahabat-sahabatku “Alysha”: Melsa, Elis, Angela, Indah, Meliana, Ayu,
Triroh yang selalu mendukung satu sama lain dan telah menampung semua
curhatan isi hati aku selama perkulihan ini.
9. Sahabat-sahabat ku “putri angga inthekost” : Yeni, Tiwi Dan Fitry
terimakasih atas kebersamaan, semangat, motivasi dan waktu terbaiknya
selama ini.
10. Teman setim skripsi (Venny dan Sayyidah), Teman-teman sejawat di
pendidikan kimia angkatan 2015 yang terus bersama-sama berjuang untuk
mencapai kesuksesan dalam menuntut ilmu dan menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, semoga skripsi
ini dapat bermanfaat buat kita semua, Aamiin.
Bandar Lampung, 06 Januari 2020
Penulis,
Citra Rauda Alza
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xviii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas Pembelajaran ............................... 10
B. PLQ (Pre-Lecture Quiz) ...................................................................... 14
C. Model Discovery Learning .................................................................. 17
F. Anggapan Dasar .................................................................................. 30
G. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 30
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 31
B. Data Penelitian .................................................................................... 31
D. Keterampilan Berpikir Kreatif ............................................................. 22
E. Kerangka Pemikiran............................................................................. 26
xv
C. Metode dan Desain Penelitian ............................................................ 32
D. Variabel Penelitian ............................................................................... 33
E. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian .............................. 33
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian.......................................................... 35
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis .................................... 38
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 47
1. Validitas dan Reabilitas Instrumen Tes ........................................ 47
2. Analisis Nilai Pre-Lecture Quiz ................................................... 48
3. Analisis Data Keterampilan Berpikir Lancar Siswa ..................... 52
4. Aktivitas Siswa selama Pembelajaran Berlangsung ..................... 54
5. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 58
B. Pembahasan ......................................................................................... 62
C. Kendala-Kendala yang Dihadapi ......................................................... 80
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 81
B. Saran .................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 83
LAMPIRAN 1. Silabus ......................................................................................................... 87
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................................... 116
3. Lembar Kerja Siswa 1 ................................................................................ 134
4. Lembar Kerja Siswa 2 ................................................................................ 145
5. Lembar Kerja Siswa 3 ................................................................................ 151
6. Lembar Kerja Siswa 4 ................................................................................ 159
7. Lembar Kerja Siswa 5 ................................................................................ 167
8. Soal Pre-Lecture Quiz ................................................................................ 174
9. Kisi-Kisi Soal Pretes-Postes ....................................................................... 176
10. Soal Pretes-Postes ...................................................................................... 180
11. Rubrik Penskoran Pretes-Postes ................................................................ 182
12. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Soal Pretes-Postes ............................ 203
13. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ......................................................... 205
14. Nilai Pre Lecture Quiz Siswa Kelas Eksperimen ...................................... 207
15. Hasil Aktivitas Siswa ................................................................................. 208
xvi
16. Hasil Output Uji Normalitas ...................................................................... 210
17. Hasil Output Uji Homogenitas ................................................................... 211
18. Perhitungan Nilai Pretes, Postes, n-Gain ................................................... 212
19. Hasil Output Uji Independent Sample T-Test ............................................ 214
20. Hasil Output Uji T-Tes .............................................................................. 215
21. Uji Ukuran Pengaruh (Effect Size) ............................................................. 217
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Indikator kemampuan berpikir kreatif ..................................................... 25
2. Desain Penelitian pretest-posttest control group design ......................... 32
3. Kriteria validitas instrumen tes ................................................................ 39
4. Kriteria derajat reliabilitas(r11) ................................................................ 39
5. Kriteria effect size .................................................................................... 46
6. Data hasil uji validitas butir soal pretes dan postes ................................. 48
7. Nilai pre-lecture quiz siswa kelas eksperimen ........................................ 49
8. Rata-rata nilai pretes dan postes keterampilan berpikir lancar siswa
di kelas kontrol dan eksperimen .............................................................. 52
9. Data aktivitas siswa pada kelas eksperimen ........................................... 55
10. Data aktivitas siswa pada kelas kontrol ................................................... 55
11. Data hasil uji normalitas nilai n-Gain pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen ............................................................................................... 58
12. Data hasil uji homogenitas nilai n-Gain kelas kontrol dan eksperimen .. 59
13. Hasil uji Independent Sample T-Test kelas eksperimen dan kelas
kontrol .................................................................................................... 60
14. Hasil uji-t pretes postes kelas eksperimen dan kontrol .......................... 61
15. Data hasil perhitungan effect size pada kelas kontrol dan eksperimen ... 61
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Prosedur pelaksanaan penelitiaan ........................................................... 37
2. Rata-rata nilai PLQ pada kelas eksperimen dari pertemuan
pertama hingga pertemuan keempat ....................................................... 50
3. Jumlah siswa di kelas eksperimen yang mengalami kenaikan nilai,
tidak mengalami kenaikan dan penurunan, dan yang mengalami
penurunan nilai Pre-Lecture Quiz dari pertemuan kedua hingga
keempat .................................................................................................. 51
4. Rata-rata nilai pretes dan postes keterampilan berpikir lancar di
kelas kontrol dan eksperimen ................................................................ 53
5. Rata-rata nilai n-Gain keterampilan berpikir lancar siswa di kelas
kontrol dan eksperimen ......................................................................... 54
6. Rata-rata aktivitas siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
jika dilihat berdasarkan pertemuan 1 hingga pertemuan 4 .................... 57
7. Rata-rata aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung .................. 57
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang zat yang
meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat
yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Oleh karena itu, pembelajaran kimia
harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai sikap, proses dan produk
(Permendikbud, 2014). Pembelajaran Kimia ialah salah satu cabang ilmu
pengetahuan alam yang dianggap sulit oleh siswa (Safitri, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian Royal Institute of Chemistry di Inggris menunjukkan
kebanyakan siswa menyatakan bahwa ilmu kimia itu sukar walaupun menarik.
Hal ini lah yang menyebabkan sebagian besar siswa merasa sulit untuk
mempelajari ilmu tersebut lebih dalam. Sulitnya mempelajari dan menerapkan
ilmu kimia maka ada saja siswa yang menggunakan cara cepat seperti menghafal
untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi (Liew dan Treagust, 1998).
Siswa yang kesulitan memahami materi kimia karena bersifat abstrak. Kesulitan
tersebut dapat membawa dampak yang kurang baik bagi pemahaman siswa
mengenai berbagai konsep kimia, karena pada dasarnya fakta-fakta yang bersifat
abstrak merupakan penjelasan bagi fakta-fakta dan konsep konkret. Menurut hasil
belajar siswa SMA/ sederajat masih rendah dalam hal pencapaian nilai kriteria
2
ketuntasan minimal (KKM 75), terutama untuk mata pelajaran kimia
(Wasonowati, Redjeki, & Sri, 2014).
Kenyataannya, guru masih membelajarkan konsep-konsep kimia dengan
menanamkan konsep secara verbal, latihan-latihan mengerjakan soal, dan kegiatan
praktikum sangat jarang dilakukan (Sunyono, 2015). Hal tersebut menandakan
bahwa guru kimia kurang memperhatikan karakteristik ilmu kimia dalam
pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia di SMA Al-Azhar 3 Bandar
Lampung Tahun 2018-2019 diperoleh informasi bahwa guru masih
menggunakan model berpusat pada guru (teacher centered learning). Kegiatan
pembelajaran seperti ini hanya melibatkan siswa sebagai pendengar dan
pencatat sehingga menjadikan siswa kurang aktif, kreatif dan kurang dapat
mengeksplorasi pengetahuannya serta mengemukakan pendapat atau
gagasannya. Hal ini menyebabkan siswa tidak peka terhadap masalah yang
dihadapi khususnya materi kimia.
Hasil wawancara juga diketahui bahwa para siswa lebih senang apabila guru
menerangkan materi yang sedang dipelajari. Fakta ini tentunya tidak sejalan
dengan tuntutan Kurikulum 2013 yang mengharuskan adanya keaktifan dan
kekreatifan siswa dalam belajar. Siswa akan aktif dan kreatif hanya pada
materi-materi tertentu yang menurut siswa menarik; contohnya pada materi
koloid, sedangkan pada materi yang menarik siswa akan cenderung pasif dan
lebih suka apabila guru yang menerangkan; contohnya pada materi larutan
penyangga.
3
Sumber belajar khususnya mata pelajaran kimia yang digunakan adalah pan-
duan belajar yang memuat ringkasan materi dan uji kompetensi diri siswa
dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS), namun LKS hanya digunakan dalam
proses tanya jawab saja. Pada proses pembelajaran, demonstrasi atau
eksperimen hanya dilakukan sesekali saja dan pada materi kimia tertentu saja
sehingga, ilmu kimia yang merupakan bagian dari sains sebagai proses, sikap
dan teknologi belum tercapai. siswa tidak diberikan stimulus lebih untuk dapat
berpikir secara logis dengan mengembangkan kemampuan berpikir secara
ilmiah akibatnya, siswa tidak dapat menemukan dan memahami konsep kimia.
Dengan demikian, perlu dicari sebuah metode pembelajaran yang dapat mem-
buat siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar agar dapat mengembangkan
kompetensi dalam dirinya yang diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan
masa depan. Variasi pembelajaran yang cocok salah satunya yaitu dengan
menggunakan Pre-Lecture Quiz.
Pembelajaran dengan menggunakan Pre-Lecture Quiz merupakan sebuah
variasi pembelajaran dengan adanya pengaruh kuis yang diberikan kepada
siswa sebelum menerima pembelajaran sehingga berguna untuk mengetahui
kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran. Kuis ini didasarkan dari Pre-
Lecture Resources. Pre-Lecture Resources are any activity a student might
do in preparation for your lecture. This could take the form of reading
a textbook extract or Word document, listening to a podcast, performing
an online activity or completing a quiz. Pre-Lecture Quiz ini merupakan
salah satu aktivitas siswa dalam persiapan sebelum pembelajaran berupa
pengerjaan kuis. Dalam penelitian terdahulu diperoleh data berupa data
4
pengetahuan awal, data motivasi belajar siswa, baik awal maupun akhir, dan
prestasi belajar siswa (Idayu, 2017).
Menurut hasil penelitian yang menyatakan bahwa penerapan PLQ pada
pembelajaran kimia untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa
ternyata berhasil yaitu dengan adanya perbedaan motivasi belajar kimia siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan nilai signifikan p = 0,026. Terdapat
perbedaan prestasi belajar kimia antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
dengan nilai Fhitung (4,259) > Ftabel (4,034), p = 0,044 (Fitri Lestari, 2017).
Berdasarkan fakta tersebut, perlu upaya guru untuk memperbaiki model dan
variasi pembelajaran agar siswa terlatih aktif dan berpikir kreatif khususnya
meningkatkan kemampuan berpikir lancar, sehingga saat pembelajaran siswa
lebih aktif dan kreatif. Salah satu upaya tersebut yaitu digunakan model discovery
learning.
Menurut hasil penelitian yang menyatakan bahwa model discovery learning
adalah suatu tipe pembelajaran dimana siswa membangun pengetahuan mereka
sendiri dengan mengadakan suatu percobaan dan menemukan sebuah prinsip dari
hasil percobaan tersebut (Rohim, 2012). Model pembelajaran discovery learning
adalah model pembelajaran yang direkomendasikan oleh kurikulum 2013. Pada
model pembelajaran discovery learning memiliki beberapa kelebihan, yaitu
menambah pengalaman siswa dalam belajar, memberikan kesempatan siswa untuk
lebih dekat dengan sumber pengetahuan, menggali kreatifitas siswa, mampu
meningkatkan rasa percaya diri pada siswa, dan meningkatkan kerjasama antar
siswa. Hal tersebut didukung berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah di-
5
lakukan dengan menerapkan model discovery learning (Putrayasa, Syahruddin, &
Margunayasa, 2014). Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa discovery
learning untuk mengembangkan cara belajar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif
pada materi larutan penyangga menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir
kreatif siswa pada materi larutan penyangga.
Sesuai dengan Permendikbud No.59 tentang kerangka dasar dan struktur
kurikulum sekolah menengah atas/madrasah aliyah, Salah satu upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran
yang melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran yaitu model discovery
learning . Model discovery learning adalah suatu model untuk mengem-
bangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki
sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan,
tidak akan mudah dilupakan siswa (Hosnan, 2014).
Mengingat bahwa masing-masing siswa memiliki gaya belajar yang berbeda,
maka variasi pembelajaran dan model pembelajaran tersebut memberikan
kesempatan kepada para siswa untuk menggali konten (materi) dengan meng-
gunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen
secara kolaboratif. Dengan pembelajaran ini siswa diharapkan dapat mengem-
bangkan keterampilan berfikir dan menjadi pelajar yang mandiri sehingga prestasi
belajar meningkat Pada model pembelajaran discovey learning ini yang
ditekankan dalam proses belajar mengajar yaitu pada keterampilan siswa berpikir
kreatif.
6
Keterampilan berpikir kreatif yang dimiliki dapat membantu siswa untuk
mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, mengerti konsep dasar
dan ide-ide lebih baik, dan belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar yang ada di kimia. Keterampilan berpikir kreatif memiliki lima indikator
kemampuan yaitu indikator kemampuan berpikir lancar (fluency), indikator
kemampuan berpikir luwes (flexibility), indikator kemampuan berpikir orisinil
(originality), indikator kemampuan elaboratif (elaboration), dan indikator
kemampuan berpikir evaluatif (evaluation) (Munandar, 2009).
Pada penelitian kali ini, peneliti ingin meneliti keterampilan kreatif siswa kelas XI
IPA di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung yaitu berfikir lancar (fluency).
Keterampilan berpikir lancar merupakan keterampilan berpikir kreatif dengan
indikator menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada, mempunyai banyak
gagasan mengenai suatu masalah, lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya,
bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain dan dapat dengan
cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi (Munandar,
2014). Keterampilan berpikir lancar ini dapat dijadikan saran agar siswa dapat
mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban.
Keterampilan lancar ini dapat dilatih dengan model pembelajaran discovery
learning pada langkah kedua sampai keenam (Hasanah, 2018).
Penelitian yang dilakukan Murdiandari (2015) menunjukkan bahwa pembelajaran
materi laju reaksi menggunakan model discovery learning efektif dalam
meningkatkan keterampilan berpikir lancar siswa. Penelitian yang dilakukan
Indriani (2017) menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran discovery
7
learning praktis, efektif, dan berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan
berpikir lancar pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Penelitian yang
dilakukan Fitri (2017) menyimpulkan bahwa Penggunaan Multiple Representasi
model discovery learniung efektif dalam meningkatkan keterampilan fleksibel
pada materi larutan penyangga. Penelitian yang dilakukan Putri (2017)
menyimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning dikatakan praktis dan
efektif dalam meningkatkan efikasi diri dan penguasaan konsep siswa serta
memiliki ukuran pengaruh yang besar.
Berdasarkan uraian diatas, maka akan perlu dilakukan penelitian untuk me-
ningkatkan keterampilan berpikir lancar pada materi larutan penyangga dengan
judul ” Efektivitas Pre-Lecture Quiz dalam Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Lancar Siswa Pada Materi Larutan Penyangga”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimana efektivitas Pre-Lecture Quiz dalam meningkatkan keterampilan
berpikir lancar siswa pada materi larutan Penyangga?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan efektivitas Pre-Lecture Quiz dalam meningkatkan keterampilan
berpikir lancar siswa pada materi larutan penyangga.
8
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa
Dapat meningkatkan keterampilan berpikir lancar siswa pada materi larutan
penyangga.
2. Bagi guru dan calon guru
Sebagai salah satu media pembelajaran dan referensi guru dalam menunjang
pembelajaran larutan penyangga.
3. Sekolah
Pre-lecture quiz dapat menjadi alternatif dalam meningkatkan mutu pembela-
jaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar peneitian ini mencapai sasaran sebagai mana yang telah dirumuskan, maka
ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata efektivitas memiliki
persamaan dengan kata pengaruh, sehingga uji efektivitas dapat dilakukan
dengan uji pengaruh.
2. Penggunaan variasi pembelajran pre lecture quiz digunakan sebelum
pembelajaran dimulai.
3. Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah materi Larutan Penyangga.
4. Langkah-langkah model discovery learning menurut Syah (Anonim, 2013)
yaitu (1) pemberian rangsangan (stimulation); (2) identifikasi masalah
9
(problem statement); (3) pengumpulan data (data collection); (4) pengolahan
data (data collection); (5) pembuktian (verification); (6) menarik kesimpulan
(generalization).
5. Keterampilan berpikir kreatif yang akan diteliti, meliputi keterampilan
berpikir lancar (fluency), luwes (flexibelity), orisinal (originalities) dan
memerinci (elaborate), dan evaluatif (evaluation).
6. Ukuran pengaruh (effect size) ditentukan dengan nilai t dan uji effect size
terhadap variasi pembelajaran pre-lecture quiz dalam meningkatkan
keterampilan berpikir lancar siswa pada materi larutan penyangga
(Jahjouh, 2014).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil. Efe-
ktivitas menunjukkan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha yang dikata-
kan efektif jika usaha itu mencapai tujuannya. Di dalam kamus bahasa Indo-
nesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efektif, pe-
ngaruh atau akibat, atau efektif juga diartikan dengan memberikan hasil yang
memuaskan. Secara ideal taraf efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuran-
ukuran yang pasti. Efektivitas merupakan keadaan yang menunjukkan sejauh
mana apa yang direncanakan dapat tercapai, semakin banyak rencana yang
dapat dicapai semakin efektif pada kegiatan tersebut. Penyediaan kesempatan
belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu
siswa dalam memahami isi materi yang sedang dipelajari.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi efektivitas ada-
lah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur,
membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tinda-
kan. Menurut Sunyono (2013), model pembelajaran dikatakan efektif bila
siswa dilibatkan secara aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubu-
11
ngan dan informasi-informasi yang diberikan, dan tidak hanya secara pasif
menerima pengetahuan dari guru.
Keefektivan model pembelajaran sangat terkait dengan pencapaian tujuan
suatu proses pembelajaran. Model pembelajaran dapat dikatakan efektif
bila peserta didik dilibatkan secara aktif dalam mengorganisasi dan mene-
mukan hubungan serta informasi-informasi yang diberikan dan tidak hanya
secara pasif menerima pengetahuan dari guru/dosen. Indikator keefektivan
meliputi: 1) pencapaian tujuan pembelajaran dan ketuntasan belajar peserta
didik, 2) pencapaian aktivitas peserta didik dan guru/dosen, 3) pencapaian
kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran, 4) peserta didik mem-
beri respon positif dan minat yang tinggi terhadap pembelajaran yang
dilaksanakan (Nieveen, 2013).
Proses untuk mencapai tujuan tersebut harus memperhatikan beberapa faktor,
salah satunya adalah efektivitas dalam pembelajaran. Efektivitas adalah ke-
tepat gunaan, hasil guna, menunjang tujuan. Efektivitas dapat diartikan
sebagai tindakan keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan tertentu yang
dapat membawa hasil belajar secara maksimal. Keefektifan proses
pembelajaran berkenaan dengan jalan, upaya teknik dan strategi yang
digunakan dalam mencapai tujuan secara optimal, tepat dan cepat (Sudjana,
2013).
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas, dapat dikatakan bahwa
efektivitas pembelajaran merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai dari
suatu metode pembelajaran yang diterapkan yang sesuai dengan tujuan pem-
12
belajaran. Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa dilibatkan secara
aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubungan dan informasi-informa-
si yang diberikan, dan tidak hanya secara pasif menerima pengetahuan dari
guru (Sudjana, 2014).
Keefektifan dapat dilihat dari optimalnya teknik dan strategi yang digunakan
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan uji t pihak kanan (Sugiyono,
2015) dimana fungsinya untuk menguji salah satu indikator efektif yaitu
mengenai rata-rata nilai post-test kemampuan berpikir kreatif. Uji signifikansi
digunakan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan kemampuan
berpikir kreatif yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
(Arikunto, 2015) akan tetapi, signifikasi statistik tidak memberikan informasi
yang cukup berarti terkait dengan besarnya perbedaan atau korelasi.
Signifikasi statistik hanya menggambarkan besarnya kemungkinan munculnya
statistik dengan nilai tertentu dalam suatu distribusi (Olejnik dan Algina,
2015). Perbedaan atau korelasi yang kecil dapat memiliki nilai p yang kecil,
berarti signifikan, hanya dengan mengujinya dalam sampel yang besar. Effect
size juga dapat dianggap sebagai ukuran mengenai kebermaknaan hasil
penelitian dalam tataran praktis (Santoso, 2016).
Keefektifan proses pembelajaran berkenaan dengan jalan, upaya teknik dan
strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara optimal, tepat dan
cepat. ”Efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok,
tercapainya tujuan, ketepatan waktu, adanya partisipasi aktif dari anggota”.
Pembelajaran dikatakan efektif apabila dalam proses pembelajaran setiap
13
elemen berfungsi secara keseluruhan, peserta merasa senang, puas dengan
hasil pembelajaran, membawa kesan, sarana atau fasilitas memadai, materi dan
metode affordable, guru professional (Hamalik, 2016).
Model pembelajaran yang berkualitas harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1. Validitas: validitas model pembelajaran dapat dilihat dari tingkat validitas
isi menurut ahli dan juga harus memenuhi validitas konstruk. Validitas isi
oleh para ahli mencerminkan rasional teoritik, sedangkan validitas kon-
struk, mengukur apakah semua komponen dalam model secara konsisten
saling berkaitan.
2. Kepraktisan: kepraktisan suatu model pembelajaran merupakan salah satu
kriteria kualitas model yang ditinjau dari hasil penilaian pengamat ber-
dasarkan pengamatannya selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
Suatu model pembelajaran dikatakan memiliki kepraktisan yang tinggi,
bila pengamat berdasarkan pengamatannya menyatakan bahwa tingkat
keerlaksanaan penerapan model dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas
termasuk ke dalam kategori tinggi. Keterlaksanaan model dalam pelak-
sanaan pembelajaran dapat ditinjau dari keterlaksanaan sintak, keterlaksa-
naan sistem sosial, dan keterlaksanaan prinsip reaksi pengelolaan dengan
sistem pendukung yang tersedia.
3. Keefektivan: keefektivan model pembelajaran sangat terkait dengan pen-
capaian tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dikatakan efektif bila
peserta didik dilibatkan secara aktif dalam mengorganisasi dan menemu-
kan hubungan dan informasi-informasi yang diberikan dan tidak hanya
14
secara pasif menerima pengetahuan dari guru/dosen. Indikator keefektivan
meliputi:
a. Pencapaian tujuan pembelajaran dan ketuntasan belajar peserta didik.
b. Pencapaian aktivitas peserta didik dan guru/dosen.
c. Pencapaian kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran.
d. Peserta didik memberi respon positif dan minat yang tinggi terhadap
pembelajaran yang dilaksanakan (Nieveen, 2013).
B. PLQ (Pre-Lecture Quiz)
Pre-Lecture Quiz (PLQ) merupakan penerapan kuis yang diberikan kepada siswa
sebelum menerima pembelajaran sehingga berguna untuk mendiagnosa kesiapan
siswa dalam menerima pembelajaran. Tujuan penggunaan kuis yakni dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, memberi motivasi siswa agar sebelum
dilakukan proses belajar mengajar siswa membaca materi terlebih dahulu, dan
mendiagnosa kesiapan siswa sebelum memulai pembelajaran. Aktivitas
penugasan membaca sebelum materi pelajaran diajarkan dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Siswa akan lebih giat lagi
belajar kalau tahu akan diadakan kuis, sesuai dengan pendapat Sadirman (1992)
bahwa para siswa akan lebih giat belajar kalau mengetahui akan ada kuis.
Kuis tersebut dapat disebut sebagai pretes sebelum pembelajaran berlangsung.
Pemberian kuis mempunyai arti dan tujuan sendiri bagi siswa. Pretes sering kali
dijadikan instrumen andalan untuk mengukur tingkat pencapaian siswa dalam
menguasai suatu materi pelajaran (Purnama, 2008). Kuis ini didasarkan dari Pre-
15
Lecture Resources. Pre-Lecture Resources merupakan kegiatan yang dilakukan
sebagai kesiapan sebelum menerima pembelajaran, yang dapat dilakukan berupa
membaca buku teks, melakukan aktivitas online, atau dapat juga dilakukan
dengan pemberian kuis (Seery, 2010). Jadi, PLQ ini merupakan salah satu
aktivitas siswa dalam persiapan sebelum pembelajaran berupa pengerjaan kuis
yang bertujuan untuk meningkatkan kesiapan siswa dalam menguasai materi
sebelum pembelajaran.
Konsep dari PLQ didasarkan pada teori beban kognitif, yang menjelaskan bahwa
pembelajaran merupakan proses untuk memperoleh dan menyimpan informasi
baru. Peranan kuis dalam pembelajaran antara lain untuk mengetahui penguasaaan
siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Kuis yang diberikan secara kontinu
dapat meningkatkan prestasi belajar, hal ini karena siswa akan berusaha aktif dan
belajar lebih tekun untuk mendapatkan nilai yang baik. Pemberian tugas kuis atau
pretes mempunyai arti dan tujuan sendiri bagi siswa. PLQ memiliki kelebihan
yaitu pertama, penerapan PLQ dapat membuat siswa lebih termotivasi untuk
belajar kimia sehingga prestasi belajarnya juga akan ikut meningkat. Kedua,
penerapan PLQ dapat membuat siswa lebih siap untuk belajar kimia. Kesiapan
atau readiness menurut Jamies Drever adalah: Preparedness to respond or react.
Oleh karena itu, penerapan PLQ yang dapat membuat siswa lebih siap untuk
belajar kimia sehingga akan membuahkan hasil belajar yang lebih baik. Ketiga,
penerapan PLQ sebagai penunjuk arah dalam belajar kimia. Motivasi pada
dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu,
termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Keempat, siswa yang mengisi
waktu sebelum pembelajaran dengan penerapan PLQ akan mendapatkan hasil
16
yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak menerapkan PLQ. Kelima,
siswa yang menerapkan PLQ sebelum pembelajaran juga dinilai menerima
pembelajaran lebih jelas dan lebih terorganisir.
Pembelajaran dengan menggunakan Pre-Lecture Quiz merupakan pembelajar-
an dengan adanya pengaruh kuis yang diberikan kepada siswa sebelum me-
nerima pembelajaran sehingga berguna untuk mengetahui kesiapan siswa
dalam menerima pembelajaran. Kuis ini didasarkan dari Pre-Lecture
Resources. Pre-Lecture Resources are any activity a student might do in
preparation for your lecture. This could take the form of reading a
textbook extract or Word document, listening to a podcast, performing an
online activity or completing a quiz. Pre-Lecture Quiz ini merupakan
salah satu aktivitas siswa dalam persiapan sebelum pembelajaran berupa
pengerjaan kuis. Dalam penelitian ini diperoleh data berupa data pengetahuan
awal, data motivasi belajar siswa, baik awal maupun akhir, dan prestasi
belajar siswa (Idayu, 2017).
Berdasarkan penelitian yang menyatakan bahwa penerapan PLQ pada
pembelajaran kimia untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa
ternyata berhasil yaitu dengan adanya perbedaan motivasi belajar kimia siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan nilai signifikan p = 0,026. Terdapat
perbedaan prestasi belajar kimia antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan
nilai Fhitung (4,259) > Ftabel (4,034), p = 0,044 (Fitri Lestari, 2017).
17
C. Model Discovery learning
Menurut Suryosubroto (2009), model pembelajaran discovery learning adalah
salah satu model mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah,
dengan alasan sebagai berikut:
1. model pembelajaran discovery learning dapat digunakan untuk mengem-
bangkan cara belajar siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran
2. model pembelajaran discovery learning merupakan model pembelajaran di-
mana siswa sendiri yang menemukan dan menyelidiki konsep suatu materi,
sehingga hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan dan tak mudah
dilupakan siswa
3. konsep suatu materi yang ditemukan oleh siswa sendiri merupakan konsep
yang sangat dikuasai dan mudah digunakan dalam aplikasi konsep lainnya.
4. melalui model pembelajaran penemuan, siswa belajar menguasai metode
ilmiah yang akan dapat dikembangkan sendiri
5. melalui model penemuan ini juga, siswa terlatih dalam berpikir menganalisis
dan mencoba memecahkan masalah yang dihadapi sendiri; kebiasaan ini akan
diterapkan dalam kehidupan nyata.
Konsep dasar model pembelajaran discovery learning ini yaitu siswa didorong
belajar dengan diri mereka sendiri, sebagian besar melalui keterlibatan aktif
mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong
siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri dengan didukung
18
pengalaman-pengalaman serta menghubungkan pengalamannya dengan konsep-
konsep yang mereka pelajari dibawah bimbingan guru (Irham, 2010).
Menurut Djamarah (2010) definisi model discovery learning adalah proses
belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru
menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final, tetapi siswa diberi peluang
untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan menggunakan teknik
pemecahan masalah.
Model discovery learning memiliki kelebihan yaitu:
1. hasil belajar dengan discovery learning lebih mudah dihapal dan diingat
2. dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah karena
menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer
3. pengetahuan dan kecakapan siswa dapat menumbuhkan motivasi intrinsik,
karena siswa merasa puas atas kegiatan belajarnya sendiri
4. mendorong keterlibatan keaktifan siswa
5. Melatih siswa belajar mandiri.
Selain mempunyai kelebihan, model pembelajaran discovery learning juga
mempunyai kelemahan yaitu:
1. menyita waktu yang cukup banyak karena guru dituntut mengubah kebiasaan
mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, mo-
tivator, dan pembimbing
2. apabila pembelajaran kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjurus
kepada kekacauan dan kekaburan/ketidakjelasan atas materi yang dipelajari
tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini.
19
Model discovery learning menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Hal ini membuat siswa lebih aktif dalam belajar dan mencari materi sendiri
sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dibandingkan dengan model
pembelajar-an konvensional (Tumurun, 2012). Melalui pelaksanaannya,
pembelajaran ini mendorong siswa untuk menemukan suatu konsep secara
terbimbing dari guru. Secara tidak langsung, pembelajaran ini mengarahkan daya
nalar siswa untuk memahami sesuatu sesuai dengan bimbingan guru yang
biasanya dituangkan dalam suatu lembar kerja siswa (Jayanto, 2013).
Model pembelajaran discovery learning mengarahkan peserta didik untuk me-
mahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai
kepada suatu kesimpulan. Penemuan konsep tidak disajikan dalam bentuk akhir,
tetapi peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dan
dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau
mengonstruksi apa yang mereka ketahui dan pahami dalam suatu bentuk akhir.
Hal tersebut terjadi bila peserta didik terlibat, terutama dalam penggunaan proses
mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Langkah-langkah pada tahap pelaksanaan dalam mengaplikasikan model
discovery learning di kelas, berdasarkan Permendikbud No. 59 tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah ada beberapa
langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, secara
umum sebagai berikut (Permendikbud, 2014).
20
1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menim-
bulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi gene-
ralisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru
dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu siswa untuk melakukan eksplorasi. Pemberian stimulasi dapat
menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-perta-
nyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong
eksplorasi. Seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi
stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi
dapat tercapai.
2. Problem statement (identifikasi masalah) dan merumuskan hipotesis
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian pilih salah satu masalah dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis
(jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Memberikan kesempatan siswa
untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasasalahan yang mereka hadapi,
merupakan teknik yang berguna dalam membangun pemahaman siswa agar
terbiasa untuk menemukan masalah.
21
3. Data collection (pengumpulan data).
Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis, dengan memberi kesempatan siswa mengumpulkan
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wa-
wancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan
sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan
demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan
pengetahuan yang telah dimiliki.
4. Data processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan seba-
gainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila
perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu. Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ katego-
risasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari
generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang
alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara
logis.
5. Verification (pembuktian)
Tahap ini siswa memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan
22
dengan hasil data yang telah diolah. Verifikasi bertujuan agar proses belajar
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil peng-
olahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang
telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak,
apakah terbukti atau tidak.
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi adalah proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan
prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama,
dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, pe-
nentuan dan inferring. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan
discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating conceps and
principles in the mind. Penggunaan discovery learning, ingin mengubah kondisi
belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif, pembelajaran yang teacher oriented
ke student oriented, dan mengubah modus ekspository siswa hanya menerima
informasi dari guru ke modus discovery siswa menemukan informasi sendiri
(Suryobroto, 2015).
D. Keterampilan Berpikir Kreatif
Terdapat empat tahap dalam berpikir kreatif, yaitu; (1) Exploring
mengidentifikasi hal-hal apa saja yang ingin dilakukan dalam kondisi yang ada
23
pada saat ini; (2) Inventing, melihat atau mereview berbagai alat, teknik, dan
metode yang telah dimiliki yang mungkin dapat membantu dalam menghilang-
kan cara berpikir yang tradisional; (3) Choosing, mengidentifikasi dan memilih
ide-ide yang paling mungkin untuk dilaksanakan; (4) Implementing, bagaimana
membuat suatu ide dapat diimplementasikan (Istianah, 2013).
Menurut Jufri (2013) mengemukakan bahwa berpikir kreatif adalah proses
berpikir yang menghasilkan gagasan asli, konstruktif, dan menekankan pada aspek
intuitif serta rasional. Menurut Evans (2013), pemikiran kreatif akan membantu
seseorang untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan pemecahan masalah dan
hasil pengambilan keputusan yang dibuat. Menurut Siswono (2014) berpikir
kreatif adalah proses mental yang digunakan individu untuk memunculkan ide
serta gagasan yang baru.
Komponen berpikir kreatif menurut Saeki, Fan & Dusen. (2014) Berpikir kreatif
mencakup pemahaman bagian yang tidak lengkap, kesenjangan dalam intuitif
mendapatkan pengetahuan, masalah dan kesulitan, menduga kesenjangan,
kesulitan dan masalah, mengatur hipotesis, menguji hipotesis, membandingkan
hasil tes, mengatur dan mengevaluasi hipotesis baru jika diperlukan dan terakhir
menjelaskan hasil akhir.
Pengukuran kemampuan berpikir kreatif diawali oleh Dr. E. Paul Torrance karena
mengembangkan Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT). TTCT terdiri atas
tiga kegiatan yaitu mengkonstruksi gambaran masalah, membuat penyelesaian
masalah, serta mengungkapkan ulang gagasan-gagasan orang lain dan menyem-
purnakannya. Ada empat indikator yang diukur dalam berpikir kreatif yaitu:
24
a. Fluency, yaitu kemampuan untuk menghasilkan sejumlah gambaran tentang
masalah serta ide-ide yang relevan sebanyak mungkin.
b. Flexibility, yaitu kemampuan untuk memberikan gagasan dalam kondisi-
kondisi yang berbeda.
c. Originality, yaitu kemampuan untuk memberikan respon atau gagasan yang
unik serta menghasilkan ide-ide yang tidak biasa atau jarang terjadi dan
tidak dangkal.
d. Elaboration, yaitu kemampuan untuk menambahkan subjek, mengem-
bangkan,memperkaya serta menguraikan ide-ide yang ada (Torrance, 2015).
Terdapat 5 aspek berpikir kreatif yaitu. (1) Kreativitas berkaitan erat antara
keinginan dan usaha. Untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif memerlukan
usaha. (2) Kreativitas menghasilkan sesuatu yang berbeda dari yang telah ada.
Orang yang kreatif berusaha mencari sesuatu yang baru dan memberikan
alternatif terhadap sesuatu yang telah ada. Pemikir kreatif tidak pernah puas
terhadap apa yang telah ditemukan. Mereka selalu ingin menemukan sesuatu
yang lebih baik dan lebih efisien. (3) Kreativitas lebih memerlukan evaluasi
internal dibandingkan eksternal. Pemikir kreatif harus percaya pada standar
yang telah ditentukan sendiri. (4) Kreativitas meliputi ide yang tidak dibatasi.
Pemikir kreatif harus bisa melihat suatu masalah dari berbagai aspek (sudut
pandang) dan menghasilkan solusi yang baru dan tepat, dan (5) Kreativitas
sering muncul pada saat sedang melakukan sesuatu. Kemampuan berpikir
kreatif berkenaan dengan kemampuan menghasilkan atau mengembangkan
25
sesuatu yang baru, yaitu sesuatu yang tidak biasa yang berbeda dari ide-ide
yang dihasilkan kebanyakan orang (Muzaki, 2015)
Munandar (Afifah, 2016) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif
sebagai dasar untuk mengukur kreativitas peserta didik seperti terlihat dalam
Tabel 1.
Tabel 1. Indikator kemampuan berpikir kreatif
Pengertian Indikator
Berpikir Lancar (Fluency)
1. Mencetuskan banyak gagasan,
jawaban, penyelesaian masalah
atau jawaban.
2. Memberikan banyak cara atau
saran untuk melakukan berbagai
hal.
3. Selalu memikirkan lebih dari
satu jawaban
a. Mengajukan banyak pertanyaan.
b. Menjawab dengan sejumlah
jawaban jika ada.
c. Mempunyai banyak gagasan
mengenai suatu masalah.
d. Lancar mengungkapkan
gagasan-gagasannya.
e. Bekerja lebih cepat dan
melakukan lebih banyak dari
orang lain.
f. Dapat dengan cepat melihat
kesalahan dan kelemahan dari
suatu objek atau situasi.
Berpikir Luwes (Flexibility)
1. Menghasilkan gagasan, jawab-
an, atau pertanyaan yang
bervariasi.
2. Dapat melihat suatu masalah
dari sudut pandang yang
berbeda.
3. Mencari banyak alternatif atau
arah yang berbeda.
4. Mampu mengubah cara
pendekatan atau pemikiran.
a. Memberikan bermacam-macam
penafsiran terhadap suatu
gambar, cerita atau masalah.
b. Menerapkan suatu konsep atau
asas dengan cara yang berbeda-
beda.
c. Jika diberikan suatu masalah
biasanya memikirkan bermacam-
macam cara untuk
menyelesaikannya.
26
Lanjutan Tabel 1 Indikator berpikir kreatif
Berpikir Orisinil (Originality)
1. Mampu melahirkan ungkapan
yang baru dan unik.
2. Memikirkan cara-cara yang tak
lazim untuk mengungkapkan
diri.
3. Mampu membuat kombinasi-
kombinasi yang tak lazim dari
bagian-bagian atau unsur-unsur
a. Memikirkan masalah-masalah
atau hal yang tidak terpikirkan
orang lain.
b. Mempertanyakan cara-cara yang
lama dan berusaha memikirkan
caracara yang baru.
c. Memilih cara berpikir lain dari
pada yang lain.
Berpikir Elaboratif (Elaboration)
1. Mampu memperkaya dan
mengembangkan suatu gagasan
atau produk.
2. Menambah atau merinci detail-
detail dari suatu objek, gagasan
atau situasi sehingga menjadi
lebih menarik
a. Mencari arti yang lebih
mendalam terhadap jawaban atau
pemecahan masalah dengan
melakukan langkah-langkah
yang terperinci.
b. Mengembangkan atau memper-
kaya gagasan orang lain.
c. Menambah garis-garis,
warnawarna, dan detail-detail
(bagian-bagian) terhadap
gambaranya sendiri atau gambar
orang lain.
Berpikir Evaluatif (Evaluation)
1. Menentukan kebenaran suatu
pertanyaan atau kebenaran suatu
penyelesaian masalah.
2. Mampu mengambil keputusan
terhadap situasi terbuka.
3. Tidak hanya mencetuskan
gagasan tetapi juga
melaksanakannya.
a. Memberi pertimbangan atas
dasar sudut pandang sendiri.
b. Mencetuskan pandangan sendiri
mengenai suatu hal.
c. Mempunyai alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
d. Menentukan pendapat dan berta-
han terhadapnya.
E. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas XI IPA, diperoleh
bahwa pembelajaran kimia yang diterapkan cenderung menggunakan metode kon-
vensional yang lebih terpusat pada guru (teacher centered learning) dan siswa
kurang dilatihkan keterampilan bepikir kreatif sehingga siswa kurang terlibat aktif
27
dalam proses pembelajaran terutama dalam menemukan konsep. Hal tersebut
tidak sesuai dengan kurikulum 2013 yang diterapkan di sekolah tersebut yang me-
nekankan pembelajaran student centered learning dan menuntut siswa agar dapat
meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi salah satunya berpikir kreatif.
Berdasarkan masalah tersebut, peneliti mencoba untuk melatihkan keterampilan
berpikir kreatif dengan menggunakan model pembelajaran yaitu discovery
learning.
Pembelajaran menggunakan model discovery learning merupakan pembelajaran
yang dapat membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
tersebut dapat digunakan dalam membelajarkan materi Larutan Penyangga se-
hingga dalam proses pembelajaran siswa mengembangkan cara belajar yang lebih
aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh
akan tahan lama dalam ingatannya. Model pembelajaran ini memiliki enam
langkah sederhana meliputi pemberian rang-sangan, pernyataan/ identifikasi
masalah dan merumuskan hipotesis, peng-umpulan data, pengolahan data,
pembuktian, dan menarik kesimpulan/ generalisasi.
Tahap awal model discovery learning pada materi larutan penyangga
adalah pemberian rangsangan (stimulation) kepada siswa berupa
permasalahan atau fenomena yang telah disediakan dalam bentuk tabel,
gambar dan grafik yang dapat diamati menggunakan inderanya. Pada
tahap ini siswa di minta mengamati dan mengidentifikasi suatu
permasalahan dan fenomena-fenomena larutan penyangga berdasarkan
tabel dan gambar, seperti data hasil percobaan yang tertera pada tabel
28
pengamatan. Kemudian siswa diminta menuliskan hasil identifikasi
tersebut dalam LKS yang telah disediakan. Tahap ini bertujuan untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
Tahap kedua adalah identifikasi masalah. Setelah diberikan permasalahan
kemudian siswa diminta untuk membuat pertanyaan tentang masalah apa saja
yang mereka temukan melalui pengamatan yang telah dilakukan. Pada tahap
ini peserta didik akan terpacu untuk berpikir dan mencetuskan banyak
pertanyaan yang dapat meningkatkan salah satu keterampilan berpikir kreatif
yaitu berpikir lancar. Setelah itu, peserta didik diminta untuk membuat
hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Sebelum membuat hipotesis guru
memberi kesempatan pada siswa untuk mengumpulkan informasi yang
relevan.
Tahap ketiga adalah pengumpulan data. Pada tahap ini, siswa mengumpulkan
data-data atau informasi tentang permasalahan atau fenomena yang relevan
guna menguji benar tidaknya hipotesis. Proses pengumpulan informasi yang
dilakukan dalam pembelajaran ini yaitu dengan mengidentifikasi gambar, dan
merancang percobaan mengenai materi larutan penyangga, mengidentifikasi
data hasil percobaan dan mengerjakan data hasil percobaan. Melalui kegiatan-
kegiatan tersebut, siswa akan terpacu untuk berpikir dan menghasilkan banyak
gagasan, jawaban, atau pertanyaan. Dengan demikian, keterampilan berpikir
lancar peserta didik, yaitu menghasilkan atau mencetuskan banyak gagasan,
jawaban, dan penyelesaian masalah atau jawaban dapat terlatih.
29
Tahap keempat yaitu pengolahan data, siswa diminta untuk mengolah data
dari informasi yang telah diperoleh. Semua informasi yang telah diper-oleh
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
Tahap kelima adalah tahap pembuktian (verification). Pada tahap ini, siswa
melakukan pemeriksaan dengan cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang dihubungkan dengan hasil pengolahan data. Dengan
kebebasan dalam mengolah semua informasi yang mereka dapatkan dan me-
ngaitkannya dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa, sehingga proses
ini membawa siswa mengembangkan keterampilan berpikirnya.
Tahap yang terakhir adalah tahap menarik kesimpulan (generalization). Tahap ini
dilakukan setelah hipotesis diuji kebenarannya. Siswa diminta untuk me-
rumuskan kesimpulan dan dapat memberikan alasan yang dapat dipertanggung-
jawabkan untuk mencapai suatu keputusan yang konkrit.
Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, dengan diterapkannya model
discovery learning pada materi larutan penyangga akan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa terutama pada indikator keterampilan berpikir
lancar.
30
F. Anggapan Dasar
Beberapa hal yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Siswa kelas XI IPA semester genap SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung tahun
pelajaran 2018/2019 yang menjadi subyek penelitian mempunyai kemampuan
dasar yang sama dalam penguasaan kompetensi kimia.
2. Perubahan n-Gain keterampilan berpikir lancar siswa semata-mata terjadi
karena perubahan perlakuan dalam proses belajar.
3. Perbedaan n-Gain keterampilan berpikir lancar pada materi larutan
penyangga terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran
pada kelas kontrol dan eksperimen.
4. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keterampilan berpikir lancar pada
materi larutan penyangga kelas XI semester genap SMA Al-Azhar 3 Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2018/2019 diabaikan.
G. Hipotesis Umum
Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan Pre-
lecture quiz pada materi larutan penyangga efektif untuk meningkatkan
keterampilan berfikir lancar siswa.
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Al-Azhar 3
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2018-2019 yang tersebar dalam 8 kelas.
Diambil 2 kelas dari populasi yang dijadikan sampel, 1 kelas bertindak sebagai
kelas kontrol menerapkan tanpa variasi pembelajaran Pre-Lecture quiz dan 1
kelas lainnya sebagai kelas eksperimen menerapkan pembelajaran dengan variasi
pembelajaran Pre-Lecture quiz. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan
metode random sampling dengan teknik cluster random sampling. Cluster
random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada
kelompok atau unit-unit kecil. Pengambilan sampel dilakukan secara acak
sehingga akan didapatkan 2 kelas penelitian (kelas eksperimen dan kelas kontrol).
B. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang meliputi data
hasil tes sebelum penerapan pembelajaran (pretes), untuk kelas eksperimen
diterapkan variasi pembelajaran dengan Pre-Lecture Quiz, untuk kelas kontrol
tanpa diterapkan variasi pembelajaran dengan Pre-Lecture Quiz , dan hasil tes
32
setelah penerapan pembelajaran (postes), dan lembar aktivitas siswa dalam
pembelajaran.
C. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian ini yaitu quasi eksperiment dengan jenis desain pretest-posttest
non-equivalent control group design (Freankel, 2012 ). Pretest-posttest non-
equivalent control group design menggunakan dua kelas yaitu kelas kontrol dan
eksperimen yang dipilih secara random. Dua kelas tersebut sebelumnya diberi
pretes untuk mengetahui keadaan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Selanjutnya setelah diketahui hasil dari pretes dua kelas tersebut, maka pada kelas
eksperimen diberikan perlakuan (X) yaitu dengan diterapkan variasi pembelajaran
Pre-Lecture Quiz, sedangkan pada kelas kontrol tidak diberikan perlakuan variasi
pembelajaran Pre-Lecture Quiz (-)
Setelah diberikan perlakuan atau treatment pada kelas eksperimen dilanjutkan
dengan pemberian postes pada kedua kelas. Untuk lebih jelasnya tentang desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel 2 sebagai
berikut:
Tabel 2. Desain Penelitian pretest-posttest control group design (Freankel, 2012)
Keterangan:
O1 : Pretes (sebelum perlakuan)
X : Pembelajaran menggunakan Pre-Lecture Quiz
O2 : Postes (setelah perlakuan)
Kelas Pretes Perlakuan Postes
Kelas Eksperimen O1 X O2
Kelas Kontrol O1 - O2
33
Dalam penelitian ini kedua kelas penelitian diberikan pretes (O1) yang terdiri dari
5 soal uraian. Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Pada
kelas eksperimen diterapkan variasi pembelajaran dengan Pre-Lecture Quiz (X),
sedangkan pada kelas kontrol tidak diterapkan pre-lecture quiz. (C). Setelah
diberi perlakuan, kedua kelas penelitian diberikan postes (O2) yang juga terdiri
dari 5 soal uraian. Postes dilakukan untuk mengetahui mengetahui kemampuan
akhir siswa.
D. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi pembelajaran Pre-Lecture
Quiz (pemberian kuis setiap pertemuan)
b. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan lancar siswa pada
materi larutan penyangga.
E. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian
Perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian ini sebagai berikut:
1. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Silabus.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
34
c. Soal Pre-Lceture Quiz
d. Lembar kerja siswa yang digunakan berjumlah empat LKS kelompok yaitu
- LKS 1 mengenai definisi, jenis dan komponen larutan penyangga
- LKS 2 mengenai cara kerja larutan penyangga
- LKS 3 mengenai pH larutan penyangga
- LKS 4 mengenai menghitung pH larutan penyangga yang ditambah
sedikit asam, basa, dan pengenceran
- LKS 5 mengenai Peranan Larutan Penyangga dalam tubuh makhluk
hidup
2. Instrumen
Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan
sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh
pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto,
2013). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. kisi-kisi, rubrikasi, dan soal pretes dan postes pada materi pokok larutan
penyangga yang terdiri dari 5 butir soal essay untuk mengukur
kemampuan berpikir lancar siswa mengenai materi larutan penyangga.
b. Lembar pengamatan aktivitas siswa.
35
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. meminta izin kepada Kepala SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung untuk
melaksanakan penelitian
b. melakukan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi mengenai :
data siswa, karakteristik siswa, jadwal pelajaran kimia dan sarana dan
prasarana yang ada di sekolah
c. menentukan populasi dan sampel penelitian
d. mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian
e. melakukan uji validitas dan reabilitas terhadap soal pretes dan postes
kepada siswa kelas XII yang telah menerima materi larutan penyangga.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. melakukan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal-soal
dan alokasi waktu yang sama
b. melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi larutan penyangga,
diterapkan variasi pembelajaran menggunakan pre-lecture quiz di kelas
eksperimen serta tidak diterapkan variasi pembelajaran menggunakan pre-
lecture quiz di kelas kontrol
c. melakukan pretes postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan
soal-soal dan alokasi waktu yang sama.
36
3. Tahap Akhir Penelitian
a. melakukan tabulasi dan analisis data keefektifan model discovery learning
b. melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian.
c. menarik kesimpulan
37
Adapun prosedur penelitian disajikan pada alur penelitian berikut :
Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian
Meminta izin
penelitian
Melakukan observasi
mengenai
pembelajaran kimia
di sekolah
Menyusun instrumen
penelitian
Melakukan validasi
instrumen
Menentukan populasi
dan sampel
Pretes
Pembelajaran Pre-
Lecture Quiz di kelas
eksperimen
Pembelajaran tanpa
Pre-Lecture Quiz di
kelas kontrol
Postes
Analisis
data
Pembahasan
Kesimpulan
Prapenelitian
Penelitian
Pascapenelitian
38
G. Teknik Analisis Data
Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti
yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah,
tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
1. Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes
Teknik pengolahan data digunakan untuk mengetahui kualitas instrumen tes yang
digunakan dalam penelitian. Uji coba instrumen tes dilakukan untuk mengetahui
dan mengukur apakah instrumen yang digunakan telah memenuhi syarat dan
layak digunakan sebagai pengumpul data. Instrumen yang baik harus memenuhi
dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2013). Uji coba soal
pretes dan postes dilakukan pada siswa SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang
sudah mendapat materi larutan penyangga yaitu kelas XII IPA yang berjumlah 20
orang. Uji coba dilakukan dengan menggunakan soal pretes dan postes yang
berjumlah 5 butir soal essay. Berdasarkan hasil uji coba instrumen tersebut maka
akan diketahui validitas dan reliabilitas instrumen tes.
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen tes (Arikunto, 2013). Uji validitas yang pertama
dilakukan adalah uji validitas ahli dengan seorang validator, selanjutnya
menggunakan rumus korelasi Pearson product moment yang dilakukan dengan
aplikasi SPSS statistic 17.0 untuk soal keterampilan berpikir lancar. Soal akan
dikatakan valid apabila nilai dari rhitung yang diperoleh lebih besar dari rtabel
(rhitung> rtabel) dengan taraf signifikan sebesar 5%. rtabel 0.44.
39
Tabel 3. Kriteria validitas instrumen tes
Nilai alpha Kriteria
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Cukup
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah
b. Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kepercayaan
instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Suatu alat
evaluasi disebut reliabel jika alat tersebut mampu memberikan hasil yang dapat
dipercaya dan konsisten. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus
Alpha Cronbach yang kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
derajat reliabilitas alat evaluasi, dalam hal ini analisis dilakukan dengan
menggunakan SPSS statistic 17.0.
Tabel 4. Kriteria derajat reliabilitas (r11) (Fidiana, 2017):
Derajat Reliabilitas
(r11)
Kriteria
0,80< r11 ≤ 1,00 sangat tinggi
0,60< r11 ≤ 0,80 Tinggi
0,40< r11≤ 0,60 Sedang
0,20< r11≤ 0,40 Rendah
0,00< r11 ≤ 0,20; tidak reliable
2. Analisis Data Efektivitas Pre-Lecture Quiz
Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna yang digunakan untuk
menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis
yang telah dirumuskan sebelumnya. Teknik analisis data efektivitas model
pembelajaran discovery learning sebagai berikut:
40
a. Analisis Pre-Lecture Quiz
Perhitungan nilai Pre-Lecture Quiz (PLQ) siswa sebagai berikut :
Nilai Siswa =
b. Analisis Data Kemampuan Berpikir lancar
1) Perhitungan Nilai Siswa
Analisis data keterampilan berpikir lancarb siswa pada materi larutan
penyangga dilihat dari n-Gain yang diperoleh dari nilai pretes dan postes.
Hasil pretes dan postes masih berupa skor bukan nilai, maka harus
mengubah skor menjadi nilai. Nilai pretes dan postes diperoleh dengan
rumus sebagai berikut:
Nilai akhir = ∑Skor yang diperoleh siswa
skor maksimunx 100
Data yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan menghitung n-Gain
yang selanjutnya digunakan pengujian hipotesis.
2) Perhitungan n-Gain
Keterampilan berpikir lancar siswa pada materi larutan penyangga antara
variasi pembelajaran pre-lecture quiz yang diterapkan di kelas eksperimen
dengan tanpa variasi pembelajaran pre-lecture quiz yang diterapkan di
kelas kontrol. Dapat diketahui dengan melakukan analisis skor gain
ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan
nilai pretes dan postes dari kedua kelas. Rumus n-Gain menurut Sudjana
(2015) adalah:
41
Rumus nilai n-gain =nilai postes - nilai pretes
nilai maksimum - nilai pretes
Menurut Hake (1999) terdapat kriteria n-Gain yaitu:
a. pembelajaran dengan skor n-Gain “tinggi” jika n-Gain > 0,7
b. pembelajaran dengan skor n-Gain ”sedang” n-Gain terletak antara 0,3
< n-Gain ≤ 0,7
c. pembelajaran dengan skor n-Gain ”rendah” jika n-Gain≤ 0,3.
Efektivitas model pembelajaran pre-lecture quiz tidak hanya dilihat dari
perbedaan nilai rata-rata n-Gain tetapi juga didukung lembar penilaian
observasi berupa lembar kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
3. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan uji statistik parametrik dan non
statistik parametrik. Uji statistik parametrik dilakukan jika data berdistribusi
normal dan homogen. Jika data tidak berdistribusi normal dan tidak
homogen maka dilakukan uji statistik non parametrik. Oleh karena itu,
untuk menentukan apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik
maka dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu.
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel dan
SPSS versi 17.0 for windows. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah sampel penelitian
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak dan untuk
42
menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau
non parametrik. Langkah-langkah uji normalitas sebagai berikut:
1. Hipotesis
Hipotesis untuk uji normalitas:
Ho = data penelitian berdistribusi normal
H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal
2) Memasukkan data penelitian berupa nilai n-Gain ke dalam program
SPSS versi 17.0 for windows dengan menggunakan taraf signifikan
(α) sebesar 0,05.
3) Kriteria Uji
Kriteria pengujian adalah terima Ho jika nilai sig (p) dari Shapiro-Wilk >
0,05 dan terima H1 jika nilai sig (p) dari Shapiro-Wilk < 0,05
b. Uji Homogenitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang dibandingkan
memiliki nilai rata-rata dan varians identik. Langkah-langkah uji
homogenitas sebagai berikut :
1. Hipotesis
Hipotesis untuk uji Homogenitas :
H0 : 22
21 = Kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang
homogen.
H1 : 22
21 = Kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang
tidak homogen.
43
2. Memasukkan data penelitian berupa nilai n-Gain ke dalam program SPSS
versi 17.0 for windows dengan menggunakan taraf signifikan (α) sebesar
0,05.
3. Kriteria Uji
Kriteria pengujian adalah terima H0 jika nilai sig (p) dari Statistics > 0,05
dan terima H1 jika nilai sig (p) dari Levene Statistics Levene < 0,05
c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Uji t)
Jika data yang diperoleh terdistribusi normal dan mempunyai varians yang
homogen, maka pengujian selanjutnya menggunakan uji statistik parametrik,
yaitu menggunakan uji-t (Sudjana, 2015). Uji perbedaan dua rata-rata (uji-t)
digunakan untuk menentukan seberapa efektif perlakuan terhadap sampel
dengan melihat n-Gain kemampuan berpikir lancar yang lebih tinggi antara
variasi pembelajaran yang di terapkan pre-lecture quiz dengan tanpa variasi
pembelajaran yang di terapkan pre-lecture quiz dari siswa SMA Al-Azhar 3
Bandar Lampung. Uji t dilakukan terhadap perbedaan rerata pretes dan
postes. Uji perbedaan dua rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan independent sample t-test. Langkah-langkah uji
perbedaan dua rata-rata sebagai berikut :
1. Hipotesis
Rumusan hipotesis
H0 : rata-rata n-Gain kemampuan berpikir lancar siswa pada materi
pokok larutan penyangga pada variasi pembelajaran yang di terapkan
44
pre-lecture quiz lebih besar atau sama dengan rata-rata n-Gain
kemampuan berpikir lancar siswa dengan tanpa variasi pembelajaran
yang di terapkan pre-lecture quiz.
H0 : µ1x ≥ µ2x
H1 : rata-rata n-Gain kemampuan berpikir lanacar siswa pada materi
pokok larutan penyangga pada variasi pembelajaran yang di terapkan
pre-lecture quiz kurang dari rata-rata n-Gain kemampuan berpikir
lancar siswa dengan tanpa variasi pembelajaran yang di terapkan
pre-lecture quiz.
H1 : µ1x < µ2x
Keterangan:
µ1 : Rata-rata n-Gain pada materi pokok Larutan Penyangga yang
diterapkan melalui variasi pembelajaran yang di terapkan pre-lecture
quiz
µ2 : Rata-rata n-Gain pada materi pokok Larutan Penyangga yang
diterapkan melalui tanpa variasi pembelajaran yang di terapkan pre-
lecture quiz
2. Memasukkan data penelitian berupa n-Gain ke dalam program SPSS
versi 17.0 for windows dengan menggunakan taraf signifikan (α)
sebesar 0,05.
3. Kriteria Uji
Kriteria pengujian adalah terima H0 jika nilai sig (2-tailed) < 0,05 dan
terima H1 jika nilai sig (2-tailed) > 0,05
45
Jika kedua sampel tidak berdistribusi normal dan tidak homogen, maka
pengujian kesamaan dua rata-rata tidak menggunakan uji statistik parametrik
yaitu uji-t, melainkan menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji
Mann-Whitney U. Hipotesis uji statistik non parametrik sama dengan
hipotesis uji statistik parametrik. Langkah-langkah uji Mann Whitney sebagai
berikut:
1. Hipotesis
Rumusan hipotesis
H0 : rata-rata n-Gain kemampuan berpikir lancar siswa pada materi
pokok larutan penyangga melalui variasi pembelajaran yang di
terapkan pre-lecture quiz lebih besar atau sama dengan rata-rata n-
Gain kemampuan berpikir lancar siswa dengan tanpa variasi
pembelajaran yang di terapkan pre-lecture quiz.
H0 : µ1x ≥ µ2x
H1 : rata-rata n-Gain kemampuan berpikir lancar siswa pada materi pokok
larutan penyangga melalui variasi pembelajaran yang di terapkan pre-
lecture quiz kurang dari rata-rata n-Gain kemampuan berpikir lancar
siswa dengan tanpa variasi pembelajaran yang di terapkan pre-lecture
quiz.
H1 : µ1x < µ2x
Keterangan:
µ1 : Rata-rata n-Gain pada materi pokok Larutan Penyangga yang
diterapkan melalui variasi pembelajaran yang di terapkan pre-lecture
quiz
46
µ2 : Rata-rata n-Gain pada materi pokok Larutan Penyangga melalui
tanpa variasi pembelajaran yang di terapkan pre-lecture quiz
2. Memasukkan data penelitian berupa n-Gain ke dalam program SPSS
versi 17.0 dengan menggunakan taraf signifikan (α) sebesar 0,05.
3. Kriteria Uji
Jika nilai Asymp.Sig. (2-Tailed) lebih kecil dari < 0,05, maka H0 diterima
dan sebaliknya, jika nilai Asymp.Sig. (2-Tailed) lebih besar dari > 0,05
maka H1 diterima.
d. Uji Ukuran Pengaruh
Perhitungan untuk menentukan besarnya ukuran pengaruh digunakan dengan
uji effect size (Jahjouh, 2014). Perhitungan ini dilakukan setelah mendapatkan
hasil output dari uji paired sample T-test. Adapun rumus uji effect size adalah
sebagai berikut:
2=t2
t2 df
Keterangan : µ = effect size
t = t hitung dari uji-t
df = derajat kebebasan
Tabel 5. Kriteria effect size menurut Dincer (2015):
Nilai effect size Kriteria
µ ≤ 0,15 efek diabaikan (sangat kecil)
0,15< µ ≤ 0,40 efek kecil
0,40< µ ≤ 0,75 efek sedang
0,75< µ ≤ 1,10 efek besar
µ > 1,10 efek sangat besar
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian mengenai
efektivitas pre-lecture quiz dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar
pada materi larutan penyangga, dapat disimpulkan pre-lecture quiz efektif untuk
meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi larutan penyangga.
Hal tersebut dapat ditunjukkan melalui perbedaan yang signifikan antara nilai n-
Gain pada kelas kontrol dan eksperimen, dimana kelas eksperimen memiliki rata-
rata nilai n-Gain yang lebih besar daripada kelas kontrol. Pembelajaran pre-lecture
quiz memiliki pengaruh “besar” terhadap peningkatan keterampilan berpikir
lancar siswa. Selain itu , rata-rata aktivitas siswa dikelas eksperimen selama
pembelajaran berlangsung memiliki kriteria “sangat tinggi”.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:
1. Pembelajaran menggunakan variasi pembelajaran pre-lecture quiz hendaknya
diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi larutan penyangga
karena terbukti berdasarkan penelitian yang telah dilakukan variasi
82
pembelajaran ini efektif dan memiliki ukuran pengaruh yang besar dalam
meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa.
2. Bagi calon peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan efektivitas
variasi pembelajaran pre-lecture quiz perlu memperhatikan pengelolan waktu
pembelajaran dan suasana belajar di kelas agar proses pembelajaran yang
dilaksanakan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Y. 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Poe Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Luwes Pada Materi Larutan Elektolit dan Non-
elektrolit. (Skripsi). Universistas Lampung, Bandar Lampung.
Anisa, E.N., Rudibyani, R.B., & Sofya, E., 2017 . Pembelajaran Discovery
Learning untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Penguasaan Konsep
Siswa pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Jurnal Pendidikan
Kimia Unila, 7 (1): 283-295.
Arikunto, S. 2012. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto. 2013.Penilaian Program Pendidikan (Edisi Ketiga).Bina Aksara,
Jakarta.
Dahar, R. W. 1999. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Dincer, S. 2015. Effect of Computer Assisted Learning on Students’ Achievement
in Turkey: a Meta-Analysis. Journal of Turkish Science Education. 12 (1):
99-118.
Djamarah, & Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Evans, J. R. 2013. Berpikir Kreatif dalam Mengambil Keputusan. Bumi Aksara,
Jakarta.
Fidiana, E., Rudibyani, R.B., & Tania, L. 2017. Penerapan Discovery Learning
untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Luwes Materi Larutan
Penyangga. Jurnal Pendidikan Kimia Unila, 7 (1): 104-115.
Fraenkel, J. R., N. E.Wallen dan H. H. Hyun. 2012. How to Design and Evalute
Researche in Education. Eight Edition. McGraw-Hill Inc, New York.
Hake, R. R. 1999. Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A six
Thousand-Students Survey Of Mechanics Test Data For Introductory
Physics Courses. American Journal Of Physics, 66(1), 64-74.
Hamalik, O. 2016. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta.
84
Idayu, G. 2017. Pengaruh Penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ) pada Pembelajaran
Kimia terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa SMA N 1 Kalasan
Kelas XI Tahun Ajaran 2015/2016. (Skripsi). Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta.
Indriani, F., Rudibyani, R.B., & Efkar, T. 2017. Penerapan Discovery Learning
dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Lancar Pada Materi Elektrolit
Non Elektrolit. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, 5(3).
Irham, M., & Novan, A.W. 2010 Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi dalam
Pembelajaran. Ar-Ruzz Media, Jogjakarta.
Istianah, E. 2013. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif
Matematik dengan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) pada
Siswa SMA. Infinity Journal, 2(1): 43-54.
Jahjouh, Y.M.A. 2014. The effectiveness of Blended E-Learning Forum In
Planning For Science Instruction. Journal Of Turkish Science Education,
11(4) 3-16.
Jayanto, I.F., & Noer, S.H. 2017. Kemampuan Berpikir Kreatif dengan
Pembelajaran Guided Discovery. Jurnal UIN Raden Intan Lampung, 1 (1):
246-255.
Jufri, A. W. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Pustaka Reka Cipta,
Bandung.
Liew , C. W., & Treagust, D. F. 1998. The Effetiveness of Predict- Observe-
Explain Tasks in Diagnosing Students’ Understanding of Science and in
Identifying Their Levels of Achievement. Educational resources
information center (ERIC), p. 1-21.
Munandar, U. 2012. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Rineka Cipta,
Jakarta.
Murdiandari, W. 2015. Pembelajaran Materi Laju Reaksi Menggunakan Model
Discovery Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Lancar
Siswa. (Skripsi). Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Muzaki, A. 2015. Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Kreatif
Matematik Siswa MTs Negeri 1 Jonggat Dengan Pembelajaran Tasc
(Thinking, Actively dan Social Context) Pada Materi Segitiga. Jurnal Media
Pendidikan Matematika. 2 (1) : 197-202.
Nieveen, N., Akker, J.V.D., Bannan, B., Kelly, A.E., & Plomp, T. 2013.
Educational Design Research. Enschede, the Netherlands: SLO.
85
Noviasari, E. 2014. Penggunaan Model Discovery Learning dalam Mening-katkan
Keterampilan Berpikir Lancar Pada Materi Asam Basa. Skripsi. Universitas
Lampung, Bandar Lampung.
Olejnik, S., & Algina, J. 2000. “Measures of Effect Size for Comparative Studies:
Applications, Interpretations, and Limitations”. Contemporary Educa-tional
Psychology, 25 (3): 241-286.
Permendikbud. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 59 Tahun 2014. Kemendikbud, Jakarta.
Puspita, A. 2018. Penggunaan Multiple Representasi Pada Model Discovery
Learning dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Lancar Pada Materi
Larutan Penyangga. (Skripsi). Universitas Sebelas Maret, Solo.
Putrayasa, I.M., Syahruddin, S.P., & Margunayasa, I.G. 2014. Pengaruh Model
Pembelajaran Discovery Learning dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar
IPA Siswa. Jurnal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1):
1-11.
Rohim, F., & Susanto, H. 2012. Penerapan Model Discovery Terbimbing Pada
Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif.
Unnes Physics Education Journal, 1(1): 1-5.
Saeki, N., Fan, X., & Dusen, L.V. 2014. A Comparative Study of Creative
Thinking of American and Japanese College Students. The Journal of
Creative Behavior. Volume 35 Nomor 1.
Safitri, A. 2015. Pengembangan Modul Kimia SMA Berbasis Inkuiri Terbimbing
pada Materi Larutan Penyangga. (Skripsi). Universitas Negeri Semarang,
Semarang.
Santoso, A. 2016. Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian di Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma. Jurnal Penelitian, 14 (1): 3-8.
Septianingrum,W., Rudibyani, R.B., & Tania, L. 2018. Penerapan Discovery
Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Lancar dan
Penguasaan Konsep Materi Larutan Penyangga. Jurnal Pendidikan Kimia
Unila, 7 (1): 142-153.
Siswono, T. Y. E. 2014. Level Of Student’s Creative Thinking In Classroom
Mathematics. Educational Research and Review, 6 (7), 548-553.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rienika Cipta.
Sudjana, N. 2014. Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran. Fakultas Ekonomi UI,
Bandung.
86
Sudjana. 2013. Penilaian Hasil Belajar. Remaja Rosda karya, Bandung.
Sudjana. 2015. Metoda Statistika. Tarsito, Bandung.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta,
Bandung.
Sunyono. 2014. Model Pembelajaran Berbasis Multiple Representasi dalam
Membangun Model Mental dan Penguasaan Konsep Kimia Dasar
Mahasiswa. Disertasi. Pascasarjana Univeritas Negeri Surabaya: Tidak
diterbitkan.
Sunyono. 2015. Model Pembelajaran Multiple Representasi. Media Akademi,
Yogyakarta.
Suprayanti, I., Ayub, S., & Rahayu, S. 2016. Penerapan Model Discovery
Learning Berbantuan Alat Peraga Sederhana untuk Meningkatkan Aktivitas
siswa dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 5 Janggat Tahun Pelajaran
2015/2016. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Universitas Mataram,
2(1) : 30-35.
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Tim Penyusun, 2014. Permendikbud No. 59 tahun 2014 Lampiran III, PMP Mata
Pelajaran Kimia SMA. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Jakarta.
Torrance, E.P. 2015. The Torrance Tests of Creative Thinking Norms-Technical
Manual Figural (Streamlined) Forms A & B. Bensenville, IL: Scholastic
Testing Service, Inc.
Tumurun, S.W., Gusrayani, D., & Jayadinata, A.K. 2012. Pengaruh Model
Pembelajaran Discovery Learning terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif
Siswa pada Materi Sifat-Sifat Cahaya. Jurnal Pena Ilmiah, 1(1): 101-110.
Wasonowati, R. R. T., Redjeki, T., & Sri, R. D. A. 2014. Penerapan Model
Problem Based Learning (PBL) pada Pembelajaran Hukum-hukum Dasar
Kimia Ditinjau dari Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA SMA
Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Pendidikan Kimia.
3(3): 66-75.