e Library Stikes Nani Hasanuddin Anditenria 420-1-36149298 1
-
Upload
chiecyarief-celaloe-cetia -
Category
Documents
-
view
237 -
download
1
description
Transcript of e Library Stikes Nani Hasanuddin Anditenria 420-1-36149298 1
Volume 2 Nomor 4 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721
92
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN
PENULARAN BASIL MYCOBACTERIUM TUBERKULOSA DI RUANG RAWAT INAP RSUD PANGKEP
Andi Tenri Aty S1, Yusran Haskas2
1STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2STIKES Nani Hasanuddin Makassar
ABSTRAK Penyakit tuberkulosis paru merupakan masalah kesehatan yang mendunia dimana
peningkatan kasus tuberkulosis paru masih tinggi. Ini menunjukkan tingkat penularan tuberkulosis paru masih tinggi. Untuk mencegah penularan tuberkulosis paru diperlukan perilaku pencegahan yang efektif. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap penderita tuberkulosis paru dengan perilaku pencegahan penularan basil mycobacterium tuberkulosa di ruang rawat inap RSUD Pangkep. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan metode cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden, dengan menggunakan teknik accidental sampling. Variabel independen yang diukur adalah pengetahuan dan sikap responden tentang pencegahan penularan tuberkulosis paru, sedangkan variabel dependen adalah perilaku responden dalam mencegah penularan basil mycobacterium tuberculosa. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan komputer program microsof excel dan program statistik (SPSS) versi 16,0. Analisis data mencakup analisis univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan uji Chi Square (p<0,05) dengan koreksi Fisher's exact test untuk mengetahui hubungan antar variabel. Hasil analisis bivariat didapatkan adanya hubungan pengetahuan responden dengan perilaku pencegahan penularan basil mycobacterium tuberculosa dengan nilai p = 0,005 dan ada hubungan antara sikap responden dengan perilaku pencegahan penularan basil mycobacterium tuberculosa dengan nilai p = 0,000. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan penularan basil mycobacterium tuberculosa di ruang rawat inap RSUD Pangkep.
Kata kunci : pengetahuan, sikap, dan perilaku
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup seseorang, karena itu kita wajib bersyukur apabila berada dalam kondisi sehat. Banyak diantara kita yang sering mengalami gangguan kesehatan oleh berbagai macam penyakit, ada yang hanya menderita penyakit yang ringan misalnya demam dan flu namun ada pula yang menderita penyakit yang berat misalnya penyakit jantung, HIV/ AIDS, tuberkulosis paru dan beberapa penyakit lain. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat diantaranya tingkat ekonomi,pendidikan, keadaan lingkungan, kesehatan dan budaya sosial. (Adnan, 2012)
Total estimasi insidens (kasus Baru) TB di Indonesia yang dilaporkan oleh WHO dalam Global report 2011 adalah 450.000 pertahun sedangkan prevalensinya sekitar 690.000 pertahun. Sejak tahun 2010 WHO tidak lagi menyebutkan ranking negara, tetapi Indonesia
memang masih termasuk 10 besar negara TB dengan beban permasalahan TB terbesar. Sebetulnya insidens sudah menunjukkan kecenderungan penurunan walaupun masih sangat lambat. Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan tuberkulosis paru dimana sebagian besar penderita tuberkulosis paru adalah usia produktif (15-55 tahun). (Kementrian Kesehatan RI, 2012)
Di Sulawesi – Selatan sendiri kasus tuberkulosis paru masih tinggi. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi-Selatan pada tahun 2011 penderita penyakit menular ini mencapai 8.939 kasus. Angka ini meningkat signifikan dibanding tahun sebelumnya yang hanya 7.783 kasus. (Adnan, 2012)
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Pangkep diperoleh jumlah penyakit menular, tuberkulosis paru tahun 2009 sebanyak 117 kasus, tahun 2010 didapatkan 141 kasus, dan tahun 2011 didapatkan 175
Volume 3 Nomor 6 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
93
kasus. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah kasus tuberkulosis paru masih sangat tinggi di daerah Kabupaten Pangkajene dan kepulauan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnawaty, Y (2011) pada penderita tuberkulosis paru dewasa muda di Balai Besar Kesehatan Paru masyarakat Surakarta menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku (ρ-value 0.030) dan ada hubungan antara sikap dengan perilaku pencegahan penularan penyakit tuberkulosis paru pada dewasa muda di BBKPM Surakarta (ρ-value 0.003).
Hasil penelitian diatas didukung oleh penelitian serupa yang dilakukan oleh Maitum, J (2010) terdapat hubungan antara pengetahuan, perilaku dan sikap keluarga dengan pencegahan penularan penyakit tuberkulosis paru di ruangan penyakit dalam RSU Dr. Sam Ratulangi Tondano.
Strategi Nasional pengendalian TB di Indonesia terobosannya diarahkan kepada tujuan tercapainya akses universal layanan TB berkualitas untuk menjamin agar semua kasus TB yang diketemukan dapat didiagnosa dan diobati dengan benar, patuh dan tuntas berobat serta terjamin kesembuhannya. Permasalahannya yang dihadapi adalah belum semua kasus yang diketemukan terutama di RS swasta dan dokter praktek swasta yang terpantau oleh pemerintah. Kendala lainnya adalah belum semua pasien TB diobati sesuai standar internasional yang menjamin kesembuhan. (Irene, 2012)
Indonesia telah mencapai angka penemuan kasus 78,3 % pada tahun 2010 dan angka keberhasilan pengobatan sebesar 91,2% pada tahun 2009 (telah melebihi target global 70% penemuan kasus dan 85% kesembuhan TB selama 9 tahun terakhir). Data tahun 2011 tercatat bahwa angka penemuan kasus 82.20% dan angka keberhasilan pengobatan tahun 2010 sebesar 86.70%. Walaupun banyak kemajuan yang dicapai, namun tantangan berupa meningkatnya koinfeksi TB HIV, kasus TB MDR (Multi Drugs Resistences), kelemahan manajemen dan kesinambungan pembiayaan program pengendalian TB masih dihadapi. (Irene, 2012)
Penyakit Tuberkulosis paru tidak bisa hanya ditangani oleh Pemerintah atau jajaran kesehatan saja, tetapi harus melibatkan mitra dan sektor terkait yaitu pemerintah, swasta, masyarakat, bahkan pasien TB. Peningkatan koordinasi, sinkronisasi, harmonisasi dan keterpaduan di antara pemangku kepentingan dan mitra harus dilakukan sejak dari perencanaan sampai penilaian agar program
mencapai tujuan program secara efektif dan efisien (Irene, 2012)
Penyakit tuberkulosis paru sangat berbahaya karena bisa menyebabkan seseorang meninggal dan sangat mudah ditularkan kepada siapa saja dimana satu orang pasien tuberkulosis paru dengan Basil Tahan Asam (BTA) Positif bisa menularkan kepada 10–15 orang di sekitarnya setiap tahun. Kurangnya pengetahuan, sikap, dan perilaku dari penderita itu sendiri untuk mencegah penularan penyakit tuberkulosis paru akan menyebabkan semakin tingginya jumlah penderita tuberkulosis paru. (Kementrian Kesehatan RI, 2012)
Dalam meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan dan menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi, khususnya mengenai masalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai bagaimana pencegahan, serta sikap dan prilaku yang tidak mendukung dari penderita sehingga penyakit tuberkulosis paru dapat menyebar kepada lebih banyak lagi penderita. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang : ”Hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku penderita tuberkulosis paru dengan pencegahan penularan basil Mycobacterium Tuberkulosa di ruang rawat inap RSUD Pangkep.”
BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Pangkep pada tanggal 28 Desember 2012 sampai 28 Januari 2013.
Populasi penelitian adalah semua pasien tuberkulosa paru di ruang rawat inap RSUD Pangkep selama penelitian dilakukan. Penentuan jumlah besar sampel dengan menggunakan rumus sampel infinite didapatkan 30 responden sesuai dengan kriteria inklusi.
Jumlah responden di RSUD Pangkep yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 30 orang diambil dengan menggunakan rumus Notoadmodjo (2008). jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 30 orang responden. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pasien tuberkulosis paru yang dirawat i
ruang rawat inap RSUD Pangkep dan bersedia diteliti.
2. Pasien tuberkulosis paru yang sehat jiwanya.
Volume 2 Nomor 4 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721
94
Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pasien tuberkulosis paru yang dirawat di
ruang rawat inap RSUD Pangkep dan tidak bersedia diteliti.
2. Pasien tuberkulosis bayi/ anak-anak dan berusia lanjut.
3. Pasien tuberkulosis paru dalam keadaan kronis
4. Pasien tuberkulosis paru yang terganggu jiwanya.
Pengumpulan data
Pengumpulan data dengan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari tempat penelitian, yaitu bagian rekam medik RSUD Pangkep, data primer dari kuesioner dan lembar observasi. Pengolahan data dilakukan dengan: 1. Editing: Memeriksa daftar pertanyaan yang
telah diserahkan oleh responden penelitian, yang meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban.
2. Koding: Mengelompokkan jawaban responden menurut jenisnya dan memberi kode pada masing-masing jawaban menurut item pada lembar instrumen.
3. Tabulasi data: Memasukkan data agar mempermudah analisa data dalam bentuk distribusi frekuensi.
Analisa Data
Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dlam tabel dengan variabel yang hendak diukur. Analisa data dilakukan melalui tahap editing, koding, tabulasi dan uji statistik. Analisa univariat dilakukan dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi.
Menggunakan bantuan program SPSS melalui tahapan-tahapan, kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode uji statistik univariat dilakukan untuk variabel tunggal yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisa bivariat untuk melihat distribusi atau hubungan beberapa variabel yang dianggap terkait dengan menggunakan uji chi-square.
Analisa data dilakukan dengan penhujian hipotesis Nol (Ho) atau hipotesis yang akan ditolak. Dengan menggunakan uji chi-square. Batas kemaknaan = 0,05, Ho ditolak jika p < 0,05 dan Ho diterima jika p > 0,05.
Jika p < α (0,05) maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dan sikap penderita tuberkulosis dengan perilaku pencegahan penularan mycobacterium tuberculosa.
HASIL PENELITIAN Hasil Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden tuberkulosis paru di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Pangkep Tahun 2013
Variabel Jumlah Jumlah
N %
Kelompok Umur
21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 61-70 tahun >71 tahun
5 3 3 9 8 2
16,7 10,0 10,0 30,0 26,7 6,7
Jumlah 30 100 Jenis
Kelamin Laki-laki
Perempuan 24 6
80,0 20,0
Jumlah 30 100
Pendidikan SD
SMP SMA
17 1 12
56,7 3,3
40,0 Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel 1 jumlah Kelompok
umur terbanyak berada pada kelompok umur 51 - 60 tahun sebanyak 9 orang (30,0%) sedangkan kelompok umur yang paling rendah berada pada kelompok umur > 71 tahun sebanyak 2 orang (6,7%).
Berdasarkan tabel jumlah responden terbanyak pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 24 orang (80,0%) sedangkan responden jenis kelamin perempuan sebanyak 6 orang (20,0%).
Berdasarkan tabel pendidikan responden terbanyak adalah Sekolah Dasar sebanyak 17 orang (56,7%) sedangkan pendidikan responden yang terendah adalah Sekolah Menengah Pertama sebanyak 1 orang (3,3%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tuberkulosis paru di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep Tahun 2013
Tingkat Pengetahuan Frequency Percent
Baik Kurang
6 24
20,0 % 80,0 %
Jumlah 30 100 % Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa
tingkat pengetahuan responden Tuberkulosis paru terbanyak berada pada tingkat pengetahuan yang masih kurang yaitu 24 responden (80,0%) sedangkan tingkat pengetahuan responden yang baik berjumlah 6 responden (20,0%).
Volume 3 Nomor 6 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
95
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sikap Tentang Pencegahan Responden TB Paru di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep Tahun 2013
Sikap Frequency Percent Baik
Kurang 11 19
36,7 % 63,3 %
Jumlah 30 100 % Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa
sikap tentang pencegahan Tuberkulosis paru yang paling banyak adalah sikap kurang baik yaitu sebanyak 19 responden (63,3%) sedangkan sikap baik sebanyak 11 responden (36,7%).
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perilaku Pencegahan Responden Tuberkulosis paru di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep Tahun 2013
Perilaku Frequency Percent Baik
Kurang 9
21 30,0 % 70,0 %
Jumlah 30 100 % Sumber : Data Primer 2013
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa
perilaku pencegahan Tuberkulosis paru yang terbanyak adalah pada tindakan pencegahan yang masih kurang yaitu 21 responden (70,0%) dan tindakan pencegahan yang baik ada 9 responden (30,0%).
Hasil Analisis Bivariat Tabel 5. Hubungan Tingkat Pengetahuan Responden Tuberkulosis paru dengan Perilaku Pencegahan di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep Tahun 2013
Pengeta huan
Perilaku Pencegahan Total Baik Kurang
Baik Kurang
5 4
55,6 44,4
1 20
4,8 95,2
6 24
20,0 80,0
Total 9 100 21 100 30 100 P = 0.005
Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat
responden yang memiliki pengetahuan yang baik dengan tindakan pencegahan yang baik berjumlah 5 orang (55,6%) sedangkan responden yang memiliki pengetahuan baik tetapi memiliki perilaku pencegahan yang kurang terdapat 1 orang (4,8%). Adapun responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan perilaku pencegahan yang baik berjumlah 4 orang (44,4%) sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang dengan perilaku pencegahan yang kurang merupakan yang paling tinggi berjumlah 20 orang (95,2%).
Dari hasil analisis hubungan kedua variabel diatas dengan menggunakan uji statistik chi square dengan koreksi Fisher's exact test menunjukkan kemaknaan/signifikansi dari hubungan kedua variabel tersebut adalah (p) = 0.005.
Tabel 6. Hubungan Sikap Responden Tuberkulosis paru dengan Perilaku Pencegahan di Ruang Rawat Inap RSUD Pangkep Tahun 2013
Sikap Perilaku Pencegahan Total Baik Kurang
Baik Kurang
9 0
100 0
2 19
9,5 90,5
11 19
36,7 63,3
Total 9 100 21 100 30 100 P = 0.000
Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat
hubungan antara sikap responden tuberkulosis paru dengan perilaku pencegahan yang dilakukan. Responden yang memiliki sikap yang baik dengan perilaku pencegahan yang baik pula berjumlah 9 orang (100%) sedangkan responden yang memiliki sikap baik tetapi memiliki tindakan pencegahan yang kurang terdapat 2 orang (9,5%). Adapun responden yang memiliki sikap kurang dengan perilaku pencegahan yang kurang pula berjumlah 19 orang (90,5%).
Dari hasil analisis hubungan kedua variabel diatas dengan menggunakan uji statistik chi square menunjukkan kemaknaan/signifikansi dari hubungan kedua variabel tersebut adalah (p) = 0.000.
PEMBAHASAN 1. Hubungan pengetahuan penderita
tuberkulosis paru dengan perilaku pencegahan penularan basil mycobacterium tuberculosa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 6 responden (20,0%) berada pada kategori pengetahuan baik, sedangkan 24 responden (80,0%) berada pada kategori pengetahuan kurang. Dari sebaran jawaban responden tentang pengetahuan, kebanyakan dari responden tidak mengetahui penyebab dari Tuberkulosis paru, cara penularan Tuberkulosis paru, dan tidak mengetahui bahwa penyakit Tuberkulosis paru dapat menular.
Dominasi rendahnya tingkat pengetahuan tentang Tuberkulosis paru didukung oleh latar belakang pendidikan responden yaitu Sekolah Dasar dan kurangnya mendapat informasi kesehatan dari lingkungan sekitarnya.
Volume 2 Nomor 4 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721
96
Pada penelitian yang dilakukan oleh Putra (2011) yang mencari hubungan antara perilaku penderita dengan kejadian Tuberkulosis paru di Kota Solok didapatkan hasil uji statistik dengan nilai p<0,05 (p=0,034) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden dengan kejadian Tuberkulosis paru di Kota Solok. Nilai Odds Ratio didapatkan 4,667 (CI : 95% : 1,299-16,761) artinya responden yang tingkat pengetahuannya rendah 4,667 kali lebih beresiko menderita Tuberkulosis paru dibandingkan dengan responden dengan tingkat pengetahuannya tinggi.
Hasil yang sama didapatkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Purnawaty, Y (2011) pada penderita tuberkulosis paru dewasa muda di Balai Besar Kesehatan Paru masyarakat Surakarta menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku (ρ-value 0.030) dan ada hubungan antara sikap dengan perilaku pencegahan penularan penyakit tuberkulosis paru pada dewasa muda di BBKPM Surakarta (ρ-value 0.003).
Hasil penelitian ini sesuai pula dengan teori pengetahuan oleh Notoatmodjo (2008) yang mengatakan bahwa secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan dan sikap. Pengetahuan yang baik diharapkan akan mempunyai sikap yang baik pula, akhirnya dapat mencegah atau menanggulangi masalah penyakit tersebut.
Teori lain yang mendukung adalah teori pengetahuan yang dikemukakan oleh Kate dan Barbara ( 1992) dikutip dari Notoatmodjo (2008) mendefinisikan pengetahuan sebagai suatu bangunan statik yang berisi fakta-fakta, dibangun secara bertahap, langkah demi langkah dan mencakup tentang ide bahwa pengetahuan merupakan sebuah cara pandang terhadap sesuatu, sebuah perspektif, yang belum tentu benar tetapi cukup baik, sampai ditemukan sesuatu yang cukup baik
Dari penelitian diatas dapat dilihat kesamaan bahwa tingkat pengetahuan mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru (p = 0,005) . Tingkat pengetahuan adalah awal terbentuknya perilaku dengan tingkat pengetahuan yang rendah berarti ini merupakan faktor resiko untuk timbulya
Tuberkulosis paru karena responden kurang memiliki pengetahuan dalam mencegah dan menanggulangi penyebaran penyakit Tuberkulosis paru, sehingga mereka tidak waspada dan hati-hati terhadap faktor-faktor resiko penularan Tuberkulosis paru.
2. Hubungan sikap penderita tuberkulosis paru dengan perilaku pencegahan penularan basil mycobacterium tuberculosa
Hasil penelitian sikap tentang pencegahan terdapat total sikap responden yang baik sebanyak 11 orang (36,6%) sedangkan sikap yang kurang baik lebih tinggi yaitu sebanyak 19 orang (63,3%). Hasil uji statistic diperoleh nilai p <0,05 (p=0,000), artinya terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru.
Hasil penelitian ini sesuai pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Zalmi (2008) didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap responden dengan kejadian Tuberkulosis paru dimana nilai p<0,05 dan Odds Ratio sebesar 0,129 artinya pada responden dengan perilaku sikap kurang baik beresiko terkena Tuberkulosis paru sebesar 0,129 kali bila dibandingkan dengan responden dengan perilaku sikap baik.
Begitupula hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh Maitum, J (2010) menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, perilaku dan sikap keluarga dengan pencegahan penularan penyakit tuberkulosis paru di ruangan penyakit dalam RSU Dr. Sam Ratulangi Tondano.
Berdasarkan teori sikap yang dikemukakan Hendrik L Blum dapat digambarkan bahwa Penyakit Tuberkulosis paru memiliki banyak faktor resiko yang mempengaruhi yaitu, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan, Host, Agent, dan Environment. Status kesehatan akan tercapai secara optimal bilamana semua faktor tersebut secara bersama-sama dalam kondisi yang optimal pula. Bila salah satu faktor saja terganggu maka akan berpengaruh terhadap kejadian Tuberkulosis paru itu sendiri.
Hasil penelitian ini sejalan pula dengan teori sikap yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2008) yang menyatakan sikap merupakan reaksi interval seseorang dipengaruhi oleh berbagai factor yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, agama serta factor emosi dalam diri individu yang
Volume 3 Nomor 6 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
97
memegang peranan penting untuk terbentuknya sikap.
Teori lain yang mendukung penelitian diatas adalah teori sikap oleh Comb (1978) dikutip dari Notoatmodjo (2008). menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka.
Dari penelitian diatas terdapat kesamaan yaitu sama-sama bermakna antara hubungan sikap responden Tuberkulosis paru dengan perilaku pencegahan penularan basil mycobacterium tuberculosa. Ini membuktikan bahwa sikap yang kurang baik merupakan faktor resiko untuk terjadinya penularan Tuberkulosis paru. Sikap merupakan suatu perilaku yang dimiliki seseorang sebelum mengambil tindakan. Jika sikap masyarakat sudah baik maka masyarakat akan mudah untuk melakukan suatu perbuatan yang baik, tapi jika sikap ini masih kurang maka memiliki dampak yang buruk bagi derajat kesehatan masyarakat. Untuk merubah sikap, pengetahuan harus ditingkatkan dan pemerintah harus memberikan contoh yang baik kepada masyarakat agar perilaku hidup sehat dapat terlaksana.
KESIMPULAN Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian
mengenai hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan penularan basil mycobacterium tuberkulosa di ruang rawat inap RSUD Pangkep, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan
penderita tuberkulosis paru dengan perilaku pencegahan basil mycobacterium tuberkulosa di ruang rawat inap RSUD Pangkep tahun 2013.
2. Ada hubungan antara sikap penderita tuberkulosis paru dengan perilaku pencegahan basil mycobacterium tuberkulosa di ruang rawat inap RSUD Pangkep tahun 2013
SARAN
Berdasarkan kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan di ruang rawat inap RSUD Pangkep tahun 2013, peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut :
Perlunya peningkatan pengetahuan pasien tentang pencegahan penularan basil mycobacterium tuberculosa. Untuk meningkatkan pengetahuan pasien perlunya dilakukan penyuluhan tentang pencegahan penularan Tuberkulosis paru.
Perlunya perubahan sikap penderita Tuberkulosis paru agar menyadari dampak penyakit yang diderita baik bagi diri sendiri maupun bagi orang-orang disekitarnya. Sehingga dengan sendirinya tercipta perilaku hidup bersih agar tidak menularkan penyakit Tuberkulosis paru.
DAFTAR PUSTAKA Adnan. 2012. Tingginya angka kejadian TB di Sulawesi-Selatan, (online) (http://www.kopelonline.com diakses
tanggal 01 November 2012). Arikunto. 2010. Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktek ,ed.5, Rineka Cipta, Jakarta. Azwar, S. 2005. Sikap manusia, teori dan pengukurannya, ed. 2, Pustaka Pelajar, Jogjakarta. Dinas Kesehatan DKI. 2008. Profil Kesehatan DKI, (online) (www.depkes.go.id diakses 25 november 2012) Doenges, 2002, Rencana asuhan keperawatan, EGC, Jakarta. Ginanjar. 2008. Media informasi penyakit tuberculosis pada anak, (online) (www.depkes.go.id diakses 25
november 2012) Guyton & Hall. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran, Ed. 11, EGC, Jakarta. Hidayat, A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba medika. Irene. 2012. Buku Pedoman TB 2012. (online) (file:///F:/tbc baru/ Design buku pedoman tb 2012 .html
diakses 05 Desember 2012)
Volume 2 Nomor 4 Tahun 2013 ● ISSN : 2302-1721
98
Kementrian Kesehatan RI. 2012. Laporan situasi terkini perkembangan tuberkulosis di Indonesia januari-desember 2012.(online) (www.depkes.go.id diakses 25 november 2012).
Maitum, J, 2010, Proposal hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga dengan pencegahan penularan
tbc paru penelitian cross sectional di ruang penyakit dalam rsud dr. Sam ratulangi tondano (online) (http://www.skripsistikes.wordpress.com diakses 10 oktober 2012)
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Media Aesculapius: Jakarta. Murniasih, E & Livana. 2007. Hubungan pemberian imunisasi BCG dengan kejadian Tuberkulosis paru pada
anak balita di balai Pengobatan penyakit paru- paru Ambarawa tahun 2007, (online) (http://www.skripsistikes.wordpress.com diakses 11 oktober 2012)
Notoadmojo, S. 2008. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku, PT Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S. 2008. Metodologi penelitian kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta. Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan, Salemba Medika, Surabaya. Price, A S & Wilson, M L. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit, ed. 6, EGC, Jakarta Putra, Nico. 2011. Hubungan perilaku dan kondisi sanitasi rumah dengan kejadian Tuberkulosis paru di kota
Solok tahun 2011, (online) , (http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/s1keperawatan11/207314016/bab1.pdf diakses 05 Desember 2012)
Smeltzer, C S & Bare, G B. 2001. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner & Suddarth, ed. 8, EGC,
Jakarta. Suarni, 2009. Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian penderita Tuberkulosis paru di kecamatan
Pancoran Mas Depok UI, (online) (http://www.futurepress.com diakses 10 oktober 2012) Subijakto 2011. Hubungan pengetahuan tentang tuberculosis paru dengan kepatuhan berobat pasien
Tuberculosis paru di Puskesmas Mejayan, Caruban Kab.Madiun, (online) (http://www.tbcjournal.org /.pdf. diakses 10 Oktober 2012)
Sugiyono, 2012. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung. Wawan, A & Dewi, M. 2010. Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku manusia. nuha medika,
Yogyakarta. Pratiknya, A. 2011. Dasar-dasar metodologi penelitian kedokteran & kesehatan, PT RajaGrafindo Persada.
Jakarta. Purnawaty, Y. 2011. Hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan penularan penyakit
tb pada penderita tuberkulosis paru dewasa muda di bbkpm surakarta , (online) (http://etd.eprints.ums.ac.id/16082/1/.pdf diakses 10 Oktober 2012).