ecase obsgyn

4
Judul Penatalaksanaan Adenomiosis pada Wanita dengan Nyeri Perut Bawah Abstrak Adenomiosis adalah pertumbuhan jaringan endometrium ke dalam otot uterus. Gejala khas penyakit ini mirip dengan mioma uteri, ditandai dengan dismenorea, menoragia, dan pembesaran progresif pada uterus. Diagnosis pasti baru dapat dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan PA dari jaringan. Isi Pasien wanita (P2A0, anak hidup 2, anak terakhir usia 8 tahun), 40 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut bawah. Nyeri dirasakan sejak 3 hari lalu, terus-menerus, bersamaan dengan menstruasi. Skala nyeri 9-10, mual (+), muntah (-), demam (-). Riwayat nyeri haid progresif (+), keputihan (-). BAB dan BAK biasa. Riwayat operasi sebelumnya (+) SC dan usus buntu tahun 2005. Riwayat KB (+) suntik 3 bulan, lepas 1,5 tahun yang lalu. Siklus menstruasi teratur, lama 5 – 6 hari, nyeri saat menstruasi (+), ganti pembalut 2 – 3 x/hari. Riwayat penyakit keluarga disangkal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak kesakitan; vital sign dalam batas normal; thoraks tidak ada kelainan; abdomen didapatkan nyeri tekan di regio inguinalis sinistra dan suprapubik, tidak teraba massa; pemeriksaan inspekulo didapatkan portio tenang, keluar fleksus dari OUE; sedangkan dari pemeriksaan dalam ditemukan vulva dan urethra tak ada kelainan, bentuk dan konsistensi porsio biasa, bentuk dan konsistensi cavum uteri biasa, teraba massa kistik di kanan dan kiri uterus dengan diameter ± 5 cm. PP test negatif. Dilakukan USG abdomen dengan hasil massa kistik di parametrium dekstra dan sinistra, curiga cystoma ovarii. Pasien kemudian menjalani operasi dan pemeriksaan PA dari jaringan yang diambil menunjukkan hasil adenomiosis dan kista cokelat bilateral. Diagnosis Adenomiosis Kista cokelat bilateral Terapi Operatif :

Transcript of ecase obsgyn

Page 1: ecase obsgyn

JudulPenatalaksanaan Adenomiosis pada Wanita dengan Nyeri Perut Bawah

AbstrakAdenomiosis adalah pertumbuhan jaringan endometrium ke dalam otot uterus. Gejala khas penyakit ini mirip dengan mioma uteri, ditandai dengan dismenorea, menoragia, dan pembesaran progresif pada uterus. Diagnosis pasti baru dapat dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan PA dari jaringan.

IsiPasien wanita (P2A0, anak hidup 2, anak terakhir usia 8 tahun), 40 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut bawah. Nyeri dirasakan sejak 3 hari lalu, terus-menerus, bersamaan dengan menstruasi. Skala nyeri 9-10, mual (+), muntah (-), demam (-). Riwayat nyeri haid progresif (+), keputihan (-). BAB dan BAK biasa. Riwayat operasi sebelumnya (+) SC dan usus buntu tahun 2005. Riwayat KB (+) suntik 3 bulan, lepas 1,5 tahun yang lalu. Siklus menstruasi teratur, lama 5 – 6 hari, nyeri saat menstruasi (+), ganti pembalut 2 – 3 x/hari. Riwayat penyakit keluarga disangkal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak kesakitan; vital sign dalam batas normal; thoraks tidak ada kelainan; abdomen didapatkan nyeri tekan di regio inguinalis sinistra dan suprapubik, tidak teraba massa; pemeriksaan inspekulo didapatkan portio tenang, keluar fleksus dari OUE; sedangkan dari pemeriksaan dalam ditemukan vulva dan urethra tak ada kelainan, bentuk dan konsistensi porsio biasa, bentuk dan konsistensi cavum uteri biasa, teraba massa kistik di kanan dan kiri uterus dengan diameter ± 5 cm. PP test negatif. Dilakukan USG abdomen dengan hasil massa kistik di parametrium dekstra dan sinistra, curiga cystoma ovarii. Pasien kemudian menjalani operasi dan pemeriksaan PA dari jaringan yang diambil menunjukkan hasil adenomiosis dan kista cokelat bilateral.

DiagnosisAdenomiosisKista cokelat bilateral

TerapiOperatif : Histerektomi subtotalSalphingooophorektomi dekstraKistektomi ovarium dekstraMedikamentosa :Terapi EndrolinKalsium 1 x 1Pil KB 1 x 1

DiskusiEndometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi

terdapat di luar kavum uteri. Jaringan yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di dalam miometrium atau pun di luar uterus. Sedangkan bila jaringan endometrium terdapat di

Page 2: ecase obsgyn

dalam miometriium disebut adenomiosis. Namun pembagian ini sekarang sudah tidak dianut lagi karena baik secara patologik, klinik ataupun etiologi adenomiosis dan endometriosis berbeda.

Adenomiosis secara klinis lebih banyak persamaannya dengan mioma uteri. Adenomiosis lebih sering ditemukan pada multipara dalam masa premenopause, sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang lebih muda dan yang umumnya infertil. Frekuensi adenomiosis berkisar antara 10-47%.

Gejala yang paling sering ditemukan adalah menoragia, dismenorea sekunder, dan uterus yang makin membesar. Kadang-kadang terdapat dispareunia dan rasa berat di perut bawah terutama dalam masa pra haid. Menoragia makin lama makin banyak karena vaskularitas jaringan bertambah dan mungkin juga karena otot-otot uterus tidak dapat berkontraksi dengan sempurna karena adanya jaringan endometrium ditengah-tengah, mungkin juga karena disfungsi ovarium. Dismenorea yang makin mengeras kiranya disebabkan oleh kontraksi tidak teratur dari miometrium, karena pembengkakan endometrium yang disebabkan oleh perdarahan pada waktu haid.

Diagnosis adenomiosis dapat diduga apabila pada wanita berumur sekitar 40 tahun dengan banyak anak, keluhan menoragia dan dismenorea makin menjadi, dan ditemukan uterus yang membesar simetrik dan berkonsistensi padat. Akan tetapi diagnosis yang pasti baru dapat dibuat setelah pemeriksaan uterus pada waktu uterus atau sesudah diangkatnya pada operasi itu.

Pada adenomiosis uterus umumnya membesar difus dan berlobus dikarenakan hipertrofi dan hyperplasia dari otot polos yang melekat pada kelenjar ektopik. Didapat penebalan dinding uterus dengan dinding posterior biasanya lebih tebal. Uterus umumnya berbentuk simetrik dengan konsistensi padat, dan tidak menjadi lebih besar dari tinju atau uterus yang gravid 12 minggu. Adenomiosis sering terdapat bersama-sama dengan mioma uteri. Walaupun jarang, adenomiosis dapat ditemukan tidak sebagai tumor difus melainkan sebagai tumor dengan batas yang nyata.

Gambaran mikroskopis yang khas pada adenomiosis adalah adanya pulau-pulau jaringan endometrium di tenga-tengah otot uterus yang menunjukkan perubahan siklik, akan tetapi umumnya reaksi terhadap hormon-hormon ovarium tidak begitu sempurna seperti endometrium biasa. Walaupun demikian dapat ditemukan kista-kista kecil berisi darah tua di tengah-tengah jaringan adenomiosis. Kadang-kadang kelenjar-kelenjar dari endometrium menunjukkan hyperplasia kistik, bahkan dapat ditemukan sel-sel atipik, akan tetapi keganasan sangat jarang terjadi. Kehamilan akan menyebabkan endometrium ektopik ini berubah seperti desidua.

Terapi utama adenomiosis adalah histerektomi, namun hal ini merupakan pilihan yang sulit apabila penyakit ini ditemukan pada wanita yang masih muda dan masih ingin mempunyai anak. Pengobatan klasik untuk adenomiosis yang membandel terdiri dari ablasi endometrial secara endoskopik atau histerektomi. Ablasi endometrial pada pasien dengan adenomiosis dapat menyebabkan perlekatan pada kavum uterus, haematometrium dan rasa sakit yang hebat. Sedangkan terapi konservatif untuk pengobatan adenomiosis dapat dibagi menjadi kategori yaitu :

1. Embolisasi pembuluh darah uterus2. Terapi Hormonal (pil progesterone oral, anti estrogen, atau agonis GnRH)3. Kombinasi operasi dan terapi hormonalPada kasus ini dijumpai perlengketan uterus dengan vesica urinaria dan usus sehingga

dilakukan histerektomi subtotal. Pengobatan berikutnya dikombinasikan dengan terapi hormon berupa endrolin selama tiga bulan dan pil KB.

Page 3: ecase obsgyn

KesimpulanAdenomiosis adalah pertumbuhan jaringan endometrium ke dalam otot uterus. Gejala yang paling sering ditemukan adalah menoragia, dismenorea sekunder, dan uterus yang makin membesar . Terapi utama berupa histerektomi, sedangkan terapi konservatif dapat berupa embolisasi pembuluh darah, terapi hormonal, dan terapi kombinasi operasi dan terapi hormonal.

ReferensiBenagiano, G., et al. 2009. Adenomyosis: new knowledge is generating new treatment

strategies. Diakses 18 Februari 2014 dari

http://www.medscape.com/viewarticle/703820

Berek, J.S. 2002. Novak’s Gynecology. Lippincot Williams & Wilkins.

Decherney, A.H, et al. 2008. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology, Tenth

Edition. USA: McGraw-Hill Companies.

Prabowo, R.P. 2008. Ilmu Kandungan. Ed. 2 cet.6. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Reuter, K.L. 2013. Adenomyosis imaging. Diakses 18 Februari 2014 dari

http:// emedicine .medscape.com/article/405260-overview

PenulisAlindina Anjani, Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi, RSUD Temanggung, Kab. Temanggung, Jawa Tengah