EEG

12
ELEKTROENSEFALOGRAFI Definisi Elektroensefalografi adalah suatu sistem yang merekam potensial listrik otak dari elektroda yang menempel di kulit kepala. Elektroensefalogram adalah hasil rekaman potensial listrik otak. 1 Kegunaan 1. Menilai gangguan di otak Biasanya digunakan untuk menunjukkan tipe dan lokasi aktivitas listrik otak yang mencetuskan terjadinya kejang. Dan digunakan juga untuk menilai fungsi otak yang berkaitan dengan masalah seperti koma, tumor intracranial, ensefalopati, gangguan memori dan pikiran, kelemahan pada bagian tubuh tertentu. 2 2. Menilai telah terjadinya kematian otak Hal ini berguna untuk menunjukkan bahwa seseorang tersebut memerlukan bantuan alat untuk hidup dan tidak memiliki kesempatan untuk recovery. 2 3. Sebagai first line method untuk diagnosis tumor maupun stroke. 3 4. Membantu menentukan lokasi situs epilepticus pada neurosurgery. 3

Transcript of EEG

Page 1: EEG

ELEKTROENSEFALOGRAFI

Definisi

Elektroensefalografi adalah suatu sistem yang merekam potensial listrik otak

dari elektroda yang menempel di kulit kepala. Elektroensefalogram adalah hasil

rekaman potensial listrik otak.1

Kegunaan

1. Menilai gangguan di otak

Biasanya digunakan untuk menunjukkan tipe dan lokasi aktivitas listrik otak

yang mencetuskan terjadinya kejang. Dan digunakan juga untuk menilai

fungsi otak yang berkaitan dengan masalah seperti koma, tumor intracranial,

ensefalopati, gangguan memori dan pikiran, kelemahan pada bagian tubuh

tertentu.2

2. Menilai telah terjadinya kematian otak

Hal ini berguna untuk menunjukkan bahwa seseorang tersebut memerlukan

bantuan alat untuk hidup dan tidak memiliki kesempatan untuk recovery. 2

3. Sebagai first line method untuk diagnosis tumor maupun stroke. 3

4. Membantu menentukan lokasi situs epilepticus pada neurosurgery. 3

Indikasi

EEG diindikasi pada anak dengan: 3

1. Anak yang didiagnosis secara klinis sebagai epilepsy yang berguna untuk

menentukan klasifikasi sindroma epilepsy

2. Untuk konfirmasi status epileptikus

3. Anak yang mengalami perkembangan regresi atau plateau atau dengan

gangguan fungsi berbicara dan berbahasa

4. Anak dengan kecurigaan tumor intracranial, stroke, dan lesi intracranial

lainnya.

5. Anak koma di ICU, dengan ensefalopati

Page 2: EEG

6. Monitoring penatalaksanaan epilepsy

Persiapan2

1. Stop antikonvulsan 1-2 hari sebelum dilakukan EEG

2. Tidak boleh mengkonsumsi kafein sebelum EEG

3. Tidak boleh menggunakan gel rambut yang dapat mempengaruhi hantaran

EEG

Cara Memeriksa EEG

Gambar 1.1 Skema pemasangan EEG1

Prosedur ini memerlukan waktu 1 jam. Elektroda dilekatkan di beberapa area

di kulit kepala seperti terlihat pada gambar dengan menggunakan gel khusus. Otak

kita akan menghantarkan impuls listrik dari elektroda yang menempel di kepala ke

EEG. Pasien biasanya disuruh menarik napas yang dalam dan pelan atau diberikan

stimulus visual seperti senter cahaya kemudian diperhatikan gelombang EEG yang

tercetak di kertas. Jika EEG yang diambil adalah EEG ketika tidur, maka pasien akan

Page 3: EEG

dibiarkan tidur dalam posisi serelax mungkin selama 2-3 jam kemudian dilakukan

perekaman. Ambulatory EEG adalah EEG yang portable dan dihubungkan dengan

kaset recorder, perekaman impuls dilakukan selama 24 jam pasien beraktivitas

normal kemudian dibaca hasilnya.2

Neurofisiologi EEG

Fungsi elektroda kepala adalah mencatat sumasi dari perubahan potensial

listrik sel saraf di bawahnya dan juga mungkin akan menunjukkan potensial yang

ditimbulkan yang berasal dari ekstrakranial baik oleh karena aktivitas fisiologis/

gangguan pada alat perekam. Gelombang yang timbul berulang-ulang direkam pada

permukaan otak atau kulit kepala merupaka sumasi potensial sinaps yang

dibangkitkan sel piramidal korteks serebri. Potensial sinaps adalah respon dari sel

korteks terhadap lepas muatan dari inti thalamus. Frekuensi dan amplitude lepas

muatan dari inti thalamus ditentukan oleh interkoneksi antar sel thalamus itu sendiri.

Selama aktivasi input dari formasio retikularis menghilangkan lepas muatan di

thalamus secara ritmik sehingga menyebabkan terjadinya desinkronisasi potensial di

korteks serebri yang direkam dalam EEG.4

Gambaran EEG Sesuai Usia

Perubahan gambaran EEG dari bayi hingga usia dewasa dipengaruhi oleh

maturasi dari neuron, dimana terjadi perubahan tercepat pada masa 3 bulan pertama

setelah lahir, lebih lebih pada premature. Gambaran EEG saat bangun pada neonates

adalah continous low voltage theta and delta rhytms (kurang dari 50uV) didaerah

sentral, dan aktivitas alfa di posterior setelah usia mencapai 3-4 tahun. 4 Berikut ini

adalah table yang menunjukkan gambaran EEG fisiologis sesuai usia:1

Page 4: EEG

Interpretasi Gambaran EEG Abnormal

Pada dasarnya gelombang EEG abnormal meliputi rekaman dengan letupan

paroksismal, kelainan aktivitas dasar, kelainan fokal, dan kombinasi dari kelainan

tersebut. Paroksismal adalah fenomena dengan onset tiba-tiba, cepat mencapai

maksimum, dan berakhir mendadak, yang berbeda dengan aktivitas latar belakang.

Pola epileptiform yaitu gelombang paku (spike) dan gelombang runcing (sharp wave)

tersendiri diikuti gelombang lambat. Gloor (1971) membuat criteria yang

membedakan gelombang runcing epileptiform dan non epileptiform.4

a. Gelombang runcing epileptiform sempurna4

- Bentuk simetris, fase nanjak dan curam cepat, fase turun dan landai pelan

- Sering disusul gelombang lambat

- Umumnya bifasik atau trifasik

- Masa berlangsungnya tidak sama

b. Gelombang runcing non epileptiform4

- Simetris, najak dan turun mempunyai kelandaian kurang lebih sama

- Tidak disusul gelombang lambat

- Durasinya sama

Page 5: EEG

EEG normal tidak menjamin fungsi dan struktur serebral yang normal, karena

tidak semua kelainan struktur dan fungsi otak menyebabkan abnormalitas pada EEG.

Sedangkan EEG Abnormal tidak selalu menggambarkan abnormalitas serebral. EEG

normal dipengaruhi oleh usia, keadaan pasien (tidur, bangun, mengantuk) dan

aktivasi saat rekaman.5

Kondisi Neurologis Yang Menyebabkan EEG Abnormal5

1. Epilepsy

Grand mal spike wave, bilateral, sinkron, diffuse

Petit mal spike kompleks, diffuse bilateral, sinkron simetris

2. Lesi fokal ( tumor otak, abses, stroke, subdural hematom, ensefalitis)

Gelombang fokal dengan aktivitas pelan dan terlokalisir (biasanya delta),

kadang-kadang ada aktivitas kejang. Pada ensefalitis herpes simplek, terjadi

gelombang bertekanan tinggi secara berkala diikuti dengan gelombang pelan

interval 1-3 detik di daerah temporal. Pada ensefalitis infeksius lain

gelombang yang terjadi terutama gelombang paku tajam. Lesi luas akibat

stroke pada diensefalon menghasilkan gelombang lambat sinkronus bilateral,

tetapi lesi di pons dan medulla biasanya gelombangnya mendekati normal,

meskipun secara klinis berbahaya.

3. Penyakit yang menyebabkan koma atau penurunan kesadaran

Anoksik akut akibat kardiak arrest memberikan gambaran aktifitas gelombang

theta secara umum, pada kondisi yang lebih berat ditandai dengan gelombang

delta yang tersebar dan ketiadaan aktifitas background normal, dan kondisi

yang paling berat dengan “brust suppression”, yang mana periode isoelektrik

singkat diikuti dengan aktifitas gelombang tajam yang bervoltase tinggi dan

gelombang delta yang tidak beraturan. Pola yang terakhir disebutkan biasanya

berubah menjadi electrocerebral silence dari mati otak. Dengan hipothiroid

berat, konfigurasi gelombang otak normal tapi biasanya dengan penurunan

frekuensi.

Page 6: EEG

Karakteristik Hepatitis kronis adalah serangan gelombang trifasik yang tajam,

bilateral, sinkronus walaupun bentuk gelombang seperti itu juga bisa dilihat

pada encepalopati akibat gagal ginjal atau kegagalan pulmonar dan

hidrosepalus akut (perlambatan bagian frontal lebih mengarah hidrosepalus).

Rekaman EEG juga bisa membantu dalam diagnosa koma ketika

anamnesa tidak dapat dilakukan dan dalam menegakkan status epileptikus

pada kejang absesns (nonkonvulsif status epileptikus atau spike wave stupor)

dan epilepsi parsial komplek yang menyebabkan suatu keadaan fugae. EEG

juga dapat mengarahkan pada penyebab yang tak diduga seperti encepalopati

hepatik, di bawah pengaruh barbiturat atau obat sedative-hipnotik lainnya,

cedera otak iskemia anoksia yang lama, katatonia atau histeria (rekaman EEG

biasanya normal)

4. Penyakit degenerative yang difus

Penyakit Alzheimer dan penyakit degeneratif lain yang menyebabkan

gangguan fungsi serebrokortikal kronis diikuti oleh gambaran ringan atau

menyeluruh gelombang lambat theta (4-7 Hz), banyak rekaman normal pada

stadium awal dan pertengahan penyakit.

Gelombang EEG tertentu dapat ditemukan pada keadaan patologis namun dapat juga

sebagai keadaan yang fisiologis. Untuk itu, dapat dilihat table di bawah ini.6

Page 7: EEG

Sensitivitas dan spesifisitas EEG

Sensitivitas EEG dalam membantu diagnosis terutama dalam klasifikasi sindroma

epilepsy yakni 50-55%, artinya kemungkinan suatu EEG normal padahal klinis

abnormal cukup tinggi. Sedangkan spesifisitasnya dapat mencapai 96% artinya

kemungkinan EEG abnormal sedangkan klinis normal sedikit.7

Page 8: EEG

Daftar Pustaka

1. Stedman’s Electronic Medical Dictionary. 6th version. ©2004:Lippincott

William Wilkins.

2. Vrocher D, Jowel MJ, Plantz SH, Talavera F, Cohen JS, editors.

Electroencephalography [monograph on the Internet]. New York: WebMD;

2011 [cited 2011 Sep 13]. Available from:

http://www.emedicinehealth.com/electroencephalography_eeg/article_em.htm

3. Nicholaides P. Electroencephalography [monograph on the Internet].

London:North Central London Epilepsy Network; 2009 [ cited 2011 Sep 13].

Available from:

http://www.gosh.nhs.uk/clinical_information/clinical_guidelines/cmg_guideli

ne_00041

4. Sulistyono. Hubungan gejala klinis dan pola EEG pada anak dengan

keterlambatan tumbuh kembang di Poliklinik Tumbuh Kembang Anak RSUP

dr.Kariadi Semarang [tesis]. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro; 2001.

5. Gamayani U. EEG normal pada anak dan dewasa. Bandung: Universitas

Padjajaran; 2011.

6. Niedermeyer E, Lopes da Silva F (2004). Electroencephalography: Basic

Principles, Clinical Applications, and Related Fields. Lippincot Williams &

Wilkins.

7. Oliveira SN, Rosado P. EEG sensitivity and specificity of the diagnosis of

epilepsy. Acta Med Port. 2004;17 (6):465-70.