Editan Jurnal Rm Baru

19
TERAPI PEMBUNGKUS PANAS TINGKAT RENDAH SECARA TERUS MENERUS EFEKTIF UNTUK MENGOBATI NYERI PERGELANGAN TANGAN Susan Michlovitz, PhD, PT, Larysa Hun, MD, MS, Geetha N. Erasala, MS, David A. Hengehold, MS, Kurt W. Weingand, DVM, PhD ABSTRAK. Michlovitz S. Hun L, Erasala GN, Hengehold DA. Weingand KW. Terapi pembungkus panas tingkat rendah secara terus menerus efektif untuk mengobati nyeri pergelangan tangan. Arch Phys Med Rehabil 2004; 85: 409-16. Tujuan: untuk mengevaluasi kemampuan terapi pembungkus panas tingkat rendah secara terus-menerus untuk mengobati beragam sumber dari nyeri pergelangan tangan termasuk keseleo (SS), tendinosis (T), osteoartritis (OA), dan sindroma karpal tunnel (CTS). Metode: prospektif, randomized, paralel, single-blind (investigasi), placebo-controlled, multicenter clinical trial. Tatacara: 2 grup berdasarkan fasilitas penelitian. Partisipan: 93 pasien (batasan umur 18-65 tahun dengan nyeri pergelangan tangan). Intervensi: Subjek dengan nyeri pergelangan tangan dengan rasa sakit tingkat sedang bahkan lebih dipilih secara acak dan terbagi menjadi salah satu dari pengobatan berikut: evaluasi kemampuan (heat wrap, n = 39, plasebo oral, n= 42,) atau

Transcript of Editan Jurnal Rm Baru

Page 1: Editan Jurnal Rm Baru

TERAPI PEMBUNGKUS PANAS TINGKAT RENDAH SECARA TERUS MENERUS

EFEKTIF UNTUK MENGOBATI NYERI PERGELANGAN TANGAN

Susan Michlovitz, PhD, PT, Larysa Hun, MD, MS, Geetha N. Erasala, MS, David A.

Hengehold, MS, Kurt W. Weingand, DVM, PhD

ABSTRAK. Michlovitz S. Hun L, Erasala GN, Hengehold DA. Weingand KW. Terapi

pembungkus panas tingkat rendah secara terus menerus efektif untuk mengobati nyeri

pergelangan tangan. Arch Phys Med Rehabil 2004; 85: 409-16.

Tujuan: untuk mengevaluasi kemampuan terapi pembungkus panas tingkat rendah secara

terus-menerus untuk mengobati beragam sumber dari nyeri pergelangan tangan termasuk

keseleo (SS), tendinosis (T), osteoartritis (OA), dan sindroma karpal tunnel (CTS).

Metode: prospektif, randomized, paralel, single-blind (investigasi), placebo-controlled,

multicenter clinical trial.

Tatacara: 2 grup berdasarkan fasilitas penelitian.

Partisipan: 93 pasien (batasan umur 18-65 tahun dengan nyeri pergelangan tangan).

Intervensi: Subjek dengan nyeri pergelangan tangan dengan rasa sakit tingkat sedang bahkan

lebih dipilih secara acak dan terbagi menjadi salah satu dari pengobatan berikut: evaluasi

kemampuan (heat wrap, n = 39, plasebo oral, n= 42,) atau blinding (asetaminofen oral, n = 6,

unheated warp, n = 6 ). Data dikumpulkan selama 3 hari saat pengobatan dan 2 hari follow-up

(pengobatan).

Hasil pengukuran utama: Perbandingan utama adalah antara grup heat wrap dan plasebo oral

pada subjek SS/T/OA. Hasil penelitian termasuk pereda nyeri (skala 0-5), kaku sendi,

kekuatan genggaman diukur dengan dinamometer, nyeri yang diterima dan ketidakmampuan

(Evaluasi Tingkat Nyeri Pergelangan Tangan/PRWE), pasien dengan CTS yang juga

dilengkapi dengan Symptom Severity Scale dan Functional Status Scale.

Page 2: Editan Jurnal Rm Baru

Hasil: Terapi Heat Wrap menunjukkan kegunaan yang bermakna dalam hari pertama hingga

ketiga dari pereda nyeri (p = 0,45) dan meningkat 3 kekuatan genggaman (p = 0,2) versus

plasebo oral untuk grup SS/T/OA. Bagaimana juga, kekakuan sendi dan hasil PRWE

dibandingkan antara 2 pengobatan. Untuk grup CTS, heat wrap menyediakan hari 1-3 atau 0-

8 pereda nyeri (p = 0,001), reduksi kekakuan sendi hari 1-3 (p = 0,004) meningkat di hari

ketiga kekuatan genggaman (p = 0,003), menurunkan skor PRWE (p = 0,0015), pengurangan

jenis gejala (p = 0,001) dan meningkatkan status fungsional (p = 0,04). Sebagai tambahan,

heat wrap menunjukkan kegunaan yang bermakna pada grup CTS.

Kesimpulan: Terapi pembungkus panas tingkat rendah secara terus-menerus menjadi

pengobatan pada kondisi dengan nyeri pergelangan tangan dan ketidakmpuan.

Pendahuuan

Pergelangan tangan merupakan lokasi nyeri dan cacat yang paling sering terjadi

akibat dari cedera olahraga dan pekerjaan. Rumitnya cidera pergelangan tangan yang

dihubungkan dengan perasaan tertekan pada pasien memberikan suatu istilah pada nyeri

pergelangan tangan sebagai punggung dari ekstremitas atas. Berdasarkan survey kesehatan

nasional pada tahun 1988, 1,87 juta responden dilaporkan mengalami carpal tunnel syndrom

(CTS); 588 ribu dilaporkan mengalami tendonitis atau gejala gejala yang berhubungan

dengan tangan, dan diperkirakan 2 juta orang mengalami artritis pada pergelangan tangan

dengan 20% dilaporkan mengalami perubahan besar pada kegiatan bekerja atau istirahat dari

pekerjaan.

Nyeri pergelangan tangan dapat terjadi setelah kejadian trauma tunggal, aktifitas yang

berulang, atau atritis sekunder. Aktifitas berulang merupakan mekanisme cidera pada

gangguan muskuloskeletal yang dihubungkan dengan pekerjaan (WRMSD). Mengacu pada

gangguan trauma komulatif, WRMSD juga dihubungkan dengan kecacatan pada orang orang

usia bekerja. Beban masyarakat untuk mengembangkan pekerjaan telah mengalami

perubahan dari orientasi tugas ketergantungan pada waktu. Peningkatan kebutuhan akan

kecepatan dan efisiensi telah membawa peningkatan tekanan pada otot ekstremitas atas,

peningkatan beban otot dan tekanan biomekanik pada tendon, membran sinovial, sendi dan

saraf. Dampak ekonomi pada gangguan ini diperkirakan $500 juta pada tahun 1989 telah

membawa perubahan pada lingkungan kerja. CTS merupakan gangguan yang paling banyak

dihubungkan dengan gangguan muskuloskeletal karena pekerjaan dan salah satu dari cidera

ekstremitas atas yang paling banyak menghabiskan biaya.

Page 3: Editan Jurnal Rm Baru

Berbagai macam strategi intervensi digunakan untuk mengobati nyeri pergelaangan

tangan ketika penyebabnya karena fraktur atau ketidakstabilan karpal. Intervensi nya

termasuk penggunaan obat obatan acetaminophen dan NSAID, injeksi steroid lokal,

imobilisasi dengan spleen dan beberapa kasus dengan intervensi bedah. Selain intervensi ini

lebih dari 50% orang mengalami WRMD ekstremitas atas yang berlanjut menjadi gejala

gejala yang mengganggu kegiatan kerja dan kreasi lebih dari setahun setelah muncul nya

gejala.

Modalitas pengobatan terbaru membawa pada pemanasan topikal derajat rendah

berkelanjutan paling sedikit dalam 8 jam melalui wrap yang dapat dipakai telah

dikembangkan untuk mengobati nyeri pada sistem neuromuskuloskeletal. Terapi pemanasan

dilaporkan efektif dan aman untuk pengobatan nyeri punggung bawah non spesifik dan

dismenorea primer. Penelitian kami dilakukan untuk menilai keuntungan terapi pemanasan

derajat rendah berkelanjutan pada pengobatan gangguan muskuloskeletal yang paling sering

pada pergelangan tangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan dan keamanan

klinis terapi derajat rendah berkelanjutan dibandingkan dengan pengobatan placebo oral pada

subjek penelitian dengan nyeri pergelangan tangan yang disebabkan oleh strain atau sprain

tendinosis, OA atau CTS.

Metode

Ini merupakan peneltian prospektif, yang dipilih secara random, plasebonya

terkontrol, single-blind studi paralel yang dilakukan di 2 komunitas yang berbasiskan pusat

riset klinisi. Peneltian ini telah diakui Research Testing Laboartori, Great Nect, New York.

Subjeknya berumur antara 18-65 (min deviasi standar (SD) 44,8+/- 10,3 tahun) yang

direkurut dari data kilinik dan melalui pengumunan, Sebanyak 94 orang subjek diambil dan

diberikan inform konsen.

Partisipan

Secara umum, subjek merupakan orang sehat yang mengalami nyeri di pergelangan

tanagn disebabhakan tarikan atau keseleo, tendinosis, osteoartritis, or CTS (carpal tunnnel

syndrome) telah dipilih untuk menyertai peneltian ini. Dari 94 subjek, 57 subjek dengan nyeri

pergelangan sendi yang diakibatkan oleh tarikan atau keseleo, 13 dengan OA, dan 24 dengan

CTS.

Nyeri dikatergorikan berdasrakan kelas dari kurang nyeri hingga sangat nyeri dan

dinilai berdasarkan angka (0:tiada nyeri, 2 . sedang, 3, sedang nyerinya, 4, nyeri, 5 sangat

Page 4: Editan Jurnal Rm Baru

nyeri (dinilai pada hari-1).Nyeri pergelangan sendi akibat luka terjadi lebih dari 48 jam.

Untuk subjek yang mengalami OA, diagnosis OA pada perg;lanagn tangan ditegakan

berdasarkan eviden kliik yang tersedia (melalui medikal rekod). Diagnosa CTS ditegakkan

berdasarkan nyeri atau paresthesia yang terjadi pada saraf median yang mempersarafi digit

jari. Dan dikatakan positif saat saraf median mengalami kompresi dan saat dilakuakn tes

fleksi pergelangan sendi timbul nyeri atau kekauan pada 3 ½ digit. Meskipun keluhan utama

CTS adalah parathesia dan nyeri yang terdistribusi pada saraf median, penyakit ini juga bisa

menimbulkan nyeri pada lengan bawah dan di bagian volar.

Subjek wanita yang diperkirakan berpotensi mempunyain hubungan dengan hasil

akhir penelitian diwajibkan tes urin kehamilannya negatf dan diwajibkan menggunkan alat

kotrasepsi sejak mens terakhir dan selama penlitian ini dilakukan. Subjek dilarang

meneruskan terapi panas dan dingin, magnet, terapi parafin, terapi air boto hangat, bantalan

pemanasan, terapi urut, pengiobtan mmanipoulasi sendi, sauna, mandi spa, kamar steam,

terapi mandi air hangat, dan keselurahn atau ter termasuk terapi herbal untuk pnegobtan nyeri

selama penelitian ini. Subjek juga dilarang menggunkan obat analgesik 24 jam sebelum

dimulai pengobatan nyeri untukpenelitian ini (48 jam untuk analgesik long acting), subjek

juga dilarang mnegkonsumsi alkhohol 12 jam sebelum memulai pengobatan.

Subjek dikeluarkan dari penelitian jika sebelumnya ada riwayat operasi atau nyeri

sendi dalam 6 bulan sebelum penelitian dimulai, ada eviden/riwayat radikulopati atau

neuropati peripehral pada ekstremitas atas, fraktur pada pergelangan sendi yang terkena

dalam 6 bulan sebelumnya, penyakit pembuluh darah kolagen atau penyakit sistemik lainnya

yang mneybabkan nyeri pergelangan sendi,, fibromialgia, diabetes melitus, penyakit vaskular

periferal, osteoporosis, ulcers gastrointestinal, perdarahan gastroinstesntinal atu perforasi,

penyakit ginjal, edem pulmo, cardiomiopati, penyakit liver, gangguan koagluasi, perdarahan

atau antikoagulan terapi (spyt. Warfarin); menggunakan obat antidepresi atau antikecemasan

(cth: fluoxetibne), (Prozac), paroxetine (Paxill), sertralinie (Zoloft), lithium, dan yang

mengambil kortoksteroid sistemik selama 30 hari sbeleum memulai pengobatan pertama

penelitian, dan yang menggunakan obat relaksi otot termasuk trankulizer sedang selama 24

jam sebelum memulai pengobatan atau selama studi; dan yang yang pernah menerima injeksi

kortokosteroid pada pergelanagn sendi yang terkenadalam 6 bulan sebelumnya, atau yang

mengoleskan topikal capsaicin 2 minggu sebelum penelitian dilakuakn.

Subjek yang mengalami penyakit yang serius dikeluarkan dari penelitian atau

berdasrakan kebijakan penliti. Subjek juga dikeluarkan jika ada lesi kulit (kemerahan,

kebiruan, bengkak, iritasi, laserasi, eksoriasi, ulserasi) pada pergelanagn tangan. Kriteria

Page 5: Editan Jurnal Rm Baru

eksklusi tambahna adalah adanya riwayat mengkonsumsi alkohol atau penyalahgunaan obat,

dan yang terlibat dalam kompenasi tuntuan, dan yang hipersensitif terhadap acetaminofen

atau panas.

Prosedur

Sebanyak 99 subjek penelitian direkrut sebagai partisipan penelitian dan dirandom

menjadi 1 dari 4 terapi dengan ratio 6:6:1:1; pembungkus pemanas dengan suhu 104°F

(40°C) selama 30 menit disertai paparan udara, dimana suhu ini dipertahankan hingga 8 jam

selama pemakaian; plasebo oral (2 tablet, 4 kali sehari); analgesik (acetaminophen,

500mg/tablet, 2 tablet 4x perhari); atau sebuah pembungkus bukan pemanas. Dua grup

terakhir , dimasukkan hanya untuk tujuan blinding dalam jumlah kecil (n=6). Semua terapi

diberikan selama 3 hari berurutan; terapi oral kira-kira diberikan selama 5 jam dan

pembungkus dipakai selama 8 jam seterusnya setelah digunakannya pergelangan tangan

dengan perekat kontak kulit dan kemudian dibungkus melingkari pergelangan tangan dan

melekatkan dibelakangnya dengan perekat kedua. Pada kasus nyeri pergelangan tangan

bilateral, pergelangan tangan yang paling nyerilah yang menjadi target utama dalam terapi

pembungkus pemanas.

Seluruh penilaian klinik terstandarisasi disetiap sisinya. Masing-masing uji klinik

memiliki investigator primer yang blind terhadap terapi, begitu juga seluruh petugas

penelitian termasuk pemimpin penelitian. Tiga kunjungan dibutuhkan dalam penelitian ini,

kunjungan pertama ( hari 1) untuk skrining, kualifikasi dan pengobatan awal; kunjungan ke-

dua (hari ke-3) untuk memperoleh evaluasi dan kunjungan ke-tiga (hari ke-5) merupakan

tahap final dari penelitian.

Studi ini dilakukan 3 hari berturut-turut untuk terapi. Pada hari pertama terapi, nyeri

mereda (0-5 skalaverbal) dan kekauan sendi ( 101 poin skala numerik) dinilai sebagai

landasan (jam 0), kemudian setiap jamnya dari jam 1- sampai 8, dan selanjutnya setiap 2 jam

hingga 12 jam pasca penelitian pengobatan awal. Pada hari ke-2 dan ke-3, nyeri mereda dan

kekauan sendi meningkat pada jam 0 dan setiap 2 jam (jam ke-2, 4, 6,8, 10, 12) setelah terapi

awal dimulai. Melalui masukan harian, subjek disiapkan tambahan penilaian untuk dua

variabel kira-kira 24-48 jam setelah kunjungan ke-dua pada hari ke-3. Subjek-subjek ini juga

dibutuhkan untuk melengkapi dasar-dasar (hari pertama, jam 0), pasca terapi (hari ke-3 jam

8), dan follow up (jam ke 48 setelah visit ke-2 hari ke-3) pengukuran untuk kekuatan

genggaman dan evaluasi perbaikan pergelangan tangan pasien (PRWE). Subjek dengan CTS

juga dilengkapi sebuah skala gejala keparahan (SSS) dan sebuah skala status fungsional

Page 6: Editan Jurnal Rm Baru

(FSS). Hasil dari sebuah penelitian ini yaitu mengukur skor hilangnya nyeri selama 3 periode

terapi. Tiga parameter efisiensi sekunder dispesifikasi menjadi: (1) rata-rata 3 hari terjadi

penurunan kekakuan sendi, (2) hari ke-3 terjadi perubahan pada kekuatan menggenggam, (3)

hari ke-3 penurunan skor total pergelangan tangan PRWE

Hipotesis yang diajukan adalah pembungkus pemanas secara signifikan baik dipakai

pada hari 1 hingga 3 berarti nyeri mereda dan yang kedua penurunan kekakuan sendi juga

terjadi pada hari 1-3, meningkatkan kekuatan genggaman, menurunkan total skor pergelangan

tangan PRWE dbandingkan plasebo oral baik untuk SS/T/OA maupun CTS kelompok nyeri

pergelangan tangan. Kekuatan analisis diindikasikan pada jumlah sampel yaitu 26 orang pada

masing-masing subjek dengan pembungkus pemanas dan subjek dengan plasebo oral

SS/T/OA memilki kekutan 80% untuk mendeteksi sebuah perbedaan pada hari 1 hingga ke-3

jam 0 hingga 8 nyeri mereda berarti 0,75 diperkirakan bahwa umumnya standar deviasi

sebesar 1.02 dengan menggunakan uji 1-tailed pada level signifikasi 0,050.

Peniliaian keamanan dibuat dari evaluasi efek samping yang dilaporkan secara

sukarela kepada petugas penelitian dan penilaian kulit dilakukan pada skrining dan setelah 3

hari terapi pada hari ke-5.

Analisis Statistik

Analisis statistik dilakukan sesuai dengan rencana analisis prespektif dengan

menggunakan Sistem Analisis Statistik versi 6.12. Satu set tiap pengujian atau subyek

"dievaluasi", diidentifikasi sebagai analisis primer ditetapkan sebelum Unblinding data.

Untuk semua analisis, populasi penelitian dibagi menjadi kelompok SS / T / OA dan

kelompok CTS. Karena hipotesis statistik diuji dan diinterpretasikan marginal untuk 2

kelompok pergelangan tangan yang sakit, tidak ada penyesuaian lebih lanjut untuk beberapa

pengujian yang diperlukan selain pada titik akhir.

Sebelum analisis, dilakukan penilaian dari data yang mentah. Untuk kedua nyeri dan

kekakuan sendi, skor dihitung nilai rata-rata pada waktu berturut-turut per jam selama waktu

pembungkusan dipakai untuk menghitung nilai rata-rata jam 0 sampai 8 (analog dengan nyeri

total lebih dari 8 jam) dengan hari pengobatan. Kekuatan genggaman dinilai sebagai rata-rata

dari 3 penilaian kekuatan pegangan berturut-turut diambil per kunjungan studi. Skor

pergelangan total dihitung dari data PRWE dengan rata-rata skor rasa sakit dan kecacatan dan

cacat pada subskala. Secara keseluruhan dan skor FSS yang dihitung sebagai nilai rata-rata

11 dan 8 skor masing-masing item.

Page 7: Editan Jurnal Rm Baru

Jam 0 sampai 8 berarti skor berkurangnya nyeri pada hari-hari studi 1,2, dan 3

dianalisis dengan menggunakan persamaan, memperkirakan umum (GEE) data dicocokan

dan diulang. Variabel model independen termasuk jenis kelamin, hari pengobatan, dan

kelompok perlakuan. Sebuah 1-tailed z tes berbasis pada standard error empiris (SE),

perkiraan digunakan untuk menguji bukti statistik untuk keseluruhan 3-hari nyeri pada

kelompok membungkus panas dibandingkan dengan kelompok plasebo pada tingkat

signifikansi 0,05. Metodologi GEE serupa digunakan untuk 3-hari reduksi kekakuan sendi,

kecuali bahwa kekakuan sendi dasar yang digunakan adalah jenis kelamin sebagai variabel

penjelas (kovarian). Analisis kovarians (ANCOVA) model (disesuaikan dengan nilai dasar)

yang digunakan untuk menguji perbedaan perlakuan antara membungkus panas dan

kelompok plasebo untuk perubahan 3 dalam penilaian kekuatan menggenggam dan selama 3

hari PRWE skor total pergelangan terjadi pengurangan dengan menggunakan 1-tailed t tes.

Selain itu, analisis varians 2-arah (ANOVA) model prosedur untuk jenis kelamin dan group

yang mendapatkan pengobatan dibatasi oleh waktu dan berkurangnya nyeri. Prosedur

ANCOVA, disesuaikan dengan nilai dasar, juga dijalankan oleh waktu pada semua variabel

lainnya termasuk SSS dan skor FSS untuk mendeteksi perbedaan antara membungkus panas

dan kelompok plasebo oral.

Variabel kunci demografi dianalisis dengan menggunakan 2-way model interaksi

ANOVA dengan cara eksplorasi untuk menentukan apa, jika ada, variabel subkelompok

dengan pengobatan pada akhir penelitian primer ini. Variabel demografi meliputi lokasi

penelitian, jenis kelamin, usia, ras, berat badan, lingkar pergelangan tangan, penggunaan

rokok, dan angka kejadian pengobatan yang ditargetkan berada di tangan dominan penderita.

Hasil

Jumlah 94 sampel telah dimasukkan dalam studi ini dan dipilih secara acak untuk terapi

berikut: pembalutan hangat (n=40), plasebo (n=42), aseteminofen (n=6), dan pembalutan

tidak hangat (n=6). Dari semua ini, satu sample telah dikeluarkan dari studi ini dalam

kelompok pembalutan hangat (kegagalan untuk follow up). Data demografi dengan diagnosis

dan kelompok terapi untuk sample yang melengkapi studi ini ada pada tabel 1 dan 2.

Kelompok terapi utama – pembalutan hangat dan plasebo oral – sebanding sehubungan

dengan karakteristik dasar mereka. Di antara kasus nyeri pergelangan tangan, 56 kasus (60%)

adalah keseleo dan tegang dan tendinosis adalah karena cedera atraumatik yang tidak ada

peristiwa tunggal didefinisikan, 13 (14%) adalah karena OA yang ditentukan dengan bukti

klinis dari rekam medik, dan 24 (26%) adalah karena gejala konsisten dengan CTS. 63 (68%)

Page 8: Editan Jurnal Rm Baru

dari 93 kasus, pergelangan tangan yang kena adalah pergelangan tangan yang dominen,

walaupun 58 (62%) dari sample tersebut melaporkan bahwa nyerinya pada kedua

pergelangan tangan. Untuk kemanjuran data, evaluasi per protokol telah digunakan untuk

analisa statistika, seperti yang dirancang.

Hasil Kemanjuran SS/T/OA

Pereda nyeri. Awal analisis kemanjuran menunjukkan bahwa pembungkus hangat

(rata-rata ± SE, 1.68±0.23) menyajikan secara signifikan hari besar 1 sampai 3/ 0 sampai 8

jam pereda nyeri rata-rata dibandingkan yang dilakukan plasebo (rata-rata ± SE, 1.15±0.21)

(P=.045) antara subyek SS/T/OA yang dievaluasi. Hal ini merupakan peningkatan 46%

dalam meredakan nyeri pada kelompok pembungkus hangat. Analisis eksplorasi menemukan

bahwa pembungkus hangat menampilkan secara nominal dengan mudah pereda nyeri lebih

besar dibandingkan plasebo pada P sama dengan .05 atau lebih besar level tinkat kemaknaan

untuk 8 dari 26 kali poin yang dikumpulkan sepanjang penelitian hari 5.(Gambar 2)

Pengurangan kekakuan sendi. Pada awalnya, subyek CTS melaporkan skor kekakuan

sendi rata-rata ± SD 61.63 ± 25.64 jauh dari skor maksimum 100. Analisis kedua subyek CTS

menunjukkan bahwa kelompok pembungkus hangat (rata-rata ± SE, 21.8±5.5) menyajikan

secara signifikan hari besar 1 sampai 3/ 0 sampai 8 jam pengurangan dalam kekakuan sendi

dibandingkan kelompok plasebo (rata-rata ± SE, 4.9±3.1) (P=.004). Analisis eksplorasi

menemukan bahwa pembungkus hangat menunjukkan pengurangan yang lebih besar secara

nominal dengan mudah pada kekakuan sendi dibandingkan placebo pada 19 dari 26 kali poin,

permulaan pada hari 1/ jam 8 kali poin dan terus berlanjut sampai akhir penelitian. (Gambar

7)

Perubahan pada kekuatan grip. Pada awalnya, kekuatan grip subyek CTS rata-rata ±

SD 10.7±10.2 kg. Analisis kedua menentukan bahwa kelompok pembungkus hangat (rata-

rata ± SE, 6.6±1.6 kg) berhubungan dengan peningkatan yang lebih besar secara signifikan

pada kekuatan grip dibandingkan dengan kelompok plasebo (rata-rata ± SE, -0.3±1.5 kg)

(P=.003) pada hari ketiga, hari terakhir pengobatan, Analisis Post Hoc menemukan bahwa

kekuatan grip untuk kelompok pembungkus hangat (rata-rata ± SE, 6.1±1.6 kg) tetap lebih

besar secar signifikan dibandingkan dengan kelompok plasebo (rata-rata ± SE, 0.8±1.4 kg)

(P=.012) pada hari kelima. (Gambar 4).

Pengurangan PRWE. Pada awalnya, subyek CTS melaporkan skor total rata-rata

pergelangan PRWE ± SD 65.94±18.51 jauh dari skor maksimum 100. Pembungkus hangat

(rata-rata ± SE, 27.1±5.2) menyajikan pengurangan yang lebih besar secara signifikan pada

Page 9: Editan Jurnal Rm Baru

skor total pergelangan PRWE dibandingkan placebo (rata-rata ± SE, 2.67±4.81) (P=.0015)

pada hari ketiga. Keuntungan pembungkus hangat ini (rata-rata ± SE, 27.3±5.9) dibandingkan

plasebo (rata-rata ± SE, 7.90±5.39) berlanjut sampai follow up hari kelima. (Gambar 5).

Hasil kemanjuran (efiksasi) CTS

Pereda nyeri. Analisa primer kemanjura dari subjek dengan CTS mengindikasikan

bahwa heat wrap (mean ± SE, 2.18 ± 0.34) terasosiasi lebih besar secara signifikan pada hari

ke 1 sampai hari ke 3/ jam ke 0 sampai jam ke 8, rataan pereda nyeri dibanding plasebo

(mean ± SE .95 ± .25) (= .001). Hal ini mewakili peningkatan 129% dari pereda nyeri yang

berarti dengan heat wrap. Analisis eksploratoris membuktikan bahwa heat wrap memberikan

peredaan nyeri yang lebih besar (P ≤ 0.5) dibanding plasebo pada 20 poin dari 26 kali

pengambilan poin (gambar 6).

Pengurangan kekakuan sendi. Pada dasarnya, dilaporkan bahwa subjek CTS memiliki

rataan skor kekakuan sendi ± SD dari 61.63 ± 25.64 diluar skor maksimum 100. Analisis

sekunder dari subjek CTS mengindikasikan bahwa grup heat wrap (mean ± SE, 21.8 ± 5.5)

memberikan pengurangan kekakuan sendi yang lebih besar pada hari ke sampai hari ke 3/

jam ke 0 sampai jam ke 8 dibandingkan grup plasebo (mean ± SE 4.9 ± 3.1) (P = .004).

Analisis eksploratoris menunjukkan secara nominal grup heat wrap memberikan penurunan

kekakuan sendi yang lebih besar (P ≤ .05) dibandingkan plasebo pada 19 poin dari 26 kali

pengambilan poin, dimulai dengan hari ke 1/ jam ke 8 poin waktu dan dilanjutkan hingga

akhir penelitian (gambar 7).

Perubahan kekuatan grip. Pada dasarnya, rataan kekuatan grip subjek CTS ± SD dari

10.7 ± 10.2 Kg gaya. Analisis sekunder menentukan bahwa grup heat wrap (mean ± SE, 6.6 ±

1.6 Kg) terasosiasi dengan peningktan secara signifikan kekuatan grip dibandingkan grup

plasebo (mean ± SE, -0.3 ± 15 Kg) (P= .003) pada hari ke 3, hari terakhir pengobatan.

Analisis post hoc membuktikan bahwa kekuatan grip dari grup heat wrap (mean ± SE, 6.1 ±

1.6 Kg) lebih besar dibandingkan grup plasebo (mean ± SE, 0.8 ± 1.4 Kg) (P = .012) pada

hari ke 5 (gambar 4).

Pengurangan PRWE. Pada dasarnya, dilaporkan subjek CTS memiliki mean PRWE

total skor pergelangan tangan ± SD dari 65.94 ± 18.51 diluar skor maksimum 100. Heat

wrap (mean ± SE, 27.1 ± 5.2) memberikan reduksi yang lebih besar pada PRWE skor totl

pergelangan tangan dibanding plasebo (mean ± SE, 2,67 ± 4.81) (P = .0015) pada hari ke 3.

Keuntungan Heat wrap (mean ± SE, 27.3 ± 5.9) dibandingkan plasebo (mean ± SE, 7.90 ±

5.39) (P = .013) dilanjutkan sampai hari ke 5 follow up (gambar 5).

Page 10: Editan Jurnal Rm Baru

Tambahan efiksasi CTS

Reduksi SSS. Pada dasarnya, Subjek CTS dilaporkan memiliki mean skor SSS ± SD

dari 3.14 ± 0.63 diluar dari skor maksimum 5.00. Prosedur ANOVA diatur sebagai dasar dan

pengobatan dengan heat wrap (mean ± SE .90 ± .13) memberikan reduksi yang lebih besar

dari beratnya gejala dibandingkan plasebo (mean ± SE .20 ± .13) (P = .001) pada hari ketiga.

Keuntungan heat wrap ini (mean ± SE .97 ± .16) semakin meningkat dibandingkan dengan

plasebo pada follow hari kelima (mean ± SE .14 ± .14) (P ≤ 0.001)

Reduksi FSS. Pada dasarnya, subjek CTS dilaporkan memiliki mean skor FSS ± SD

dari 2.95 ± 0.82 diluar skor maksimum 5.00. ANOVA membuktikan bahwa heat wrap (mean

± SE .065 ± .16) memberikan reduksi yang lebih besar pada skor FSS dibandingkan plasebo

(mean ± SE .00 ± .16) (P = .006) pada hari ketiga. Tidak ada perbedaan statistik yang

diobservasi diantara heat wrap (mean ± SE .57 ± .22) dan plasebo (mean ± SE .12 ± .20) (P

= .07) pada hari kelima

Keamanan

Teradapat 9 kejadian yang tidak diinginkan, ringan maupun berat, dan kejadian

tersebut dilaporkan berasal dari 9 subjek yang mewakili 10% dari keseluruhan peserta.

Rataan insiden dari subjek yang mengalami kejadian yang tidak diinginkan pada grup

percobaan dibandingkan antara grup heat wrap (n = 3, 7.5%) dan grup plasebo oral (n = 4,

9.5%). Hubungan sebab akibat dinilai sebagai keraguan dari 2 kejadian tersebut. Satu

kejadian yang tidak diinginkan pada grup heat wrap dinilai sebagai sesuatu yang mungkin

bisa terjadi (dingin pada jari), dan kejadian pada grup asetaminofen dinilai sebagai suatu

kemungkinan (dispepsia).

Tidak ada laporan mengenai kejadian yang tidak diinginkan mempengaruhi kulit pada

setiap grup pengobatan. Semua kualitas kulit dinilai pada grup pengobatan (dipanaskan, tidak

dipanaskan) terlihat warna kulit yang normal, keduanya pada kunjungan pertama (garis

dasarnya) dan kunjungan terakhir.

Diskusi

Masalah tulang belakang yang berhubungan dengan pekerjaan sering berkaitan

dengan subjeknya seperti pegawai dan majikan, memberi dampak pada seringnya tidak

Page 11: Editan Jurnal Rm Baru

masuk kerja, menurunnya produksi kerja dan moral para pekerja, dan disabilitas. Angka

kejadian dari kondisi tersebut meningkat seiring dengan pekerjaan yang membutuhkan tenaga

lebih, pekerjaan yang berulang-ulang, posisi tubuh saat bekerja yang selalu sama, dan suhu

lingkungan pekerjaan yang dingin, sangat kontak dengan stres. Dan juga kondisi tersebut

berhubungan dengan menurunnya kualitas hidup selama aktivitas sehari-hari seperti mandi,

berpakaian, dan bertukang, sama seperti peserta dalam aktivitas rekreasi.

CTS adalah contoh terbanyak yang dicatat sebagai neuropati pada ekstremitas atas.

Kompresi saraf median dalam carpal tunnel terjadi karena faktor berikut getaran, posisi

tangan dan pergelangan tangan, tekanan lokal pada dasar telapak tangan, dan gerakan tangan

yang berulang-ulang. Gejala klinisnya dihasilkan oleh iskemik intraneural dan tidak

disebabkan kompresi saraf lokal.

Dampak dari pengobatan dengan menggunakan bahan panas yang dimediasi melalui

saraf, vaskular, dan mekanisme biofisiologi. Panas topikal menurunkan aktivitas serabut C

yang kecil tanpa mielin yang menghambat sinyal nosiseptik pada tulang belakang dan

meningkatkan kerja proprioseptik. Terapi panas juga merangsang bagian tertentu dari otak.

Otak secara normal menampilkan proses penghatan kulit mengahktifkan talamus dan insula

otak posterior, dan mendukung dampak psikosomatik. Dampak menghilangkan rasa nyeri

dari terapi wrap heat mungkin secara tidak langsung dimediasi di otak melalui penghangatan

kulit dikombinasi dengan latihan fisik yang bertambah untuk bagian tubuh yang sakit.

Pada populasi CTS, terapi ini dikatakan menyediakan pereda sakit posterior, beragam

jenis dari gejala klinis menurunnya kekuatan, dan meningkatkan fungsi tubuh fungsional jika

dibandingkan dengan kedua subjek. Kegunaan dari terapi ini adalah lebih jelas lagi subje

dengan pasien CTS dibanding dengan SS/T/OA. Beberapa alasan yang mungkin adalah untuk

menjelaskan penemuan ini termasuk kenaikan efek pada suhu jaringnan, memperbaiki aliran

darah, dan mempengaruhi kecepatan konduksi saraf (Nerve Conduction Velocity = NCV).

Pada percobaan ini, perbaikan pada kekuatan genggaman antara penderita CTS pada

penelitian kami yang memberi dukungan untuk pengaruh panas yang mungkin pada NCV.

Memperbaiki aliran darah melalui iskemik daerah saraf juga membantu untuk menjelaskan

hasil penelitian kami.

Gejala klinis CTS semakin bertambah karena meningkatnya tekanan aktivitas carpal

tunnel seperti fleksi dan ekstensi dari pergelangan tangan. Tatalaksana konservatif termasuk

membalut pergelangan tangan pada waktu malam dengan posisi deviasi murni (contoh: tidak

fleksi saat mengulurkan tangan). Sebuah pendapat dinyatakan bahwa lapisan pergelangan

tangan dapat bertindak sebagai pembalut dan hasilnya kami memperoleh dengan heat wrap

Page 12: Editan Jurnal Rm Baru

karena imobilisasi dari pergelangan tangan. Bagaimanapun juga, ketika heat wrap digunakan,

pergelangan tangan mampu bergerak bebas.