EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

95
EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DI SUMATERA UTARA TESIS Oleh RISMAULI BASA GULTOM 107039013/MAG PROGRAM STUDIMAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 Universitas Sumatera Utara

Transcript of EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Page 1: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN

TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN

DI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

RISMAULI BASA GULTOM 107039013/MAG

PROGRAM STUDIMAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013

Universitas Sumatera Utara

Page 2: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN TERHADAP

PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DI SUMATERA UTARA

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

RISMAULI BASA GULTOM 107039013/MAG

PROGRAM STUDIMAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013

Universitas Sumatera Utara

Page 3: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Judul : Efektifitas Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Terhadap Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Di Sumatera Utara

Nama : Rismauli Basa Gultom NIM : 107039013 Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing,

Ketua (Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si)

Anggota (Ir. Iskandarini, M.M, PhD)

Ketua Program Studi,

Dekan,

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS)

(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS)

Universitas Sumatera Utara

Page 4: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada Rabu, 22

Januari 2014

Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si ______________________

Anggota : 1. Ir. Iskandarini, M.M,Ph.D _______________________

2. Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec ______________________

3. Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D ________________________

Universitas Sumatera Utara

Page 5: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DI SUMATERA UTARA

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, Januari 2014 Yang membuat pernyataan, Rismauli Basa Gultom NIM. 107039013

Universitas Sumatera Utara

Page 6: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Dipersembahkan kepada :

Orangtua, Abang, Kakak dan SeluruhKeluarga

Universitas Sumatera Utara

Page 7: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

ABSTRAK

RISMAULI BASA GULTOM. Efektifitas Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2013.

Dalam membangun pertanian yang tangguh diperlukan kemampuan dalam memanfaatkan segala sumberdaya secara optimal, untuk itu diperlukan aparat pertanian yang tangguh dibidang pengaturan, pelayanan dan penyuluhan sesuai kualifikasi dan spesialisasi yang diperlukan bagi kelangsungan proses pembangunan pertanian tangguh tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan mengetahui pengaruh motivasi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebelum dan sesudah pembentukan bapelluh dan persepsi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan terhadap efektifitas kelembagaan bapelluh, serta pengaruh efektifitas bapelluh terhadap kinerja penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara.

Data yang digunakan merupakan data primer dengan jumlah sampel sebanyak 66 responden di tiga kelembagaan bapelluh yaitu di Kelembagaan Penyuluhan Murni, Kelembagaan Penyuluhan Campuran dan Non Kelembagaan. Hasil analisis menjelaskan bahwa motivasi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebelum dan sesudah pembentukan bapelluh di Sumatera Utara berpengaruh secara positif dan signifikan pada tingkat kesalahan 10%, persepsi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektifitas kelembagaan bapelluh di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan efektifitas kelembagaan bapelluh berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%..

Kata Kunci : Motivasi, Persepsi, Efektifitas, Kinerja, Bapelluh.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

ABSTRACT

RISMAULI BASA GULTOM. The Effectiveness of the Executive Board of Agriculture, Fishery, and Forestry Counseling on the Improvement of the Performance of Agriculture, Fishery, and Forestry Counselors in North Sumatera. Graduate School of the University of Sumatera Utara. The capability of using all human resources optimally is needed to develop strong agriculture; therefore, strong agricultural personnel are needed in organizing, servicing, and counseling which are in line with their qualification and specification in order to get the sustainable process of the agricultural development. The objective of the research was to analyze and find out the influence of the motivation of the Agriculture, Fishery, and Forestry Counselors before and the establishment of Bapelluh (Counseling Executive Board), the influence of the perception of the Agriculture, Fishery, and Forestry Counselors on the effectiveness of Bapelluh institution, and the influence of the effectiveness of Bapelluh on the performance of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors in North Sumatera. The data consisted of primary data with 66 respondents used as the samples in the three institutions: Pure Institutional, Mixed Counseling Institutional, and Non-Institutional. The result of the analysis showed that the motivation of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors before and after the establishment of Bapelluh in North Sumatera had positive and significant influence at the wrong margin of 10%, the perception of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors had positive and significant influence on the effectiveness of Bapelluh institutional in North Sumatera at the level of reliability of 95%, while the effectiveness of Bapelluh institutional had positive and significant influence on the performance of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors in North Sumatera at the level of reliability of 95%. Keywords: Motivation, Perception, Effectiveness, Performance, Bapelluh

Universitas Sumatera Utara

Page 9: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

RIWAYAT HIDUP

RISMAULI BASA GULTOM, Lahir di Medan, Sumatera Utara pada

tanggal 10 Pebruari 1967 dari Almarhum Bapak Drs. Dj. Gultom dan Ibu T.S.

boru Manullang. Penulis merupakan anak ke-6 (enam) dari 6 (enam) bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1974, masuk Sekolah Dasar, SD. ST. Antonius V Medan, lulus tahun

1980

2. Tahun 1980, masuk Sekolah Menengah Pertama, SMP Katolik Tri Sakti,

Medan, lulus tahun 1983

3. Tahun 1983, masuk Sekolah Menengah Atas, SMA Negeri V, Medan

4. Tahun 1984, pindah ke SMA Negeri I Medan, lulus tahun 1986

5. Tahun 1986, diterima di Perguruan Tinggi Negeri, Universitas Sumatera

Utara, lulus tahun 1991

6. Tahun 1992, CPNS di Departemen Pertanian dan ditempatkan di Bidang

Pengumpulan dan Penyajian Data, Pusat Data dan Informasi, Jakarta

7. Tahun 1993, menjadi PNS dan ditempatkan di Bidang Statistik Pertanian,

Pusat Data dan Informasi, Departemen Pertanian, Jakarta

8. Tahun 1994, staf di Bidang Informasi Produk dan Jaringan Pasar, Pusat

Pengembangan Informasi Pasar, Badan Agribisnis, Departemen Pertanian,

Jakarta

9. Tahun 1996, staf di Bidang Pengolahan Tanaman Pangan dan Hortikultura,

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Ditjen Industri Primer

dan Pengolahan Hasil Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Page 10: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

10. Tahun 1998, staf di Bidang Pasar Internasional Perkebunan, Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina

Pengolahan dan Pengembangan Hasil Pertanian (BP2HP)

11. Tahun 2001, Kepala Sub Bagian Evaluasi Program, Bagian Evaluasi,

Setditjen BP2HP

12. Tahun 2002, Kepala Sub Bagian Data dan Informasi, Bagian Perencanaan,

Setditjen BP2HP

13. Tahun 2004, Kepala Bagian Humas, di Sekretariat Daerah, Pemerintah

Kabupaten Samosir

14. Tahun 2006, Kepala Bidang Program, di Dinas Pertanian, Pemerintah

Kabupaten Samosir.

15. Tahun 2007, staf di Badan Informasi dan Komunikasi, Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara

16. Tahun 2010, Kepala Sub Bagian Program di Bagian Tata Usaha, Badan

Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi

Sumatera Utara

17. Tahun 2010, melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister

Agribisnis, Universitas Sumatera Utara

18. Bulan September Tahun 2013 sampai dengan sekarang, staf di Bidang

Kerjasama, Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 11: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

kasih dan karuniaNya sehingga usulan penelitian ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan dan materi yang disajikan dalam

usulan penelitian ini jauh dari kesempurnaan, dikarenakan kekurangan dan

keterbatasan kemampuan yang dimiliki, sehingga masukan dan saran diharapkan

dapat melengkapinya.

Tersusunnya tesis ini tidak terlepas dari motivasi, bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS, sebagai Dekan Fakultas Pertanian

2. Dr. Ir. Tavi Supriana Hutasuhut, MS, sebagai Ketua Program Studi Magister

Agribisnis

3. Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si, sebagai Pembimbing I

4. Ir. Iskandarini Soetadi, MM, Ph.D, sebagai Pembimbing II

5. Dr. Ir. Setia Negara Lubis, MS, sebagai Penguji I

6. Ir. Diana Chalil, M.Si. Ph.D, sebagai Penguji II

7. Para dosen Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

8. Staf Tata Usaha, di Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

9. Orangtua, abang, kakak dan para keponakan tersayang, yang selalu

memberikan doa, dukungan dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini

Universitas Sumatera Utara

Page 12: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

10. Drs Pulung Hutabarat, AK, MM, mantan Kepala Bakorluh Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara (periode 2010-2012) yang

memberi ijin penulis untuk mengikuti pendidikan Program S2 di Fakultas

Pertanian USU, Medan

11. Ibu Ir. Ellen Nova, MMA, Kepala Bidang Kerjasama, Bakorluh Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara yang memberikan

dukungan dan keleluasaan waktu untuk menyelesaikan studi penulis.

12. Sahabatku Dra. Leny Harstati, MM, Ir. Irmansyah Harahap, MT. HMA dan

Ir. Mohammad Iqbal, M.Si, M. Iriansyah SE., M.Si., yang terus-menerus

memberikan semangat untuk menyelesaikan studi S2 penulis.

13. Rekan-rekan alumni SMAN V Medan Angkatan’ 86, Syafiatun Siregar,

Endang Sari Siregar, Yuliani Siregar, Ifa Rita, Meutia Nauly, Elizar

Rangkuti, Mutmainah Lubis, Elmi Laut Tawars, Titik Sunasty, Suaib AK dan

rekan-rekan lain yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang

menguatkan, mendukung dan menolong kesembuhan penulis sehingga

penulis bisa kembali melanjutkan perkuliahan yang tertunda.

14. Para penyuluh pertanian di kabupaten kota di Sumatera Utara yang telah

membantu mengisi kuesioner mendukung penelitian penulis

15. Teman-teman MAG, Angkatan III yang telah memberikan dukungan selama

perkuliahan berlangsung.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga tesis ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan

Medan, Januari 2014

Penulis

Universitas Sumatera Utara

Page 13: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ………………………………………………………………… i

ABSTRACK ………………………………………………………….…… ii

RIWAYAT HIDUP …………………………………………………….… iii

KATA PENGANTAR …………………………………………….……… vi

DAFTAR ISI ……………………………………………………………... ix

DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xv

BAB. I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang ……………………………………………..… 1 1.2. Perumusan Masalah ………………………………...………… 6 1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 7 1.4. Kegunaan Penelitian ………………………………………… 8

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………… 9

2.1. Landasan Teori ……………………………………………..… 9 2.1.1. Efektifitas …………………………………………..…… 15 2.1.2. Persepsi ………………………………………………… 16 2.1.2.1. Proses Pembentukan Persepsi ………….………… 16 2.1.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi …….. 17 2.1.3. Motivasi ………………………………………………… 18 2.1.3.1. Proses Motivasi ……………………………….…... 18 2.1.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi……... 19 2.2. Penelitian Terdahulu ……………………………………..…… 19 2.3. Kerangka Pemikiran ……………………………………..…… 20 2.4. Hipotesis Penelitian ………………………………………… 24

BAB. III METODE ANALISIS DATA …………………………….…… 23

3.1. Metode Pemilihan Lokasi ……………………………………… 23 3.2. Metode Pengambilan Sampel ……………………………….… 24

Universitas Sumatera Utara

Page 14: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

3.3. Metode Pengumpulan Data ………………………………...… 26 3.4. Metode Analisi Data ………………………………………...… 27 3.5. Model Analisis ………………………………………………… 28 3.5.1. Analisis Regresi ……………………………………….. 28 3.5.1.1. Autokorelasi ......................................................... 29 3.5.1.2. Normalitas …………………………………….. 32 3.5.1.3. Multikolinearitas ………………………….……. 32 3.5.2. Analisis Uji Statistik ………………………………… 34 3.5.2.1. Uji Statistik F ……………………………….… 34 3.5.2.2. Uji Statistik t …………………………………. 34 3.5.2.3. Uji Koefisien Determinan (R2) ………………... 35 3.6. Defenisi dan Batasan Operasional ………………………….…. 36 3.6.1. Defenisi ………………………………………………… 36 3.6.2. Batasan Operasional ……………………………………. 37

BAB. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………….. 38

4.1. Deskripsi Wilayah ……………………………………………. 38 4.1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis ………………….……… 38 4.1.2. Tanaman Pangan ……………………………………….. 39 4.1.3. Perkebunan ……………………………………………… 44 4.1.4. Kehutanan ……………………………………………… 45 4.1.5. Peternakan ……………………………………………… 46 4.1.6. Perikanan ……………………………………………… 47 4.2. Deskriftif Data ……………………………………………….. 49 4.2.1. Demografi Responden …………………………………. 49 4.3. Hasil Analisis ………………………………………………… 54 4.3.1. Hasil Uji Prasyarat Analisis ………………………….…. 54 4.3.2. Hasil Uji Normalitas ……………………………………. 59 4.3.3. Pengujian Masalah Autokorelasi …………………….... 61 4.3.4. Uji Multikolinearitas ……………………………………. 62 4.4. Hasil Uji Model ……………………………………………….. 63 4.4.1. Uji t Statistik (Uji Parsial) ……………………………… 63 4.4.2. Uji F Statistik (Uji Serempak) ……………………….… 65 4.4.3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ……………………….. 66 4.5. Pembahasan ……………………………………………………. 67 4.5.1. Pengaruh Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan,

dan Kehutanan Sebelum Pembentukan Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap Efektifitasn Keberadaan Kelembagaan Penyuluhan ……………………………….

67

4.5.2. Pengaruh Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Sesudah Pembentukan Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap Efektifitasn Keberadaan Kelembagaan Penyuluhan ……………………………….

68

4.5.3. Pengaruh Persepsi Penyuluh Terhadap Efektifitas Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertan ian, Perikanan dan

69

Universitas Sumatera Utara

Page 15: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Kehutanan …………………………………………..…… 4.5.4. Pengaruh Efektifitas dari Kelembagaan Penyuluhan

Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan ………………………………….……………

70

BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………….…………. 71

5.1. Kesimpulan …………………………………………………… 71 5.2. Saran ………………………………………………………….. 72

DAFTAR PUSTAKA …………………………………..…………………. 73

LAMPIRAN ……………………………………………………...……… 74

Universitas Sumatera Utara

Page 16: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

DAFTAR TABEL

No Judul Hal.

1. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di

Sumatera Utara ………………………………...………………….

4

2. Data Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Provinsi

Sumatera Utara menurut Kabupaten/Kota…………………………

23

3. Jumlah Sampel Penyuluh Pertanian yang PNS di Kelembagaan

Kabupaten/kota …….……………………………………………

26

4. Kaidah Keputusan Durbin-Watson Test …………………………... 31

5. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah

menurut Kabupaten/kota, Tahun 2010...…………………………...

40

6. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Ladang

Menurut Kabupaten/kota, Tahun 2010……………………………

41

7. Produksi Hasil Hutan Sumatera Utara menurut Jenis Produksi,

Tahun 2007-2010………………………………………………..…

46

8. Produksi Ikan menurut Asal Tangkapan dan Kabupaten/kota,

Tahun 2008-2010 (ton) ….…………………………………………

47

9. Daerah Tangkapan Ikan menurut Jenis dan Kabupaten/kota, Tahun

2008-2010 (ton) ……………………………………………………

48

10. Lama Bekerja Responden …………………………………………. 49

11. Jabatan/kedudukan Responden ……………………………………. 50

12. Keikutsertaan Penyuluh dalam Latihan Kunjungan Supervisi dan

Evaluasi (LAKUSUSI)…………………………………………….

51

13. Tingkat Pendidikan Responden …………………………………… 51

Universitas Sumatera Utara

Page 17: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

14. Variabel Efektifitas Kelembagaan (Y1) …………………………... 52

15. Variabel Kinerja Penyuluh (Y2) 52

16. Variabel Motivasi Sebelum Bapelluh (X1)...……………………… 53

17. Variabel Motivasi Sesudah Bapelluh (X2) ………………………... 53

18. Variabel Persepsi Penyuluh (X3) …………………………………. 53

19. Estimasi Efektifitas Bapelluh (Y1) dengan Motivasi Penyuluh

Sebelum Bapelluh (X1) …………………………………………..

55

20. Estimasi Efektifitas Bapelluh (Y1) dengan Motivasi Penyuluh

Sesudah Bapelluh (X2)………….....……………………………...

56

21 Estimasi Efektifitas Bapelluh (Y1) dengan Persepsi Penyuluh (X3) 57

22. Estimasi Kinerja Penyuluh (Y2) ………………………………….. 58

23. Hasil Uji Normalitas pada Model Efektifitas Bapelluh (Y1)

Dengan Motivasi Penyuluh SebelumBapelluh (X1)……. ………...

59

24 Hasil Uji Normalitas pada Model Efektifitas Bapelluh (Y1)

Dengan Motivasi Penyuluh Sesudah Bapelluh (X2)……. ………...

60

25 Hasil Uji Normalitas pada Model Efektifitas Bapelluh (Y1)

Dengan Persepsi Penyuluh (X3) …………………………………

60

26 Hasil Uji Normalitas pada Model Kinerja Penyuluh (Y2) 61

27 Nilai Matriks Korelasi Variabel-Variabel Bebas …………………. 62

28 Nilai VIF dari Korelasi Variabel-…… Bebas ………………… 63

Universitas Sumatera Utara

Page 18: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal.

1. Skema Kerangka Pemikiran…..………………………………….. 21

Universitas Sumatera Utara

Page 19: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal.

1. Data Penelitian

Bagian I

Bagian II ……………………….…………………………………..

74

2. Hasil Estimasi Model Efektifitas(Y1) ……………………………. 77

3. Hasil Uji Normalitas Model Efektifitas ………………………….. 78

4. Hasil Uji Autokorelasi (LM-test) Model Efektifitas ……………… 79

5. Estimasi Model Efektifitas ………………………………………... 80

6. Hasil Estimasi Model Efektifitas (Y1)……………………….......... 81

7. Hasil Uji Normalitas Model Efektifitas …………………………… 82

8. Hasil Uji Autokorelasi (LM-test) Model Efektifitas ……………. ... 83

9. Estimasi Model Efektifitas ……………………………………...... 84

10. Hasil Estimasi Model Efektifitas (Y1 85 ) …………………………….

11 Hasil Uji Normalitas Model Efektifitas …………………………… 86

12 Hasil Uji Autokorelasi (LM-test) Model Efektifitas ………………. 87

13 Estimasi Model Efektifitas ………………………………………... 88

14 Hasil Uji Model Kinerja (Y2 89 ) ……………………………………...

15 Hasil Uji Normalitas Model Kinerja (Y2 90 ) …………………………

16 Hasil Uji Autokorelasi (LM-Test) Model Kinerja (Y2 91 ) …………….

17 Estimasi Model Kinerja (Y2 92 )

………………………………………

18 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Bebas (Independence) ……... 93

Universitas Sumatera Utara

Page 20: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

ABSTRAK

RISMAULI BASA GULTOM. Efektifitas Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2013.

Dalam membangun pertanian yang tangguh diperlukan kemampuan dalam memanfaatkan segala sumberdaya secara optimal, untuk itu diperlukan aparat pertanian yang tangguh dibidang pengaturan, pelayanan dan penyuluhan sesuai kualifikasi dan spesialisasi yang diperlukan bagi kelangsungan proses pembangunan pertanian tangguh tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan mengetahui pengaruh motivasi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebelum dan sesudah pembentukan bapelluh dan persepsi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan terhadap efektifitas kelembagaan bapelluh, serta pengaruh efektifitas bapelluh terhadap kinerja penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara.

Data yang digunakan merupakan data primer dengan jumlah sampel sebanyak 66 responden di tiga kelembagaan bapelluh yaitu di Kelembagaan Penyuluhan Murni, Kelembagaan Penyuluhan Campuran dan Non Kelembagaan. Hasil analisis menjelaskan bahwa motivasi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebelum dan sesudah pembentukan bapelluh di Sumatera Utara berpengaruh secara positif dan signifikan pada tingkat kesalahan 10%, persepsi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektifitas kelembagaan bapelluh di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan efektifitas kelembagaan bapelluh berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%..

Kata Kunci : Motivasi, Persepsi, Efektifitas, Kinerja, Bapelluh.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

ABSTRACT

RISMAULI BASA GULTOM. The Effectiveness of the Executive Board of Agriculture, Fishery, and Forestry Counseling on the Improvement of the Performance of Agriculture, Fishery, and Forestry Counselors in North Sumatera. Graduate School of the University of Sumatera Utara. The capability of using all human resources optimally is needed to develop strong agriculture; therefore, strong agricultural personnel are needed in organizing, servicing, and counseling which are in line with their qualification and specification in order to get the sustainable process of the agricultural development. The objective of the research was to analyze and find out the influence of the motivation of the Agriculture, Fishery, and Forestry Counselors before and the establishment of Bapelluh (Counseling Executive Board), the influence of the perception of the Agriculture, Fishery, and Forestry Counselors on the effectiveness of Bapelluh institution, and the influence of the effectiveness of Bapelluh on the performance of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors in North Sumatera. The data consisted of primary data with 66 respondents used as the samples in the three institutions: Pure Institutional, Mixed Counseling Institutional, and Non-Institutional. The result of the analysis showed that the motivation of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors before and after the establishment of Bapelluh in North Sumatera had positive and significant influence at the wrong margin of 10%, the perception of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors had positive and significant influence on the effectiveness of Bapelluh institutional in North Sumatera at the level of reliability of 95%, while the effectiveness of Bapelluh institutional had positive and significant influence on the performance of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors in North Sumatera at the level of reliability of 95%. Keywords: Motivation, Perception, Effectiveness, Performance, Bapelluh

Universitas Sumatera Utara

Page 22: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Suhardiyono (1992), dalam rangka membangun pertanian

tangguh para pelaku pembangunan pertanian perlu memiliki kemampuan dalam

memanfaatkan segala sumberdaya secara optimal, mengatasi segala hambatan dan

tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

perubahan yang terjadi serta berperan aktif dalam pembangunan nasional dan

pembangunan wilayah. Untuk mewujudkan pertanian tangguh tersebut diperlukan

aparat pertanian yang tangguh dibidang pengaturan, pelayanan dan penyuluhan

sesuai kualifikasi dan spesialisasi yang diperlukan bagi kelangsungan proses

pembangunan pertanian tangguh tersebut.

Keberhasilan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan bukan

hanya ditentukan oleh kondisi sumberdaya pertanian, perikanan dan kehutanan

tetapi juga ditentukan oleh peran penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan

yang sangat strategis dan kualitas sumberdaya manusia yang mendukungnya,

yaitu SDM yang menguasai serta mampu memanfaatkan dan mengembangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan sumberdaya pertanian,

perikanan dan kehutanan secara berkelanjutan.

Penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan memiliki peran yang

berfungsi untuk; memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku

usaha; mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke

sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 23: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

mengembangkan usahanya; meningkatkan kemampuan kepemimpinan,

manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha; membantu pelaku

utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi

organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola

berusaha yang baik, dan berkelanjutan; membantu menganalisis dan Memecahkan

masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan

pelaku usaha dalam mengelola usaha; menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan

pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan; dan melembagakan nilai -

nilai budaya pembangunan pertanian yang maju dan modern bagi pelaku utama

secara berkelanjutan.

Untuk meningkatkan peran penyuluhan pertanian, perikanan dan

kehutanan dalam pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan perlu adanya

sinergitas dan penyamaan persepsi terhadap kegiatan-kegiatan penyuluhan di

daerah dengan program penyuluhan di pusat, sesuai dengan peran pemerintah

sebagai regulator, koordinator dan supervisor, maka Kementerian Pertanian,

Kementerian Perikanan dan Kelautan, dan Kementerian Kehutanan, melalui

Satuan Kerja Badan Koordinasi, Dinas yang menangani penyuluhan pertanian,

perikanan dan kehutanan memfasilitasi dana dekonsentrasi kegiatan penyuluhan

pertanian, perikanan dan kehutanan Tahun 2012.

Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Badan Koordinasi

Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara (2011),

Implementasi UU No.16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,

Perikanan, dan Kehutanan (SP3K) di Sumatera Utara sampai saat ini belum

Universitas Sumatera Utara

Page 24: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

optimal namun telah menunjukkan perkembangannya, hal ini dapat dilihat dari

aspek-aspek, sebagai berikut :

1. Kelembagaan :

a. Pada tingkat provinsi telah terbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan

Pertanian Perikanan dan Kehutanan (Bakorluh).

b. Pada tingkat kabupaten/kota telah terbentuk 6 (enam) Badan Pelaksanan

Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Bapelluh); 1 (satu)

Kantor Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; 1

(satu) Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian; 3 (tiga) Badan Pelaksana

Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan ; 4

(empat) Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan; 1 (satu)

Kantor Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dan Ketahanan

Pangan; 2 (dua) Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; 1 (satu) Badan Ketahanan Pangan

dan Pelaksana Penyuluhan; 2 (dua) Badan Ketahanan Pangan dan

Penyuluhan Pertanian; 12 Non Kelembagaan (berada pada Dinas Pertanian

dan atau Kelautan)

2. Ketenagaan

Data tenaga penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan tercatat 3186

orang terdiri dari :

a. Penyuluh Pertanian PNS sebanyak 1210 orang.

b. Penyuluh Perikanan PNS sebanyak 53 orang.

c. Penyuluh Kehutanan sebanyak 88 orang.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

d. Tenaga Harian Lepas – Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TB PP)

sebanyak 1818 orang; dan

e. Penyuluhan Perikanan PPTK sebanyak 17 orang.

3. Penyelenggaraan

a. Program penyuluhan sebagai acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan

telah disusun di setiap tingkatan wilayah mulai dari tingkat kecamatan

sampai dengan tingkat provinsi. Sedangkan di tingkat desa masih

tergantung pada kesiapan daerah setempat.

b. Telah terdistribusi dan terbangunnya sarana dan prasarana penyuluhan

pertanian untuk mendukung penyelenggaraan penyuluhan sejak tahun

2006.

Tabel 1. Kelembagaaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera utara

NO KELEMBAGAAN KAB./KOTA 1 Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan (Sesuai UU No.16 Tahun 2006)

1. Karo 2. Pakpak Barat 3. Tapanuli Utara 4. Padang Lawas 5. Nias Selatan 6. Toba samosir

2 Kantor Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

1. Tapanuli Tengah

3 Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian 1. Labuhan Batu

4 Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan

1. Simalungun 2. Serdang Bedagei 3. Tapanuli Selatan

5 Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan

1. Binjai 2. Asahan 3. Madina 4. Batubara

6 Kantor Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dan Ketahanan Pangan

1. Nias Barat

Universitas Sumatera Utara

Page 26: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

7 Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

1. Labuhan Batu Utara 2. Labuhan Batu Selatan

8 Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan

1. Samosir

9 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian

1. Kota Padang Sidempuan 2. Nias

10 Non Kelembagaan (Berada pada Dinas Pertanian dan atau Kelautan)

1. Medan 2. Deli Serdang 3. Dairi 4. Langkat 5. Paluta 6. Humbahas 7. Tebing Tinggi 8. P. Siantar 9. Sibolga 10. Tanjung Balai 11. Nias Utara 12. Gunung Sitoli

Sumber : Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Prov. Sumut (2011).

Berdasarkan kondisi umum sumberdaya penyuluhan pertanian, perikanan

dan kehutanan serta hasil- hasil yang telah dicapai selama periode 2005-2011 di

Provinsi Sumatera Utara, maka permasalahan yang dihadapi dalam pemantapan

sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan guna mewujudkan

sumberdaya manusia yang profesional, kreatif, inovatif dan berwawasan global,

adalah sebagai berikut:

a. Lemahnya kapasitas kelembagaan penyuluhan pertanian, perikanan dan

kehutanan.

b. Lemahnya kapasitas kelembagaan petani.

c. Belum optimalnya jumlah dan kompetensi penyuluh pertanian, perikanan dan

kehutanan.

d. Belum optimalnya penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan

kehutanan.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

e. Belum optimalnya dukungan sarana-prasarana dan pembiayaan dalam

penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan.

Sepanjang sejarah penyuluhan di sektor pertanian, perikanan dan

kehutanan, kelembagaan penyuluhan terus berubah-ubah. Tenaga penyuluh sering

merasa kehilangan induk akibat berganti-ganti unit kerja yang menangani

penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan jauh dari tingkat kesejahteraan yang

diharapkan. Penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan lapangan sehingga

penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan lapangan pada awalnya berada di

bawah Badan Pengendali Bimas kemudian berpindah ke Pemda, setelah itu

berpindah di bawah BIPP dan kembali berpindah ke Dinas Pertanian, Perikanan

dan Kehutanan bila Pemerintah Kabupaten/Kota yang memiliki lembaga tersebut.

Tetapi bila Pemerintah Kabupaten/Kota belum memiliki lembaga tersebut,

administrasi penyuluh tetap berada di Dinas terkait.

Oleh sebab itu perlu diadakan penelitian mengenai Efektifitas Badan

Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan terhadap Peningkatan

Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskanlah identifikasi

masalah-masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan terhadap

efektifitas badan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan

di Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

2. Bagaimana motivasi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan terhadap

efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan

sesbelum pembentukan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan di Sumatera Utara.

3. Bagaimana motivasi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan terhadap

efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan sesudah

pembentukan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan di Sumatera Utara

4. Bagaimana efektifitas dari keberadaan kelembagaan penyuluhan terhadap

peningkatan kinerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan didaerah

penelitian di Sumatera Utara.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis persepsi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan

terhadap kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di

Sumatera Utara.

2. Menganalisis motivasi kerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan

sebelum pembentukan badan pelaksanaan penyuluhan pertanian,

perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara.

3. Menganalisis motivasi kerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan

sesudah pembentukan badan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan

dan kehutanan di Sumatera Utara.

4. Menganalisis efektifitas dari kelembagaan penyuluhan terhadap

peningkatan kinerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di

Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Universitas Sumatera Utara

Page 30: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan dan pengambilan keputusan bagi

Bupati/Walikota sehingga berkeinginan untuk membentuk Badan

Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.

2. Untuk memberikan motivasi kepada penyuluh pertanian, perikanan dan

kehutanan lapangan, lebih meningkatkan kinerjanya karena tingkat

kesejahteraan Penyuluh Lapangan turut meningkat.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Sejak diterbitkannya Undang-undang Nomor 16 tahun 2006 pada tanggal

15 Nopember 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan, selanjutnya disingkat dengan UUSP3K, maka terbukalah sejarah baru

penyuluhan di Indonesia. Undang-undang ini sangat diharapkan dan dinantikan

oleh banyak insan yang terlibat dalam penyuluhan pertanian, perikanan dan

kehutanan secara luas. Karena tanpa undang-undang semacam itu pelaksanaan

penyuluhan terabaikan tanpa landansan yang kuat dan jelas. Ini terbukti dengan

naik-turunnya kegiatan penyuluhan di lapangan yang tidak selalu mendapatkan

dukungan kebijakan dan anggaran yang memadai. Hal ini diperkuat dengan

kenyataan bahwa penyuluhan di bidang pertanian secara luas itu tidak pernah

mantap (jelas) arah dan tujuannya. Lebih-lebih lagi setelah memasuki era 1990-an

dan lebih lagi setelah 1999 yaitu setelah diberlakukannya Undang-undang tentang

Otonomi Daerah, yang menyerahkan tanggungjawab penyelenggaraan

penyuluhan kepada Pemerintah Daerah, baik pemerintah provinsi maupun

pemerintah kabupaten/kota. Dari kebijakan-kebijakan tentang penyuluhan

pertanian yang diambil oleh berbagai pemerintah daerah, jelas sekali bahwa

persepsi mereka tentang arti pentingnya penyuluhan dan bagaimana penyuluhan

itu harus dilakukan sangatlah beragam. Tak heran bila kelembagaan penyuluhan

di daerah misalnya, yang dengan susah payah dibangun selama Orde Baru,

dengan mudahnya “diacak-acak” dan bahkan banyak yang dibubarkan. SDM

Penyuluhan yang dengan jerih payah direkrut, dididik/dilatih, dan dikembangkan

Universitas Sumatera Utara

Page 32: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

dibiarkan tak berfungsi, sehingga banyak diantaranya yang akhirnya alih fungsi,

bahkan ada beberapa yang keluar dari sektor pertanian (Slamet M, 2010).

Sebenarnya, dasar untuk membentuk kelembagaan penyuluhan dapat

mengacu pada huruf N butir 6 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun

2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah yang

berbunyi : “ Pengaturan mengenai organisasi lembaga lain seperti Lembaga

Penyuluhan, Penanggulangan Bencana, unit Pelayanan Perijinan Terpadu,

Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Badan Narkotika dan lain –lain

akan diatur tersendiri dan merupakan perangkat daerah diluar jumlah yang

ditetapkan dalam kriteria.”

Menurut pengamatan yang sudah dilakukan, kendala pertama yang muncul

adalah masalah kelembagaan penyuluhan di daerah, baik di tingkat provinsi

maupun di tingkat kabupaten/kota. Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir,

kelembagaan penyuluhan di daerah sudah berulangkali mengalami perubahan, dan

UU No 16 tahun 2006 juga mengamanatkan adanya perubahan lagi. Amanat ini

bertabrakan dengan PP No 8 tahun 2003, tentang struktur pemerintah daerah yang

membatasi jumlah institusi/dinas di daerah, yang meskipun PP tersebut sudah

diubah dengan PP 41 tahun 2007, tetap saja menyisakan kendala bagi

dibentuknya Badan Koordinasi Penyuluhan di tingkat provinsi dan lahirnya Badan

Pelaksana Penyuluhan di tingkat kabupaten/kota. Rupanya selain kelembagaan

penyuluhan pertanian, ada juga sektor lain yang memerlukan adanya institusi

tambahan (Slamet M, 2010).

Berdasarkan UU No.16 tahun 2006, yang dimaksud dengan tenaga

penyuluh pertanian, perikanan, dan kehutanan meliputi penyuluh PNS (penyuluh

Universitas Sumatera Utara

Page 33: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

pemerintah), penyuluh swasta dan/atau penyuluh swadaya. Pada hakekatnya

setiap orang yang mempunyai pengetahuan tentang pertanian, perikanan dan

kelautan serta mampu berkomunikasi dapat menjadi penyuluh pertanian,

perikanan dan kehutanan. Pelaku penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan

meliputi; penyuluh funsional, penyuluh non fungsional, penyuluh tenaga kontrak,

penyuluh swasta, penyuluh swadaya dan penyuluh kehormatan.

Dalam rangka memenuhi kebijakan satu desa satu penyuluh secara

bertahap Kementerian Pertanian telah merekrut Tenaga Harian Lepas Tenaga

Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TB PP), untuk Provinsi Sumatera Utara

sebanyak 1818 orang. Untuk meningkatkan produktifitas, efektivitas dan efisiensi

THL-TB PP dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping dan konsultan

pelaku utama dan pelaku usaha, maka perlu diberi honorarium dan BOP bagi

THL-TB PP.

Melalui revitalisasi penyuluhan pertanian diharapkan penyuluh pertanian

dapat berfungsi secara optimal dalam memfasilitasi petani dan keluarganya serta

pelaku usaha pertanian lainnya untuk mewujudkan peningkatan pendapatan serta

kesejahteraan petani.

Penyelenggaraan penyuluhan di Sumatera Utara menuntut adanya

keterpaduan dalam satu sistem penyuluhan pertanian yang terpadu dari berbagai

instansi dan kelembagaan terkait, dengan maksud untuk memberdayakan petani

dan keluarganya serta masyarakat pertanian lainnya. Salah satu upaya untuk

meningkatkan pemberdayaan tenaga penyuluh pertanian adalah dengan

memberikan Biaya Operasional Penyuluh (BOP). BOP dimaksudkan untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 34: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

meningkatkan gairah penyuluh pertanian dalam memfasilitasi kegiatan

penyuluhan ditingkat petani.

Untuk meningkatkan keaktifan kelembagaan penyuluhan dan kinerja

penyuluh, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai agar penyuluhan dapat

diselenggarakan dengan efektif dan efisien. Penyelenggaraan penyuluhan yang

efektif dan efisien diperlukan pembiayaan yang memadai untuk memenuhi biaya

penyuluhan.

Sumber biaya untuk penyuluhan disediakan melalui APBN, APBD baik

Provinsi maupun Kabupaten/Kota, baik secara sektoral maupun lintas sektoral,

sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Pembiayaan penyuluhan yang berkaitan

dengan tunjangan jabatan fungsional dan profesi, biaya operasional penyuluh

PNS, serta sarana dan prasarana bersumber dari APBN, sedangkan pembiayaan

penyelenggaraan penyuluhan kehutanan di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan,

bersumber dari APBD yang jumlah dan alokasinya disesuaikan dengan program

penyuluhan.

Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan di Provinsi berada pada

Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Bakor P3K)

dan dua Kabupaten/Kota berada pada Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian,

Perikanan, dan Kehutanan (BP4K). Untuk itu perlu ada keseragaman jabatan dan

tunjangan agar tidak terjadi konflik di daerah.

Tugas pokok penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan adalah

melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan

petani dalam menguasai, memanfaatkan dan menerapkan teknologi baru sehingga

Universitas Sumatera Utara

Page 35: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

mampu bertani lebih baik, berusaha lebih menguntungkan serta membina

kehidupan berkeluarga yang lebih sejahtera.

Adapun tugas pokok penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan

adalah:

1. Mengidentifikasi potensi wilayah dan agrosistem serta kebutuhan teknologi

dibidang pertanian, perikanan dan kehutanan.

2. Menyusun programa penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan

3. Menyusun Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian (RKPP)

4. Menerapkan metode penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan

5. Menyusun materi penyuluhan.

6. Mengembangkan swadaya dan swakarsa petani dan nelayan

7. Mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyuluhan

pertanian, perikanan dan kehutanan serta dampaknya.

(Anonimous, 2000).

Setiap penyuluh mempunyai beberapa faktor sosial maupun faktor

ekonomi yang mempengaruhinya dalam kegiatan penyuluhan. Beberapa faktor

sosial ekonomi yang mempengaruhinya adalah:

1. Faktor Sosial

a. Umur

Umur pada umumnya sangat berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari.

Tenaga kerja dalam usia yang sangat produktif (22-65 tahun) memiliki

potensi kerja yang masih produktif. (Anonimous, 1991: 45)

Universitas Sumatera Utara

Page 36: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

b. Tingkat Pendidikan.

Penempatan seorang penyuluh sangat ditentukan oleh pendidikan yang

dimilikinya, pendidikan juga sangat berpengaruh pada perilaku seorang

PPL. Tetapi jika didalam memilih penyuluh ini terlalu ditekankan pada

kualitas akademis, maka hal ini akan dapat menyebabkan kesulitan

dikemudian hari karena seorang penyuluh yang memiliki pendidikan yang

tinggi belum tentu memiliki kemampuan menyuluh yang baik.

(Suhardiyono, 1992: 29)

c. Masa kerja Penyuluh

Orang-orang yang lama berada pada suatu pekerjaan akan lebih produktif

daripada mereka yang senioritasnya lebih rendah. (Suhardiyono, 1992: 31)

2. Faktor Ekonomi

a. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga sering menjadi pertimbangan dalam

pengambilan keputusan untuk menerima inovasi. Konsekuensi penerimaan

inovasi akan berpengaruh terhadap sistem keluarga, dimulai dari anak-

anak, istri dan anggota keluarga lainnya. Semakin besar jumlah anggota

keluarga akan semakin besar pula tuntutan kebutuhan keuangan rumah

tangga. Kegagalan penyuluh dalam penyuluhan pertanian akan

berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. (Soekartawi, 1988:

32)

b. Total Pendapatan

Meningkatnya pendapatan maka meningkat pula pengeluaran untuk

keperluan rumah tangga dan pembentukan modal. Menurunnya

Universitas Sumatera Utara

Page 37: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

pendapatan akan menurunkan pula pengeluaran untuk konsumsi dan

modal (Tohir, 1991: 187).

2.1.1. Efektifitas

Efektifitas kinerja kelembagaan penyuluhan ditentukan oleh kesesuaian

pelaksanaan job description atau pelaksanaan dari uraian tugas yang menjadi

tanggung jawab kelembagaan itu sendiri terhadap para penyuluh dalam penentuan

posisi jabatannya. Berdasarkan hasil analisis pekerjaan, setiap penyuluh dibebani

tanggung jawab untuk melaksanakan uraian tugas pada posisi jabatan sebagai

pejabat fungsional dan pelaksana lapangan penyuluhan pertanian. Hasil kerjanya

tersebut harus dipertanggung jawabkan sebagai perwujudan akuntabilitasnya

kepada organisasi yang menugaskannya, maupun kepada masyarakat tani sebagai

'klien' yang dilayaninya.

Efektifitas kinerja kelembagaan penyuluhan sejak proses perencanaan,

pengembangan program, pelaksanaan hingga proses pelaporan dan evaluasi

berimplikasi pada proses pembelajaran masyarakat tani. Efektifitas kinerja

kelembagaan penyuluhan dalam perencanaan dan pengembangan program

bukanlah sekedar hasil dalam bentuk program penyuluhan dan rencana kegiatan,

melainkan prosesnya yang mencirikan proses pembelajaran bagi penyuluh

maupun bagi masyarakat dan bagi aparat tidak kalah pentingnya. Sebagai agen

perubahan (change agent) dalam pembangunan pertanian, kelembagaan

penyuluhan haruslah mampu belajar untuk mendorong penyuluh dan masyarakat

menemukenali kebutuhan mereka sendiri untuk berubah kearah yang lebih baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

2.1.2. Persepsi

Rakhmat (2003) menguraikan definisi persepsi sebagai suatu pengalaman

tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna

pada stimulus inderawi (sensory stimuli). Persepsi untuk objek berupa benda mati

disebut sebagai persepsi objek, sedangkan persepsi terhadap manusia biasanya

disebut sebagai persepsi interpersonal.

Thoha (1986) menjelaskan bahwa persepsi pada hakekatnya merupakan

proses yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang

lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan,

dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa

persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukan

suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.

2.1.2.1. Proses Pembentukan Persepsi

Rakhmat (2003) menguraikan beberapa konsep yang terlibat dalam proses

persepsi yaitu:

a. Sensasi. Sensasi merupakan tahap paling awal dalam penerimaan

informasi. Sensasi adalah pengalaman elementer yang berhubungan

dengan kegiatan alat indera dan tidak memerlukan penguraian verbal,

simbolis, atau konseptual. Perbedaan kapasitas alat indera dapat

menyebabkan perbedaan sensasi. Perbedaan sensasi dapat menyebabkan

terjadinya perbedaan persepsi.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

b. Perhatian (Attention). Perhatian terjadi bila seseorang mengkonsentrasikan

dirinya hanya pada salah satu alat indera saja, dan mengesampingkan

masukan- masukan dari alat indera lainnya.

3. Memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi persepsi

maupun berpikir. Memori melewati tiga proses yaitu perekaman,

penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman adalah pencatatan informasi

melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan menentukan

berapa lama, dalam bentuk apa, dan di mana informasi tersebut bersama

seseorang.

2.1.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Rakhmat (2003) mengkategorikan dua faktor yang menentukan persepsi

yaitu:

a. Faktor fungsional (faktor personal). Kebutuhan dan pengalaman masa lalu

termasuk dalam faktor ini. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau

bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada

stimuli tersebut. Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi

lazim disebut sebagai kerangka rujukan.

b. Faktor struktural (faktor situasional). Faktor ini berasal dari sifat

stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf

individu. Berdasarkan teori Gestalt, seseorang mempersepsikan sesuatu

secara keseluruhan, dan tidak melihatnya sebagai suatu bagian yang

terpisah.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

2.1.3. Motivasi

Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan” atau

“daya penggerak”. Motivasi mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan

kebutuhan atau suatu tujuan. Motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari

keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya (misalnya rasa lapar, haus

dan bermasyarakat (Malayu, 2003).

Robbins (1996) yang dikutip Makarim (2003) menyatakan bahwa motivasi

dapat dilihat dari adanya usaha mencari suatu sasaran secara bersama yang

bermanfaat bagi seseorang, atau bagi orang lain di dekatnya, kemudian menjalin

kerja sama yang dilandasi oleh semangat dan daya juang yang tinggi.

2.1.3.1. Proses Motivasi

Menurut Newcomb dkk. (1985) yang dikutip Susantyo (2001), motivasi

merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap,

kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang.

Selanjutnya, Wahjosumidjo (1987) menyatakan bahwa motivasi sebagai proses

psikologis diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut

intrinsik atau faktor di luar diri yang disebut factor ekstrinsik. Faktor di dalam diri

seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, dan pendidikan, atau

berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Sedang faktor di luar

diri, dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, bisa karena pengaruh pimpinan,

kolega, atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks. Tetapi baik factor intrinsik

maupun faktor luar motivasi timbul karena adanya rangsangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

2.1.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Wahjosumidjo (1987) menggolongkan dua faktor yang berpengaruh

terhadap motivasi individu yaitu faktor yang berasal dari dalam individu

(intern) dan faktor yang bersumber dari luar individu (ekstern). Yang termasuk

faktor intern adalah kemampuan atau keterampilan, tingkat pendidikan, sikap dan

sistem nilai yang dianut, pengalaman masa lampau, aspirasi atau harapan masa

depan, latar belakang sosial budaya, serta persepsi individu terhadap

pekerjaannya. Faktor ekstern meliputi tuntutan kepentingan keluarga, kehidupan

kelompok, lingkungan kerja maupun kebijaksanaan yang berkaitan dengan

pekerjaannya.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dikutip penulis dari penelitian Apandi (2009) yang

berjudul “Pengaruh Kelembagaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan terhadap Produktivitas Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan Lapangan di 4 (empat) Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) terpilih

yaitu UPTD Wilayah Ciawi, UPTD Wilayah Caringin, UPTD Wilayah Dramaga,

dan UPTD Wilayah Cibungbulang, dengan jumlah 46 orang. Data yang

dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Variabel yang diduga

mempengaruhi produktivitas kerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan

yaitu persepsi, motivasi, dan faktor-faktor lain umur, tingkat pendidikan,

pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga, dan ada atau tidak penghasilan

lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi penyuluh

pertanian, perikanan dan kehutanan sebelum dan sesudah adanya otonomi daerah,

persepsi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan tersebut cenderung ke arah

Universitas Sumatera Utara

Page 42: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

negatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa produktivitas kerja penyuluh

pertanian, perikanan dan kehutanan lapangan dipengaruhi oleh motivasi 0,44;

tingkat pendidikan 0,30; dan sumber penghasilan lain -0,27. Besarnya pengaruh

bersama 0,31; besanya pengaruh di luar model 0,69. Variabel yang paling kuat

pengaruhnya terhadap produktivitas kerja adalah variabel motivasi. Kata kunci :

produktivitas kerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan.

2.3. Kerangka Penelitian

Setiap penyuluh mempunyai beberapa faktor sosial maupun faktor

ekonomi yang mempengaruhinya dalam kegiatan penyuluhan. Faktor-faktor

tersebut akan dapat mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian yang dibawahi

Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan saat berada di

Lapangan, dimana juga dapat diketahui bagaimana sikap penyuluh, persepsi serta

motivasi dalam melakukan penyuluhan mempunyai peranan penting dalam

meningkatkan kinerja para penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan saat

berada dilapangan. Badan pelaksana penyuluhan pertanian, perikanan dan

kehutanan juga harus dapat memberikan kepuasan kerja terhadap penyuluh-

penyuluh di lapangan sehingga ada sinergitas antara badan pelaksana penyuluhan

pertanian, perikanan dan kehutanan dengan penyuluh pertanian di lapangan baik

dari segi persepsi maupun motivasi. Sehingga dengan adanya koordinasi yang

baik antara kelembagaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan di

Provinsi Sumatera Utara dengan penyuluh pertanian di kabupaten/kota dapat

menimbulkan efektifitas dari kelembagaan itu sendiri serta peningkatan kinerja

yang lebih baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Keterangan : Menyatakan Hubungan

Gambar 1. Skema kerangka Pemikiran

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah merupakan dugaan sementara atau pendapat yang masih

kurang sempurna dalam arti masih harus dibuktikan dan diuji kebenarannya.

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Adanya pengaruh positif dan signifikan antara persepsi penyuluh pertanian,

perikanan dan kehutanan.terhadap efektifitas kelembagaan bapelluh di

Sumatera Utara.

2. Adanya pengaruh positif dan signifikan antara motivasi penyuluh pertanian,

perikanan dan kehutanan sebelum pembentukan bapelluh.terhadap efektifitas

kelembagaan bapelluh di Sumatera Utara.

PERSEPSI Penyuluh

Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Lapangan

MOTIVASI Penyuluh

Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Meningkat

Terjadi Efektifitas

Universitas Sumatera Utara

Page 44: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

3. Adanya pengaruh positif dan signifikan antara motivasi penyuluh pertanian,

perikanan dan kehutanan sesudah pembentukan bapelluh.terhadap efektifitas

kelembagaan bapelluh di Sumatera Utara

4. Adanya pengaruh positif dan signifikan antara efektifitas penyuluh pertanian,

perikanan dan kehutanan sesudah pembentukan bapelluh.terhadap efektifitas

kelembagaan bapelluh di Sumatera Utara..

Universitas Sumatera Utara

Page 45: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

III. METODE ANALISA DATA

3.1. Metode Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), di ke-3

(tiga) jenis kelembagaan penyuluhan di Sumatera Utara. Lokasi tersebut diambil

dengan pertimbangan bahwa Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di

Sumatera Utara dibagi dalam 3 (tiga) jenis kelembagaan penyuluhan yaitu

Kelembagaan Penyuluhan Murni, Kelembagaan Penyuluhan Campuran dan Non

Kelembagaan.

Tabel 2. Data Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara menurut Kabupaten/Kota.

No Kab./Kota Penyuluh Pertanian

Penyuluh Perikanan Penyuluh

Kehutanan PNS THLTB PP PNS PPTK 1 Asahan 72 118 3 1 - 2 Batu Bara 21 41 10 - - 3 Binjai 20 13 2 1 - 4 Dairi 71 77 1 - - 5 Deli Serdang 137 102 7 1 - 6 Gunung Sitoli 5 30 - - 2 7 Humbahas 20 20 - 1 9 8 Karo 42 94 - - - 9 Labuhan Batu 60 24 - - - 10 Labuhan Batu Selatan 38 12 - - - 11 Labuhan Batu Utara 23 45 - - 8 12 Langkat 76 81 8 - - 13 Mandailing Natal 46 94 - - - 14 Medan 15 31 5 2 - 15 Nias 18 30 - - - 16 Nias Barat 3 18 - - - 17 Nias Selatan 26 33 - - - 18 Nias Utara 12 20 - - - 19 Padang Lawas 58 71 - - - 20 Padang Lawas Utara 51 84 1 - 3 21 Padang Sidempuan 15 51 - - -

Universitas Sumatera Utara

Page 46: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

22 Pakpak Bharat 39 22 3 - - 23 Pematang Siantar 7 25 - 1 - 24 Samosir 27 41 - - 7 25 Serdang Bedagai 37 115 4 1 - 26 Sibolga - 3 - 1 - 27 Simalungun 72 206 - 2 28 28 Tanjung Balai 2 5 - 1 - 29 Tapanuli Selatan 92 118 5 1 6 30 Tapanuli Tengah 35 64 - 2 2 31 Tapanuli Utara 35 85 1 1 12 32 Tebing Tinggi 4 8 - - - 33 Toba Samosir 31 37 3 1 11 Total 1210 1818 53 17 88

Sumber : Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan kehutanan Prov. Sumut (2011)

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan kepada Penyuluh Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan Lapangan PNS di ke-3 (tiga) jenis kelembagaan tempat bernaung

penyuluh di Sumatera Utara.Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti

dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Metode pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah adalah dengan metode probability sampling, yaitu

dengan menggunakan sampel acak sederhana secara proporsional dengan maksud

agar jumlah sampel sesuai dengan jumlah populasinya. Ukuran sampel pada

kabupaten/kota diambil secara proporsional dengan menggunakan perhitungan

sebagai berikut:

𝒏 = 𝒏𝟎�𝟏+𝒏𝟎𝑵 �

(3.1)

𝑛0 = �𝑍∝

2�

𝑑�2𝑝𝑞 (3.2)

𝑛𝑛 = 𝑛 �𝑁𝑛

𝑁� (3.3)

Keterangan:

Universitas Sumatera Utara

Page 47: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

N = populasi

Nn = jumlah populasi Penyuluh pertanian yang PNS

nn

n

= jumlah sampel tiap departemen

0

n = jumlah sampel yang diambil

= perkiraan jumlah sampel

α = tingkat kepercayaan = 0,05

Z = nilai distribusi normal (untuk α = 0,05, Z α /2 = 1,96)

d = batas kesalahan yang bisa ditoleransi dalam menetapkan rata-rata sampel

= 0,05

p = proporsi kesuksesan responden yang mengisi kuesioner

q = 1-p

(Cochran, 2005)

Sebelum dilakukan pengambilan sampel, terlebih dahulu dilakukan survei

pendahuluan dengan menyebarkan kuesioner ke 21 responden. Dari 21 responden

yang mengisi kuesioner ada 20 responden yang mengisi kuesioner dengan

benar.Sehingga besarnya nilai p atau proporsi kesuksesan subjek dalam mengisi

kuesioner adalah 0,95. Proporsi kesuksesan diperoleh dengan cara

membandingkan jumlah responden yang mengisi kuesioner dengan benar

terhadap jumlah keseluruhan responden, sehingga diperoleh nilai q = 0,05.

Dengan menggunakan batas kesalahan yang bisa ditoleransi dalam

menetapkan rata-rata sebesar 5 %, maka diperoleh banyaknya jumlah sampel dari

hasil perhitungan sebagai berikut :

𝑛0 = �1,960,05

�2

(0,95)(0,05) = 72,99

Universitas Sumatera Utara

Page 48: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

𝒏 =𝟕𝟐,𝟗𝟗

�𝟏 + 𝟕𝟐,𝟗𝟗𝟔𝟓𝟗 �

= 𝟕𝟐,𝟗𝟗𝟏,𝟏𝟏𝟎𝟕𝟔

≈ 𝟔𝟓,𝟕𝟏𝟏𝟖 ≈ 𝟔𝟔

Sesuai dengan hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel yang diambil

adalah sebanyak 66. Sehingga hasil perhitungan proporsi sampel tiap

kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Jumlah Sampel Penyuluh Pertanian yang PNS di Kelembagaan Kabupaten/kota

No Jenis Kelembagaan Kab./Kota

Jumlah Penyuluh

Pertanian yang PNS

Sampel (nn)

1 Penyuluhan Murni 1. Karo 42 4

2. Pakpak Bharat 39 4

3. Padang lawas 58 6

2 Penyuluhan Campuran

1. Asahan 72 7

2. Simalungun 72 7

3. Tapanuli Selatan 92 9

3 Penyuluhan Non-kelembagaan

1. Dairi 71 7

2. Deli serdang 137 14

3. Langkat 76 8

Jumlah Populasi (N) (Nn) 659 66

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini

adalah dengan menggunakan cara wawancara langsung dengan petugas

penyuluhan dan kepala lembaga penyuluhan sebagai responden, dengan alat bantu

daftar pertanyaan dalam kuisioner yang telah disusun dan dengan mengadakan

survey terhadap data yang ada.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

3.4. Metode Analisis data

Analisis data dilakukan setelah data-data dikumpulkan secara lengkap.

Adapun hal-hal yang dianalisis dalam penelitian ini adalah :

Untuk identifikasi masalah 1, dianalisis dengan metode deskriptif dan

korelasi sederhana, yaitu dengan melihat persepsi penyuluh terhadap efektifitas

badan pelaksana penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan di

kabupaten/kota. Kemudian dilakukan pemberian skoring terhadap masing-masing

indikator persepsi dengan tingkat penilaian, yaitu :

Sangat Tidak Setuju = 1

Tidak Setuju = 2

Ragu-Ragu = 3

Setuju = 4

Sangat Setuju = 5

Untuk identifikasi masalah 2, dianalisis dengan metode deskriftif dan

Uji-t berpasangan, yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi sebelum dan sesudah pembentukan badan pelaksanaan penyuluhan

pertanian, perikanan dan kehutanan, antara lain : kemampuan atau keterampilan,

tingkat pendidikan, sikap dan sistem nilai yang dianut, pengalaman masa

lampau, aspirasi atau harapan masa depan, kehidupan kelompok, lingkungan

kerja dan kebijaksanaan yang berkaitan dengan pekerjaan.Kemudian dilakukan

pemberian skoring terhadap masing-masing indikator motivasi dengan tingkat

penilaian, yaitu ; Sangat Tidak Setuju = 1; Tidak Setuju = 2; Ragu-Ragu = 3;

Setuju = 4; Sangat Setuju = 5.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Untuk identifikasi masalah 3 dan hipotesis, dianalisis dengan

menggunakan Uji Regresi Sederhana, yaitu menganalisis efektifitas dari

kelembagaan badan pelaksana penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan di

kabupaten/kota terhadap peningkatan kinerja penyuluh pertanian, perikanan dan

kehutanan didaerah penelitian. Kemudian melakukan pemberian skoring terhadap

masing-masing indikator efektifitas dan kinerja dengan tingkat penilaian, yaitu ;

Sangat Tidak Setuju = 1; Tidak Setuju = 2; Ragu-Ragu = 3; Setuju = 4; Sangat

Setuju = 5.

3.5. Model Analisis

3.5.1. Analisis Regresi

Analisis regresi liner berganda menggunakan hubungan lebih dari dua

peubah untuk mendapatkan garis yang pas atau cocok, sehingga suatu peubah

dapat diprediksi atau diestimasi berdasarkan peubah-peubah lainnya. Peubah yang

diestimasi disebut peubah tak bebas, mempunyai ketergantungan pada beberapa

peubah yang menjelaskan (explanatory variable). Dalam analisis regresi dengan

data runtun waktu, jika dalam model disertakan nilai peubah masa lalu (lagged)

dari peubah bebas, model tersebut disebut model autoregresif. Sedangkan jika

model regresi memasukkan nilai peubah yang menjelaskan saat ini dan masa lalu

(lagged), model ini disebut model lagged yang didistribusikan (distributed lag

model) (Nachrowi & Usman, 2002).

Dalam penelitian ini menggunakan empat model untuk menjelaskan

efektifitas kelembagaan Bappuluh terhadap kinerja penyuluh, yaitu :

𝑌1𝑡 = 𝛼0 + 𝛼1𝑋1𝑡 + 𝜀 ……………………………………………… (3.1)

𝑌1𝑡 = 𝛼0 + 𝛼1𝑋2𝑡 + 𝜀 ………………………………………………. (3.2)

Universitas Sumatera Utara

Page 51: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

𝑌1𝑡 = 𝛼0 + 𝛼1𝑋3𝑡 + 𝜀 ………………………….…………………. (3.3)

Dimana :

Y1t

X

= Efektifitas Bappuluh

1

X

= Motivasi Penyuluh sebelum Bappuluh

2

X

= Motivasi Penyuluh sesudah Bappuluh

3

α

= Persepsi Penyuluh

0

α

= Konstanta

1, α2

ɛ = Kesalahan Pengganggu

= Koefisien Regresi

Sedangkan model kedua adalah untuk menjelaskan pengaruh Efektifitas

Bappuluh terhadap konerja penyuluh adalah sebagai berikut :

𝑌2𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1𝑌1𝑡 + 𝜀 …………………………… ………………… (3.4)

Dimana :

Y1t = Efektifitas Bappuluh

Y2t

β

= Kinerja Penyuluh

0

β

= Konstanta

1

ɛ = Kesalahan Pengganggu

= Koefisien Regresi

3.5.1.1.Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara anggota observasi

dalam beberapa deret waktu (serial correlation) atau antara anggota observasi

berbagai objek atau ruang (spatial correlation). Autokorelasi terjadi disebabkan

karena faktor kelambanan data ekonomi, bias spesifikasi mengeluarkan variabel

yang relevan dari model, bias spesifikasi bentuk fungsional, tenggang waktu atau

Universitas Sumatera Utara

Page 52: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

lag, manipulasi data, transformasi data, dan non-stasioneritas dalam model

(Manurung, dkk, 2005).

Konsekuensi bila terdapat autokorelasi dalam model antara lain taksiran

varian error kelihatannya terlalu rendah dibandingkan dengan nilai varians

sebenarnya, taksiran koefisien determinasi terlalu tinggi, pengunaan uji t dan uji F

tidak sahih sehingga menimbulkan kesimpulan yang salah, dan penaksir yang

diduga menjadi kurang efisien.

Metode yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi dilakukan dengan

empat cara, yaitu Metode Grafik, Run Test, Durbin-Watson d Test, dan the

Breusch-Godfrey Test.

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Durbin-Watson d Test.

Autoregression atau AR, yaitu : t1tt vρε=ε +− diperoleh dari nilai koefisien rho

sebagai berikut:

∑−

Tt

T

tt

ε

εε=ρ

2

12

21

atau 0.5δ1−=ρ sehingga ρ)(δ −≈ 12

∑ −−

T

t

T

tt

ε

)ε(ε=d

12

2

21

Jika 11 ≤≤− ρ dan ρ)(d −≈ 12 maka batas nilai statistik d adalah 40 ≤≤ d

Jika 0=ρ maka 2≈d , artinya tidak ada korelasi serial.

Jika 1+ =ρ maka 0≈d , artinya terjadi korelasi serial positif sempurna.

Jika 1−=ρ maka 4≈d , artinya terjadi korelasi serial negatif sempurna.

Universitas Sumatera Utara

Page 53: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Tabel 4. Kaidah Keputusan Durbin-Watson Test

Jika Keputusan Kesimpulan

Ld<d<0 Tolak Terdapat autokorelasi positif

UL ddd ≤≤ Tidak dapat disimpulkan Tidak dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi positif

4− d L≤ d≤ 4 Tolak Terdapat autokorelasi negatif

4− dU≤ d≤ 4− d L Tidak dapat disimpulkan Tidak dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi negatif

UU ddd −≤≤ 4 Tidak ditolak Tidak ada autokorelasi positif atau autokorelasi negatif

0 d L d U 4− dU 4− d L 4

Pengujian untuk model regresi yang mengandung lagged dependent

variable didasarkan pada statistik h, yaitu:

)(βVT

Tρ=hL

ˆ1−

dimana:

)(βV Lˆ = varians keofisien lagged dependent variable

Jika 1ˆ >)(βVT L maka statistik h tidak dapat dihitung dan untuk

mendapatkan uji asimptotis Durbin menyarankan regresi tε pada 1−tε dan variabel

eksplanatoris termasuk lagged dependent variable dan kemudian uji signifikansi

keofisien 1−tε .

Tolak Tidak dapat disimpulkan

Tidak ditolak

Tidak dapat disimpulkan

Tolak

Universitas Sumatera Utara

Page 54: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

3.5.1.2. Normalitas

Regresi dengan metode OLS menghendaki adanya asumsi kenormalan

pada kesalahan pengganggunya. Secara statistik dapat dinotasikan:

εt

Jika asumsi kenormalan ini dilanggar, metode OLS tidak dapat digunakan

untuk melakukan pendugaan.

~ N (0,σ 2 )

H 0 : data mengikuti sebaran normal

Ha : data tidak mengikuti sebaran normal

Untuk mengetahui apakah kesalahan pengganggu berdistribusi normal,

nilai Jacque Berra (JB) dari hasil uji kenormalan pengganggu dibandingkan

dengan nilai Tabel Chi-Square dengan derajat bebas 2 pada tingkat signifikansi

tertentu. Dikatakan lolos dari ketidaknormalan distribusi unsur pengganggu

apabila nilai JB lebih kecil dari nilai kritis Tabel χ2

3.5.1.3.Multikolinearitas

.

Multikolinearitas adalah ada hubungan linier sempurna antara variabel

bebas dari suatu model regresi. (Manurung, dkk, 2005)

Multikolinearitas terjadi disebabkan karena antara lain metode

pengumpulan data yang digunakan membatasi nilai dari variabel regressor,

kendala-kendala model pada populasi yang diamati, spesifikasi model, penentuan

jumlah variabel bebas yang lebih banyak dari jumlah observasi, dan data time

series.

Konsekuensi bila terdapat multikolinearitas adalah varian dan kovarian

yang besar mengakibatkan penaksiran kurang efisien, interval keyakinan

Universitas Sumatera Utara

Page 55: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

cenderung lebih besar, nilai statistik t rendah dan nilai statistik F tinggi, dan nilai

koefisien determinasi tinggi.

Metode yang dilakukan untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dalam

penelitian adalah dengan melihat nilai variance inflating factor (VIF), yaitu:

2121

1r

=VIF−

dimana:

212r = koefisien korelasi antara X1 dan X

VIF menunjukkan varian yang ditaksir meningkat akibat keberadaan

multikolinearitas. Varian koefisien model regresi secara langsung proporsional

dengan VIF. Invers atau kebalikan dari VIF adalah tolerance (TOL), yaitu:

2

TOL= 1VIF

= 1− R j2

dimana :

R j2

= koefisien korelasi

R j2

= 1 (multikolinieritas sempurna), TOL = 0

R j2

= 0 (tidak ada multikolinearitas), TOL = 1

Nilai VIF yang semakin besar menunjukkan masalah multikolinearitas

yang semakin serius. Kaidah yang digunakan adalah jika VIF lebih besar dari 10

dan 2jR lebih besar dari 0,90 maka variabel tersebut memiliki kolinearitas yang

tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Page 56: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

3.5.2. Analisis Uji Statistik

3.5.2.1.Uji Statistik F

Uji F digunakan untuk menguji adanya pengaruh variabel independen secara

simultan/bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian ini didasarkan atas

hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji, yaitu apakah semua parameter di dalam

model sama dengan nol, atau Ho : α1 = α2 = ….= αn = 0, artinya apakah semua

variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel

dependen. Dan untuk Ha : minimal satu dari αn

Untuk menguji kedua hipotesis tersebut adalah dengan cara membandingkan

nilai F-hitung dengan nilai F-tabel. Jika nilai F-hitung lebih besar nilai dari F-

tabel maka hipotesis alternatifnya adalah bahwa semua variabel independen secara

bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

≠ 0.

3.5.2.2.Uji Statistik t

Pengujian ini untuk melihat adanya pengaruh dari masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen. Uji statistik t pada dasarnya untuk

menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen dalam

menerangkan variasi variabel terikat. Hipotesis nol (Ho) yang akan di uji adalah

apakah suatu parameter (α1) sama dengan nol, atau Ho : α1 = 0, artinya suatu

variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel

independen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama

dengan nol, atau Ha : α1

Adapun cara untuk melakukan uji t adalah dengan membandingkan nilai t-

statistik dengan nilai t-tabel. Sedangkan uji t dirumuskan sebagai berikut :

≠ 0, artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang

sigifikan terhadap variabel dependen.

Universitas Sumatera Utara

Page 57: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

212

rnrt−

−=

Dimana :

t = t hitung

r = Koefisien korelasi

n = Jumlah sampel

Jika nilai t-statistik nilainya lebih besar dari t-tabel, maka hipotesis alternatif

(Ha) tidak ditolak yang artinya bahwa suatu variabel independen secara individual

mempengaruhi variabel dependen, dengan kata lain apabila Ho

3.5.2.3.Uji Koefisien Determinan (R

ditolak berarti ada

pengaruh nyata dari variabel independen terhadap variabel dependen.

2

Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variabel dependen dilakukan dengan melakukan penghitungan koefisien

determinan (R

)

2 ). Nilai koefisien determinan antara nol dan satu, atau 0 < R2 < 1.

Menurut Gujarati (2004), jika R2 = 0, keragaman Y sama sekali tidak dapat

dijelaskan oleh keragaman X. Sebaliknya jika R2

Untuk membandingkan dua R

= 100%, keragaman Y dapat

dijelaskan oleh keragaman X, semua titik pengamatan berada pada garis regresi.

2, banyaknya peubah bebas dalam model harus

diperhitungkan, yaitu dengan mempertimbangkan koefisien determinasi alternatif,

atau dikenal sebagai R2

−−==

)1(

)(1 2

2

22

ny

kne

RadjustedRt

t

yang disesuaikan. ”disesuaikan” disini berarti disesuaikan

dengan derajat kebebasan.

dimana :

Universitas Sumatera Utara

Page 58: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

( )∑∑ −=22

t̂tt YYe

n = jumlah observasi, dan

k = banyaknya parameter yang diestimasi dalam model.

3.6. Defenisi dan Batasan Operasional

3.6.1 Definisi

Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam pembahasan, perlu

untuk memberikan definisi operasional dari masing-masing variabel yang dibahas,

yaitu sebagai berikut :

1. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Kabupaten/Kota adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mempunyai

tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif serta

penyelnggaraan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.

2. Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan adalah petugas yang

memberikan penyuluhan kepada para petani, nelayan dan keluarganya

serta masyarakat di sekitar hutan dalam upaya melaksanakan usaha

pertanian, perikanan dan kehutanan.

3. Persepsi adalah sebuah proses saat penyuluh pertanian mengatur dan

menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti

bagi lingkungan mereka

4. Motivasiadalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan

seorang penyuluh pertanian untuk mencapai tujuannya

5. Kelembagaan adalah sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang

berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana,

terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya

Universitas Sumatera Utara

Page 59: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

(uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan

lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai

tujuan Badan Penyuluhan pertanian, perikanan dan Kehutanan.

6. Kinerja merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya penyuluhan

pertanian dalam mencapai tujuan Badan penyuluhan pertanian, perikanan

dan kehutanan yang telah ditetapkan

3.6.2 Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian

ini, maka dibuat batasan operasional sebagai berikut :

1. Daerah penelitian adalah Provinsi Sumatera Utara.

2. Sampel penelitian adalah Penyuluh pertanian yang berstatus PNS di

beberapa Kabupaten/kota yang mewakili ketiga kelembagaan yaitu

penyuluhan murni, penyuluhan campuran dan penyuluhan non-lembaga di

Provinsi Sumatera Utara yang dianggap sudah mewakili Penyuluh

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Provinsi Sumatera Utara.

3. Waktu penelitian adalah tahun 2013.

Universitas Sumatera Utara

Page 60: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Wilayah

4.1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada

garis 10-40 Lintang Utara dab 980 -100 0

Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71,680,68 km2, sebagaian

besar berada di daratan Pulau Sumatera Utara dan sebagian kecil berada di Pulau

Nias, Pulau-pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik di bagian barat maupun

bagian Timur pantai Pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut

kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten

Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 km2 atau sekitar 9,24 persen dari totsl

luas Sumatera Utara, diikuti Kabupaten Langkat dengan luas 4.386,60 km2 atau

sekitar 6,09 persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan

luas 10,77 km2 atau sekitar 0,02 persen dari total luas wilayah Sumatera Utara.

Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara diabagi dalam 3

kelompok wilayah)/kawasan yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi, dan Pantai

Timur. Kawasan Pantai Barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara,

Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan,

Kabupaten PadangLawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli

Tengah, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padang Sidimpuan, Kota Sibolga dan Kota

BT. Sebelah Utara berbatasan dengan

Provinsi Aceh, sebelah Timur dengan Negara Malysia di Selat Malaka, sebelah

Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan di sebelah

Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Universitas Sumatera Utara

Page 61: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Gunung Sitoli. Kawasan dataran tinggi meliputi KabupatenTapanuli Utara,

Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten

Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak

Bharat, Kabupaten Samosir, dan Kota Pematang Siantar. Kawasan Pantai Timur

meliputi Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten LabuhanBatu Utara, Kabupaten

Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara, Kabupaten Deli

Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagei, Kota Tanjung Balai,

Kota Tebing Tinggi, Kota Medan dan Kota Binjai.

Propinsi Sumatera Utara terletak dekat garis katulistiwa, oleh sebab itu

prpinsi Sumatera Utara tergolong kedalam daerah beriklim tropis. Ketinggian

permukaan daratan propinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya

datar, hanya beberapa meter di atas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa

mencapai 33,40C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai,

beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu

minimalnya bisa mencapai 23,70

4.1.2. Tanaman Makanan

C.

Perkembangan luas panen dan produksi padi di Sumatera Utara selama

pada tahun 2010 berdasarkan data BPS, di beberapa daerah kabupaten/ kota di

Propinsi Sumatera Utara yang merupakan daerah unggulan akan tampak lebih

besar dibandingkan dengan daerah yang bukan merupakan komoditas unggulan.

Berikut kabupaten/ kota yang merupakan komoditas unggulan untuk sector

tanaman pangan dapat dilihat pada tabel 5 dan tabel 6.

Universitas Sumatera Utara

Page 62: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Tabel 5. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010

No Kab/Kota Luas Panen Produksi Rata-Rata

1 Nias 8.890 35.838 40,31 2 Mandailing Natal 36.186 175.794 48,58 3 Tapanuli Selatan 27.700 138.214 49,90 4 Tapanuli Tengah 27.428 122.403 44,63 5 Tapanuli Utara 23.820 110.054 46,20 6 Toba Samosir 22.107 105.348 47,65 7 Labuhan Batu 23.065 111.260 48,24 8 Asahan 16.431 79.390 48,32 9 Simalungun 78.995 416.247 52,69 10 Dairi 14.678 68.533 46,69 11 Karo 12.214 56.848 46,54 12 Deli Serdang 84.582 426.227 50,39 13 Langkat 67.155 328.424 48,91 14 Nias Selatan 16.292 65.056 39,93 15 Humbang Hasundutan 17.850 83.042 46,52 16 Pakpak Bharat 2.438 11.229 46,06 17 Samosir 7.684 36.301 47,24 18 Serdang Bedagei 73.585 377.307 51,27 19 Batu Bara 34.224 166.397 48,62 20 Padang Lawas Utara 16.618 80.730 48,58 21 Padang Lawas 14.737 71.858 48,76 22 Labuhan Batu Selatan 1.798 8.630 48,00 23 Labuhan Batu Utara 40.815 197.202 48,32 24 Nias Utara 6.295 25.432 40,40 25 Nias Barat 2.910 11.793 40,53 71 Sibolga - - - 72 Tanjung Balai 427 1.942 45,48 73 Pematang Siantar 3.786 18.705 49,41 74 Tebing Tinggi 1.136 5.474 48,19 75 Medan 4.056 19.717 48,12 76 Binjai 4.032 19.247 47,74 77 Padangsidimpuan 8.559 40.434 47,24 78 Gunung Sitoli 1.815 7.387 40,70

Jumlah 702.308 3.422.264 48,73

Sumber : BPS, Provinsi Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 63: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Tabel 6. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Ladang menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2010

No Kab/Kota Luas Panen Produksi Rata-Rata

1 Nias - - - 2 Mandailing Natal 587 1.784 30,39 3 Tapanuli Selatan 1.698 5.134 30,24 4 Tapanuli Tengah 2.611 7.986 30,59 5 Tapanuli Utara 3.210 9.668 30,12 6 Toba Samosir 246 727 29,54 7 Labuhan Batu - - - 8 Asahan 656 1.961 29,90 9 Simalungun 14.348 45.047 31,40 10 Dairi 8.889 28.078 31,59 11 Karo 10.989 32.454 29,53 12 Deli Serdang 293 877 29,94 13 Langkat 404 1.178 29,15 14 Nias Selatan 854 2.644 30,96 15 Humbang Hasundutan 1.457 4.163 28,57 16 Pakpak Bharat 3.231 9.571 29,62 17 Samosir 1 3 29,41 18 Serdang Bedagei 220 637 28,93 19 Batu Bara - - - 20 Padang Lawas Utara 945 2.879 30,47 21 Padang Lawas 1.205 3.643 30,23 22 Labuhan Batu Selatan 149 453 30,38 23 Labuhan Batu Utara 350 1.082 30,91 24 Nias Utara 16 49 30,63 25 Nias Barat 7 21 30,15 71 Sibolga - - - 72 Tanjung Balai - - - 73 Pematang Siantar - - - 74 Tebing Tinggi - - - 75 Medan - - - 76 Binjai - - - 77 Padangsidimpuan - - - 78 Gunung Sitoli - - -

Jumlah 52.366 160.038 30,56

Sumber : BPS, Provinsi Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 64: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Produksi padi Sumatera Utara selama periode 2000-2001 rata-rata

mengalami peningkatan sebesar 0,19 persen per tahun. Peningkatan ini

disebabkan bertambahnya produksi padi sawah dengan rata-rata pertumbuhan per

tahun sebesar 0,33 persen per tahun, sedangkan produksi padi lading mengalami

penurunan rata-rata sebesar 2,37 persen per tahun.

Tanaman palawija di Sumatera Utara cukup potensial. Produksi jagung

Sumatera Utara sebesar 2010 sebesar 1.377.718 ton, naik sebesar 67,579 ton atau

18,10 persen dibandingkan produksi jagung tahun 2009 yakni sebesar 1.166.548

ton. Peningkatan produksi jagung disebabkan kenaikan luas panen sebesar 27.040

hektar atau 10,91 persen.

Produksi ubi jalar di Sumatera Utara tahun 2010 sebesar 179.387 ton, naik

sebesar 39.249 ton atau 28,01 persen dibandingkan produksi ubi jalar tahun2009.

Meningkatnya produksi ubi jalar disebabkan pertambahan luas panen sebesar

2.515 hektar atau naik 20,35 persen

Produksi ubi kayu di Sumatera Utara tahun 2010 sebesar 905.571 ton,

turun sebesar 101.713 ton atau 10,10 persen dibandingkan produksi ubi kayu

tahun 2009. Penurunan produksi ubi kayu disebabkan berkurangnya luas panen

sebesar 6.209 hektar atau turun 16,08 persen

Produksi kacang tanah di Sumatera Utara tahun 2010 sebesar 16.449 ton,

turun sebesar 332 ton atau minus 1,92 persen dibandingkan produksi kacang tanah

tahun 2009. Sementara luas panen kacang tanah mengalami kenaikan sebesar 226

hektar atau 1,58 persen dibandingkan luas panen tahun 2009 sebesar 14.294

hektar.

Universitas Sumatera Utara

Page 65: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Produksi kedelai di Sumatera Utara tahun 2010 sebesar 9.438 ton, turun

sebesar 4.768 ton atau 33,56 persen dibandingkan produksi kedelai tahun 2009.

Menurunnya produksi kedelai disebabkan berkurangnya luas panen sebesar 3.691

hektar atau 32,11 persen. Sedangkan produktivitas mengalami penurunan sebesar

0,26 kw/ha atau 2,10 persen.

Produksi kacang hijau di Sumatera Utara tahun 2010 sebesar 3.344 ton,

turun sebesar 1.082 ton atau minus 24,45 persen dibandingkan produksi kacang

hijau tahun 2009. Penurunan produksi kacang hijau disebabkan oleh turunnya luas

panen sebesar 1.014 hektar atau minus 24,59 persen. Produktivitas kacang hijau

mengalami peningkatan sebesar 0,02 kw/ha atau 0,19 persen bila dibandingkan

produktivitas pada tahun 2009

Jika dilihat menurut kabupaten/kota, Kabupaten Simalungun dan Deli

Serdang merupakan konsentrasi produksi padi di Sumatera Utara. Pada tahun

2010 produksi padi Kabupaten Simalungun mencapai 445.129 ton atau sebesar

12,43 persen dari total produksi padi Sumatera Utara. Sementara produksi padi

Kabupaten Deli Serdang pada tahun yang sama mencapai 400.802 ton atau 11,19

persen dari total produksi padi Sumatera Utara

Tanaman palawija di Sumatera Utara cukup potensial. Hasil tanaman ini

menjadi salah satu andalan ekspor Sumatera Utara terutama ke Singapura dan

Malaysia. Produksijagung di Sumatera Utara tahun 2009 adalah 1.166.548 ton

dengan luas panen sebesar 247.782 Ha. Pada tahun 2010 meningkat menjadi

1.377.718 ton atau 18,10 persen dengan luas panen 274.822 hektar.

Kabupaten/kota yang menjadi andalan produsen jagung di Sumatera Utara pada

tahun 2010 adalah Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun. Produksi jagung

Universitas Sumatera Utara

Page 66: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

di Kabupaten Karo sebesar 454.178 ton dengan luas panen 90.605 hektar,

sedangkan di Kabupaten Simalungun sebesar 319.282 ton dengan luas panen

sebesar 63.712 hektar.

Produksi ubi kayu dan ubi jalar pada tahun 2010 di Sumatera Utara adalah

905.571 ton dan 179.387 ton. Sedangkan produksi palawija lainnya yaitu kacang

tanah, kacang kedelai dan kacang hijau di Sumatera Utara pada tahun 2010

masing-masing 16.449 ton, 9.438 ton dan 3.344 ton.

Kabupaten Simalungun, Dairi, dan Tapanuli Utara merupakan penghasil

kacang tanah terbesar di Sumatera Utara. Kabupaten penghasil kacang kedelai

terbesar adalah Serdang Bedagei. Dan penghasil kacang hijau terbesar adalah

Kabupaten Langkat.

4.1.3. Perkebunan

Sumatera Utara merupakan salah satu pusat perkebunan di Indonesia.

Perkebunan di Sumatera Utara telah dibuka sejak penjajahan Belanda. Komoditi

hasil perkebunan yang paling pentingdari Sumatera Utara saat ini antara lain

kelapa sawit, karet kopi, coklatdan tembakau. Bahkan di kota Bremen, Jerman,

tembakau Deli sangat terkenal.

Luas tanaman karet rakyat di Sumatera Utara selama periode 2007-2010

mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,07 persen per tahun. Pada tahun 2009

luas tanaman karet rakyat adalah sebesar 388.017,39 hektar menjadi 385.879,31

hektar pada tahun 2010. Kabupaten Mandailing Natal, Langkat dan Padang Lawas

Utara merupakan pusat perkebunan rakyat di Sumatera Utara. Di ketiga daerah

tersebut terbentang seluas 154.917,18 hektar kebun karet, atau sama dengan 40,15

persen dari total luas kebun rakyat Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 67: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Sedangkan luas tanaman perkebunan kelapa sawit rakyat di Sumatera

Utara pada tahun 2010 sebesar 394.656, 96 hektar dengan produksi 5.084.166,83

ton tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Kabupaten Labuhan Utara merupakan

pusat perkebunan kelapa sawit rakyat di Sumatera Utara. Di daerah ini terdapat

seluas 64.144 hektar perkebunan kelapa sawit rakyat atau 16,25 persen dari

seluruh perkebunan kelapa sawit rakyat Sumatera Utara.

Produksi kopi (Robusta dan Arabika) Sumatera Utara tahun 2010 adalah

sebesar 55.600,05 ton dengan luas lahan 78.709,56 hektar. Kabupaten Dairi dan

Tapanuli Utara merupakan penghasil kopi dari Sumatera Utara. Bahkan kopi

Sidikalang sudah dikenal di Pulau Jawa dan Eropa. Di Sumatera Utara terdapat 3

(tiga) perkebunan besar BUMN dan ratusan perkebunan besar swasta . Sama

seperti pada perkebunan rakyat, jenis tanaman perkebunan besar yang ada di

Sumatera Utara diantaranya kelapa sawit, karet, coklat, the, tembakau, dan tebu.

4.1.4. Kehutanan

Produksi hasil hutan Sumatera Utara menurut jenis yaitu kayu log, kayu

gergajian, kayu lapis, pulp, dan hasil ikutan lainnya seperti rotan, arang dan getah

tusam. Produksi hasil hutan terbesar tahun 2010 adalah kayu gergajian yakni

sebesar 159.930,48 m3. Hal ini dapat dilihat pada tabel 7 berikut .

Universitas Sumatera Utara

Page 68: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Tabel 7. Produksi Hasil Hutan Sumatera Utara menurut Jenis Produksi Tahun 2007-2010

No Jenis Produksi Satuan 2007 2008 2009 2010

A Hasil Utama

1 Log Rimba M3 124.500,51 79.144,05 86.204,62 -

2 Log Pinus M3 100.545,27 17.841,98 21.007,27 -

3 Kayu Gergajian M3 1.317.082,58 177,784,42 205.161,58 159.930,48

4 Kayu Lapis M3 278.569,61 73.932,24 52.306,15 37.372,97

5 Pulp Ton 172.710,27 164.430,24 164.430,24 44.124,72

6 Block Board M3 - 592,23 - -

7 Moulding M3 61.041,35 22.020,31 33.322,86 42.314,43

B. Hasil Ikutan

1 Rotan Ton 295,05 339,79 22.820 280.000

4.670,00*) - - 211.585

2 Arang Ton 850,70 - - -

3 Getah Tusam Ton 886,83 663,35 467,43 674,34

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011

Keterangan : *) Batang

4.1.5. Peternakan

Populasi ternak besar yang terdiri dari kuda, sapi potong, kerbau dan sapi

perah. Pada tahun 2010, populasi kuda sebanyak 3.098 ekor, sapi potong

sebanyak 462.443 ekor, kerbau sebanyak 161.046 ekor dan sapi perah sebanyak

2.569 ekor. Populasi ternak kecil yang terdiri dari kambing, domba dan babi. Pada

tahun 2010, populasi kambing sebanyak 744.535 ekor, domba sebesar 317.777

ekor dan populasi babi sebesar 742.670 ekor.

Universitas Sumatera Utara

Page 69: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

4.1.6. Perikanan

Produksi ikan Sumatera Utara pada tahun 2010 tercatat sebesar 499.595,3

ton, yang terdiri atas 363.158,3 ton ikan laut, 17.494,10 ton ikan perariran darat

umum, 84.250,90 ton ikan budidaya darat, dan 32.784,60 ton ikanbudidaya air

payau, serta 1.907,4 ton ikan budaya air laut.

Tabel 8. Produksi Ikan menurut Asal Tangkapan dan Kabupaten/ Kota Tahun 2008-2010 (ton)

No Kab/ Kota Laut Perairan Umum

Darat

Budi Daya

Budi Daya Air

Payau

Budi Daya Laut

Jumlah

1 Nias 7.538,90 106,80 17,1 - - 7.556,0 2 Mandailing Natal 15.223,00 1.929,10 2.855,3 - - 18.078,3 3 Tapanuli Selatan 731,90 3.601,50 1.491,5 - - 2.223,4 4 Tapanuli Tengah 30.339,90 1.013,10 474,3 286,8 125,5 32.239,6 5 Tapanuli Utara - 157,4 658,7 - - 816,1 6 Toba Samosir - 415,50 10.894,6 - - 11.310,1 7 Labuhan Batu 32.251,50 122,80 117,4 - - 32.491,7 8 Asahan 57.974,00 97,80 107,1 16,9 2,3 58.198,1 9 Simalungun - 127,20 18.265,7 - - 18.392,9 10 Dairi - 761,40 1.147,3 - - 1.908,7 11 Karo - 1.130,40 7.438,6 - - 8.569,0 12 Deli Serdang 19.541,50 712,70 3.518,8 6.158,4 417,5 30.348,9 13 Langkat 18.363,70 1.110,20 201,9 18.664,2 1.259,5 39.599,5 14 Nias Selatan 11.872 - 22,6 - 35,9 11.930,8 15 Humbang Hasundutan - - 1.425,5 - - 1.425,5 16 Pakpak Bharat - - 388,1 - - 388,1 17 Samosir - 11.046,40 24.935,6 - - 35.982,0 18 Serdang Bedagei 21.821,80 143,10 2.203,3 5.238,0 56,0 29.462,2 19 Batu Bara - - 104,1 1.900,1 3,0 2.007,2 20 Padang Lawas Utara - - 2.534,0 - - 2.534,0 21 Padang Lawas - - 949,9 - - 949,9 22 Labuhan Batu Selatan - - 745,2 - - 745,2 23 Labuhan Batu Utara - - 126,5 177,0 - 303,5 24 Nias Utara - - 89,6 - 1,0 90,6 25 Nias Barat - - 11,3 - - 11,3 71 Sibolga 48.642,70 - 17,0 - - 48.659,7 72 Tanjung Balai 27.959,50 259,00 54,9 - - 28.273,4 73 Pematang Siantar - - 2.322,9 - - 2.322,9 74 Tebing Tinggi - - 397,9 - - 397,9 75 Medan 70.897,60 147,10 54,7 343,2 6,7 71.449,3 76 Binjai - - 148,1 - - 148,1 77 Padangsidimpuan - 250,00 523,1 - - 773,1 78 Gunung Sitoli - - 8,3 - - 8,3 Jumlah /2010 363.158,30 17.494,10 84.250,9 32.784,6 1.907,4 499.595,3 2009 361.471,40 20.195,20 33.395,00 25.523,60 671,00 579.287,00 2008 354.533,10 13.505,06 31.354,00 23.965,90 630,00 558.953,96

Sumber : BPS, Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011

Universitas Sumatera Utara

Page 70: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Jumlah rumah tangga budidaya perikanan tahun 2010 sebanyak 33.890

rumah tangga yang terdiri dari 13.506 rumah tangga pemelihara ikan di kolam

14.277 rumahtangga pemelihara ikan di sawah, 2.470 rumah tangga di kolam air

deras dan 1.923 rumah tangga yang memelihara ikan dengan cara jarring apung,

166 rumah tangga memelihara ikan di keramba,dan 1.548 rumah tangga yang

memelihara ikan dengan budidaya laut (Tabel 9)

Tabel 9. Daerah Tangkapan Ikan Menurut Jenis dan Kabupaten/ Kota Tahun 2008-2010 (ton)

No Kab/Kota Tambak Kolam Sawah Payau Jaring Apung

Keramba

Budi daya Jumlah

1 Nias - 135 - - - - - 135 2 Mandailing Natal - 1.197 178 - - 18 - 1.393 3 Tapanuli Selatan - 142 1.336 - 9 - - 1.887 4 Tapanuli Tengah - 298 44 53 - 35 18 395 5 Tapanuli Utara - 1.138 2.120 - 36 - - 3.294 6 Toba Samosir - 60 780 - 370 - - 1.210 7 Labuhan Batu - 159 - - - - - 159 8 Asahan - - - - - - - - 9 Simalungun - 2.007 7.186 - 428 - - 9.621 10 Dairi - 444 2.002 - 13 4 - 2.463 11 Karo - 1.526 68 - 30 - - 1.624 12 Deli Serdang - 10 - - - - - 10 13 Langkat - 509 - 1.971 - 72 1.478 4.241 14 Nias Selatan - 174 - 64 - - 19 310

15 Humbang Hasundutan - 93 29 - 32 - - 154

16 Pakpak Bharat - 228 306 - - - - 534 17 Samosir - 308 116 - 905 - - 1.329 18 Serdang Bedagei - - - 350 - - - 350 19 Batu Bara - - - - - - - - 20 Padang Lawas Utara - - - - - - - - 21 Padang Lawas - - 100 - 100 - - 200

22 Labuhan Batu Selatan - 100 - - - - - 100

23 Labuhan Batu Utara - 200 - 2 - - - 202 24 Nias Utara - 430 - - - - - 430 25 Nias Barat - 64 - - - - 6 70 Kota -

71 Sibolga - - - - - - - - 72 Tanjung Balai - 144 - - - - - 144 73 Pematang Siantar 363 - - - - - 363 74 Tebing Tinggi - 252 - - - - - 252 75 Medan - 357 - 30 - 2 27 416 76 Binjai - 98 12 - - 35 - 151 77 Padangsidimpuan - 112 - - - - - 112 78 Gunung Sitoli - - - - - - - - Jumlah/2010 - 13.506 14.277 2.470 1.923 166 1.548 33.890 2009 1.930 13.378 21.931 85 1.233 444 8.322 47.323 2008 1.813 12.561 20.591 80 1.158 418 7.814 44.435 2007 1.702 11.796 19.339 75 1.807 391 7.338 41.728

Sumber : BPS, Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011

Universitas Sumatera Utara

Page 71: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

4.2. Deskriftif Data

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Penelitian

ini dilakukan dengan wawancara dan membagikan kuesioner kepada 66 orang

responden, dimana responden yang menjawab penelitian ini adalah penyuluh

pertanianyang berstatus PNS pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan di 9 kabupaten/kota. Adapun jumlah pertanyaan

seluruhnya adalah 40 butir pertanyaan, yang terdiri dari variable X dan variable Y.

Sebagaimana tujuan dari penelitian ini, kesioner disebar kepada responden yang

berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai pengaruh efektifitas Badan Pelaksana

Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Berikut adalah data dari 66

orang responden pada penelitian yang telah dilakukan, yaitu :

4.2.1. Deskripsi Responden

Berdasarkan data penelitian yang telah dikumpulkan, maka diperoleh data

tentang demografi responden penelitian yang terdiri dari (1) lama bekerja, (2)

jabatan/kedudukan responden, (3) keikutsertaan dalam kegiatan penyuluhan, dan

(4) tingkat pendidikan. Tabel 10. sampai 11., menyajikan ringkasan demografi

responden.

Tabel 10. Lama Bekerja Responden

No Lama Bekerja Frekuensi Persentase

1 Kurang dari 5 tahun 15 22,7

2 5-10 tahun 10 15,2

3 Lebih dari 15 tahun 41 62,1

Total 66 100

Sumber : data olahan lampiran

Universitas Sumatera Utara

Page 72: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masa kerja

penyuluh pertanian lebih dari 15 tahun (62,1%). Dapat disimpulkan bahwa pada

umumnya responden telah berpengalaman dalam melaksanakan penyuluhan.

Berikut adalah jabatan/kedudukan responden yang dapat dilihat pada tabel 11

Tabel 11. Jabatan/ Kedudukan Responden

No Jabatan Frekuensi Persentase

1 Kabid Penyuluhan 1 1,5

2 Kepala Seksi 2 3,0

3 Kasubag 5 7,6

4 Penyuluh Lapang 57 86,4

5 Staf biasa 1 1,5

Total 66 100

Sumber : data olahan lampiran 1

Dari data jabatan/kedudukan responden pada Bapelluh kabupaten/kota,

jumlah jabatan eselon III sebanyak 1 orang (1,5%), Eselon IV sebanyak 7 orang

atau 10,6% (Kasi dan Kasubag), penyulub lapang 57 orang atau 86,4 % dan staf

biasa sebanyak 1 orang atau 1,5%. Dapat dijelaskan bahwa sebagian besar

responden adalah penyuluh lapang. Selanjutnya ditampilkan keikutsertaan

penyuluh dalam kegiatan latihan, kunjungan, supervise dan evaluasi. Berikut tabel

12 tentang keikutsertaan penyuluh dalam kegiatan LAKUSUSI.

Universitas Sumatera Utara

Page 73: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Tabel 12. Keikutsertaan Penyuluh Dalam Latihan Kunjungan Supervisi dan Evaluasi (LAKUSUSI)

No Konsekuensi Frekuensi Persentase

1 Sering Ikut 54 81,8

2 Sekali-sekali 12 18,2

3 Pernah 0 0

4 Tidak Pernah 0 0

Total 66 0 Sumber : data olahan lampiran 1

Dalam melaksanakan penyuluhan dalam bentuk LAKUSUSI ada 54 orang

(81,8%) penyuluh yang sering ikut, sedangkan yang lainnya sekali-sekali

sebanyak 12 orang (18,2%), pernah dan tidak pernah ikut serta melakukan

kegiatan penyuluhan tidak ada menjawab. Dapat disimpulkan bahwa pada

umumnya responden yang menjadi sampel penelitian adalah pegawai penyuluh

yang sering melakukan LAKUSUSI.

Tabel 13. Tingkat Pendidikan Responden

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1 SLTA 10 15,2

2 DIII 21 31,8

3 S1 34 51,4

4 S2 1 1,5

5 S3 0 0

Total 66 100

Sumber : data olahan lampiran 1

Universitas Sumatera Utara

Page 74: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Dari tabel 13 diatas menjelaskan tingkat pendidikan pada Bapelluh di

masing-masing kabupaten/ kota cukup memadai dalam melaksanakan

penyuluhan, yang diharapkan mampu menghasilkan kinerja yang baik, sekarang

maupun yang akan datang.

Berikut ini disajikan hasil jawaban responden dalam bentuk tabulasi dari

masing-masing variabel/ indikator yang diperoleh dari wawancara dengan

responden.

Tabel 14. Varibael Efektifitas Kelembagaan (Y1

No

)

Jumlah Responden Persentase STS TS RR S SS STS TS RR S SS

1 - 1 7 47 11 - 2.56 6.67 12.74 13.58 2 - 2 10 41 13 - 5.13 9.52 11.11 16.05 3 - - 9 46 11 - - 8.57 12.47 13.58 4 - 14 16 30 6 - 35.90 15.24 8.13 7.41 5 - 2 11 46 7 - 5.13 10.48 12.47 8.64 6 - 1 11 43 11 - 2.56 10.48 11.65 13.58 7 - 1 11 47 7 - 2.56 10.48 12.74 8.64 8 - 1 13 45 7 - 2.56 12.38 12.20 8.64 9 - 17 17 24 8 - 43.59 16.19 6.50 9.88

Jumlah - 39 105 369 81 - 100.00 100.00 100.00 100.00

Tabel 15. Varibael Kinerja Penyuluh (Y2

No

)

Jumlah Responde Persentase STS TS RR S SS STS TS RR S SS

1 - 1 7 47 11 - 4.55 7.95 13.62 15.07 2 - 2 10 41 13 - 9.09 11.36 11.88 17.81 3 - - 9 46 11 - - 10.23 13.33 15.07 4 - 14 16 30 6 - 63.64 18.18 8.70 8.22 5 - 2 11 46 7 - 9.09 12.50 13.33 9.59 6 - 1 11 43 11 - 4.55 12.50 12.46 15.07 7 - 1 11 47 7 - 4.55 12.50 13.62 9.59 8 - 1 13 45 7 - 4.55 14.77 13.04 9.59

Jumlah - 22 88 345 73 - 100.00 100.00 100.00 100.00

Universitas Sumatera Utara

Page 75: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Tabel 16. Variabel Motivasi Sebelum Bapelluh (X1

No

)

Jumlah Responde Persentase STS TS RR S SS STS TS RR S SS

1 - 2 8 44 12 - 8.33 10.81 14.77 9.38 2 - 1 10 45 10 - 4.17 13.51 15.10 7.81 3 - - 10 40 16 - - 13.51 13.42 12.50 4 - 2 9 28 27 - 8.33 12.16 9.40 21.09 5 - 2 3 35 26 - 8.33 4.05 11.74 20.31 6 4 6 17 30 9 - 25.00 22.97 10.07 7.03 7 - 8 13 29 16 - 33.33 17.57 9.73 12.50 8 - 3 4 47 12 - 12.50 5.41 15.77 9.38

Jumlah 4 24 74 298 128 - 100.00 100.00 100.00 100.00

Tabel 17. Variabel Motivasi Sesudah Bapelluh (X2

No

)

Jumlah Responde Persentase STS TS RR S SS STS TS RR S SS

1 1 4 19 30 12 50.00 36.36 19.79 9.74 10.81 2 - - 15 40 11 - - 15.63 12.99 9.91 3 - 2 7 39 18 - 18.18 7.29 12.66 16.22 4 - - 4 47 15 - - 4.17 15.26 13.51 5 - - 15 37 14 - - 15.63 12.01 12.61 6 - - 14 38 14 - - 14.58 12.34 12.61 7 - 1 7 45 13 - 9.09 7.29 14.61 11.71 8 1 4 15 32 14 50.00 36.36 15.63 10.39 12.61

Jumlah 2 11 96 308 111 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Tabel 18. Variabel Persepsi Penyuluh (X3

No

)

Jumlah Responde Persentase STS TS RR S SS STS TS RR S SS

1 - 2 10 25 29 - 10.53 16.13 13.74 14.80 2 - 1 11 25 29 - 5.26 17.74 13.74 14.80 3 1 - 12 27 26 33.33 - 19.35 14.84 13.27 4 - 3 8 21 34 - 15.79 12.90 11.54 17.35 5 - - 11 26 29 - - 17.74 14.29 14.80 6 1 10 4 29 22 33.33 52.63 6.45 15.93 11.22 7 1 3 6 29 27 33.33 15.79 9.68 15.93 13.78

Jumlah 3 19 62 182 196 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Universitas Sumatera Utara

Page 76: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

4.3. Hasil Analisis

4.3.1. Hasil Uji Prasyarat Analisis

Estimasi model dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak

Eviews 5.0 dengan metode OLS untuk melihat model efektifitas (Y1) dan model

kinejra penyuluh (Y2) dimana, motivasi penyuluh sebelum (X1) dan motivasi

penyuluh sesudah (X2) Bapelluh serta persepsi penyuluh (X3) mempunyai

pengaruh terhadap efektifitas Bapelluh (Y1) dan efektifitas Bapelluh (Y1)

mempengaruhi kinerja penyuluh (Y2

Dari hasil estimasi model peneltian selanjutnya akan di uji analisis

ekonomi, analisis statistik dan analisis ekonometrika dengan model yang

dilakukan dengan estimasi persamaan regresi linier barganda (OLS). Pembahasan

analisis ini di dasarkan pada data yang telah di publikasikan secara resmi yang

terbentuk dan telah dinyatakan dalam tinjauan teori dan spesifikasi model analisis,

selanjutnya juga akan dilakukan analisis ekonomi yang menjelaskan mengenai arti

parameter yang diperoleh dari persamaan regresi linier yang telah dilakukan,

selanjutnya melihat apakah parameter tersebut memiliki kesesuaian dengan teori

ekonomi. Demikian juga menganalisis arti dari nilai koefisien dan pengaruh

perubahan variabel bebas (independent variable) terhadap variabel terikat

(dependent variable).

) di Sumatera Utara.

Dalam penelitian ini hasil estimasi regresi untuk fungsi efektifitas seperti

tampak pada hasil di bawah ini :

Universitas Sumatera Utara

Page 77: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Tabel 19. Estimasi Efektifitas Bapelluh (Y1Dengan Motivasi Penyuluh Sebelum Bapelluh (X

) 1

)

Dependent Variable: Y1 Method: Least Squares Date: 01/25/14 Time: 20:13 Sample: 1 66 Included observations: 66 Weighting series: Y1

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 14.44905 3.290765 4.390787 0.0000

X1 0.638337 0.101480 6.290303 0.0000 Weighted Statistics R-squared 0.848961 Mean dependent var 34.65694

Adjusted R-squared 0.846601 S.D. dependent var 7.315922 S.E. of regression 2.865370 Akaike info criterion 4.973106 Sum squared resid 525.4620 Schwarz criterion 5.039459 Log likelihood -162.1125 F-statistic 39.56792 Durbin-Watson stat 1.657113 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics R-squared 0.353011 Mean dependent var 34.27273

Adjusted R-squared 0.342902 S.D. dependent var 3.656587 S.E. of regression 2.964088 Sum squared resid 562.2923 Durbin-Watson stat 1.593209

Sumber: Hasil Estimasi Model Penelitian, data diolah

Hasil analisis regresi Efektifitas Bapelluh (Y1

Y

) dapat di tuliskan dalam

persamaan Linier sebagai berikut:

1 = 14.44905 + 0.638337*X1

Hasil estimasi Efektifitas Bapelluh (Y

1), motivasi penyuluh sebelum (X1

)

berpengaruh positif dan signifikan pada α = 10 persen terhadap efektifitas

Bapelluh di Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 78: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

. Tabel 20. Estimasi Efektifitas Bapelluh (Y1Dengan Motivasi Penyuluh Sesudah Bapelluh (X2)

)

Dependent Variable: Y1 Method: Least Squares Date: 01/25/14 Time: 20:15 Sample: 1 66 Included observations: 66 Weighting series: Y1

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 22.04978 2.062268 10.69201 0.0000

X2 0.426176 0.066730 6.386614 0.0000 Weighted Statistics R-squared 0.850721 Mean dependent var 34.65694

Adjusted R-squared 0.848388 S.D. dependent var 7.315922 S.E. of regression 2.848628 Akaike info criterion 4.961387 Sum squared resid 519.3397 Schwarz criterion 5.027740 Log likelihood -161.7258 F-statistic 40.78884 Durbin-Watson stat 1.494218 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics R-squared 0.355422 Mean dependent var 34.27273

Adjusted R-squared 0.345351 S.D. dependent var 3.656587 S.E. of regression 2.958559 Sum squared resid 560.1966 Durbin-Watson stat 1.439979

Sumber: Hasil Estimasi Model Penelitian, data diolah

Hasil analisis regresi Efektifitas Bapelluh (Y1

Y

) dapat di tuliskan dalam

persamaan linier sebagai berikut:

1 = 22.04978 + 0.426176*X2

Hasil estimasi Efektifitas Bapelluh (Y

1), motivasi penyuluh sesudah

bapelluh (X2

) berpengaruh positif dan signifikan pada α = 10 persen terhadap

efektifitas Bapelluh di Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 79: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

. Tabel 21. Estimasi Efektifitas Bapelluh (Y1Dengan Persepsi Penyuluh (X

) 3

)

Dependent Variable: Y1 Method: Least Squares Date: 01/25/14 Time: 20:16 Sample: 1 66 Included observations: 66 Weighting series: Y1

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 17.03732 3.030826 5.621347 0.0000

X3 0.627906 0.105025 5.978618 0.0000 Weighted Statistics R-squared 0.843170 Mean dependent var 34.65694

Adjusted R-squared 0.840720 S.D. dependent var 7.315922 S.E. of regression 2.919780 Akaike info criterion 5.010728 Sum squared resid 545.6075 Schwarz criterion 5.077081 Log likelihood -163.3540 F-statistic 35.74387 Durbin-Watson stat 1.330595 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics R-squared 0.302063 Mean dependent var 34.27273

Adjusted R-squared 0.291157 S.D. dependent var 3.656587 S.E. of regression 3.078583 Sum squared resid 606.5710 Durbin-Watson stat 1.204906

Sumber: Hasil Estimasi Model Penelitian, data diolah

Hasil analisis regresi Efektifitas Bapelluh (Y1

Y

) dapat di tuliskan dalam

persamaan Linier sebagai berikut:

1 = 17.03732 + 0.627906*X3

Hasil estimasi Efektifitas Bapelluh (Y

1), persepsi penyuluh (X3

)

berpengaruh positif dan signifikan pada α = 10 persen terhadap efektifitas

Bapelluh di Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 80: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Tabel 22. Estimasi Kinerja Penyuluh (Y2

Dependent Variable: Y2

)

Method: Least Squares Date: 01/07/14 Time: 20:51 Sample: 1 66 Included observations: 66 Weighting series: Y1

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 3.850664 1.919349 2.006235 0.0491

Y1 0.817433 0.054508 14.99666 0.0000 Weighted Statistics R-squared 0.942659 Mean dependent var 32.17949

Adjusted R-squared 0.941763 S.D. dependent var 6.586466 S.E. of regression 1.589466 Akaike info criterion 3.794507 Sum squared resid 161.6897 Schwarz criterion 3.860860 Log likelihood -123.2187 F-statistic 224.8998 Durbin-Watson stat 1.730864 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics R-squared 0.787523 Mean dependent var 31.86364

Adjusted R-squared 0.784203 S.D. dependent var 3.387245 S.E. of regression 1.573508 Sum squared resid 158.4594 Durbin-Watson stat 1.750266

Sumber: Hasil Estimasi Model Penelitian, data diolah

Hasil analisis regresi Kinerja Penyuluh (Y2

Y

) dapat di tuliskan dalam

persamaan linier sebagai berikut:

2 = 3.850664 + 0.817433*Y

Hasil estimasi kinerja penyuluh (Y

1

2), variabel efektifitas Bapelluh (Y1

)

berpengaruh positif dan signifikan pada α = 5 persen terhadap kinerja penyuluh di

Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 81: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

4.3.1.1. Hasil Uji Normalitas

Model regressi juga harus memenuhi asumsi clasiccal normal liniear

regression model sering disebut juga sebagai uji kenormalan atau uji normalitas.

Uji normalitas dengan menggunakan Jarque-Bera (J-B) Test. Suatu model

dianggap berdistribusi normal bila nilai probabilitas J-B hitung lebih besar dari α

= 0,05.

Berdasarkan tabel 4.5 dan 4.8 dibawah menunjukan nilai probabilitas J-B

hitung untuk efektifitas Bapelluh (Y1) dengan variabel motivasi penyuluh

sebelum bapelluh (X1) adalah sebesar 0,648215, efektifitas Bapelluh (Y1) dengan

variabel motivasi penyuluh sesudah bapelluh (X2) sebesar 0,935627 dan

efektifitas Bapelluh (Y1) dengan variabel persepsi penyuluh (X3) sebesar

0,682111 serta kinerja penyuluh (Y2

Tabel 23. Hasil Uji Normalitas pada Model Efektifitas Bapelluh (Y

) sebesar 0,396163, keseluruhannya lebih

besar dari α = 0,05. Ini berarti model penelitian memiliki data berdistribusi

normal.

1Dengan Motivasi Penyuluh Sebelum Bapelluh (X

) 1

)

Sumber: Hasil Pengolahan Data

0

1

2

3

4

5

6

7

8

-6 -4 -2 0 2 4 6

Series: Standardized ResidualsSample 1 66Observations 66

Mean -0.234421Median -0.328893Maximum 7.002715Minimum -6.138904Std. Dev. 2.833414Skewness 0.172828Kurtosis 2.557486

Jarque-Bera 0.867064Probability 0.648215

Universitas Sumatera Utara

Page 82: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Tabel 24. Hasil Uji Normalitas pada Model Efektifitas Bapelluh (Y1Dengan Motivasi Penyuluh Sesudah Bapelluh (X

) 2

)

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 25. Hasil Uji Normalitas pada Model Efektifitas Bapelluh (Y1Dengan Persepsi Penyuluh (X

) 3

)

Sumber: Hasil Pengolahan Data

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

-6 -4 -2 0 2 4 6

Series: Standardized ResidualsSample 1 66Observations 66

Mean -0.229374Median -0.332606Maximum 6.816800Minimum -6.280439Std. Dev. 2.817165Skewness 0.081085Kurtosis 2.851366

Jarque-Bera 0.133077Probability 0.935627

0

1

2

3

4

5

6

7

8

-6 -4 -2 0 2 4 6

Series: Standardized ResidualsSample 1 66Observations 66

Mean -0.243771Median -0.251820Maximum 5.837625Minimum -6.538310Std. Dev. 2.886802Skewness 0.179413Kurtosis 2.613385

Jarque-Bera 0.765126Probability 0.682111

Universitas Sumatera Utara

Page 83: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Tabel 26. Hasil Uji Normalitas pada Model Kinerja Penyuluh (Y2

)

Sumber: Hasil Pengolahan Data

4.3.1.2 Pengujian Masalah Autokorelasi

Didalam penelitian ini pengujian terhadap gejala autokorelasi dengan Uji

Durbin-Watson (D-W test). Model penelitian dianggap tidak mengandung gejala

autokorelasi bila probability Obs* R-Squared lebih besar dari tingkat signifikan (α

= 5%) atau nilai Obs*R-Squared lebih besar dari Chi-Squared (𝑅(𝑡−1)2 < 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒2 ).

Berdasarkan hasil estimasi model nilai DW adalah untuk model efektifitas

Bapelluh (Y1) sebesar 0.380805 untuk variabel motivasi sebelum bapelluh (X1),

sebesar 0.114085 untuk variabel motivasi sesudah bapelluh (X2), sebesar

0.362225 untuk model kinerja (Y2) ternyata nilai Probability Obs*R-squared

lebih besar dari α = 5% (Probability R² < 0,05) yang berarti estimasi model

penelitian efektifitas Bapelluh untuk variabel X1 dan X2 serta model kinerja (Y2)

tidak terdapat gejala autokorelasi. Sedangkan untuk model efektifitas bapelluh

untuk variabel persepsi penyuluh (X3

0

2

4

6

8

10

12

14

-4 -2 0 2 4

Series: Standardized ResidualsSample 1 66Observations 66

Mean -0.000916Median -0.004169Maximum 3.720393Minimum -4.245125Std. Dev. 1.577191Skewness -0.306228Kurtosis 3.546168

Jarque-Bera 1.851859Probability 0.396163

) ternyata nilai Probability Obs*R-squared

Universitas Sumatera Utara

Page 84: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

adalah sebesar 0.001002 lebih kecil dari α = 5% (Probability R² > 0,05) yang

berarti terdapat gejala autokorelasi.

4.3.1.3. Uji Multikolinieritas

Salah satu penyimpangan terhadap asumsi klasik adalah terdapatnya

multikolinieritas, atau terjadinya hubungan linier yang sempurna (perfect) atau

exact diantara beberapa atau semua variabel bebasnya, yang menimbulkan

kesulitan untuk dapat melihat pengaruh variabel penjelas terhadap variabel yang

dijelaskan.

Tabel 27. Nilai Matriks Korelasi Variabel-Variabel Bebas

X1 X2 X3 Y2

X1 1.000000 0.837457 0.282145 0.659151

X2 0.837457 1.000000 0.325371 0.625085

X3 0.282145 0.325371 1.000000 0.592070

Y2 0.659151 0.625085 0.592070 1.000000

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari tabel nilai matriks korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat

multikolineritas data. Suatu variabel dikatakan terdapat multikolineritas apabila

korelasi antar kedua variabel lebih dari nilai R squared. Berdasarkan hasil

perhitungan regresi maka tidak ada variabel yang memiliki nilai lebih tinggi dari

0.894433 untuk fungsi efektifitas Bapelluh dan 0.942659 untuk fungsi kinerja

penyuuh di Sumatera Utara.

Nilai VIF yang semakin besar menunjukkan masalah multikolinearitas

yang semakin serius. Kaidah yang digunakan adalah jika VIF lebih besar dari 10

dan 2jR lebih besar dari 0,90 maka variabel memiliki kolinearitas yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara

Page 85: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Tabel 28. Nilai VIF dari Korelasi Variabel-Variabel Bebas

X1 X2 X3 Y2

X1

X2 3.348224

X3 1.086491 1.118401

Y2 1.768284 1.641312 1.539757

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari nilai VIF dari korelasi variabel-variabel bebas pada tabel 4.5 tidak

terdapat variabel yang memiliki nilai VIF yang lebih besar dari 10, jadi tidak ada

variabel yang terjadi kolinieritas ganda (multicollinearity).

4.4. Hasil Uji Model

Analisis statistik digunakan untuk melihat validasi dari model yang

digunakan dalam penelitian ini. Pengujian secara statistik dilakukan terhadap hasil

regresi model. Adapun pengujian secara statistik meliputi pengujian terhadap

besaran t-Statistik F Statistik , dan nilai R2

4.4.1. Uji t statistik (Uji parsial)

.

Uji t atau uji parsial ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat secara parsial atau satu persatu. Dari hasil estimasi model

untuk Efektifitas Bapelluh (Y1) dan kinerja penyuluh (Y2

1. Motivasi Sebelum (X

) diperoleh nilai t hitung

untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut

1) dalam Efektifitas Bapelluh (Y1) nilai thitung =

6.29 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0000. Hal ini menunjukkan

bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari α = 0.10, Sehingga variabel

Universitas Sumatera Utara

Page 86: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

X1 signifikan pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 90% secara

positif akan mempengaruhi Efektifitas Bapelluh (Y1), yang artinya

bahwa jika terjadi peningkatan X1 sebesar 1 poin, maka Efektifutas

Bapelluh (Y1

2. Motivasi sesudah (X

) akan mengalami peningkatan sebesar koefisiennya

yaitu sebesar 1,669 poin, cateris paribus.

2) dalam dalam Efektifitas Bapelluh (Y1) nilai

thitung = 6.386614 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0000. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari α = 0.10,

Sehingga variabel X2 signifikan pada tingkat derajat kepercayaan

sebesar 90% secara positif akan mempengaruhi Efektifitas Bapelluh

(Y1), yang artinya bahwa jika terjadi peningkatan X2 sebesar 1 poin,

maka Efektifutas Bapelluh (Y1

3. Persepsi Penyuluh (

) akan mengalami peningkatan sebesar

koefisiennya yaitu sebesar 1,598 poin, cateris paribus.

X3) dalam dalam Efektifitas Bapelluh (Y1) nilai

thitung = 5.978618 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0000. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari α = 0.01,

Sehingga variabel X3 signifikan pada tingkat derajat kepercayaan

sebesar 95% secara positif akan mempengaruhi Efektifitas Bapelluh

(Y1), yang artinya bahwa jika terjadi peningkatan X3 sebesar 1 poin,

maka Efektifutas Bapelluh (Y1

4. Efektifitas Bapelluh (Y

) akan mengalami peningkatan sebesar

koefisiennya yaitu sebesar 4,639 poin, cateris paribus.

1) dalam Kinerja Penyuluh (Y2) nilai thitung =

14.996 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0000. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari α = 0.01,

Universitas Sumatera Utara

Page 87: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

Sehingga variabel Y1 signifikan pada tingkat derajat kepercayaan

sebesar 95% secara positif akan mempengaruhi Kinerja Penyuluh (Y2),

yang artinya bahwa jika terjadi peningkatan Efektifutas Bapelluh (Y1)

sebesar 1 poin, maka Kinerja Penyuluh (Y2

4.4.2 Uji F statistik (Uji Serempak)

) akan mengalami

peningkatan sebesar koefisiennya yaitu sebesar 14,996 poin, cateris

paribus.

Uji F atau uji serepak ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas

secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat. Dari hasil estimasi

model untuk Efektifitas Bapelluh (Y1) dan kinerja penyuluh (Y2

1. Untuk variabel motivasi sebelum bapelluh (X

) diperoleh :

1) diperoleh nilai F

hitung sebesar 39.56792 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.000. Hal

ini menunjukkan bahwa variabel bebas untuk Efektifitas Bapelluh (Y1)

yaitu Motivasi Penyuluh Sebelum (X1), secara simultan dan signifikan

bersama-sama mempengaruhi variabel terikatnya yaitu Efektifitas

Bapelluh (Y1

2. Untuk variabel motivasi sesudah bapelluh (X

) pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 95%.

2) diperoleh nilai F hitung

sebesar 40.78884 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.000. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel bebas untuk Efektifitas Bapelluh (Y1)

yaitu Motivasi Penyuluh Sesudah (X2), secara simultan dan signifikan

bersama-sama mempengaruhi variabel terikatnya yaitu Efektifitas

Bapelluh (Y1

3. Untuk variabel persepsi penyuluh (X

) pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 95%.

3) diperoleh nilai F hitung sebesar

35.74387 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.000. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

Page 88: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

menunjukkan bahwa variabel bebas untuk Efektifitas Bapelluh (Y1)

yaitu Persepsi Penyuluh (X3), secara simultan dan signifikan bersama-

sama mempengaruhi variabel terikatnya yaitu Efektifitas Bapelluh

(Y1

4. Hasil estimasi model untuk Kinerja Penyuluh (Y

) pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 95%.

2) diperoleh nilai F

hitung sebesar 224.8998 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.000. Hal

ini menunjukkan bahwa variabel bebas untuk Kinerja Penyuluh (Y2)

yaitu Efektifitas Bapelluh (Y1) secara simultan dan signifikan

bersama-sama mempengaruhi variabel terikatnya yaitu Efektifitas

Bapelluh (Y1

4.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R

) pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 95%.

2

Uji koefisien determinasi (R

)

2) digunakan untuk melihat seberapa besar

variasi variabel bebas dapat menerangkan variabel terikat. Dari hasil estimasi

untuk Efektifitas Bapelluh (Y1) dan Kinerja penyuluh (Y2

1. Untuk variabel motivasi penyuluh sebelum bapelluh (X

) diperoleh :

1) dengan nilai

R2 sebesar 0.848961. Hal ini memberikan makna bahwa sebesar

84,89% variabel Efektifitas Bapelluh dapat dijelaskan oleh variabel

Motivasi Penyuluh Sebelum (X2

2. Untuk variabel motivasi penyuluh sesudah bapelluh (X

) bapelluh. Sedangkan sisanya sebesar

15,11% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

2) dengan nilai

R2 sebesar 0.850721. Hal ini memberikan makna bahwa sebesar

85,07% variabel Efektifitas Bapelluh dapat dijelaskan oleh variabel

Motivasi Penyuluh Sesudah bapelluh (X3). Sedangkan sisanya sebesar

14,93% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Universitas Sumatera Utara

Page 89: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

3. Untuk variabel persepsi penyuluh (X3) dengan nilai R2

4. Untuk hasil estimasi Kinerja Penyuluh (Y

sebesar

0.843170. Hal ini memberikan makna bahwa sebesar 84,32% variabel

Efektifitas Bapelluh dapat dijelaskan oleh variabel persepsi penyuluh.

Sedangkan sisanya sebesar 15,68% dijelaskan oleh variabel lain diluar

model.

2) diperoleh nilai R2 sebesar

0.9427. Hal ini memberikan makna bahwa sebesar 94,27% variabel

Kinerja Penyuluh (Y2) dapat dijelaskan oleh variabel Efektifitas

Bapelluh (Y1

4.5. Pembahasan

). Sedangkan sisanya sebesar 5,73% dijelaskan oleh

variabel lain diluar model.

4.5.1. Pengaruh Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan Sebelum Pembentukan Badan Pelaksanaan Penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap Efektifitas

Keberadaan Kelembagaan Penyuluhan.

Motivasi merupakan faktor pendorong dalam melakukan suatu pekerjaan.

Dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai penyuluh pertanian, sebagian besar

penyuluh pertanian melaksanakan tugas karena kebutuhan akan berprestasi.

Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang dimiliki oleh seseorang untuk

mewujudkan hasil kerja (kinerja) yang lebih baik daripada orang lain. Makin

tinggi motivasi akan membuat kinerja penyuluh pertanian semakin tinggi pula.

Dari pengujian dengan menggunakan uji t diperoleh nilai probability t-

statistik sebesar 0.0000 lebih kecil dari α = 5% dan positif, yang berarti variabel

Universitas Sumatera Utara

Page 90: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

tersebut memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap efektifitas

kelembagaan penyuluhan.

Hal ini mengandung arti bahwa bila terjadi peningkatan motivasi penyuluh

pertanian, perikanan dan kehutanan sebelum bapelluh sebesar 100 persen, akan

meningkatkan efektifitas kelembagaan Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara sebesar 63,83 persen, dan

sebaliknya.

4.5.2. Pengaruh Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan Sesudah Pembentukan Badan Pelaksanaan Penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap Efektifitas

Keberadaan Kelembagaan Penyuluhan.

Dari pengujian dengan menggunakan uji t diperoleh nilai probability t-

statistik sebesar 0.0000 lebih kecil dari α = 5% dan positif, yang berarti variabel

tersebut memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap efektifitas

kelembagaan penyuluhan.

Hal ini mengandung arti bahwa bila terjadi peningkatan motivasi penyuluh

pertanian, perikanan dan kehutanan sesudah bapelluh sebesar 100 persen, akan

meningkatkan efektifitas kelembagaan Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara sebesar 42,62 persen, dan

sebaliknya.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Amelia Nani dan Tri Ratna (2010)

dalam jurnal penyuluhan pertanian volume 5 no 1 yang menyatakan sebanyak

20,41% penyuluh pertanian di kabupaten Subang melaksanakan tugasnya sebagai

penyuluh pertanian didorong oleh motivasi untuk berafiliasi atau bersosialisasi

Universitas Sumatera Utara

Page 91: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

dengan orang lain terutama kepada petani. Mereka ingin menjalin hubungan yang

akrab dengan orang lain, banyak teman, bekerja bersama-sama dengan orang lain

dan memiliki perhatian yang mendalam terhadap teman sesama penyuluh

pertanian dan petani. Hanya 4,08% penyuluh pertanian ini selalu berusaha

mempengaruhi orang lain. Jika dalam kelompok, selalu berusaha menjadi

pemimpin, pendapat atau keyakinannya benar sehingga percaya dirinya tinggi dan

pandai mempengaruhi orang lain mulai dari persuasiasi (membujuk) sampai

dengan koersi (pemaksaan). Mereka inilah penyuluh pertanian yang dapat

berpindah tugas menjadi pejabat structural. Terdapat 10,20% penyuluh pertanian

yang bekerja karena ingin berprestasi dan berafiliafi. Penyuluh pertanian yang

mempunyai motivasi kurang terfokus atau merupakan gabungan dari motivasi

ingin berprestasi, motivasi ingin kekuasaan (jabatan) dan motivasi karena ingin

berafiliasi sebanak 8,16%. Mereka adalah penyuluh pertanian yang menjalankan

tugas seadanya, tidak ingin menonjol dan tidak mengejar prestasi. Sehingga dari

hasil penelitian yang dilakukan pada Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan di kabupaten/ kota Propinsi Sumatera Utara. Terlihat

bahwa penyuluh lebih termotivasi untuk bekerja di lapangan dan meningkatkan

prestasi kerja serta dekat dengan masyarakat, dari pada mereka harus menduduki

jabatan structural tetapi tidak dapat bersosialisasi dengan para petani.

4.5.3. Pengaruh Persepsi Penyuluh Terhadap Efektifitas Badan Pelaksanaan

Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Faktor personal yang terdiri dari kemampuan, pengalaman, motif dan

persepsi yang cukup baik dari penyuluh, dapat mengimbangi keterbatasan sarana

kerja dan status kelembagaan penyuluhan. Hal tersebut dapat dibuktikan dari

Universitas Sumatera Utara

Page 92: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

analisis hubungan dan pengaruh persepsi terhadap efektifitas badan pelaksana

penyuluhan di kabupaten/ kota.

Dari hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa ada hubungan secara

signifikan antara persepsi dengan efektifitas kelembagaan bapelluh secara positif.

Karena nilai probability t-statistik di bawah α = 5% yaitu sebesar 0,0000. Dengan

nilai koefisien sebesar 0.627906 menunjukkan bahwa jika apabila persepsi

penyuluh meningkat maka akan meningkatkan efektifitas badan pelaksanaan

pertanian, perikanan dan kehutan. Peningkatan tersebut jika diukur secara

Quantity, maka persespsi penyuluh meningkat 100 persen akan meningkatkan

efektifitas bapelluh sebesar 62,79 persen. Jadi dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa persepsi berhubungan positif dan signifikan terhadap

efektifitas kelembagaan bapelluh kabupaten/ kota di propinsi Sumatera Utara.

4.5.4. Pengaruh Efektifitas dari Kelembagaan Penyuluhan Terhadap Kinerja

Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.

Hasil penelitian menunjukkan nilai probability t-statistik lebih kecil dari α

= 5% serta menunjukkan arah positif. Yang berarti bahwa efektifitas dari

kelembagaan penyuluhan mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap

kinerja penyuluh pertanian. Artinya apabila efektifitas kelembagaan bapelluh

meningkat 100 persen, akan meningkatkan kinerja kelembagaan bapelluh sebesar

81,74 persen.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis dan penelitian dan teori yang

menyatakan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara efektifitas dan

kinerja. .

Universitas Sumatera Utara

Page 93: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi motivasi penyuluh

pertanian, perikanan dan kehutanan sebelum dan sesudah pembentukan badan

Pelaksana Penyuluhan, Perikanan dan Kehutanan, menjelaskan pengaruh persepsi

penyuluh pertanian terhadap efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian,

perikanan dan kehutanan, serta menjelaskan pengaruh efektifitas kelembagaan

penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan, serta menjelaskan terhadap kinerja

penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan. Dari hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Motivasi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan sebelum pembentukan

badan Pelaksana Penyuluhan, Perikanan dan Kehutanan, berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian,

perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara.

2. Motivasi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan sesudah pembentukan

badan Pelaksana Penyuluhan, Perikanan dan Kehutanan, berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian,

perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara

3. Persepsi penyuluh pertanian berpengaruh positif dan signifikan terhadap

efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di

Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Page 94: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

4. Efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja penyuluh pertanian,

perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara.

5.2. Saran

1. Dengan adanya hubungan yang positif antara motivasi penyuluh sebelum

dan sesudah bapelluh, persepsi penyuluh dan efektifitas badan pelaksana

penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan, diharapkan pemerintah lebih

meningkatkan peran dan fungsi serta keberadaan kelembagaan bapelluh

tersebut agar menjadi suatu badan/ lembaga yang lebih efektif dan efisien

sehingga akan memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan

kinerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara

khususnya.

2. Berdasarkan keterbatasan penelitian, perlu dilakukan penelitian yang sejenis

dengan menambahkan variabel-variabel lain yang mempengaruhi kinerja

dan umumnya, khususnya kinerja penyuluh.

Universitas Sumatera Utara

Page 95: EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...

DAFTAR PUSTAKA

Awis. 2011. Majalah Penyuluhan Kehutanan; Komunikasi Edukasi Wana Lestari (Kenari). Edisi 1 tahun 2011, Pusat Reorientasi Penyuluhan Kehutanan di Era BP2SDM Kehutanan. Pusat Pelayanan Penyuluhan Kehutanan. BP2SDM Kehutanan.

Azul, 2012. Analisis efektifitas kinerja penyuluh. Bang Azul.blogspot.com.

Bakoorluh. 2011. Statistik Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. Medan

Cochran, W.G. 2005. Teknik Penarikan Sampel. Terjemahan Rusdiansyah. Jakarta. UI-Press

Departemen Kelautan dan Perikanan. 2009. Metode dan Teknik Penyuluhan. Pusat Pengembangan Penyuluhan. BPSDM KP

Furqon. 2008. Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta

Hays 1973 dalam Azwar,Saifuddin.2010. Asumsi-asumsi dalam inferensi statistika. Azwar.staff.ugm.ac.id

Kunia, Ahmad. 2010.Pemilihan Uji Dalam Penelitian (Studi tentang uji-t berpasangan). Skripsimahasiswa.blogspot.com

Nachrowi,N.D dan Usman,H. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri. Jakarta. PT.Raja Grafindo Persada

PP No.43 tahun 2009 tentang Pembiayaan, Pembinaan dan Pengawasan Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. CV.Alfabata

Suhardiyono, L. 1992. PENYULUHAN: Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Jakarta. Penerbit Erlangga

Umar,H. 2005. Sumberdaya Manusia dalam Organisasi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama

UU. No 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Universitas Sumatera Utara