Efek Hepatoprotektif Ekstrak Daun Sambiloto Terhadap Kadar SGPT Tikus Putih Jantan Yang Diinduksi...
-
Upload
diah-kusuma-wardani -
Category
Documents
-
view
278 -
download
0
description
Transcript of Efek Hepatoprotektif Ekstrak Daun Sambiloto Terhadap Kadar SGPT Tikus Putih Jantan Yang Diinduksi...
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
1.1. Kerangka Konseptual
Pada metabolisme parasetamol, oksidasi parasetamol oleh enzim
sitokrom P450 akan menghasilkan N-Acetyl-p-benzoquinon-imina
(NAPQI) yang merupakan senyawa antara yang sangat reaktif. Pada
pemberian parasetamol dosis terapi NAPQI akan didetoksifikasi secara
efisien melalui konjugasi dengan glutation membentuk APAP-GSSG.
Pemberian parasetamol dosis tinggi, akan meningkatkan
pembentukan NAPQI. Terbentuknya NAPQI dalam jumlah yang besar
akan menyebabkan deplesi glutation hepatoselular secara relatif, karena
persediaan glutation tidak cukup untuk mengkonjugasi semua NAPQI
yang terbentuk. Sebagai akibatnya metabolit reaktif yang bebas akan
berikatan dan merusak molekul target, baik melalui ikatan kovalen
maupun melalui ikatan non kovalen. Keadaan ini akan menimbulkan
stress oksidatif (nekrosis sel hati) yang ditandai dengan peningkatan
aktivitas plasma enzim hepatik SGPT.
Pemberian ekstrak daun sambioto yang memiliki efek antioksidan
kuat diharapkan akan meningkatkan aktivitas antioksidan pada sel hati.
Peningkatan antioksidan tersebut akan meredam dampak negatif
senyawa oksigen reaktif pada hati, sehingga diharapkan kerusakan
jaringan hati akan berkurang. Penurunan kerusakan jaringan hati dapat
diamati sebagai penurunan aktivitas plasma enzim SGPT.
Gambar 3.1. Kerangka konseptual
3.2. Hipotesis Penelitian
Pemberian ekstrak daun sambiloto dapat menurunkan kadar SGPT
dalam darah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang diinduksi
parasetamol dosis tinggi, tunggal.
Parasetamol
NAPQI
APAP-GSSG
Peningkatan H2O2
Stres Oksidatif
SGPT
Deplesi
GLutation
Seimbang
Sitokrom P-450
Ekstrak Daun Sambiloto
(Andrographis Paniculata)
Glutation
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni
laboratories yang dilakukan dalam laboratorium dimana baik sampel
(hewan coba) maupun perlakuan lebih terkendali, terukur dan pengaruh
perlakuan dapat lebih dipercaya. Rancangan penelitian ini tergolong jenis
penelitian Randomized, the post only control group design. Secara
skematis rancangan penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 4.1 Skema rancangan penelitian
Keterangan:
S : Sampel
R : Randomisasi
Aq : Aquades
Es : Ekstrak daun sambiloto
CMC-Na : Na-Carboxyl Methyl Cellullose 0,5%
APAP : Parasetamol
K- : Kelompok kontol negatif diberi aqua personde selama 10
hari dan CMC 0,5% pada hari ke-8
K+ : Kelompok kontrol positif diberi aqua personde selama 10
hari dan parasetamol 1200 mg/kg BB pada hari ke-8
P : Kelompok perlakuan diberikan ekstrak daun sambiloto 400
mg/kg BB/hari selama 10 hari dan pada hari ke 8 diberikan
parasetamol 1200 mg/kg BB
O- : Kadar SGPT kelompok kontrol negatif pada hari ke-10
O+ : Kadar SGPT kelompok kontrol positif pada hari ke-10
O : Kadar SGPT kelompok perlakuan P pada hari ke-10
4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan
Sampel
4.2.1 Populasi
Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih
jantan jenis Wistar (Rattus norvegicus) dewasa.
4.2.2 Sampel
Sampel yang digunakan yaitu tikus jantan strain Wistar berumur 2-3
bulan dengan berat badan awal antara 150-200 gram sebanyak 30 ekor
yang diperoleh dari Laboratorium Biokimia Jurusan Kedokteran Umum
UHT.
4.2.3 Besar sampel
Besar sampel yang digunakan untuk setiap kelompok perlakuan
berdasar rumus (Steel and Torrie, 1991):
n = (Zα/2 + Zβ)² σ²
δ
α = 0,05
Zα/2 = 1,96
1-β = 0,80
Zβ = 0,85
Pada penelitian eksperimental σ²/ δ = 1
Sekarang :
n = (1,96+0,85)² = 7,9 dibulatkan menjadi 8.
Besar sampel yang diperlukan untuk masing-masing kelompok
adalah menjadi 8 tikus.
4.2.4 Teknik pengambilan sampel
Pemilihan sampel penelitian untuk pengelompokan perlakuan
menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau Randomized
Completely Design (RCD) karena sampel hewan coba diambil secara
acak. Pada rancangan ini dimungkinkan setiap hewan coba berpeluang
sama untuk mendapat kesempatan sebagai sampel baik dalam kelompok
perlakuan maupun dalam kelompok kontrol.
Kriteria inklusi:
1. Jenis Wistar
2. Umur 2-3 bulan
3. Berat badan ± 150-200 gram
4. Jenis kelamin jantan
5. Sehat selama penelitian (keadaan tikus: gerakan lincah, mata
cerah, bulu halus, nafsu makan baik, anatomi tubuh sempurna,
berat badan tidak menurun lebih dari 10% selama masa
adaptasi)
Kriteria eksklusi:
1. Sakit dalam masa persiapan atau adaptasi (tubuh melemah,
kurang lincah, mata pudar, nafsu makan turun, bulu kasar dan
berdiri)
2. Mati dalam masa penelitian
4.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.3.1. Variabel penelitian
Dalam penelitian ini ada 3 variabel, yaitu:
1. Variabel bebas
Ekstrak daun sambiloto
2. Variabel tergantung
SGPT
3. Variabel kendali
Hewan coba, strain, jenis kelamin, umur, berat badan
Keseragaman makanan dan air minum
Jenis kandang dan sanitasi kandang
Teknik pengambilan darah
Daun sambiloto yang digunakan, cara pembuatan
ekstrak daun sambiloto, waktu dan dosis pemberian
ekstrak daun sambiloto
4.3.2. Definisi operasional variabel
1. Ekstrak daun sambiloto adalah:
Ekstrak daun sambiloto yang diperoleh melalui proses ekstraksi
dengan ethanol 70 % di Laboratorium Biologi Universitas
Brawijaya Malang. Ekstrak daun sambiloto diberikan pada tikus
dengan dosis 400 mg/kg BB per hari (Ojha et all., 2009) selama
10 hari
2. Parasetamol adalah:
Paracetamol murni dalam CMC-Na 0,5% diberikan personde
setelah 2 jam pemberian ekstrak daun sambiloto atau aquades
pada hari ke-8 sebesar 1200 mg/kg BB per hari satu kali
pemberian
3. SGPT adalah:
Kadar enzim GPT dalam serum tikus putih yang diperiksa
dengan metode Begmeyer dengan satuan U/l
4. Jenis hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan
(Rattus norvegicus) strain wistar, umur 2-3 bulan dengan berat
badan 150-200 gram dengan kondisi sehat yang ditandai
dengan bulu mengkilap, aktif bergerak dan tidak terdapat luka.
4.4. Bahan Penelitian
1. Hewan coba
Hewan coba adalah Rattus norvegicus strain Wistar, jenis
kelamin jantan, umur 2-3 bulan dengan berat badan 150-200
gram.
2. Bahan untuk perlakuan
a. Pembuatan ekstrak daun sambiloto
Daun sambiloto dikeringkan pada suhu 45oC kemudian
digiling sampai ukuran serbuk 60 mesh. Ambil 10 gram
serbuk, larutkan dalam ethanol 70% 100 mL (perbandingan
bahan dan pelarut 1:10) kemudian diaduk selama 6 jam dan
didiamkan semalam. Setelah itu dilakukan penyaringan
sehingga akan diperoleh filtrat/sari yang selanjutnya
diuapkan dengan menggunakan alat rotavapor (untuk
menghilangkan ethanol).
b. Parasetamol
Parasetamol pro analisa yang diperoleh dari kimia farma
dengan no lot 4792F
c. Larutan CMC-Na (Na-Carboxyl Methyl Cellulose) 0,5 %
diperoleh dari kimia farma dengan no lot 3572
3. Bahan untuk pemeriksaan SGPT
menggunakan kit dari diasys no lot 14267
4.5. Instrumen Penelitian
1. Alat untuk pemberian ekstrak daun sambiloto, aquades CMC
0,5 % dan parasetamol
Alat suntik (syringe) yang ujungnya dipasang suatu sonde
yang dapat dimasukan ke dalam mulut tikus wistar hingga
mencapai esophagus.
2. Alat untuk menimbang berat badan hewan coba adalah
Timbangan Torbal (Torsion balance).
3. Spuit 5 ml untuk mengambil darah
4. Alat untuk pemeriksaan SGPT
a. Tabung reaksi
b. Centrifuge
c. Spektrofotometer
d. Stop watch
e. Kuvet
4.6. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.6.1 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Laboratorium Biokimia Jurusan
Kedokteran Fakultas Kedokteran Umum Universitas Hang Tuah
Surabaya.
4.6.2 Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari
pengumpulan data untuk dasar teori hingga waktu selama masa
perlakuan.
4.7. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
4.7.1. Aklimatisasi
Aklimatisasi hewan coba selama 7 hari terhadap air, makanan serta
hawa di dalam kondisi laboratorium.
4.7.2. Perlakuan hewan coba
1. Hewan coba dipilih secara random dan dibagi menjadi 3
kelompok
2. Kelompok kontrol negatif diberikan sonde aqua selama 10 hari
dan CMC Na 0,5 % pada hari ke-8, dua jam setelah
pemberian aqua terakhir
3. Kelompok kontrol kelompok kontrol positif diberikan sonde aqua
selama 10 hari dan parasetamol 1200 mg/kg BB dalam CMC
Na 0,5 % pada hari ke-8, dua jam setelah pemberian aqua
terakhir
4. Kelompok perlakuan diberikan sonde ekstrak daun sambiloto
dengan dosis 400mg/kg BB selama 10 hari dan parasetamol
1200 mg/kg BB dalam CMC Na 0,5 % pada hari ke-8, dua jam
setelah pemberian ekstrak daun sambiloto terakhir
5. Setelah 48 jam dari pemberian parasetamol, hewan coba
dilakukan pembiusan dengan ether di dalam stoples
pembiusan. Kurang lebih 2 menit tikus tidak bergerak yang
ditandai mata meredup dan badan tidak bergerak. Selanjutnya
kulit perut diinsisi dengan pisau bedah dan setelah terlihat
jatungnya maka dengan spuit 5 ml darah diambil dari jantung.
Setelah darah diambil, tikus dikorbankan dengan pembiusan
dalam sampai tikus mati.
6. Pemeriksaan SGPT
Selama pemeliharaan dan perlakuan, hewan coba ditempatkan
didalam kandang berukuran 40 x 30 cm, masing-masing kandang berisi 5
ekor. Kandang ditempatkan pada ruangan yang cukup udara dan cahaya
agar tidak lembab, jauh dari kebisingan dan tidak terpapar sinar matahari
secara langsung. Semua hewan coba mendapat pakan standard dan
minum air aqua.
4.8. Cara Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan melakukan
penghitungan rerata (mean) dan standar deviasi variable SGPT.
Selanjutnya dilakukan uji normalitas variabel tersebut dalam setiap
kelompok pada semua pengamatan, dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov. Tingkat kemaknaan α yang dipakai adalah 5 %
(Steel & Torrie, 1991; Sudjana, 1984).
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar SGPT yang
bermakna antara kelompok tikus kontrol yang tidak mendapat
parasetamol dan ekstrak daun sambiloto (kelompok kontrol negatif),
kelompok tikus yang mendapat parasetamol dosis tinggi tanpa ekstrak
daun sambiloto (kelompok kontrol positif), dan kelompok tikus yang
mendapat parasetmol dosis tinggi dan ekstrak daun sambiloto 400 mg/kg
BB/hari (kelompok perlakuan), dilakukan analisis dengan menggunakan
uji-t. Tingkat kemaknaan α yang dipakai adalah 5 % (Steel & Torrie, 1991;
Sudjana, 1984).
4.9. Kerangka Operasional Penelitian
Gambar 4.2 Kerangka operasional penelitian
Tikus Wistar jantan, umur 2-3 bln
Randomisasi
Kelompok kontrol negatif
Sonde Aqua selama 10 hr
Kelompok kontrol positif
Sonde Aqua selama 10 hr
Kelompok perlakuan
Sonde Eks.DS 400mg/hr (10hr)
Sonde flavonoid ekst.DS selama 10hrSonde parasetamol (dalam CMC-Na) 1200
mg/KgBB, 2 jam setelah sonde terakhir pada hari ke-8
Sonde CMC Na 0,5%, 2 jam
setelah sonde aqua terakhir pada
hari ke-8
Anestesi
Pengambilan darah
Serum
Pemeriksaan SGPT
Setelah 48 jam