e Library Stikes Nani Hasanuddin Ermiantyir 602-1-51144146 1

6
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721 41 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALLE KAB.PANGKEP Ermianty 1 , Irmayani 2 , H.Burhanuddin Latief 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3 STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK Rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, perilaku/sikap, dan pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan metode cross sectional, populasi dalam penelitian adalah semua ibu yang memiliki bayi berusia 0-12 bulan sebanyak 108 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, didapatkan 52 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisi dengan menggunakan computer program microsoft excel dan program statistik (SPSS) versi 16,0. Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan chi square uji (p<0,05). Hasil analisis bivariat ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif (p=0,001) dan ada hubungan bermakna antara perilaku/sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif (p=0,034). Berdasarkan uji statistik chi square didapat nilai p value < 0,05 artinya ada hubungan antara kedua faktor tersebut terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi. Kata Kunci : ASI Eksklusif, Pengetahuan Ibu, Perilaku/ Sikap Ibu PENDAHULUAN Pada tahun 2002, WHO dan UNICEF telah menetapkan suatu strategi global tentang pemberian makanan pada bayi dan anak. Strategi tersebut merupakan acuan bagi semua negara di dunia dalam rangka mencapai kesehatan dan tumbuh kembang anak yang optimal melalui perbaikan praktek pemberian makan pada bayi dan anak. Menurut WHO dan UNICEF, cara pemberian makan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Namun sebagian besar ibu di banyak Negara mulai memberi bayi makanan dan minuman buatan sebelum 6 bulan, dan banyak yang berhenti menyusui jauh sebelum anak berumur 2 tahun. Data dari UNICEF tahun 2006 menyebutkan bahwa kesadaran ibu untuk memberikan ASI di Indonesia baru 14%, itupun diberikan hanya sampai bayi berusia empat bulan. Berdasarkan data tersebut ada kurang lebih 86% ibu yang gagal ASI eksklusif, dengan kata lain ada 86% ibu yang memberi makanan/minuman lain selain ASI kepada bayinya sebelum usia 6 bulan. Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan. Menurut penelitian Arifin Siregar 2004 dijelaskan alasan ibu tidak menyusui bayinya, di aspek kehidupan kota kurangnya pengertian dan penngetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui yang menyebabkan ibu terpengaruh kepada susu formula. Kesehatan / status gizi bayi serta kelangsungan akan lebih baik pada ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini karena ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi. Departemen Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan melaporkan jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif pada tahun 2008 sebanyak 172 bayi (77,18 %), sedangkan data pemberian ASI eksklusif pada tahun 2009

description

Masalah Laktasi

Transcript of e Library Stikes Nani Hasanuddin Ermiantyir 602-1-51144146 1

Page 1: e Library Stikes Nani Hasanuddin Ermiantyir 602-1-51144146 1

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

41

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

MANDALLE KAB.PANGKEP

Ermianty1, Irmayani2, H.Burhanuddin Latief3

1STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3STIKES Nani Hasanuddin Makassar

ABSTRAK

Rendahnya tingkat pemahaman tentang pentingnya ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama kelahiran bayi dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengetahuan, perilaku/sikap, dan pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan metode cross sectional, populasi dalam penelitian adalah semua ibu yang memiliki bayi berusia 0-12 bulan sebanyak 108 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, didapatkan 52 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisi dengan menggunakan computer program microsoft excel dan program statistik (SPSS) versi 16,0. Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan chi square uji (p<0,05). Hasil analisis bivariat ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif (p=0,001) dan ada hubungan bermakna antara perilaku/sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif (p=0,034). Berdasarkan uji statistik chi square didapat nilai p value < 0,05 artinya ada hubungan antara kedua faktor tersebut terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi.

Kata Kunci : ASI Eksklusif, Pengetahuan Ibu, Perilaku/ Sikap Ibu

PENDAHULUAN Pada tahun 2002, WHO dan UNICEF

telah menetapkan suatu strategi global tentang pemberian makanan pada bayi dan anak. Strategi tersebut merupakan acuan bagi semua negara di dunia dalam rangka mencapai kesehatan dan tumbuh kembang anak yang optimal melalui perbaikan praktek pemberian makan pada bayi dan anak.

Menurut WHO dan UNICEF, cara pemberian makan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Mulai 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Namun sebagian besar ibu di banyak Negara mulai memberi bayi makanan dan minuman buatan sebelum 6 bulan, dan banyak yang berhenti menyusui jauh sebelum anak berumur 2 tahun.

Data dari UNICEF tahun 2006 menyebutkan bahwa kesadaran ibu untuk memberikan ASI di Indonesia baru 14%, itupun diberikan hanya sampai bayi berusia empat bulan. Berdasarkan data tersebut ada kurang lebih 86% ibu yang gagal ASI

eksklusif, dengan kata lain ada 86% ibu yang memberi makanan/minuman lain selain ASI kepada bayinya sebelum usia 6 bulan.

Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan.

Menurut penelitian Arifin Siregar 2004 dijelaskan alasan ibu tidak menyusui bayinya, di aspek kehidupan kota kurangnya pengertian dan penngetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui yang menyebabkan ibu terpengaruh kepada susu formula. Kesehatan / status gizi bayi serta kelangsungan akan lebih baik pada ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini karena ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi.

Departemen Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan melaporkan jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif pada tahun 2008 sebanyak 172 bayi (77,18 %), sedangkan data pemberian ASI eksklusif pada tahun 2009

Page 2: e Library Stikes Nani Hasanuddin Ermiantyir 602-1-51144146 1

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

42

sebanyak 106 bayi (59,18 %). Hal ini menunjukkan terjadi penurunan jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif sebesar 17,38 %.

Berdasarkan data yang diambil dari Puskesmas Mandalle Kab.Pangkep, jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif pada tahun 2011 sebanyak 136 bayi (73,55 %), sedangkan data pemberian ASI eksklusif pada tahun 2012 sebanyak 108 bayi (82,5 %). Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan jumlah bayi yang di beri ASI eksklusif sebesar 9,5 %.

ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang di butuhkan dalam proses pembentukan dan perkembangan bayi.

Defenisi WHO menyebutkan bahwa ASI eksklusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja, tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan (WHO, 2002).

Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan, Namun pada tahun 2001, setelah melakukan artikel penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan (180 hari), kemudian dilanjutkan selama 2 tahun dengan penambahan makanan pendamping yang tepat waktu, aman, benar dan memadai (WHO,2010).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan UNICEF (1990) pun telah memutuskan untuk memberikan rekomendasi kepada tenaga kesehatan dan ibu yang melahirkan agar memberi ASI saja (ASI eksklusif) pada bayi hingga berumur 4 atau 6 bulan. Dalam perkembangannya, ASI eksklusif enam bulan dinilai memberikan hasil yang lebih baik.

Kepmenkes RI No.450/ MENKES/ VI/ 2004 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia. Dalam rekomendasi tersebut dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang optimal bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Selanjutnya, demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih (Depkes RI, 2005).

Pemberian ASI secara penuh sangat di anjurkan oleh ahli gizi di seluruh dunia. Tidak satu pun susu buatan manusia (susu formula) dapat menggantikan ASI. ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan yang terbaik yang bisa diberikan oleh seorang ibu kepada bayi yang dilahirkannya. Hanya dengan ASI sudah cukup untuk memenuhi

kebutuhan bayi berumur kira-kira 4-6 bulan pertama.

UNICEF menyatakan, sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesi dan 10 juta kematian anak Balita di dunia pada tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi.

Melihat unggulnya ASI maka sangat disayangkan bahwa pada kenyataannya penggunaan ASI belum seperti yang kita harapkan. Pemberian ASI yang dianjurkan adalah sejak bayi lahir sampai umur 0-6 bulan bayi hanya di beri ASI, kemudian pemberian ASI diteruskan sampai umur 2 tahun bersama makanan tambahan yang yang kuat. Untuk mencapai hal ini, World Health Organization (WHO) membuat deklarasi yang dikenal dengan deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration), deklarasi yang dilahirkan di Innocenti, Italia tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan dan memberikan dukungan pada pemberian ASI, deklarasi yang juga ditanda tangani di Indonesia, salah satunya memuat hal-hal berikut, yaitu “Sebagai tujuan global untuk membantu kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif pada semua bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan, setelah berumur 6 bulan, bayi diberi makanan pendamping atau padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Roesli, 2005).

ASI eksklusif adalah berarti bahwa bayi hanya mengkomsumsi ASi. Tujuan kesehatan maasyarakat, seperti yang tertulis pada tujuan ke 16-19 healthy people 2010, dan kebijakan organisasi profesional kesehatan mendorong ASI eksklusif selama sekitar 6 bulan pertama. Selanjutnya, makanan yang tepat harus di tambahkan pada diet bayi sementara pemberian ASI berlanjut hingga 1 tahun atau lebih.

ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna. ASI dirancang untuk sistem pencernaan bayi yang sensitif. Protein dan lemak pada ASI lebih mudah dicerna oleh bayi. ASI mengandung paling tidak 100 bahan yang tidak ditemukan dalam susu sapi dan tidak dapat dibuat di laboratorium. Pada bulan-bulan pertama, saat bayi dalam kondisi yang paling rentang, ASI eksklusif membantu melindungi bayi dari diare, sindrom SID (sudden infant death atau kematian mendadak), infeksi telinga, dan penyakit infeksi lainnya.

Page 3: e Library Stikes Nani Hasanuddin Ermiantyir 602-1-51144146 1

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

43

BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kab.Pangkep. Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan, dari tanggal 22 Juni – 22 Juli 2013 di Puskesmas Mandalle Kab.Pangkep. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi berusia 0-12 bulan dan berkunjung di Puskesmas Mandalle Kab.Pangkep. Berdasarkan jumlah ibu yang memiliki bayi dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2013 berjumlah 220. Dengan besar sampel 52 responden. Jenis dan metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study.

Tehnik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dimana pengambilan sampel untuk tujuan tertentu. Yang menjadi sampel adalah ibu yang memiliki bayi berusia 0-12 bulan, ibu yang berkunjung di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kab.Pangkep pada saat penelitian berlangsung yang memenuhi kriteria inklusi.

Pengumpulan data dan pengolahan data

Data hasil penelitian diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengukuran dan pengisian kuesioner dan alat yang digunakan adalah alat tulis menulis serta bahan yang digunakan adalah kuesioner. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi yang terkait yaitu di Puskesmas Mandalle Kab.Pangkep yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.

Dalam penelitian ini digunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden yang menjadi sampel pilihan. Adapun urutan prosedur penelitian sebagai berikut : Membuat kuesioner sebanyak jumlah responden yang akan ditentukan, membagi kuesioner kepada responden, mengumpulkan kuesioner yang telah dibagi, dan mentabulasi data

Setelah data diperoleh dimasukkan kedalam pengujian statistik untuk memperoleh kejelasan tentang factor-faktor yang mempengaruhi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kab.Pangkep.

Analisis data

Setelah data tersebut dilakukan editing, koding, dan tabulasi maka selanjutnya dilakukan analisis data berupa : Analisis univariat yaitu data yang diperoleh dari masing-masing variabel dimasukkan kedalam variabel frekuensi. Selanjutnya dilakukan Analisis bivariat yaitu untuk mengetahui atau

menguji hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, yang dilakukan dengan uji Chi-Square pada program SPSS 16,0 dengan nilai kemaknaan α = 0,05. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep Tahun 2013

ASI Eksklusif Frekuensi (n)

Persentase (%)

Diberi ASI eksklusif

Tidak diberi ASI eksklusif

31

21

59,6 %

40,4 %

Total 52 100 % Berdasarkan analisis pada tabel 1

menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya yaitu sebanyak 31orang (59,6%). Namun ada pula ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya yaitu sebanyak 21 orang (40,4%).

Tabel 2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep Tahun 2013

Pengetahuan Frekuensi (n)

Persentase (%)

Baik Cukup

28 24

53,8 % 46,2 %

Total 52 100 %

Berdasarkan analisis pada tabel 2

menunjukkan 28 responden (53,8%) ibu berpengetahuan baik dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi dan 24 responden (46,2%) ibu berpengetahuan cukup dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi.

Tabel 3. Distribusi Tingkat Perilaku/ Sikap Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kabupaten Paangkep Tahun 2013

Perilaku/Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik Cukup

35 17

67,3 % 32,7 %

Total 52 100 % Berdasarkan analisis pada tabel 3

menunjukkan 35 responden (67,3%) ibu memiliki perilaku/ sikap baik dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi dan 17 responden (32,7%) ibu perilaku/ sikap cukup dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi.

Page 4: e Library Stikes Nani Hasanuddin Ermiantyir 602-1-51144146 1

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

44

Analisis Bivariat Tabel 4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep Tahun 2013 Pengeta-

huan ASI Eksklusif Total

Diberi ASI eksklusif

Tidak diberi ASI eksklusif

n % n % n % Baik 23 44,2 5 9,6 28 53,8

Cukup 8 15,4 16 30,8 24 46,2 Total 31 59,6 21 40,4 52 100

p = 0,001 Berdasarkan analisis pada tabel 4.

menunjukkan bahwa dari 52 responden didapatkan 28 reponden (53,8%) yang berpengetahuan baik dan 23 responden (44,2%) ibu yang memberikan ASI secara eksklusif, 5 responden (9,6%) yang tidak memberikan ASI secara eksklusif, sedangkan 24 responden (46,2%) yang berpengetahuan cukup dan 8 responden (15,4%) yang memberikan ASI secara eksklusif, 16 responden (30,8%) yang tidak memberikan ASI secara eksklusif.

Hasil uji statistik Chi-square menunjukkan nilai p=0,001 yang berarti (α=0,05) sehingga memberikan hasil yang bermakna, ini berarti ada hubungan antara pengtahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi.

Tabel 5. Distribusi Tingkat Perilaku/ Sikap Responden Terhadap Pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep Tahun 2013

Prilaku/ Sikap

ASI Eksklusif

Total Diberi ASI eksklusif

Tidak diberi ASI

eksklusif n % n % n %

Baik 17 32,7 18 34,6 35 67,3 Cukup 14 26,9 3 5,8 17 32,7 Total 31 59,6 21 40,4 52 100

p = 0,034 Berdasarkan analisis pada tabel 5

menunjukkan bahwa dari 52 responden didapatkan 35 responden (67,3%) ibu yang memiliki perilaku/sikap baik dan 17 responden (32,7%) ibu yang memberikan ASI secara eksklusif, 18 responden (34,6%) ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif, sedangkan 17 responden (32,7%) ibu yang memiliki perilaku/sikap cukup dan 14 responden (26,9%) ibu yang memberikan ASI secara eksklusif, 3 responden (5,8%) ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif.

Hasil uji statistik Chi-square menunjukkan nilai p=0,034 yang berarti

(α=0,05) sehingga memberikan hasil yang bermakna, ini berarti ada hubungan antara perilaku/sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi. PEMBAHASAN 1. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu

Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa 52 ibu di wilayah kerja Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep tentang pengetahuan ibu mengenai pemberian ASI eksklusif didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan tentag ASI eksklusif baik 28 orang (53,8%), sebagian besar memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya yaitu sebanyak 23 orang (44,2%). Namun ada pula yang tidak memberikan ASI secara eksklusif sebanyak 5 orang (9,6%) ini di karenakan ibu bekerja sehingga tidak memiliki waktu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif cukup 24 orang (46,3%), sebagian besar tidak memberikan ASI secara eksklusif yaitu sebanyak 16 orang (30,8%). Namun ada pula yang memberikan ASI secara eksklusif sebanyak 8 orang (15,4%). Hal ini disebabkan karena faktor ekonomi yang kurang sehingga mereka hanya memberikan ASI saja pada bayinya.

Dapat dilihat disini bahwa ibu yang berpengetahuan baik cenderung memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dibanding ibu yang berpengetahuan cukup maupun kurang serta tidak melakukan pemberian ASI. Pengetahuan tentang ASI, ini dikarenakan ibu tidak mengetahui pentingnya ASI, zat-zat yang terkandung didalam ASI dan juga ibu yang berpengetahuan cukup ini terpengaruh dengan gencarnya iklan produk susu formula sehingga sebagian besar ibu ini tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Zulfadhli tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status pemberian ASI eksklusif kepada bayi pada tahun 2012, menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik pasti akan memberikan ASI secara khusus karena mengetahui jika bayi yang diberi ASI secara eksklusif atau khusus bias terlindung dari serangan penyakit system pernapasan dan pencernaan disbanding ibu yang memiliki pengetahuan cukup atau kurang.

Page 5: e Library Stikes Nani Hasanuddin Ermiantyir 602-1-51144146 1

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

45

Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Semakin baik pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, maka seorang ibu akan memberikan ASI eksklusif pada anaknya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, maka semakin sedikit pula peluang ibu dalam memberikan ASI eksklusif (Ruina Suradi Suharyono, 1992).

Menurut teori Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Dalam hal ini pengetahuan seseorang mempunyai tinkatan-tingkatan, sehingga semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin baik pula dalam melaksanakan suatu prosedur yang dikerjakannya sebaliknya semakin rendah tingkat pengetahuan seseorang makan akan menyebabkan ketidakmampuan dalam melakukan suatu prosedur menyebutkan juga bahwa, individu atau masyarakat yang telah mencapai tingkat pengetahuan aplikasi akan mampu melaksanakan suatu prosedur dengan baik. Tingkat pengetahuan aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajarinya pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

Dapat dirasionalkan bahwa responden dengan pengetahuan yang baik mereka lebih cenderung dapat mengaplikasi, menganalisis, dan mengevaluasi mana yang menurut mereka ASI eksklusif sangat baik untuk tumbuh kembang bayinya. Mereka yang berpengetahuan cukup dan kurang sangat banyak berkemungkinan tidak melakukan pemberian ASI eksklusif dikarenakan bisa dari ketersediaan ASInya yang kurang jadi ibu tahu tentang baiknya pemberian ASI tersebut tetapi dari ketersediaan ASInya kurang.

Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan nilai p=0,001 yang berarti (α=0,05). Hal ini menunjukkan nilai p<α. ini berarti Ha diterima sehingga memberikan hasil yang bermakna, atau ada hubungan antara pengtahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi.

2. Hubungan Antara Perilaku/Sikap Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa 52 ibu di wilayah kerja Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep tentang perilaku/sikap ibu mengenai pemberian ASI eksklusif didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki perilaku/sikap terhadap pemberian ASI eksklusif baik 35 orang (67,3%), sebagian besar memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya yaitu sebanyak 17 orang (32,7%). Namun ada pula yang tidak memberikan ASI secara eksklusif sebanyak 18 orang (34,6%). Sedangkan responden yang memiliki perilaku/sikap terhadap pemberian ASI eksklusif cukup 17 (32,7%), sebagian besar memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya yaitu sebanyak 14 orang (26,9%). Namun ada pula yang tidak memberikan ASI secara eksklusif sebanyak 3 orang (5,8%).

Asumsi peneliti menyimpulkan bahwa dengan perilaku/ sikap yang baik tentu akan sangat berhubungan terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi, sebab ibu yang memiliki perilaku/ sikap yang baik akan memberikan yang terbaik untuk perkembangan pada bayinya.

Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain kemampuan seseorang dalam bertindak. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan antara lain sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan mengacu pada pengalaman orang lain. Sikap diikuti atau tidak diikuti suatu tindakan berdasarkan pada banyaknya atau sedikitnya pengalaman seseorang.

KESIMPULAN

Berdasarkan Penelitian ini telah di lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep Tahun 2013, maka hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep Tahun 2013 termasuk dalam kategori baik.

Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep Tahun 2013. Ada hubungan yang signifikan antara perilaku/sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep Tahun 2013.

Page 6: e Library Stikes Nani Hasanuddin Ermiantyir 602-1-51144146 1

Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 1 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721

46

SARAN Setelah melakukan penelitian tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep Tahun 2013, maka peneliti memberikan saran demi menyempurnakan penelitian yaitu Kepada pengambil kebijakan Petugas kesehatan yang berada di Puskesmas Mandalle Kabupaten Pangkep agar tetap mempertahankan dan

terus meningkatkan kinerjanya dalam mengupayakan kesejahteraan ibu dan anak dan juga kepada para ibu untuk terus meningkatkan pengetahuannya tentang ASI Eksklusif dengan cara mencari sumber informasi seperti mengikuti kegiatan-kegiatan penyuluhan.

DAFTAR PUSTAKA Alimul H, A. 2003. Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika Arifin, M Siregar. 2009 Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Diunduh dari

http://reposiyory.usu.ac.id/bitstream/123456789/32726/1/fkm-arifin4.pdf. (diakses pada 27 April 2013)

Arini, H. 2012. Mengapa Ibu Harus Menyusui. Yokyakarta : Flash Books Buraerah H. Abd. Hakim. 2013. Analisis Deskriptif Data Riset Kesehatan.Makassar : Masagena Press Cadwell, K, Turner-Maffei, C. 2011. Manajemen Laktasi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Departemen Kesehatan RI, DirectoratJenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2008. Panduan Pelayanan

Antenatal. Jakarta : Derpartemen RI Departemen Kesehatan RI, DirectoratJenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2005. Pelatihan Konseling

Menyusui. Jakarta : Departemen RI Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika Khasanah, N. 2012. ASI atau Susu Formula. Jakarta Selatan : Flash Books Kristiyanasari, W. 2011. ASI, Menysui dan Sadari. Yokyakarta : Nuha Medika Maryunani, A. 2012. ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi. DKI Jakarta : CV. Trans Info Media Prabantini, D. 2010 A to Z Makanan Pendamping ASI. Yokyakarta : Andi Offset Proverawati, Rahmawati, E. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yokyakarta : Nuha Medika Riksani, R. 2012. Keajaiban ASI (Air Susu Ibu). Jakarta : Dunia Sehat Roesli, U. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : Dunia Sehat STIKES Nani Hasanuddin Makassar. 2012. Buku Panduan Skripsi Program Studi S1 Keperawatan. Makassar :

STIKES Nani Hasanuddin Makassar Sudarianto. 2009 Profil Kesehatan Sulawesi Selatan. Diunduh dari

http://www.depkes.go.id/downloads/profil_prov_kab/profil_kesehatan_sulawesi. (diakses pada 27 April 2013)

UNICEF. 2007. ASI Eksklusif Tekan Angka Kematian Bayi Indonesia. Di unduh dari

http://www.kesrepro.info/?q=node/159. (diakses pada 19 April 2013) Wahyudi, Z. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dalam Diri Seseorang. Diunduh dari

http://duniabaca.com/definisi-pengetahuan-serta-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pengetahuan.html. (diakses pada 27 April 2013)

Wawan, A. 2010. Teori Pengukuhan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yokyakarta : Nuha Medika