Edisi L / Juli - September | 2020 s Seputar informasi Bina ...

32
Si BiMa Seputar informasi Bina Marga dan Penataan Ruang Jalan Mulus, Ekonomi Juara Edisi L / Juli - September | 2020 3 Program Besar DBMPR untuk Jabar Vitalnya Jalur Horizontal JTS Upaya Kejar Masjid Al-Jabbar Kelar Potensi Kawasan dan Analisa Pola Ruang JTS Taktik Memutus Polemik Jalan Tambang

Transcript of Edisi L / Juli - September | 2020 s Seputar informasi Bina ...

siBiMaSeputar informasi Bina Marga dan Penataan Ruang

Jalan Mulus, Ekonomi Juara

Edisi L / Juli - September | 2020

3 Program Besar DBMPR untuk JabarVitalnya Jalur Horizontal JTS

Upaya Kejar Masjid Al-Jabbar Kelar

Potensi Kawasan dan Analisa Pola Ruang JTS

Taktik Memutus Polemik Jalan Tambang

Pengarah:Kepala Dinas Bina Marga dan

Penataan RuangIr. A. Koswara MP

Penanggung jawab:Sekretaris Dinas Bina Marga dan

Penataan RuangAsep Supriatna

Pemimpin Redaksi:Sekretaris Dinas Bina Marga dan

Penataan RuangAsep Supriatna

Sekretaris:Kepala Sub Bagian Kepegawaian

dan UmumSri

Redaktur Pelaksana:M. Aswal, ST., MT.

Hendra Wardhana, ST., MT.

Koresponden/Fotografer:Ryan Dirgantara

Narasumber:Ir. Asep SupriatnaIr. Gumilang, MT. Ir. Bobby Subroto

Ir. Indra MahaIr. Agus Salim ST., MT.

Ir. Agus Budiono, ST., MM.Ir. Adnan Guntara, ST., MT.

Ir. Yudha TamtamaDrs. Uuh Suparman M.Sc

Sirkulasi/Umum:Endang Cahyana, Hari A. Sumirat

Operator Komputer:Andri S.

Alamat Redaksi:Jl. Asia Afrika no. 79 Bandung.

Telp. (022) 423 1602 (022) 423 1603 e-mail redaksi:

[email protected]

IN BOX

peristiwa

Proyeksi Kebutuhan Pegawai DBMPR Jabar Lima Tahun ke Depan12

Rekomgub KBU Tak Sembarangan Dikeluarkan10

BIUTR : Cita-cita Tol Dalam Kota Bandung Segera Nyata14Virtual Tapi Tetap Sakral15Gedung Sate Dulunya Hebe16DOB Agar Pembangunan Merata18Target Pokja KonstruksiSegera Beraksi19

laporan utama3 Program Besar DBMPR untuk Jabar

4

Vitalnya Jalur Horizontal JTS6Potensi Kawasan dan Analisa Pola Ruang JTS7Upaya Kejar Masjid Al-Jabbar Kelar8Taktik Memutus Polemik Jalan Tambang9

frameDampingi Gubernur Tinjau Jalan Lingkar Subang

Kunjungan Eksekutif dan Legislatif

Kunjungan Kadis DBMPR di Kabupaten Sumedang

Awasi dan Dampingi Bantuan Sosial Provinsi

Lakukan Inovasi Kembangkan Kreativitas

20

garda4 Paket Pekerjaan Tetap BerjalanSaat Refocusing Anggaran23

wawasanUji Agregrat di Laboratorium Bahan Konstruksi28Kesalehan Sosial Bukan Sekadar Kebaikan30

sosok Oneng Nurlatifah, S.Sn.Menekuni Seni dan Pariwisata, Belajar Tegar Membaur di Infrastruktur

24

26 Andi Nugraha, S.T.Tak Mau Mengabdi ke Lain Hati

Lensa22

Mang BiMa ngageuing

3SiBiMa | Juli - September 2020

“GEUS bebasnya, Broh, ayeuna mah,” Mang Bima ngomong ka si Abroh nu titatadi siap-siap pemanasan rek ngilu senam poe Jumat.

“Bebas naon ari kamu?” si Abroh ngajawab bari tetep lari-lari kecil di tempat.“Iya, kan sekarang sudah AKB, dan daerah kita mah sudah tidak zona merah lagi. Jadi tidak perlu mengikuti

protokol kesehatan lagi,” Mang Bima nerangkeun bari nalian sapatu olah raga.“Eeh ….. kamu mah salah tangkep. AKB alias Adaptasi Kebiasaan Baru bukan berarti kita sudah kembali zaman

normal sebelum ada virus corona. Kita harus tetap mengikuti protokol kesehatan. Nyaeta, PAKAI MASKER, JAGA JARAK MINIMAL 1 METER, SERING CUCI TANGAN ATAU MEMAKAI HAND SANITIZER … Eta teh upaya minimal,” ceuk si Abroh, ayeuna mah stop heula lari-lari di tempat na.

“Tapi kan saya mah sehat, hasil rapid test ge non reaktif,” ceuk Mang Bima bari ngaluarkeun kertas hasil rapid test-na.

“Alhamdulillah atuh ari sehat mah. Cuma, kita harus tetap menjaga agar tidak tertular dari orang lain. Apalagi kalau sampai kita menyebarkan virus atah adol eta, karena siapa tahu kita teh OTG alias Orang Tanpa Gejala, padahal sudah mamawa virus Corona. Lain leuwih bahaya nu kitu teh,” si Abroh ngaluarkeun kanyahona tina aplikasi Pikobar.

“Heueuh nyak,” Mang Bima nangkep jeung ngarti penjelasan si Abroh.“Enya heueuh ..... bari nage kabeh geus disadiakeun ku Dinas. Masker hampir salosin atawa hand sanitizer. Teu

sirik di unggal pengkolan aya. Hayang cuci tangan tinggal blus ka WC atawa toilet. Tuh, deukeut masjid loba keran tinggal kucurkeun. Mun perilaku urang bisa begitu, berarti kita sudah MENJAGA DIRI SENDIRI DAN JUGA BATUR TETAP SEHAT,” si Abroh nerangkeun rada hah ... heh ... hoh …... sabab ayeuna bari sit up.

“Jadi urang make masker teh bisa saterusna nepi ka maot?” Mang Bima nanya bari ngaregot teh haneut saencan ka lapangan.

“‘Wallahu’alam …. Tapi ayeuna vaksin COVID-19 keur diuji coba ngalibatkeun relawan. Sugan we lancar jeung berhasil. Terus bisa diproduksi jeung dipake massal,” si Abroh nurutan Mang Bima ngaregot cai teh haneut.

“Mun geus aya vaksin atawa obat na mah urang bakal bebas teu kudu masker jeung cuci tangan?” ceuk Mang Bima, keukeuh da embung make masker.

“Sakali deui ..... Wallahu’alam. Urang mah kumaha nu di bendo alias pamarentah. Titah make masker, nya make. Titah cuci tangan make sabun, tinggal cur gesruk. Da euweuh rugina. Rek aya COVID-19 atau euweuh COVID-19, alus wae keur jaga kasehatan tina polusi,” si Abroh nembal bari tuluy ngaharewos, “Kade cuci tangan teh, bener-bener leungeun dikumbah ….. Lain cuci tangan mengelak dari masalah, padahal manehna ngilu terlibat.”

Mang Bima ngan bisa kerung merhatikeun si Abroh ngoloyor ka lapang ….. ???!!!

Jaga Diri Jeung Jaga Batur

LAPORAN UTAMA

SELAIN itu, ada tiga program yang mendapat perhatian khusus untuk direalisasikan di tahun 2021, karena

menyangkut kepentingan masyarakat. Ketiga proyek pembangunan tersebut ada di lingkungan DBMPR Jabar. Yaitu, pembangunan Jalur Horizontal/Jalur Tengah Selatan (JTS), jalan tambang Parung - Kabupaten Bogor, serta pembangunan Masjid Raya Provinsi Jawa Barat, Al-Jabbar, tahap IV.

Hal yang krusial dari ketiga pembangunan tersebut adalah masalah anggaran. Mengingat anggaran saat ini banyak tersedot untuk bantuan sosial dan recovery ekonomi akibat pandemi COVID-19, maka perlu adanya sumber anggaran lain, selain dari APBD, agar ketiga proyek ini dapat terealisasi.

Untuk itu, Selasa (14/7), berlangsung Rapar Pembahasan Tiga Proyek Strategis di Ruang Rapat B Kantor Bappeda

Provinsi Jabar. Rapat dipimpin Asisten Daerah Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemprov Jabar, Eddy Nasution. Kegiatan ini juga dihadiri Kepala Bappeda, Pimpinan Biro

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan investasi, Biro Hukum, serta undangan lain yang

terkait dengan ketiga proyek tersebut. Rapat turut dihadiri Kepala DBMPR

Jabar, A. Koswara, MP, didampingi Kepala Bidang Jasa Konstruksi, Indra Maha, dan Kepala Bidang Teknik, Gumilang. DBMPR Jabar melakukan ekspose tiga rencana proyek pembangunan itu.

Pembangunan JTS dengan panjang 310 km (dibagi 2 segmen barat dan timur) membutuhkan anggaran Rp 2,675 triliun. Manfaatnya akan memangkas

jarak dan waktu, memudahkan menuju tempat wisata, serta

berpengaruh bagi pertumbuhan ekonomi dan kegiatan sosial, khususnya di wilayah Jabar bagian selatan.

Sementara pembangunan Masjid Al-Jabbar tahap IV memerlukan anggaran Rp 475 miliar lebih. Anggaran sebesar itu diperuntukkan buat bangunan masjid, interior, dan konten Ma’rodz. Ditargetkan masjid bisa dipakai berjamaah tahun 2022.

3 Program Besar DBMPR untuk Jabar

Refocusing anggaran untuk menanggulangi pandemi virus Corona (COVID-19) membuat beberapa paket pekerjaan di

lingkungan Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat (DBMPR Jabar) terpaksa dibatalkan dan dialihkan

ke tahun 2021. Padahal, beberapa di antaranya telah direncanakan dan siap memasuki proses lelang.

Foto: DK

Foto: DK

4 Juli - Sptember 2020 | SiBiMa

Terakhir, untuk jalan tambang, panjangnya 24,89 km dengan perkiraan anggaran Rp 560 miliar lebih. Rencananya, jalan tambang tersebut akan berbayar. Pembangunan jalan tambang ditawarkan melibatkan pemilik tambang.

Eddy Nasution sangat mengapresiasi rencana pembangunan JTS, karena sangat bermanfaat dari sisi sosial

maupun ekonomi. “Saya baru tahu, daerah-daerah yang tadi dipaparkan Kadis BMPR dan dampaknya pasti akan baik bagi wilayah tersebut khususnya,” ujar Eddy.

Setelah paparan, rapat dilanjutkan dengan tanggapan dan diskusi atas rencana tersebut. Salah satu pertanyaan yang disampaikan pimpinan rapat terkait kesiapan kucuran dana untuk proyek. Terkait hal ini, Kepala Biro BUMD dan Investasi, I Gusti Agung, menyatakan siap dan akan menugaskan PT Jasa Sarana (JS) sebagai pelaksana dan investor.

Namun, baik BUMD maupun PT JS menyatakan, proses itu harus melewati Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Selain itu, harus melalui persetujuan DPRD Provinsi Jabar. Setelah semua tanggapan dan pertanyaan didiskusikan, rapat ditutup dengan keyakinan proyek akan segera terealisasi serta membawa banyak manfaat bagi masyarakat.

Dua minggu setelah rapat di Bappeda, Tim dari PT JS mengadakan pertemuan dan presentasi di DBMPR Jabar. Presentasi yang dilakukan di hadapan Kepala DBMPR dan jajarannya ini menyampaikan hasil perhitungan anggaran yang diperlukan untuk proyek pembangunan JTS. Koswara dan jajarannya pun kembali bertemu dengan Biro BUMD dan Investasi untuk membahas rencana proyek itu.

Beberapa hari kemudian, jajaran DBMPR Jabar dipanggil Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, untuk membahas kelanjutan pembangunan Masjid Raya Al-Jabbar tahap IV. Menyangkut kelanjutan pembangunan Masjid Al-Jabbar, maka anggaran diusulkan ditetapkan secara multiyears atau dengan melakukan penugasan sekaligus sebagai investor. (DK)

Foto: DK

doc.DMBPR

5SiBiMa | Juli - September 2020

Vitalnya Jalur Horizontal JTS

Selama ini, perkembangan perekonomian di utara Jawa Barat berkembang pesat, karena didukung infrastruktur jalan jalur pantai utara (pantura) yang menghubungkan ujung barat hingga ujung timur, bahkan sampai wilayah Jawa Tengah. Kondisi ini berbanding terbalik dengan infrastruktur di selatan Jabar. Maka, sejak lama Pemerintah Provinsi Jawa Barat mencanangkan Program Jalur Horizontal Tengah Selatan – Jabar.

PROGRAM Jalur Horizontal Tengah Selatan – Jabar atau disebut Jalur Tengah Selatan (JTS) merupakan upaya pemerintah untuk

meningkatkan jalan horizontal tengah pada jalur Jabar Selatan yang menghubungkan Sukabumi hingga Pangandaran.

“Feasibility study-nya dilakukan sejak tahun 2015. Tahun ini, kami pastikan trasenya dan tahun depan mulai pengerjaannya,” ungkap Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat (DBMPR Jabar), A. Koswara MP, beberapa waktu lalu.

Menurut Koswara, ada beberapa faktor yang menjadikan pentingnya pembangunan JTS. Pertama, disparitas perkembangan wilayah Jabar bagian utara/tengah dengan selatan. Kedua, potensi pengembangan Jabar selatan untuk peningkatan ekonomi daerah sangat tinggi. Selanjutnya, kondisi geografis dan karakter alam yang menarik yang menjadi ciri khas wilayah ini.

“Selain itu, proyeksi pertumbuhan penduduk di masa depan, sehiingga diperlukan layanan infrastruktur yang baik dan terkoneksi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya,” ujar Koswara.

Diprediksi, pada tahun 2039, Jabar selatan akan menjadi kawasan perkotaan baru. Oleh karena itu, bakal dibutuhkan layanan jaringan jalan jalur horizontal. Pasalnya, selama ini untuk menuju suatu lokasi yang

LAPORAN UTAMA

doc.DMBPR

6 Juli - Sptember 2020 | SiBiMa

sekadar berbeda kecamatan saja harus berputar lumayan jauh, sehingga menghabiskan waktu tempuh cukup lama.

“Selain itu, potensi wisata di sekitar koridor jalur tersebut sangat banyak dan tersebar,” lanjut Koswara.

Berdasarkan latar belakang itu, tujuan pembangunan JTS adalah meningkatkan konektivitas pusat pertumbuhan / PKL / PKW / sentra pertanian / pariwisata di wilayah tengah Jabar selatan. Juga untuk mengurangi disparitas pembangunan dan mengejar ketertinggalan kemajuan Jabar selatan agar berkembang seperti wilayah-wilayah lainnya.

Koswara menjelaskan empat nilai strategis pembangunan JTS. Hal ini diungkapkannya saat melakukan melakukan ekspose di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jabar.

Pertama, mendorong pemerataan pembangunan wilayah Jabar selatan. Kedua, mendorong perwujudan rencana struktur (pusat kegiatan) ruang sesuai RTRW Jabar. Ketiga, membuka potensi dan mendorong pertumbuhan ekonomi Jabar selatan. Terakhir, meningkatkan aksesibilitas dan antisipasi peningkatan pelayanan mobilitas penduduk yang makin tinggi.

Rencana pembangunan JTS sejatinya sudah tertuang dalam dokumen perencanaan RTRW Provinsi Jawa Barat. Bahkan, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2018 – 2023, pembangunan JTS sudah

ditetapkan sebagai jalan strategis yang akan dibangun atau ditingkatkan.

Adapun ruas-ruas JTS terbagi dalam dua segmen. Pertama, Segmen Barat dengan total panjang 110,06 km. Segmen ini terdiri atas jalur Lengkong – Sagaranten (23,08 km), Sagaranten – Tanggeung (30,14 km), Tanggeung – Padasuka (43,88 km), Cipelah – Rancabali (12,96 km).

Selanjutnya, Segmen Timur yang terdiri atas Ciwidey – Pangalengan (24,62 km), Pangalengan – Cikajang (37,67 km), Cikajang - Bantarkalong (65,48 km), Bantarkalong – Kertahayu (82,43 km). Total Segmen Timur sepanjang 211,20 km.

Total seluruh ruas JTS yang akan ditingkatkan sejauh 321,26 km, yang meliputi trase ruas JTS – Jabar Selatan, Lengkong – Sagaranten – Tanggeung – Padasuka – Cipelah – Rancabali – Ciwidey – Pangalengan – Cikajang – Bantarkalong – Kertahayu.

Pembangunan JTS diperkirakan berdasarkan rencana anggaran biaya panjang jalan di dua segmen, biaya konstruksi, luas kebutuhan lahan serta biaya kebutuhan lahan. Dengan panjang jalan 321,26 km, diperkirakan membutuhkan lahan seluas 1.956.700 m, biaya konstruksi sebesar Rp 2.088.190.000.000, serta biaya kebutuhan lahan Rp 587.099.880.000. Total biaya pembangunan JTS diperkirakan Rp 2.675.199.880.000. (DK)

Potensi Kawasan dan Analisa Pola Ruang JTS

PEMBANGuNAN Jalur Tengah Selatan (JTS) dapat meningkatkan potensi pengembangan perekonomian melalui beberapa kawasan yang dilewatinya mulai dari Kabupaten Sukabumi di segmen barat, hingga Pangandaran di ujung timur. Antara lain, pengembangan kawasan Perkebunan Teh Surangga dan Lengkong. Kemudian, pengembangan Kota Wisata Alam Curug Jampang tengah, kota Wisata Alam pegunungan pendidikan Geopark Ciletuh, serta wisata Pantai Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi.

Bergeser ke arah timur, ada pengembangan kawasan perdagangan dan jasa lokal di Kecamatan Tanggeung,

Pagelaran, Sukanegara di wilayah Kabupaten Cianjur, serta Kecamatan Cikajang dan Banjarwangi di wilayah Garut

Selatan. Kemudian, potensi pengembangan kota wisata serta pusat

pemerintahan dan pendidikan yang ada di wilayah Kabupaten Garut, Tasikmalaya hingga Pangandaran. Mulai dari kota Pariwisata Kampung Adat Dukuh, Wisata Pantai Cikelet, Pantai Pameungpeuk, Kota Wisata Manonjaya, serta Wisata Ziarah Makam Baganjing dan Pamijahan. Selain itu, semakin ke timur ada wisata Pantai Karangtawulan, wisata alam Geosite Gunung Haur, pusat pemerintahan dan pendidikan Kabupaten Pangandaran, serta wisata Pantai Pangandaran.

Dengan panjang 321,26 km, JTS sudah mulai dikaji (feasibility study) sejak tahun 2014, KA Andal (2016) hingga tahap preliminary design di tahun 2019. Untuk analisa kesesuaian ruang trase JTS yang tertuang dalam Rencana Pola Ruang RTRW Provinsi Jabar (revisi tahun 2020), kawasan ini melintasi beberapa pola ruang. Yaitu, kawasan hutan lindung, kawasan konservasi, dan pertanian (Dinas Perkebunan, KP2B, PTPN8). Kemudian, JTS pun melintasi kawasan-kawasan yang rawan bencana, seperti bencana gerakan tanah tinggi/tanah labil, gunung api, pergerakan sesar aktif, serta tsunami tinggi.

Terakhir, pola ruang yang dilewati JTS adalah kawasan sesuai untuk hutan lindung. (DK)

Ilustrasi: freepik.com 7SiBiMa | Juli - September 2020

BANGuNAN masjid yang berdiri di atas lahan seluas 25 hektar ini dilengkapi empat menara setinggi 99 meter. Tinggi menara ini terinspirasi dari jumlah Asmaul

Husna. Bangunan masjid dikelilingi danau sebagai embung (daerah penyerapan air) dan akan dibangun taman-taman hijau sebagai area rekreasi bagi keluarga. Kawasan Al-Jabbar terdiri atas area Landscape, Embung, dan Jalan Akses.

Tujuan pembangunan Masjid Raya Provinsi Jabar ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menyangkut tempat ibadah yang representatif dan tersedianya fasilitas ruang publik (public space) yang nyaman. Selain itu, Masjid Al-Jabbar diharapkan dapat menjadi sarana dan prasarana bernilai arsip histori budaya. Pasalnya, tempat ini akan memberi kemudahan untuk menggali berbagai literatur dan referensi terkait Al-Qur’an, Asmaul Husna, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, sejarah Nabi, serta sejarah perkembangan Islam di Nusantara dan Jawa Barat.

Oleh karena itu, penyelesaian pembangunan Masjid Raya Provinsi Jawa Barat menjadi sangat penting. Terlebih mengingat kontinuitas hasil pembangunan tahap sebelumnya yang meliputi pekerjaan struktur (khususnya pekerjaan space frame), mekanikal, elektrikal, dan plumbing yang memerlukan pemeliharaan rutin.

Selain itu, sangat penting menjaga keamanan aset-aset di kawasan pembangunan Masjid Al-Jabbar. Mengingat

lingkungannya kini sudah banyak dimanfaatkan masyarakat menjadi “tujuan wisata” tidak

resmi. Sekarang banyak pedagang kaki lima di dekat area pembangunan

masjid, sementara area danau dijadikan tempat

pemancingan, tempat olah raga hingga tempat

untuk berswafoto (selfie).

Semula guna menyelesaikan

pembangunan Masjid

Al-Jabbar tahap 3 di tahun anggaran 2020 dialokasikan dana Rp 348 miliar. Namun lantaran adanya refocusing anggaran untuk percepatan pencegahan COVID-19, akhirnya anggaran itu diciutkan menjadi tinggal Rp 31,5 miliar. Diprediksi kemampuan keuangan Pemprov Jabar sampai akhir tahun 2022 belum recovery, sehingga penyelesaian pembangunan Masjid Raya Provinsi Jawa Barat diperkirakan bakal melampaui rencana awal pemanfaatan masjid pada tahun 2021 sesuai dengan RPJMD.

Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat (DBMPR), A. Koswara MP., dalam Rapim, Selasa (4/8), di Ruang Adibima Utama Kantor DBMPR Jabar, menyampaikan pernyataan Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, terkait pembahasan pembiayaan untuk menyelesaikan pembangunan Masjid Al-Jabbar.

“Penugasan merupakan salah satu alternatif pembiayaan penyelesaian pembangunan Masjid Raya Provinsi Jawa Barat yang melibatkan pihak kedua. Ini untuk mengurangi beban APBD Provinsi Jawa Barat selama masa recovery. Atau penyelesaian pembangunan Masjid Raya Provinsi Jawa Barat dilakukan melalui kontrak tahun jamak (multi years contract),” ujar Kadis.

Pembangunan melalui penugasan maupun kontrak multi years (lewat jalan lelang) lantaran kondisi pandemi COVID-19 akan berpengaruh terhadap kapasitas produksi dan waktu penyelesaian pekerjaan akibat kendala seperti pembatasan jumlah personel. Pasalnya, ada protokol kesehatan COVID-19 yang harus diterapkan dalam kegiatan proyek konstruksi, semisal menghindari terjadinya kerumunan dan keniscayaan untuk menjaga jarak (physical distancing).

Kendala lainnya adalah belum lancarnya distribusi material, khususnya material impor seperti metal ceiling, lift, special lighting, sound, escalator, dan lainnya, sehingga bakal berdampak terhadap masa pelaksanaan pekerjaan. Dengan adanya pengurangan kapasitas produksi dan belum lancarnya suplai material, maka penyelesaian pekerjaan diperkirakan melebihi 365 hari kalender. Alhasil, sistem kontrak tahun jamak merupakan salah satu alternatif penyelesaian pekerjaan dengan satu kali proses pengadaan. (DK)

Upaya Kejar Masjid Al-Jabbar Kelar

Pembangunan Masjid Raya Provinsi Jawa Barat, Al-Jabbar, dimulai akhir tahun 2017 dan ditargetkan selesai tahun 2020. Masjid ini

dirancang bukan sekadar tempat ibadah sholat, namun juga tempat pembinaan khazanah Islam dengan sentuhan konsep wisata.

LAPORAN UTAMA

Foto:DK8 Juli - Sptember 2020 | SiBiMa

TELAH berbilang waktu warga di sekitar Jalan Raya Parung Panjang mengeluhkan banyaknya truk tambang yang melintas di jalan tersebut. Di samping membuat

macet lantaran kerap parkir sembarangan, keberadaan truk-truk berbadan bongsor itu merusak jalan dan acap membahayakan pengguna jalan lain. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus mencari solusi agar aktivitas masyarakat dan kegiatan tambang bisa berjalan beriringan.

Sejumlah dampak negatif timbul akibat aktivitas lalu lintas kendaraan pengangkut hasil tambang di Parung Panjang itu. Di antaranya meningkatnya kecelakaan akibat terjadinya mixed traffic atau percampuran pergerakan primer (jarak jauh) dan pergerakan sekunder (kegiatan sehari-hari).

Kemudian, ruas jalan kabupaten dan provinsi rusak akibat aktivitas angkutan tambang. Terakhir, terjadi kemacetan lantaran antrean kendaraan angkutan tambang yang tengah menunggu muatan atau menunggu waktu untuk melintas.

Kendati kemacetan mulai menurun seiring diberhentikannya operasional kendaraan pengangkut tambang pada siang hari, tetapi tidak mengurangi polusi dan kerusakan jalan. Salah satu solusi jangka panjang dan permanen yang ditawarkan Pemprov Jabar adalah pembuatan jalan khusus jalur tambang. Demikian Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, menyampaikan kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Rencana pembangunan jalan khusus angkutan tambang sudah diamanatkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2018 – 2023. Pada RPJMD 2018 - 2023, jalan itu ditetapkan sebagai jalan strategis yang diprioritaskan akan dibangun.

Jalan tambang akan melintasi areal tambang di Rumpin, Cigudeg, dan Parung Panjang agar angkutan bahan hasil tambang tidak lagi melewati Jalan Raya Parung Panjang. Jalan tambang dirancang langsung terhubung dengan jalan tol. Tapi, soal terakhir ini masih dalam pembahasan dengan pengelola jalan tol. Opsi itu dipilih lantaran paling sedikit melintasi permukiman.

Ada beberapa opsi menyangkut asal dana/anggaran untuk pembangunan jalan tambang. Jalan tambang sendiri sudah melalui tahap Feasibility Study (FS) dan Detail Engineering Design

(DED) tahun 2019 serta Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang direncanakan tahun 2021.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat (DBMPR Jabar), A. Koswara, MP, kepada Asisten Daerah Perekenomian dan Pembangunan Jabar, Eddy Nasution, dalam rapat khusus membahas Tiga Proyek Strategis DBMPR Jabar di kantor Bappeda Jabar.

Jika jalan ini menjadi jalan khusus tambang yang terkait dengan kepentingan pengusaha tambang, maka jalan tambang harus dibangun oleh badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat yang berkepentingan. Jika dibangun pemerintah, maka jalan ini merupakan jalan umum. Jika menjadi jalan berbayar (jalan tol), maka jalan tersebut harus masuk rencana umum jaringan tol dan melakukan tahapan pengusahaan jalan tol ke Kementerian PUPR cq. BPJT.

Apa pun fungsi jalan tambang ini ke depannya, pastinya diusahakan pembangunan jalan tambang itu tidak menggunakan dana pemerintah. Bukan dari APBD atau APBN. Jalan tambang akan dibuat sejauh 24,89 km, diperkirakan menghabiskan biaya konstruksi Rp 512 miliar dan biaya pembebasan lahan Rp 148,3 miliar, serta membutuhkan lahan seluas 59,3 ha. (DK)

Taktik Memutus Polemik Jalan Tambang

Hilir mudik truk tronton tambang melintasi wilayah Kecamatan Parung Panjang, Bogor, sudah lama menuai polemik. Bertahun-tahun jalan kabupaten dan provinsi

dipakai untuk mengangkut hasil tambang, sehingga menjadi ancaman serius bagi warga sekitar dan siapa saja

yang melintasi jalan itu.

LAPORAN UTAMA

Foto: dok. UPTD 29SiBiMa | Juli - September 2020

Pe

RisT

iwA

KAWASAN Bandung Utara yang sudah menjadi Kawasan Strategis Provinsi (KSP) tidak dapat lagi sembarangan dibangun atau dialihfungsikan, meski

lahan itu milik pribadi. KBU sudah menjadi isu nasional seiring akan diterbitkannya peraturan/undang-undang terkait Cekungan Bandung. Pasalnya, kerusakan yang terjadi di KBU akan berdampak buruk pada kawasan Metro Bandung.

Untuk membangun/mengalihfungsikan lahan KBU harus ada Rekomendasi Gubernur (Rekomgub). Rekomgub dibuat dengan mengajukan permohonan dilampiri sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi melalui Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD) Provinsi Jawa Barat. Tim TKPRD terdiri atas berbagai OPD/SKPD terkait yang nantinya akan dibahas Tim Pokja.

Setiap permohonan dikaji dalam rapat Pokja oleh anggota

tim sesuai tugas dan fungsinya. Mulai sisi lingkungan hidup, sumber daya air, ESDM, konservasi, kebencanaan, dan lain-lain. Jika sudah disetujui, hasil masukan itu kemudian dibawa ke Pleno TKPRD di Gedung Sate.

Rapat Pleno TKPRD Provinsi Jawa Barat tercatat sudah dilakukan tiga kali setiap Jumat (10-17-24/7) di Ruang Ciremai Gedung Sate, Bandung. Rapat dipimpin Sekda Pemprov Jabar, Setiawan Wangsaatmaja, yang juga Ketua Tim TKPRD Jabar.

Setiap rapat dihadiri Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat (DBMPR Jabar) sekaligus Sekretaris Tim TKPRD Jabar, A. Koswara, MP; Kepala Bidang Penataan Ruang DBMPR Jabar, Bobby Subroto, dan jajarannya; serta diikuti secara virtual oleh anggota Tim TKPRD Jabar dari berbagai dinas.

rekomgub KBU Tak Sembarangan

DikeluarkanMenjadi kawasan yang dilindungi, Kawasan Bandung

utara (KBu) memiliki aturan yang sangat ketat terkait pembangunan maupun alih fungsi lahan. Secara administratif,

KBu dimiliki Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB), Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Provinsi Jawa Barat.

Foto: DK

10 Juli - Sptember 2020 | SiBiMa

Rapat membahas permohonan Rekomendasi Gubernur tentang pemanfaatan lahan di KBU. Ada sembilan permohonan, yaitu enam permohonan untuk lahan di bawah 1 hektar, dua permohonan untuk lahan di atas 1 hektar, serta satu permohonan yang tertunda. Semua permohonan dibawa ke pleno setelah sebelumnya dibahas tim Pokja yang terdiri atas beberapa dinas (OPD) terkait.

Paparan yang disampaikan Sekretaris Tim TKPRD mendapat tanggapan dan masukan dari beberapa anggota tim Pokja dan Sekretaris Tim Pokja. Antara lain menyangkut semua permohonan hasil pembahasan dan masukan berbagai dinas terkait, termasuk kewajiban yang harus dipenuhi pemohon. Mengingat masih ada anggota tim TKPRD yang perlu mempelajari permohonan yang disampaikan untuk memperoleh Rekomgub, akhirnya Ketua TKPRD memutuskan memberikan kesempatan kepada seluruh anggota tim TKPRD untuk membaca dan mempelajarinya.

Rapat Pleno TKRPD, Jumat (17/7), di Ruang Ciremai Gedung Sate Bandung merupakan lanjutan Rapat Pleno TKPRD, Jumat (10/7). Rapat kembali dipimpin Ketua Pokja TKPRD sekaligus Sekda Pemprov Jabar, Setiawan Wangsaatmaja, yang didampingi Sekretaris Pokja TKPRD Jabar sekaligus Kepala DBMPR Jabar, A. Koswara, MP, serta didampingi Kepala Bidang Penataan Ruang, Bobby Subroto, dan jajarannya.

Pembahasan dilakukan satu per satu, kemudian terjadi tanggapan dan diskusi yang cukup tajam. Waktu 2 jam ternyata tidak cukup untuk mengkaji, sehingga baru enam pemohon di bawah 1 hektar yang dibahas.

Pembahasan yang belum tuntas membuat pleno ditunda satu minggu dengan sejumlah catatan. Pertama, permohonan pembangunan di lahan dengan kemiringan 25 persen ke atas tidak dikeluarkan Rekomgub-nya. Kedua, harus dikaji dari mana memperoleh sumber air. Selanjutnya, run off air harus zero. Terakhir, masalah konservasi, penghijauan, dan lain-lain.

Sebelum ditutup, Kepala DBMPR meminta kepada Ketua Pokja agar di kemudian hari diadakan pertemuan rutin Tim Pokja seminggu sekali untuk membahas setiap permohonan Rekomgub yang masuk, tidak hanya untuk KBU.

Rapat Pleno TKPRD Jabar kali ketiga berlangsung Jumat (24/7). Pada rapat kali ini dibahas permohonan pembangunan lahan di KBU dengan luas lahan di atas 1

hektar. Di atas lahan itu direncanakan dibangun hotel, perumahan, dan ekowisata.

Pleno yang berlangsung secara online/virtual di Ruang Ciremai Gedung Sate Bandung, dipimpin Ketua TKPRD Jabar, Setiawan Wangsaatmaja, didampingi Sekretaris TKPRD, A. Koswara MP, dan tim dari Bidang Penataan Ruang DBMPR Jabar yang dipimpin Bobby Subroto, serta dari DPMPTSP.

Pleno yang masih mengkaji KBU itu berlangsung pagi sampai siang dalam suasana sangat serius. Pasalnya, wilayah ini primadona investor, tetapi kondisi lingkungan di hulu, utamanya DAS Citarum terus menurun. Ditandai salah satunya dengan kian berkurangnya lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Satu per satu permohonan dipaparkan Koswara, termasuk hasil lengkap kajian dan masukan dari anggota tim pokja dari masing-masing OPD.

Ketua TKPRD yang juga Sekda Pemprov Jabar kemudian meminta seluruh anggota tim TKPRD “yang hadir” memberikan komentar dan analisisnya. Kesimpulan Pleno TKPRD kali ini, Rekomgub KBU belum dapat diberikan, karena masih akan dikaji.

“Semuanya harus serba zero, run off, zero waste, dan lain-lain,” ujar Setiawan, “Masalah kemiringan, potensi bencana, dan sumber air harus benar-benar dikaji. Demikian pula dengan alih fungsi lahan perkebunan, ketinggian gedung, penghijauan, dan lain-lain harus dikaji untung ruginya.”

Sementara Sekretaris TKPRD mengusulkan, selain persyaratan IMB dari pemerintah kabupaten/kota, pemohon harus menyertakan kajian lingkungan dan lain-lain dari pemerintah provinsi.

Pleno TKPRD kali ini menandai dimulainya rapat rutin TKPRD, sehingga setiap permohonan Rekomgub dapat dikaji langsung bersama-sama.

Dari tiga kali Pleno TKPRD untuk permohonan Rekomgub KBU, kajian yang disampaikan sangat mendasar, sehingga Rekomgub KBU tidak dapat keluar tiba-tiba. Namun, selalu mempertimbangkan aspek ilmiah. Apakah Rekomgub dapat ke luar atau tidak, atau dapat ke luar tetapi dengan catatan yang harus dipenuhi pemohon.

Tentu saja kajian dan catatan bukan untuk menghambat investasi, tetapi demi kebaikan dan agar tidak ada penyesalan di kemudian hari. (DK)

Foto: DK

11SiBiMa | Juli - September 2020

uNTuK itu, Analisis Jabatan (anjab) SDM sangat penting buat mengidentifikasi dan menentukan secara rinci tugas dan persyaratan pekerjaan tertentu

serta berbagai kepentingan yang berkaitan dengan tugas-tugas pada jabatan atau pekerjaan tertentu.

Di DBMPR Jabar sendiri, anjab SDM dilakukan untuk memproyeksikan kebutuhan pegawai hingga lima tahun ke depan. Hal ini diungkapkan Analis Kepegawaian DBMPR Jabar, Eko Kusdianto.

“Saat ini bicara untuk usulan tahun 2021 dulu, jumlah pegawai

fluktuatif, karena banyak yang pensiun atau purna bakti, mutasi jabatan, bahkan meninggal. Kami harus plotting pegawai yang dibutuhkan sesuai dengan budgeting saat ini. Nanti akan muncul selisih antara nilai budget sekian dengan kebutuhan pegawai berapa orang. Baru nanti kami usulkan untuk pengadaan CPNS,” ungkap Eko.

Menurut Eko, anjab turut berperan dalam melihat beban kerja dalam sebuah jabatan hingga menentukan jumlah pemangku jabatannya. Pasalnya, jabatan-jabatan yang jika

dipegang hanya oleh satu orang, maka bebannya sangat tinggi dan

berpotensi lumpuh ketika pemangku jabatan purna

bakti atau mengalami sesuatu. Maka,

penambahan jumlah personel pemangku jabatan salah

satu solusinya.Ini sesuai

ketentuan yang

tertuang dalam

PeRisTiwA

Proyeksi Kebutuhan Pegawai DBMPr Jabar Lima tahun ke Depan

Anjab SDM

Peran Sumber Daya Manusia (SDM) dalam Organisasi Perangkat Daerah (OPD) menjadi aspek penting untuk mencapai tujuan

bersama. Hal ini pun berlaku di lingkungan Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat (DBMPR Jabar). Keberhasilan

atau kegagalan DBMPR Jabar dalam mencapai tujuan tidak lepas dari peran para pegawainya. Namun, kuantitas dan kualitas SDM sangat fluktuatif di setiap OPD, karena amat dipengaruhi mutasi

jabatan, pegawai pensiun atau purna bakti hingga kematian pegawai.

ilustrasi: freepik.com

12 Juli - Sptember 2020 | SiBiMa

13SiBiMa | Juli - September 2020

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permen PAN RB) No. 41 Tahun 2018. Peraturan ini mengatur Nomenklatur Jabatan Pelaksana bagi PNS di Lingkungan Instansi Pemerintah. Yakni, dengan menetapkan keseragaman nomenklatur jabatan pelaksana, kualifikasi pendidikan, dan tugas jabatan.

“Jadi, pemangku jabatan mau diambil dari internal atau eksternal tetap harus sesuai ketentuan. Misalnya, satu jabatan harus berkualifikasi S1, maka kami harus mencari yang S1. Jika harus S2, yang harus mengisi ya harus lulusan S2. Jadi, jika mengikuti aturan, maka klasifikasi jabatan harus sesuai dengan tingkat pendidikan,” lanjutnya.

Sayangnya, kondisi sebaran pegawai di hampir semua OPD masih banyak yang belum memenuhi persyaratan sesuai klasifikasi jabatan atau tingkat pendidikan, terutama untuk pegawai golongan rendah yang memiliki strata pendidikan masih di bawah. Menurut Eko, DBMPR Jabar berusaha membantu dan mendorong para pegawai seperti ini meningkatkan skill dan kompetensinya dengan kembali bersekolah. Namun, cara ini pun bukan hal mudah.

“Kendalanya, banyak perangkat daerah yang golongannya rendah, karena strata pendidikannya juga rendah. Tugas kami membantu mereka disekolahkan. Namun terkadang sulit juga, ketika mau disekolahkan, tapi usianya sudah kritis. Misalnya, sebentar lagi pensiun, sehinggga tidak ada lagi kemauan untuk kembali bersekolah,” ujar Eko.

Untuk anjab di lingkungan DBMPR Jabar sudah dilakukan pengisian informasi melalui aplikasi dari Kemenpan RB.

Meski diakui Eko, terkadang masih terkendala jaringan. Sekalipun demikian, setiap jabatan di instansi pemerintahan tetap harus dilakukan anjab serta dimasukkan ke sistem.

“Jadi, nanti akan diketahui, kebutuhan pegawai setiap unit. Untuk usulan tahun 2021 hanya sebagai proyeksi. Kebutuhannya belum ditentukan, namun pasti banyak. Tapi, ada skala prioritas, karena harus sesuai anggaran. Jadi, jika tahun ini misalnya kami kehilangan 100 orang, berarti kami harus meminta 200 orang pengganti untuk regenerasi. Namun, hal ini belum dapat kami lakukan, karena faktor anggaran dan lain-lain. Kami pernah kehilangan 300 orang, tapi dari hasil seleksi CPNS yang didapat hanya 14 pengganti. Tentu ini tak sebanding. Beruntung, pegawai yang kemarin masuk struktural dan sudah mumpuni dari segi pendidikan. Namun, kami khawatir, populasi pegawai yang level pendidikannya S1 nanti akan berkurang banyak, karena yang lain belum disetarakan tingkat pendidikannya. Untuk itu, kami minta ke pemerintah agar pengadaan ASN proporsional,” pungkas Eko. (DK)

foto:DK

Pe

RisT

iwA

SAAT ini, sejumlah pihak di lingkungan pemerintah sudah melakukan Memorandum of Understanding (MoU) terkait rencana proyek itu. Mulai Pemerintah

Pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR); Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang diwakili UPTD 3 Bandung Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat (DBMPR Jabar); serta Pemerintah Kota Bandung. MoU menyangkut tugas dan kewenangan masing-masing.

Ada dua kegiatan yang dikerjakan dalam proyek BIUTR. Pertama, pembuatan jalan Underpass Pasopati (Gasibu) - Cibiru - hingga ke Gedebage yang terhubung dengan gerbang tol Gedebage. Kedua, pembuatan Fly Over (FO) Buahbatu – Kiaracondong.

“Jadi, dalam MoU pembangunan BIUTR, ada pembagian tugas mengenai anggaran. Untuk fisik ditanggung APBN, sedangkan penyediaan tanah sharing antara Pemprov Jabar dengan Pemkot Bandung. Besarannya 80% dan 20%,” ujar Ruhiyat, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Jalan dan Jembatan Wilayah Pelayanan 3 (UPTD 3) Bandung.

Untuk itu, kini UPTD 3 dibantu pihak terkait dari Pemkot Bandung dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) sedang melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Lima kecamatan kemungkinan akan terkena imbas proyek pembangunan FO Buahbatu – Kiaracondong sepanjang 1,9 km, yang dimulai dari Batununggal, Buahbatu, Kiaracondong, lewat UPTD 3, dan berakhir di STT Mandala.

Sosialisasi terkait informasi mengenai luas tanah, bidang tanah, dan perkiraan harga tanah. “Bila data sudah didapat, kemudian harga untuk pembebasannya sudah disepakati, maka tahun 2021 kami bersama BPN akan melakukan penetapan lokasi, pengukuran tanah, pembuatan peta bidang, dan appraisal oleh DBMPR Jabar (UPTD 3 Bandung),” jelas Ruhiyat.

Adapun perkiraan anggaran yang diperlukan untuk pembebasan tanah sebesar Rp 300 miliar. Pemprov Jabar

menanggung 80% (Rp 240 miliar) dan Pemkot Bandung 20% (Rp 40 Miliar).

“Jika berjalan lancar, pada tahun 2021 kami sudah dapat melakukan pembayaran tanah yang dibebaskan untuk FO. Jika sudah beres, kemudian diserahkan ke Kementerian PUPR yang akan melakukan pembangunan fisik FO,” ujar Ruhiyat, yang pernah bertugas di UPTD 2 Sukabumi, UPTD 1 Cianjur, dan UPTD 4 Tasikmalaya sebelum berlabuh di UPTD 3 Bandung.

Sedangkan pembangunan Pasopati Underpass Gasibu - Gedebage bakal dibagi dalam beberapa fase pembangunan. Kendati belum terkoneksi seluruhnya, kelak fase yang sudah selesai dapat dimanfaatkan masyarakat.

Pemkot Bandung berharap, pembangunan Jalan Tol Dalam Kota Bandung atau Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR) dapat memecah 50% kemacetan lalu lintas di Kota Bandung. (DK)

Cita-cita tol Dalam Kota Bandung Segera Nyata

BIUTR

Proyek Bandung Intra Urban Toll Road (BIuTR) atau dikenal dengan proyek Jalan Tol Dalam Kota Bandung direncanakan sejak tahun 1996. Namun, rencana terhenti akibat krisis moneter tahun 1997. Pembicaraan ihwal proyek ini kembali mencuat tahun 2010. Gagasan ini lantas mulai dikaji dan dibuat perencanaan ulang, termasuk perubahan trase-nya.

14 Juli - Sptember 2020 | SiBiMa

foto

:DK

Virtual Tapi Tetap SakralAda yang berbeda dari perayaan Hari ulang Tahun (HuT) ke-75 Kemerdekaan RI tahun 2020 ini. Jika tahun sebelumnya upacara digelar di Lapangan Gasibu dengan peserta cukup banyak dan meriah, kali ini acara digelar secara tertutup. Sementara semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan instansi vertikal di Jawa Baratmengikuti upacara secara virtual dari kantormasing-masing. Minimalis dan sederhana, tetapi tetap khidmat dan sakral. Itulah suasana upacara Peringatan HuT ke-75 Kemerdekaan RI tingkat Provinsi Jawa Barat, Senin (17/8), di halaman Gedung Sate, Bandung.

DI lingkungan Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat (DBMPR Jabar)upacara virtual dihadiri Kepala DBMPR Jabar, A. Koswara MP; Sekretaris

DBMPR Jabar, Asep Supriatna; Kepala Bidang; Kepala UPTD I-VI; serta para pejabat eselon III dan IV. Baik di Gedung Sate maupun di DBMPR Jabar, upacara digelar dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19, seperti, memakai masker dan menjaga jarak.

Bertindak sebagai Pemimpin Upacara Gubernur Jawa Barat, Mochamad Ridwan Kamil. Hadir sebagai pembaca teks Pancasila, Pangdam III Siliwangi, Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto; pembaca teks Pembukaan UUD 1945, Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, Ade Adhyaksa; serta pembaca teks Proklamasi, Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat, Brigjen TNI (Purn) Taufik Hidayat.

Dalam sambutannya, Emil -panggilan Ridwan Kamil- mengatakan, peringatan proklamasi memiliki makna yang dalam dan penting. Kemerdekaan diraih berkat pengorbanan dan perjuangan para pahlawan dengan tetesan darah dan air mata yang dilandasi semangat kesatuan dan persatuan serta semangat kebhinekaan tanpa melihat perbedaan suku, ras, dan agama.

“Kemerdekaan yang sudah ada di tangan ini menjadi tugas generasi penerus untuk mengisi dengan karya nyata dalam pembangunan, serta tidak boleh kendor dalam menjaga nilai-nilai Pancasila sebagai pedoman dalam berbangsa bernegara,“ujarnya.

Berkaitan dengan pandemi Covid-19, menurut Emil, berdampak multidimensi, baik bagi kesehatan, ekonomimaupun sosial. “Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat terkoreksi minus 5,9 persen, namun masih lebih baik kondisinya dibandingkan wilayah-wilayah dan negara lain yang mengalami kontraksi. Contohnya Uni Eropa di bawah 14 persen,” lanjut Emil.

“Di masa pandemi ini, sebagai bangsa yang besar jati diri kita sedang diuji. Apakah kita dapat bersatu padu membawa bangsa ini bangkit dari keterpurukan kesehatan dan ekonomi yang

menghantam kita semua. Jangan biarkan pudar modal sosial bangsa kita berupa semangat persaudaraan, gotong royong, dan solidaritasuntuk selalu peduli dan menolong,” ujarnya.

Emil memberi apresiasi kepada semua pihak di Jawa Barat yang sudah kompak bersama mengatasi dampak kesehatan dan ekonomi di tengah pandemi. Ia pun memberi penghargaan atas inovasi dalam mengatasi pandemi ini.

“Kabar baik datang di bidang investasi di Jawa Barat. Perusahaan-perusahaan asal Taiwan resmi merelokasi pabriknya dari Cina ke Kabupaten Subang, dengan nilai investasi triliunan rupiah. Selama Januari sampai Juni 2020 telah terjadi investasi sebesar Rp 57,9 triliun di Jabar. Angka ini tertinggi se-Indonesia dan telah mencapai 54 persen dari target Jawa Barat 2020 sebesar Rp 107 triliun,” katanya.

Masuknya investasi tidak hanya akan meningkatkan pendapatan, tapi juga membantu pemerintah membuka puluhan ribu peluang kerja. Hal ini solusi bagi banyaknya warga Jawa Barat yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi.

Selain itu, Emil menambahkan, akan hadir proyek strategis nasional di masa pandemi. Pada November 2020 akan diresmikan Pelabuhan Patimban di Subang untuk kegiatan ekspor-impor. Anggaran pun segera dikucurkan untuk pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Sektor UMKM menjadi prioritas program pemulihan ekonomi, mengingat jumlah pelakunya sangat banyak. UMKM juga menyerap banyak tenaga kerja serta berkontribusi pada angka produk domestik bruto Jawa Barat.

Jumlah UMKM di Jawa Barat sebanyak 4,5 juta usaha, sementara usaha besar atau korporasi hanya 53 ribuan usaha. Penyerapan tenaga kerja pada UMKM mencapai 8,4 juta pekerja, sementara korporasi hanya menyerap 2,8 juta pekerja. Untuk itu, Emil meminta semua pihak membantu UMKM agar dapat bangkit kembali di tengah pandemi.(DK)

15SiBiMa | Juli - September 2020

Pe

RisT

iwA

SECARA arsitektur, Gedung Sate tampak berbeda dan memiliki keunikan dibanding gedung-gedung lain di Kota Bandung. Gedung Sate memiliki sejarah panjang. Mulai

dibangun tanggal 27 Juli 1920 semasa pemerintahan kolonial Belanda, bangunan ini masih tetap berdiri kokoh dan anggun. Fungsinya sebagai pusat pemerintahan dari zaman Belanda hingga saat ini menjadi salah satu alasan mengapa gedung ini terjaga baik kondisinya.

Peletakan batu pertama pembangunan Gedung Sate dilakukan beberapa pejabat Belanda saat itu. Antara lain Wali Kota Bandung saat itu, Burgemeester Coops, dan putri sulungnya, Johanna Catherina Coops, serta Petronella Roelofsen yang mewakili Gubernur Jenderal di Batavia, J.P. Graaf van Limburg Stirum. Gagasan dan perencanaan pembangunan gedung ini dimulai sejak tahun 1916. Nama GB (baca Hebe) akhirnya disematkan pada gedung tersebut ketika selesai dibangun.

Pembangunan gedung ini dirancang dan dilaksanakan tim ahli dari Belanda : Ir. J. Gerber, seorang arsitek muda ternama lulusan Fakultas Teknik Delft Nederland, Ir. Eh. De Roo, dan Ir. G. Hendriks. Proses pembangunan langsung ditangani Gemeente van Bandoeng yang diketuai Kol. Pur. VL. Slors.

Pembangunan gedung melibatkan 2.000 tenaga kerja, yang terdiri atas 150 orang pemahat atau ahli bongpay pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebangsaan China asal Konghu atau Kanton. Sisanya tukang batu dan kuli aduk warga kampung sekitar Kota Bandung. Di antaranya penduduk Kampung Sekeloa, Coblong Dago, Gandok, dan Cibarengkok.

Pembangunan Gedung Sate memakan waktu 4 tahun dan menelan biaya 6 juta Gulden. Angka terakhir inilah yang menjadi dasar penentuan jumlah benda bulat yang ditusuk semacam tusuk sate di bagian puncak gedung.

Ada banyak versi dari masyarakat Bandung tentang benda bulat yang ditusuk tiang di puncak Gedung Sate. Ada yang mengatakan bahwa benda bulat itu memang sate, jambu air, bunga melati. Juga ada yang menyebutnya sebagai bunga lotus/teratai berjumlah enam buah. Terlepas dari apa pun penafsirannya, sejatinya benda itu memiliki fungsi sebagai penangkal petir.

Bulan September 1924, pembangunan berhasil merampungkan induk bangunan utama Gouverments Bedrijven, termasuk kantor pusat PTT (Pos, Telepon, dan Telegraf) serta perpustakaan. Posisi gedung sengaja dibuat menghadap ke utara, bukan ke arah selatan (kota). Pertimbangannya, desain gedung memanfaatkan sinar matahari untuk sistem pencahayaan pada siang hari.

Pekerjaan fisik gedung dilakukan perusahaan konstruksi Kota Bandung. Pembangunan Gedung Sate adalah taruhan sekaligus kebanggaan. Gedung ini merupakan bangunan terbesar kedua di dunia pada zaman kolonial.

Kuat dan utuhnya Gedung Sate hingga kini tidak terlepas dari bahan dan teknis konstruksi yang dipakai. Dinding Gedung Sate terbuat dari kepingan batu ukuran besar (1 × 1 × 2 m) yang diambil dari kawasan perbukitan batu di Bandung timur sekitar Arcamanik dan Gunung Manglayang. Konstruksi bangunan Gedung Sate menggunakan cara konvensional yang profesional dengan memperhatikan standar teknik.

Gedung Sate berdiri di atas lahan seluas 27.990,859 m². Luas bangunannya 10.877,734 m², terdiri atas Basement seluas

3.039,264 m², Lantai I 4.062,553 m², Teras Lantai I

Gedung Sate Dulunya HebeTanggal 27 Juli 2020. Gedung Sate, landmark Provinsi Jawa Barat, genap berusia 100 tahun. Bukan waktu singkat untuk sebuah bangunan bersejarah. Kokoh berdiri tanpa perubahan sedikit pun sejak dibangun pada masa kolonial Belanda. Gedung yang kini menjadi pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Barat itu memiliki keunikan yang menarik wisatawan untuk berkunjung.

foto:DK

16 Juli - Sptember 2020 | SiBiMa

212,976 m², Lantai II 3.023,796 m², Teras Lantai II 212.976 m², Menara 121 m², serta Teras Menara 205,169 m².

Pertempuran Gedung Sate dan Hari Bakti Pu

MEMASUKI masa revolusi, saat Jepang menyerah kepada Sekutu akibat dua bom atom dijatuhkan pada awal Agustus 1945, hampir seluruh kota di Indonesia mengalami kekacauan, termasuk Kota Bandung.

Pada fase perang kemerdekaan, gedung GB menjadi markas militer Belanda. Akibatnya, laskar dan tentara republik menjadikan orang-orang Belanda yang berada di Gedung Sate sebagai target. Gedung GB menjadi area pertempuran penting di Kota Bandung.

Belanda yang masih ingin menguasai tanah jajahannya melibatkan Sekutu yang sedang melakukan penertiban pascaPerang Dunia II. Tentara Jepang yang masih memegang senjata serta para pemuda republik yang dirasuki semangat kebebasan menciptakan situasi penuh kekerasan.

Pada 29 November 1945, seperti dikisahkan Sudarsono Katam dalam Gedung Sate Bandung (2009), tiga pemuda yang berkedudukan di Gedung Departement Verkeer en Waterstaat mendatangi markas komando Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) di Gang Asmi, daerah sekitar Jalan Mohammad Toha sekarang. Mereka melaporkan, Gedung Hebe (Gedung Sate) telah dikepung tentara Inggris.

Pukul 11.00 tanggal 3 Desember 1945, Gedung Sate hanya dipertahankan 21 orang. Pasukan Inggris datang menyerbu. Para pemuda pegawai Departemen Pekerjaan Umum (PU) atau Angkatan Moeda Pekerdjaan Oemoem yang bertahan di sana memberikan perlawanan sengit sampai sekitar pukul 14.00. Kekuatan tak berimbang, perlawanan mereka dapat dikalahkan. Gedung Sate pun jatuh ke tangan musuh.

Tujuh pemuda dinyatakan hilang. Sisanya mengalami luka berat dan ringan.

Mereka yang hilang adalah Didi Hardianto Kamarga, Suhodo, Muchtarudin, Rana, Subengat, Surjono, dan Susilo. Ketujuh pemuda itu kemudian dinamakan Pahlawan Sapta Taruna.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya Agustus 1952, atas bantuan kawan-kawan seperjuangannya, dilakukan upaya pencarian terhadap para pejuang yang hilang itu dengan melakukan penggalian di sekitar Gedung Sate. Empat kerangka pejuang ditemukan dan dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Cikutra. Tiga lainnya tak pernah ditemukan.

Untuk mengenang perjuangan ketujuh pemuda itu dibuatkanlah tugu dari batu yang diletakkan di belakang halaman Gedung Sate. Atas perintah Menteri Pekerjaan Umum tanggal 3 Desember 1970, tugu peringatan tersebut dipindahkan ke halaman depan Gedung Sate. Tanggal tersebut pun lantas ditetapkan sebagai Hari Bakti (Harbak) PU yang rutin diperingati setiap tahun.

Gedung Sate Pusat Pemerintahan Jawa BaratSETELAH pengakuan kemerdekaaan RI oleh Belanda, Gedung

Sate menjadi milik Pemerintah RI. Tahun 1980, sejak pemerintahan Gubernur Jawa Barat ke-11, H. Aang Kunaefi, eks gedung GB dijadikan sebagai Kantor Gubernur Provinsi Jawa Barat.

Sebelumnya, kantor Gubernur Jabar menempati Gedung Kertamukti di Jalan Braga. Gedung ini dulunya kantor Residen Preanger. Sementara rumah dinas Gubernur Jabar adalah eks rumah Residen Preanger yang beralamat di Jalan Otto Iskandar Dinata atau sekarang disebut Gedung Pakuan.

Ruang kerja Gubernur Jabar di Gedung Sate ada di lantai II, bersama dengan ruang kerja Wakil Gubernur, Sekretaris Daerah, para Asisten dan Biro. Di bagian timur dan barat terdapat dua ruang besar (ballroom). Ruangan ini dikenal dengan sebutan aula barat dan aula timur. Ruangan ini sering digunakan untuk kegiatan resmi yang melibatkan banyak orang.

Paling atas terdapat lantai yang disebut Menara Gedung Sate. Untuk menuju ke lantai teratas harus menggunakan lift atau menaiki tangga kayu. (sumber : Wikipedia, Poestaha Depok, Adara Primadia, tirto.id – Humaniora)

17SiBiMa | Juli - September 2020

“JIKA pertimbangannya jumlah pemerintahan Kabupaten/Kota, maka perlu pemekaran wilayah dari 27 menjadi 40. Demikian pula jumlah desa, perlu

dimekarkan,” sebut mantan Walikota Bandung ini. Semangat adanya pembentukan DOB terus dilanjutkan

dengan persiapan dan pengkajian. Hasilnya, ada tiga DOB yang siap diajukan ke Pemerintah Pusat.

Yaitu, Bogor Barat, Sukabumi Utara dan Garut Selatan. Untuk persiapan DOB, kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Provinsi Jawa Barat, A. Koswara, MP., mengikuti Rapat Kerja pembahasan Calon Daerah Persiapan Otonomi Baru (CDPOB), di Ruang Rapat Kadis. Rapat ini diikuti anggota Komisi I Bidang Pemerintahan DPRD Jawa Barat yang dipimpin Ketua Komisi I, Bedi Budiman.

Setelah paparan CDPOB oleh bagian pemerintahan Pemprov Jawa Barat, selanjutnya Kadis DBMPR memaparkan adanya kesesuaian CDPOB dengan RTRW Provinsi Jawa Barat. Pasalnya, dari rencana RDTR yang diusulkan dari pemerintahan daerah induknya. Beberapa ada yang sudah sesuai (mencantumkan) rencana tersebut, tetapi ada juga yang belum sesuai.

Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi serta tanya Jawab. Banyak anggota Dewan yang memberikan masukan dan mengkritisi. Tentu saja agar rencana pembentukan DOB benar-benar matang. (DK)

DOB Agar Pembangunan Merata

Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengusulkan pemekaran wilayah dengan membentuk Daerah Otonomi Baru (DOB). Hal ini diutarakan Gubernur Jawa Barat, Mohammad Ridwan Kamil, mengingat perlunya pemerataan pembangunan. Emil -sapaan Ridwan kamil- menyinggung masalah ketimpangan kucuran APBN dari Pusat ke Pemprov Jawa Barat yang lebih kecil dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Padahal, penduduknya paling banyak. Selain itu, dana desa Provinsi Jawa Barat lebih sedikit, karena jumlah desa di Jawa Barat lebih sedikit.

PeRisTiwA

foto

:DK

18 Juli - Sptember 2020 | SiBiMa

Masuknya investasi Rp 57,9 triliun, membuka peluang ekonomi Jawa Barat untuk segera bangkit, salah satunya sektor jasa konstruksi. Rabu (29/1), Satgas Pemulihan

Ekonomi Pokja konstruksi, kembali mengadakan pertemuan di Ruang Adibima Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Provinsi Jawa Barat. Kegiatan ini dihadiri Kadis DBMPR, A. Koswara, MP.; Kadis Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bambang Rianto; Kadis Sumber Daya Air (SDA), Diky Ahmad Sidik; dan tim satgas Pemulihan Ekonomi Pokja Jasa Konstruksi serta jajarannya. Tahun 2020 ditargetkan sebagai tahun penyelamatan perusahaan jasa konstruksi termasuk 60 persen perusahaan jasa konstruksi kecil dan menengah.

Satgas Pemulihan Ekonomi Pokja Konstruksi, terus melaju dengan melakukan pertemuan secara rutin, karena mempunyai target untuk dapat segera beraksi. Rapat kembali digelar Selasa (11/8), di lokasi yang sama. Rapat kali ini dihadiri Kadis BMPR, A. Koswara, MP., dan Kadis Sumber Daya Air (SDA), Dicky Achmad Sidik.

Ketua Pokja Konstruksi menyetujui usulan Kadis BMPR mengenai proyek yang akan dikerjakan harus bersifat padat karya, tetapi proyek harus mendukung ketahanan pangan. Kadis BMPR mengusulkan program pembangunan JTS (Jabar Tengah Selatan) agar dapat dimasukkan dalam usulan Pokja Konstruksi, karena ada dampak secara ekonomi. Yakni, mendukung ketahanan pangan melalui sejumlah jalur yang melewati sentra pertanian dan perkebunan. Selain itu, program ini baik untuk pengembangan wilayah.

Kadis SDA menambahkan, ada beberapa program SDA di Jabar Selatan untuk pembangunan embung dan saluran irigasi. Untuk lebih mendalami, akan dilakukan pertemuan dengan Pokja Pertanian. Para anggota Pokja Konstruksi berharap, aksi kegiatan bulan Oktober dapat segera dimulai. Diharapkan kegiatan Pokja Konstruksi tahun 2020 menjadi langkah awal penyelamatan pengusaha dan tenaga kerja sektor konstruksi yang sangat terdampak akibat COVID-19. (DK)

target Pokja KonstruksiSegera Beraksi

Semangat untuk menanggulangi Corona Virus Disease-2019 (COVID-19) dan memulihkan perekonomian, terus digaungkan Gubernur Jawa Barat dan jajarannya.

upaya untuk kedua hal ini tidak hanya sekadar janji, namun dibarengi aksi nyata. Salah satunya membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan Ekonomi. Salah satu bidang yang

terdampak COVID-19 adalah sektor jawa konstruksi, dimana ada sekitar 15.000 lebih perusahaan jasa konstruksi dan 150.000 pegawai yang menganggur.

PeRisTiwA

foto

:DK

19SiBiMa | Juli - September 2020

foto

:Hum

as D

BM

PR

foto

:Hum

as D

BM

PR

FRAMe

Dampingi Gubernur Tinjau Jalan Lingkar Subang

Kunjungan Eksekutif dan Legislatif

uNTuK mengurai kemacetan di sekitar Jalan Cagak, Subang, pemerintah mmebangun Jalan Lingkar Cagak, sepanjang 2,5 km. Untuk proses pembangunannya sendiri bekerja sama degan TNI AD Kodim 0605 Subang melalui kegiatan Karya Bhakti TNI. Untuk melihat proses pembangunannya, Gubernur Jawa Barat, Mohammad Ridwan Kamil tampak meninjau ke lokasi didampingi Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Provinsi Jawa Barat, A. Koswara, MP., Jumat (4/9). Keduanya didampingi Bupati Subang, H. Ruhimat, S.Pd., M.Si.

Pembuatan Jalan Lingkar ini melewati tiga desa, yakni Desa Jalan Cagak, Desa Sarireja dan Desa Curug Rendeng yang keseluruhannya berada di Kecamatan Jalan Cagak. Wilayah ini memang sering terjadi kemacetan terutama di depan Pasar Jalan Cagak. Setelah Jalan Lingkar Cagak, akan diberlakukan sistem one way. Untuk pengguna jalan dari Subang menuju Bandung, dapat menggunakan akses jalan Lingkar Cagak. Sementara yang datang dari arah Bandung menuju Subang, dapat lurus menuju Pasar Jalan Cagak. “Jalur selatan ini kan untuk keluar masuk akses gerbang wisata, jadi tidak hanya mengurai masalah lalu lintas. Jalan Lingkar ini akan berdampak ke ekonomi warga,” ujar Ruhimat. (DK)

MENJADI Organisasi Perangkat daerah (OPD) di bidang pembangunan infrastruktur, membuat Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Provinsi Jawa Barat, sering dikunjungi berbagai kalangan, baik itu eksekutif maupun legislatif daerah. Adapun tujuan kunjungan umumnya untuk mendiskusikan terkait perencanaan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan serta pengendalian pemanfaatan ruang. Seringkali dalam kegiatan kunjungan, muncul usulan pembangunan infrastruktur maupun masukan terkait kondisi jalan dan jembatan di suatu daerah, yang disampaikan kepala daerah maupun anggota legislative pada Kepala DBMPR Provinsi Jawa Barat, A. Koswara, MP.

Beberapa kunjungan ke DBMPR Provinsi Jawa Barat terangkum beberapa kali. Antara lain, kunjungan Walikota Tasikmalaya, Budi Budiman 3 Juni 2020; Anggota DPRD Provinsi Banten pada 6 Juli 2020 serta Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan pertanahan (DPUPRP) Kabupaten Ciamis, Aep Saefulloh pada 21 Juli 2020. Kepala Dinas BMPR Provinsi Jawa Barat pun sempat menerima kunjungan anggota DPR RI Komisi V, Akhmad Syaikhu bersama Wakil Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Jawa Barat, Ali Hasan, Kamis (13/8). Kunjungan kedua anggota legislatif ini terkait salah satu bidang di Komisi V DPR RI serta Komisi IV DPRD Provinsi Jawa Barat, yaitu infrastruktur dan masalah pekerjaan umum serta kebinamargaan.

Semua usulan akan menjadi perhatian untuk program yang akan diusulkan ke Provinsi Jawa Barat, setelah dilengkapi dengan Proposal Rencana Pembangunan. Sementara semua masukkan akan menjadi perhatian untuk ditindaklanjuti. (DK)

20 Juli - Sptember 2020 | SiBiMa

21SiBiMa | Juli - September 2020

Kunjungan Kadis DBMPR Di Kabupaten Sumedang

Lakukan Inovasi Kembangkan Kreativitas

Awasi dan Dampingi Bantuan Sosial Provinsi

KABuPATEN Sumedang menjadi salah satu kabupaten penyangga ibukota provinsi yang terus berkembang. Selain menjadi salah satu kawasan pendidikan, Kabupaten

Sumedang diproyeksikan menjadi kota tujuan wisata. Terlebih, Kabupaten Sumedang turut dilalui sejumlah proyek pembangunan infrastruktur berskala

nasional. Salah satunya, pembangunan jalan Tol Cisumdawu (Cileunyi - Sumedang - Dawuan) yang sedang dikerjakan saat ini. Bahkan, salah satu pembangkit listrik

tenaga air (PLTA) yang menyangga pasokan listrik di wilayah Jawa, berada di Sumedang, yakni Bendungan Jatigede yang sudah beroperasi.

Untuk mendukung Sumedang menjadi kota wisata, Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Provinsi Jawa Barat, selalu berkoordinasi dengan

pemerintah Kabupaten Sumedang untuk menyiapkan infrastruktur jalan dan jembatan provinsi yang akan memantapkan aksesibilitas ke tujuan wisata. Salah

satunya, dalam kunjungan kerja Kepala Dinas BMPR bersama tim Humas DBMPR Provinsi Jawa Barat pada Jumat (12/6) ke kabupaten Sumedang. Hasil kunjungan

kerja ini akan menjadi materi pembahasan di lingkup internal DBMPR Provinsi Jawa Barat serta dibuat program perencanaan yang akan diusulkan ke pemerintah

provinsi Jawa Barat. (DK)

KEPALA Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Provinsi Jawa Barat, A. Koswara, MP., menyambangi semua Unit

Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) untuk berdialog/diskusi dengan seluruh pegawai. Pada kesempatan ini, Kadis meminta seluruh

pegawai tidak terjebak dalam rutinitas sehingga mengurangi kreativitas dan kemampuan berinovasi. “Jika tidak melakukan

perubahan atau perbaikan, tidak akan dapat naik kelas atau tidak meningkat,” ujar Koswara.

Perbaikan kinerja dengan proses evaluasi untuk menilai dampak atau manfaat serta tingkat efisiensi dari proses

perbaikan yang dilakukan. Proses perbaikan yang dilakukan harus mempermudah bukan mempersulit diri, tak hanya di level

individu namun juga tim. “Kembangkan inovasi dan kreativitas. Sepanjang untuk meningkatkan pelayanan dan kinerja, akan saya

dukung!” tegasnya. (DK)

DAMPAK dari adanya pandemi Corona Virus Disease - 2019 (COVID-19), sangat terasa bagi masyarakat. Ada sembilan sumber bantuan sosial sebagai jaring pengaman sosial untuk membantu ekonomi masyarakat. Untuk pendistribusian bansos Pemerintah Provinsi Jawa Barat, turut menjadi concern kepala Dinas Bina Marga dan Penataan ruang (DBMPR) Provinsi Jawa Barat, A. Koswara, MP., yang juga menjadi Liaison Officer (LO) untuk wilayah Kabupaten Bekasi. Ia pun turun langsung mengawasi proses pendistribusian bantuan ke masyarakat di Kantor Pos Kabupaten Bekasi. Sebelumnya, Kadis BMPR dan tim LO lainnya, melakukan peninjauan lapangan termasuk mendampingi anggota DPRD Provinsi Jawa Barat. (DK)

foto

:Hum

as D

BM

PRfo

to:H

umas

DB

MPR

foto

:Hum

as D

BM

PR

22 Juli - September 2020 | SiBiMa

LeNsA

Pesan untuk PPK Agar tak Jadi Temuan BPK

Penyusunan Anjab dan ABK untuk Tahun 2021

Silaturahmi Orang Konstruksi

Sering munculnya temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada sejumlah proyek pembangunna fisik, membuat Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Provinsi Jawa Barat, A. Koswara, MP., prihatin. Hal ini menjadi fokus utama pembicaraan saat menggelar pertemuan dengan para Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di lingkungan DBMPR Provinsi Jawa Barat, Selasa (21/7). Acara yang berlangsung di Ruang rapat Adibima ini, turut hadir Kepala Bidang dan Kepala UPTD.

Kadis meminta PPK sebagai ujung tombak dari A – Z, dari perencanaan, lelang hingga pelaksanaan proyek, harus berhati-hati agar tidak terlibat dalam masalah. Ada lima pesan yang disampaikan Kadis. Pertama, menyikapi hasil temuan BPK dengan mengevaluasi semua proses, agar tidak terulang. Kedua, menindaklanjuti hasil temuan tersebut. Ketiga, untuk kegiatan yang dialihkan dari tahun 2020 ke tahun 2021, PPK harus melakukan pemeriksaan kembali terhadap semua perencanaan. Mulai dari Rencana Anggaran Biaya (RAB), SPK dan lain-lain. Keempat, semua PPK harus terus meng-up grade baik dari sisi teknis atau pengetahuan maupun administrasi. Terakhir, membuat tim yang solid, serta saling mnegingatkan jangan sampai semua terkena masalah.

“Jika mau ada pelatihan, silakan minta. Selain itu tim harus solid dan saling mengingatkan, supaya semuanya tidak terkena masalah,” tandas Koswara. (DK)

Analisis Jabatan (Anjab) di lingkungan Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Provinsi Jawa Barat, sudah mulai

disosialisasikan hingga ke tingkat Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD). Selasa (23/6), bertempat di Ruang Adi Bima Utama, Pejabat Fungsional Analis Kepegawaian Tingkat Ahli,

Eko Kusdianto, memberikan pengarahan pada Tim Penyusun dari tiap bidang, UPTD I – VI serta UPTD Laboratorium

Konstruksi (Labkon). Kegiatan ini dihadiri Sekretaris DBMPR Provinsi Jawa Barat, Asep Supriatna. (DK)

Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Provinsi Jawa Barat kedatangan tamu dari pengurus Gabungan Pengusaha Konstruksi (Gapensi) Jawa Barat, Rabu (8/7). Kedatangan Gapensi yang juga fokus di bidang konstruksi tentu menghadirkan diskusi dan obrolan yang menarik, mengingat kesamaan bidang antara dua lembaga ini. Pada acara yang berlangsung di Ruang Bima Utama ini, pengurus Gapensi diterima Kepala Bidang Jasa Konstruksi, Dr. Indra Maha, S.T., M.T.

Pada kesempatan ini, Gapensi mengharapkan adanya Peraturan Daerah (Perda) yang dapat menjadi insentif bagi badan usaha jasa konstruksi di Provinsi Jawa Barat. Salah satunya, dalam bentuk kerjasama operasi ataupun kemitraan antara badan usaha jasa konstruksi luar Jawa Barat dengan badan usaha konstruksi Jawa Barat, dalam kegiatan konstruksi di Jawa Barat. (DK)

foto:DK

foto:Hum

as DB

MPR

foto

:DK

23SiBiMa | Juli - September 2020

gARdA

KENDATI begitu, ada beberapa proyek pembangunan yang tetap dilakukan, yaitu empat paket pembangunan di lingkungan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Jalan dan Jembatan Wilayah Pelayanan 3 (UPTD 3) Bandung.

Pertama, pembangunan Fly Over (FO) Jalan Jakarta - Jalan Supratman tahap 2. Kedua, pembangunan FO Jalan Laswi - Jalan Pelajar Pejuang tahap 2. Ketiga, pembangunan jembatan Leuwigajah (duplikasi). Terakhir, pembangunan lima buah jembatan Kalimati dan Bojong di Kabupaten Subang.

Menurut Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) UPTD 3 bandung, Eris Kusdhianto, pembangunan FO Jalan Jakarta dan Jalan Laswi sudah memasang tiga buah girder (gelagar). Girder atau gelagar merupakan balok beton atau baja yang berfungsi sebagai penyambung antara tiang penyangga jembatan. Gelagar merupakan bagian struktur atas sebuah jembatan yang berfungsi menyalurkan beban, khususnya beban kendaraan.

Pembangunan FO Jalan Jakarta tahap 2 memiliki nilai proyek Rp 24,55 miliar. Sementara FO Jalan Laswi tahap 2 nilai kontraknya Rp 22,72 miliar. “Progress pengerjaan FO Jalan Jakarta dan FO Jalan Laswi saat ini sudah selesai memasang girder (gelagar), masing-masing sebanyak tiga buah,” ujar Eris.

Kemajuan pembangunan FO Jalan Jakarta dan FO Jalan Laswi cukup cepat. Diperkirakan selesai awal Desember 2020. “Namun, kami tetap menunggu sesuai target, yaitu tanggal 24 Desember 2020 sudah tuntas dan dapat digunakan melintas kendaraan sambil dipoles untuk mempercantiknya,” jelas Eris.

Sementara pembangunan jembatan Leuwigajah (duplikasi) bernilai kontrak Rp 15,7 miliar. Sempat terkendala izin pemanfaatan ruang milik jalan tol Purbaleunyi, namun kini izin itu sudah ke luar. “Saat ini, kami sedang berkoordinasi dan bekerja sama dengan pihak Kereta Cepat Indonesia - China (KCIC) agar pelaksanaan pembangunannya dapat berjalan lancar,” lanjut Eris.

Pembangunan jembatan Leuwigajah tahap pertama ditargetkan selesai akhir Desember 2020 dan dilanjutkan pembangunannya tahun 2021 melalui lelang baru. “Jembatan Leuwigajah tidak dapat tuntas tahun ini, karena mengalami realokasi anggaran, sehingga agak terlambat pelaksanaannya,” ujar Eris.

Sementara paket terakhir yang lokasinya di Kabupaten Subang masih berjalan sampai saat ini. Menurut PPK pembangunan lima jembatan,

Emon Taryaman, tiga jembatan dibangun di Kalimati dan dua jembatan di Rancabango. “Total panjang kelima jembatan itu

48 meter, dengan nilai kontrak Rp 2,3 miliar,” ujarnya.Pembangunan jembatan ini bertujuan melebarkan

jembatan agar sesuai dengan standar provinsi serta memperlancar mobilitas masyarakat maupun kendaraan.

“Jembatan ditargetkan rampung akhir Desember 2020,” pungkas Emon. (DK)

4 Paket Pekerjaan Tetap BerjalanSaat Refocusing AnggaranImbas pandemi Corona Virus Disease - 2019 (Covid-19) membuat banyak paket pekerjaan pembangunan infrastruktur di lingkungan Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat (DBMPR Jabar) urung dilaksanakan. Pasalnya, ada refocusing anggaran untuk penanggulangan COVID-19, sehingga beberapa paket pekerjaan terhenti.

foto:Humas DBMPR

sOsOk

ADA satu kenangan indah awal bertugas di Disparbud, sa’at itu masa Gubernur Jawa Barat Bapak R. Nuriana. “Saya bersama rekan setiap pagi selama satu jam

harus andemprok di depan pintu masuk kantor Gubernur (Lobby). Jadi sinden diiringi kacapi suling,” ujar Oneng yang diwawancara di ruang kerjanya.

Menyenangi seni sejak bangku SMP sampai kuliah di Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Bandung dan lulus D3 tahun 1991, dunia seninya Tanya mampu memberi Oneng penghasilan. Mulai sekadar uang jajan hingga dapat membayar uang kuliah sendiri. Ia pun berkesempatan untuk berkolaborasi dengan seniman Sunda kahot, seperti Nano S, Tati Saleh, dan banyak lagi seniman maupun budayawan senior lainnya. Bahkan, Oneng juga sering membawa misi membawa nama Jawa Barat khususnya dan Indonesia pada umumnya mentas di Indonesia hingga luar negeri, semisal Singapura, Malaysia, Jepang hingga ke Iraq (Baghdad) pernah mengajar selama 3 bulan disana pas disaat menjelang agresi Amerika ke Iraq pada sekitar Tahun 2002-2003, dan itu merupakan tugas yang dianggap paling besar dan beresiko selama menjadi PNS, pasrah kalau harus mengorbankan jiwa dan raga karena pada saat itu sekitar 3000 orang tentara Amerika sudah sampai diperbatasan Iraq- Kuwait.

Oneng sebenarnya bercita-cita menjadi Guru Pegawai Negeri Sipil (PNS)/Aparatur Sipil Negara (ASN). Untuk itu, dia melanjutkan Pendidikan ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Purwakarta.

“Karena dorongan orang tua dan memang cita-cita saya menjadi guru dan PNS. Pernah tercapai menjadi Guru selama kurang lebih 1 Tahun mengajar di Sekolah swasta (BPI) Bandung.”

Hanya setahun menjadi guru, Oneng akhirnya berhenti dan mengikuti testing CPNS di Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1992. Tahun berikutnya (1993), ia sudah menjadi PNS dan ditempatkan di Taman Budaya Jawa Barat yang dikenal dengan Dago Tea Huis.

“Sepuluh tahun saya ditempatkan di Taman Budaya Jawa Barat sebagai PNS/ASN Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan yang ditugaskan di daerah,” jelas Oneng, yang berhasil menyelesaikan pendidikan S1Jurusan Karawitan dari Akademi Seni Tari Indonesia tahun 2016.

Tahun 2002 Oneng bertugas sebagai ASN PEMPROV

Jawa Barat bergabung di Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat. Undang-Undang Otonomi Daerah

mengharuskan ASN pusat

Oneng Nurlatifah, S.Sn.Kasubag TU UPTD Pengelolaan Jalan dan Jembatan Wilayah Pelayanan III Bandung

Menekuni Seni dan Pariwisata, Belajar Tegar Membaur di Infrastruktur

Jika saja tak ada perampingan Balai di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Jawa Barat, mungkin Oneng Nurlatifah, S.Sn., masih lekat dengan dunia seni, “ngahaleuang” dan “andemprok emok” melantunkan lagu-lagu sunda adalah hoby dan profesi sejak lama dan merupakan bagian salah satu tugas di Disparbud yaitu melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya . Tapi, sejak tahun 2005, ia meninggalkan aktivitas keseniannya didunia panggung, dan pada awal Februari 2018 konsentrasi pada tugas barunya di Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat sebagai Kasubbag Tata Usaha di UPTD IVdan akhirnya sekarang beralih tugas ( Mutasi) masih sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Kasubag TU) di UPTD Pengelolaan Jalan dan Jembatan Wilayah Pelayanan III Bandung, Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat

foto

:DK

24 Juli - Sptember 2020 | SiBiMa

yang ditugaskan di daerah menjadi ASN di provinsi tempat penugasan. “SK saya ditugaskan di Disparbud Jabar dan ditempatkan sebagai Staf Pelatihan Kepariwisataan,” jelas Oneng.

Sebelas tahun kemudian, Oneng dialihtugaskan sebagai Staf Bidang Kesenian Disparbud. “Disinilah saya banyak berhubungan dengan seniman tradisional dari seluruh Jawa Barat, menyelenggarakan pentas seni dari daerah, dan pasanggiri (lomba seni). Meski dana yang tersedia tidak besar, tetapi saya bahagia, karena setidaknya bisa berbagi peluang danmemberi stimulan kepada kreator dan penggiat seniagar terus berkarya berkolaborasi antara seniman Jawa Barat dan Pemerintah dalam membangun karakter bangsa yang berbudaya melalui Pelestarian dan Pengembangan nilai Seni dan Budaya khusunya seni dan budaya tradisi Jawa Barat,” ulas Oneng.

Selanjutnya satu bentuk kepercayaan baru yang harus dilaksanakan Oneng mendapat promosi menjadi Kepala Seksi Pelestarian Nilai Budaya dan Sejarah dari tahun 2016-2018 dan ditempatkan di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat ( MONJU). “Disini saya harus belajar mengenai sejarah dan pelestarian seni dan budaya, khususnya di Jawa Barat,”ungkap Oneng.

Akhir Tahun 2017 sampai dengan awal Tahun 2018, terjadi perampingan di Disparbud Jawa Barat. Lima Balai diciutkan menjadi tinggal satu Balai, sehingga 20 pejabat eselon “kehilangan tugas”, termasuk Oneng. Di tengah kegalauan dengan posisinya, Oneng mendapatkan kejutan.

“Tiba-tiba saya mendapatkan surat Undangan untuk dilantik dan Keputusan sebagai esselon IV Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang dan ditempatkan sebagai Kasubbag Tata Usaha UPTD IV di Sumedang dan Garut,“ ujar Oneng mengenang saat-saat yang mengejutkan tersebut.

Di awal awal melaksanakan tugas Oneng sempat dilanda dilema, selain ditugaskan pada tempat atau intitusi bukan bidangnya baik dari profesi ataupun disiplin ilmu, juga tempat tugasnya jauh dari Bandung. Ia memikirkan anak bungsunya yang masih balita yang harus ditinggalkan ketika bekerja di Kota Tahu itu. Selain itu, “belantara” DBMPR Jabar masih sangat asing, meskipun posisinya sebagai Kasubag TU sesungguhnya hanya berhadapan dengan hal-hal bersifat umum tapi tetap serasa kurang rasa percaya diri.

“Suami sempat menyarankan pensiun dini, tetapi keputusan tetap diserahkan pada saya,” ujar Oneng. Dia akhirnya mengambil keputusan jalan terus. Apalagi Kepala UPTD IV Sumedang saat itu, Bapak Agus Salim, S.T., M.T., (Kabid Harbang) sekarang, menerima dengan penuh kebijakan, mengarahkan dan membina saya berkesinambungan tanpa tekanan, dari situlah saya banyak termotivasi dan beradaftasi baik dari beban pekerjaan ataupun lingkungan, ditambah teman teman pegawai kompak dan solid membawa saya ke arah perubahan obyek pekerjaan dan pemikiran.

Kurang lebih dua tahun Oneng harus meninggalkan “sibungsu” ketika hari masih pagi dan baru bisa bertemu kembali kala hampir malam. “Itulah konsekuensi ASN, harus siap ditempatkan di mana saja dan tugas apa saja sesuai janji,” ujar Oneng.

Awal tahun 2020, Oneng dialihkan tugas menjadi Kasubag TU UPTD Pengelolaan Jalan dan Jembatan Wilayah Pelayanan III Bandung. “Suatu keputusan mutasi yang sangat saya syukuri. Inilah daerah tugas yang saya inginkan, meski awalnya sekadar dalam impian. Ternyata impian tersebut jadi kenyataan. Saya bisa lebih dekat dengan rumah dan keluarga, saya bisa lebih fokus dan tidak terlalu stress dengan tantangan diperjalanan menuju dan pulang kantor,” katanya.

Hampir 3 tahun Oneng bertugas di DBMPR Jabar, tetapi dia mengakui masih banyak sekali yang harus dipelajari terutama sisi teknis Kebinamargaan. “Saya betul-betul buta seperti merambah belantara masalah teknis Kebinamargaan,” jelasnya, “Namun untuk masalah Kepegawaian, Umum, dan lain-lain, saya sudah mulai memahami dan bisa mengerjakannya,“ lanjutnya.

Oleh sebab itu, dengan bimbingan dan arahan yang penuh kebijakan Ka UPTD III Bapak Ruhiyat, S.T., M.T., saat ini, Oneng terus berupaya belajar sambil bekerja mengenal dunia kebinamargaan. Dia tak malu bertanya atau meminta bantuan kepada sesame rekan kerja apabila ada hal-hal yang kurang dipahami. Prinsipnya, “Dari pada saya tidak bisa menyelesaikan tugas, lebih baik banyak bertanya atau meminta bantuan rekan kerja, bagi saya senior dilingkungan DBMPR adalah guru hidup dan guru perubahan dalam perjalanan karier saya, lanjutnya.

Meskipun masih “cuang-cieung” dengan Program dan Perencanaan di DBMPR ‘masih banyak yang belum pahamnya terutama tentang Program Teknis’. “Tapi lumayanlah saya sekarang mulai familiar dengan istilah lapen, agregat, oprit, girder, DED, RUMIJA dan lain lain, Alhamdulillah Oneng sudah kadung betah berkiprah di lingkungan di DBMPR Jabar. Ia berharap dapat bekerja di DBMPR Jabar hingga pensiun. “Mun kenging nawar mah tos we tong dialihkeun deui dugi ka pensiun” ujar nya.

Lima tahun lagi Oneng akan memasuki masa purnabakti. Ia merasa bersyukur dapat mengantarkan anak-anaknya mengecap dan menamatkan bangku kuliah. Bahkan, salah satu anaknya sudah berhasil menjadi seorang dokter.

“Kesibukan sebagai ASN membuat saya tidak penuh membimbing dan mengawasi anak-anak. Untung mereka memahami posisi ibunya. Mereka tetap memberikan kebanggaan pada orang tua dengan mempersembahkan prestasi baik dalam bidang akademik,” ungkap Oneng. Tidak hanya anak-anak, suaminya pun mafhum dengan tugas Oneng sebagai ASN.

Kendati jarang ketemu, Oneng tetap memperhatikan quality time dengan keluarganya lewat telepon atau media sosial. Selebihnya dia serahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa.

“Prinsip hidup saya, Lillahi Ta’ala. Semua takdir saya serahkan hanya Allah SWT yang berkehendak. Yang penting saya berusaha bersemangat disetiap peluang dan kesempatan dan harus bisa memberikan manfaat dalam hal kebaikan bagi orang lain, karena mungkin sedikit nasehat atau tindakan saya bisa berguna dan ada kemanfaatannya bagi orang lain, disisa usia saya menjelang senja saya harus mulai berpikir masa depan saya yaitu alam akhirat kelak, Insyaa Allah,” ucap Oneng di ujung pembicaraan. (DK)

25SiBiMa | Juli - September 2020

sOsO

k

ADALAH Andi Nugroho, S.T. Berasal dari Jawa Tengah, Andi berkarier di DBMPR Jabar sejak tahun 2003. Masa kecil hingga

kuliah dihabiskannya di provinsi itu. Setelah menyelesaikan kuliah S1 dalam Program Studi Teknik Sipil di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Andi merantau ke Kota Bandung. Di sini, ia mendapat kesempatan meniti karier sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).

Awalnya, Andi bekerja di DBMPR Jabar sebagai pegawai harian di proyek pembangunan jalan dan jembatan pada tahun 2003. Sabar menanti, akhirnya dia resmi menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tahun 2009. Tugas pertamanya sebagai pelaksana pada Bidang Pembangunan Dinas Bina Marga.

Perubahan SOTK pada Dinas Bina Marga menjadi Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang sesuai Pergub No. 51 Tahun 2016 turut mengubah tugas Andi selanjutnya. Pergub itu menjelaskan perubahan Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas, dan Tata Kerja DBMPR Jabar, yakni ada penambahan bidang baru, Bidang Jasa Konstruksi dan Bidang Tata Ruang.

“Tahun 2017, saya ditugaskan di Bidang Jasa Konstruksi sebagai PengelolaTeknik Konstruksi Berkelanjutan, di bawah Kasie Pemberdayaan Jasa Konstruksi,” jelas Andi.

Bulan Juni 2019, Andi mendapat tanggung jawab menantang, menjadi PPK padapembangunan Masjid Raya Provinsi Jawa Barat, Al-Jabbar. Tahun 2020, dia diamanahi tugas tambahan lain sebagai Kepala Seksi (Kasie) Pengawasan Data dan Informasi pada Bidang Jasa Konstruksi.

“Sejak menjadi pegawai harian, tugas apa pun selalu saya anggap sebagai tantangan. Terlebih untuk tugas yang sebelumnya belum pernah

dilaksanakan, seperti Bidang Jasa Konstruksi. Salah satunya, saat ini ketika saya mendapatkan tugas penuh untuk mengawasi pelaksanaan pembangunan Masjid Raya Al-Jabbar,” lanjutnya.

Andi ditunjuk sebagai PPK Masjid Al-Jabbar melalui SK Kepala DBMPR No.900/KEP.42/DBMPR/2019 tanggal 26 Juni 2019. “Ini tugas dan amanah yang harus dilaksanakan dalam mendukung kelancaran proyek Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Maka, diusahakan harus tepat mutu, tepat waktu, tepat anggaran, dan tepat administrasi,” ungkap Andi.

Bertugas sebagai PPK, Andi meneruskan tugas PPK sebelumnya, yaitu mewujudkan terbangunnya Masjid Raya Provinsi Jawa Barat Al-Jabbar. “Sebagai PPK baru, saya masih harus banyak belajar dari pendahulu sebelumnya. Saya sendiri sebelumnya bertugas sebagai pengawas pada pekerjaan tersebut,” ujarnya.

Sebagai PPK baru, Andi memandang kendala yang dihadapi sebagai tantangan.

Andi Nugraha, S.T. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pembangunan Masjid Al-Jabbar

Tak Mau Mengabdi ke Lain Hati

Pegawai Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat (DBMPR Jabar) ini termasuk salah satu yang paling sibuk dalam pembangunan Masjid

Al-Jabbar. Ia terlibat langsung dalam pelaksanaan pembangunan landmark Jawa Barat itu sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sejak tahun 2019. Bahkan, pada tahun 2020 tugasnya bertambah menjadi Kepala Seksi Pengawasan Data

dan informasi pada Bidang Jasa Konstruksi DBMPR Jabar.

foto:DK

26 Juli - Sptember 2020 | SiBiMa

Pasalnya, dari hasil Detail Engineering Design (DED) pembangunan Al-Jabbar yang dibuat oleh konsultan perencana terdapat beberapa perubahan.Total anggaran sesuai dengan hasil DED sebesar Rp 913 miliar. Pekerjaan pembangunan ini merupakan pekerjaan yang sangat detail sehinggga memiliki tingkat kesulitan dan resiko tinggi, terutama bangunan masjid dengan luasan ± 1 Ha tanpa tiang, adanya pekerjaan 4 buah minaret pada ketinggian 90 meter dan pekerjaan plafond pada ketinggian 54 meter.

“Desain Masjid Al-Jabbar merupakan yang pertama dan belum ada sebelumnya, sehingga sulit mencari rujukan untuk studi banding. Selain itu, ada material yang harus didatangkan dari luar negeri (impor), di antaranya pembungkus minaret dan plafond. Pada masa pandemi COVID-19, adanya refocusing anggaran untuk penanganan penyebaran virus Corona dan bantuan sosial. Anggaran tahun ini yang semula mencapai Rp 348 miliar sekarang menjadi hanya Rp 31,5 miliar,” jelas Andi.

Alasan ini pula yang mengakibatkan perubahan pada target penyelesaian pembangunan Masjid Al-Jabbar. Awalnya, Masjid Al-Jabbar ditargetkan selesai akhir tahun 2020, namun tak dapat terealisasi dan direncanakan dilanjutkan tahun 2021. “Anggaran tersebut untuk pembangunan Masjid Al-Jabbar, belum termasuk pembuatan museum atau ma’rodz dan landscape,” ungkap Andi.

Menjadi ASN merupakan cita-cita Andi sebagai bentuk pengabdian pada bangsa dan negara. Untuk itu, berat maupun ringan tugas yang diberikan selalu dijalaninya dengan senang hati, apalagi jika sesuai dengan kemampuan dan ilmu yang dimiliki. “Untuk karier sebagai ASN, saya hanya mengikuti saja bagaimana penilaian atasan, rekan sederajat, bahkan yang di bawah saya. Jika sudah takdir, rejeki tidak ada akan kemana,” tegas Andi.

Mengenai ketertarikannya pindah kedinas lain, Andi menegaskan, dirinya sudah nyaman sejak pertama kerja di bidang ke-PU-an, khususnya di DBMPR Jabar. Ia

tidak ingin berpindah ke lain hati, meski tak menampik akan selalu mengikuti apa yang diperintahkan atasan. “Saya memilih untuk tetap mengabdi di DBMPR Jabar. Tetapi sekali lagi, sebagai ASN saya harus mengikuti apa saja yang diperintahkan atasan,” ujar Andi.

Tantangan dan stressing tinggi dalam menjalankan tugas sebagai PPK ditambah tanggung jawab sebagai Kepala Seksi Pengawasan Data dan Informasi pada Bidang Jasa Konstruksi mengharuskan Andi pandai membagi waktu. Tujuannya agar semua pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.

Untuk membantunya tetap segar dan bugar, Andi memanfaatkan waktu luang di luar jam kantor untuk berolah raga. Waktu luangnya dipakai seefektif mungkin untuk menghilangkan rasa penat dan menjaga kebugaran tubuh. Salah satunya dengan rutin bersepeda. Bahkan, ia sudah melakukan kegiatan gowes sepeda jauh sebelum tren bersepeda menjamur di masa pandemi COVID-19 sekarang ini. (DK)

Sejak menjadi pegawai harian, tugas apa pun selalu saya anggap sebagai tantangan. Terlebih untuk tugas yang sebelumnya belum pernah dilaksanakan, seperti Bidang Jasa Konstruksi. Salah satunya, saat ini ketika saya mendapatkan tugas penuh untuk mengawasi pelaksanaan pembangunan Masjid Raya Al-Jabbar.

‘‘

foto:DK

27SiBiMa | Juli - September 2020

wAwAsAN

TERKAIT hal ini, peran setiap bagian yang terlibat sangat penting. Salah satunya Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Laboratorium Bahan

Konstruksi (Labkon). Unit ini memiliki tugas pokok dan fungsi dalam proses pengujian bahan konstruksi sebelum bahan tersebut digunakan. Berdasarkan hasil pengujian bisa diketahui kelayakan mutu dan kualitas bahan yang digunakan.

Beberapa pengujian bahan konstruksi dikerjakan pada salah satu paket kegiatan kontraktual. Di antaranya pengujian berat jenis dan penyerapan agregat; pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles; serta pengujian angluritas agregat halus.

Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat dilakukan untuk menentukan besarnya Berat Jenis (BJ) agregat kasar dan halus pada kondisi jenuh kering permukaan, kering oven dan semu/apperent serta menentukan besarnya penyerapan air agregat tersebut. Berat jenis suatu agregat

adalah perbandingan berat dari satuan volume bahan terhadap air dengan volume yang sama pada temperatur 20°C - 25°C (68° - 77°F).

Acuan pengujian ini ada dua. SNI 1970:2008 untuk Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus serta SNI 1969:2008 untuk Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar.

Peralatan yang digunakan antara lain timbangan digital, oven, piknometer, kerucut terpancung dan batang penumbuk, kain, pan, saringan ukuran 4,75 mm (No. 4). Sementara bahan untuk pengujian adalah agregat kasar dengan ukuran nominal maksimum dan agregat halus dengan berat kira-kira 1 kg.

Adapun pengujiannya menggunakan tiga metode untuk menguji agregat halus dan kasar, yakni persiapan, langkah kerja, dan perhitungan.

Selanjutnya, pengujian keausan agregat untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap

keausan dengan menggunakan

Uji Agregrat di Laboratorium Bahan Konstruksi

Satu faktor pendukung keberhasilan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan di lingkungan Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang

Provinsi Jawa Barat (DBMPR Jabar) adalah kualitas bahan konstruksi yang digunakan. Hal ini berlaku untuk semua kegiatan di bawah DBMPR Jabar,

mulai pembangunan, peningkatan, sampai rehabilitasi.

ilustrasi: freepik.com

28 Juli - Sptember 2020 | SiBiMa

mesin abrasi Los Angeles. Angka keausan merupakan perbandingan antara berat bahan aus terhadap berat semula (%).

Acuan pengujian keausan ini adalah SNI 2417:2008 untuk Cara Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles. Peralatan yang dipakai antara lain mesin abrasi Los Angeles, oven, saringan No. 12 (ukuran 1,70 mm) dan saringan lainnya, timbangan, bola-bola baja, oven, pan, dan kuas.

Untuk pengujian agregat kasar, metodenya dengan mencuci dan mengeringkan benda uji dan bola baja dalam jumlah tertentu pada temperatur (110±5)°C ke dalam mesin abrasi Los Angeles yang diputar sesuai kelas gradasi agregat. Setelah selesai, benda uji disaring menggunakan saringan No. 12 (1,70 mm). Butiran yang tertahan dicuci bersih dan dikeringkan pada temperatur (110±5)°C.

Terakhir, pengujian angluritas agregat halus atau pengujian kadar rongga agregat halus yang tidak dipadatkan. Tujuannya untuk menentukan kadar rongga agregat halus dalam keadaan lepas atau siap dipadatkan pada agregat halus yang gradasinya diketahui. Kadar rongga agregat halus dapat menjadi indikator angluritas.

Pengujian angluritas agregat kasar bertujuan menentukan persentase dari berat partikel yang lebih besar dari ukuran saringan No. 4 (4,75 mm) dengan satu atau lebih bidang pecah. Acuan pengujiannya SNI 03-6877-2002 untuk Metode Pengujian Kadar Rongga Agregat Halus yang tidak Dipadatkan pada Pensylvanis DoT Test Method, No.621 untuk Determining the Percentage of Crushed Fragments on Gravel.

Peralatan pengujian untuk agregat halus di antaranya silinder pengukur, corong, penyangga corong, pelat kaca, pan, spatula logam, dan timbangan. Sementara peralatan pengujiannya timbangan, oven, dan saringan No. 4 (ukuran 4,75 mm).

Metode pengujian agregat halus : timbang dan gabungkan agregat halus yang telah dikeringkan dan disaring dengan berat pada masing-masing saringan sesuai dengan syarat. Lalu campurkan dan aduk setiap contoh uji dengan spatula hingga homogen.

Tempatkan tabung dan corong pada penyangga dan letakkan di tengah-tengah dudukan silinder pengukur. Tutup lubang terkecil corong dengan jari. Tuangkan benda uji ke dalam corong dan ratakan dengan spatula. Lepaskan jari dari lubang terkecil corong, sehingga contoh uji mengalir bebas ke dalam silinder pengukur.

Setelah corong kosong, ratakan kelebihan agregat pada silider dengan spatula tanpa menekan benda uji.

Bersihkan dengan kuas butiran yang menempel. Lalu, timbang siilinder. Kumpulkan kembali benda uji yang tercecer, lalu ulangi pengujian untuk selanjutnya dirata-ratakan. Kemudian, timbang silinder pengukur dengan alasnya dalam keadaan kosong.

Metode pengujian agregat kasar : timbang dan gabungkan

agregat halus yang telah dikeringkan dan disaring dengan berat pada masing-masing saringan sesuai dengan syarat. Lalu campurkan dan aduk setiap contoh uji dengan spatula hingga homogen. Tempatkan tabung dan corong pada penyangga dan letakkan di tengah-tengah dudukan silinder pengukur.

Tutup lubang terkecil corong dengan jari. Tuangkan benda uji ke dalam corong dan ratakan dengan spatula. Lepaskan jari dari lubang terkecil corong, sehingga contoh uji mengalir bebas ke dalam silinder pengukur.

Setelah corong kosong, ratakan kelebihan agregat pada silider dengan spatula tanpa menekan benda uji. Bersihkan dengan kuas butiran yang menempel. Lalu, timbang siilinder. Kumpulkan kembali benda uji yang tercecer dan ulangi pengujian untuk selanjutnya dirata-ratakan. Lantas, timbang silinder pengukur dengan alasnya dalam keadaan kosong. (DK)

Metode pengujian agregat halus : timbang dan gabungkan agregat halus yang telah dikeringkan dan

disaring dengan berat pada masing-masing saringan sesuai dengan

syarat. Lalu campurkan dan aduk setiap contoh uji dengan spatula

hingga homogen.

29SiBiMa | Juli - September 2020

seje

NA

k

MASALAHNYA, seringkali terjadi kekeliruan

pemahaman antara kesalehan sosial dan kebaikan. Padahal, meskipun memiliki konsep yang hampir sama, namun sebenarnya keduanya adalah hal yang berbeda. Seseorang yang telah melakukan kesalehan sosial sudah tentu melakukan suatu kebaikan. Namun tidak berlaku sebaliknya.

Sederhananya, kesalehan sosial adalah suatu perbuatan yang dilakukan dan memiliki dampak positif berkelanjutan, atau kesalehan sosial akan menimbulkan hal-hal positif yang sifatnya terus-menerus. Jika tidak, maka baru sebatas pada melakukan kebaikan saja. Dampak positif berkelanjutan ini penting sekali maknanya, karena perbuatan yang dilakukan dapat mengubah kehidupan orang lain menjadi lebih baik. Sementara berbuat kebaikan saja tidak mengubah keadaan.

Contohnya, jika seseorang memberikan makanan kepada orang miskin, itu baru dapat dikatakan sebagai kebaikan saja. Mengapa? Karena setelah orang tersebut selesai makan, pada suatu saat ia akan lapar lagi. Tidak ada perubahan nasib di dalam kehidupannya. Meskipun pihak yang memberi makanan akan mendapatkan pahala di dalam buku amalnya dan telah berbuat baik menurut pandangan manusia. Namun pada prinsipnya ia belum melakukan suatu perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai kesalehan sosial.

Alasannya, karena secara garis besar si orang miskin tersebut nasibnya tidak akan berubah lantaran amal kebaikan seseorang itu. Setelah diberikan makanan, si

orang miskin akan tetap saja miskin. Standar kehidupannya tidak berubah. Kesehatannya tetap tidak terjamin.

Apalagi jika dikaitkan dengan nasib keluarganya

secara keseluruhan.Kecuali jika orang

miskin tersebut diberi pendidikan atau diberi

modal untuk berusaha. Demikian pula

perbuatan-perbuatan baik lainnya

yang bisa menimbulkan

dampak positif secara terus-menerus.

Dengan melakukan hal ini, walaupun belum tentu juga akan

mengubah nasib si orang miskin, namun setidaknya dia memiliki peluang

untuk mengubah nasib. Melalui pemberian modal dan bimbingan usaha, si orang miskin

akan mendapatkan sesuatu yang lebih berarti, sehingga dalam jangka panjang bisa saja nasibnya akan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.

Pada satu masa tertentu, pihak yang melakukan kesalehan sudah merasa cukup memberikan bimbingan dalam melakukan usaha. Si orang miskin yang sudah berubah nasibnya tetap dapat melanjutkan usahanya. Kehidupannya menjadi lebih baik. Pendidikan anaknya akan lebih terjamin.

Bisa jadi, pihak yang sudah diberi bantuan tersebut akan melakukan kesalehan sosial yang serupa kepada orang miskin lainnya. Jadi, suatu saat dia pun dapat berperan dalam mengubah nasib seseorang, atau keberhasilannya dalam berusaha diteruskan oleh keturunannya.

Kesalehan Sosial Bukan Sekadar KebaikanNilai-nilai ibadah ritual sejatinya berkelindan dengan perbuatan sosial. Kedua hal itu saling berkaitan dan bisa diterapkan sepanjang waktu. Salah satu wujud terintegrasinya nilai-nilai ibadah ritual dengan dimesi perbuatan sosial adalah berupaya menerapkan kesalehan sosial dalam kehidupan rutin sehari-hari.

ilustrasi: freepik.com

30 Juli - Sptember 2020 | SiBiMa

Inilah yang disebut dengan kesalehan sosial. Sebuah perbuatan baik yang memiliki dampak positif berkelanjutan. Sebuah peribahasa menyebutkan, “Beri seseorang ikan, maka dia akan makan untuk hari itu saja. Namun beri dia kail, maka ia bisa makan seumur hidupnya.”

Kesalehan sosial menjadi penting untuk dipahami, karena konsep ini sering tercampuradukkan dengan kebaikan, sehingga kita tidak dapat membedakan antara kebaikan dan kesalehan sosial. Padahal, pemahaman konsep ini akan memberikan sudut pandang yang lebih jelas dalam memaknai sebuah perbuatan. Selain itu, akan memberikan kita sebuah sudut pandang yang lebih baik ketika akan membantu sesama.

Sering terjadi, banyak kalangan baik dari pemerintah ataupun swasta berbuat kebaikan, namun tidak memiliki dampak positif sesudahnya. Terlihat dari luar sepertinya telah menolong masyarakat banyak, namun yang ditolong tetap saja tidak mampu berubah ke arah yang lebih baik. Alhasil, kehidupan masyarakat banyak yang begitu-begitu saja dari dulu hingga sekarang.

Kesalehan Sosial dan Amal JariahKESALEHAN sosial merujuk pada perilaku orang-orang

yang sangat peduli dengan nilai-nilai islami yang bersifat sosial. Maka, kesalehan sosial adalah suatu bentuk kesalehan yang tidak hanya ditandai oleh rukuk dan sujud, puasa dan haji, melainkan juga ditandai oleh seberapa besar seseorang memiliki kepekaan sosial dan berbuat kebaikan untuk orang-orang di sekitarnya.

Pada Islam, saleh secara individual/ritual harus diikuti dengan saleh secara sosial. Pasalnya, ibadah ritual selain bertujuan pengabdian diri pada Allah juga bertujuan membentuk kepribadian yang memiliki dampak positif terhadap kehidupan sosial atau hubungan dengan sesama manusia.

Hadits menyebutkan, seorang sahabat pernah memuji kesalehan orang lain di depan Nabi. Nabi bertanya, “Mengapa ia kau sebut sangat saleh?” Sahabat itu menjawab, “Karena tiap saya masuk masjid ini dia sudah shalat dengan khusyuk. Dan tiap saya sudah pulang, dia masih saja khusyuk berdoa.”

“Lalu siapa yang memberinya makan dan minum?” tanya Nabi lagi. “Kakaknya,” sahut sahabat tersebut. Lalu Nabi berkata, “Kakaknya itulah yang layak disebut saleh”. Sahabat itu pun diam.

Hadits ini memperlihatkan kepada kita bahwa ibadah ritual saja belum cukup. Ibadah ritual mesti dibarengi dengan kesalehan sosial. Puasa, misalnya, memiliki dimensi garis horizontal yang kental dengan nuansa kehidupan sosial seperti berderma, menyantuni orang dhuafa, serta sabar dalam menerima cobaan. Barometer kebajikan bagi Allah bukan hanya diukur dari banyaknya interaksi pribadi hamba kepadaNya. Tetapi kebajikan yang bersifat holistik, yang dapat menjiwainya dalam kehidupan sosial.

Nilai-nilai sosial pada puasa tidak berhenti pada praktIk puasa itu saja. Puasa merupakan salah satu sistem yang jitu untuk dapat menghilangkan sifat angkuh, sombong, bakhil, egois, dan sifat tidak terpuji lainnya. Melalui puasa, seorang mukmin akan mengetahui dan menyadari betapa lemah dirinya.

Kesalehan sosial sebagai perwujudan dari pengaruh puasa ini dapat dicapai jika kita mampu menanamkan secara teguh kesadaran akan kehadiran orang lain dalam diri kita. Ibadah puasa akan mampu membuka tabir ruang-ruang pribadi yang masih dibingkai dengan sikap egois dan tidak mampu menyentuh dunia luar. Artinya, ibadah puasa menekankan sikap kesetiakawanan sosial dan solidaritas yang tinggi terhadap orang lain sebagai perwujudan tingkat taqwa yang diliputi oleh ketulusan dan keikhlasan.

Ibadah puasa sarat dengan pesan etika kesalehan sosial yang sangat tinggi, seperti pengendalian diri, kedisiplinan, kejujuran, kesabaran, dan solidaritas. Hal Ini merupakan sebuah potret yang mengarah kepada eratnya kesalehan pribadi dengan kesalehan sosial. Oleh karena itu, diharapkan output dari ibadah puasa adalah lahirnya manusia-manusia beriman yang tidak hanya memiliki kesalehan individual, tetapi juga manusia beriman yang memiliki kesalehan sosial.

Konsep kesalehan sosial yang paling dekat dalam ajaran Islam adalah amal jariah. Salah satu hadits Rasulullah SAW yang tentunya sangat akrab di telinga para mukmin adalah, “Apabila meninggal anak cucu Adam (maksudnya manusia), maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal saja, yaitu sedekah jariah, ilmu yang diambil manfaatnya oleh manusia, dan anak yang saleh yang selalu berdoa untuknya.” (HR. Ahmad)

Pada kesempatan lain Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda : “Sesungguhnya amal saleh yang akan menyusul seorang mukmin setelah dia meninggal dunia kelak ialah ilmu yang dia ajarkan dan sebarkan, anak saleh yang dia tinggalkan, mushaf Al Quran yang dia wariskan, masjid yang dia bangun, rumah tempat singgah para musafir yang dia dirikan, air sungai (atau irigasi) yang dia alirkan, dan sedekah yang dia keluarkan di kala sehat dan masih hidup. Semua ini akan menyusul dirinya ketika dia meninggal kelak.” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqqi)

Dari kedua hadits itu dapat dilihat sebenarnya konsep kesalehan sosial sudah lama diajarkan oleh Rasulullah. Bahkan, kesalehan sosial tersebut mendapatkan penghargaan yang teramat besar di dalam Islam. Kesalehan sosial yang didefinisikan sebagai amal jariah dalam Islam akan selalu mendapatkan pahala yang tidak akan putus, kendati orang yang melakukan kesalehan sosial tersebut telah meninggal dunia. Pahalanya tetap akan terus mengalir tanpa henti kepada dirinya. (DK – dari berbagai sumber)

31SiBiMa | Juli - September 2020

Dinas Bina Marga Dan Penataan ruang Provinsi Jawa Barat

MOHON KERJA SAMAWARGI JABAR SEMUA

Ingat Disiplin 3M

Hingga Kita MengaLaHKan PanDeMi ini

Hatur Nuhun

#JabarSehatLahirBatin#JabarJuaraLawanCovid

MEMAKAI MASKER

MENCUCITANGAN

MENJAGAJARAK