EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT ... · Lampiran 2 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)...

127
EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PEREMPUAN TENTANG PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMK YMJ CIPUTAT Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Pernyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) OLEH: DIAN ERIKA PURNAMA NIM: 109104000045 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M

Transcript of EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT ... · Lampiran 2 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)...

  • EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP

    TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PEREMPUAN

    TENTANG PENCEGAHAN KEPUTIHAN

    DI SMK YMJ CIPUTAT

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Pernyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

    OLEH:

    DIAN ERIKA PURNAMA

    NIM: 109104000045

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1434 H/2013 M

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

  • vi

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Dian Erika Purnama

    Tempat, TanggalLahir : Aceh, 7 Juni 1991

    Status Pernikahan : Belum menikah

    Alamat : Desa ladang kec. Samadua Kab. Aceh Selatan

    Nanggroe Aceh Darussalam

    Telepon : 085296096010/085697498290

    Email : [email protected]

    RiwayatPendidikan

    1. SD Negeri 1 Bakongan, Aceh Selatan [1997-2003]

    2. Mts Pondok Pesantren Al-kautsar Al-akbar Medan [2003-2006]

    3. MA Pondok Pesantren Al-kautsar Al-akbar Medan [2006-2009]

    RiwayatOrganisasi

    1. Pengurus pesantren Al-kautsar Al-akbar devisi Ibadah [2007-2008]

    2. Staff pengurus devisi PPIP Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Aceh Jakarta

    (IMAPA) [2007-2009]

    3. BEM Jurusan Ilmu Keperawatan [2010-2012]

    mailto:[email protected]

  • vii

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    Skripsi, September 2013

    Dian Erika Purnama, NIM :109104000045

    Efektifitas Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

    Perempuan tentang Pencegahan Keputihan di SMK YMJ Ciputat

    ABSTRAK

    Remaja perempuan mengalami serangkaian perubahan biologis, baik dari

    anatomis maupun fungsional. Salah satu perubahan biologis pada remaja

    perempuan adalah pada organ reproduksi yang dipengaruhi oleh perubahan

    hormon.Agen penyakit seperti virus bakteri dan jamur dapat menyerang organ

    ini, salah satu gejala keadaan abnormal organ reproduksi perempuan yaitu

    keputihan. Keputihan dapat dicegah dengan menjaga kebersihan organ reproduksi.

    Pendidikan kesehatan dapat menjadi salah satu sumber informas bagi remaja

    perempuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang pencegahan keputihan.

    Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas pendidikan kesehatan terhadap

    tingkat pengetahuan remaja perempuan tentang pencegahan keputihan. Penelitian

    ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain pre eksperimen one group pre

    and post test design. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Sampel

    remaja perempuan yang diperoleh melalui total sampling sejumlah 26 orang.

    Analisis data menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan

    pengetahuan remaja perempuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan

    nilai rata-rata 66,8%. Terjadi peningkatan pengetahuan menjadi 75,5% setelah

    diberikan pendidikan kesehatan. Hasil uji hipotesis dengan tingkat kesalahan

    alpha 0,05didapatkan nilai yang signifikan dengan nilai p

  • viii

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

    NURSING SCIENCE PROGRAM

    STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA

    Skripsi, September 2013

    Dian Erika Purnama, NIM :109104000045

    The Effectiveness of HealthEducation toward the KnowledgeLevel of The

    TeenageGirls about the Prevention of The Whitish in SMK YMJ Ciputat

    ABSTRACT

    Teenage girls undergo some biological changes, from anatomical to

    functional. One of the changes is in reproductive organ which is affected by

    hormonal change. Patogenic agents, such as virus, bacteria and fungi can attack

    this organ and one of the symptoms of an abnormal condition of reproductive

    organ is whitish. It can be prevented by maintaining the cleanliness of the

    reproductive organ. Health education can be one of information sources for

    teenage girls to get the knowledge about prevention of the whitish.This research is

    aimed to see the effectiveness of health education toward the knowledge level of

    the teenage girls about the prevention of the whitish. This research uses qualitative

    method with quasyexperimen one group pre and post test design. The data is

    obtained by using questionnaires. There are 26 teen girls as samplings. The data

    analysis which is used is paired t test. The result of this research shows that the

    knowledge of the teenage girls before they were given the health education is 66,

    8 % for the average score. And then, there is enhancement knowledge and the

    score becomes 75, 5% after they were given the health education. The result of the

    hypothesis test with an alpha error level 0.05 obtained significant score p

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

    memberikan karunia, rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat

    menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul Efektifitas Pendidikan

    Kesehatan terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja Perempuan tentang

    Pencegahan Keputihan di SMK YMJ Ciputat. Shalawat dan salam semoga

    tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, pembawa

    syari’ah-Nya yang universal bagi semua umat manusia dalam setiap waktu dan

    tempat sampai akhir zaman.

    Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang

    peneliti jumpai namun syukur Alhamdulillah dengan doa, kesungguhan, kerja

    keras, dan kesabaran disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik

    langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-

    baiknya yang pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.

    Oleh sebab itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini peneliti ingin

    mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

    1. Bapak Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam NegeriS yarif

    Hidayatullah Jakarta.

    2. Bapak Waras Budi Utomo S.Kep, Ns, MKM selaku Ketua Program Studi

    Ilmu Keperawatan Universitas Islam NegeriSyarifHidayatullah Jakarta.

    3. Ibu Puspita Palupi, S.Kep., M.Kep., Ns., Sp.Kep.Mat selaku

    pembimbing pertama dan Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep, MNS

    selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan

    pikiran serta kesabaran selama membimbing peneliti dan memberikan

    banyak masukan, pengetahuan, dan bimbingan pada peneliti.

  • x

    4. Kementrian Agama RI selaku pemberi beasiswa, sehingga penulis dapat

    menempuh pendidikan hingga akhir

    5. Ibu Ita Yuanita, S.Kp., M.Kep selaku Dosen Penasehat Akademik

    peneliti yang telah membimbing dan memberikan nasehat selalu kepada

    peneliti selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Ilmu

    Keperawatan UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan

    Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang

    telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama duduk

    pada bangku kuliah

    7. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan

    Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-

    referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

    8. Pihak sekolah Triguma Utama dan SMK YMJ Ciputat yang telah

    memberikan kesempatan dan perizinan dalam melakukan uji validitas

    danr reabilitas dan penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

    9. Siswi SMK YMJ Ciputat kelas X dan XI yang telah bersedia menjadi

    responden penelitian

    Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi

    peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya terutama untuk

    proses kemajuan pendidikan selanjutnya.

  • xi

    Ciputat, 2 September 2013

    Dian Erika Purnama

  • xii

    LEMBAR PERSEMBAHAN

    Ucapan terimakasih peneliti haturkan secara khusus dan istimewa untuk

    Ayahanda Rusdi Usman dan Ibunda Ernawati yang senantiasa memberikan

    dukungan penuhbaik berupa material maupun spiritual yang selalu mengiringi

    setiap langkahku dengan doa tulus ikhlassehingga peneliti dapat menyelesaikan

    skripsi.Saudara ku Putra Edika dan adik ku Sherly yang selalu dapat memberikan

    semangat disaat aku lelah selama proses pembuatan skripsi ini. Teman-teman

    seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2009dan teman-teman

    dekatku yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas

    dukungan, semangat, kenangan dan kebersamaan yang indah selama ini.

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

    LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii

    LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................... iii

    LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iv

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. vi

    ABSTRAK ............................................................................................................... vii

    ABSTRACT ............................................................................................................. viii

    KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix

    LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................... xii

    DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii

    DAFTAR BAGAN ................................................................................................... xvii

    DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xviii

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xix

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ................................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4

    C. Tujuan Penelitian............................................................................. 5

    1. Tujuan Umum ............................................................................. 5

    2. Tujuan Khusus ............................................................................ 6

    D. Manfaat Penelitian........................................................................... 6

    1. Manfaat ilmiah ........................................................................... 6

    2. Manfaat praktis ........................................................................... 6

    E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 7

  • xiv

    BAB II : TINJAUAN TEORI

    A. Remaja............................................................................................. 8

    1. Definisi ....................................................................................... 8

    2. Periode masa remaja ................................................................... 9

    3. Perkembangan pada remaja perempuan ..................................... 9

    B. Pengetahuan .................................................................................... 14

    1. Pengertian ................................................................................... 14

    2. Domain pengetahuan .................................................................. 16

    C. Pendidikan kesehatan ...................................................................... 17

    1. Pengertian .................................................................................. 17

    2. Tujuan ....................................................................................... 18

    3. Pendidikan kesehatan dalam pencegahan penyakit................... 18

    4. Sasaran pendidikan kesehatan ................................................... 19

    5. Metode....................................................................................... 20

    6. Media pendidikan kesehatan ..................................................... 26

    7. Tahap pelaksanaan pendidikan kesehatan ................................. 27

    D. Model kepercayaan kesehatan (health belief model) ...................... 29

    E. Keputihan ........................................................................................ 31

    1. Pengertian .................................................................................. 31

    2. Klasifikasi ................................................................................. 32

    3. Penyebab ................................................................................... 33

    4. Tanda dan gejala ....................................................................... 34

    5. Penyakit yang menyebabkan keputihan .................................... 35

    6. Penanganan ............................................................................... 37

  • xv

    7. Pencegahan ................................................................................ 38

    F. Kerangka teori ................................................................................. 40

    BAB III: KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

    A. KerangkaKonsep ............................................................................. 41

    B. DefinisiOperasional......................................................................... 42

    C. Hipotesis .......................................................................................... 43

    BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN

    A. DesainPenelitian .............................................................................. 44

    B. Lokasi dan waktu penelitian ........................................................... 44

    C. Populasi dan sampel ........................................................................ 45

    D. Teknik pengambilan sampel ........................................................... 45

    E. Instrumen penelitian ........................................................................ 45

    F. Uji validitas dan reabilitas .............................................................. 46

    G. Tahapan pengambilan data .............................................................. 48

    H. Pengolahan data ............................................................................. 50

    I. Analisis data .................................................................................... 51

    J. Etika penelitian................................................................................ 52

    BAB V : HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran lokasi penelitian ............................................................. 55

    B. Analisis univariat ............................................................................ 56

    C. Analisis bivariat .............................................................................. 59

    BAB VI : PEMBAHASAN

    A. Pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang

    pencegahan keputihan ..................................................................... 62

  • xvi

    B. Pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang

    pencegahan keputihan ..................................................................... 64

    C. Efektifitas pendidikan kesehatan terhadap peningkatan

    pengetahuan tentang pencegahan keputihan ................................... 67

    D. Keterbatasan penelitian ................................................................... 71

    BAB VII : PENUTUP

    A. Kesimpulan ..................................................................................... 73

    B. Saran ................................................................................................ 73

    DAFTAR PUSTAKA

  • xvii

    DAFTAR BAGAN

    NomorBagan Judul Bagan

    Hal

    2.1 Kerangka teori .............................................................................. 40

    3.1 Kerangkakonsep penelitian ........................................................... 41

  • xviii

    DAFTAR TABEL

    NomorTabel Judul Tabel

    Hal

    3.1 Definisi Operasional .......................................................................... 42

    4.1 Uraian Kuesioner Penelitian .............................................................. 46

    5.1 Deskripsi Data DemografiResponden ............................................... 56

    5.2 Distribusi Statistik Deskriptif Pengetahuan Siswi Sebelum dan

    Sesudah diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan tentang

    Pencegahan Keputihan ...................................................................... 57

    5.3 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Sebelum Diberikan

    Pendidikan Kesehatan ....................................................................... 58

    5.4 Deskripsi Hasil Pertanyaan Per Item Setelah Diberikan Pendidikan

    Kesehatan .......................................................................................... 58

    5.5 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Remaja Perempuan

    Tentang Pencegahan Keputihan Sebelum dan Sesudah Diberikan

    Pendidikan Kesehatan ....................................................................... 59

    5.6 Distribusi Perbedaan Pengetahuan Tentang Pencegahan Keputihan

    Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan .................. 60

  • xix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden

    Lampiran 2 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

    Lampiran 3 Outline Kuesioner Penelitian

    Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

    Lampiran 5 Surat Izin Studi Pendahuluan

    Lampiran 6 Surat Izin Validitas Dan Reabilitas

    Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

    Lampiran 8 Surat Pernyataan Telah Melakukan Studi Pendahuluan

    Lampiran 9 Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian

    Lampiran 10 Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas

    Lampiran 11 Hasil Pengolahan Data

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar belakang

    Populasi remaja di Indonesia saat ini cukup besar. Jumlah populasi

    remaja berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 sekitar 43.551.815. Jumlah

    populasi remaja perempuan 21.275.092 atau sekitar 8,8% dari populasi seluruh

    penduduk (BPS, 2012).

    Periode remaja menurut World Health Organization (WHO, 2013)

    berkisar antara usia 10-19 tahun. Masa remaja merupakan suatu periode

    transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang mengalami

    serangkaian perkembangan biologis yang meliputi perubahan anatomi dan

    fungsional, psikologis, kognitif, sosial, dan emosional, sebagai persiapan

    memasuki masa dewasa (Wong, 2008; Notoatmodjo, 2007). Perubahan

    biologis pada remaja perempuan salah satunya pada sistem reproduksi yang

    dipengaruhi oleh perubahan hormonal. Perubahan anatomi organ reproduksi

    remaja perempuan ditandai dengan tumbuhnya rambut kemaluan, perubahan

    pada bentuk dada, dan perbesaran panggul, sedangkan perubahan fisiologis

    ditandai dengan adanya menstruasi. Remaja dapat mengalami keputihan yang

    fisiologis pada setiap siklus menstruasi (Kusmiran, 2012; Notoatmodjo, 2007).

    Keputihan merupakan sekresi vagina berupa cairan berwarna putih yang

    berlebihan. Keputihan bukan merupakan suatu penyakit tersendiri melainkan

    manifestasi klinis dari suatu penyakit. Keputihan bisa bersifat fisiologis dan

    patologis. Keputihan fisiologis terjadi saat menjelang atau sesudah menstruasi,

  • 2

    sedangkan keputihan patologis terjadi karena infeksi genetalia dan keganasan

    organ reproduksi. Dampak dari penyakit yang memiliki gejala keputihan

    abnormal sangat berbahaya bagi organ reproduksi perempuan dapat

    menimbulkan gangguan dalam fungsi organ reproduksi (Manuaba dkk, 2009).

    Keputihan lebih sering dialami oleh remaja daripada dewasa. Penelitian

    yang dilakukan oleh Ayuningtyas (2011) pada siswi SMA Negeri 4 Semarang,

    mengungkapkan bahwa 96,9% remaja mengalami keputihan. Putri (2012) juga

    melaporkan dalam penelitiannya di SMA Negeri Subang bahwa sebanyak

    67,19% siswi pernah mengalami keputihan. Dianis (2012) menyatakan ada

    hubungan yang signifikan antara perilaku higiene pribadi dengan kejadian

    keputihan. Remaja yang mengalami keputihan ini banyak yang belum

    mengetahui tentang masalah keputihan. Penelitian terkait juga telah dilakukan

    oleh Ayuningtyas (2011) yang melaporkan bahwa tingkat pengetahuan siswi

    SMA Negeri 4 Semarang dalam menjaga kebersihan genitalia eksterna masih

    kurang. Yulianingsih (2012) dalam penelitiannya melaporkan bahwa ada

    hubungan antara pengetahuan remaja perempuan tentang keputihan terhadap

    perilaku pencegahan keputihan pada sisiwi SMAN 1 Semarang. Purnaningarti

    (2010) juga telah melakukan penelitian serupa yang dilakukan di SLTPN 39

    Semarang, dengan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara

    tingkat pengetahuan remaja putri tentang keputihan dengan sikap remaja putri

    dalam mengatasi keputihan. Hertiani (2012) melaporkan hasil penelitiannya

    terhadap 144 siswi SMA BPI Bandung yang menunjukkan bahwa sebagian

    besar remaja perempuan di SMA tersebut memiliki pengetahuan yang kurang

    dalam penatalaksanaan keputihan sekitar 70, 83%. Pengetahuan yang kurang

  • 3

    ini terjadi karena hampir seluruh remaja perempuan belum pernah

    mendapatkan informasi mengenai penatalaksaan keputihan.

    Pengetahuan remaja sangat mempengaruhi perilaku pencegahan

    keputihan melalui menjaga kebersihan organ reproduksi. Hal ini dilaporkan

    oleh Sugiarto (2012) dalam studinya di SMA 1 Jatinom bahwa terdapat 29,6%

    remaja perempuan memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi wanita dengan

    baik, 34,6% dengan pengetahuan cukup dan 35,8% dengan pengetahuan

    kurang. Perilaku pencegahan keputihan diperoleh data 25,9% memiliki

    perilaku yang baik, 39,5% dengan perilaku cukup, dan 34,6% dengan perilaku

    kurang.

    Susanto (1998) dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu

    Pendidikan-Universitas Pendidikan Indonesia (FIP-UPI, 2007) mengatakan

    bahwa informasi yang diperoleh sangat memungkinkan seseorang mengadopsi

    nilai-nilai dan pengetahuan yang dapat mempengaruh pola pikir dan pola

    tindakan. Salah satu sumber informasi adalah melalui pendidikan kesehatan.

    Kustriyani (2009) telah melakukan penelitian pada siswi di SMU Semarang

    yang mengungkapkan bahwa setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada

    remaja perempuan mengenai keputihan terjadi peningkatan tingkat

    pengetahuan tentang keputihan sebesar 70,2%. Wina (2013) dalam

    penelitiannya juga melaporkan bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan

    pada siswa SMPN 9 Dumai tentang Napza efektif meningkatkan pengetahuan.

    Purwono (2011) melakukan penelitian tentang efektifitas pendidikan

    kesehatan melalui metode ceramah, dalam penelitiannya melaporkan bahwa

  • 4

    pendidikan kesehatan tentang stres melalui ceramah efektif terhadap

    peningkatan pengetahuan remaja di SMPN 34 Semarang.

    Hasil studi pendahuluan terhadap 10 orang siswi SMK YMJ Ciputat

    didapatkan data bahwa semua siswi pernah mengalami keputihan. Mereka

    mengatakan belum mengetahui tentang masalah keputihan, baik dari

    pencegahan, penanganan, serta karakteristik keputihan normal dan abnormal.

    Penelitian mengenai efektifitas pendidikan kesehatan tentang keputihan telah

    dilakukan, namun penelitian mengenai pencegahan keputihannya belum ada

    yang melakukannya di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik

    ingin melakukan penelitian mengenai “Efektifitas pendidikan kesehatan

    terhadap tingkat pengetahuan dan upaya pencegahan keputihan pada remaja

    perempuan tentang pencegahan keputihan”.

    B. Rumusan Masalah

    Keputihan adalah keluarnya cairan putih dari vagina secara berlebihan.

    Keputihan bisa bersifat fisiologis ataupun patologis. Keputihan patologis

    merupakan gejala dari suatu penyakit organ reproduksi dan karakteristik

    keputihan dapat berbeda-beda dari beberapa penyakit tersebut, yang jika tidak

    diketahui secara dini akan membahayakan kesehatan reproduksi remaja

    perempuan. Ayuningtyas (2011) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa

    96,9% remaja di SMA Negeri 4 Jakarta mengalami keputihan dan sebagian

    besar remaja perempuan tidak mengetahui cara menjaga kebersihan genitalia

    eksterna, sedangkan pengetahuan sangat mempengaruhi perilaku remaja

    perempuan dalam menjaga kesehatan reproduksi mereka. Penelitian serupa

  • 5

    yang dilakukan oleh Sugiarto (2012) menyatakan bahwa adanya hubungan

    antara tingkat pengetahuan remaja perempuan dengan pencegahan keputihan.

    Pengetahuan ini bisa didapatkan dari berbagai cara salah satunya melalui

    pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan sangat membantu remaja

    perempuan dalam menambah pengetahuannya mengenai keputihan. Penelitian

    yang dilakukan Kustriyani (2009) menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat

    pengetahuan remaja perempuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

    kesehatan mengenai keputihan, sedangkan Purwono (2011) menyatakan dalam

    penelitiannya bahwa pendidikan kesehatan tentang stres melalui ceramah

    efektif terhadap peningkatan pengetahuan remaja di SMPN 34 Semarang.

    Penelitian mengenai efektifitas pendidikan kesehatan mengenai keputihan

    sudah banyak dilakukan sedangkan mengenai pencegahannya belum

    ditemukan. Hasil studi pendahuluan pada 10 orang siswi di SMK YMJ Ciputat

    didapatkan data bahwa semua siswi pernah mengalami keputihan dan belum

    mengetahui cara pencegahannya. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik

    melakukan penelitian mengenai efektifitas pendidikan kesehatan terhadap

    tingkat pengetahuan remaja perempuan tentang pencegahan keputihan di SMK

    YMJ Ciputat.

    C. Tujuan penelitian

    1. Tujuan Umum

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendidikan

    kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja perempuan tentang

    pencegahan keputihan di SMK YMJ Ciputat.

  • 6

    2. Tujuan Khusus

    a. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja perempuan tentang

    pencegahan keputihan sebelum diberikan pendidikan kesehatan.

    b. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja perempuan tentang

    pencegahan keputihan setelah diberikan pendidikan kesehatan.

    c. Diketahuinya efektifitas pendidikan kesehatan terhadap tingkat

    pengetahuan remaja perempuan tentang pencegahan keputihan.

    D. Manfaat penelitian

    1. Manfaat ilmiah

    Menjadi landasan dalam promosi kesehatan remaja untuk

    meningkatkan pengetahuan pencegahan keputihan pada remaja

    perempuan.

    2. Manfaat praktis

    a. Institusi pendidikan keperawatan

    Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan dalam

    mengembangkan kurikulum pendidikan keperawatan khususnya dalam

    mata ajar pendidikan dalam keperawatan.

    b. Pelayanan Keperawatan

    Penelitian dapat menjadi landasan bagi perawat sebagai health

    educator dan health counselor dalam strategi promosi kesehatan

    reproduksi pada remaja khususnya mengenai pencegahan masalah

    keputihan.

  • 7

    c. Peneliti selanjutnya

    Penelitian diharapkan menjadi landasan pengembangan evidence

    base keperawatan khususnya kesehatan reproduksi remaja.

    E. Ruang lingkup penelitian

    Penelitian ini berkaitan dengan area keperawatan maternitas, khususnya

    mengenai kesehatan reproduksi remaja perempuan. Penelitian akan dilakukan

    di SMK YMJ Ciputat, menggunakan jenis penelitian pra-eksperimental dengan

    desain one group before after atau pre-test dan post-test group design.

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. Remaja

    1. Pengertian

    Remaja secara etimologi diambil dari bahasa Latin adolescere

    diambil dari kata benda adolescentia yang berarti “tumbuh” atau

    “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock, 2010). Masa remaja merupakan

    masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang mengalami

    serangkaian perubahan, baik dari proses fisiologis, sosial, dan

    kematangan yang dimulai dengan perubahan pubertas (Notoatmodjo,

    2007; Wong, 2008).

    WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat

    konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu

    biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. WHO menyatakan remaja

    adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia

    menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia

    mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan

    psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak mejadi dewasa dan

    terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh

    kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (dalam Sarwono, 2005).

    Berdasarkan beberapa pengertian tentang remaja tersebut dapat

    disimpulkan bahwa remaja adalah individu yang mengalami masa

    transisi dari anak-anak menuju dewasa dimana terjadi perkembangan

    fisik, psikologis, sosial dan ekonomi untuk mencapai kematangan.

  • 9

    2. Periode Masa Remaja

    Wong (2008) menyebutkan masa remaja terbagi menjadi tiga

    periode, yaitu:

    a. Remaja awal (early adolescent) berada pada rentang usia 11

    sampai 14 tahun, pada masa ini laju pertumbuhan terjadi dengan

    cepat, puncak kecepatan pertumbuhan, karakteristik seks sekunder

    muncul.

    b. Remaja pertengahan (middle adolescent) berada pada rentang usia

    15 sampai 17 tahun, pada masa ini pertumbuhan melambat pada

    remaja putri, tinggi badan mencapai 95% tinggi badan dewasa,

    karakteristik seks sekunder berkembang dengan baik.

    c. Remaja akhir (late adolescent) berada pada rentang usia 18 sampai

    20 tahun, terjadi kematangan secara fisik, pertumbuhan struktur

    dan reproduktif hampir lengkap.

    3. Perkembangan pada Remaja Perempuan

    a. Perkembangan fisik

    Remaja mengalami perubahan fisik yang ditandai oleh

    perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama

    yang terkait dengan kelenjar seksual (Kusmiran, 2012). Perubahan

    fisik merupakan hasil aktifitas hormonal di bawah pengaruh sistem

    saraf pusat (hipotalamus dan hipofisis) yang merangsang kelenjar

    hormon estrogen dan progesteron yang akan berinteraksi dengan

    faktor genetik maupun lingkungan, walaupun semua aspek fungsi

    fisiologis berinteraksi secara bersama-sama. Perubahan fisik yang

  • 10

    sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada

    penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder,

    perubahan yang tidak tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan

    kematangan neurogonad yang disertai dengan kemampuan untuk

    bereproduksi (Kusmiran, 2012; Wong, 2008). Perubahan-

    perubahan yang terjadi pada remaja perempuan meliputi:

    1) Perubahan payudara ; 2) Pertambahan berat badan dan tinggi

    badan yang cepat; 3) Pertumbuhan rambut pubis; 4) Penampkan

    rambut aksila; 5) Menstruasi; 6) Perlambatan pertumbuhan linear

    yang tiba-tiba; 7) Pinggul semakin membesar (Kusmiran, 2012;

    Wong, 2008).

    Peran sistem endokrin melibatkan interaksi hipotalamus,

    kelenjar pituitari, dan kelenjar gonad (kelenjar seks). Beberapa

    hormon yang berperan dalam perubahan fisik pada remaja

    perempuan yaitu hormon seks, hormon estrogen (estradiol), dan

    hormon androgen (testosteron). Hormon seks disekresi oleh

    ovarium, dan adrenal; Hormon estrogen merupakan hormon

    kewanitaan, awitan produksi estrogen di dalam ovarium

    menyebabkan peningkatan yang jelas dan berlanjut sempai tiga

    tahun setelah awitan menstruasi, yaitu saat estrogen mencapai

    tingkat maksimal yang berlanjut sepanjang kehidupan reproduksi

    perempuan. Meningkatnya kadar hormon ini menyebabkan

    terjadinya perkembangan payudara, uterus, dan perubahan tulang

    pada kerangka tubuh; Hormon androgen adalah hormon pria yang

  • 11

    ada pada perempuan tapi dalam jumlah sedikit (Santrock, 2003;

    Wong, 2008).

    b. Perkembangan Psikologis

    Remaja merupakan masa seseorang mengalami perubahan-

    perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral

    (Kusmiran, 2012). Awal masa remaja, anak laki-laki dan

    perempuan sudah menyadari sifat-sifat yang baik dan yang buruk,

    dan mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman

    mereka. Mereka juga sadar akan peran kepribadian dalam

    hubungan-hubungan sosial dan oleh karenanya terdorong untuk

    memperbaiki kepribadian mereka dengan harapan untuk

    meningkatkan dukungan sosial. Remaja menggunakan standar

    kelompok sebagai dasar konsep mereka mengenai kepribadian

    ideal terhadap bagaimana mereka menilai kepribadian mereka

    sendiri (Hurlock, 2010).

    Kondisi-kondisi yang membentuk pola kepribadian di luar

    pengendalian para remaja banyak dipengaruhi oleh lingkungan

    sekitar mereka. Sekalipun lingkungan tidak berubah, beberapa

    kondisi yang mempengaruhi konsep diri yang buruk dengan

    sendirinya akan berubah bila nilai-nilai kelompok berubah.

    Dukungan sosial jika mempunyai nilai yang tinggi di dalam

    kehidupan remaja, maka remaja yang tidak populer atau tidak

    terkenal di masyarakat akan merasa kurang percaya diri, jika suatu

    saat keakraban kelompok sebaya mulai melemah dan popularitas

  • 12

    tidak terlampau dinilai tinggi, remaja dapat memandang diri sendiri

    dari sudut pandang yang berbeda dan dapat merasa lebih percaya

    diri (Hurlock, 2010).

    Banyak kondisi dalam kehidupan remaja yang turut

    membentuk pola kepribadian melalui pengaruhnya pada konsep

    diri. Beberapa di antaranya sama dengan kondisi pada masa kanak-

    kanak, tetapi banyak yang merupakan akibat dari perubahan-

    perubahan fisik pikologis yang terjadi selama masa remaja

    (Hurlock, 2010).

    c. Perkembangan Kognitif

    Tahap perkembangan kognitif pada remaja menurut Piaget

    (1959) adalah tahap masa formal–operasional dimana seseorang

    sudah mampu berpikir abstrak dan hipotesis. Remaja tidak lagi

    terbatas pada pengalaman nyata dan konkret sebagai landasan

    berpikirnya. Mereka mampu membayangkan situasi rekaan,

    kejadian yang semata-mata berupa kemungkinan hipotesis ataupun

    proposisi abstrak, dan mencoba mengolahnya dengan pemikiran

    logis. Pada tahap ini ia bisa memperkirakan apa yang mungkin

    terjadi. Ia bisa mengambil kesimpulan dari suatu pertanyaan yang

    abstrak (dalam Sarwono, 2005).

    Piaget (1954) menekankan bahwa remaja terdorong untuk

    memahami dunianya karena tindakannya itu merupakan

    penyesuaian diri terhadap perkembangan biologis. Remaja

    membangun dunia kognitifnya sendiri, informasi tidak hanya

  • 13

    tercurah ke dalam benak mereka dari lingkungan. Remaja

    menyesuaikan diri dengan dua cara yaitu: 1) Asimilasi terjadi

    ketika seseorang menggabungkan informasi baru ke dalam

    pengetahuan yang sudah dimilikinya; 2) Akomodasi terjadi ketika

    seseorang menyesuaikan dirinya terhadap informasi baru (dalam

    Santrock, 2003).

    d. Perkembangan Emosional

    Masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan

    yaitu suatu masa dengan ketegangan emosi meninggi sebagai

    akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningkatnya emosi pada

    remaja karena berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi

    kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang

    mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu

    (Hurlock, 2010).

    Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan.

    Namun benar juga sebagian besar remaja mengalami

    ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari

    usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial

    yang baru (Hurlock, 2010 ).

    e. Perkembangan Sosial

    Remaja mempunyai kebutuhaan yang besar untuk dapat

    masuk dalam kelompok, persahabatan, diterima, dan mendapatkan

    dukungan dari teman sebaya. Remaja berusaha mengembangkan

    hubungan baru dan penuh dengan kepercayaan diri di luar rumah

  • 14

    tetapi rentan terhadap opini dari mereka yang berusaha menyamai

    atau melebihinya (Bastable, 2002). Kusmiran (2012) mengatakan

    bahwa terjadinya tumpang tindih pola tingkah laku anak dan pola

    perilaku dewasa merupakan kondisi tersulit yang dihadapi remaja.

    Remaja diharuskan dapat menyesuaikan diri dengan peran orang

    dewasa dan melepaskan diri dari peran anak-anak. Perubahan

    perilaku sosial remaja ditunjukkan dengan:

    1) Minat dalam hubungan heteroseksual yang lebih besar

    2) Kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan perempuan dan laki-

    laki

    3) Bertambahnya wawasan sehingga remaja memiliki penilaian

    yang lebih baik serta lebih bisa mengerti orang lain. Remaja

    juga mengembangkan kemampuan sosial yang mendorongnya

    lebih percaya diri dan aktif dalam aktivitas sosial

    4) Berkurangnya prasangka dan diskriminasi. Mereka cenderung

    tidak mempersoalkan orang yang tidak cocok latar belakang

    budaya dan pribadinya.

    B. Pengetahuan

    1. Pengertian

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

    orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

    Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

    penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

  • 15

    pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Efendi,

    2009). Feiblenan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan

    “pengetahuan adalah hubungan antara objek dan subjek”. Montagu

    mengatakan “ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem

    yang berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman untuk

    menentukan hakikat dan prinsip tentang sesuatu yang sedang

    dipelajari” (dalam Zurinal, 2006). Pengetahuan menurut Notoatmodjo

    (2005) merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

    seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Jadi dapat

    disimpulkan pengetahuan adalah hasil dari pengamatan seseorang

    melalui panca inderanya terhadap suatu objek atau suatu hal yang

    dipelajari.

    Beberapa peneliti sudah melakukan penelitian mengenai tingkat

    pengetahuan dan hubungannya dengan kesehatan. Sugiarto (2012)

    melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku

    kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan

    antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan

    perilaku pencegahan keputihan pada remaja perempuan di SMA

    Negeri 1 Jatinom. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Ayuningtyas

    (2011) di SMA Negeri 4 Semarang. Hasil penelitiannya menyatakan

    bahwa ada hubungan pengetahuan dan perilaku menjaga kebersihan

    genetalia eksterna dengan kejadian keputihan pada remaja perempuan

    di SMA Negeri 4 Semarang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa

    pengetahuan remaja mengenai cara terbaik membersihkan genetalia

  • 16

    eksterna sangat kurang tetapi tidak ada hubungan antara pengetahuan

    dengan perilaku mereka menjaga kebersihan eksterna.

    2. Domain Pengetahuan

    Domain pengetahuan terbagi menjadi enam tingkatan (Sunaryo,

    2004), yaitu:

    a. Tahu (know), merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu

    artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang

    telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu

    adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan , dan

    menyatakan.

    b. Memahami (comprehension), artinya kemampuan untuk

    menjelaskan dan menginterpretasikan dengan benar tentang objek

    yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus

    dapat menjelaskan, memberi contoh, dan menyimpulkan.

    c. Penerapan (application), yaitu kemampuan untuk menggunakan

    materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau

    dapat menggunakan hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi

    nyata.

    d. Analisis (analysis), artinya adalah kemampuan uuntuk

    menguraikan objek ke dalam bagian-bagian lebih kecil, tetapi

    masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait satu

    sama lain. Ukuran kemampuan adalah dapat menggambarkan,

    membuat bagan, membedakan, dan memisahkan.

  • 17

    e. Sintesis (synthesis), yaitu suatu kemampuan untuk

    menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

    yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

    formulasi-formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah dapat

    menyusun, meringkas, merencanakan, dan menyesuaikan suatu

    teori atau rumusan yang ada.

    f. Evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan

    penilaian terhadap suatu obek. Evaluasi dapat menggunakan

    kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.

    C. Pendidikan Kesehatan

    1. Pengertian

    Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya menyebarluaskan atau

    memberikan informasi mengenai kesehatan yang bertujuan agar

    masyarakat berprilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan

    (Notoatmodjo, 2005). Soekidjo (2003) juga mengemukakan bahwa

    pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau

    usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan pada masyarakat,

    kelompok, dan individu dengan harapan adanya perubahan perilaku

    yang baik. Definisi lain dari pendidikan kesehatan menurut Suliha dkk

    (2002) adalah proses belajar dari individu, kelompok, dan masyarakat

    dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam

    bidang kesehatan agar dapat hidup secara optimal (Manurung, 2006).

    Pendidikan kesehatan dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan

  • 18

    menyebarluaskan informasi yang bertujuan untuk meningkatkan

    pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan dalam kehidupan sehari-

    hari.

    2. Tujuan

    Manurung (2006) mengungkapkan tujuan pendidikan kesehatan

    meliputi:

    a. Meningkatkan pengetahuan (kognitif)

    Tindakan yang dilakukan adalah menjelaskan, memberikan

    informasi, menyarankan, mendiskusikan masalah kesehatan.

    b. Mengubah atau memperbaiki perasaan

    Tindakan yang dapat dilakukan adalah bermain peran,

    pengalaman langsung, diskusi, memberikan contoh atau model.

    c. Meningkatkan keterampilan

    Kegiatan untuk meningkatkan keterampilan seperti

    mendemonstrasikan, bermain peran, simulasi, latihan kerja.

    3. Pendidikan Kesehatan dalam Pencegahan Penyakit

    Menurut Leavell dan Clark (2006) dalam Tim pengembang ilmu

    pendidikan FIP-UPI (2007) terdapat tiga jenis pencegahan dalam

    pelayanan kesehatan, yang terdiri dari:

    a. Pencegahan primer, diberikan pada individu atau masyarakat yang

    sehat dan bertujuan untuk mengintervensi individu atau

    masyarakat sebelum terkena penyakit, termasuk promosi

    kesehatan dan perlindungan khusus seperti imunisasi, nutrisi, dan

    gaya hidup

  • 19

    b. Pencegahan sekunder, diberikan pada individu atau masyarakat

    yang baru terkena penyakit atau terancam terhadap suatu penyakit

    dan bertujuan untuk mencegah kesakitan dan kecacatan pada

    masyarakat melalui tindakan penapisan, deteksi dini dan

    pengobatan segera saat gejala awal penyakit muncul

    c. Pencegahan tersier, diberikan pada individu atau masyarakat yang

    sedang dalam pemulihan setelah mengalami kesakitan atau dalam

    masa rehabilitasi yang bertujuan untuk membatasi keterbatasan

    dan mendukung program rehabilitasi. Pembatasan kecacatan,

    dengan melakukan pengobatan secara tuntas dan benar.

    4. Sasaran Pendidikan Kesehatan

    Menurut Notoatmodjo (2005) dalam tim pengembang ilmu

    pendidikan FIP-UPI (2007) mengatakan terdapat tiga sasaran

    pendidikan kesehatan, yaitu perorangan, kelompok dan masyarakat

    a. Pendidikan kesehatan perorangan

    Pendidikan perseorangan terutama ditujukan bagi seorang

    yang mulai tertarik kepada suaru masalah kesehatan. Ketertarikan

    ini dapat disebabkan pengalamannya dalam bersentuhan dengan

    masalah kesehatan tertentu. Pendidikan kesehatan pada

    perseorangan ini tentunya harus memperhatikan karakteristik

    individu tersebut secara keseluruhan seperti tingkat pendidikan,

    usia, sosial ekonomi, suku bangsa, agama, dan sebagainya.

  • 20

    b. Pendidikan Kesehatan kelompok

    Pendidikan kesehatan pada kelompok harus memperhatikan

    beberapa hal seperti tempat dan waktu memberikan pendidikan,

    jumlah peserta dalam kelompok, homogenitas kelompok, selain

    karakteristik khusus pada kelompok tersebut seperti usia, sosial

    ekonomi, suku bangsa, agama dan sebagainya.

    c. Pendidikan Kesehatan Massa

    Pada pendidikan massa ini biasanya tidak memperhatikan

    homogenitas kelompok massa tersebut. Biasanya tujuan

    pendidikan massa ini adalah untuk menggugah perhatian massa

    terhadap suatu masalah kesehatan yang relatif baru dan merupakan

    masalah masyarakat secara umum (Tim pengembang ilmu

    pendidikan FIP-UPI , 2007).

    5. Metode

    Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992) dalam Maulana (2009)

    menyatakan bahwa metode pendidikan kesehatan diklasifikasikan

    menjadi tiga bagian, yaitu metode pendidikan individu, kelompok, dan

    massa.

    a. Pendidikan kesehatan perseorangan

    Metode yang dapat dilakukan adalah:

    1) Bimbingan dan konseling

    Konseling kesehatan merupakan kegiatan pendidikan

    kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan,

    menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja

  • 21

    sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat

    melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan

    (Azwar, 1983 dalam Maulana, 2009).

    2) Wawancara

    Wawancara merupakan bagian dari bimbingan dan

    penyuluhan. Menggali informasi mengapa ia tidak atau

    belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah

    perilaku yang sudah atau yang akan diadobsi itu mempunyai

    dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum

    maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi (Fitriani,

    2011).

    b. Pendidikan kesehatan kelompok masyarakat

    Pendidikan kesehatan pada kelompok masyarakat terdiri dari

    kelompok besar dan kelompok kecil. Metode yang dapat digunakan

    pada kelompok besar adalah :

    1) Ceramah

    Metode ceramah adalah sebuah metode pengajaran

    dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan

    kepada sejumlah siswa, yang pada umumnya mengikuti secara

    pasif (Syah, 2000 dalam Simamora, 2009). Metode ceramah

    dapat dikatakan satu-satunya metode yang paling ekonomis

    untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam

    mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai

    dengan jangkauan daya beli serta daya paham peserta didik

  • 22

    (Simamora, 2009). Maulana (2009) mengatakan metode ini

    digunakan jika berada dalam kondisi berikut:

    a) Waktu untuk menyampaikan informasi terbatas.

    b) Orang yang mendengarkan sudah termotivasi.

    c) Pembicara menggunakan gambar dalam kata-kata.

    d) Kelompok terlalu besar untuk memakai metode lain.

    e) Ingin menambah atau menekankan apa yang sudah

    dipelajari.

    f) Mengulangi, memperkenalkan atau mengantarkan suatu

    pelajaran atau aktivitas.

    Kelebihan metode ini dapat dipakai pada orang dewasa,

    pendidik mudah menguasai kelas, menghabiskan waktu

    dengan baik, dapat dipakai pada kelompok yang besar, mudah

    dilaksanakan, dan tidak terlalu melibatkan banyak alat bantu

    (Maulana, 2009; Simamora, 2009).

    Metode ceramah adalah metode yang sangat sederhana

    yang paling banyak digunakan. Penyuluh berfungsi sebagai

    transmitter dan peserta didik sebagai receiver. Bahasa, baik

    verbal maupun nonverbal, merupakan satu-satunya media

    komunikasi. Bahan yang disampaikan dengan bahasa sebagai

    alatnya disebut message (pesan) atau ide. Komunikasi

    dikatakan baik jika pesan atau ide diterima 100% oleh

    receiver. Sebaliknya, komunikasi dikatakan buruk jika pesan

  • 23

    yang ada pada transmitter tidak diterima sesuai dengan aslinya

    oleh receiver.

    Saha (2007) dalam tim pengembang ilmu pendidikan

    FIP-UPI (2007) menyimpulkan bahwa model pendekatan

    komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

    responden. Metode ceramah, diskusi, lebih disukai oleh

    kelompok dengan latar belakang pendidikan sukup, sedangkan

    metode dengan media hiburan lebih disukai oleh kelompok

    dengan latar belakang pendidikan yang lebih rendah.

    Purwono (2011) menyatakan dalam penelitiannya bahwa

    pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah

    efektif dalam meningkatkan pengetahuan remaja perempuan

    tentang stress.

    2) Seminar

    Metode seminar hanya cocok untuk saasran kelompok

    besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah

    suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli

    tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya

    dianggap hangat di masyarakat (Fitriani, 2011).

    Metode pendidikan kesehatan pada kelompok kecil, meliputi:

    1) Diskusi kelompok (Group Discussion)

    Diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik

    dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam

    kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai

  • 24

    tujuan tertentu. Tujuan penggunaan metode ini adalah

    mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau

    mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan

    (Fitriani, 2011).

    2) Mengungkapkan pendapat (Brainstorming)

    Metode brainstorming adalah suatu bentuk diskusi dalam

    rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi,

    pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta dan semacam

    pemecahan masalah ketika setiap anggota mengusulkan

    dengan cepat semua kemungkinan pemecahan yang dipikirkan

    (Fitriani, 2011; Maulana, 2009).

    3) Bermain peran (Role Play)

    Role play adalah permainan sebuah situasi dalam hidup

    manusia dengan atau tanpa melakukan latihan sebelummnya

    (Maulana, 2009). Bermain peran pada prinsipnya merupakan

    metode untuk „menghadirkan„ peran-peran yang ada dalam

    dunia nyata ke dalam datu „pertunjukkan peran‟ di dalam kelas

    pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi

    agar peserta memberikan penilaian (Fitriani, 2011).

    4) Kelompok membicarakan desas-desus (Buzz Group)

    Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-

    kecil, kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak

    sama dengan kelompok lain, dan masing-masing kelompok

  • 25

    mendiskusikan masalah tersebut. Kemudian akan dicari

    kesimpulannya (Fitriani, 2011).

    5) Bola salju (Snow Balling)

    Metode ini dilakukan dengan cara tiap orang dibagi

    menjadi pasangan-pasangan. Kemudian dilontarkan satu

    permasalahan, setelah berdiskusi pasangan tersebut bergabung

    menjadi satu. Mereka tetap mendiskusi masalah yang sama.

    Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini

    bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian

    seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas (Fitriani,

    2011).

    6) Simulasi (Simulation)

    Metode ini adalah bentuk metode praktek yang sifatnya

    untuk mengembangkan keterampilan peserta belajar. Metode

    ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan

    atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan

    praktek di dalam situasi yang sesungguhnya (Fitriani, 2011).

    c. Pendidikan massa

    Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan

    pesan-pesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat (Maulana,

    2009). Pada umumnya bentuk pendekatan ini adalah secara tidak

    langsung. Metode yang biasa digunakan adalah dengan

    memanfaatkan media komunikasi yang bersifat massal seperti

    ceramah umum, media cetak, media elektronik, media teknologi

  • 26

    informasi seperti acara TV (Fitriani, 2011; Tim pengembang ilmu

    pendidikan FIP-UPI , 2007).

    6. Media Pendidikan Kesehatan

    Pendidikan kesehatan menurut Tim pengembang ilmu

    pendidikan FIP-UPI (2007) dan Nursalam (2008) dapat memanfaatkan

    berbagai macam media untuk menyampaikan atau membantu

    menyampaikan materi pendidikan. Media pendidikan kesehatan terdiri

    dari media cetak, media elektronik, dan media papan.

    a. Media cetak terdiri dari buku kecil, leaflet, selebaran (flyer), lembar

    balik (flip chart), poster, surat kabar (newspaper), tabloid, jurnal,

    majalah, dan foto. Buku kecil (Booklet) adalah media berbentuk

    buku kecil yang berisi tulisan atau gambar atau kedua-duanya yang

    dapat diberikan pada masyarakat yang dapat membaca. Leaflet

    adalah selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu

    masalah khusus untk sasaran yang dapat membaca. Leaflet terdiri

    dari 200-400 kata dan kadang-kadang kata berseling dengan

    gambar. Leaflet berukuran 20x30 cm dan biasanya disajikan dalam

    ukuran berlipat. Biasanya leaflet diberikan kepada sasaran selesai

    kuliah/ceramah, agar dapat dipergunakan sebagai pengingat pesan

    atau dapat juga dibagikan sewaktu ceramah untuk memperkuat

    pesan yang sedang disampaikan.

    Selebaran (flyer) berbentuk seperti leaflet, tetapi tidak berlipat.,

    biasanya disebarkan melalui udara. Lembar balik (flip chart) adalah

    alat peraga yang menyerupai kalender balik bergambar. Poster

  • 27

    adalah pesan singkat dalam bentuk gambar. Kata-kata dalam poster

    tidak lebih dari tujuh kata dan hurufnya dapat dibaca oleh orang

    yang lewat dari jarak enam meter.

    b. Media elektronik berupa televisi, radio, video, filmstrip, dan slide

    (power point). Televisi adalah media yang dapat menampilkan

    pesan secara audiovisual dan gerak. Radio merupakan media audio

    yang menyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran

    gelombang elektromagnetik dari suatu pamancar. Filmstrip adalah

    media visual proyeksi diam, yang pada dasarnya hampir sama

    dengan media slide. Film strip ini terdiri atas beberapa film yang

    merupakan satu kesatuan (Hassan, 2010).

    Slide (power point), merupakan salah satu media untuk

    menyampaikan presentasi. Power point dapat merupakan bagian

    dari keseluruhan presentasi maupun manjadi satu-satunya sarana

    penyampaian informasi. Power point sebagai pendukung

    presentasi, misalnya adalah power point sebagai alat bantu visual

    dalam presentasi oral. Power point dapat pula menjadi media utama

    penyampaian presentasi. (Isroi, 2005),

    c. Media papan (billboard) : berbentuk papan besar berukuran 2x2 m

    yang berisi tulisan dan/gambar yang ditempkan di pinggir jalan

    besar yang dapat dibaca atau dilihat oleh pemakai jalan.

    7. Tahap pelaksanaan pendidikan kesehatan

    Manurung (2006) mengungkapkan ada beberapa langkah yang

    harus diperhatikan dalam melakukan pendidikan kesehatan yaitu:

  • 28

    1. Identifikasi karakteristik peserta didik yang terdiri dari usia, jenis

    kelamin, pendidikan, pengalaman dan pengetahuan tentang

    kesehatan, bahasa dan budaya, masalah kesehatan, dan tingkat

    kemampuan untuk menerima. Hal ini berguna untuk menentukan

    metode dan media pendidikan kesehatan yang akan diberikan

    (Nursalam, 2008).

    2. Identifikasi kebutuhan dan masalah peserta didik, hal ini

    dibutuhkan untuk menentukan materi pendidikan kesehatan yang

    sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

    3. Menentukan tujuan dari pendidikan kesehatan. Tujuan terdiri dari

    tujuan umum dan tujuan khusus, hal ini diperlukan agar

    pendidikan kesehatan berjalan sesuai dengan tujuan dan dapat

    menjadi bahan evaluasi untuk menilai tingkat keberhasilan

    pendidikan kesehatan yang diberikan.

    4. Identifikasi sumber-sumber dalam pelaksanaan seperti

    kemampuan pemberi materi, materi yang diberikan, sarana dan

    prasarana yang dimiliki untuk menunjang pelaksanaan pendidikan

    kesehatan.

    5. Membuat perencanaan isi, metode, dan teknik pendidikan

    kesehatan agar dapat tercapai tujuan umum dan tujuan khusus

    yang sudah direncanakan. Hal ini harus disesuaikan dengan tujuan

    yang diharapkan, sumber yang tersedia, dan kebutuhan klien

    6. Membuat rencana metode evaluasi yang sesuai untuk dapat

    menilai tingkat keberhasilan pendidikan kesehatan

  • 29

    7. Melaksanakan pendidikan kesehatan sesuai dengan yang sudah

    direncanakan.

    8. Evaluasi proses dan hasil dari pendidikan kesehatan yang sudah

    dilaksanakan.

    D. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)

    Rosentock (1960) mengatakan Health Belief Model (HBM)

    dikembangkan sejak tahun 1950 oleh kelompok ahli psikologi sosial

    dalam pelayanan kesehatan masyarakat Amerika yang mencoba

    menjelaskan sebab kegagalan sekelompok individu dalam menjalani

    program pencegahan penyakit (dalam Anies, 2006). Glanz dkk (1997)

    mengungkapkan bahwa pada tahun 1970, pendidikan kesehatan

    mencurahkan seluruh perhatian terhadap isu HBM dan perilaku kesehtan

    individu (dalam Maulana, 2009). Model ini merupakan salah satu model

    pertama yang dirancang untuk mendorong penduduk melakukan tindakan

    ke arah kesehatan yang positif. Model ini digunakan sebagai upaya

    menjelaskan secara luas kegagalan partisipasi masyarakat dalam program

    pencegahan atau deteksi penyakit. Health Belief Model sebagai suatu

    pendekatan pendidikan kesehatan yang di dasarkan pada kepercayaan atau

    persepsi yang dimiliki seseorang berkaitan dengan kerentanannya terhadap

    penyakit dan merupakan model kognitif, yang digunakan untuk

    meramalkan perilaku peningkatan kesehatan (Bensley, 2008; Maulana,

    2009). Model ini juga merupakan model yang sering digunakan untuk

    menjelaskan perilaku pencegahan penyakit (Anies, 2006).

  • 30

    Berdasarkan Health Belief Model, kemungkinan seseorang

    melakukan tindakan pencegahan dipengaruhi secara langsung dari hasil

    dua keyakinan atau penilaian kesehatan (health belief) (Maulana, 2009),

    antara lain sebagai berikut:

    1. Ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka, hal ini mengacu pada

    sejauh mana seseorang berpikir bahwa penyakit atau kesakitan betul-

    betul merupakan ancaman bagi dirinya. Jika ancaman meningkat,

    perilaku pencegahan juga akan meningkat. Penilaian tentang ancaman

    yang dirasakan didasarkan pada hal-hal berikut:

    a) Ketidakkebalan yang dirasakan. Individu mungkin dapat

    menciptakan masalah kesehatannya sendiri sesuai dengan kondisi.

    b) Keseriusan yang dirasakan. Individu mengevaluasi keseriusan

    penyakit jika penyakit tersebut muncul akibat ulah individu tersebut

    atau penyakit dibiarkan tidak ditangani.

    2. Keuntungan dan kerugian, pertimbangan antara keuntungan dan

    kerugian perilaku untuk memutuskan melakukan tindakan pencegahan

    atau tidak.

    Petunjuk berperilaku juga diduga tepat untuk memulai proses

    perilaku, yang disebut sebagai keyakinan terhadap posisi yang menonjol.

    Hal ini berupa berbagai informasi dari luar atau nasihat mengenai

    permasalahan kesehatan (misalnya media massa, kampanye, nasihat orang

    lain, penyakit dari anggota keluarga yang lain atau teman).

    Kebutuhan yang dirasakan untuk melakukan tindakan dipengaruhi

    oleh variabel-variabel yang mempengaruhi persepsi seseorang dan

  • 31

    akibatnya secara tidak langsung mempengaruhi perilaku kesehatannya.

    Faktor pemodifikasi tersebut mencakup tingkat pendidikan yang dimiliki,

    perbedaan kebudayaan, usia, pengalaman pribadi, jenis kelamin, dan status

    ekonomi, dan dapat mempengaruhi persepsi kerentanan, keparahan risiko,

    manfaat, dan kendala (Bensley, 2008).

    Ancaman, keseriusan, ketidakkebalan, pertimbangan keuntungan,

    dan kerugian dipengaruhi oleh 1) variabel demografi seperti umur, jenis

    kelamin, dan latar belakang budaya; 2) variabel sosiopsikologis seperti

    kepribadian, kelas sosial, dan tekanan sosial; 3) variabel struktural seperti

    pengetahuan, dan pengalaman sebelumnya. Penilaian terhadap masalah

    kesehatan terdahulu merupakan petunjuk untuk berprilaku diduga tepat

    untuk memulai proses perilaku, disebut sebagai keyakinan terhadap posisi

    yang menonjol. Hal ini dapat berupa bermacam-macam informasi dari luar

    atau nasihat mengenai permasalahan kesehatan, misalnya media,

    kampanye, nasihat orang lain, dan penyakit anggota keluarga lain atau

    teman (Maulana, 2009).

    E. Keputihan

    1. Pengertian

    Perempuan mempunyai sistem pertahanan organ reproduksi yang

    cukup baik, mulai dari sistem asam basanya sampai dengan sistem

    pertahanan eksternal, namun sistem pertahanan ini tidak sepenuhnya

    dapat melindungi alat reproduksi wanita. Organ reproduksi perempuan

    yang berhubungan langsung dengan dunia luar melalui vagina

  • 32

    memudahkan terjadinya infeksi organ reproduksi terutama melalui

    hubungan seksual. Agen penyakit dari luar sepert virus, jamur, bakteri

    dan protozoa dapat menginfeksi alat reproduksi perempuan dan

    menyebabkan berbagai macam penyakit infeksi dengan bermacam

    keluhan. Salah satu keluhan klinis dari infeksi atau keadaan abnormal

    organ reproduksi adalah “keputihan” dengan berbagai macam ciri khas

    sesuai dengan penyebab penyakit ( Manuaba dkk, 2009).

    Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina

    di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal

    setempat. Keputihan dapat bersifat normal (fisiologis) dan abnormal

    (patologis) (Kusmiran, 2012; Manuaba dkk, 2009).

    2. Klasifikasi

    Keputihan terdiri dari keputihan normal dan abnormal (Kusmiran,

    2012; Manuaba dkk, 2009):

    a. Keputihan normal

    Keputihan yang bersifat fisiologis dipengaruhi oleh hormon

    tertentu. Cairannya berwarna putih, tidak berbau, dan jika

    dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan ada

    kelainan. Keputihan ini dapat terjadi ketika menjelang menstruasi

    atau setelah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16

    menstruasi, juga dapat terjadi melalui rangsangan seksual.

    b. Keputihan abnormal

    Keputihan abnormal dapat terjadi pada penyakit infeksi alat

    reproduksi. Keputihan abnormal merupakan gejala dari suatu

  • 33

    penyakit oleh karena itu perlu diketahui karakteristik keputihan

    yang keluar dan hasil dari pemeriksaan laboratorium untuk dapat

    menegakkan diagnosa penyakit yang menyebabkan keputihan.

    3. Penyebab

    Keputihan normal menurut Kasdu (2005) dan Jatmiko (20120

    dapat disebabkan oleh beberapa faktor fisiologis dan psikologis

    seperti:

    a. faktor hormonal, dapat terjadi sebelum atau sesudah menstruasi,

    rangsangan seksual dan penggunaan kontrasepsi seperti pil.

    b. kelelahan fisik dan jiwa seperti stres dapat mencetus terjadinya

    keputihan normal.

    c. adanya benda asing seperti penggunaan kontrasepsi IUD dan benda

    asing lainnya.

    d. Memakai pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis

    Keputihan abnormal menjadi salah satu tanda atau gejala adanya

    kelainan pada organ reproduksi wanita. Tidak semua infeksi pada

    saluran reproduksi wanita memberikan gejala keputihan (Kasdu,

    2005). Beberapa penyebab keputihan menurut Kasdu (2005), Williams

    dkk (2008), dan Tim Cancer Helps (2010), yaitu:

    a. Non Penyakit Hubungan Seksual (non-PHS)

    Bagian luar alat reproduksi wanita merupakan tempat yang

    rawan. Jika dibanding dengan bagian tubuh lainnya. Perawatan

    bagian ini sering terabaikan, jika tidak dibersihkan secara sempurna

    pada anus selalu ditemukan bakteri, jamur, dan parasit yang bisa

  • 34

    menjalar ke organ reproduksi. Hal ini dapat menyebabkan

    terjadinya infeksi gejala keputihan. ada beberapa infeksi non-PHS

    yang sering di alami wanita, yaitu : 1) Vaginitis, penyebabnya

    adalah bakteri Gardnerella, 2) Kandidiasis vaginitis, penyebabnya

    adalah jamur Candida albican, 3)Trikomonisis, berasal dari parasit

    Trichomonas Vaginalis, 4) Keganasan organ reproduksi,

    Keganasan yang terjadi pada organ reproduksi seperti kanker servis

    dapat menimbulkan gejala keputihan.

    b. Penyakit Hubungan Seksual (PHS)

    Adanya pelecetan dan kontak mukosa vagina dengan air mani

    merupakan pintu masuk mikroorganisme penyebab infeksi PHS.

    Penyakit yang tergolong PHS adalah sifilis, gonore yang

    disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae, ulkus mola,

    limfogranuloma venereum, granuloma inguinale (Manuaba, 2009).

    Menurut Jatmiko (2012) penyebab keputihan abnormal

    didapatkan dari beberapa perilaku yang tidak sehat seperti: a) sering

    menggunakan WC yang kotor, b) sering bertukar celana dalam dan

    handuk dengan orang lain, c) membilas vagina dari arah yanng salah,

    yaitu dari belakang ke depan, d) kurang menjaga kebersihan vagina, e)

    tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi, f) sering berganti

    pasangan dalam berhubungan seksual.

    4. Tanda dan gejala

    Kasdu (2005) dan Williams dkk (2008) membagi tanda dan gejala

    keputihan berdasarkan penyebab, yaitu:

  • 35

    a. Keputihan yang normal memiliki ciri-ciri keputihan berwarna

    putih, bening, encer, tidak berbau dan tidak gatal.

    b. Bakterial vaginosis, karakteristik keputihan bersifat encer, abu-abu,

    kuning kehijauan, atau putih, berbusa dan berbau busuk, gatal dan

    terasa tidak nyaman.

    c. Candida albican, keputihan berwarna putih susu, bergumpal

    seperti susu basi disertai rasa gatal dan kemerahan di sekitar

    vagina.

    d. Trichomonas vaginalis, ciri-ciri keputihan berwarna hijau

    kekuningan-kuningan, berbau dan berbusa, kecoklatan. Biasanya

    gatal-gatal di bagian labia mayora.

    e. Keganasan organ reproduksi, keputihan lendir kental, berwarna

    kuning atau kecoklatan, berbau atau bercampur darah (Tim Cancer

    Helps, 2010; Nurwijaya dkk, 2010).

    5. Penyakit yang menyebabkan keputihan

    Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan keputihan

    (Williams. 2010; Tim Cancer Helps, 2010) diantaranya:

    a. Bakterial Vaginosis

    Bakterial vaginosis adalah peradangan vagina yang disebabkan

    oleh bakteri Gardnerella, yang normalnya ditemukan dalam vagina

    dan menyebabkan gejala bila pertumbuhan bakteri ini berlebihan.

    Gejala utama tampak berupa keputihan berwarna kuning atau abu-

    abu krem dan berbau amis. Mukosa vagina dapat terlihat normal,

    biasanya tidak disertai nyeri, terbakar atau gatal (Morgan, 2009).

  • 36

    b. Kandidiasis vaginitis

    Kandidiasis vaginitis adalah infeksi yang disebabkan oleh

    jamur Candida albicans. Keputihan berwarna putih susu, kental,

    berbau agak keras, disertai rasa gatal. Mulut vagina menjadi

    kemerahan dan meradang. Biasanya kehamilan, penyakit kencing

    manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi

    pemicu. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat

    Candida karena saat persalinan tanpa sengaja menelan cairan ibunya

    yang menderita penyakit tersebut (Djuanda, 2007; Manuaba, 2009).

    c. Trikomoniasis

    Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital yang

    disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, dapat bersifat akut ataupun

    kronik ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, atau

    bibir kloset. Ciri-ciri keputihan sangat kental, berbuih, berwarna

    kuning atau kehijauan dengan bau anyir. Keputihan karena parasit

    tidak menyebabkan gatal, tapi liang vagina nyeri bila ditekan.

    Penularan Trikomoniasis umumnya melalui hubungan seksual, tetapi

    dapat juga melaui pakaian, handuk, atau karena berenang. Gejala

    klinis pada kasus akut terlihat sekret vagina seropulen berwarna

    kekuning-kuningan, kuning-hijau, berbau tidak enak, dan berbusa.

    Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab. Bila sekret bnyak

    keluar dapat timbul iritasi pad lipat paha atau disekitar genetalia

    eksterna. Pada kasus kronik biasnya sekret tidak berbusa (Djuanda,

    2007).

  • 37

    d. Kanker serviks

    Kanker serviks adalah keganasan yang bermula pada sel-sel

    serviks. disebabkan oleh virus HPV yang menyerang selaput di

    dalam mulut dan kerongkongan serviks dan anus. Terjadinya kanker

    serviks sangat perlahan. Pertama, beberapa sel normal berubah

    menjadi sel-sel prakanker, kemudian berubah menjadi sel kanker.

    Kanker serviks pada stadium awal tidak menimbulkan gejala.

    Gejalanya baru muncul saat kanker serviks suudah menginvasi

    jaringan di sekitarnya. Salah satu gejala yang muncul adalah

    keputihan yang abnormal dengan ciri-ciri berwarna kuning atau

    kecoklatan, berlendir dan kental, berbau busuk, gatal, dan kadang-

    kadang bercampur darah. Pengobatan yang dapat dilakukan adalah

    operasi, kemoterapi, dan radioterapi (Tim CancerHelps, 2010;

    Nurwijaya dkk, 2010).

    6. Penanganan

    Keputihan normal tidak perlu diobati dengan obat-obatan tetapi

    dirawat dengan menjaga kebersihan dan mencegah kelembaban yang

    berlebihan pada daerah vagina dengan menggunakan tissu dan sering

    mengganti pakaian dalam. Keputihan abnormal diobati dengan

    meminum obat dari dokter untuk membersihkan vagina dari agen

    penyebab keputihan dan menjaga kelembaban daerah vagina (Kasdu,

    2005). Keputihan yang disebabkan oleh trikomoniasis dapat diobati

    dengan metronidazol, sedangkan keputihan yang disebabkan oleh

    kandidiasis dapat diobati dengan Mycostatin (Manuaba dkk, 2009).

  • 38

    Pengobatan keputihan dapat juga menggunakan cara tradisional yaitu

    dengan menggunakan bahan alami seperti daun sirih. Daun sirih

    terkenal ampuh sebagai antibiotik sehingga membersihkan daerah

    vagina dengan air sirih akan membantu menghilangkan kuman dan

    jamur yang menimbulkan rasa gatal (Shanti, 2012).

    7. Pencegahan

    Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah keputihan

    menurut Saraswati (2010), Jatmiko (2012) dan Herawati (2013) adalah

    sebagai berikut:

    a. Basuh dengan air bersih dari arah depan ke belakang (dari arah

    vagina ke anus) untuk menghindari masuknya kuman dan jamur

    dari daerah anus kedalam vagina

    b. Hindari penggunaan bilasan vagina dengan menggunakan sabun

    pembersih agar keseimbangan asam vagina tetap seimbang.

    c. Gunakan air yang berasal dari kran jika berada di toilet umum.

    Hindari penggunaan air yang berasal dari tempat penampungan

    karena menurut penelitian air yang ditampung di toilet umum dapat

    mengandung bakteri dan jamur.

    d. Sediakan selalu tisu untuk mengeringkan bagian luar vagina setelah

    buang air kecil atau besar.

    e. Ganti pembalut 1-2 jam sekali jika sedang banyak-banyaknya.

    Setelah masa-masa ini lewat, ganti pembalut 3-4 jam sekali.

  • 39

    f. Ganti pembalut segera jika terasa ada gumpalan darah di atas

    pembalut yang sedang dipakai, agar terhindar dari bakteri dan

    jamur.

    g. Gunakan celana dalam yang berdasarkan katun. Katun merupakan

    jenis kain yang dapat mengalirkan udara sehingga dapat mencegah

    daerah vagina dari kelembaban.

    h. Menjaga kebersihan organ reproduksi dengan cara tradisional

    dengan menggunakan daun sirih yang direbus kemudian airnya

    digunakan untuk membersihkan vagina.

    i. Menghindari stress dan kelelahan fisik serta tidak menggunakan

    celana ketat yang terbuat dari bahan sintetis.

  • 40

    F. Kerangka Teori

    Bagan 2.1 Kerangka Teori dimodifikasi dari Notoatmodjo (1993) (dalam

    Maulana, 2009) dan Health Belief Model yang dimodifikasi dari teori Health

    Belief Model Rosenstock 1974. Glanz dkk (1998) ( dalam Maulana, 2009).

    Pendidikan Kesehatan

    Metode

    - Konseling - Wawancara - Ceramah - Seminar - Diskusi kelompok - Bermain peran - Mengungkapkan pendapat - Simulasi - dll

    Media

    - Leaflet - Booklet - Poster - Video - Power Point - dll -

    1. Faktor

    demografi

    (umur, jenis

    kelamin)

    2. Sosiopsikologis

    (personality,

    kelas sosial)

    Persepsi individu

    Kelemahan

    terhadap penyakit

    yang dirasakan

    Keseriusan

    terhadap penyakit

    yang dirasakan

    Pengetahuan tentang

    pencegahan

    keputihan

    Remaja

  • 41

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

    A. Kerangka Konsep

    Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu

    terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi, 2007).

    Kerangka konsep harus didukung landasan teori yang kuat serta ditunjang oleh

    infomasi yang bersumber pada berbagai laporan ilmuah, hasil penelitian, jurnal

    penelitian, dan lain-lain (Hidayat, 2008).

    Berdasarkan kerangka teori, pendidikan kesehatan diharapkan dapat

    menambah pengetahuan remaja perempuan mengenai pencegahan keputihan

    sehingga dapat menjadi pertimbangan mereka dalam mengambil tindakan

    pencegahan. Kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut:

    Bagan 3.1 Kerangka konsep penelitian

    Kerangka konsep diatas terdiri dari input, proses dan output.

    Pengetahuan remaja perempuan mengenai pencegahan keputihan menjadi

    input, pendidikan kesehatan merupakan suatu proses untuk menciptakan

    output yaitu peningkatan pengetahuan remaja perempuan mengenai

    pencegahan keputihan.

    Proses

    Pendidikan

    kesehatan

    Output

    Peningkatan

    Pengetahuan remaja

    perempuan mengenai

    pencegahan keputihan

    Input

    Pengetahuan remaja

    perempuan mengenai

    pencegahan keputihan

  • 42

    B. Definisi Operasional

    Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan

    bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suartu variabel,

    sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan

    membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Definisi

    operasional merupakan penjelasan semua variabel danistilah yang akan

    digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

    mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2007).

    Tabel. 3.1 Definisi Operasional

    N

    o

    Variabel Definisi Cara

    pengukuran

    Alat ukur Hasil ukur Skala

    1 Pengetahuan

    tentang

    pencegahan

    keputihan

    Hasil dari tahu

    terhadap

    informasi yang

    didapatkan

    mengenai:

    Definisi keputihan

    Penyebab keputihan

    Tanda dan gejala

    keputihan

    Penanganan keputihan

    Pencegahan keputihan

    -

    Responden

    akan

    diberikan

    pertanyaan

    melalui

    kuesioner

    mengenai

    pencegahan

    keputihan

    Kuesioner Jika benar

    bernilai 1

    jika salah

    bernilai 0.

    Point

    minimal =

    0

    Point

    maksimal

    = 25

    Interval

    2 Pendidikan

    kesehatan

    Penyampaian

    materi tentang

    kesehatan

    reproduksi

    remaja dengan

    tema

    pencegahan

    keputihan

    dengan

    - - - -

  • 43

    menggunakan

    media power

    point dan

    leaflet dengan

    metode

    ceramah dan

    tanya jawab

    C. Hipotesis

    Hipotesis adalah suatu kesimpulan sementara yang diambil dari suatu

    data penelitian yang kebenarannya masih harus dibuktikan. Hipotesis

    dinyatakan dalam bentuk pernyataan (Kurniawan, 2009). Hipotesis pada

    penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat pengetahuan remaja putri di

    SMK YMJ Ciputat tentang pencegahan keputihan sebelum dan sesudah

    diberikan pendidikan kesehatan.

  • 44

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Desain penelitian`

    Penelitian ini menggunakan jenis pra-eksperimental dengan desain

    penelitian one group before after atau pre-test dan post-test group design.

    Dalam rancangan ini digunakan satu kelompok subjek. Pertama-tama

    dilakukan pengukuran dengan membagikan kuesioner, lalu dikenakan

    perlakuan yaitu berupa pemberian materi pendidikan kesehatan, kemudian

    kuesioner akan dibagikan kembali pada kelompok responden yang sama

    (Nursalam, 2008).

    O1---------------------------X---------------------------O2

    Keterangan:

    O1: mengukur tingkat pengetahuan responden dengan mengisi kuesioner

    X : memberikan perlakuan berupa pendidikan kesehatan

    O2: mengukur tingkat pengetahuan responden setelah diberi tindakan

    dengan mengisi kembali kuesioner.

    B. Lokasi dan waktu penelitian

    Penelitian ini dilakukan di SMK YMJ Ciputat tanggal 1 Juni 2013.

    Alasan penelitian dilakukan di SMK YMJ Ciputat adalah berdasarkan hasil

    studi pendahuluan yang didapatkan data bahwa 10 dari 10 orang siswi di SMK

    YMJ Ciputat pernah mengalami keputihan.

    Pretest Tindakan Posttest

  • 45

    C. Populasi dan sampel

    1. Populasi

    Populasi dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin

    diketahui oleh peniliti. Populasi dirumuskan sebagai populasi finite

    (terbatas) dan infinite (tidak terbatas) (Danim, 2003; Wasis, 2008).

    Populasi pada penelitian ini bersifat finite atau terbatas yaitu remaja

    perempuan kelas X dan XI di SMK YMJ Ciputat.

    2. Sampel

    Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan

    menggunakan cara-cara tertentu (Wasis, 2008). Sampel penelitian yang

    diambil adalah siswi-siswi SMK YMJ Ciputat sebanyak 26 orang.

    D. Teknik pengambilan sampel

    Teknik pengambilam sampel yang digunakan adalah total sampling

    dengan jumlah responden 80 orang yang terdiri dari kelas X dan XI.Saat

    dilakukan penelitian siswi yang hadir berjumlah 34 orang, hal ini dikarenakan

    banyaknya siswi yang tidak datang ke sekolah dengan alasan mempersiapkan

    study tour. Responden yang dapat diambil sebagai sample berjumlah 26 orang

    karena ada beberapa responden yang tidak lengkap mengisi kuesioner sehingga

    harus di diskualifikasi.

    E. Instrumen penelitian

    Jenis Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah

    daftar pertanyaan yang telah disusun untuk memperoleh data sesuai yang

  • 46

    diinginkan. Jenis kuesioner yang akan digunakan adalah kuesioner tertutup

    atau berstruktur dimana kuesioner tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga

    responden hanya tinggal memilih atau menjawab pada jawaban yang sudah ada

    (Hidayat, 2008; Nursalam, 2008; Wasis, 2008). Kuesioner akan menggunakan

    skala guttman yaitu dengan interpretasi penilaian, apabila jawaban benar

    nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2008). Kuesioner terdiri dari

    data umum dan pengetahuan tentang pencegahan keputihan.

    Tabel 4.1 Uraian Kuesioner Penelitian

    Variabel Parameter Jumlah

    pertanyaan

    No Pertanyaan

    Data Umum

    (Kuesioner A) Umur, kelas,

    pengetahuan,

    5 1, 2, 3, 4, dan 5

    Pengetahuan

    tentang

    pencegahan

    keputihan

    (Kuesioner B)

    Definisi

    Klasifikasi

    Tanda dan gejala

    Penyebab

    Penanganan

    Pencegahan

    3

    2

    3

    6

    2

    14

    1, 2, 3

    4, 5

    6, 7, 8

    9, 10, 11, 12, 13,

    14

    14, 15

    16, 17, 18, 19, 20,

    21, 22, 23, 24, 25,

    26, 27, 28, 29, 30

    F. Uji Validitas dan Reabilitas

    Validitas dan reabilitas adalah istilah yang digunakan untuk persyaratan

    suatu alat ukur penelitian atau instrumen penelitian. Validitas berasal dari kata

    validity yang memiliki arti ketepatan dan kecermatan (Machfoedz, 2008).

    Validitas instrumen didefinisikan sejauh mana instrumen itu mengukur apa

    yang dimaksudkan untuk diukur (Suryabrata, 2010). Alat ukur itu dikatakan

    valid bila alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang hendak diukur

    (Machfoedz, 2008). Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product

  • 47

    Moment, setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan kemudian dilihat

    penafsiran dari indeks korelasinya (Hidayat, 2008).

    Rumus Pearson Product Moment:

    rhitung = ( ) ( ) ( )

    √[ ( ] [ ( ) ]

    Keterangan:

    rhitung = koefesien korelasi

    ∑Xi = jumlah skor item

    ∑Yi = jumlah skor total (item)

    n = jumlah responden

    Rumus uji t:

    thitung = √(

    √( )

    Keterangan:

    t = nilai thitung

    r = koefisien korelasi hasil rhitung

    n = jumlah responden

    Untuk tabel tα = 0,05 derajat kebebasan (dk = n-2). Jika nilai t hitung > t

    tabel valid demikian sebaliknya, jika nilai t hitungnya < t tabel tidak valid.

    Reabilitas artinya keajegan, maksudnya berkali-kali untuk mengukur

    hasilnya ajeg (tetap) atau paling sedikit berbeda amat sedikit (Machfoedz,

    2008). Reabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil perekaman data

    kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang sama

    dalam waktu berlainan atau kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau

    kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang

  • 48

    berlainan (Suryabrata, 2010). Bila berkali-kali untuk mengukur bedanya

    banyak, maka alat ukur tersebut tidak reliabel (Machfoedz, 2008). Dalam

    mengukur reabilitas dapat menggunakan rumus Spearman Brown. Metode ini

    dilakukan dengan jalan memilih satu instrumen kedalam dua bagian yang sama

    banyaknya, bagian yang pertama muat skor dari unsur-unsur pokok bernomor

    ganjil dan bagian kedua memuat skor dari unsur-unsur pokok yang bernomor

    genap (Hidayat, 2008; Setiadi, 2007).

    Rumus Spearmen Brown:

    r11=

    Keterangan :

    r11= koefisien reliabilitas internal seluruh item

    rb= nilai r Pearson dari pokok genap dengan pokok ganjil

    Apabila r11> r tabel berarti reliabel dan apabila r11 < r tabel tidak reliabel.

    Uji validitas dan reabilitas telah dilakukan pada tanggal 29 Maret 2013 di

    sekolah Triguna Utama dengan responden 30 orang. Hasil uji validitas kuesiner

    hanya menunjukkan 2 pertanyaan yang valid dan nilai reabilitas 0,58

    sedangkan nilai koefisien reabilitas yang baik diatas 0,7. namun, karena semua

    item pertanyaan dibutuhkan untuk menilai tingkat pengetahuan remaja

    perempuan, maka item tersebut tidak dihapuskan, melainkan kalimat

    pertanyaannya diperbaiki menjadi kalimat yang mudah dimengerti.

    G. Tahapan pengambilan data

    Beberapa tahapan yang dilakukan dalam pengambilan data:

    1. Peneliti memilih subjek yang akan dijadikan responden dalam penelitian

  • 49

    2. Peneliti membuat surat perizinan penelitian untuk pihak sekolah dari

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta

    3. Peneliti mendatangi pihak sekolah untuk meminta izin penelitian dan

    membuat kontrak waktu penelitian

    4. Peneliti mempersiapkan peralatan untuk pelaksanaan penelitian

    5. Peneliti mendatangi pihak sekolah pada hari yang telah dijanjikan, dan

    meminta dipersiapkan calon responden

    6. Pihak sekolah mengumpulkan calon responden dalam suatu ruangan

    7. Peneliti menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan pada calon

    responden

    8. Peneliti dengan bantuan fasilitator membagikan kuesioner pada responden

    sebelum pemberian pendidikan kesehatan untuk melihat pengetahuan

    mereka mengenai pencegahan keputihan, kuesioner diisi selama 10-15

    menit

    9. Peneliti memberikan materi pendidikan kesehatan mengenai pencegahan

    keputihan dengan dibantu oleh observer dan fasilitator. Materi yang akan

    diberikan terdiri dari definisi keputihan, penyebab keputihan, tanda dan

    gejala keputihan, penanganan keputihan dan pencegahan keputihan.

    Media yang akan digunakan adalah power point dengan bantuan LCD dan

    leaflet, menggunakan metode penyampaian ceramah dan tanya jawab

    selama 20-30 menit.

    10. Peneliti kembali memberikan kuesioner kepada responden setelah

    diberikan pendidikan kesehatan, pengisian kuesioner dilakukan selama 10-

    15 menit.

  • 50

    11. Peneliti mengumpulkan data dari hasil kuesioner

    12. Peneliti berpamitan dengan responden dan pihak sekolah

    13. Peneliti melakukan analisa data

    H. Pengolahan data

    Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

    memperoleh