Dzikir Dan Urgensinya

26
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan rahmat dan pertolongan-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tasawuf ini dengan tema Dzikir dan Urgensinya. Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tasawuf dengan dosen pengampu mata kuliah Dr. Aceng Kosasih, M.Ag. Penulis mengakui selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan makalah ini. Penulis juga sadar bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan di waktu yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembacanya. Amin. Bandung, September 2013 i

description

Tasawuf

Transcript of Dzikir Dan Urgensinya

Page 1: Dzikir Dan Urgensinya

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan

rahmat dan pertolongan-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah Tasawuf ini dengan tema Dzikir dan Urgensinya.

Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi

salah satu tugas mata kuliah Tasawuf dengan dosen pengampu mata kuliah Dr.

Aceng Kosasih, M.Ag.

Penulis mengakui selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak.Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami sampaikan terima

kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan makalah ini.

Penulis juga sadar bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak

kekurangan. Untuk itu penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca demi

perbaikan di waktu yang akan datang.

Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan

pembacanya. Amin.

Bandung, September 2013

Penulis

DAFTAR ISI

i

Page 2: Dzikir Dan Urgensinya

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan Makalah............................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................3

A. Pengertian Dzikir..........................................................................................3

B. Landasan Hukum Dzikir...............................................................................4

C. Urgensi Dzikir...............................................................................................5

D. Macam-macam Dzikir...................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................9

A. Dzikir dalam Konteks Tasawuf.....................................................................9

B. Hubungan antara Dzikir dan Wirid serta Perbedaan antara Keduanya.......10

C. Hubungan antara Dzikir dan Doa serta Doa dengan Munajat....................11

BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii

Page 3: Dzikir Dan Urgensinya

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan salah satu makhluk yang diciptakan oleh Allah. Ia

diciptakan dari tanah dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian ditiupkan

padanya ruh, lalu jadilah ia seorang hamba Tuhan yang menjalani kehidupan di

dunia untuk kembali kepada-Nya di akhirat.

Sebagai seorang hamba, sudah selakyaknya manusia tunduk dan patuh

terhadap apa-apa yang diperintahkan oleh tuhannya. Diantara salah satu perintah-

Nya antara lain mengingat-Nya sebanyak-banyaknya. Hal tersebut dijelaskan

dalam beberapa ayat dalam al-quran. Diantaranya saja Q. S. Al-ahzab: 41:

ا �ير� �ث ك ا ر� ذ�ك �ه� الل وا �ر� اذك �وا آم�ن �ذ�ين� ال �ه�ا ي� أ �ا ي

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama)

Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.”

Berdasarkan ayat di atas, maka manusia harus senantiasa berdzikir

(mengingat) Allah kapan pun, dimana pun dan pada keadaan bagaimana pun.

Namun, sebelum melaksanakan dzikir tersebut, manusia harus mengetahui dan

memahami berbagai hal yang berkaitan dengan dzikir. Hal tersebut dilakukan

guna mencegah manusia melakukan kesalahan dalam berdzikir dan membimbing

manusia supaya dapat melakukan dzikir yang baik dan benar seperti yang

dimaksudkan oleh tuhan.

Selain dalam rangka mengingat Allah, dzikir juga berkaitan dengan salah

satu bidang keilmuan agama islam, yaitu tasawuf. Ilmu tasawuf yaitu ilmu yang

membahas bagaimana mensucikan hati supaya bisa barmarifat kepada Allah.

Dalam kaitannya dengan status kehambaan manusia terhadap Allah, ilmu ini

sangat diperlukan. Akan tetapi, karena kaitannya sangat erat dengan dzikir, maka

untuk melaksankan ilmu ini kita juga harus memhami dzikir dalam konteks

tasawuf. Hal tersebut karena pengetahuan itu dibutuhkan untuk melandasi

perbuatan manusia dalam bertasawuf. Selain itu, pengetahuan mengenai

keterkaitan antara dzikir dan tasawuf juga diperlukan untuk mengetahui bentuk

1

Page 4: Dzikir Dan Urgensinya

atau cara bertasawuf yang sebenarnya. Karena tidak dipungkiri, dalam ilmu

tasawuf pun ada beberapa yang dikatakan menyimpang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dzikir dalam konteks tasawuf?

2. Bagaimana hubungan antara dzikir dan wirid, dan apa perbedaannya?

3. Bagiamana hubungan antara dzikir dan doa, lalu apa kaitannya dengan

munajat?

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Mengetahui dan memahami konsep dzikir dalam konteks tasawuf.

2. Mengetahui dan memahami hubungan antara dzikir dan wirid serta mengetahui

perbedaan diantara keduanya.

3. Mengetahui dan memahami hubungan antara dzikir dan doa serta mengetahui

dan memahami kaitan antara doa dengan munajat.

2

Page 5: Dzikir Dan Urgensinya

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Dzikir

Secara bahasa dzikir diartikan dalam berbagai makna, diantaranya:

menyebut, mengambil pelajaran, peringatan dan menceritakan. Selain makna-

makna tersebut, Amiruddin & Ilham (2008, hal. 2-13) menyatakan bahwa dzikir

juga merujuk pada makna-makna lain, yakni: al-quran, shalat, jumat dan

mengingat-Nya. Rujukan makna tersebut, dikatakan oleh mereka karena kata

dzikir dn kata-kata tersebut mempunyai korelasi dari segi makna dan fungsi yang

terdapat dalam al-quran.

Sejalan dengan pendapat di atas, al-Mahfani (2006, hal. 30), juga

menyatakan selain berarti mengingat atau menyebut yang merupakan terjemah

dari kata asalnya yaitu - ا- ر� ذ�ك �ر� �ذك ي �ر -kata dzikir juga digambarkan dalam al , ذ�ك

quran mempunyai makna yang lain seperti: al-quran, peringatan, keagungan,

wahyu dan pengajaran.

Adapun dzikir secara istilah Amiruddin & Ilham (2008, hal. 14) menyatakan

bahwa dzikir yaitu suatu cara untuk mengingat allah dalam upaya taqarrub

kepada-Nya. Cara yang dimaksud dapat berupa perbuatan, lisan, atau cukup

dengan melintaskannya dalam hati.

Sementara itu, menurut al-Mahfani (2006, hal. 32) secara istilah dzikir dapat

dikatakan sebagai segala proses komunikasi seorang hamba dengan sang khaliq

untuk senantiasa ingat dan tunduk kepada-Nya dengan mengumandangkan takbir,

tahmid, tasbih, meanatkan doa, membaca quran dan lain-lain yang dapat

dilakukan kapan saja dan dimana saja, baik sendiri atau berjamaah, dengan aturan-

aturan yang ditentukan.

Ahli lainnya, Siroj (2006, hal. 85- 86) menyatakan bahwa dzikir adalah

upaya mengingat Allah yang dapat dilakukan secara diam-diam ataupun bersuara.

Ia merupakan bentuk komitmen dan kontinuitas untuk meninggalkan kondisi lupa

kepada Allah dan memasuki wilayah musyahadah (persaksian) dan untuk

3

Page 6: Dzikir Dan Urgensinya

mendatangkan rasa takut bersamaan dengan rasa kecintaan yang mendalam. Yang

juga dapat dimaknai berlidung kepada Allah.

Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa dzikir adalah suatu

bentuk komunikasi antara manusia dengan penciptanya untuk senantiasa ingat

dan tunduk kepada-Nya dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah baik dengan

perbuatan, lisan atau pun hati; baik dilakukan sendiri maupun berjamaah; baik

dimanapun atau kapanpun dengan aturan-aturan tertentu.

B. Landasan Hukum Dzikir

Kata dzikir banyak terdapat dalam al-quran. Termasuk juga ayat-ayat yang

memerintah untuk berdzikir . dinataranya:

1. Q. S. Al- Baqarah: 152:

ون� ف�ر� �ك ت و�ال ل�ي وا �ر� ك و�اش �م ك �ر ذك� أ �ي ون �ر� ف�اذك

Artinya: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula)

kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari

(nikmat)-Ku.” (Al- Baqarah: 152).

2. Q. S. An-Nisa: 103:

ق�يم�وا � ف�أ �م ت �ن ن

اطم�أ �ذ�ا ف�إ �م �ك �وب ن ج� و�ع�ل�ى و�ق�ع�ود�ا �ام�ا ق�ي �ه� الل وا �ر� ف�اذك الص�الة� �م� ت ق�ض�ي �ذ�ا ف�إ

�ا م�وق�وت �ا �اب �ت ك �ين� م�ؤم�ن ال ع�ل�ى �ت �ان ك الص�الة� �ن� إ الص�الة�

Artinya: “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di

waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila

kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).

Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas

orang-orang yang beriman.” (Q. S. An-Nisa: 103).

3. Q. S. al-Ahzab: 41

ا ( �ير� �ث ك ا ر� ذ�ك �ه� الل وا �ر� اذك �وا آم�ن �ذ�ين� ال �ه�ا ي� أ �ا )٤١ي

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama)

Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (Q. S. al-Ahzab: 41).

4

Page 7: Dzikir Dan Urgensinya

4. Sabda Nabi Saw. yang artinya:

“Barang siapa tidak banyak menyebut Allah, maka sesungguhnya dia lepas dari

iman.” (H. R. Thabrani).

C. Urgensi Dzikir

1. Mendapat ketenangan hati

Allah S.W.T berfirman:

ه� �ي �ل إ �هد�ي و�ي اء� �ش� ي م�ن �ض�ل� ي �ه� الل �ن� إ ق�ل @ه� ب ر� م�ن Bة� آي ه� �ي ع�ل ز�ل� ن� أ �وال ل وا �ف�ر� ك �ذ�ين� ال �ق�ول� و�ي

�اب� �ن أ م�ن

Artinya: “Orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya

(Muhammad) tanda (mukjizat) dari Tuhannya?" Katakanlah:

"Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan

menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada-Nya" (Ar- Raad: 27)

Dzikir mampu menembus ruang qalbu yang paling dalam, yakni segala

hijab dan tabir kebenaran. Hati pun akan selalu hadir dan siap untuk segala hal

yang menimpa dengan segala kerelaan dan keridhaan, karena yakin Dia akan

selalu menemani. Jadi, jika dzikir semakin sering terucap, maka hati senantiasa

menguatkan iman dan keistiqamahan (Amiruddin & Ilham, 2008, hal. 90)

2. Selalu diingat oleh- Nya

Islam mengharuskan adanya kedekatan antara sesama muslim

(hablumminannas) berupa kedekatan yang berlandaskan pada kasih sayang dan

ketulusan. Jika sudah menjalankan kedekatan ini, niscaya Allah akan menjamin

keabadian dan melahirkan kemanfaatan bersama sesama muslim. Sehingga,

kedekatan manusia dengan Allah pun akan mudah terwujud, yakni kedekatan

yang dibangun atas dasar dzikir (ingat) kepada Allah.

Pada hakikatnya, Allah akan seantiasa menumpahkan segala rahmat kepada

hamba- Nya yang senantiasa berdzikir (membangun kedekatan) kepada- Nya

tanpa batas (Amiruddin & Ilham, 2008, hal. 22- 23).

3. Dapat melepaskan pengikut setan saat bangun tidur

5

Page 8: Dzikir Dan Urgensinya

Rasulullah S.A.W bersabda:

“Setan mengikat kepala seseorang tatkala tidur dengan tiga ikatan yang dibuat

sepanjang malam. Maka tidurlah, dan jika bangun maka ingat (dzikir) kepada

Allah, lepaskan satu ikatan, kemudian jika dia berwudhu, ikatan keduapun akan

terlepas, kemudian jika dilanjutkan dengan shalat, lepaslah ikatan ketiga. Maka

jadilah diwaktu pagi dalam keadaan cerdas, bersih jiwanya dan jika tidak

melakukannya, dia bangun diwaktu pagi dalam keadaan kotor jiwanya dan

malas.” (HR. Bukhari).

Untuk mewaspadai bujukan setan tersebut, kekuatan dzikir menjadi kunci

utama, karena selain dapat melepaskan ikatan dari bujuk rayu setan, juga dapat

lepas dari segala gerak langkah setan. (Amiruddin & Ilham, 2008, hal. 26- 28).

4. Menjadikan hidup ini lebih hidup

Rasulullah S.A.W bersabda:

“perumpamaan orang yang mengingat Tuhannya dengan yang tidak (mengingat

tuhannya), bagaikan yang hidup dengan yang mati.” (HR. Bukhari).

Bagi seorang muslim, memaknai hidup haruslah seiring dan sejalan dengan

napas Al- Qur;an dan As- Sunnah. Al- Qur’an secara jelas menggariskan makna

hidup bagi setiap manusia. Dan salah satu upaya pemaknaan hidup adalah dengan

dzikir. Melalui dzikir, hidup terasa lebih bermakna, jiwa tidak akan terasa hampa,

tujuan hidup terpampang luas dan langkah hidup begitu pasti. Karena, dengan

dzikir, akan semakin mengenal dan dekat dengan Allah, namun dengan syarat,

hendaknya dilakukan dengan khusyuk, mendalami dan menjiwai (Amiruddin &

Ilham, 2008, hal. 29- 31).

5. Menjauh dari api neraka

Rasulullah S.A.W bersabda:

“Allah S.W.T telah berfirman, ‘Keluarlah kalian dari neraka karena mengingatku

di hari- harinya atau takut pada- Ku ada disuatu tempat (terlibat maksiat).’ (HR.

Tirmidzi) (Amiruddin & Ilham, 2008, hal. 33)

6

Page 9: Dzikir Dan Urgensinya

D. Macam-macam Dzikir

Berdasarkan praktiknya, dzikir dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

1. Dzikir bil ‘Amal, yaitu segala perbuatan yang tujuannya untuk mengingat

Allah S.W.T. Contohnya: tidak pernah mencontek, karena dirinya tahu bahwa

Allah selalu mengawasi setiap saat dan keempatan.

2. Dzikir Aqliyah, yaitu dzikir orang- orang berilmu (ulil albab) dengan cara

bertafakur dan tadabur. Dzikir ini sangat diperlukan bagi mereka yang berilmu,

agar mereka terhindar dari sikap sombong terhadap ilmunya tersebut.

3. Dzikir bil lisan, yaitu setiap ucapan yang dilafalkan dengan tujuan untuk

mengingat Allah. Contohnya: ucapan istighfar, takbir, tahmid dan tahlil etelah

selesai shalat fardhu. Dzikir ini dibagi lagi menjadi 2 bagian lagi, yakni:

a. Dzikir Ma’tsur: yaitu dzikir yang bersumber dari Al-Qur’an dan As- Sunnah.

Terdapat banyak dzikir dan do’a yang tertera didalam Al- Qur’an dan telah

diajarkan oleh Nabi Muhammad S.A.W. lewat hadits- hadits nya.

b. Ghair Ma’ tsur: yaitu dzikir yang tidak berdasarkan pada Al- Qur;an dan As-

Sunnah, semata- mata hanyalah ijtihad para ulama, seperti Hijib Nawawi

(dzikir yang disusun oleh Syaikh Nawawi Al- Bantani), Ratib Al- Haddad

(dzikir yang disusun oleh Al- Habib AlawiAl- Hadad) dan Ratib Al- Aththas

(dzikir yang disusun oleh Al- Habib Ali bin Husain Al- Aththas).

4. Dzikir bil Qalbi, yaitu hati yang selalu mengingat Allah ketika muncul lintasan

untuk berbuat maksiat. Contohnya: berniat mengambil barang orang lain,

namun tidak jadi, karena takut terhadap azab Allah S.W.T.

Dzikir bil ‘Amal dan dzikir bil Qalbi disebut sebagai dzikir ‘Aam (umum)

karena menyangkut segala amal perbuatan yang dilakukan oleh seluruh anggota

badan, termasuk hati. Sedangkan dzikir bil lisan disebut sebagai dzikir Khaash

(khusus) karena hanya berkaitan dengan kalimat- kalimat dzikir yang diucapkan

(Amiruddin & Ilham, 2008, hal. 16- 18).

7

Page 10: Dzikir Dan Urgensinya

Akan tetapi, berbeda dengan yang dituturkan Siroj (2006, hal. 86), ia

menyatakan bahwa dzikir diklasifikasikan menjadi: zikir bil lisan (yang dituturkan

dan bersuara), zikir al-nafs (tanpa suara dan terdiri dari gerak dan rasa di dalam

hati) zikir al-qalb ( perenungan hati), zikir al-ruh (tembus cahaya dan sifat-sifat

ilahiyah), zikir al-sirr (penyingkapan rahasia ilahi), zikir khafi (penglihatan

realitas kebenaran yang mutlak).

Selain digolongkan berdasarkan prakteknya, macam-macam dzikir juga

digolongkan berdasarkan lafadz yang dilafalkan oleh para dzakir. Diantara

macam-macam lafadnya yaitu sebagai berikut:

1. Tasbih ( الله (maha suci allah- سبحان

2. Tahlil ( الله اال ,(tiada tuhan selain allah-الاله

3. Taqdis (قدوس-tuhan maha bersih dari segala kekurangan)

4. Takbir ( اكبر (allah maha besar-الله

5. Hauqalah ( بالله اال قوة وال حول tidak ada daya dan upaya kecuali dengan-ال

allah)

6. Hasballah ( الله (Allah cukup bagiku-حسبى

7. al-baqiyat shalihat ( اكبر والله الله اال اله وال الله اال اله وال الله (سبحان

8. Istigfar ( العظيم الله (استغفر

9. Basmallah ( الرحيم الرحمن الله (بسم

10. Shalawat kepada Nabi Saw. ( محمد على صلى .(Tebba, 2004, hal. 113) (اللهم

8

Page 11: Dzikir Dan Urgensinya

BAB III PEMBAHASAN

A. Dzikir dalam Konteks Tasawuf

Anjuran untuk berdzikir dan berdoa itu berlaku bagi semua orang

islam,akan tetapi tradisi ritual ini lebih berkembang di kalangan sufi. Hanya saja,

pelaksanaannya berbeda antara satu tarekat dengan tarekat yang lain (Tebba,

2004, hal. 116).

Dzikir sebagai segala gerak gerik dan aktivitas yang terobsesi pada

kedekatan atau taqarrub kepada allah, melafadzkan atau melafalkan kata-kata

tertentu yang mengandung unsur ingat kepada allah juga termasuk dzikir. Dzikir

sangat penting karena dalam pandangan kesufian ia merupakan langkah pertama

cinta kepada Allah (Siroj, 2006, hal. 86).

Dalam tasawuf, dzikir memerlukan arahan seorang guru. Hal tersebut

karena zikir yang efektif adalah zikir yang diilhami dengan tepat oleh seorang

guru spiritual yang selalu menuntunnya. Hal ini dapat kita saksikan di lingkungan

tradisi pesantren. Dimana para santri dibimbing oleh gurunya melafalkan dzikir

bil lisan dengan khusyu, penuh konsentrasi, istiqomah, kontinu, serta thumaninah

(ketenangan batin). Dzikir ini bukan hanya sebatas dzikir ritual, akan tetapi

merupakan satu tahapan dalam maqam-maqam kesufian. Dengan demikian pada

tahap tertentu, secara otomatis mewujud dalam rutinitas hati dimana hati dengan

sendirinya tergerak ke alam musyahadah (persaksian dengan ilahi) (Siroj, 2006,

hal. 87).

Dalam tasawuf, dzikir juga merupakan pelatihan hati untuk bermusyahadah

kepada allah. Musyahadah adalah upaya pengabaian manusia terhadap segenap

yang destruktif, sekaligus sebagai obsesi untuk menjadi pribadi yang sempurna.

Musyhadah inilah yang merupakan makna hidup yang telah lama menghilang dari

kehidupan sehingga manusia terperangkap ke dalam berbagai krisis sosial, krisis

struktural, hingga krisis moal. Hilangnya musyahadah dari dalam diri manusia

beriringan dengan orientasi hidup uang serba materialistis. Kehidupan manusia

pun tidak lagi berkualitas karena pengabaiannya atas makna dan nilai. Kerja keras

banyak diukur seberapa besar produk yang dihasilkan dan seberapa lama waktu

9

Page 12: Dzikir Dan Urgensinya

yang telah dihabiskan. Padahal kerja keras juga mencakup seberapa besar manfaat

produk yang dihasilkan bagi kehidupan dan seberapa lama produk itu memeberi

manfaat bagi derajat kemanusian (Siroj, 2006, hal. 88).

Disinilah peran dzikir, yaitu memacu manusia untuk bertindak berdasarkna

pemanfaatan dan kemaslahatan. Abu mahfudz ma’ruf al-karkhi (w. 200 H.)

seorang sufi besar, mengatakan bahwa hidup yang hakiki adalah kepedulian

terhadap yang hakiki dan berpaling dari kepalsuan. Jika demikian, segala rupa

tindakan lahiriah membutuhkan kejujuran, profesionalime serta berorientasi pada

kemaslahatan manusia. Artinya, kesufian seseorang tidaklah menghalangi

aktivitas sehari-harinya sebagai manusia biasa yang membutuhkan pemenuhan

hidup dan perjuangan membangun cita-cita kemausiaan (Siroj, 2006, hal. 88).

Kenyataan ini bukanlah sesuatu yang ganjil sepanjang manusia mempau

menjaga jarak kesimangan antara ilmu, amal dan kebersihan batin (tashfiyatul

qalb). Sebagaimana ditegaskan oleh al-quran:

�ه�اد� ل �ه� الل �ن� و�إ �ه�م �وب ق�ل �ه� ل �ت� ب �خ ف�ت �ه� ب �وا �ؤم�ن ف�ي @ك� ب ر� م�ن ح�ق� ال �ه� ن� أ م� ع�ل ال �وا وت

� أ �ذ�ين� ال �م� �عل �ي و�ل

) T �ق�يم ت م�س Tاط ص�ر� �ل�ى إ �وا آم�ن �ذ�ين� )٥٤ال

Artinya: “Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al

Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati

mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi

orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” (Q. S. al-Hajj: 54)

Walhasil, zikir dapat membimbing seseorang untuk beraktivitas dengan

hatinya. Zikir akan mempersembahkan hati manusia sebagai tempat suci yang di

dalamnya alam semesta menjelma menjadi bukti-bukti kehadiran allah, kapan saja

dan dimana saja (Siroj, 2006, hal. 89).

B. Hubungan antara Dzikir dan Wirid serta Perbedaan antara Keduanya

Dalam konteks ingat kepada Allah, umat islam tidak akan pernah lepas dari

tiga hal: doa, wirid dan dzikir. Doa adalah permintaan atau permohonan sesuatu

kepada allah untuk mendapatkan keaikan di dunia dan di akhirat. Wirid

merupakan bacaan tertentu untuk mendapatkan aliran berkah dari allah.

10

Page 13: Dzikir Dan Urgensinya

Sementara dzikir adalah segala gerak gerik dan aktivitas yang berobsesi pada

kedekatan atau taqarrub kepada Allah (Siroj, 2006, hal. 86).

Pada dasarnya dzikir dan wirid memang hampir sama, akan tetapi dzikir

lebih bersifat lebih umum. Artinya segala upaya yang dilakukan seorang hamba

untuk mendekatkan diri kepada Tuhan seperti menyebut nama-nama Tuhan (al-

asma al-husna), membaca Al-Quran dan sebagainya. Bahkan merenung sambil

menghayati keagungan dan kebesaran Allah SWT pun sudah termasuk dzikir.

Akan tetapi wirid, ia memiliki pengaturan tata cara, jumlah, dan waktu

tertentu. Misalnya seorang Syekh, mursyid, atau kiai memberikan wirid-wirid

tertentu kepada muridnya yang biasanya melalui proses penyerahan khusus

(ijazah). Pengamalan Wirid diatur tatacaranya, misalnya berapa kali harus dibaca,

apakakah dibaca di pagi hari atau di sore hari atau dalam keadaan tertentu.

C. Hubungan antara Dzikir dan Doa serta Doa dengan Munajat

Dzikir seperti yang diktakan di atas, yaitu merupakan segala gerak gerik dan

aktivitas yang berobsesi pada kedekatan atau taqarrub kepada Allah.

Sementara doa, al-Mahfani (2006, hal. 27) menjelaskan bahwa doa berasl

dari bahasa arab, yakni da’aa- yad’uu- du’aa-an yang berarti memohon atau

meminta. Selain itu, kata doa juga memiliki beberapa makna lain, yakni

permohonan atau permintaan, menyembah, seruan atau panggilan, ucapan dan

keluh kesah.

Sedangkan menurut istilah syar’i dalam kamus lisanul arab dijelskan bahwa

doa adalah permohonan dengan sungguh-sungguh kepada Allah. Sementara al-

Mahfani menyatakan bahwa doa adalah suatu media komunikasi antara seorang

hamba dengan khaliq dalam rangka memohon dan meminta hajat hidup di dunia

atau di akhirat, mengeluh dan mengadu atas permasalahan hidup yang dihadapi

atau memohon perlindugan dari sgala marabahaya (2006, hal. 27).

Dengan demikian terlihat jelas bahwa hubungan diantara keduanya yaitu,

doa merupakan bagian dari dzikir karena di dalamnya terdapat unsur mengingat

Allah. Begitu pula dalam berdzikir, tidak jarang di dalamnya merupakan

permohonan-permohonan yang tidak lain adalah sebuah doa.

11

Page 14: Dzikir Dan Urgensinya

Adapun menggenai munajat, menurut bahasa artinya berbisik atau berbicara

secara rahasia. Secara istilah, munajat adalah melakukan ibadah, baik dalam

bentuk perbuatan, ucapan maupun do’a dengan sepenuh hati, khusyu’ dan

tawadhu’ dengan suara lembut sehingga terasa dekat sekali kepada Allah SWT,

untuk mengharap keridhaan, ampunan, hidayah dan pertolongan-Nya. Bermunajat

dapat dilakukan melalui sholat, do’a, dzikir, yaitu dengan cara memusatkan

fikiran dan mengosongkan hati, sehingga yang ada hanya perasaan selalu dekat

kepada Allah SWT dengan sedekat-dekatnya (Hamisuto, 2010).

Jadi, jika disimpulkan, doa merupakan bagian dari munajat. Karena di

dalam munajat bisa terkandung berbagai macam aktivitas ibadah yang dilakukan

secara sungguh-sungguh untuk mendpat ridha tuhan.

12

Page 15: Dzikir Dan Urgensinya

BAB IV KESIMPULAN

1. Dzikir sebagai segala gerak gerik dan aktivitas yang terobsesi pada kedekatan

atau taqarrub kepada Allah sangat penting karena dalam pandangan kesufian ia

merupakan langkah pertama cinta kepada Allah. Dalam tasawuf, dzikir

memerlukan arahan seorang guru. Hal tersebut karena zikir yang efektif adalah

zikir yang diilhami oleh seorang guru spiritual yang selalu menuntunnya.

Dalam tasawuf, dzikir juga merupakan pelatihan hati untuk bermusyahadah

kepada Allah. Dzikir juga memacu manusia untuk bertindak berdasarkan

pemanfaatan dan kemaslahatan. Artinya, kesufian seseorang tidaklah

menghalangi aktivitas sehari-harinya sebagai manusia, selama ia mampu

menjaga jarak keseimbangan antara ilmu, amal dan kebersihan batin. Walhasil,

zikir dapat membimbing seseorang untuk beraktivitas dengan hatinya. Zikir

akan mempersembahkan hati manusia sebagai tempat suci yang di dalamnya

alam semesta menjelma menjadi bukti-bukti kehadiran Allah, kapan saja dan

dimana saja.

2. Pada dasarnya dzikir dan wirid memang hampir sama, akan tetapi dzikir lebih

bersifat lebih umum, sementara wirid lebih khusus. Karena, ia sudah memiliki

pengaturan tata cara, jumlah, dan waktu tertentu.

3.

a. Doa merupakan bagian dari dzikir karena di dalamnya terdapat unsur

mengingat Allah. Begitu pula dalam berdzikir, tidak jarang di dalamnya

merupakan permohonan-permohonan yang tidak lain adalah sebuah doa.

b. Doa merupakan bagian dari munajat. Karena di dalam munajat bisa terkandung

berbagai macam aktivitas ibadah yang dilakukan secara sungguh-sungguh

untuk mendapat ridha tuhan.

13

Page 16: Dzikir Dan Urgensinya

DAFTAR PUSTAKA

al-Mahfani, M. K. (2006). Keutamaan Doa dan Dzikir untuk Hidup Bahagia

Sejahtera. Jakarta: Wahyu Media.

Amiruddin, A., & Ilham, M. A. (2008). Dzikir: Orang- orang Sukses. Bandung:

Khazanah Intelektual.

Hamisuto. (2010, Juli). Hamisuro's Journal. Dipetik Oktober 2013, dari

Perjalanan Munajat dalam Mi'raj dan Shalat:

http://hamisuto.blogspot.com/2010/07/perjalanan-munajat-dalam-miraj-

sholat.html

Siroj, S. A. (2006). Tawuf sebagai kritik Sosial. Bandung: Mizan.

Tebba, S. (2004). Sehat Lahir Batin. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.

14