Editan Tugas Kritik Sastra

24
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kritik Sastra Kata “kritik” berasal dari bahasa Yunani krites yang artinya seorang hakim, kritikos (dalam bahasa Indonesia kritikus) berarti “hakim kesusastraan” (Wellek dalam Pradopo, 2002:31). Berdasarkan istilah di atas, Wellek mengatakan bahwa kritik sastra itu berarti penghakiman karya sastra. Hal serupa juga dikemukakan H.B Jassin (1959:44,45) bahwa kritik sastra itu pertimbangan baik atau buruk karya sastra, penerangan, dan penghakiman karya sastra. Hudson juga mengemukakan bahwa istilah kritik sastra dalam artinya yang tajam adalah penghakiman yang dilakukan oleh seorang yang ahli atau memiliki sesuatu kepandaian khusus untuk membedah karya sastra, memriksa karya sastra mengenai kebaikan-kebaikan dan cacat-cacatnya, dan menyatakan pendapatnya mengenai hal itu (Pradopo, 2002: 32). Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat di atas, kritik sastra itu merupakan bidang studi sastra untuk “menghakimi” karya sastra, untuk memberi penilaian dan keputusan mengenai bermutu atau tidaknya suatu karya sastra. Dalam kritik sastra, suatu karya sastra diuraikan (dianalisis) unsur-unsurnya atau norma-normanya, diselidiki, diperiksa satu per satu, kemudian ditentukan

Transcript of Editan Tugas Kritik Sastra

Page 1: Editan Tugas Kritik Sastra

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kritik Sastra

Kata “kritik” berasal dari bahasa Yunani krites yang artinya seorang hakim,

kritikos (dalam bahasa Indonesia kritikus) berarti “hakim kesusastraan” (Wellek

dalam Pradopo, 2002:31). Berdasarkan istilah di atas, Wellek mengatakan bahwa

kritik sastra itu berarti penghakiman karya sastra. Hal serupa juga dikemukakan H.B

Jassin (1959:44,45) bahwa kritik sastra itu pertimbangan baik atau buruk karya sastra,

penerangan, dan penghakiman karya sastra. Hudson juga mengemukakan bahwa

istilah kritik sastra dalam artinya yang tajam adalah penghakiman yang dilakukan

oleh seorang yang ahli atau memiliki sesuatu kepandaian khusus untuk membedah

karya sastra, memriksa karya sastra mengenai kebaikan-kebaikan dan cacat-cacatnya,

dan menyatakan pendapatnya mengenai hal itu (Pradopo, 2002: 32).

Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat di atas, kritik sastra itu merupakan

bidang studi sastra untuk “menghakimi” karya sastra, untuk memberi penilaian dan

keputusan mengenai bermutu atau tidaknya suatu karya sastra. Dalam kritik sastra,

suatu karya sastra diuraikan (dianalisis) unsur-unsurnya atau norma-normanya,

diselidiki, diperiksa satu per satu, kemudian ditentukan berdasarkan hukum-hukum

penilaian karya sastra, bernilai ataukah kurang bernilaikah karya sastra itu.

B. Guna keritik sastra

Pada intinya kritik sastra mempunyai tiga kegunaan atau kepentingan, yaitu

kegunaan bagi ilmu sastra itu sendiri, bagi penerangan masyarakat, dan bagi

perkembangan kesusastraan. Guna kritik sastra bagi ilmu sastra adalah guna untuk

penyusunan teori sastra dan sejarah sastra. Karya sastra berguna bagi penerangan

masyarakat yang ingin mengerti kesusastraan pada umumnya dan karya-karya sastra

pada khususnya. Kritikus merupakan perantara antara pencipta dan orang banyak

(Jassin dalam Pradopo, 2002: 36). Dengan demikian, hal itu membuat karya sastra

terang bagi orang banyak (pembaca) sehingga karya sastra itu dihargai. Kritikus

memberikan kepada pembaca suatu pandangan yang sama sekali segar dan

Page 2: Editan Tugas Kritik Sastra

mempermudah pembacaan dengan cara menerjemahkan ke dalam bentuk-bentuk

sederhana.

Kritik sastra juga penting dalam pendidikan sastra, yaitu untuk meningkatkan

apresiasi para pelajar dan mahasiswa  yang merupakan bagian dari masyarakatnya.

Kritik sastra berguna bagi perkembangan kesusasatraan suatu bangsa. Dalam hal ini

krhtik sastra dapat meningkatkan kecakapan, ketajaman pandangan, dan keluasan

garapan sastrawan. Dengan demikian, hal ini akan menyebabkan karya-karya yang

ditulis kemudian akan bertambah mutu seni atau sastranya.

C. Teori kritik sastra

Kritik sastra berfungsi untuk memberikan uraian dan penerangan tentang

karya sastra yang konkret, baik mengenai makna karya sastra, strukturnya, maupun

nilainya. Dengan demikian, kritikus sebagai penerap prinsip kritik sastra itu perlu

memberikan tafsiran-tafsirannya, analisis dan seni lainnya. Tanpa itu semua, karya

sastra tidak mungkin dipahami. Jadi, penafsiran, penguraian (analisis), dan penilaian

perlu diuraikan. Ketiganya merupakan aspek kritik sastra yang utama yang saling erat

berjalinan dalam aktivitas penerapan kritik pada karya sastra.

Penafsiran dalam arti luasnya membuat jelas arti keseluruhan karya sastra yang

bermedium bahasa itu yang diantaranya memperjelas jenis sastra, unsur sastra,

struktur, tema dan efek-efek. Dengan adanya penjelasan secara keseluruhan itu, karya

sastra dapat dipahami. Karena sastra memiliki struktur yang kompleks, maka karya

sastra perlu dianalisis. Jadi, analisis adalah sarana untuk menginterpretasi.

     1.   Penafsiran

Penafsiran karya sastra berarti penjelasan makna karya sastra.

Menginterpretasi karya sastra berarti menangkap makna karya sastra. Karya

sastra perlu ditafsirkan sebab karya sastra adalah sebuah struktur yang

kompleks yang bermedium bahasa yang pada umumnya maknanya ambigu

atau bermakna ganda. Menafsirkan karya sastra tidak terbatas hanya pada

bahasanya yang ambigu, tetapi juga pada komplekitas karya sastra, seperti

kompleksitas struktru penceritannya, penokohannya, bahkan juga pusat

pengisahannya. Tafsiran terhadap karya sastra harus disertai alasa-alasan yang

logis atau dapat diterima akal.

Page 3: Editan Tugas Kritik Sastra

2. Analisis

Dengan analisis, makna karya sastra dapat ditafsirkan dengan jelas.

Dalam menganalisis kritikus juga memberikan interpretasi, dalam

menginterpretasi karya sastra kritikus menganalisis dan sekaligus memberi

penilaian atas hasil interpretasi dan analisisnya. Jadi, interpretasi, penilaian

dan analisis tidak dapat dipisahkan.

3. Penilaian

Karya sastra adalah karya imajinatif bermedium bahasa yang fungsi

estetikanya dominan (Wellek dan Waren dalam Pradopo, 2002: 81). Dengan

demikian, dalam mengeritik karya sastra harus ditunjukkan nilai seninya.

Kalau tidak demikian, kritik sastra belum sempurna memenuhi fungsinya.

D. Kritik Indonesia moderen dan permasalahannya

Kesusastraan Indonesia modern secara resmi lahir pada tahun 1920 dengan

terbitnya roman Azab dan Sebgsara (1921). Sejak lahirnya, kritik sastra Indonesia

modern selalu diiringi masalah. Masalahnya meliputi, kurangnya tempat, kurangnya

kritikus sastra (yang profesional). Tidak cocoknya pandangan kritikus dengan

sastrawan, tidak cocoknya teori kritik sebagai landasan kritik dengan corak dan wujud

kesusastraan Indonesia modern yang bersifat nasional (dan regional), pertentangan

antara kritik sastra sastrawan dan kritik sastra akademik. Sampai sekarang,

berdasarkan bukti yang didapatkan, kritik sastra Indonesia modern yang pertama

ditulis oleh Mohammad Yamin berjudul “Sejarah Melayu” dan “Syair Bidasari”.

Sedangakan teori kritik sastra Indonesia modern pertama kali didapatkan dalam

majalah Panji Pustaka (1932:838-839). Diduga ditulis oleh Sutan Takdir Alisjahbana,

sebab STAlah yang menjadi redaktur sastra dengan ruang “Memajukan

Kesusastraan”.

Sebelum tulisan tentang kritik sastra tersebut, yang dapat dianggap sebagai

kritik sastra adalah aturan Balai Pustaka yang terkenal sebagai “Nota Rinkes” yang

bersifat aturan untuk buku-buku yang hendak diterbitkan oleh Balai Pustaka, aturan

yang mengharuskan dipatuhinya ketertiban: tidak boleh berpolitik, menyinggung

agama (netral terhadap agama) dan tidak menyinggung kesusilaan masyarakat (Teeuw

dalam Pradopo,1995: 97). Dengan demikian corak kritik sastra Balai Pustaka ini

Page 4: Editan Tugas Kritik Sastra

bertipe pragmatik. Jadi, sudut pandang atau perspektif pragmatik itu tidak sesuai

dengan sudut pandang pengarang yang ekspresif, yang lebih mengutamakan nilai seni

daripada mendidik masyarakat pembaca.

Yang perlu diingat bahwa dalam perkembangannya, kritik sastra Indonesia

modern dari waktu ke waktu mengalami perdebatan-perdebatan. Perdebatan ini terjadi

sejak awal perkembangan kritik sastra, tepatnya zaman Pujangga Baru sampai

sekarang (Pradopo, 2002: 99). Pada akhir tahun 1960-an terjadi perdebatan dan

polemik kritik sastra antara golongan pengikut kritik sastra Ganzheit dengan pengikut

kritik sastra akademik (yang kemudian menamakan dirinya kritikus Kritik Sastra

Aliran Rawamangun). Tokoh kritik sastra Ganzheit adalah Arief Budiman dan

Goenawan Mohamad, sedangkan kritikus aliran Rawamangun adalah M.S.

Hutagalung, J.U. Nasution, M. Saleh Saad, dan Boen Sri Oemarjati.

Pada tahun 1968 Pusat Bahasa Jakarta mempertemukan kelompok kritikus

Ganzheit dengan aliran Rawamangun dalam sebuah seminar. Kertas kerja mereka dan

ulasan-ulasannya dibukukan oleh Pusat Bahasa dengan editor Lukman Ali berjudul

Tentang Kritik Sastra: Sebuah Diskusi (1978).

Dengan mengalirnya teori sastra dan kritik sastra Barat sejak pertengahan

tahun 1970-an, lebih-lebih ke dalam lingkungan kritik sastra akademik, timbullah

reaksi baik berupa penolakan maupun keinginan membentuk teori sastra dan kritik

sastra yang khas Indonesia, lebih-lebih sesudah pertengahan tahun 1980-an. Oleh

karena itu Universtas Bung Hatta Padang, pada tahun 1988 mengadakan seminar

sastra “Menjelang Teori dan Kritik Susastra Indonesia yang Relevan”, makalah-

makalahnya diterbitkan dalam sebuah buku dengan editor Mursal Esten yang berjudul

Menjelang Teori dan Kritik Susastra Indonesia yang Relevan.

E. Kritik sastra akademik dan kritik sastra sastrawan

Para penulis kritik sastra Indonesia modern sampai pertengahan tahun 1950-an

sebagian besar adalah para sastrawan. Oleh karena itu, periode 1920-1955 itu

merupakan periode kritik sastrawan. Corak kritiknya adalah impresionistik, bertipe

ekspresif dan pragmatik, ditulis tidak menurut sistematika ilmiah, bersifat esaistis.

Kritik sastra Pujangga Baru dapat dikatakan menjadi pendasar kritik sastra Indonesia

modern. Meskipun sebelumnya sudah ada kritik sastra Balai Pustaka, tetapi secara

nyata kritik sastra Balai Pustaka tidak dikenal umum karena hanya terbatas pada

Page 5: Editan Tugas Kritik Sastra

pertimbangan buku di kalangan Balai Pustaka saja. Berbeda dengan Pujangga Baru

yang disiarkan dalam majalah Pujangga Baru sejak Juli 1933. Kritik sastra Pujangga

Baru disebut pendasar kritik sastra Indonesia Modern karena pada kenyatannya

gagasan-gagasan, praktik-praktik kritik sastra, dan corak kritik sastra Pujangga Baru

diteruskan oleh sastrawan dan kritikus sesudahnya. Hal ini tampak pengertian kritik

sastra yang merupakan pertimbangan baik buruk karya sastra, sebagai penerangan,

untuk perkembangan kesusastraan dalam “Kritik Kesusastraan” (1932:838-839) yang

kemudian diteruskan oleh H.B.Jassin seperti tampak dalam esainya “Kritik Sastra”

(1959:44-47).

Pada zaman Pujangga Baru ada dua tipe kritik sastra yang diteruskan sampai

sekarang, yaitu tipe kritik sastra pragmatik Sutan Takdir Alisjahbana dan tipe kritik

sastra Sanusi Pane yang bersifat espresif. Tipe kritik sastra pragmatik Sutan Takdir

Alisjahbana dan tipe kritik sastra Sanusi Pane saling bertentangan. STA menghendaki

karya sastra itu berguna bagi pembangunan bangsa, sedangkan Sanusi Pane

menghendaki karya sastra itu mengutamakan nilai estetikanya, karya sastra “seni

untuk seni”.

Kurang lebih pada pertengahan tahun 1950-an timbul jenis kritik sastra yang

baru, yaitu kemudian terkenal dengan kritik akademik atau kritik ilmiah. Corak kritik

akademik berbeda dengan kritik sastrawan sebelumnya. Kritik sastra akademik berupa

penelitian ilmiah dengan metode ilmiah. Ciri-cirinya adalah pembicaraan sampai pada

hal-hal yang kecil, analisisnya mendetail, disusun dalam susunan yang sistematik, ada

pertanggungjawaban ilmiah dengan penyebutan data yang akurat, pernyataan disertai

argumentasi, menggunakan metode ilmiah.

Munculnya kritik ilmiah ini menimbulkan reaksi para sastrawan. Misalnya

saja Rustandi Kartakusuma dan Harijadi Hartowardjoyo yang menuduh kritik ilmiah

itu seagai kritik induktif interpretatif, tidak ada penilaian, sebagian besar hanya

penafsiran saja. Meskipun ada reaksi dara bei sastrawan, kritik akademik terus

berjalan, terutama dalam penulisan skripsi, penelitian sastra ilmiah, makalah dan

disertasi. Semakin banyaknya kritik sastra yang diterbitkan dalam bnetuk buku,

timbulnya reaksi baru dari sastrawan. Diantaranya yang tampil adalah Arif Budiman.

Mereka memberi ciri kritik akademik sebagai kritik analitik. Dikatakan demikian

disebabkan kritik akademik terlalu mencincang-cincang karya sastra, menganalisi

karya sastra terlalu analitik, karya sastra dianggap mayat di atas meja bedah.

Page 6: Editan Tugas Kritik Sastra

Untuk menandangi kritik sastra akademik itu mereka (Arif Budiman, dkk)

mengemukakan kritik sastra dengan metode Ganzheit, yaitu melihat karya sastra

sebagai keseluruhan (tidak dicincang-cincang). Atas reaksi para sastrawan terhadap

kritik akademik yang diberi ciri sebagai kritik analitik itu, terjadilah perdebatan dan

polemik. M.S. Hutagalung (tokoh kritik sastra akademik) yang memproklamirkan

kritiknya sebagai “Kritik Sastra Aliran Rawamangun”. Dalam polemik itu, pihak

Ganzheit diwakili oleh Arif Budiman. Polemik itu baru berhenti pada pertengahan

tahun 1970-an.

M.S. Hutagalung mengemukakan pembelaannya terhadap kebaikan dan

manfaat kritik ilmiah berjudul “Peranan Penelitian Ilmiah untuk Pengembangan

Kesusastraan Indonesia” dalam bukunya Membina Kesusastraan Indonesia Modern

(1987). Dikemukakannya manfaat penelitian sastra (kritik sastra) ilmiah, yaitu:

      Penelitian ilmiah membuat orang lebih tepat memandang dan mendekati kesusastraan

itu sendiri.

      Kritik sastra yang bersifat ilmiah akan lebih dapat dipertanggungjawabkan,

subyektivitasnya dapat dihindari, pengertian akan nilai-nilai akan lebih jelas.

      Penelitian ilmiah akan membuat orang lebih bijaksana untuk meramalkan,

mengharapkan serta membina kesusastraan masa akan datang.

F . Kritik Sastra Indonesia Modern

Kritik sastra merupakan salah satu studi sastra.Kritik sastra adalah cabang

ilmu sastra yang memfokuskan perhatiannya pada pengkajian sastra secara langsung

untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengklasifikasi serta memberikan penilaian

tentang berhasil tidaknya suatu cipta sastra. Kritik sastra merupakan studi sastra yang

langsung berhadapan dengan karya sastra. H.B Jassin (dalam Rachmat Djoko

Pradopo, 1995: 92) mengatakan kritik sastra adalah pertimbangan baik buruk karya

sastra, penerangan baik buruk karya sastra. Pertimbangan baik buruk ini tidak berarti

baik buruk yang berhubungan dengan moral, namun berhubungan  dengan indah atau

jelek. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 761) menyebutkan bahwa kritik

adalah kecaman, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk

terhadap suatu hasil karya, pendapat, dsb.

Sedangkan kritikus adalah 1.orang yg ahli dl memberikan pertimbangan

(pembahasan) tentang baik buruknya sesuatu. 2. orang yg memberikan pertimbangan

(pembahasan)  tentang baik buruknya sesuatu; pengkritik.

Page 7: Editan Tugas Kritik Sastra

Kritik tidak hanya mencari kesalahan tetapi juga menyebutkan hal-hal yang

baik maupun yang buruk, mempertimbangkan baiknya juga buruknya, dan kemudian

memberi penilaian yang mantap. Ada juga pendapat lain mengenai kritik sastra seperti

yang dikemukakan oleh Guntur Tarigan, kritik sastra adalah pengamatan yang teliti,

perbandingan yang tepat serta pertimbangan yang adil terhadap baik buruknya

kualitas, nilai, kebenaran suatu karya sastra. Secara singkat kritik sastra adalah

pengamatan, serta pertimbangan baik buruknya nilai sastra (Tarigan dalam Darmanto

2007: 18).

Kritik sastra mempunyai kedudukan yang penting dalam kajian sastra. Kritik

sastra sering dikaitkan dengan apresiasi sastra karena kritik dan apresiasi langsung

berkaitan dengan karya sastra. Kritik sastra sebenarnya tidak jauh berbeda dengan

telaah sastra, karena keduanya secara hakiki mempunyai kesamaan kerja. Kritik sastra

adalah semacam pertimbangan untuk menunjukkan kekuatan atau kebagusan dan juga

kekurangan yang terdapat salam karya sastra (Zainuddin, 2002: 20). Walaupun kritik

berkaitan dengan penilaian, bukan berarti bahwa setiap orang mampu menilai karya

sastra.

Penilaian terhadap sebuah karya sastra haruslah bersifat objektif sesuai dengan

kriteria penilaian yang ada. Mario Pei der Frank (dalam Zainuddin, 2002: 20)

mengatakan penilaian dan penghakiman sesuai dengan standar yang telah diakui

berdasarkan pengkajian studi dan analisis. Adanya kriteria yang dijadijan patokan

dalam penilaian sastra, dimaksudkan agar hasil dari kritik sastra itu benar-benar

menrupakan penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan, dan bukan hanya pendapat

pribadi. Bagaimanapun tujuan kritik sastra adalah menunjukkan dimana kebaikan dan

kekurangan suatu karya sastra berdasarkan kriteria yang berlaku. Hasil kritik itu

nantinya untuk menjadikan karya sastra itu lebih baik dan juga sebagai koreksi

terhadap penulis, sehingga penulis tidak merasa divonis namun merasa ditantang

untuk meningkatkan kualitas tulisan berikutnya (Zainuddin, 2002: 21).

Melakukan kritik sastra bukan suatu pekerjaan yang gampang. Untuk dapat

melakukan kritik sastra yang baik tentu saja kritikus memerlukan pengetahuan yang

banyak tentang teori sastra, memiliki pengalaman dalam menganalisis, kemampuan

apresiasi yang baik. Sebuah kegiatan kritik sastra akan berhasil apabila seseorang

kritikus sastra mengerti, memahami, dan menguasai ilmu sastra yang mencakup teori

sastra, sejarah sastra dan kritik sastra sebagai dasar melakukan kritik sastra.

Page 8: Editan Tugas Kritik Sastra

Untuk mengenal permasalahan kritik sastra lebih lanjut perlu dikemukakan

guna kritik sastra. Adapun kegunaan kritik sastra adalah,

1. untuk perkembangan sastra itu sendiri,

2. untuk perkembangan kesustraan dan

3. untuk penerangan masyarakat pada umunya yang menginginkan

penerangan tentang karya sastra.

Rachmat Djoko Pradopo (1995: 93) mengemukakan kegunaan karya sastra

adalah untuk membantu perkembangaan kesusastraan suatu bangsa dengan

menjelaskan karya sastra mengenai baik buruknya karya sastra dan menunjukkan

daerah-daerah jangkauan persoalan karya sastra.

Adapun manfaat bagi sastrawan dari kritik sastra adalah mereka dapat

mengembangkan penulisan karya sastra mereka yang mengakibatkan perkembangan

kesusastraan. Aspek-aspek pokok kritik sastra adalah analisis, interpretasi (penafsiran)

dan evaluasi atau penilaian. Karya sastra merupakan n terhadap bagian-bagian atau

unsur-unsurnya (Hill dalam Pradop, 1995: 93). Oleh karena karya sastra adalah

struktur yang kompleks, maka karya sastra itu perlu ditafsirkan sebuah struktur yang

kompleks, maka untuk memahaminya perlu adanya analis, yaitu penguraia untuk

memperjelas artinya. Abrams (dalam Pradopo, 1995: 93) mengemukakan, penafsiran

adalah penafsiran karya sastra, dalam arti luasnya adalah penafsiran kepada semua

aspek karya sastra.

Kritik sastra Indonesia modern lahir sejak tahun 1920 bersamaan lahirnya

kesustraan Indonesia modern. Sampai sekarang, berdasarkan bukti yang didapatkan,

kritik sastra Indonesia modern yang pertama ditulis oleh Mohammad Yamin berjudul

“Sejarah Melayu” dan “Syair Bidasari”. Sejak lahirnya itu, kritik sastra Indonesia

mengalami banyak masalah. Masalahnya meliputi, kurangnya tempat, kurangnya

kritikus sastra (yang profesional). Tidak cocoknya pandangan kritikus dengan

sastrawan, tidak cocoknya teori kritik sebagai landasan kritik dengan corak dan wujud

kesusastraan Indonesia modern yang bersifat nasional (dan regional), pertentangan

antara kritik sastra sastrawan dan kritik sastra akademik.

Page 9: Editan Tugas Kritik Sastra

DAFTAR PUSTAKA

Fananie, Zainuddin. 2002. Telaah Sastra. Muhammadiyah University

Press: Surakarta.

Darmanto. 2007. Kritik Sastra (Diktat).

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik,

dan Penerapannya. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Kritik Sastra Indonesia Modern.

Gama Media: Yogyakarta.

Page 10: Editan Tugas Kritik Sastra

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah menolong

hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya,

mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui materi “Kritik Sastra”. Makalah

ini di susun dengan banyak kekurangan. Baik itu datang dari penyusun maupun yang datang

dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya

makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini memuat tentang ``Pengertian kritik sastra, Guna kritik sastra, teorikritik

sastra, Kritik Indonesia moderen dan permasalahan, kritik sastra akademik dan kritik sastra

sastrawan, Kritik sastra moderen dan Kritik sastra Indonesia moderen``. Adapun tujuan

penyusun membuat makalah ini untuk mempermudah pembaca memahami materi yang

dibahas.

Penulis juga mngucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah

memberikan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat sekaligus sebagai acuan dalam

penyelenggaraan proses belajar.

Pontianak, Oktober 2012

Penyusun

Page 11: Editan Tugas Kritik Sastra

Daftar Isi

KATA PENGANTAR................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................

B. Perumusan Masalah .......................................................................................

C. Tujuan Penulisan ...........................................................................................

D. Manfaat Penulisan .........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................

A. Pengertian Kritik Sastra ................................................................................

B. Guna Kritik Sastra .........................................................................................

C. Teori Kritik Sastra..........................................................................................

D. Kritik Sastra Indonesia Moderen dan Permasalahan......................................

E. Kritik Sastra Akademik dan Kritik Sastra Sastrawan....................................

F. Kritik Sastra Indenesia Moderen

BAB III PENUTUP .........................................................................................................

A. Simpulan ........................................................................................................

B. Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................

Page 12: Editan Tugas Kritik Sastra

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai dengan

perkembangan zaman dan cara berfikir manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu

negara berkembang tidak akan bisa maju selama belum memperbaiki kualitas sumber

daya manusia bangsa kita. Kualitas hidup bangsa dapat meningkat jika ditunjang

dengan sistem pendidikan yang mapan. Dengan sistem pendidikan yang mapan,

memungkinkan kita berfikir kritis, kreatif, dan produktif.

Kritik sastra merupakan sumbangan yang diberikan oleh para peneliti sastra

bagi perkembangan dan pembinaa sastra. Sastra dapat di artikan sebagai hasil usaha

pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman

dan penafsiran sistematis yang dinyatakan dalam bentuk tertulis.

Kritik sastra bukanlah hasil yang luar biasa dan dengan sendirinya melekat

dalam pengalaman sastra. Seorang pembaca dapat membuat kritik sastra yang baik,

apabila dia betul-betul menaruh minat pada sastra, terlatih akan kepekaan citanya, dan

mendalmi serta menilai tinggi pengalaman manusiawinya.

Krtik sastratidak mengenal suatu hukum dengan tuntutan yang mutlak. Akan

tetapi karena kritik sastra merupakan hasil penelitian atas karya sastra, ia tunduk

kepada ketetuan-ketentuan yang berlaku pada penelitian dan sekaligus juga tunduk

pada ketentuan yang berlaku pada penelitian dan sekaligus juga tunduk pada

ketentuan yang berlaku dalam sastra. Oleh karena itu, persoalan-persoalan tetang dan

dalam kritik sastra itu tidaklah harus dihindari tetapi juga perlu diketahui dan dikuasa

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah, latar belakang dan pembatasan masalah tersebut,

massalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengertian kritik sastra ?

2. Bagaimanakah guna kritik sastra ?

3. Bagaimanakah teori kritik sastra ?

4. Bagaimanakah kritik sastra Indonesia modern dan permasalahannya ?

5. Bagaimanakah kritik sastra akademik dan kritik sastra sastrawan ?

6. Bagaimanakah kritik sastra Indonesia modern ?

Page 13: Editan Tugas Kritik Sastra

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengertian kritik sastra.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan guna kritik sastra.

3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan teori kritik sastra.

4. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kritik sastra Indonesia moderen dan

permaslahan nya.

5. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kritik sastra akademik dan kritik sastra

sastrawan

6. Untuk mengetahui dan mendrskripsikan kritik sastra Indonesia moderen

D. Mamfaat Penulisan

Adapun mamfaat penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui ketentuan-

ketentuan yang berlaku dalam mengkritik sebuah karya sastra serta dapat memberikan

sumbangan dalam penelitian dan perkembangan sastra di Indonesia dan juga dapat

mengetahui materi-materi yang berkenaan dengan kritik sastra, guna kritik sastra,

teori kritik sastra kritik sastra Indonesia moderen dan permasalahanya, kritik sastra

akdemik dan kritik sastra sastrawan, dan karitik sastra Indonesia moderen.

Page 14: Editan Tugas Kritik Sastra

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Kata “kritik” berasal dari bahasa Yunani krites yang artinya seorang hakim,

kritikos (dalam bahasa Indonesia kritikus) berarti “hakim kesusastraan” (Wellek

dalam Pradopo, 2002:31). Berdasarkan istilah di atas, Wellek mengatakan bahwa

kritik sastra itu berarti penghakiman karya sastra. Hal serupa juga dikemukakan H.B

Jassin (1959:44,45) bahwa kritik sastra itu pertimbangan baik atau buruk karya sastra,

penerangan, dan penghakiman karya sastra. Hudson juga mengemukakan bahwa

istilah kritik sastra dalam artinya yang tajam adalah penghakiman yang dilakukan

oleh seorang yang ahli atau memiliki sesuatu kepandaian khusus untuk membedah

karya sastra, memriksa karya sastra mengenai kebaikan-kebaikan dan cacat-cacatnya,

dan menyatakan pendapatnya mengenai hal itu (Pradopo, 2002: 32).

B. Saran

Dari isi makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dlam penyampaian

informasi dan pengetikannya kurang baik, kami dari penyusun mengharapkan saran

dan kritik dari pembaca agar pembuatan makalah kami selanjutnya menjadi lebih baik

dan semoga isi dari makalah ini dapat bermamfaat bagi pembaca. Khususnya dalam

bidang kesusastraan

Page 15: Editan Tugas Kritik Sastra

KRITIK SASTRA INDONESIA MODEREN PADA PERIODE KRITIK SASTRAWAN

(KRITIK SASTRA)

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

ARNI, M.Pd

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3

Nama Nim

1. Ibnu Muharam 511000303

2. Ika Yani 511000248

3. Karya Sabat Nika 511000252

4. Jamilah 511000320

5. Juniarni 511000214

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP-PGRI )

PONTIANAK

2012

Page 16: Editan Tugas Kritik Sastra