EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ALQURUN TEACHING …digilib.unila.ac.id/25956/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ALQURUN TEACHING …digilib.unila.ac.id/25956/3/SKRIPSI TANPA BAB...
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ALQURUN TEACHING MODELDITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAANLINEAR SATU VARIABEL
(Studi Pada Siswa Kelas VII SMP IT Ar-Raihan BandarlampungSemester Ganjil Tahun Pelajaran 2016-2017)
(Skripsi)
Oleh
ARIESTA YANADA PUTRI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ALQURUN TEACHING MODELDITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAANLINEAR SATU VARIABEL
(Studi Pada Siswa Kelas VII SMP IT Ar-Raihan BandarlampungSemester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh
Ariesta Yanada Putri
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran
Alqurun Teaching Model ditinjau dari pemahaman konsep persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel. Penelitian ini menggunakan posttest only
control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP
IT Ar-Raihan Bandarlampung tahun pelajaran 2016/2017 yang terdistribusi dalam
4 kelas, kemudian diambil 2 kelas sebagai sampel melalui teknik purposive
random sampling. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Alqurun Teaching
Model tidak efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel.
Kata kunci: alqurun teaching model, efektivitas, pemahaman konsep matematis
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ALQURUN TEACHING MODELDITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAANLINEAR SATU VARIABEL
(Studi Pada Siswa Kelas VII SMP IT Ar-Raihan BandarlampungSemester Ganjil Tahun Pelajaran 2016-2017)
Oleh
Ariesta Yanada Putri
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan MatematikaFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gedungsari, Kecamatan Anak Ratu Aji, Kabupaten
Lampung Tengah, Lampung pada tanggal 13 April 1995. Penulis merupakan anak
semata wayang dari pasangan Bapak Sumari, S.Pd. dan Ibu Sri Hartati, S.Pd..
Penulis telah menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Gedungsari pada
tahun 2007, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji pada
tahun 2010, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Kotabumi pada
tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun
2013 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN)
dengan mengambil Program Studi Pendidikan Matematika.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT)
pada tahun 2016 di Kelurahan Kuripan, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten
Tanggamus dan menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri
1 Kotaagung, Kabupaten Tanggamus.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi kampus.
Pada forum tingkat program studi MEDFU (Mathematic Education Forum
Ukhuwah) sebagai Generasi Muda Medfu pada periode 2013/2014, Bendahara
Divisi Pembinaan pada periode 2014/2015 dan Bendahara Umum pada periode
2015/2016. Oorganisasi tingkat jurusan yaitu HIMASAKTA (Himpunan
Mahasiswa Eksakta) sebagai Eksakta Muda pada periode 2013/2014 dan anggota
divisi kerohanian pada periode 2014/2015. Organisasi tingkat Fakultas yaitu FPPI
(Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam) sebagai Generasi Muda pada periode
2013/2014, Anggota Bidang Humas pada periode 2014/2015 dan Wakil Ketua
Biro BBQ (Bimbingan Baca Qur’an) pada periode 2015/2016. Penulis pernah
menjadi anggota Panitia Khusus Pemilihan Raya Universitas pada tahun 2015.
Selain itu, Penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah
Pembelajaran Berbasis TIK, Statistika Dasar dan Desain Pembelajaran
Matematika.
MOTTO
Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti
terhadap yang kamu kerjakan.
(QS. Al-Mujadalah: 11)
Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah,
niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
(QS. Muhammad: 7)
Do The Best, For The Best, and Be The Best Because Allah SWT
PERSEMBAHAN
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Segala Puji Bagi Allah Subhanahuwata’ala, Dzat Yang Maha Sempurna
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Murobbi terbaik
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam
Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan kasihku kepada:
Ibuku Sri Hartati dan Bapakku Sumari tercinta, yang memberi semangat dan
selalu mendoakan setiap waktu untuk keberhasilan putrinya. Sehingga
putrinya ini yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik
untuk hamba-Nya.
Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran, semoga ilmu yang
telah diberikan menjadi jariah yang mengalir deras.
Semua keluarga besar Mbah Dullah Sayuti dan Mbah Wakidi yang begitu tulus
menyayangi dengan segala kekurangan, selalu memberikan semangat,
dan doa terbaik untuk cucu pertamanya ini.
Almamater Universitas Lampung tercinta
SANWACANA
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang
akhlaknya paling mulia, murobbi terbaik yang telah membawa perubahan luar
biasa, menjadi uswatun hasanah di muka bumi ini, yaitu Rasulullah Muhammad
SAW.
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Alqurun Teaching Model
Ditinjau dari Kemampuan Pemahaman Konsep Persamaan dan
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel (Studi pada Siswa Kelas VII SMP IT Ar-
Raihan Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017)” adalah
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibunda tercinta Sri Hartati dan Ayahanda tercinta Sumari yang selalu
memberikan cinta, perhatian, kasih sayang, semangat, dan kerja keras yang
ii
telah diberikan selama ini serta doa terbaik yang tak henti-hentinya diucapkan
untuk putrinya ini.
2. Keluarga besar Mbah Dullah Sayuti dan Mbah Wakidi yang begitu tulus
menyayangi dengan segala kekurangan, selalu membimbing dan memberikan
semangat, serta mendoakan yang terbaik untuk cucu pertamanya ini.
3. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik
sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya
untuk membimbing, memberikan saran, perhatian, sumbangan pemikiran,
motivasi dan semangat selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini
menjadi lebih baik.
4. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika dan Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk membimbing, sumbangan pemikiran, kritik serta saran kepada
penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
5. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan
motivasi, kritik, dan saran dalam memperbaiki penulisan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M. Hum., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.
7. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP
Universitas Lampung.
8. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Dosen Pendidikan Matematika yang
selalu menginspirasi, memberikan motivasi dan memberikan kesempatan bagi
penulis untuk membantu beliau sebagai asisten.
iii
9. Bapak Drs. Pentatito Guno Wibowo, M.Pd., Ibu Rini Asnawati, M.Pd., Ibu
Widyastuti, M.Pd., dan Bapak Agung Putra Wijaya, M.Pd., selaku Dosen
Pendidikan Matematika yang selalu menginspirasi, dan menjadi penyemangat
penulis untuk mengikuti jejak-jejak beliau menjadi seorang dosen yang baik.
10. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
11. Miss Julianti Mustika, S.Pd. selaku guru mitra dan seluruh perangkat sekolah
serta staff SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung yang telah memberikan
kemudahan selama penelitian.
12. Siswa/siswi kelas VII Abas dan VII Umar SMP IT Ar-Raihan Tahun Pelajaran
2016/2017, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.
13. Bapak Drs. Sugiono selaku guru pamong PPL dan keluarga besar SMAN 1
Kotaagung, terimakasih untuk dukungan, bantuan, dan semangat yang telah
diberikan selama ini.
14. Sepupu yang kusayangi: Si partner terbaik dan terrusuh Umi Miftahul Aprilia,
si ustadz M. Fathul Falahuddin, si kece Zulfa Salsabila Nur, si pendiam Alifah
Zhafarina Izzati, si baik M. Luthfan Fakhri, si cerdas Nadin Alivia, si aktif
Alvito Zhafran Izzalul Fadli, si cantik Ammara Shaqila Nur Sabrina, si lucu
Ibram Rafanza Rifqy, dan si menggemaskan Ayub Al-Ghifari.
15. Sahabat selamanya Amaturrahman Nurul Fahmi, Ayu Novita Sari, Ely Susanti
atas kebersamaannya selama ini.
16. Sahabat-sahabat Akhwat Kece: Ama, Ana wahyu, Aulia, Kiki, Dini, Dewipur,
Dewiyul, Anisa, Uus, Hunai, Inayah, Baiti, dan shalihahku: Ngah Oktari, Mb
Rena, Mb Linda, Mb Dewi, Mb Wida, Mb Diah, Mb Esy, Mb Tika, Mb Yuni,
iv
Rizky F, Niken, Nisa’ul, Enti, Juzsi, Devisa, Ridha, Qudwah, Dewi Shaum,
Hanani, Eka, Yunda, Kumala, Riska, Sartika, Nova, Atun, Atus, dan seluruh
tutor Akhwat BBQ FKIP terimakasih untuk kebersamaannya, semoga
ukhuwah kita mengantarkan ke Jannah-Nya.
17. Teman-teman organisasi tercinta Medfu, Himasakta, FPPI, dan sahabat dari
aktivis Tarbiyah, atas doa dan saling mengingatkan dalam kebaikan,
kebenaran, semoga ukhuwah kita mengantarkan ke Jannah-Nya.
18. Sahabat serta teman-temanku: Julia Sekar Mentari (Pembimbing III versi
penulis), Ana W. N., Rifki A., Chusna W., Amalia L., Ni Wayan S. S., Dina
C. F., Husain K., Humedi, Rizki H. P. terimakasih untuk kebersamaan serta
segala bentuk bantuan selama ini.
19. Rekan-rekan asisten Pembelajaran Berbasis TIK Tahun 2015/2016 (Iyi, Ucen,
Hadi, Ajeng, Ibro), Statistika Dasar dan Desain Pembelajaran Matematika
Tahun 2016/2017 (Iyi, Amel, Ucen, Dessy, Era, Nonik, Jo, Gustiara),
terimakasih untuk kebersamaan selama ini.
20. Penghuni Pondok Arita Ibu Mely, Sabee, Mb Cen, Mb Maya, Mb Opa, Mb
Mila, Ulul, Indah, Aini, Ayu, Elva, Dewi, Anisa, Mei dan Zaskia terimakasih
untuk kebahagiaan setiap hari yang kalian berikan.
21. Rekan seperjuangan KKN-KT Unila Kelurahan Kuripan, Kotaagung Tahun
2016, Dela, Dian, Intan, Deri, Silvi, Imam, Restu, Adi, dan Ubay terimakasih
atas kebersamaan dan bantuan selama ini.
22. Teman-teman seluruh angkatan 2013 kelas A dan B Pendidikan Matematika
Unila, terimakasih atas kebersamaan dan bantuan selama ini.
v
23. Kakak tingkat 2011, 2012 serta adik tingkat 2014, 2015 dan 2016 yang telah
memberikan bantuan serta dukungan selama ini, terimakasih untuk semuanya.
24. Almamater tercinta yang telah menjadi tempat belajar serta mendewasakan
diri.
25. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada
penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga
skripsi ini bermanfaat.
Bandarlampung, Februari 2017
Penulis
Ariesta Yanada Putri
vi
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR ISI................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 10
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 11
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 14
1. Efektivitas Pembelajaran ............................................................ 14
2. Alqurun Teaching Model ............................................................ 18
3. Pemahaman Konsep ................................................................... 22
B. Kerangka Pikir ................................................................................ 25
C. Anggapan Dasar .............................................................................. 30
D. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 30
vii
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ....................................................................... 31
B. Desain Penelitian ............................................................................ 32
C. Prosedur Penelitian ......................................................................... 33
D. Data Penelitian ................................................................................ 34
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 34
F. Instrumen Penelitian ....................................................................... 35
1. Validitas Instrumen .................................................................... 36
2. Reliabilitas Instrumen ................................................................ 37
3. Daya Pembeda ........................................................................... 38
4. Tingkat Kesukaran ..................................................................... 39
G. Teknik Analisis Data ....................................................................... 41
1. Uji Normalitas ............................................................................ 41
2. Uji Homogenitas ........................................................................ 43
3. Uji Hipotesis ............................................................................... 44
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................... 48
1. Data Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa ........................... 48
2. Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep ........... 49
3. Hasil Uji Hipotesis Pertama ....................................................... 51
4. Hasil Uji Hipotesis Kedua .......................................................... 52
B. Pembahasan ..................................................................................... 53
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ......................................................................................... 61
viii
B. Saran ............................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 63
LAMPIRAN ................................................................................................. 66
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman3.1. Rata-rata Nilai Ujian Mid Semester Ganjil Kelas VII SMP IT
Ar-Raihan Bandarlampung TP. 2016/2017 ......................................... 31
3.2. Desain Penelitian ................................................................................. 33
3.3. Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa......... 35
3.4. Interpretasi Reliabilitas ........................................................................ 38
3.5. Interpretasi Koefisien Reliabilitas Posttest .......................................... 38
3.6. Interpretasi Daya Pembeda .................................................................. 39
3.7. Interpretasi Koefisien Daya Pembeda Posttest .................................... 39
3.8. Interpretasi Tingkat Kesukaran ............................................................ 40
3.9. Interpretasi Koefisiesn Tingkat Kesukaran Posttest ............................ 40
3.10. Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Posttest ............................................ 41
3.11. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemahaman Konsep ..................... 43
3.12. Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Pemahaman Konsep ................. 44
4.1. Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa .................. 48
4.2. Data Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis ............... 49
4.3. Hasil Uji Independent Sample T-Test Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa .................................................................................. 51
4.4. Hasil Uji Proporsi Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ........ 52
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Contoh Jawaban Siswa ............................................................................. 5
2. Contoh Jawaban Siswa ............................................................................. 6
xi
DAFTAR LAMPIRAN
HalamanLAMPIRAN A: PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1. Silabus Kelas Eksperimen ............................................................... 68
A.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ...... 74
A.3. Silabus Kelas Kontrol ..................................................................... 93
A.4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ............. 97
A.5. Lembar Kerja Peserta Didik ............................................................ 110
LAMPIRAN B: PERANGKAT TES
B.1. Kisi-kisi Soal Posttest ..................................................................... 132
B.2. Soal Posttest .................................................................................... 134
B.3. Kunci Jawaban Soal Posttest .......................................................... 135
B.4. Validasi Instrumen Penilaian .......................................................... 137
B.5. Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ............................... 139
LAMPIRAN C: ANALISIS DATA
C.1. Analisis Tes Uji Coba ..................................................................... 141
C.2. Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran .......................................... 142
C.3. Analisis Statistik Deskriptif Nilai Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............................ 143
C.4. Analisis Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep ....................... 145
C.5. Uji Normalitas Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ........ 148
xii
C.6. Uji Homogenitas Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis .... 149
C.7. Uji Kesamaan Dua Rata-rata .......................................................... 150
C.8. Uji Proporsi Posttest Kelas Eksperimen ......................................... 152
LAMPIRAN D: LAIN-LAIN
D.1. Kartu Kendali Bimbingan Skripsi ................................................... 155
D.2. Daftar Hadir Seminar Proposal ....................................................... 157
D.3. Daftar Hadir Seminar Hasil ............................................................ 159
D.4. Surat Izin Penelitian Pendahuluan .................................................. 161
D.5. Surat Izin Penelitian ........................................................................ 162
D.6. Surat Keterangan Validitas Posttest ................................................ 163
D.7. Surat Keterangan Penelitian ............................................................ 164
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan
moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Kualitas
pendidikan memiliki pengaruh besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Selain dapat mengembangkan potensi dan keterampilan, pendidikan juga dapat
membantu mengarahkan manusia dalam menjalani kehidupan sebagai makhluk
beragama dan makhluk sosial dengan baik. Seperti yang dirumuskan pada UU No.
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Diperlukan perbaikan mutu pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang
mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Perbaikan mutu pendidikan
dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satunya yaitu melalui proses
pembelajaran. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 Ayat 20 menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Selanjutnya menurut Sudjana (2004: 28) pembelajaran dapat diartikan
2
sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan kegiatan
interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan
pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan
demikian pembelajaran yang baik dan sesuai sangat mempengaruhi proses
pendidikan.
Pembelajaran mencakup beberapa mata pelajaran, salah satunya adalah
matematika. Matematika merupakan mata pelajaran nasional yang sudah ada sejak
jenjang sekolah dasar. Matematika memiliki peranan penting dalam meningkatkan
kemampuan kognitif maupun keterampilan lain. Hal ini sejalan dengan hakikat
matematika dalam kurikulum 2006 yakni matematika adalah ilmu universal yang
mendasari dari perkembangan teknologi modern saat ini yang memiliki peran
penting dalam berbagai disiplin ilmu serta untuk memajukan daya pikir manusia.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi Satuan Pendidikan pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa matematika adalah
salah satu di antara mata pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa. Hal ini
ditetapkan berdasarkan pentingnya matematika untuk siswa. Cornelius
(Abdurrahman, 2003: 253) menyatakan: lima alasan perlunya belajar matematika
karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana
untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola
hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan
budaya. Kelima alasan perlunya belajar matematika menunjukkan manfaat
3
matematika bagi pengembangan potensi siswa. Oleh karena itu, matematika harus
dipelajari siswa dengan sungguh-sungguh.
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 menyatakan bahwa salah satu tujuan
pembelajaran matematika ialah agar siswa dapat memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep serta dapat mengaplikasikan konsep
tersebut secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan tersebut, adanya pembelajaran matematika di tingkat satuan
pendidikan ditujukan sebagai sarana untuk melatih siswa agar setiap siswa dapat
memiliki kemampuan pemahaman konsep. Ini menunjukkan bahwa kemampuan
pemahaman konsep merupakan salah satu aspek penting di dalam proses
pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ruseffendi (2006: 156) bahwa terdapat
banyak siswa yang setelah belajar matematika tidak mampu memahami bahkan
pada bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak konsep yang dipahami
secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet, dan
sulit. Padahal pemahaman konsep merupakan bagian yang paling penting dalam
pembelajaran matematika seperti yang dinyatakan Zulkardi (2003: 7) bahwa mata
pelajaran matematika menekankan pada konsep. Artinya dalam mempelajari
matematika siswa harus memahami konsep matematika terlebih dahulu agar dapat
menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut di
dunia nyata. Sedangkan kemampuan pemahaman konsep matematis adalah
kemampuan siswa dalam memahami materi atau konsep matematika sehingga
4
siswa dapat menguraikan kembali materi tersebut secara jelas dan rinci dengan
menggunakan bahasa mereka sendiri.
Namun sebagian besar siswa Indonesia masih mengalami kesulitan dalam
memahami konsep-konsep dalam matematika. Hal ini terbukti dari hasil survei
Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2012 (OECD,
2014: 5) dengan hasil survei bahwa rata-rata skor kemampuan matematika siswa
Indonesia adalah sebesar 375, sedangkan rata-rata skor pada PISA 2012 adalah
sebesar 494 bahkan skor ideal yang ditetapkan oleh PISA adalah sebesar 500.
Berdasarkan hasil survei tersebut siswa Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65
negara. Selain itu, Trend in International Mathematics and Science Study
(TIMSS) (Mullis, Martin, Foy, dan Arora, 2012: 462) menyatakan bahwa rata-rata
skor yang diperoleh Indonesia pada tahun 2011 adalah 386. Skor tersebut masih
jauh dari standar skor internasional yaitu 500.
Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa kemampuan matematis siswa Indonesia
untuk pengetahuan, penerapan, dan penalaran masih rendah. Rendahnya skor yang
diperoleh siswa Indonesia dikarenakan sebagian besar siswa masih belum terbiasa
mengerjakan soal-soal non rutin, mencakup konteks yang kompleks, dan
melakukan penyelesaian yang banyak. Rustaman (2003: 11) menyatakan bahwa
soal-soal tersebut disajikan dalam bentuk bervariasi, bentuk pilihan ganda, isian
singkat, atau esai. Dalam menjawab soal-soal tersebut dibutuhkan pemahaman
yang baik terhadap konsep-konsep dalam matematika.
Hasil-hasil survei dan uraian diatas sejalan dengan hasil observasi dan wawancara
guru di SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung. Hal tersebut dapat dilihat dari
5
rendahnya nilai ujian mid semester ganjil kelas VII tahun pelajaran 2016/2017
yang sebagian besar mendapatkan nilai di bawah KKM. Rendahnya kemampuan
matematis siswa salah satunya karena kurangnya pemahaman konsep yang
dimiliki siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran masih menggunakan cara
konvensional, yaitu pembelajaran terpusat pada guru dan siswa kurang aktif.
Bahkan selama proses pembelajaran siswa cenderung hanya menyimak apa yang
guru sampaikan. Selain itu, siswa hanya menghafalkan konsep-konsep yang
dipelajarinya tanpa memahami dengan baik. Sehingga mengakibatkan lemahnya
penguasaan siswa terhadap konsep-konsep matematika. Berikut ini adalah salah
satu soal dalam ujian mid semester ganjil kelas VII tahun pelajaran 2016/2017.
“OSIS Ar-Raihan menyelenggarakan pagelaran musik islami, AwesomeIslamic Song. Dalam pagelaran ini, penyanyi-penyanyi yang diundangadalah Harris J, Raef, dan Maher Zein. Karcis ekonomi terjual 2.360 buahdan karcis VIP terjual 1.836 buah. Koran Radar Lampung melaporkanpagelaran musik ini ditonton sekitar 4.500 orang. Sementara koranLampung Post melaporkan bahwa pagelaran musik ini ditonton oleh sekitar4.000 orang. Manakah laporan koran-koran tersebut yang benar? Jelaskanalasanmu.”
Setelah soal tersebut diujikan, hanya terdapat beberapa siswa yang berhasil
menjawab dengan tepat, sedangkan siswa yang lain masih belum bisa
memberikan jawaban yang benar dan alasan yang tepat. Berikut ini beberapa
contoh jawaban siswa untuk soal diatas.
(Gambar 1. Contoh Jawaban Siswa)
6
(Gambar 2. Contoh Jawaban Siswa)
Gambar 1. menunjukkan bahwa siswa sudah mampu menentukan alasan yang
tepat dan penaksiran yang benar dalam menjawab soal, namun seharusnya siswa
dapat menuliskan proses perhitungan (dalam soal yaitu proses penjumlahan tiket
ekonomi dan VIP) atau langkah-langkah dalam memperoleh hasil perhitungan.
Sedangkan, gambar 2. menunjukkan bahwa siswa sama sekali tidak memahami
soal dan konsep materi dalam mengaitkan diantara keduanya. Siswa justru
memberikan jawaban yang tidak matematis dan cenderung hanya asal menjawab
soal yang diberikan. Masih banyak jawaban siswa yang kesalahan pengerjaannya
seperti gambar 2. Dari kedua contoh jawaban siswa tersebut, terkhusus gambar 2
dapat terlihat bahwa sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal yang diberikan bahkan untuk kategori soal yang mudah. Hal ini
menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi yang guru ajarkan masih
tergolong cukup rendah dan terjadi karena guru berperan lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran yang guru terapkan akan sangat berpengaruh dalam memberikan
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
Proses pembelajaran yang guru terapkan memiliki peranan penting dalam
membentuk kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
7
dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan haruslah
interaktif, menyenangkan, serta dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran. Selain itu, dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) juga dijelaskan bahwa proses pembelajaran haruslah berpusat
pada siswa. Jadi, selama proses pembelajaran berlangsung siswalah yang dituntut
harus berperan aktif. Guru sebagai pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dan
motivator yang bertugas memfasilitasi dan mengarahkan pola berpikir siswa.
Dengan demikian, selama proses pembelajaran siswa diberikan kesempatan
seluas-luasnya untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Akan
tetapi, pada kenyataannya sebagian besar proses pembelajaran khususnya
pembelajaran matematika masih berpusat pada guru. Pembelajaran yang demikian
cenderung membuat siswa kurang aktif selama proses pembelajaran. Hal ini
dikarenakan selama proses pembelajaran berlangsung, guru hanya menjelaskan
materi tanpa melibatkan partisipasi siswa. Siswa hanya diberi kesempatan untuk
mendengarkan, mencatat dan mengerjakan soal sesuai dengan apa yang guru
jelaskan.
Menurut pemikir teori belajar konstruktivisme, Glaserfeld, Bettencourt (1989) dan
Matthews (1994) (Siregar, 2010: 39) mengemukakan bahwa pengetahuan yang
dimiliki seseorang merupakan hasil konstruksi (bentukan) orang itu sendiri. Hal
ini berarti pengetahuan memang perlu dibentuk oleh siswa dan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari otak seorang guru kepada siswanya tersebut. Satu
prinsip yang mendasar pada teori ini adalah guru tidak hanya memberikan
pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun
sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini guru dapat memberikan
8
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka
sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi
mereka sendiri untuk belajar. Guru berperan sebagai fasilitator dan membawa
siswa ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang
mereka tulis dengan bahasa dan kata-kata mereka sendiri. Dari uraian tersebut
dapat dikatakan bahwa makna belajar menurut konstruktivisme adalah aktivitas
yang aktif, dimana peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti
dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan
ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada dan dimilikinya.
Salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan keluasan pada tingkat
pemahaman konsep, keaktifan siswa dan hal lain sesuai teori konstruktivisme
adalah Alqurun Teaching Model (ATM). Menurut Sutiarso (2016: 29) Alqurun
Teaching Model (ATM) adalah model pembelajaran yang memiliki urutan
kegiatan yang sesuai dengan urutan hurufnya, yaitu: A, L, Q, U, R, U, N. Huruf A
berarti Acknowledge (pengakuan), L berarti Literature (penelusuran pustaka), Q
berarti Quest (menyelidiki/menganalisis), U berarti Unite (menyatukan/men-
sistesis), R berarti Refine (menyaring), U berarti Use (penggunaan) dan N berarti
Name (menamakan).
Acknowledge (pengakuan) adalah kegiatan pendahuluan yang terbagi menjadi dua
bagian, yaitu pengakuan terhadap kebesaran Allah yang telah memberikan ilmu
dan pengakuan terhadap kemampuan awal siswa. Selanjutnya Literature
(penelusuran pustaka) adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan guru
menyediakan berbagai sumber belajar dari materi yang akan dipelajari siswa.
9
Tujuan kegiatan ini adalah agar siswa mampu menemukan informasi terkait
materi yang dipelajari dengan sendirinya. Quest (menyelidiki/menganalisis)
adalah kegiatan penyelidikan siswa terhadap beberapa objek, fakta, atau data dari
materi yang dipelajari. U berarti Unite (menyatukan/mensistesis) adalah kegiatan
menggabungkan berbagai unsur yang memiliki kesamaan sifat atau karakteristik
dari beberapa objek, fakta, atau data yang mereka pelajari. Hal ini sejalan dengan
teori belajar Dienes, Dienes (Suherman, 2003: 49) berpendapat bahwa pada
dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-
misahkan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur dan mengkategorikan
hubungan-hubungan di antara struktur-struktur.
Selanjutnya Refine (menyaring) adalah kegiatan menyaring atau memilih
gabungan unsur dari hasil kegiatan Unite. Use (penggunaan) adalah kegiatan
mengimplementasikan pengetahuan yang diterima siswa dari hasil kegiatan inti
sebelumnya. Name (menamakan) adalah kegiatan menentukan cara baru
(mengkreasikan atau menciptakan) penyelesaian masalah/soal yang paling efektif,
dan siswa memberikan nama cara barunya tersebut. Hal ini sejalan dengan
beberapa ciri belajar berbasis kontruktivisme yang disampaikan Driver dan
Oldham (Siregar, 2010: 39) yang menyatakan bahwa penggunaan ide baru dalam
berbagai situasi, yaitu ide atau pengetahuan yang telah terbentuk perlu
diaplikasikan pada bermacam-macam situasi, kemudian review, yaitu dalam
mengaplikasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi dengan
menambahkan atau mengubah.
10
Oleh karena itu, dilakukan sebuah penelitian dengan judul “Efektivitas
Pembelajaran Alqurun Teaching Model Ditinjau dari Kemampuan Pemahaman
Konsep Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel”. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif yang dilaksanakan pada siswa kelas VII SMP IT
Ar-Raihan Bandarlampung semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah Alqurun
teaching model efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep persamaan
dan pertidaksamaan linear satu variabel?”
Dari rumusan masalah tersebut dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu:
1. Apakah kemampuan pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan
linear satu variabel siswa yang mengikuti Alqurun Teaching Model lebih
tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional?
2. Apakah persentase siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep
persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel lebih dari 60% dari
banyaknya siswa yang mengikuti Alqurun Teaching Model?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukan sebelumnya, maka
penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektivitas Alqurun
11
Teaching Model ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa pada materi
persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam
pendidikan matematika yang berkaitan dengan Alqurun teaching model dan
model konvensional serta hubungannya dengan kemampuan pemahaman konsep
siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi guru dan calon guru, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi alternatif model pembelajaran dan sumbangan pemikiran
khususnya bagi guru kelas VII SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa.
b. Manfaat bagi sekolah, diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan
dalam upaya pembinaan para guru khususnya SMP IT Ar-Raihan
Bandarlampung untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
c. Manfaat bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan
masukan serta bahan kajian pada penelitian berikutnya yang sejenis di
masa yang akan datang.
12
E. Ruang Lingkup Penelitian
Dengan memperhatikan judul penelitian, ada beberapa istilah yang perlu di
jelaskan agar tidak terjadi perbedaan persepsi antara peneliti dengan pembaca.
1. Efektivitas pembelajaran adalah tingkat keberhasilan suatu model
pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan dan
sasarannya. Dalam penelitian ini, efektivitas pembelajaran ditinjau dari dua
aspek, yaitu:
a. Aspek pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel. Pembelajaran dikatakan efektif apabila kemampuan pemahaman
konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel siswa yang
mengikuti pembelajaran Alqurun Teaching Model (ATM) lebih tinggi
daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
b. Aspek ketuntasan belajar siswa. Pembelajaran efektif apabila lebih dari
60% dari banyaknya siswa yang mengikuti Alqurun Teaching Model
(ATM) memiliki kemampuan pemahaman konsep persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel memperoleh nilai serendah-
rendahnya 75 (skala 100).
2. Alqurun Teaching Model (ATM) memiliki tujuh tahapan dalam proses
pembelajaran yang sesuai dengan urutan hurufnya, yaitu: A, L, Q, U, R, U, N.
Huruf A berarti Acknowledge (pengakuan), L berarti Literature (penelusuran
pustaka), Q berarti Quest (menyelidiki/menganalisis), U berarti Unite
(menyatukan/mensistesis), R berarti Refine (menyaring), U berarti Use
(penggunaan) dan N berarti Name (menamakan).
13
3. Kemampuan pemahaman konsep adalah kemampuan untuk menyatakan
ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek tertentu sesuai dengan
konsepnya, memberi contoh dari suatu konsep, mempresentasikan suatu
konsep, serta mengaplikasikan konsep dan algoritma dalam pemecahan
masalah. Dalam penelitian ini dikhususkan pada materi persamaan dan
pertidaksamaan linear satu variabel.
4. Pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang biasa
digunakan guru dalam pembelajaran di sekolah tempat penelitian.
Pembelajaran konvensional yang biasa diterapkan oleh guru kelas VII SMP
IT Ar-Raihan selama ini adalah ceramah, tanya jawab, pemberian latihan soal
dan diskusi.
14
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Efektivitas Pembelajaran
Kata efektivitas berasal dari kata effective yang merupakan kata serapan dari
bahasa asing yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan
baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), efektif berarti ada efeknya
(akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab (tentang obat) dan
dapat membawa hasil serta berhasil guna (tentang usaha, tindakan). Sementara,
menurut Muslih (2014: 71), efektivitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan
atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya
keterikatan antara nilai-nilai yang bervariasi. Efektivitas menunjukkan
keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil
kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Menurut
Siagian (2001: 24), efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan
prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk
menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Dengan
demikian, efektivitas merupakan konsep yang berkaitan erat dengan keberhasilan
untuk mencapai suatu tujuan berdasarkan upaya yang telah dilakukan.
15
Aspek-aspek efektivitas berdasarkan pendapat Sujud (Wardhani, 2016: 8)
efektivitas suatu program dapat dilihat sebagai berikut.
1. Aspek tugas atau fungsi. Suatu lembaga dikatakan efektif jika melaksanakan
tugas atau fungsinya, begitu juga suatu program akan efektif jika tugas dan
fungsinya dapat dilaksanakan dengan baik dan peserta didik dalam belajar
akan efektif jika melaksanakan tugas dengan baik.
2. Aspek rencana program. Rencana atau program yang dimaksud adalah
rencana pengajaran yang terprogram, jika seluruh rencana dapat dilaksanakan
maka rencana atau program dikatakan efektif.
3. Aspek ketentuan dan aturan. Efektivitas suatu program juga dapat dilihat dari
berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat dalam rangka menjaga
berlangsungnya proses kegiatan. Aspek ini mencakup aturan-aturan baik yang
berhubungan dengan guru maupun yang berhubungan dengan peserta didik,
jika aturan ini dilaksanakan dengan baik berarti ketentuan atau aturan telah
berlaku secara efektif.
4. Aspek tujuan atau kondisi ideal. Suatu program kegiatan dikatakan efektif
dari sudut hasil jika tujuan atau kondisi ideal program tersebut dilaksanakan
dengan baik berarti ketentuan atau aturan telah berlaku secara efektif.
Dari keempat aspek di atas dapat disimpulkan bahwa dapat dikatakan efektivitas
jika suatu program atau tujuan maupun tugas dan fungsinya dapat terlaksana
dengan baik. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, semakin efektif pula
kegiatan tersebut. Jadi efektivitas dapat diartikan tingkat keberhasilan dari suatu
cara tertentu dengan waktu dan usaha yang sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai tanpa mengesampingkan kegiatan pembelajaran. Tujuan yang dimaksud
16
dalam penelitian ini adalah tujuan pembelajaran yaitu ketercapaian kompetensi
dasar yang telah ditetapkan.
Selanjutnya, kajian tentang pembelajaran telah banyak dilakukan oleh para ahli
dan peneliti, sehingga telah menghasilkan banyak definisi mengenai
pembelajaran. Sesuai yang dirumuskan Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2013 Pasal 1 Ayat 20 menyatakan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Proses interaksi yang dimaksudkan adalah kegiatan
edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik sebagai warga belajar dan
pendidik sebagai sumber belajar. Menurut Sagala (2009: 61) menyatakan bahwa
pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar yang membelajarkan siswa berupa informasi atau kemampuan
baru melalui upaya penataan lingkungan belajar yang kondusif sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Sutikno (2005: 88) menyatakan efektivitas pembelajaran adalah
kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan yang
memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat mencapai
tujuan dan hasil yang diharapkan. Pernyataan tersebut berarti suatu kegiatan
pembelajaran dikatakan efektif apabila mencapai sasaran yang diinginkan, baik
dari segi tujuan pembelajaran maupun prestasi siswa yang maksimal. Menurut
17
Pasaribu dan Simanjuntak (Wardhani, 2016: 9), suatu pembelajaran dikatakan
efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan atau
dengan kata lain tujuan yang diinginkan tercapai. Indikator keefektifan
pembelajaran antara lain; (1) ketercapaian tujuan pembelajaran; (2) ketercapaian
keefektifan aktivitas siswa, yaitu pencapaian waktu ideal yang digunakan siswa
untuk melakukan setiap kegiatan yang termuat dalam rencana pembelajaran; dan
(3) respon siswa terhadap pembelajaran yang positif.
Menurut Wortruba dan Wright (Mahanani, 2016: 9), indikator yang dapat
menunjukkan efektivitas dalam proses pembelajaran, yaitu:
(1) Pengorganisasian materi yang baik; (2) Komunikasi yang efektif; (3)Penguasaan dan antuisiasme terhadap materi pelajaran; (4) Sikap positif ter-hadap siswa; (5) Pemberian nilai yang adil; (6) Keluwesan dalampendekatan pembelajaran; (7) Hasil belajar siswa yang baik.
Dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran atau tingkat
keberhasilan siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
Menurut Uno (Mahanani, 2016: 9) menyatakan bahwa pada dasarnya efektivitas
ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah
dapat dicapai oleh peserta didik. Selain itu, Wicaksono (2011: 1) menyatakan
bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila mengacu pada ketuntasan belajar
yaitu apabila lebih dari atau sama dengan 60% dari jumlah siswa memperoleh
nilai ketuntasan minimal 65 dalam peningkatan hasil belajar dan strategi
pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, penggunaan kriteria ketuntasan ini
bergantung dari ketetapan setiap sekolah. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
18
setiap sekolah berbeda karena potensi atau kemampuan hasil belajar setiap siswa
berbeda di masing-masing sekolah.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran merupakan
ukuran keberhasilan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Kriteria efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini
menggunakan nilai KKM yaitu 75 dengan persentase ketercapaian > 60% dari
jumlah siswa dalam satu kelas.
2. Alqurun Teaching Model (ATM)
Sutiarso (2016: 29) menyatakan bahwa Alqurun Teaching Model (ATM) adalah
model pembelajaran yang memiliki urutan kegiatan yang sesuai dengan urutan
hurufnya, yaitu: A, L, Q, U, R, U, N. Huruf A berarti Acknowledge (pengakuan),
L berarti Literature (penelusuran pustaka), Q berarti Quest
(menyelidiki/menganalisis), U berarti Unite (menyatukan/mensistesis), R berarti
Refine (menyaring), U berarti Use (penggunan) dan N berarti Name (menamakan).
Menurut Sutiarso (2016: 29) pada kegiatan Acknowledge atau pengakuan adalah
urutan pertama atau kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran. Kemudian
kegiatan inti dalam pembelajaran terdiri atas Literature atau penelusuran pustaka,
Quest atau menyelidiki/menganalisis, Unite atau menyatukan/mensintesis, dan
Refine atau menyaring. Kegiatan penutup dalam pembelajaran terdiri atas Use
atau penggunaan dan Name atau menamakan.
19
Berikut ini urutan kegiatan dalam Alqurun Teaching Model, yakni:
1. Acknowledge
Acknowledge atau pengakuan adalah urutan pertama atau kegiatan
pendahuluan dalam pembelajaran. Pengakuan itu terbagi menjadi dua bagian,
yaitu (1) pengakuan terhadap kebesaran Allah yang telah memberikan ilmu,
dan (2) pengakuan terhadap kemampuan awal siswa. Tujuan pengakuan pada
bagian 1 di atas adalah untuk mencapai sikap spiritual, dan pengakuan pada
bagian 2 adalah untuk apersepsi.
Pada kegiatan pendahuluan ini, guru akan memberikan informasi, ilustrasi,
contoh, dan aktivitas yang dapat membangkitkan pengakuan dan kesadaran
siswa akan kebesaran Allah dan perlunya mendekatkan diri kepadaNya.
Selanjutnya, guru juga harus mengakui keterbatasan kemampuan awal siswa,
sehingga guru perlu melakukan berbagai apersepsi yang disesuaikan dengan
kemampuan awal siswa yang beragam juga. Teori belajar terkini
menyebutkan bahwa guru perlu memberikan pengakuan (Acknowledge) dari
apa yang siswa lakukan atau miliki.
Studi pada teori motivasi Frederick Herzberg (Cellilo, 2016) menyatakan
“...strongly suggest that giving praise or recognition for someone’s perceived
good work is the primary motivation for continued good work. It is a better
motivator than money!”. Kajian pada teori motivasi Frederick Herzberg
bahwa ia sangat menyarankan untuk memberikan pujian atau pengakuan
untuk seseorang yang dirasakan pekerjaan yang baik adalah motivasi utama
untuk melanjutkan pekerjaan yang baik . Ini adalah motivator yang lebih baik
20
daripada uang!. Itulah yang ia katakan dan saat ini teori motivasi Frederick
Herzberg telah banyak diterapkan pada sekolah/akademi dan universitas di
negara maju.
2. Literature
Literature atau penelusuran pustaka merupakan kegiatan inti dalam
pembelajaran. Literature atau penelusuran pustakan ini dilakukan oleh siswa,
dan guru menyediakan atau memfasilitasi berbagai sumber belajar dari materi
yang akan dipelajari siswa. Guru dapat menyediakan literatur dalam beberapa
bentuk, seperti buku, majalah, kliping, video/film, rekaman suara, atau
sumber belajar dari internet. Selain itu guru juga dapat memfasilitasi literatur
tersebut dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mencari literatur pada
sumber yang ditentukan. Tahap penelusuran literatur ini dapat dilakukan pada
saat belajar, atau beberapa hari sebelum belajar. Literature (penelusuran
pustaka) merupakan kegiatan yang dapat memberikan banyak manfaat bagi
siswa. Ross (Sutiarso, 2016: 29) menyebutkan beberapa manfaat literatur,
yaitu “(1) develops thingking skill, (2) develop visual literac, (3) helps
children deal with their problems, and (4) improves reading ability and
attitudes.”
3. Quest
Quest atau menyelidiki/menganalisis adalah kegiatan penyelidikan siswa
terhadap beberapa objek, fakta, atau data dari materi yang dipelajari. Pada
saat siswa melakukan aktivitas penyelidikan, maka guru berperan
memberikan bimbingan, bantuan, atau pendampingan. Penyelidikan oleh
21
siswa harus didasarkan pada literatur yang ditelusuri sebelumnya.
Penyelidikan siswa harus dapat memilah suatu objek, fakta, atau data menjadi
beberapa bagian yang lebih kecil/sederhana.
4. Unite
Unite atau menyatukan/mensintesis adalah kegiatan menggabungkan berbagai
unsur yang memiliki kesamaan sifat atau karakteristik dari beberapa objek,
fakta, atau data dari materi yang dipelajari. Hal ini sejalan dengan teori
belajar Dienes, Dienes (Suherman, 2003: 49) berpendapat bahwa pada
dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-
misahkan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur dan
mengkategorikan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur. Pada tahap
unite ini, peranan guru memberikan pengarahan dan klarifikasi terhadap hasil
sintesis yang dilakukan siswa.
5. Refine
Refine atau menyaring adalah kegiatan siswa dalam menyaring atau memilih
gabungan unsur dari hasil kegiatan unite. Kegiatan refine ini bertujuan untuk
mengendapkan unsur-unsur yang penting dari hasil kegiatan unite. Hermawan
(2014: 5) menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar siswa perlu menyaring
informasi yang didapat kemudian hanya mengambil informasi yang
dibutuhkan oleh siswa dan mengabaikan informasi yang tidak dibutuhkan
oleh siswa. Pada tahap refine, guru memberikan kesempatan siswa untuk
menginternalisasi (memasukkan) materi tersebut dalam pikirannya.
22
6. Use
Use atau penggunaan adalah kegiatan mengimplementasikan pengetahuan
yang diterima siswa dari hasil kegiatan inti sebelumnya. Penggunaan dapat
dilakukan untuk menyelesaikan masalah atau soal yang berkaitan dengan
materi tersebut. Peranan guru adalah memberikan keleluasaan siswa untuk
menyelesaikan masalah/soal tersebut dengan caranya sendiri.
7. Name
Name atau menamakan adalah kegiatan menentukan cara baru (mengkreasi-
kan atau menciptakan) penyelesaian masalah/soal yang paling efektif, dan
siswa memberikan nama cara barunya tersebut. Guru berperan mengarahkan
dan menguji efektivitas cara baru yang dinamakan siswa. Driver dan Oldham
(Siregar, 2010: 39) menyatakan bahwa ciri-ciri belajar berbasis
kontruktivisme diantaranya adalah penggunaan ide baru dalam berbagai
situasi, yaitu ide atau pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan
pada bermacam-macam situasi, kemudian review, yaitu dalam
mengaplikasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi dengan
menambahkan atau mengubah.
3. Pemahaman Konsep
Hal terpenting yang harus dicapai dalam proses pembelajaran adalah mampu
memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita
mengerti dengan benar. Menurut Sadiman (Wardhani, 2016: 17) pemahaman
adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan,
23
menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang
pengetahuan yang pernah diterimanya. Pendapat lain juga dikemukakan oleh
Ernawati (2003: 8) yang menyatakan bahwa pemahaman adalah mampu
mengungkapkan suatu materi dalam bentuk lain yang dapat dipahami, mampu
memberikan interpretasi dan mampu mengklarifikasikannya. Dari beberapa
pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman tidak hanya sekadar tahu
ataupun hafal, tetapi pemahaman adalah kemampuan untuk mengemukakan
kembali tentang sesuatu yang diperolehnya dalam bentuk lain yang dapat
dimengerti orang lain serta mengerti aplikasinya dalam kehidupan.
Menurut Soedjadi (2000: 14) menyatakan konsep adalah ide abstrak yang dapat
digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya
dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Bahri (2008: 30) yang menyatakan bahwa konsep dapat diartikan
sebagai satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang
sama. Menurut Singarimbun dan Effendi (Wardhani, 2016: 17) konsep adalah
generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk
menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Sehingga dapat dikatakan konsep
adalah sekumpulan gagasan atau ide abstrak yang mewakili sejumlah objek yang
mempunyai ciri yang sama dan membentuk suatu kesatuan pengertian tentang
suatu hal atau persoalan.
Berdasarkan penjelasan diatas, pemahaman konsep adalah sebuah proses dalam
menerima dan memahami sebuah ide abstrak atau pengertian melalui perhatian
sehingga siswa mampu mengungkapkan konsepsi tersebut dengan cara lain,
24
mengeksplorasi kemungkinan terkait dan mengadakan klasifikasi atau
penggolongan.
Pemahaman konsep sangat penting karena penguasaan konsep akan memudahkan
siswa dalam mempelajari matematika. Seperti yang dinyatakan Zulkardi (2003: 7)
bahwa mata pelajaran matematika menekankan pada konsep. Artinya dalam
mempelajari matematika peserta didik harus memahami konsep matematika
terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan
pembelajaran tersebut di dunia nyata. Konsep matematika yaitu segala yang
berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran,
meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat dan inti/isi dari materi
matematika (Budiono, 2009: 4). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis adalah kecakapan atau
kemahiran untuk menjelaskan kembali dengan benar tentang suatu konsep
matematika dan dapat diaplikasikan konsep tersebut untuk menyelesaikan suatu
permasalahan matematika.
Adapun indikator pemahaman konsep matematis berdasarkan Peraturan Dirjen
Dikdasmen Depdiknas No. 506/C/Kep/PP/2004 adalah sebagai berikut.
a. Menyatakan ulang suatu konsep.b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.g. Mengaplikasikan konsep.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman
konsep matematis adalah kemampuan siswa dalam memahami materi atau konsep
25
matematika sehingga siswa dapat menguraikan kembali materi tersebut secara
jelas dan rinci dengan menggunakan bahasa mereka sendiri.
Kemampuan pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel adalah kemampuan siswa dalam memahami PLSV yaitu suatu persamaan
(kalimat terbuka yang menggunakan relasi sama dengan (=) dan hanya
mempunyai satu variabel berpangkat satu) yang berbentuk + = 0 dan PtLSV
yaitu suatu kalimat terbuka yang memiliki sebuah variabel dan berpangkat satu
(linear) yang dinyatakan dengan bentuk + > 0 + < 0 +≥ 0 + ≤ 0 serta menentukan nilai-nilai variabel yang memenuhi
persamaan dan pertidaksamaan linear tersebut. Sesuai Peraturan Dirjen
Dikdasmen Depdiknas No. 506/C/Kep/PP/2004 maka dalam penelitian ini
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa ditunjukkan dengan nilai yang
diperoleh dari hasil tes pemahaman konsep, dengan menggunakan indikator
sebagai berikut.
a. Menyatakan ulang suatu konsep.
b. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
c. Menyatakan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.
d. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
e. Mengaplikasikan konsep.
B. Kerangka Pikir
Penelitian tentang efektivitas Alqurun Teaching Model dalam mengembangkan
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa terdiri dari dua variabel, yaitu
satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini
26
adalah model pembelajaran, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa. Keberhasilan mempelajari ilmu matematika,
salah satunya dapat dilihat dari berkembangnya kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa secara optimal.
Tujuan pembelajaran matematika disekolah salah satunya yaitu dengan
menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Mengingat
pentingnya pengembangan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa,
guru dalam menyampaikan materi pelajaran harus menggunakan pembelajaran
yang dapat mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
secara optimal.
Pembelajaran yang dapat membuat siswa membangun pengetahuannya,
menemukan suatu konsep/ide, dan melakukan kerjasama dengan suatu kelompok
tertentu, melalui proses diskusi dan tanya jawab yang dikaitkan dengan konten
kehidupan sehari-hari dinilai dapat mengembangkan kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa. Hal ini disebabkan, saat siswa membangun pengetahuan
dan menemukan konsep/ide, siswa akan terbiasa untuk menginterpretasi dan
menganalisis berbagai permasalahan. Lebih lanjut, pada saat siswa melakukan
diskusi untuk menyelesaikan soal-soal latihan yang dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari, siswa terbiasa untuk menganalisis dan mengevaluasi
berbagai permasalahan dengan anggota kelompoknya. Hal ini berarti, kemampuan
siswa dalam melakukan interpretasi, analisis, dan evaluasi terhadap suatu
27
permasalahan akan terlatih dengan baik. Salah satu pembelajaran yang dapat
memberikan kondisi-kondisi seperti penjelasan di atas adalah Alqurun Teaching
Model.
Pada model Alqurun Teaching Model, siswa dihadapkan pada permasalahan-
permasalahan dalam dunia nyata yang dijadikan konteks bagi siswa untuk belajar
atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan yang
harus mereka selesaikan dalam kelompok-kelompok kecil jika dibutuhkan. Tahap
model Alqurun Teaching Model dimulai dari Acknowledge (pengakuan),
Literature (penelusuran pustaka), Quest (menyelidiki/menganalisis), Unite
(menyatukan/mensistesis), Refine (menyaring), Use (penggunaan) dan Name
(menamakan).
Tahap pertama adalah Acknowledge atau pengakuan yang merupakan urutan
pertama atau kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran. Pada kegiatan
pendahuluan ini, guru akan memberikan informasi, ilustrasi, contoh, dan aktivitas
yang dapat membangkitkan pengakuan dan kesadaran siswa akan kebesaran Allah
dan perlunya mendekatkan diri kepadaNya. Selanjutnya, guru juga harus
mengakui keterbatasan kemampuan awal siswa, sehingga guru perlu melakukan
berbagai apersepsi yang disesuaikan dengan kemampuan awal siswa yang
beragam juga. Teori belajar terkini menyebutkan bahwa guru perlu memberikan
pengakuan (Acknowledge) dari apa yang siswa lakukan atau miliki.
Tahap selanjutnya yaitu literature atau penelusuran pustaka merupakan kegiatan
inti dalam pembelajaran. Guru dapat menyediakan literatur dalam beberapa
bentuk, seperti buku, majalah, kliping, video/film, rekaman suara, atau sumber
28
belajar dari internet. Selain itu guru juga dapat memfasilitasi literatur tersebut
dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mencari literatur pada sumber yang
ditentukan. Tahap penelusuran literatur ini dapat dilakukan pada saat belajar, atau
beberapa hari sebelum belajar. Literature (penelusuran pustaka) merupakan
kegiatan yang dapat memberikan banyak manfaat bagi siswa.
Quest atau menyelidiki/menganalisis adalah kegiatan penyelidikan siswa terhadap
beberapa objek, fakta, atau data dari materi yang dipelajari. Pada saat siswa
melakukan aktivitas penyelidikan, maka guru berperan memberikan bimbingan,
bantuan, atau pendampingan. Penyelidikan oleh siswa harus didasarkan pada
literatur yang ditelusuri sebelumnya. Penyelidikan siswa harus dapat memilah
suatu objek, fakta, atau data menjadi beberapa bagian yang lebih kecil/sederhana.
Unite atau menyatukan/mensintesis adalah kegiatan menggabungkan berbagai
unsur yang memiliki kesamaan sifat atau karakteristik dari beberapa objek, fakta,
atau data dari materi yang dipelajari. Pada tahap unite ini, peranan guru
memberikan pengarahan dan klarifikasi terhadap hasil sintesis yang dilakukan
siswa.
Refine atau menyaring adalah kegiatan siswa dalam menyaring atau memilih
gabungan unsur dari hasil kegiatan unite. Kegiatan refine ini bertujuan untuk
mengendapkan unsur-unsur yang penting dari hasil kegiatan unite. Pada tahap
refine, guru memberikan kesempatan siswa untuk menginternalisasi
(memasukkan) materi tersebut dalam pikirannya.
29
Use atau penggunaan adalah kegiatan mengimplementasikan pengetahuan yang
diterima siswa dari hasil kegiatan inti sebelumnya. Penggunaan dapat dilakukan
untuk menyelesaikan masalah atau soal yang berkaitan dengan materi tersebut.
Peranan guru adalah memberikan keleluasaan siswa untuk menyelesaikan
masalah/soal tersebut dengan caranya sendiri.
Name atau menamakan adalah kegiatan menentukan cara baru (mengkreasikan
atau menciptakan) penyelesaian masalah/soal yang paling efektif, dan siswa
memberikan nama cara barunya tersebut. Guru berperan mengarahkan dan
menguji efektivitas cara baru yang dinamakan siswa.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka pada model Alqurun Teaching Model
terdapat tahap-tahap pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis yang tidak
didapatkan dalam pembelajaran konvensional. Hal ini karena dalam pembelajaran
konvensional guru menjelaskan materi dan siswa hanya mendengarkan, mencatat,
dan diberikan latihan soal yang penyelesaiannya mirip dengan contoh soal,
sehingga siswa tidak diberi kesempatan menunjukkan kemampuannya dalam
bentuk gagasan/ide matematika. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa Alqurun Teaching Model efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa dibandingkan pembelajaran konvensional atau dengan
kata lain terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
yang diajarkan dengan Alqurun Teaching Model dan pembelajaran konvensional.
30
C. Anggapan Dasar
Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut.
1. Semua siswa kelas VII semester ganjil SMP IT Ar-Raihan tahun pelajaran
2016-2017 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum
tingkat satuan pendidikan.
2. Faktor lain yang memengaruhi kemampuan pemahaman konsep persamaan
dan pertidaksamaan linear satu variabel siswa selain model pembelajaran
dikontrol sehingga memberikan pengaruh yang sangat kecil dan dapat
diabaikan.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya,
maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Umum
Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah ATM efektif ditinjau dari
kemampuan pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel siswa di kelas VII SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung semester
ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017.
2. Hipotesis Khusus
a. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
Alqurun Teaching Model lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
b. Persentase siswa yang tuntas belajar lebih dari 60% dari banyaknya siswa
yang mengikuti Alqurun Teaching Model.
31
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 di SMP IT
Ar Raihan Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VII di SMP IT Ar Raihan Bandarlampung tahun pelajaran 2016/2017
sebanyak 113 siswa yang terdistribusi dalam empat kelas. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik purposive random sampling yaitu memilih
secara acak dua kelas yang diajar oleh guru yang sama dengan pertimbangan
sebelum penelitan dilakukan kedua kelas tersebut mendapat perlakuan yang sama
sehingga memiliki pengalaman belajar yang sama. Distribusi dan rata-rata nilai
ujian mid semester ganjil siswa kelas VII di SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung
pada tahun pelajaran 2016/2017 disajikan pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ujian Mid Semester Ganjil Kelas VII SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung Tahun Pelajaran 2016/2017
No. Kelas Banyak Siswa Rata-rata Nilai1. VII Abas 29 60,722. VII Ali 28 52,643. VII Umar 28 65,464. VII Utsman 28 67,46
Berdasarkan teknik pengambilan sampel, terpilih kelas VII Abas sebagai kelas
eksperimen yaitu kelas yang mengikuti alqurun teaching model dan kelas VII
Umar sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang mengikuti pembelajaran
32
konvensional. Disamping itu berdasarkan hasil wawancara dengan guru, kelas VII
Utsman memiliki kemampuan yang tinggi dan kelas VII Ali memiliki kemampuan
yang rendah dibandingkan kelas yang lain. Maka dari itu, dipilihlah kelas VII
Abas dan kelas VII Umar agar lebih representatif dan memiliki kemampuan awal
yang sama. Banyaknya siswa pada kelas VII Abas adalah 29 siswa tetapi hanya 27
siswa yang diambil sebagai sampel karena dua siswa tidak mengikuti posttest.
Sedangkan banyaknya siswa pada kelas VII Umar adalah 28 siswa tetapi hanya 27
siswa yang diambil sebagai sampel karena satu siswa tidak mengikuti posttest.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment) yang
terdiri atas satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebasnya adalah
model pembelajaran yaitu alqurun teaching model dan model pembelajaran
konvensional sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman
konsep matematis pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control group
design. Sukardi (Wardhani, 2016: 25) menyatakan bahwa posttest only control
group design merupakan desain penelitian dengan pemberian tes di akhir
pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam penelitian ini kelas
eksperimen adalah kelas yang mengikuti alqurun teaching model sedangkan kelas
kontrol adalah kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional. Desain
penelitian disajikan pada Tabel 3.2 berikut.
33
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelas Pembelajaran Posttest
E ATM Y1
K Konvensional Y2
Keterangan:E = Kelas EksperimenK = Kelas KontrolY1 = Skor posttest pada kelas eksperimenY2 = Skor posttest pada kelas kontrol
C. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur dalam penelitan ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan penelitian
Tahap-tahap persiapan penelitian ini adalah:
a. Pemilihan populasi dan sampel penelitan.
b. Menyusun Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) penelitan sesuai
dengan model yang akan digunakan selama penelitan, yaitu RPP dengan
ATM dan model pembelajaran konvensional.
c. Membuat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sebagai media
pembelajaran untuk kelas eksperimen.
d. Membuat instrumen penelitan yang terlebih dahulu membuat kisi-kisi
yang sesuai dengan indikator pembelajaran dan indikator kemampuan
pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
beserta penyelesaian dan aturan penskorannya.
e. Menguji validitas instrumen penelitian.
f. Melakukan uji coba instrumen penelitian.
34
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Tahap-tahap pelaksanaan penelitian ini adalah:
a. Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Melakukan pembelajaran dengan ATM pada kelas eksperimen dan model
konvensional pada kelas kontrol.
b. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Tahap akhir penelitian
Tahap-tahap akhir penelitian ini adalah:
a. Mengumpulkan data kuantitatif.
b. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh.
c. Membuat laporan penelitan.
D. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang diperoleh dari tes
pemahaman konsep matematis siswa pada materi persamaan dan pertidaksamaan
linear satu variabel siswa yang diperoleh sesudah mengikuti Alqurun teaching
model di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Tes yang digunakan
untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada materi
PLSV dan PtLSV. Tes dilakukan setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan
ATM pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
Tes yang diberikan sesudah pembelajaran bertujuan untuk melihat keefektifan
35
pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa khususnya pada materi PLSV dan PtLSV.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa tes pemahaman konsep
matematis. Instrumen tes terdiri dari empat soal uraian. Setiap soal memiliki satu
atau lebih indikator pemahaman konsep matematis. Pemberian tes berbentuk
uraian bertujuan agar indikator kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
dapat diidentifikasi dengan jelas melalui langkah-langkah penyelesaian masalah
yang diberikan siswa. Adapun pedoman pemberian skor pemahaman konsep
matematis terdapat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis SiswaNo Indikator Keterangan Skor1. Menyatakan
ulang suatukonsep
Tidak menjawab. 0Hanya sedikit dari menyatakan ulang suatu konsepyang benar.
1
Menyatakan ulang suatu konsep dengan benar,tetapi salah dalam mendapatkan solusi.
2
Menyatakan ulang suatu konsep dengan prosesbenar dan mendapat solusi dengan benar.
3
2. Membericontoh dannon-contohdari konsep.
Tidak menjawab. 0Hanya sedikit dari memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
1
Memberi contoh dan non-contoh dari konseptetapi salah.
2
Memberi contoh dan non-contoh dari konsepdengan benar.
3
3. Menyajikankonsepdalamberbagaibentukrepresentasimatematika
Tidak menjawab. 0Hanya sedikit dari menyajikan konsep dalamberbagai bentuk representasi matematika denganbenar.
1
Menyajikan konsep dalam berbagai bentukrepresentasi matematika dengan benar tetapi salahdalam mendapatkan solusi.
2
Menyajikan konsep dalam berbagai bentukrepresentasi matematika dengan benar danmendapatkan solusi yang benar.
3
36
No Indikator Keterangan Skor4. Mengguna-
kan,memanfaat-kan, danmemilihproseduratau operasitertentu
Tidak menjawab. 0Hanya sedikit dari menggunakan, memanfaatkan,dan memilih prosedur yang benar.
1
Menggunakan, memanfaatkan dan memilihprosedur, tetapi salah dalam mendapatkan solusi.
2
Menggunakan, memanfaatkan dan memilihprosedur, dan mendapatkan solusi yang benar.
3
5. Mengaplika-sikankonsep padapemecahanmasalah
Tidak menjawab. 0Hanya sedikit mengaplikasikan konsep padapemecahan masalah yang benar.
1
Mengaplikasikan konsep pada pemecahan masalahtetapi tidak tepat.
2
Mengaplikasikan konsep pada pemecahan masalahdengan tepat.
3
Setelah perangkat tes tersusun, perangkat tersebut diujicobakan untuk mengetahui
apakah soal-soal tersebut memenuhi kriteria soal yang layak digunakan, yaitu
meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen.
1. Validitas Instrumen
Dalam penelitian ini, validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi.
Validitas isi dari tes kemampuan pemahaman konsep ini diketahui dengan cara
membandingkan isi yang terkandung dalam tes kemampuan pemahaman konsep
dengan indikator pembelajaran dan indikator kemampuan pemahaman konsep
yang telah ditentukan.
Pengujian validitas isi dalam penelitian ini dilakukan oleh guru mitra. Validitas
yang dilakukan berdasarkan guru mitra adalah penilaian terhadap kesesuaian
materi dan bahasa yang digunakan berdasarkan asumsi bahwa guru mata pelajaran
matematika kelas VII SMP IT Ar-Raihan mengetahui dengan benar kurikulum
serta kemampuan bahasa siswa tingkat SMP. Tes yang dikategorikan valid adalah
37
yang telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur.
Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan kisi-kisi tes yang diukur dan
penilaian terhadap kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan
kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar checklist yang
diisi oleh guru mitra. Hasil konsultasi dengan guru menunjukkan bahwa tes yang
digunakan untuk mengambil data kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.4 halaman 137) Sehingga
selanjutnya instrumen dapat diujicobakan untuk mengetahui kriteria
reliabilitasnya.
2. Reliabilitas Instrumen
Menurut Suherman (2003: 154), suatu alat evaluasi disebut reliabel apabila hasil
evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama. Uji
reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha menurut Arikunto
(2011: 109) sebagai berikut.
= − 1 1 − ∑Keterangan:r11 : Koefisien reliabilitasn : Banyaknya soal∑ : Jumlah varians skor tiap butir soal
: Varians skor total
Koefisien reliabilitas suatu butir soal diinterpretasikan dalam Arikunto (2011: 75)
disajikan sebagai berikut.
38
Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Interpretasir11 < 0,20 Sangat Rendah
0,20 ≤ r11 < 0,40 Rendah0,40 ≤ r11 < 0,70 Sedang0,70 ≤ r11 < 0,90 Tinggi0,90 ≤ r11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan reliabilitas soal yang telah diujicobakan
disajikan pada Tabel 3.5. Hasil perhitungan reliabilitas soal selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran C.1 halaman 141.
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Reliabilitas Posttest
Data Koefisien InterpretasiPosttest 0,82 Tinggi
Berdasarkan Tabel 3.5, dapat disimpulkan bahwa soal posttest memiliki
reliabilitas yang tergolong tinggi sehingga layak digunakan pada penelitian ini.
3. Daya Pembeda
Daya pembeda dari sebuah soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal
tersebut membedakan antara sampel yang mengetahui jawabannya dengan benar
dengan sampel yang tidak dapat menjawab soal tersebut atau yang menjawab
salah. Setelah diketahui skor pada hasil tes uji coba, nilai daya pembeda tiap butir
soal dihitung menggunakan rumus berikut.
= −Keterangan:DP : koefisien daya pembeda
: rata-rata skor untuk siswa kelompok atas: rata-rata skor untuk siswa kelompok bawah
SMI : skor maksimal ideal
39
Menurut Sudijono (2008: 121) koefisien daya pembeda suatu soal
diinterpretasikan sebagai berikut.
Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda
Koefisien Daya Pembeda InterpretasiNegatif ≤ DP ≤ 0.10 Sangat Buruk
0.10 ≤ DP ≤ 0.19 Buruk0.20 ≤ DP ≤ 0.29 Cukup Baik0.30 ≤ DP ≤ 0.49 Baik
DP ≥ 0.50 Sangat Baik
Daya pembeda soal yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.7 dan perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 142.
Tabel 3.7 Interpretasi Koefisien Daya Pembeda Posttest
Nomor Soal Koefisien Interpretasi1 0,38 Baik2 0,30 Baik3 0,73 Sangat Baik4a 1,00 Sangat Baik4b 0,80 Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 3.7, dapat disimpulkan bahwa soal posttest memiliki daya
pembeda yang tergolong baik, dan sangat baik sehingga layak digunakan dalam
penelitian ini.
4. Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir
soal. Suatu tes dikatakan baik jika sebagian besar soal memiliki derajat kesukaran
sedang, yaitu tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Menurut Sudijono (2008:
372), untuk menghitung derajat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus
berikut.
40=Keterangan:TK : Koefisien tingkat kesukaran suatu butir soal
: Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh: Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal
Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria
indeks kesukaran menurut Sudijono (2008: 372) yang tertera dalam Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Koefisien Tingkat Kesukaran Interpretasi0,00 ≤ TK ≤ 0,15 Sangat Sukar0,16 ≤ TK ≤ 0,30 Sukar0,31 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang0,71 ≤ TK ≤ 0,85 Mudah0,86 ≤ TK ≤ 1,00 Sangat Mudah
Tingkat kesukaran soal yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.9 dan
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 142.
Tabel 3.9 Interpretasi Koefisien Tingkat Kesukaran Posttest
Nomor Soal Koefisien Interpretasi1 0,83 Mudah2 0,44 Sedang3 0,68 Sedang4a 0,57 Sedang4b 0,35 Sedang
Berdasarkan Tabel 3.9, dapat disimpulkan bahwa soal posttest memiliki tingkat
kesukaran yang tergolong mudah, dan sedang sehingga layak digunakan dalam
penelitian ini.
Setelah dilakukan analisis reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal
tes kemampuan pemahaman konsep matematis diperoleh rekapitulasi hasil tes
41
kemampuan pemahaman konsep matematis dan kesimpulan yang disajikan pada
Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Posttest
NoSoal
Validitas Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran
1
Valid0,82
(Reliabilitastinggi)
0,38 (Baik) 0,83 (Mudah)2 0,30 (Baik) 0,44 (Sedang)3 0,73 (Sangat Baik) 0,68 (Sedang)4a 1,00 (Sangat Baik) 0,57 (Sedang)4b 0,80 (Sangat Baik) 0,35 (Sedang)
Dari Tabel 3.10 diketahui bahwa soal tes kemampuan pemahaman konsep
matematis pada penelitian ini telah memenuhi kriteria reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda yang ditentukan serta telah dinyatakan valid,
sehingga soal tes kemampuan pemahaman konsep matematis sudah layak
digunakan untuk mengumpulkan data.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis. Data nilai pada
siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol dianalisis menggunakan uji
statistik untuk mengetahui efektivitas Alqurun teaching model ditinjau dari
pemahaman konsep matematis siswa. Berikut ini adalah langkah-langkah
pengolahan data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal
atau sebaliknya. Untuk uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
42
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menurut Russefendi (1998: 405).
Berikut langkah-langkah uji normalitas:
a. Hipotesis
H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b. Taraf Signifikan: α = 0,05
c. Statistik Uji= | ( ) − ( )|dengan z =iX X
Keterangan:= angka pada data= rata-rata data
s = standar deviasiDn = nilai hitung Kolmogorov SmirnovFn(xi) = peluang harapan data ke iF(xi) = luas kurva z data ke i
d. Keputusan Uji
Dalam penelitian ini, uji Kolmogorov-Smirnov Z menggunakan bantuan
software SPSS Statistic 17.0. Kriteria pengujian yang digunakan Trihendradi
(2010: 113) adalah terima H0 jika nilai probabilitas (sig) > 0,05.
Hasil uji normalitas soal posttest dapat dilihat pada Tabel 3.11 dan data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5 halaman 148. Berdasarkan
perhitungan uji Normalitas dengan menggunakan aplikasi SPSS 17.0 diperoleh
data bahwa nilai sig. pada data posttest pada kelas yang mengikuti ATM dan
konvensional lebih dari 0,05. Akibatnya pada = 5 %, H0 diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kedua data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
43
Tabel 3.11Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Posttest Kelas Abas (Alqurun Teaching Model) 0.098 27 0.200*
Postest Kelas Umar (Konvensional) 0.120 27 0.200*
2. Uji Homogenitas
Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua
kelompok data yaitu data pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
ATM dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional memiliki varians
yang homogen atau tidak. Menurut Sudjana (2005: 249-250) untuk menguji
homogenitas dilakukan dengan ketentuan berikut.
a. Hipotesis
H0 : = (kedua populasi memiliki varians sama)
H1 : ≠ (kedua populasi memiliki varians tidak sama)
b. Taraf Signifikan: α = 0,05
c. Statistik Uji
=Keterangan:
: varians terbesar: varians terkecil
d. Keputusan Uji
Statistik di atas berdistribusi F dengan kriteria pengujian adalah tolak H0 jika≥ dengan = ( , ) yang diperoleh dari daftar
44
distribusi F dengan taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan masing-
masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut.
Hasil uji homogenitas varians disajikan dalam Tabel 3.12 dan data selengkapnya
pada Lampiran C.6 halaman 149. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas
dengan menggunakan aplikasi SPSS 17.0 kriteria uji yang digunakan adalah
terima H0 jika Sig. > 0,05. Diperoleh data bahwa nilai Sig. > 0,05 yaitu sebesar
0,683 ini menunjukkan bahwa H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kedua populasi memiliki varians yang sama.
Tabel 3.12 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Pemahaman Konsep
Sumber Data Sig. pada tes Levene untukkesamaaan varians
Kesimpulan H0
Nilai siswa yang mengikutiATM dan konvensional
0,683 Diterima
3. Uji Hipotesis
a. Uji Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
yang mengikuti Alqurun teaching model lebih tinggi daripada kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional. Setelah dilakukan uji normalitas terhadap data kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol,
diketahui bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal dan memiliki varians yang sama. Dengan demikian, uji statistik yang
digunakan adalah uji-t atau dalam SPSS 17.0 menggunakan uji Independent
Sample T-Test. Dengan hipotesis sebagai berikut:
45: = , artinya rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa yang mengikuti Alqurun teaching model sama dengan
rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran konvensional.: > , artinya rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa yang mengikuti Alqurun teaching model lebih tinggi
daripada rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Statistik yang digunakan untuk uji-t menurut Sudjana (2005: 239) adalah:= ̅ ̅dengan = ( ) ( )
Keterangan:̅ = rata-rata nilai siswa pada kelas eksperimen̅ = rata-rata nilai siswa pada kelas kontrol= banyaknya siswa kelas eksperimen= banyaknya siswa kelas kontrol= varians yang mengikuti kelas eksperimen= varians yang mengikuti kelas kontrol= varians gabungan
Kriteria pengujian adalah terima < , dengan derajat
kebebasan = + − 2 dengan peluang (1 − ) dengan taraf signifikan= 0,05. Untuk harga t lainnya ditolak. Karena dalam penelitian ini akan
menggunakan software SPSS Statistic 17.0 untuk melakukan uji Independent
Sample T Test maka ada dua cara, bisa dilakukan dengan melihat atau
dengan melihat nilai signifikasinya dengan kriteria uji adalah terima H0 jika
nilai probabilitas atau nilai signifikasi > 0,05.
46
Diperoleh nilai probabilitas dilihat dari nilai Sig. (2-tailed) dalam baris t-test
for Equality of Means adalah 0,713 > 0,05 maka H0 diterima yang berarti
rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
ATM sama dengan rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
ATM tidak lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Data selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran C.7 halaman 150.
b. Uji Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua adalah persentase siswa yang memiliki kemampuan
pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel lebih
dari 60% dari banyaknya siswa yang mengikuti Alqurun teaching model. Uji
hipotesis yang kedua yaitu uji proporsi. Uji proporsi pada penelitian ini
dilakukan untuk menguji apakah persentase siswa tuntas belajar lebih dari
60% dari banyaknya siswa yang mengikuti Alqurun teaching model. Jika data
yang diperoleh dari kelas yang mengikuti Alqurun teaching model
berdistribusi normal maka dilakukan uji proporsi satu pihak.
Menurut Sudjana (2005: 234) rumusan hipotesis untuk uji proporsi adalah:: = 60% artinya persentase siswa tuntas belajar sama dengan 60%.: > 60% artinya persentase siswa tuntas belajar lebih dari 60%.
47
Statistik yang digunakan untuk uji ini adalah:
= −(1 − )Keterangan:
= banyaknya siswa tuntas belajar pada kelas eksperimen= banyaknya siswa pada kelas eksperimen= proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan
Kriteria ujinya adalah tolak jika ≥ , , dengan taraf
signifikasinya α = 0,05 dan , diperoleh dari daftar normal baku dengan
peluang (0,5 − ).
Dari hasil perhitungan uji proporsi diperoleh = −2,43559 dan= 0,1736 dengan = 0,05. Karena < , maka H0
diterima yang berarti bahwa persentase siswa yang memperoleh nilai
serendah-rendahnya 75 (skala 100) pada siswa yang mengikuti Alqurun
teaching model sama dengan 60% dari banyaknya siswa. Jadi dapat
disimpulkan bahwa persentase siswa yang tuntas belajar tidak lebih dari 60%
dari banyaknya siswa yang mengikuti Alqurun teaching model. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.8 halaman 152.
61
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran ATM tidak efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa pada siswa kelas VII SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung
semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017. Ketidakefektifan pembelajaran ATM
berdasarkan dua aspek yang dijabarkan sebagai berikut.
1. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa mengikuti pembelajaran
ATM tidak lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa pada pembelajaran konvensional.
2. Persentase siswa yang memahami konsep pada pembelajaran dengan ATM
tidak lebih dari 60% dari banyaknya siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dan penelitian, dikemukakan saran-saran sebagai
berikut:
1. Bagi guru yang ingin menerapkan pembelajaran dengan ATM hendaknya
a. melakukan pengelolaan kelas yang baik dan pengelolaan waktu yang
tepat agar suasana belajar semakin kondusif sehingga memperoleh hasil
yang optimal,
62
b. memperhatikan tahapan literature agar siswa benar-benar paham konsep
dan tidak hanya dengan membaca, tetapi demonstrasi guru atau video-
video yang terkait materi yang dipelajari, dan
c. memberikan alokasi waktu yang lebih lama pada tahap use agar
pemberian latihan soal masalah nyata yang beragam kepada siswa dapat
terlaksana dengan baik.
2. Kepada peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian tentang
kemampuan pemahaman konsep matematis melalui ATM disarankan
melakukan penelitian pendahuluan terlebih dahulu supaya siswa dapat
beradaptasi dengan ATM.
63
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).Jakarta: Bumi Aksara.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Bahri, D. S. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Budiono. 2009. Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran. Tersedia dihttp://www.scribd.com/doc/21684083/Pengem-Materi-PembelajBudiono-SMANEJA-Blitar. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2016.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Dharma Bhakti.
________. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)Republik Indonesia No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk SatuanPendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
________. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama.
Ernawati. 2003. Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep MatematikaSiswa SMU Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Bandung: UPI.
Firmansyah, M. 2010. Pengaruh Iringan Musik dalam Penyelesaian SoalMatematika terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMPNegeri 6 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi.Bandarlampung: Universitas Lampung
Hermawan, Deddy Indra. 2015. Teknik Permainan Edukatif Untuk MeningkatkanKonsentrasi Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri 02 Tugu Jumantono TahunPelajaran2014/2015. Thesis FKIP UNS Oktober 2015. [Online]. Tersedia:https://eprints.uns.ac.id/20576/. Diakses pada 17 Oktober 2016.
64
Mahanani, Nadya. 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GaleryWalk Ditinjau Dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada SiswaKelas VIII Semester Genap SMP Negeri 4 Bandarlampung Tahun Pelajaran2015/2016). Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung.
Mullis, I. V. S., Martin, M.O., Foy, P., dan Arora, A. 2012. Trends inInternational Mathematics and Science Study (TIMSS) 2011 InternationalResult in Mathe-matics. Boston: TIMSS and PIRLS International StudyCenter.
Muslih. 2014. Analisis Efektifitas Program Magang untuk Sinkronisasi Link danMatch Perguruan Tinggi dengan Dunia Industri (Studi Terhadap ProgramMagang Pada Fakultas Ekonomi Prodi Manajemen UniversitasMuhammadiyah Sumatra Utara). Jurnal Manajemen & Bisnis Vol. 14 No. 01April 2014. Sumatra Utara: Universitas Muhamadiyah Sumatra Utara.
OECD. 2014. PISA 2012 Results in Focus What 15-year-olds know and what theycan do with what they know. [Online]. [http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf diakses pada 17 Oktober 2016].
Ruseffendi, E.T. 2006. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung:IKIP Bandung Press.
Rustaman, Nuryani Y. 2003. Literasi Sains Anak Indonesia 2002 & 2003.Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Siagian, P. Sondang. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: BumiAksara.
Siregar, Eveline., Nara, Hartini. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Ghalia Indonesia.
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: direktoratJendral Pendidikan Tinggi Departeman Pendidikan Nasional.
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PTRemaja Rosdakarya.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: UPI.
65
Sutiarso, Sugeng. 2016. Metode Pembelajaran AL QURAN (Alquran TeachingModel). Prosiding Seminar Nasional Mathematics, Science & EducationNational Conference (MSENCo). ISBN: 978-602-74581-0-9.Bandarlampung: IAIN Raden Intan Bandarlampung.
Sutikno, M. S. 2005. Pembelajaran Efektif: Apa dan BagaimanaMengupayakannya?. Mataram: NTP Press.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Trihendradi, Cornelius. 2010. Step By Step SPSS 17.0 Analisis Data Statistik.Yogyakarta: Andi Offset.
Wardhani, Resti Ayu. 2016. Efektivitas Problem Based Learning Ditinjau DariPemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII SemesterGenap SMP Negeri 12 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2015/2016).Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung.
Wicaksono. 2011. Efektivitas Pembelajaran. [online]. Tersedia: http://agung.smkn1pml.sch.id diakses pada Oktober 2016.
Zulkardi. 2003. Realistic Mathematics Education (RME) atau PendidikanMatematika Realistik Indonesia (PMRI). (Makalah Semiloka Nasional 20-21Agustus 2003). Palembang.