Lecture Note

53
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG LECTURE NOTE STUDI KELAYAKAN BISNIS Oleh: SARI SURYA, SE, MM I. PENDAHULUAN I. TUJUAN Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Memahami pentingnya SKB dalam bisnis/proyek 2. Memahami ide sebagai awal pendirian bisnis 3. Mengetahui manfaat dan pentingnya SKB 4. Mengetahui pihak yang memerlukan studi kelayakan 5. Mengetahui pembagian aspek-aspek dalam SKB II. POKOK BAHASAN 1. Pengertian SKB 2. Tujuan dan pentingnya SKB 3. Tahapan dalam melakukan studi kelayakan. 4. Pembagian aspek dalam studi kelayakan 5. Desain laporan studi kelayakan 6. Ide sebagai basis studi kelayakan III. URAIAN/DESKRIPTIF BAHAN AJAR Pengertian SKB: Studi Kelayakan Bisnis sebagai sebuah analisis yang secara istilah juga dikenal dengan Studi Kelayakan Proyek atau Studi Kelayakan Proyek. Secara umum Studi Kelayakan Bisnis dapat didefinisikan sebagai suatu studi atau penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnis/rencana investasi untuk menentukan layak atau tidaknya ide/ rencana investasi tsb untuk dilaksanakan dengan berhasil atau menguntungkan. Jadi hasil akhir dari sebuah analis studi kelayakan bisnis adalah keputusan untuk memulai sebuah usaha atau tidak. Sari Surya Studi Kelayakan Bisnis Page 1

description

kalse

Transcript of Lecture Note

FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS ANDALAS PADANG

FAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

LECTURE NOTEStudi Kelayakan Bisnis

oleh: SARI SURYA, SE, MMI. PENDAHULUAN

I. TUJUAN

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memahami pentingnya SKB dalam bisnis/proyek

2. Memahami ide sebagai awal pendirian bisnis

3. Mengetahui manfaat dan pentingnya SKB

4. Mengetahui pihak yang memerlukan studi kelayakan

5. Mengetahui pembagian aspek-aspek dalam SKB

II. Pokok Bahasan

1. Pengertian SKB

2. Tujuan dan pentingnya SKB

3. Tahapan dalam melakukan studi kelayakan.

4. Pembagian aspek dalam studi kelayakan

5. Desain laporan studi kelayakan

6. Ide sebagai basis studi kelayakan

III. Uraian/Deskriptif Bahan Ajar

Pengertian SKB:

Studi Kelayakan Bisnis sebagai sebuah analisis yang secara istilah juga dikenal dengan Studi Kelayakan Proyek atau Studi Kelayakan Proyek. Secara umum Studi Kelayakan Bisnis dapat didefinisikan sebagai suatu studi atau penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnis/rencana investasi untuk menentukan layak atau tidaknya ide/ rencana investasi tsb untuk dilaksanakan dengan berhasil atau menguntungkan. Jadi hasil akhir dari sebuah analis studi kelayakan bisnis adalah keputusan untuk memulai sebuah usaha atau tidak.

Studi Kelayakan Bisnis juga didefinisikan sebagai sebuah penelitian tentang berhasil tidaknya proyek investasi dilaksanakan secara menguntungkan (penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan ekses sumber daya, penghematan devisa, dan peluang usaha).

Manfaat SKB

Analisis kelayakan bisnis perlu dilakukan karena diyakini akan memberikan manfaat bagi banyak pihak dan sektor:

Pertama, pihak yang sangat berkepentingan dengan keputusan kelayakan sebuah rencana bisnis adalah pemilik usaha, pemilik modal atau disebut juga dengan investor. Bagi pemilik usaha, analisis kelayakan sebuah usaha tidak hanya akan memberikan informasi tentang keuntungan yang akan didapatkan dari investasi, akan tetapi lebih penting lagi adalah untuk mengantisipasi dan mencegah dari kemungkinan kerugian yang akan terjadi.

Kedua, adanya studi kelayakan bisnis juga memberikan manfaat kepada pihak lain di luar perusahaan yaitu calon tenaga kerja. Adanya studi kelayakan bisnis akan menentukan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menjalan usaha. Sebuah bisnis baru tentunya akan menyerap tenaga kerja.

Ketiga, analisis kelayakan sebuah bisnis tentunya akan merencanakan produk atau jasa yang akan dihasilkan. Hal ini merupakan sebuah kegiatan ekonomi produktif yang tidak hanya menghasilkan barang dan jasa, akan tetapi yang lebih penting lagi sejauhmana dan berapa banyak nilai tambah serta multiplier effect yang akan dihasilkan.

Keempat, adanya sebuah usaha yang layak dan menguntungkan tentunya akan menurunkan kebutuhan akan import dari negara lain. Adanya pengurangan import tentunya akan secara komulatif menghemat devisa. Bahkan jika produk atau jasa yang dihasilkan dapat diekspor maka akan ikut menyumbang devisa bagi negara.

Selain manfaat di atas, adanya sebuah usaha yang layak juga akan menjadi informasi bagi penentu kebijakan untuk mengambil keputusan dalam penyedian sarana dan prasana pendukung, membuka isolasi suatu daerah, dan secara komulatif akan menungkatkan kondisi ekonomi suatu negara.

Tujuan dan Pentingnya Studi Kelayakan Bisnis

Analisis kelayakan sebuah ide bisnis sangat penting dilakukan karena menyangkut pengeluaran modal dalam jumlah besar dan memiliki konsekuensi jangka panjang. Apabila keputusan pengeluaran modal telah dilakukan maka akan sulit untuk melakukan perubahan karena kemungkinan akan mendatangkan kerugian yang besar. Berdasarkan hal tersebut, maka studi kelayakan bisnis ini dilakukan untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan/tidak layak. Sebaliknya, dengan analisis kelayakan yang baik maka diharapkan sebuah usaha akan marketable, sustainable, efektif dan efisien, legal serta yang paling penting profitable.

Pihak yang memerlukan studi kelayakan bisnis

Ada tiga pihak yang dianggap paling berkepentingan dengan studi kelayakan bisnis, yaitu: investor, kreditur dan pemerintah.

Basis Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis muncul karena adanya kebutuhan untuk menganalisis sebuah ide bisnis. Jadi bisa dikatakan bahwa studi kelayakan bisnis dilakukan karena adanya ide bisnis. Ide dapat dikatakan sebagai jawaban sementara berupa keinginan/harapan yang muncul dari pikiran seseorang yang berhubungan dengan pemecahan suatu masalah. Ide dapat muncul karena adanya peluang dan peluang muncul karena adanya pertemuan antara sumber daya dan kemampuan yang dimiliki. Selanjutnya peluang perusahaan muncul karena adanya pertemuan antara sumber daya dengan kemampuan organisasi dengan peluang yang ada di lingkungan.

Ide-ide di atas dapat muncul dari berbagai sumber seperti:

Membaca

Riset

Perjalanan

Komunikasi dan diskusi

Mengikuti atau mengunjungi pameran

Internet, dllSementara itu ide bisnis dapat berupa ide untuk pendirian perusahaan baru (create new business), pengembangan usaha (developing of business) dan pembelian usaha yang sudah ada (business acquisition).

Pentingnya studi kelayakan bisnis dari sebuah ide usaha juga berhubungan dengan upaya untuk mengelola resiko yang mungkin terjadi. Resiko ini bisa berasal dari internal usaha maupun dari lingkungan eksternal perusahaan. Adanya analisis kelayakan bisnis diharapkan dapat meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.

Aspek Studi Kelayakan Bisnis

Studi Kelayakan Bisnis dilakukan dengan menganalisis dua kelompok aspek utama, yaitu aspek primer yang terdiri dari pasar dan pemasaran, teknis dan produksi, hukum dan legalitas, manajemen dan sumberdaya manusia serta keuanga. Sementara itu aspek sekunder terdiri dari aspek sosial dan analisis dampak lingkungan.

Berikut ini dapat ditampilkan secara ringkas masing-masing aspek yang dianalisis dalam sebuah studi kelayakan bisnis.

a. Aspek pemasaran meliputi analisis tentang:

Produk (barang/jasa)

Permintaan

Penawaran

Proyeksi permintaan dan penawaran

Market Space

Market Share

Proyeksi penjualan

Analisis pesaing

Program Pemasaran

b. Aspek teknis dan produksi meliputi:

Desain produk

Spesifikasi bahan baku dan produk

Skala produksi

Proses produksi

Lokasi perusahaan (pabrik, pemasaran)

Layout (tata letak) pabrik

Peralatan, perlengkapan, mesin yang digunakan (pemilihan teknologi)

Layout mesin

Quality control

c. Aspek hukum dan legalitas meliputi:

Bentuk badan hukum

Prosedur perizinan/legalitas

Jaminan

Izin-izin yang diperlukan.

d. Aspek manajemen dan sumber daya manusia meliputi:

Manajemen dalam pembangunan proyek

Manajemen dalam operasi

Bentuk badan usaha

Struktur organisasi perusahaan

Job analysis

Job description

Kualifikasi tenaga kerja

Manajemen SDM

Proses rekrutmen

Kompensasi

Sistem pengembangan

e. Aspek keuangan meliputi:

Perkiraan kebutuhan dana

Modal kerja

Investasi aktiva tetap/jangka panjang

Biaya investasi

Perkiraan harga pokok produksi

Sumber pembiayaan/sumber dana

Proyeksi laporan keuangan (neraca dan laba rugi)

Proyeksi arus kas

Analisis investasi dan kelayakan

f. Aspek sosial dan lingkungan meliputi dampak proyek terhadap:

Negara

Devisa

Kesempatan kerja

Masyarakat

Lingkungan (Amdal)

Desain Studi Kelayakan Bisnis

Sebagai sebuah dokumen bisnis, maka studi kelayakan bisnis perlu dilakukan dengan mengikuti format yang bisa memenuhi kebutuhan pemakainya. Untuk itu desainya perlu memasukkan beberapa unsur seperti pendahuluan yang memuat tujuan, aspek yang dibahas, dampaknya, tim pelaksana serta latar belakang dari ide bisnis tersebut. Laporan studi kelayakan bisnis standardnya mengikuti format berikut:

Executive Summary

Latar Belakang

Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek Teknis Produksi dan Teknologi

Aspek Hukum dan Legalitas

Aspek Manajemen dan SDM

Aspek Sosial Ekonomi Lingkungan

Aspek Keuangan

Rekomendasi

II. ASPEK PASAR DAN PEMASARANI. TUJUAN

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memahami pentingnya aspek pasar sebagai aspek yg penting dalam SKB

2. Mengetahui tahapan-tahapan dalam menganalisis aspek pasar, dimulai dari produk, target pasar, ramalan penjualan, analisis pasar, pesaing dan program pemasarannya

II. Pokok Bahasan

1. Pengertian

2. Produk yang ditawarkan

3. Target Market (pasar sasaran)

4. Perkembangan Permintaan dan Prospeknya

5. Perkembangan Penawaran dan Prospeknya

6. Market Space

7. Market Share

8. Analisis pesaing

9. Program Pemasaran III. Uraian/Deskriptif Bahan Ajar

Pendahuluan

Pembahasan yang dilakukan dilakukan dalam aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk menguji serta menilai sejauhmana pemasaran dari produk dan jasa yang dihasilkan dapat mendukung pengembangan usaha yang direncanakan. Aspek ini merupakan salah satu faktor yang strategis atau menjadi kunci keberhasilan suatu rencana bisnis. Pada aspek ini, analisis dilakukan untuk mengetahui: berapa pasar yang akan dimasuki, struktur pasar, peluang pasar yang ada, prospek pasar di masa yang akan datang dan bagaimana strategi pemasaran yg harus dilakukan. Sebagai salah satu faktor yang menentukan kelayakan sebuah bisnis, analisis ini akan memberikan informasi tentang tersedianya ruang pasar/ pasar potensial/ market space yang dapat menampung produk/jasa yang dihasilkan.

Definisi Pasar dan Pemasaran

Secara sederhana pasar dapat didefinisikan sebagai pertemuan demand dan supply dan terjadinya transaksi. Sementara itu pemasaran dapat diartikan sebagai usaha untuk mengantarkan produk yang tepat, kepada orang yang tepat, di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, dengan harga yang tepat serta komunikasi dan promosi yang tepat dalam suatu aktivitas dunia usaha yang berhubungan dengan produk dari saat produksi sampai saat dikonsumsi.

Pertanyaan mendasar yang harus dijawab dalam analisis aspek pemasaran ini adalah: Apakah produk yang ditawarkan ke pasar masih marketable? Jika masih, seberapa besar kemampuan pasar dalam menyerap produk tsb? Bagaimana tingkat kecenderungan permintaan dan penawaran terhadap produk di masa yad? Dimana posisi produk di tengah persaingan produk2 sejenis yang sudah ada saat ini? Strategi pemasaran apa yang akan dilakukan agar produk dapat berhasil di pasar?

Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, maka di dalam sebuah studi kelayakan bisnis pembahasa terhadap 8 aspek berikut perlu dilakukan.

1. Produk

Sebuah rencana bisnis harus dapat dengan jelas menetukan produk atau hasil yang akan diperoleh dari proses produksi baik berupa barang maupun jasa. Hak ini perlu dilakukan karena konsumen akan membeli sebuah produk dan jasa berdasarkan kepada jenis, spesifikasi dan kegunaan produk tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka. Selanjutnya, spesifikasi produk akan menentukan jenis bahan baku dan peralatan yang yang harus digunakan untuk memproduksinya. Uraian spesifikasi produk yang jelas akan memudahkan dalam menghitung kebutuhan bahan baku yang digunakan.

2. Target Market

Studi kelayakan sebuah bisnis harus dapat dengan jelas menentukan pasar sasaran dari produk dan jasa yang dihasilkan. Proses ini akan dimulai dengan melakukan segmentasi pasar, kemudian memilih pasar sasaran dan terkahir membangun positioning produk dan jasa di pikiran konsumen.

Segmentasi pasar biasanya dilakukan dengan memecah-mecah pasar yang sangat luas dan heterogen menjadi kelompok yang lebih kecil dan homogen. Kriteria yang dapat digunakan untuk memecah pasar ini adalah berdasarkan:

Geografis (bangsa, negara, propinsi/kabupaten)

Demografis (umur, tahap daur hidup, jenis kelamin, pendapatan)

Psikografis (kelas sosial,gaya hidup, kepribadian)

Perilaku (kesempatan, tingkat penggunaan, status kesetiaan, tahap kesiapan membeli, sikap)

Di dalam melakukan segmentasi pasar, ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan yaitu:

Dapat diukur (Besar pasar dan daya beli di segmen ini dapat diukur)

Dapat terjangkau (Sejauhmana segmen ini dapat secara efektif dicapai dan melayani konsumen)

Besar segmen (Berapa besar segmen yang harus dijangkau agar penjualan produk dapat menguntungkan secara signifikan)

Dapat dilaksanakan (Sejauhmana program yang efektif itu dapat dilaksanakan untuk mengelola segmen ini)

Setelah di tentukan segment pasar yang akan dilayani, sebuah perencanaan bisnis perlu menetapkan konsep tentang bagaimana positioning dari produk dan jasa akan dibangun. Untuk itu di dalam studi kelayakan perlu dilakukan analisis dengan mengikuti langkah-langkah berikut untuk membangun sebuah positioining:

Mengidentifikasi keunggulan kompetitif

Dibedakan menurut produk, layanan, personil, citra, image

Memilih keunggulan kompetitif

Dipilih satu/lebih keunggulan kompetitif sebagai dasar bagi kebijakan penentuan posisinya

Harus ditetapkan berapa banyak perbedaan dan perbedaan mana yang akan dipromosikan

Mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi

3. Perkembangan Permintaan dan Prospeknya

Aspek permintaan dan prospeknya di dalam sebuah studi kelayakan bisnis perlu dilakukan karena sebuah bisnis diharapkan akan berjalan untuk jangka waktu yang lama. Sebaliknya, tidak ada bisnis yang hanya ingin bertahan selama satu tahun saja. Berdasarkan hal tersebut, maka sebuah analisis kelayakan bisnis perlu dilengkapi dengan analisis terhadap perkembangan demand dan bagaimana prospeknya di masa yang akan datang. Diharapkan, dengan adanya analisis ini, pengambil keputusan dapat melakukan hal-hal yang dapat merespon berbagai kemungkinan di masa yang akan datang.

Pada aspek ini ada beberapa istilah yang perlu dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan studi kelayakan bisnis. Pertama adalah permintaan (demand), diartikan sebagai jumlah barang yang tersedia dibeli para pembeli pada pasar tertentu dengan harga tertentu dan pada waktu tertentu, serta permintaan pasar di artikan sebagai besarnya kuantitas permintaan konsumen atas produk.

Dalam melakukan analisis terhadap permintaan pasar, terdapat beberapa faktor ekonomi makro yang perlu menjadi perhatian seperti: harga dan ketersediaan BBM, Nilai tukar mata uang, Jumlah penyebaran dan perkembangan penduduk, Pendapatan per kapita penduduk, Pola konsumsi masyarakat, Selera konsumen, Kebijakan pemerintah dan negara lain, Permintaan konsumen dari negara lain dan Terjadinya musibah/bencana alam. Sementara beberapa aspek dalam ekonomi mikro juga perlu diperhatikan seperti: Persaingan usaha sejenis dan subtitusi, Biaya pemasaran, Daur hidup produk dan Perubahan kebijakan perusahaan.

Selain aspek ekonomi makro dan mikro, di dalam melakukan analisis terhadap perkembangan permintaan dan prospeknya, studi kelayakan bisnis perlu membahas:

a. Perkembangan Permintaan Pasar Lokal yang menggambarkan perkembangan permintaan per daerah/wilayah. Perkembangan Permintaan Pasar Lokal ini merupakan potensi pasar di masa yang akan datang. Potensi volume permintaan = banyaknya pembeli x rata-rata pembelian per orang. Prospek permintaan didekati dengan analisis terhadap perkembangan pasar sasaran yang akan dituju. Keterkaitan permintaan dengan berbagai variabel lainnya, serta seberapa besar saling keterkaitan atau pengaruh masing-masing variabel tsb terhadap volume permintaan barang/jasa yang akan diproduksi tsb. Pelru juga dilakukan proyeksi beberapa tahun ke depan

b. Perkembangan Permintaan Ekspor dimana analisis perlu dilakukan terhadap permintaan berasal dari negara/daerah lain dan perlunya memperhitungkan persaingan dari berbagai negara lain dan kemungkinan kerjasam dan dengan pihak-pihak asing dalam bentuk membangun perusahaan di Indonesia untuk tujuan ekspor

Untuk dapat melakukan analisis, maka ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengukur dan meramalkan permintaan, yang terdiri dari:

a. Analisis ekonomi makro

b. Analisis industri; perkembangan penggunaan suatu teknologi, penemuan baru dalam industri

c. Analisis Penjualan Masa Lalu

d. Asumsi penguasaan pasar oleh perusahaan

e. Analisis Peramalan Permintaan

Sementara itu, di dalam melakukan peramalan, dapat digunakan dua pendekatan, yaitu:

Time Series yaitu metode yang berdasarkan pada data dan keadaan masa lampau dan digunakan jika keadaan di masa yang akan datang cukup stabil

Kausalitas yaitu metode yang berdasarkan pada hubungan sebab akibat

Pada pendekatan time series, peramalan dapat dilakukan dengan Trend Linear jika scatter diagram dari data masa lalu yang tersedia cenderung merupakan garis lurus atau Trend Kuadratik jika scatter diagram dari data masa lalu yang tersedia cenderung berbentuk parabola.

Pada pendekatan kausalitas, peramalan dapat dilakukan dengan Regresi Linear Sederhana dimana hanya 1 variabel yang dianggap berpengaruh atas terjadinya variabel yang lain. Regresi Linear Berganda jika variasi pada variabel terikat dijelaskan oleh lebih dari satu variasi variabel bebas, namun masih menunjukkan diagram hubungan yang linear. Transformasi Logaritma jika hubungan antar variabel tidak linear, sehingga untuk menyelesaikan analisis tsb, maka hubungan antar variabel tsb ditransformasikan ke dalam hubungan linear.

4. Perkembangan penawaran dan prospeknya

Selain aspek permintaa, sebuah analisis kelayakan bisnis perlu juga mengetahui bagaimana perkembangan penawaran produk sejenis. Penawaran ini dapat diketahui berdasarkan:

a. Perkembangan Penawaran di Pasar Lokal

Informasi perkembangan penawaran dapat dilihat dari volume produksi (kapasitas produksi) prsh sejenis yg sdh ada di pasar

Sarana penunjang/fasilitas

Kerjasama antara pengusaha dan pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi ekonomi di daerahnya

b. Impor

Penawaran barang/jasa sejenis berasal dari daerah/ negara lain

c. Prospek Penawaran

Volume penawaran akan segera berkembang mengikuti perkembangan permintaannya

Jika permintaan lebih besar daripada penawaran, lama waktu proyek akan menjadi kendala dalam memenuhi segera kekurangan permintaan tsb, sehingga kekurangan tsb akan dipenuhi oleh impor

5. Market Space

Analisis terhadap permintaan dan penawaran, selanjutnya akan diikuti dengan analisis terhadap market space. Analisis ini dilakukan untuk mengetahu adanya kelebihan permintaan terhadap penawarannya menimbulkan market space/ruang pasar (peluang pasar/pasar potensial) yang harus dipenuhi

Market space/Peluang pasar dapat digambarkan sebagai

= Total permintaan total penawaran

= Kebutuhan pasar penjualan industri

Kebutuhan pasar

= Penduduk x kebutuhan rata2

Market space yg cukup besar mengindikasikan bahwa pembangunan proyek/usaha untuk memenuhi permintaan tsb adalah layak. Faktor yang perlu dipertimbangkan adalah bentuk pasar, persaingan, teknologi yang digunakan, kapasitas produksi, sumber daya manusia, pendanaan dan peraturan2 lainnya.

6. Market Share

Analisis selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap market share atau Market space yang dapat dikuasai oleh suatu prsh dibandingkan thd total permintaan. Besarnya market share ditentukan oleh dua hal yaitu: Kemampuan produksi dan Persaingan diantara perusahaan yang ada. Besarnya market share yang dapat diambil oleh perusahaan dapat dihitung sbb: :

Hitung potensi market space yang akan timbul, kemudian hitung porsi yang akan diambil

Perhitungkan rencana tambahan kapasitas dari perusahaan yang sudah ada

Hitung pangsa pasar perusahaan baru tsb, yaitu rencana penjualan dibagi dengan total permintaan

Jika pasar sudah jenuh/ruang pasar relatif kecil, perusahaan baru masih bisa masuk ke pasar yang sama, jika mempunyai keunggulan kompetitif yang tinggi dan bisa menggeser posisi perusahaan2 lain yang sudah ada di pasar. Keunggulan-keunggulan yang dimiliki tsb, misalnya:

Harga jual lebih rendah dari pesaing karena menggunakan teknologi canggih yang efisien sehingga biaya produksi/unit lebih rendah

Produk lebih menarik dan sesuai dengan selera konsumen

Pemasaran yang didukung dengan kegiatan promosi dan distribusi yang tepat

7. Analisis pesaing

Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan pemahaman dan product knowledge yang akan membantu analisis untuk melihat posisi produk dalam persaingan. Analisis dapat dilakukan dengan Matriks analisis persaingan produk.

8. Program Pemasaran

Analisis yang terkahir dalam aspek pasar dan pemasaran ini adalah menformulasikan program pemasaran. Ada empat aspek utama yang harus diformulasikan, yaitu:

Daerah Pemasaran dan Pengembangannya

Kebijakan Harga Jual dan Sistem Pembayaran

Saluran Distribusi

Promosi

Daerah pemasaran dan pengembangannya perlu disusun berdasarkan target market dan market share yang akan dikuasai. Rencana pemenuhan market share diuraikan lebih lanjut ke dalam program pemasaran yang meliputi;

Volume penjualan

Harga jual

Sistem pembayaran

Biaya saluran distribusi

Kegiatan promosi yang digunakan

Kebijakan pemasaran lainnya di wilayah yang akan dilayani

Alokasi volume penjualan pada masing2 daerah ditentukan dengan memperhitungkan potensi permintaan dan penawaran di daerah yang bersangkutan serta kemungkinan perkembangannya di masa yang akan datang.

Analisis terhadap kebijakan harga jual didasarkan kepada:

Biaya produksi

Harga pesaing

Proyeksi inflasi

Sementara itu sistem pembayaran dirumuskan sesuai dengan kebijakan umum. Untuk penetapan saluran distribusi Tujuan Saluran Distribusi analisis ditujukan untuk menjamin kelancaran penyaluran barang dan jasa dan memudahkan konsumen mendapatkan barang yang ditawarkan

Pola distribusi penjualan barang, contoh:

Analisis yang terkahir adalah memformulasikan kegiatan promosi yang meliputi pemilihan bentuk dan media promosi untuk memperkenalkan produk kepada konsumen. Biaya promosi dihitung sebagai pengeluaran investasi dan dikelompokkan sebagai aktiva lain-lain (jika kegiatan promosi dilakukan sejak proyek masih dalam tahap pembangunan). Biaya promosi meliputi biaya iklan per tayang, sampel barang, dan hadiah yang dibagikan kepada calon konsumen untuk mendorong penjualan. Strategi komunikasi atau promosi secara umum disebut dengan Promotional Mix, yang terdiri dari:

Advertising (Periklanan)

Sales Promotion (Promosi Penjualan)

Publicity (Publisitas)

Personal Selling (Penjualan Pribadi)

E-commerce (Email)III. ASPEK TEKNIS PRODUKSI DAN TEKNOLOGII. TUJUAN

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Memahami pentingnya aspek teknis dalam SKB

2. Mengetahui layaknya aspek teknis dari segi ketersediaan lokasi, alat, bahan, teknologi

II. Pokok Bahasan

1. Pengertian

2. Design produk/jasa

3. Luas Produksi

4. Lokasi

5. Penggunaan Tanah Lokasi

6. Prasarana Umum

7. Fasilitas Penunjang

8. Mesin-mesin dan Peralatan

9. Kendaraan

10. Peralatan Kantor

11. Bangunan

12. Proses Produksi dan Lay-out

13. Pelaksanaan Pembangunan dan Network Diagram

III. Uraian/Deskriptif Bahan Ajar

Pendahuluan

Aspek teknis dan manajemen operasi merupakan lanjutan dari aspek pemasaran. Kegiatan ini timbul apabila sebuah gagasan bisnis yang direncanakan telah menunjukan peluang yang cukup cerah dilihat dari segi pemasaran. Aspek pokok yang perlu dibahas antara lain menentukan kelayakan dari segi ketersediaan lokasi, alat, bahan dan teknologi. Analisis aspek teknis ini juga bertujuan untuk menentukan kebutuhan investasi fisik dari suatu usaha. Adapun tahap-tahap yang akan dilalui disesuaikan dengan jenis proyek, kompleksitas dan intensitas, yang terdiri dari pengumpulan informasi produk, informasi pasar dan informasi bahan baku. Tujuan pengumpulan informasi ini adalah untuk menentukan apakah ada alternatif teknologi yang dpt dipakai untuk memproduksi produk yang direncanakan. Aspek teknis produksi dan teknologi akan membahas topik-topik berikut: Design produk/jasa, Luas Produksi, Lokasi, Penggunaan Tanah Lokasi, Prasarana Umum, Fasilitas Penunjang, Mesin-mesin dan Peralatan, Kendaraan, Peralatan Kantor, Bangunan, Proses Produksi dan Lay-out, Pelaksanaan Pembangunan dan Network Diagram serta Pengoperasian Pabrik.

Design Produk/Jasa

Tahap pertama dalam analisis teknis adalah menformulasikan design produk. Disain produk adalah suatu proses kreatif yang menggambarkan secara rinci produk/jasa yang akan dibuat, dimulai dari identifikasi kebutuhan konsumen, rancangan rinci dari produk/jasa dan teknologi proses yang digunakan, peralatan, tenaga kerja dan prosedur sampai dengan pengujian produk di pasar.

Rancangan produk akan menghasilkan spesifikasi produk dan rancangan produk itu sendiri. Spesifikasi ini berupa informasi tentang: jenis produk, bentuk, ukuran, berat, warna, tekstur dan sebagainya. Selanjutnya spesifikasi produk juga akan menentukan bahan-bahan yang digunakan, komposisi bahan, kualitas dan cara proses produksi.

Produk-produk yang telah didisain kemudian perlu dianalisis dengan mempertimbangkan beberapa faktor untuk menentukan mana yang akan diproduksi lebih lanjut. Faktor-faktor untui menyeleksi produk tersebut adalah:

a. Nilai guna produk

b. Kemungkinan perkembangan produk

c. Fasilitas produksi yang diperlukan

d. Fasilitas perusahaan

e. Proyeksi permintaan produk

f. Proyeksi penjualan produksi

g. Proyeksi penjualan perusahaan

h. Potensi keuntungan produk

i. Jalur distribusi

j. Posisi persaingan

k. Potensi peningkatan penjualan

l. Siklus hidup produk

Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi yang direncanakan tergantung kepada pangsa pasar dari produk yang dihasilkan. Kapasitas produksi ditentukan oleh faktor ekonomis yaitu jumlah produk yang dihasilkan dalam waktu tertentu dengan biaya yang paling efisien dan faktor teknis yaitu jumlah produk yang dihasilkan atas dasar kemampuan mesin (kapasitas produksi) serta persyaratan teknis. Selanjutnya, kapasitas produksi juga ditentukan oleh kecenderungan permintaan yang akan datang, kemungkinan pengadaan bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja, tersedianya teknologi, mesin dan peralatan di pasar dan daur hidup produk dan produk substitusi dari produk tersebut.

Lokasi

Faktor lokasi adalah yang ikut secara langsung mempengaruhi keberlanjutan dari kegiatan usaha karena lokasi erat hubungannya dengan masalah lain seperti bahan baku, pemasaran dan biaya transportasi. Analisis aspek lokasi bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan. Analisis lokasi ini berkaitan dengan penentuan lokasi dan ketersediaan fasilitas secara umum yg mendukung operasi perusahaan di lokasi tsb. Selain itu juga akan mempengaruhi biaya produksi dan biaya operasional.

Dalam hal pemilihan lokasi, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

1. Lokasi perusahaan yang sudah ada

2. Industrial geography

Lokasi bahan baku

Letak pasar

Fasilitas umum

Fasilitas penunjang

Ketersediaan tenaga kerja, dll.

3. Sifat dan karakteristik bisnis

Weight losing

Weight gaining

Kondisi Alam

4. Pemerintah; Hukum dan Peraturan

5. Iklim politik

Dalam pemilihan lokasi, sebuah analisis kelayakan bisnis dapat mengikuti tahapan pemilihan lokasi yang terdiri dari:

Melihat kemungkinan daerah mana yang akan dijadikan sbg lokasi usaha dengan mempertimbangkan ketentuan pemerintah, jenis proses produksi, dll

Memperhatikan pengalaman usaha orang lain atau pengalaman sendiri dengan memperhatikan sarana penunjang dan fasilitas

Mempertimbangkan dan menilai dampak sosial

Selanjutnya juga perlu dilakukan evaluasi dengan berbagai metode yang bisa digunakan spt:

1. Metode pemeringkatan faktor/penilaian hasil

Melakukan penilain terhadap semua faktor yg dianggap penting dalam penentuan lokasi dan diberikan bobot penilaian

2. Metode Perbandingan biaya

Berdasarkan biaya terkecil

3. Analisis titik impas

Analisis biaya volume produksi untuk membuat perbandingan ekonomi terhadap alternatif-alternatif lokasi

4. Analisis ekonomi

Memasukkan unsur non ekonomi/intangible. Analisis kuantitatif dan kualitatif

Penggunaan Tanah Lokasi

Analisis selanjutnya adalah bagaimana lokasi yang ada akan digunakan dan dialokasikan. Beberapa faktor yang perlu diperhartikan adalah:

Peruntukan suatu lokasi diatur dalam tata ruang yang dituangkan dalam peraturan pemerintah daerah setempat.

Izin penggunaan tanah lokasi

Bentuk bangunan, gambar, luas area

Fasilitas Umum

Sebuah usaha perlu memperhatikan ketersediaan fasilitas umum seperti sebagai dampak dari rencana bisnis yang akan dijalankan. Sebuah bisnis dapat memicu pembanguna fasilitas untuk kepentingan umum yang bermanfaat untuk perusahaan dan masyarakat di sekitarnya seperti pembangunan jalan, sekolah, tempat ibadah dan taman rekreasi.

Fasilitas Penunjang

Sebuah bisnis yang akan dilakukan di suatu lokasi tertentu juga perlu memperhatikan unsur-unsur yang mendukung pembangunan dan pengoperasian proyek secara langsung yang sudah ada atau harus diadakan di lokasi proyek yang direncanakan tsb. Contohnya seperti jaringan listrik, telepon,air, asrama/perumahan karyawan, kantin dan parkir.

Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan adalah aspek yang sangat krusial dalam produksi sebuah produk. Kebutuhan terhadap mesin dan peralatan ditentukan oleh spesifikasi produk yang akan dibuat, kualitas, volume produksi yang akan dicapai dan proses produksinya sendiri. Spesifikasi teknis meliputi:

kemampuan produksi

konsumsi bahan bakar

umur teknis mesin

Informasi mengenai mesin dan peralatan produksi dpt diperoleh dr perusahaan sejenis, publikasi dagang dan produsen. Kendaraan

Kendaraan dibutuhkan selama periode pembangunan proyek dan pengoperasian proyek selanjutnya. Banyak dan jenisnya tergantung pada: Besarnya proyek, Lokasi dan Mobilitas barang dan orang.

Peralatan Kantor Dan Furnitur

Peralatan kantor dan furnitur dibutuhkan untuk menunjang kelancaran administrasi pembangunan dan pengoperasian usaha. Bangunan

Bentuk dan jenis bangunan yang dibutuhkan tergantung pd bentuk operasi usaha keseluruhan. Mempertimbangkan bahan-bahan yg diolah, proses pengolahan, penyediaan ruang pemeliharaan, material handling, keamanan, dll

Rencana pembangunan dan kebutuhan bangunan didukung dg gambar2 (master plan), maket.

Proses Produksi Dan Lay-Out

Proses produksi berdasarkan kontinuitasnya

Proses produksi terputus-putus (batch process)

Proses produksi terus-menerus (continuous process)

Gabungan keduanya

Lay-out (tata letak) ruangan

Penempatan mesin-mesin yang akan digunakan dengan tujuan:

Agar proses produksi berjalan lancar dan setiap inci dari ruangan dapat dipakai secara efektif dan efisien

Menghemat biaya

Kegiatan lbh mudah

Kebutuhan bhn dpt dijadwalkan cepat

Kegiatan inspeksi lbh sedikit dan mudah

Pemeliharaan mesin menjadi lebih mudah

Hal yg perlu diperhatikan dalam perencanaan lay-out ruangan:

Hubungan kegiatan dimana kegiatan yg saling berhubungan sebaiknya didekatkan

Luas ruangan

Susun dlm suatu gambar alokasi diagram peletakan ruangan

Gambar alir bahan (material flow)

Lay-out pabrik diatur berdasarkan kriteria:

Product oriented lay-out

Pengaturan mesin dan peralatan menurut urutan proses produksi, mulai dari bahan baku sampai menjadi barang jadi

Biasanya dipakai pd proyek yang sifatnya massal

Process oriented lay-out (Functional lay-out)

Pengelompokan operasi kegiatan, mesin-mesin, peralatan dan tenaga kerja yang melakukan pekerjaan yang sama pada satu area tertentu di dalam pabrik.

Pengelompokan berdasarkan fungsi yang sama

Biasanya dipakai pada proyek yang sifatnya pesanan

Pengoperasian Pabrik

Program Produksi:

Proyeksi Produksi

Proyeksi Kebutuhan Bahan Baku

Kebutuhan Listrik, Bahan Bakar

Kebutuhan Suku Cadang, Perawatan Mesin

Pelaksaan Pembangunan Dan Network Diagram

Jaringan kerja (network diagram);

visualisasi grafis yang menggambarkan hubungan logis antar berbagai kegiatan yang terdapat di dalam suatu proyek, saling ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya, serta waktu penyelesaiannya.

Manfaat Jaringan kerja (network diagram) :

Mengetahui kapan suatu kegiatan harus dimulai dan selesai dikerjakan dalam rangkaian pembangunan proyek keseluruhan.

Untuk mengendalikan pelaksanaan pembangunan proyek agar sesuai dengan target waktu dan biaya yang direncanakan

Selanjutnya Jaringan kerja (network diagram) ditransformasikan ke dalam bentuk Gantt chart atau bar chart supaya lebih mudah dimengerti.IV. ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN

I. TUJUAN

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Untuk mengetahui apakah bisnis yang akan dijalankan akan memberikan manfaat ekonomi dan sosial kepada berbagai pihak atau sebaliknya.

2. Untuk mengetahui dampak lingkungan yang akan timbul; peluang, ancaman, dan manfaat, dari bisnis yang akan dijalankan

II. Pokok Bahasan

1. Aspek ekonomi

2. Dampak positif dan negatif aspek ekonomi

3. Aspek sosial

4. Dampak positif dan negatif aspek sosial

5. Aspek lingkungan hidup

6. Dampak negatif AMDAL

7. Cara mengatasi dampak negatif AMDALIII. Uraian/Deskriptif Bahan Ajar

Pendahuluan

Studi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya terutama bagi para investor yang selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit, dan pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainya. Investor berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari investasi, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran pengembaliannya, pemerintah lebih menitik-beratkan manfaat dari investasi tersebut secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan kesempatan kerja, dll.

Aspek Sosial Ekonomi

Mengingat bahwa kondisi yang akan datang dipenuhi dengan ketidakpastian, maka diperlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu karena didalam studi kelayakan terdapat berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti kelayakannya sehingga hasil daripada studi tersebut digunakan untuk memutuskan apakah sebaiknya proyek atau bisnis layak dikerjakan atau ditunda atau bahkan dibatalkan. Hal tersebut diatas adalah menunjukan bahwa dalam studi kelayakan akan melibatkan banyak tim dari berbagai ahli yang sesuai dengan bidang atau aspek masing-masing seperti ekonom, hukum, psikolog, akuntan, perekayasa teknologi dan lain sebagainya.

Dan studi kelayakan biasanya digolongkan menjadi dua bagian yang berdasarkan pada orientasi yang diharapkan oleh suatu perusahaan yaitu berdasarkan orientasi laba, yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan pada keuntungan yang secara ekonomis, dan orientasi tidak pada laba (social), yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan suatu proyek tersebut bisa dijalankan dan dilaksanakan tanpa memikirkan nilai atau keuntungan ekonomis.

Studi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya terutama bagi para investor yang selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit, dan pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainya. Investor berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari investasi, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran pengembaliannya, pemerintah lebih menitik-beratkan manfaat dari investasi tersebut secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan kesempatan kerja, dll.

Mengingat bahwa kondisi yang akan datang dipenuhi dengan ketidakpastian, maka diperlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu karena didalam studi kelayakan terdapat berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti kelayakannya sehingga hasil daripada studi tersebut digunakan untuk memutuskan apakah sebaiknya proyek atau bisnis layak dikerjakan atau ditunda atau bahkan dibatalkan. Hal tersebut diatas adalah menunjukan bahwa dalam studi kelayakan akan melibatkan banyak tim dari berbagai ahli yang sesuai dengan bidang atau aspek masing-masing seperti ekonom, hukum, psikolog, akuntan, perekayasa teknologi dan lain sebagainya.

Dan studi kelayakan biasanya digolongkan menjadi dua bagian yang berdasarkan pada orientasi yang diharapkan oleh suatu perusahaan yaitu berdasarkan orientasi laba, yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan pada keuntungan yang secara ekonomis, dan orientasi tidak pada laba (social), yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan suatu proyek tersebut bisa dijalankan dan dilaksanakan tanpa memikirkan nilai atau keuntungan ekonomis.

Keberadaan perusahaan ditengah-tengah masyarakat yang pluralistik, tentu akan menuntut adanya hubungan saling menguntungkan dan seimbang antara perusahaan dengan masyarakat khusunya di sekitar perusahaan. Kurangnya kepekaan perusahaan terhadap aspek sosial kemasyarakatan secara tidak langsung dapat mengancam kelangsungan perusahaan dimasa yang akan datang.

Karena itu, penting kiranya pada studi kelayakan bisnis juga melakukan analisis dan penilaian dari aspek ini. Aspek sosial terkait dengan bagaimana pengaruh bisnis yang akan didirikan terhadap perubahan struktur sosial, demikian aspek budaya masyarakat serta pola hidup yang mempengaruhi kesehatan phisik dan spikisnya, beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam pengkajian aspek ini diantaranya adalah:

Apakah budaya masyarakat sekitar memberikan dukungan positip terhadap rencana pembangunan bisnis

Apakah struktur kependudukan termasuk struktur sosial, budaya, agama memberikan potensi dukungan pada bisnis

Apakah kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan bisnis cukup memadai

Dapatkah kondisi yang andai kata kurang baik, masih memungkinkan dapat dilakukan perubahan?

Pertanyaan-pertanyaan di atas akan membantu memberikan informasi tentang kelayakan dukungan terhadap pembangunan bisnis termasuk potensi pengembangannya di tahun-tahun berikutnya. Selain itu aspek sosial juga mesti menyentuh beberapa hal terkait dengan kemungkinan dampaknya kepada masyarakat sekitar di kemudian hari.

Untuk membantu mengkaji dampak proyek maka pertanyaan berikut akan membentu menemukan mengidentifikasikan dampak maupun manfaat bisnis dari aspek sosial:

Bagaimanakan dampak negatif baik langsung maupun tidak langsung dari kegiatan bisnis terhadap pola kedupan masyarakat sekitar

Apakah bisnis akan menimbulkan efek negaif terhadap pola komunikasi dan stuktur budaya yang dianggap mapan selama ini

Adakah kontribusi bisnis terhadap kesadaran pendidikan dan kesehatan

Pola-pola hidup (gaya hidup) yang bagaimana yang akan berubah akibat dibangunnya bisnis di sekitar tempat tinggal mereka, dan lain-lainn

Bagaimana dampak bisnis terhadap kesehatan baik phisik amupun psikologi masyarakat sekitar.

Pendek kata, kajian faktor sosial pada Studi kelayakan bisnis lebih menitik beratkan pada tata nilai (Value) dan sikap (attitutde) masyarakat yang membawa pengaruh terhadap gaya hidup (life style) dan mempengaruhi permintaan akan suatu produk jasa yang akan dihasilkan oleh bisnis yang bersangkutan termasuk kelangsungan hidup bisnis itu sendiri.

Sebagai contoh kongkrit misalnya Keberhasilan Progran Keluarga Berencana di tahun 80 an selain berpengaruh terhadap demografi juga pada perilaku konsumsi, pendidikan formal, jenjang pendidikan. Perubahan pandangan terhadap waktu kerja, maupun wanita karir. Kuantitas maupun kualitas serta tuntutan terhadap produk/jasa ikut berpengaruh karena faktor ini.

Demikian halnya misalnya keberhasilan dalam masyarakat, teknologi informasi memungkinkan masyarakat di berbagai dunia mengadopsi budaya antar bangsa, pengaruh lintas budaya tersebut akan mempengaruhi aktivitas dan produk yang dikonsumsi, ini terkait dengan adaptasi maupupun terjadinya adopsi budaya yang menyebabkan berubahkan daya hidup, yang pada gilirannya berpengaruh terhadap pola kunsumsi masyarakat.Oleh karena itu setiap Rencana bisnis perlu dikaji bagaimana dampak dari perubahan-perubahan itu termasuk manfaatnya terhadap kehidupan sebuah komunitas di masyarakat, ukuran kelayakan bisnis pada aspek ini lebih ditekankan kepada hal-hal yang menyentuh kepentingan masyarakat banyak baik dalam dimensi jangka pendek maupun jangka panjang. Sebuah bisnis haruslah juga didirikan tidak memberikan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat, akan tetapi sebaliknya justru harus dapat berkontribusi terhadap meningkatkan martabat kehidupan masyarakat,misalnya meningkatnya mutu kesehatan, mutu pendidikan bahkan mutu ekonomi mereka (meningkatknya daya beli)

Setiap kegiatan yang dijalankan, termasuk pendirian bisnis baru akan selalu disertai dengan dampak-dampaknya, baik dampak positif dan negatif bagi pelaku dan juga berbagai kalangan disekitarnya. Suatu proyek akan dinyatakan layak dari aspek sosial ekonomi, jika dari perhitungannya dampak positif keberadaan proyek jauh lebih besar dari pada dampak negatif yang timbul dari berdirinya proyek tersebut.

Aspek Lingkungan

Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk ditelaah sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Pengutamaan telaah AMDAL secara khusus adalah meliputi dampak lingkungan sekitar, baik didalam usaha/proyek maupun di luar proyek yang akan dijalankan. Keberadaan suatu proyek akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang berada disekitar rencana lokasi, baik dampak rencana usaha terhadap kegiatan yang sudah ada maupun sebaliknya.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan dan diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.

Dokumen AMDAL terdiri dari :

Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)

Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)

Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

AMDAL digunakan untuk:

Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah

Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan

Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau kegiatan

Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah:

Komisi Penilai AMDAL, komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL

Pemrakarsa, orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan, dan

masyarakat yang berkepentingan, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL.

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step scoping by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006

Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002

Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan Permen LH NO. 08/2006

Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008

Dengan ditetapkannya Undang-undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH), maka PP No.51/1993 perlu diganti dengan PP No.27/1999 yang di undangkan pada tanggal 7 Mei 1999, yang efektif berlaku 18 bulan kemudian. Perubahan besar yang terdapat dalam PP No.27 / 19999 adalah di hapuskannya semua Komisi AMDAL Pusat dan diganti dengan satu Komisi Penilai Pusat yang ada di Bapedal. Didaerah yaitu provinsi mempunyai Komisi Penilai Daerah. Apabila penilaian tersebut tidak layak lingkungan maka instansi yang berwenang boleh menolak permohohan ijin yang di ajukan oleh pemrakarsa. Suatu hal yang lebih di tekankan dalam PP No.27/1999 adalah keterbukaan informasi dan peran masyarakat.

Implementasi AMDAL sangat perlu di sosialisasikan tidak hanya kepada masyarakat namu perlu juga pada para calon investor agar dapat mengetahui perihal AMDAL di Indonesia. Karena semua tahu bahwa proses pembangunan di gunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi, sosial dan budaya. Dengan implementasi AMDAL yang sesuai dengan aturan yang ada maka di harapkan akan berdampak positip pada recovery ekonomi pada suatu daerah.

AMDAL bukanlah suatu proses yang berdiri sendiri melainkan bagian dari proses AMDAL yang lebih besar dan lebih penting, menyeluruh dan uruh dari perusahaan dan lingkungannya, sehing-ga AMDAL dapat dipakai untuk meengelola dan memantau proyek dan lingkungannya dengan menggunakan dokumen yang benar.

Selanjutnya, beberapa peran AMDAL dijelaskan sebagai berikut:

1. Peran AMDAL dalam pengelolaan lingkungan.

Aktivitas pengelolaan lingkungan baru dapat dilakukan apabila rencana pengelolaan lingkungan telah disusun berdasarkan perkiraan dampak lingkungan yang akan timbul akibat dari proyek yang akan dibangun. Dalam kenyataannya nanti, apabila dampak lingkungan yang telah diperkirakan jauh berbeda dengan kenyataannya, ini dapat saja terjadi karena kesalahan-kesalahan dalam menyusun AMDAL atau pemilik proyek tidak menjalankan proyeknya sesuai AMDAL. Agar dapat dihindari kegagalan pengelolaan ini maka pemantauan haruslah dilakukan sedini mungkin, sejak awal pembangunan, secara terns menerus dan teratur.

2. Peran AMDAL dalam pengelolaan proyek.

AMDAL merupakan salah satu studi kelayakan lingkungan yang disyaratkan untuk mendapatkan perizinan selain aspek studi kelayakan yang lain. Seharusnya AMDAL dilakukan bersama-sama, di mana masing-masing aspek dapat memberikan masukan untuk aspek lainnya sehingga penilaian yang optimal terhadap proyek dapat diperoleh. Kenyataan yang biasa terjadi adalah bahwa hasil studi kelayakan untuk aspek lingkungan tidak dapat menghasilkan kesesuaian di dalam studi kelayakan untuk aspek lainnya. Bagian dari Amdal yang diharapkan oleh aspek teknis dan ekonomis biasanya adalah sejauh mana keadaan lingkungan dapat menunjang perwujudan proyek, terutama sumber daya yang diperlukan proyek tersebut seperti air, energi, manusia, dan ancaman alam sekitar.3. AMDAL sebagai dokumen penting.

Laporan AMDAL merupakan dokumen penting sumber informasi yang detail mengenai keadaan lingkungan pada waktu penelitian proyek dan gambaran keadaan lingkungan di masa setelah proyek dibangun. Dokumen ini juga penting untuk evaluasi.

V. ASPEK HUKUM DAN LEGALITASI. TUJUAN

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Mengetahui dan mampu menentukan badan usaha yang sesuai dengan bisnis/usaha/proyek2. Mengetahui proses perizinan, syarat-syarat dan ketentuan hukum serta peraturan pemerintah yang berkaitan dengan usaha/bisnis/proyekII. Pokok Bahasan

1. Pelaksana usaha

a. Bentuk badan usaha

b. Identitas pelaksana bisnis

2. Izin-izin dari badan/lembaga berwenang

3. Dokumen lainnya yang mendukung

III. Uraian/Deskriptif Bahan Ajar

Pendahuluan

Dalam memulai studi kelayakan bisnis pada umumnya dimulai dari aspek hukum, walaupun banyak juga yang memulai dari aspek lainnya. Hal ini sangat tergantung dari kesiapan masing-masing penilai studi kelayakan tersebut. Penilaian atas aspek hukum sangat penting meningat sebelum usaha tersebut dijalankan, segala prosedur yang berkaitan dengan izin atau berbagai persyaratan lain harus terlebih dahulu dipenuhi. Bagi penilai studi kelayakan bisnis, dokumen yang perlu diteliti keabsahan, kesempurnaan dan keasliannya meliputi badan hukum, perizinan yang dimiliki, sertifikat tanah maupun dokumen pendukung lainnya.

Masalah yang timbul kadang kala sangat vital, sehingga usaha yang semula dinyatakan layak dari semua aspek, ternyata menjadi sebaliknya. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya ketelitian dalam penilaian di bidang hukum sebelum usaha tersebut dijalankan

Berkaitan dengan keberadaan secara legal dimana memulai suatu usaha yang meliputi ketentuan hukum yang berlaku termasuk :

Perizinan

1. Izin lokasi :

a. sertifikat (akte tanah),

b. bukti pembayaran PBB yang terakhir,

c. rekomendasi dari RT / RW / Kecamatan

2. Izin usaha :

Beberapa jenis izin usaha yang dikeluarkan oleh pemerintah yang menyangkut izin usaha perdagangan, yaitu:

1. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)

Merupakan surat izin yang diberikan oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk kepada pengusaha untuk melaksanakan kegiatan usaha dibidang perdagangan dan jasa. Surat izin usaha perdagangan (SIUP) diberikan kepada para pengusaha, baik perseorangan, firma, CV, PT, koperasi, maupun BUMN.

Kewajiban pemegang SIUP yaitu melaporkan kepada kepala kantor wilayah Departemen Perdagangan dan Industri atau kantor Departemen Perdagangan yang menerbitkan SIUP apabila perusahaan tidak melakukan lagi kegiatan perdagangan atau menutup perusahaan disertai dengan pembelian SIUP.

2. SITU (Surat Izin Tempat Usaha)

Setiap perusahaan yang ada perlu dan harus mengurus SITU, demi keamanan dan kelancaran usahanya. SITU dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten atau Kotamadya sepanjang ketentuan-ketentuan Undang-Undang Gangguan mewajibkannya.

Dalam menjalankan perusahaan, pengusaha yang bersangkutan wajib menaati syarat-syarat antara lain:

a. Keamanan

b. Kesehatan

c. Ketertiban

d. Syarat-syarat lain (mengutamakan tenaga kerja dari sekitarnya dan menjaga keindahan lingkungan, serta penghijauan)

3. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

Setiap pribadi yang berpenghasilan diatas penghasilan tidak kena pajak (PTKP), dan badan usaha wajib atau harus mendaftarkan diri sebagai wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak setempat dan akan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Terhadap para wajib pajak yang tidak mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak dan mendaftarkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), akan dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor X Tahun 2000, yaitu sebagai berikut: "Barang siapa dengan sengaja tidak mendaftarkan dirinya atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada negara, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tiga tahun dan atau denda setinggi-tingginya empat kali jumlah pajak yang terutang atau yang kurang atau yang tidak dibayar."

4. NRP (Nomor Register Perusahaan) atau TDP (Tanda Daftar Perusahaan)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan, maka perusahaan diwajibkan mendaftarkan ke kantor pendaftaran perusahaan, yaitu di Kantor Departemen Perdagangan setempat. NRP (Nomor Register Perusahaan) disebut juga TDP. NRP/TDP wajib dipasang di tempat yang mudah dilihat oleh umum. Nomor NRP/TDP wajib dicantumkan pada papan nama perusahaan dan dokumen-dokumen yang dipergunakan dalam kegiatan usaha.

5. AMDAL (Analisis Mengenal Dampak Lingkungan)

AMDAL adalah suatu hasil studi yang dilakukan dengan pendekatan ilmiah, dipandang dari beberapa sudut pandang ilmu pengetahuan, yang merupakan dampak penting usaha atau kegiatan yang terpadu yang direncanakan terhadap lingkungan hidup dalam suatu kesatuan hamparan ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi yang bertanggung jawab. b. Bentuk Badan Usaha

Bentuk Badan Usaha

Langkah pertama memulai bisnis adalah dengan menentukan bentuk usaha yang akan menaungi bisnis tersebut selain menentukan bidang usaha dan strategi bisnisnya tentu. Hal ini terutama untuk menentukan siapa yang menjadi pemodal dan apa peran serta tanggung jawab orang-orang yang terlibat di dalamnya. Jika Anda hanya berniat membuka usaha jualan bakso, maka Anda tidak perlu repot-repot mendirikan PT (Perseroan Terbatas) Anda cukup membuat gerobak bakso dan menggantungkan papan iklan di depan kios. Tapi demi perkembangan bisnis ke depan Anda juga perlu bersiap-siap merencanakan PT untuk mengantisipasi bisnis bakso Anda yang akan berkembang menjadi waralaba. Menurut hukum, berdasarkan modal dan tanggung jawab pemilik usaha, bentuk-bentuk usaha terdiri dari Perusahaan Perseorangan, Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, Persekutuan Komanditer dan Perseroan Terbatas.1. Perusahaan Perseorangan

Perusahaan Perseorangan adalah bentuk usaha yang paling sederhana. Pemilik Perusahaan Perseorangan hanya satu orang dan pembentukannya tanpa izin serta tata cara yang rumit misalnya membuka toko kelontong atau kedai makan. Biasanya Perusahaan Perseorangan dibuat oleh pengusaha yang bermodal kecil dengan sumber daya dan kuantitas produksi yang terbatas. Bentuk usaha jenis ini paling mudah didirikan, seperti juga pembubarannya yang mudah dilakukan tidak memerlukan persetujuan pihak lain karena pemiliknya hanya satu orang. Dalam Perusahaan Perseorangan tanggung jawab pemilik tidak terbatas, sehingga segala hutang yang timbul pelunasannya ditanggung oleh pemilik sampai pada harta kekayaan pribadi seperti juga seluruh keuntungannya yang dapat dinikmati sendiri oleh pemilik usaha.

2. Persekutuan Perdata

Jika Anda merasa bisnis perseorangan Anda telah berkembang dan perlu mengembangkannya lebih lanjut, maka saatnya Anda mencari partner bisnis baru untuk meningkatkan Perusahaan Perseorangan itu menjadi Persekutuan Perdata. Persekutuan Perdata diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Menurut pasal 1618 KUH Perdata, Persekutuan Perdata merupakan suatu perjanjian di mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya. Menurut pasal tersebut syarat Persekutuan Perdata adalah adanya pemasukan sesuatu ke dalam persekutuan (inbreng), dan ada pula pembagian keuntungan dari hasil pemasukan tersebut. Suatu Persekutuan Perdata dibuat berdasarkan perjanjian oleh para pihak yang mendirikannya. Dalam perjanjian itu para pihak berjanji memasukan sesuatu (modal) kedalam persekutuan, dan hasil dari usaha yang dijalankan (keuntungan) kemudian dibagi diantara para pihak sesuai perjanjian. Perjanjian Persekutuan Perdata dapat dibuat secara sederhana, tidak memerlukan proses dan tata cara yang rumit serta dapat dibuat berdasarkan akta dibawah tangan perjanjian Persekutuan Perdata bahkan dapat dibuat secara lisan.

3. Persekutuan Firma

Persekutuan dengan Firma merupakan Persekutuan Perdata dalam bentuk yang lebih khusus, yaitu didirikan untuk menjalankan perusahaan, menggunakan nama bersama, dan tanggung jawab para pemilik Firma yang biasa disebut sekutu bersifat tanggung renteng. Karena Firma merupakan suatu perjanjian, maka para pemilik Firma para sekutu Firma harus terdiri lebih dari satu orang. Dalam Firma masing-masing sekutu berperan secara aktif menjalankan perusahaan, dan dalam rangka menjalankan perusahaan tersebut mereka bertanggung jawab secara tanggung rentang, yaitu hutang yang dibuat oleh salah satu sekutu akan mengikat sekutu yang lain dan demikian sebaliknya pelunasan hutang Firma yang dilakukan oleh salah satu sekutu membebaskan hutang yang dibuat oleh sekutu yang lain. Tanggung jawab para sekutu tidak hanya sebatas modal yang disetorkan kedalam Firma, tapi juga meliputi seluruh harta kekayaan pribadi para sekutu. Jika misalnya kekayaan Firma tidak cukup untuk melunasi hutang Firma, maka pelunasan hutang itu harus dilakukan dari harta kekayaan pribadi para sekutu.

Karena pada dasarnya Firma merupakan bentuk Persektuan Perdata, maka pembentukan Firma harus dilakukan dengan perjanjian. Menurut pasal 22 KUHD Kitab Undang-undang Hukum Dagang perjanjian Firma harus berbentuk akta otentik akta notaris. Meski harus dengan akta otentik, namun ketiadaan akta semacam itu tidak dapat menjadi alasan untuk merugikan pihak ketiga. Dengan demikian suatu Firma dapat dibuat dengan akta dibawah tangan bahkan perjanjian lisan namun dalam proses pembuktian di pengadilan misalnya, ketiadaan akta otentik tersebut tidak dapat digunakan oleh para sekutu sebagai alasan untuk mengingkari eksistensi Firma. Setelah akta pendirian Firma dibuat, selanjutnya akta tersebut wajib didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dalam daerah hukum di mana Firma itu berdomisili.4. Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennotschaap/CV)

Pada prinsipnya Persekutuan Komanditer adalah Persekutuan Firma perkembangan lebih lanjut dari Persekutuan Firma. Jika Firma hanya terdiri dari para sekutu yang secara aktif menjalankan perusahaan, maka dalam Komanditer terdapat sekutu pasif yang hanya memasukan modal. Jika sebuah Firma membutuhkan tambahan modal, misalnya, Firma tersebut dapat memasukan pihak lain sebagai sekutu baru yang hanya memasukan modalnya tapi tidak terlibat secara aktif dalam menjalankan perusahaan. Dalam hal ini, sekutu yang baru masuk tersebut merupakan sekutu pasif, sedangkan sekutu yang menjalankan perusahaan adalah sekutu aktif. Jika sekutu aktif menjalankan perusahaan dan menanggung kerugian sampai harta kekayaan pribadi, maka dalam Komanditer tanggung jawab sekutu pasif terbatas hanya pada modal yang dimasukannya kedalam perusahaan tidak meliputi harta kekayaan pribadi sekutu pasif.

5. Perseroan Terbatas (PT)

Perseroan Terbatas (PT) adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham. Sebagai badan hukum, sebuah PT dianggap layaknya orang-perorangan secara individu yang dapat melakukan perbuatan hukum sendiri, memiliki harta kekayaan sendiri dan dapat menuntut serta dituntut di muka pengadilan. Untuk menjadikannya sebagai badan hukum PT, sebuah perusahaan harus mengikuti tata cara pembuatan, pendaftaran dan pengumuman sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT).

Sebagai persekutuan modal, sebuah PT didirikan oleh para pendiri yang masing-masing memasukan modal berdasarkan perjanjian. Modal tersebut terbagi dalam saham yang masing-masing saham mempunyai nilai yang secara keseluruhan menjadi modal perusahaan. Tanggung jawab para pendiri PT adalah sebatas modal yang disetorkan ke dalam PT dan tidak meliputi harta kekayaan pribadi mereka. Menurut UU PT, Modal PT terbagi atas Modal Dasar, Modal Ditempatkan dan Modal Disetor. Modal Dasar adalah modal keseluruhan PT sebagaimana yang dinyatakan dalam Akta Pendiriannya, yaitu nilai yang menunjukkan besarnya nilai perusahaan. Modal ditempatkan adalah bagian Modal Dasar yang wajib dipenuhi/disetor oleh masing-masing para pemegang saham kedalam perusahaan, sedangkan Modal Disetor adalah Modal Ditempatkan yang secara nyata telah disetorkan.

Untuk menjalankan perusahaan, sebuah PT dilengkapi organ-organ yang memiliki fungsi masing-masing, yaitu: Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris. Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas, Rapat Umum Pemegang Saham adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas-batas yang ditentukan dalam undang-undang tersebut. Secara umum, tugas RUPS adalah menentukan kebijakan perusahaan. Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan, sehingga Direksi dapat mewakili perseroan itu baik di dalam maupun di luar pengadilan. Tugas Dewan Komisaris adalah melakukan pengawasan terhadap perseroan, baik secara umum maupun secara khusus, termasuk memberi nasihat kepada Direksi

VI. ASPEK KEUANGAN

I. TUJUAN

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat:

1. Menilai kelayakan rencana usaha dari segi aspek keuangan

2. Menilai kelayakan rencana usaha dengan menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh pendapatan serta besarnya biaya yang dikeluarkan

3. Menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan

II. Pokok Bahasan

1. Analisis Kebutuhan Dana (kebutuhan biaya investasi)

2. Analisis Sumber Dana (hutang/modal sendiri)

3. Analisis Arus Kas (Cash Flow)

4. Proyeksi Arus Kas Bersih

5. Proyeksi Pendapatan dan Biaya-biaya

6. Proyeksi Laporan Laba Rugi

7. Proyeksi Anggaran Kas

8. Proyeksi Neraca

9. Analisis Biaya Modal 10. Analisis Kelayakan Proyek/Usaha

III. Uraian/Deskriptif Bahan Ajar

Keuangan merupakan salah satu fungsi bisnis yang bertujuan untuk membuat keputusan keputusan investasi, pendanaan, dan pembagian laba.

Keputusan investasi ditujukan untuk menghasilkan kebijakan yang berhubungan dengan (a) kebijakan pengalokasian sumber dana secara optimal, (b) kebijakan modal kerja (c) kebijakan investasi yang berdampak pada strategi perusahaan yang lebih luas (merger dan akuisisi) (Damodaran, 1997).

Keputusan pendanaan difokuskan untuk medapatkan usaha optimal dalam rangka mendapatkan dana atau dana tambahan untuk mendukung kebijakan investasi. Sumber dana dibagi dalam 2 kategori yakni:

(a) internal yaitu dari laba ditahan (retained earnings)

(b) sumber eksternal yaitu:

i. Dalam bentuk utang yang meliputi penundaan pembayaran utang, pinjaman jangka pendek sebagai tambahan modal kerja, dan pinjaman jangka panjang (obligasi) sebagai dana investasi.

ii. Menerbitkan saham, baik dalam bentuk saham perdana (Initial Public Offer/IPO) maupun saham biasa baru sebagai sumber modal investasi dalam rangka ekspansi perusahaan.

Masalah utama dalam mengoptimalkan keputusan pendanaan adalah menetapkan struktur modal (utang dan ekuitas) yang optimal sebagai asumsi dasar dalam memutuskan berapa jumlah dana dan bagaimana komposisi jumlah dana pinjaman dan dana sendiri yang ditambahkan untuk mendukung kebijakan investasi sehingga kinerja keuangan perusahaan dapat tumbuh secara sehat. Di samping itu, komposisi struktur modal harus pula dipertimbangkan hubungan antara perusahaan, kreditur, maupun pemegang saham sehingga tidak terjadi konflik (Saragih, Manurung dan Manurung, 2005).

Keputusan dividen ditentukan dari jumlah keuntungan perusahaan setelah pajak (earning after tax). Oleh karena itu tujuan memaksimumkan keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham (dividen) dengan kendala memaksimumkan laba ditahan untuk diinvestasikan kembali sebagai sumber dana internal, dengan kata lain semakin banyak jumlah laba ditahan berarti semakin sedikit uang yang tersedia bagi pembayaran dividen.

Kebutuhan Dana

Suatu aktivitas bisnis tidak akan dapat berjalan dengan baik bila tidak didukung oleh ketersediaan dana yang baik dan mencukupi. Bila suatu aktivitas bisnis tidak dapat memenuhi permintaan barang atau jasa sesuai dengan jumlah dan criteria pelanggan dikarenakan bisnis tersebut tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan proses produksinya, maka sudah dapat dipastikan usaha bisnis tersebut akan terancam gagal.

Dalam menentukan besarnya dana yang akan diperlukan untuk menjalankan suatu aktivitas bisnis, dibutuhkan suatu peramalan (forecasting) yang baik. Peramalan atau taksiran ini berbeda-beda untuk masing-masing jenis proyek. Pada umumnya, taksiran dana yang dibutuhkan tersebut tergantung pada kompleksitas dari kegiatan pendanaan itu sendiri, misalnya penentuan lokasi bisnis yang bergantung kepada harga tanah. Semakin mahal harga tanah maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan oleh bisnis tersebut. Di samping itu, terdapat pula faktor-faktor biaya yang akan dikeluarkan selama umur bisnis tersebut.

Menurut Carter dan Usry (2004) biaya adalah: nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfat. Biaya seringkali sinonim dengan beban. Biaya-biaya dapat dibagi dalam kategori (diklasifikasi) menjadi biaya langsung, biaya utama, biaya konversi, biaya tidak langsung, biaya tetap, biaya variabel, biaya terkendali, biaya produk, biaya periode, biaya bersama (joint cost), biaya estimasi, biaya standar, biaya tertanam (sunk cost), dan biaya tunai.

Studi keuangan akan lebih memberikan pendalaman ke arah bagaimana dana akan dialokasikan. Secara umum, pengalokasian dana tersebut dapat dilakukan ke dalam dua bentuk, yaitu untuk aktiva tetap (fixed assets), dan untuk modal kerja (working capital).

Alokasi Dana untuk Aktiva Tetap

Aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap berwujud (tangible assets), dan aktiva tetap tidak berwujud (intangible assets). Aktiva tetap berwujud adalah aktiva yang berwujud yang dapat digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi, seperti tanah, gedung perkantoran dan peralatannya, gedung pabrik dan mesin-mesin, serta aktiva tetap lainnya. Aktiva tetap tidak berwujud adalah: aktiva tetap yang tidak berwujud secara fisik yang memiliki umur lebih dari satu tahun seperti hak paten, lisensi, copyright, goodwill, biaya pendahuluan, biaya-biaya pra-operasional, dan lain sebagainya.

Alokasi Dana untuk Modal Kerja

Weston & Copeland (1995) mendefinisikan modal kerja adalah investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi beban lancar. Sedangkan Sawir (2005), menyatakan modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk membiayai kegiatan operasi sehari-hari. Secara umum modal kerja dapat diartikan dalam dua bentuk, yaitu: gross working capital dan net working capital. Menurut Van Horne dan Wachowichz (2005) gross working capital adalah: keseluruhan aktiva lancar yang akan digunakan dalam operasi. Sedangkan net working capital menunjukkan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar. Modal kerja di sini akan diartikan sebagai keseluruhan aktiva lancar yang akan digunakan untuk kegiatan operasional bisnis, di luar dari penggunaan dana untuk aktiva tetap yang tersebut di atas. Estimasi dari modal kerja tergantung kepada rencana produksi dan penjualan dari bisnis tersebut. Semakin besar rencana produksi dan penjualan yang akan dilaksanakan oleh suatu bisnis, maka akan semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.

Sumber Pendanaan

Pendanaan adalah suatu indikator penting dalam mendeteksi apakah suatu bisnis dapat dijalankan atau tidak. Akhir-akhir ini, telah banyak berkembang berbagai lembaga keuangan maupun non-keuangan yang telah bersedia untuk mendanai suatu aktivitas bisnis, tentu saja dengan persyaratan tertentu. Sumber dana dari lembaga-lembaga itu sering disebut sebagai modal asing (modal pinjaman). Sumber dana bisa didapat dari (1) modal asing yaitu: sumber dana yang didapatkan dari luar perusahaan (kreditur) yang tidak ikut memiliki perusahaan tersebut seperti bank, perusahaan leasing, dan lain sebagainya. Sumber dana dari modal asing biasanya berwujud hutang, baik hutang jangka panjang, maupun hutang jangka pendek. (2) dari internal perusahaan yang akan melakukan aktivitas bisnis. Sumber dana ini disebut juga sebagai sumber dana modal sendiri. Sumber dana modal sendiri biasanya berwujud modal saham dan laba ditahan.

Masalah yang sebenarnya pada akhirnya akan dibahas di dalam studi aspek keuangan itu sendiri perihal modal adalah bagaimana bisnis tersebut akan didanai baik dengan modal sendiri, modal asing, ataupun gabungan keduanya, akan dapat mencapai keuntungan yang ekonomis. Artinya: bagaimana struktur modal tersebut disusun agar dapat meminimumkan biaya modal (cost of capital), sehingga akan optimal penggunaannya.

Perhitungan biaya modal penting dilakukan untuk menentukan tingkat keuntungan (cut off rate) yang diharapkan dari suatu aktivitas bisnis. Artinya, suatu aktivitas bisnis akan sangat bergantung kepada biaya modal perusahaan yang didanai oleh modal asing atau modal sendiri atau gabungan keduanya

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dana pembelanjaan dapat diperoleh dari 2 sumber, di antaranya:

Hutang/kredit/modal asing

Modal sendiri

Pembelanjaan Hutang

Pembelanjaan hutang (debt) sebagai sumber pendanaan akan memiliki risiko (risk) berupa pembayaran bunga (interest) dan pengembaliannya (repayment). Hal ini dikarenakan adanya prinsip the riskreturn trade off, yaitu: kecenderungan investor untuk memberikan investasi kepada proyek dengan risiko yang tinggi, dengan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) akan tinggi pula (Keown dkk., 2001). Artinya: hutang/kredit dapat dipenuhi, apabila tingkat suku bunga terhadap pinjaman tersebut sesuai dengan keinginan kreditor atau investor. Hutang yang digunakan untuk membelanjai kegiatan perusahaan dapat dibagi dua, yaitu:

Hutang jangka pendek (short term debt)

Hutang jangka panjang (long term debt)

Hutang Jangka Pendek

Menurut Warren, Reeve & Fess, (2005), such liabilities that are to be paid out of current assets and are due within a short time, usually one year, are called current liabilities. Artinya: hutang jangka pendek akan dikembalikan dalam tempo waktu kurang dari 1 tahun. Hutang jangka pendek ini hanya dapat digunakan untuk pembiayaan investasi jangka pendek pula, misalnya: pembiayaan aktiva lancar atau modal kerja. Pendanaan hutang jangka pendek dapat berasal dari:

1. Pinjaman dari lembaga keuangan.

Lembaga keuangan biasanya akan memiliki beberapa penilaian tentang layak atau tidaknya suatu bisnis menerima pinjaman investasi. Penilaian tersebut berkenaan dengan faktor-faktor sebagai berikut:

Rencana penggunaan pinjaman perusahaan.

Kondisi keuangan bisnis perusahaan.

Peramalan tentang industri atau lingkungan di sekitar bisnis perusahaan.

Adanya jaminan dari perusahaan yang dapat digunakan untuk mengembalikan pinjaman.

Persyaratan-persyaratan tersebut akan menentukan jumlah pinjaman, jangka waktu pinjaman, jaminan terhadap pinjaman, dan tingkat suku bunga pinjaman.

2. Menerbitkan surat dagang

Surat dagang misal: surat hutang wesel dan surat hutang lainnya dengan tingkat suku bunga yang menarik.

3. Kredit dagang

Kredit dagang adalah surat hutang yang memiliki kekuatan hukum lebih lemah dibandingkan surat dagang.

4. Sumber keuangan lainnya

Misal: pegadaian, masyarakat pemodal (kreditor), dansebagainya.

Hutang Jangka Panjang

Menurut Warren, Reeve, & Fess (2005), liabilities that will be due for a long time (usually more than one year) are called long-term liabilities. Artinya hutang jangka panjang akandiharapkan dibayarkan kembali dalam kurun waktu lebih dari 1 tahun, misal: obligasi (bonds), hipotik (mortage), dan sebagainya. Hutang jangka panjang dapat digunakan untuk pembiayaan modal kerja ataupun membiayai aktiva tetap.

Banyak perusahaan besar yang umumnya membutuhkan dana yang besar, memilih memperoleh dana dari obligasi, yaitu merupakan surat hutang jangka panjang yang dibeli oleh para investor dari negara. Hal ini dikarenakan tingkat suku bunga obligasi yang relatif lebih rendah dibandingkan pinjaman terhadap lembaga keuangan lainnya.

Ketika sebuah perusahaan berencana akan menerbitkan obligasi, maka perusahaan tersebut akan membuat suatu indent document (dokumen inden). Dokumen inden adalah suatu dokumen resmi yang menerangkan atau menjamin kesanggupan perusahaan untuk membayarkan hutang kepada pemegang obligasi. Dokumen inden memberikan hak kepada perusahaan penerbit obligasi untuk melakukan pembelian kembali obligasi yang telah diterbitkan sebelum jatuh temponya obligasi tersebut.

Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menggunakan pendanaan hutang untuk membelanjai aktivitas usaha suatu bisnis, yaitu:

biaya

risiko

syarat-syarat yang ditetapkan kreditor

tingkat inflasi

kemampulabaan

posisi likuiditas

keamanan usaha

Pembelanjaan Modal Sendiri

Pembelanjaan yang akhir-akhir ini umumnya dipakai oleh banyak aktivitas bisnis adalah pembelanjaan modal sendiri. Pembelanjaan modal sendiri disebut juga sebagai pembelanjaan atau pendanaan ekuitas, yang digunakan untuk waktu yang tidak terbatas. Artinya pendanaan tersebut akan digunakan selama perusahaan tersebut berdiri.

Di dalam pendanaan ekuitas, terdapat 2 hal yang penting, yaitu:

A. Laba Ditahan

Perusahaan akan memilih menahan laba daripada mendistribusikannya langsung kepada pemilik untuk memperoleh pendanaan ekuitas, misal untuk tujuan memperluas ekspansi perusahaan. Perusahaan besar biasanya akan menahan sebagian labanya untuk dividen, dan sebagian lagi untuk ditahan. Sementara perusahaan kecil akan menahan sebahagian besar labanya untuk tujuan tertentu.

B. Penerbitan Saham

Pendanaan ekuitas, biasanya akan sering menggunakan saham pada perseroan terbatas sebagai sumber pendanaannya, atau pada persekutuan komanditer (CV) dan firma (Fa) digunakan modal sekutu. Sementara untuk perusahaan perseorangan, pembelanjaan sendirinya menggunakan modal pribadi. Sedangkan untuk PT biasanya menerbitkan saham. Saham adalah sebuah tanda bukti keikutsertaan seseorang atau suatu pihak akan kepemilikan suatu perusahaan atau suatu bisnis. Saham akan diterbitkan oleh perusahaan yang membutuhkan pendanaan ekuitas.

Pembelanjaan Campuran

Seperti dijelaskan sebelumnya, di dalam menjalankan usahanya, suatu entitas bisnis diharapkan harus memiliki modal yang cukup untuk melakukan pembiayaan terhadap aktivitas-aktivitas bisnisnya dalam rangka pemenuhan atas barang ataupun jasa terhadap kepuasan konsumen. Dari aktivitas pembiayaan tersebut, diharapkan suatu perusahaan mampu menghasilkan laba.

Untuk memenuhi modal yang cukup tersebut, perusahaan akan melakukan kegiatan pencarian modal. Modal tersebut dapat diperoleh dari hutang atau modal sendiri. Dalam kenyataannya, jumlah kredit atau hutang di dalam kegiatan permodalan suatu perusahaan untuk membelanjai proyek selalu terbatas.

Semakin tinggi peranan hutang di dalam pembiayaan aktivitas bisnis suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula kemungkinan untuk mencapai kemampulabaan modal sendiri yang tinggi dari perusahaan tersebut, diikuti semakin tingginya risiko, namun keamanan yang dijamin akan semakin rendah. Sebaliknya, bila peranan modal sendiri yang semakin tinggi, maka risiko yang dihadapi perusahaan akan lebih rendah, sementara keamanan akan lebih tinggi, dan sekaligus pula kemampulabaan akan modal sendiri semakin rendah.

Karena faktor-faktor di atas, banyak pimpinan proyek selalu menggunakan pembelanjaan campuran di dalam mendanai kegiatan bisnisnya. Pembelanjaan campuran (financing mix) adalah penggunaan pembelanjaan dengan mengkombinasikan antara pembelanjaan modal sendiri dan pembelanjaan hutang/kredit. Dengan pembelanjaan campuran, diharapkan perusahaan dapat menghasilkan laba dengan cara yang efektif.

Pertimbangan di dalam memilih penggunaan pembelanjaan campuran adalah dengan melihat faktor kemampulabaan (return on equity) dan risiko serta keamanan.

A. Risiko dan Kemampulabaan (Return on Equity)

Tujuan untuk menentukan biaya penggunaan modal adalah dalam rangka penentuan investasi yang terbaik. Kalau berinvestasi menggunakan modal sendiri, maka cut off rate-nya adalah biaya modal sendiri.

Kemampulabaan atau Return on Equity (ROE) adalah merupakan tingkat pengembalian perusahaan bisnis terhadap investasi yang diberikan oleh para kreditor. Sedangkan risiko adalah: tingkat perbedaan antara nilai yang diharapkan (expected value), dengan nilai yang sebenarnya akan diterima (actual value) di masa depan.

Tingkat pengembalian investasi adalah balas jasa dari risiko. Artinya semakin besar risiko suatu proyek, maka akan semakin besar pula ROE yang diharapkan akan diterima di masa depan. Sebaliknya, semakin kecil risiko suatu proyek, akan semakin rendah pula tingkat ROE yang diharapkan akan diterima. Van Horne (2005) untuk menganalisis risiko biasanya dilakukan dengan mengukur secara operasional suatu standar deviasi. Standar deviasi adalah: ukuran lebar dispersi titik tengah distribusi probabilitas.

Risiko yang muncul dari kegiatan pendanaan adalah risiko ekonomi (economic risk), dan risiko keuangan (financial risk). Risiko ekonomi berhubungan dengan faktor permintaan dan factor penawaran. Risiko keuangan berkaitan erat dengan penggunaan kredit untuk aktivitas pembiayaan itu sendiri, yang sering digambarkan dengan tingkat bunga dan keamanan pembayaran kembali (repayment).

B. Keamanan

Setiap penanam modal/investor tentunya menanamkan modalnya, dengan tujuan ingin memperoleh kompensasi tambahan lebih dari modal yang akan ia tanamkan pada suatu perusahaan. Namun, meskipun demikian, kompensasi atau tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor di masa depan, tentunya tidak selamanya akan sesuai dengan harapan si pemegang saham. Sebab masa depan penuh dengan risiko dan ketidakpastian. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu tingkat keamanan dari perusahaan yang dapat digambarkan dari laporan keuangan dan analisis pengembalian modal dari perusahaan yang bersangkutan.

Keterkaitan antara keamanan dengan analisis keuangan, terutama kegiatan pembelanjaan campuran, yaitu: semakin lama jangka waktu (validitas) jatuh tempo suatu dana yang digunakan dalam aktivitas pendanaan perusahaan, maka akan semakin aman pula aktivitas pendanaan tersebut digunakan untuk membiayai proyek. Sehingga dapat kita simpulkan, dana yang paling aman digunakan untuk membelanjai aktiva adalah dari modal sendiri. Sebab modal sendiri dapat digunakan untuk membiayai proyek selama umur proyek, artinya dana modal sendiri memiliki probabilitas pembayaran kompensasi nilai lebih besar dibandingkan dengan hutang/kredit. Dan dana yang paling tidak aman untuk diinvestasikan adalah yang bersumber dari hutang lancar, karena hutang lancar akan dilunasi dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun.

Biaya Modal (Cost of Capital)

Setiap modal yang ditanamkan atau diinvestasikan, akan mengeluarkan biaya modal (cost of capital) tersendiri. Biaya modal tersebut maksudnya adalah: biaya yang harus dikeluarkan setelah adanya penanaman modal, misalnya keharusan adanya pembayaran dividen bagi pemegang saham.

Biaya modal hutang jangka panjang mengurangi besarnya pajak pendapatan. Biaya hutang jangka pendek akan dibayar sebelum perhitungan pajak pendapatan, sehingga tidak berpengaruh terhadap perhitungan pajak pandapatan. Sebaliknya, perhitungan biaya modal dari modal sendiri baik dividen saham preferen, maupun saham biasa diperhitungkan setelah perhitungan pajak pendapatan.

Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk masing-masing sumber dana atau disebut biaya modal individual. Biaya modal individual tersebut dihitung satu per satu untuk tiap jenis modal. Namun, apabila perusahaan menggunakan beberapa sumber modal maka biaya modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital disingkat WACC) dari seluruh modal yang digunakan. Konsep biaya modal erat kaitannya dengan dengan konsep mengenai pengertian tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return). Tingkat keuntungan yang disyaratkan sebenarnya dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi investor dan perusahaan.

Aliran Kas (Cash Flow)

Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode. Rincian pengeluaran dan penerimaan kas di dalam laporan arus kas dapat dibedakan menjadi tiga aktivitas, antara lain:

A. Aktivitas Operasi (Operating Activities)

Aktivitas ini meliputi segala aktivitas bisnis perusahaan yang berhubungan baik secara langsung, maupun tidak langsung dengan kegiatan operasional pokok atau yang utama dari perusahaan, yaitu dari transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih.

B. Aktivitas Investasi (Investing Activities)

Aktivitas ini meliputi segala kegiatan yang berhubungan dengan harta (assets) yang terdapat pada neraca.

C. Aktivitas Pembiayaan (Financing Activities)

Aktivitas ini akan memiliki kaitan dengan segala transaksi atau proses aktivitas bisnis suatu perusahaan yang mempengaruhi pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik.

Para investor biasanya terlebih dahulu akan memperhatikan laporan arus kas dibandingkan laporan laba rugi (income statement). Hal ini dikarenakan kas adalah tergolong harta lancer yang tingkat likuiditasnya paling tinggi di antara semua harta lancar. Karena tingkat likuiditasnya paling tinggi, maka kas tersebut dapat dengan segera melunasi segala kewajiban yang ada pada perusahaan terhadap investor. Dengan kata lain, dalam keadaan yang paling buruk, sejauhmana perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya dapat melunasi kewajibannya, dapat diukur dengan seberapa besar nilai kas yang ada pada laporan arus kas-nya.

Pemilihan Investasi

Dalam bisnis kategori pemilihan investasi didasarkan pada replacement (mengganti peralatan yang telah rusak/boros) dan expansion (ekspansi untuk produk yang sudah ada atau produk yang berbeda).

Beberapa metode yang dapat dilakukan di dalam penilaian investasi akan dipaparkan dalam bagian ini. Metode-metode yang akan dikemukakan ini adalah metode-metode yang secara umum digunakan di dalam Laporan Studi Kelayakan Bisnis.

Metode-Metode Evaluasi Proyek

Keputusan investasi merupakan keputusan manajemen keuangan yang paling penting di antara ketiga keputusan jangka panjang yang diambil manajer keuangan. Disebut penting, karena selain penanaman modal pada bidang usaha yang membutuhkan modal yang besar, juga keputusan tersebut mengandung risiko tertentu, serta langsung berpengaruh pada nilai perusahaan.

Pada umumnya, langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengambilan keputusan investasi adalah sebagai berikut:

1) Adanya usulan investasi (proposal investasi).

2) Memperkirakan arus kas (cash flow) dari usulan investasi tersebut.

3) Mengevaluasi profitabilitas investasi dengan menggunakan beberapa metode penilaian kelayakan investasi.

4) Memutuskan menerima atau menolak usulan investasi tersebut.

Untuk menilai profitabilitas rencana investasi dikenal dua macam metode, yaitu metode konvensional dan metode non-konvensional (discounted cash flow). Dalam metode konvensional dipergunakan dua macam tolok ukur untuk menilai profitabilitas rencana investasi, yaitu payback period dan accounting rate of return, sedangkan dalam metode non-konvensional dikenal tiga macam tolok ukur profitabilitas, yaitu Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan Internal Rate of Return (IRR).

A. Metode Payback Period (PP)

Payback period adalah suatu metode berapa lama investasi akan kembali atau periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash flow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Suatu usulan investasi akan disetujui apabila payback period-nya lebih cepat atau lebih pendek dari payback period yang disyaratkan oleh perusahaan.

Metode payback period merupakan metode penilaian investasi yang sangat sederhana perhitungannya, sehingga banyak digunakan oleh perusahaan. Tetapi di lain pihak metode ini mempunyai kelemahan-kelemahan, yaitu:

a) Tidak memperhatikan nilai waktu uang.

b) Mengabaikan arus kas masuk yang diperoleh sesudah payback period suatu rencana investasi tercapai.

c) Mengabaikan nilai sisa (salvage value) investasi.

Meskipun metode payback period memiliki beberapa kelemahan, namun metode ini masih terus digunakan secara intensif dalam membuat keputusan investasi, tetapi metode ini tidak digunakan sebagai alat utama melainkan hanya sebagai indikator dari likuiditas dan risiko investasi.

Keunggulan metode payback period adalah sebagai berikut:

a) Perhitungannya mudah dimengerti dan sederhana.

b) Mempertimbangkan arus kas dan bukan laba menurut akuntansi.

c) Sebagai alat pertimbangan risiko karena makin pendek payback makin rendah risiko kerugian.

B. Metode Net Present Value (NPV)

Secara umum ada anggapan bahwa metode net present value merupakan kriteria seleksi kuantitatif yang paling baik sehingga paling sering digunakan untuk menilai kelayakan suatu usulan investasi. Namun ada kalanya perusahaan dalam proses pembuatan keputusan investasi tidak hanya menggunakan metode net present value tetapi juga menggunakan metode-metode lainnya secara bersama-sama.

Metode ini adalah metode yang mengurangkan nilai sekarang dari uang dengan aliran kas bersih operasional atas investasi selama umur ekonomis termasuk terminal cash flow dengan initial cash flow (initial investment).

Metode ini memperhatikan nilai waktu uang, maka arus kas masuk (cash inflow) yang digunakan dalam menghitung net resent value (nilai sekarang bersih) adalah arus kas masuk yang didiskontokan atas dasar discount rate tertentu (biaya modal, opportunity cost, tingkat bunga yang berlaku umum). Selisih antara present value penerimaan kas dengan present value pengeluaran kas dinamakan Net Present Value.

Kriteria keputusan:

Jika NPV bertanda positif (NPV > 0), maka rencana investasi diterima.

Jika NPV bertanda negatif (NPV < 0), maka rencana investasi ditolak.

C. Metode Discount Payback Period

Untuk mengatasi salah satu kelemahan dari metode payback period, yaitu tidak memperhatikan nilai waktu uang, maka dicoba untuk memperbaiki metode tersebut dengan cara mempresent-valuekan arus kas masuk (cash inflow) dari rencana investasi tersebut kemudian baru dihitung payback period-nya. Dengan demikian arus kas yang dipakai adalah arus kas yang telah didiskontokan atas dasar cost of capital/interest rate/required rate of return atau opportunity cost.

D. Metode Internal Rate of Return

IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan nol. Discount rate yang dipakai untuk mencari present value dari suatu benefit/biaya harus senilai dengan opportunity cost of capital seperti terlihat dari sudut pandangan si penilai proyek. Konsep dasar opportunity cost pada hakikatnya merupakan pengorbanan yang diberikan sebagai alternatif terbaik untuk dapat memperoleh sesuatu hasil dan manfaat atau dapat pula menyatakan harga yang harus dibayar untuk mendapatkannya.

E. Metode Profitability Index (PI)

Profitability index dapat dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar.

Kriteria penilaian PI adalah: jika nilai PI lebih besar dari 1, usulan proyek dinyatakan layak, sebaliknya jika PI lebih kecil dari 1 usulan proyek dinyatakan tidak layak.

EMBED Equation.3

Sari SuryaStudi Kelayakan BisnisPage 37

_1405326623.unknown