DUKUNGAN PERLINDUNGAN...
Transcript of DUKUNGAN PERLINDUNGAN...
DUKUNGAN PERLINDUNGAN
PERKEBUNAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
DESEMBER 2017
PEDOMAN TEKNIS
PENANGANAN GANGGUAN
DAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN
TAHUN 2018
Scanned by CamScanner
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR................................. i DAFTAR ISI ......................................... ii DAFTAR LAMPIRAN ................................ iii I PENDAHULUAN............................... 1 A. Latar Belakang............................ 1 B. Sasaran Nasional......................... 2 C. Tujuan..................................... 2 II PENDEKATAN PELAKSANAAN
KEGIATAN.................................... 4
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan...................................
4
B. Spesifikasi Teknis......................... 6 III PELAKSANAAN KEGIATAN.................... 9 A. Ruang Lingkup............................ 9 B. Pelaksana Kegiatan..................... 10 C. Lokasi, Jenis dan Volume............... 11 D. Simpul Kritis............................... 11 IV PROSES PENGADAAN BARANG............. 13 V PEMBINAAN, PENGENDALIAN,
PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN..... 14
VI MONITORING, EVALUASI DAN
PELAPORAN................................... 16
VII PEMBIAYAAN.................................. 19 VIII PENUTUP.......................................... 20 Lampiran ................................................ 21
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Form Penanganan Kasus Gangguan Usaha
Dan Konflik Perkebunan....................
22 2. Lokasi dan volume kegiatan Fasilitasi,
Inventarisasi, Identifikasi dan Penanganan Kasus Gangguan Usaha Perkebunan.................................
24
3. Form Laporan Perkembangan Realisasi Fisik Dan KeuanganKegiatan Gangguan Usaha Perkebunan..........................
25 4. Out Line Laporan Akhir Laporan akhir...... 26
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus gangguan usaha perkebunan terus meningkat jumlah dan kualitasnya baik dalam bentuk penjarahan produksi, pengrusakan asset perusahaan, penyerobotan lahan dan tuntutan masyarakat terhadap lahan, kebun dan posisi pimpinan perusahaan. Dampak terjadinya gangguan dan konflik usaha perkebunan yaitu terganggunya keberlanjutan usaha perkebunan yang akan berpengaruh pada kondisi sosial dan ekonomi serta gangguan keamanan masyarakat dan wilayah.
Permasalahan gangguan usaha perkebunan memiliki karakter multidimensi yaitu ekonomi, politik, hukum, sosial dan lingkungan, sehingga dengan demikian penyelesaiannya tidak dapat dilakukan secara parsial dan kuratif serta harus melibatkan berbagai pihak terkait.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas dalam
rangka meningkatkan sinergitas antara Pusat dan Daerah dalam upaya penanganan gangguan dan konflik usaha perkebunan maka perlu dilakukan Fasilitasi, Inventarisasi, Identifikasi, serta Penanganan Kasus Gangguan Usaha Perkebunan.
2
B. Sasaran Nasional
Teridentifikasinya, terinventarisasinya, termonitoring, terevaluasinya, dan terfasilitasinya penanggulangan gangguan Usaha Perkebunan.
C. Tujuan
Tujuan kegiatan adalah:
1) Melakukan inventarisasi dan identifikasi kondisi dan jenis gangguan usaha perkebunan yang ada di daerah;
2) Membantu upaya dalam penyelesaian gangguan usaha perkebunan dan berkoordinasi dengan instansi terkait dalam rangka penanganan kasus gangguan usaha perkebunan;
3) Meningkatkan kesadaran pekebun dan masyarakat serta perusahaan perkebunan dalam penanganan gangguan usaha
perkebunan.
4) Meningkatkan koordinasi penanganan gangguan dan konflik usaha perkebunan antar instansi terkait di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/ Kota.
3
5) Meningkatkan persamaan persepsi antar pihak terkait mengenai penanganan
Gangguan Usaha Perkebunan.
6) Melakukan upaya penegakan hukum untuk membuat jelas suatu perbuatan tindak pidana di bidang perkebunan.
4
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
1. Pendekatan Umum
Prinsip pendekatan umum meliputi hal yang bersifat administratif dan manajemen kegiatan.
a. SK Tim Pelaksana Kegiatan
1) Penetapan SK Tim Pelaksana Kegiatan oleh Kepala Dinas/KPA paling lambat 1 (satu) minggu setelah diterimanya penetapan Satker dari Menteri Pertanian.
2) Penanggung jawab dan pelaksana kegiatan gangguan usaha perkebunan untuk TP provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi.
b. Rencana kerja
Rencana kerja pelaksanaan masing-masing kegiatan disusun paling lambat 1 (satu) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana dan mengacu kepada Pedoman Teknis dari Ditjen Perkebunan.
c. Juklak, Juknis
Penanggungjawab kegiatan harus menyusun Juklak/Juknis yang mengacu kepada pedoman teknis yang dikeluarkan oleh Ditjen.Perkebunan. Penyusunan Juklak/Juknis untuk kegiatan TP
5
Provinsi/Kabupaten/Kota paling lambat 2 (dua) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana.
d. Koordinasi dan Sosialisasi
Koordinasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan dengan Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Direktorat Perlindungan Perkebunan dengan melibatkan instansi terkait dan Dinas Kabupaten/Kota dimana terdapat lokasi kegiatan dilaksanakan.
Sosialisasi dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan kepada pelaku usaha perkebunan, masyarakat dan aparat pemerintah.
e. Pelelangan/pengadaan
Pelelangan/pengadaan dilaksanakan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pelelangan/pengadaan barang dan jasa harus selesai pada bulan Februari 2018.
f. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan selama kegiatan
berlangsung.
g. Laporan
1) Laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh satker pelaksana kegiatan sesuai dengan jadual dan form Pedoman SIMONEV.
6
2) Laporan akhir kegiatan disampai kan oleh satker pelaksana kegiatan ke pusat paling
lambat 2 (dua) minggu setelah kegiatan selesai dan tidak melewati bulan Desember 2018.
2. Prinsip Pendekatan Teknis
a. Melakukan Pertemuan/ Rapat Fasilitasi Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan dengan mengundang instansi terkait, pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
b. Melakukan koordinasi dan musyawarah untuk mufakat dengan masyarakat, pelaku usaha perkebunan dan instansi terkait untuk mendapatkan penyelesaian yang adil.
c. Melakukan pengumpulan bahan keterangan atau pemberkasan penyidikan tindak pidana di bidang perkebunan
3. Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi perlu dilakukan tindak lanjut sebagai berikut:
a. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
1) Perencanaan kegiatan/Jadual kegiatan. 2) Pembuatan Juklak Juknis setiap kegiatan. 3) Menunjuk penanggung jawab dan
pelaksana kegiatan.
7
4) Melakukan Inventarisasi, identifikasi dan fasilitasi penanganan kasus gangguan
usaha perkebunan dan tindak pidana dibidang perkebunan.
5) Koordinasi dengan instansi terkait. 6) Melakukan pembinaan.
b. Tahap Pasca Pelaksanaan Kegiatan Gangguan Usaha Perkebunan.
1. Dinas provinsi /kabupaten /kota menindaklanjuti rekomendasi hasil fasilitasi penanganan GUP (bedah kasus) serta melakukan pembinaan dan meningkatkan koordinasi dengan pelaku usaha perkebunan dan instansi terkait lainnya baik tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota.
2. PPNS perkebunan berkoordinasi dengan Korwas PPNS diwilayahnya atau dengan
jaksa penuntut umum dalam penyelidikan atau penyidikan tindak pidana dibidang perkebunan.
B. Spesifikasi Teknis
1. Kriteria
a. Kegiatan dilaksanakan di provinsi atau kabupaten/kota yang rawan terjadinya gangguan usaha perkebunan;
8
b. Provinsi atau Kabupaten/Kota yang terdapat usaha perkebunan.
2. Metode
a. Melakukan inventarisasi kasus gangguan usaha perkebunan di wilayah kerja masing-masing;
b. Melakukan identifikasi dengan mengelompokan jenis kasus gangguan usaha perkebunan (GUP- Lahan dan GUP-Non Lahan);
c. Membuat data rekapitulasi kasus GUP di wilayah kerjanya sesuai Format 1 yang terdapat dalam lampiran 1;
d. Menyusun dokumentasi hasil fasilitasi (bedah kasus) yang meliputi surat undnagan, daftar hadir, notulen/berita acara dan foto kegiatan.
e. Menyusun berkas pengumpulan bahan keterangan atau berkas penyidikan tindak pidana dibidang perkebunan.
9
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup 1. Inventarisasi data dan informasi, terkait
dengan gangguan usaha perkebunan antara lain berdasarkan pengaduan;
2. Mengidentifikasi kondisi dan jenis gangguan usaha perkebunan;
3. Groundcheck ke lokasi terjadinya GUP untuk dilakukan pembinaan pada pihak terkait;
4. Indikator Kinerja;
No Indikator Uraian
1 Input/Masukan - Dana
- SDM
- Data dan informasi
2 Output/Keluaran a) Terselenggaranya Fasilitasi Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan (Bedah Kasus)
b) Terselenggaranya pengumpulan bahan keterangan berkas penyidikan tindak pidana
3 Outcome/hasil a) Tersedianya data dan informasi fasilitasi penanganan gangguan usaha perkebunan
10
(bedah kasus)
b) Tersedianya data penanganan dugaan tidak pidana dibidang perkebunan
B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan
1. Pelaksana dan penanggung jawab kegiatan Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan untuk TP provinsi adalah dinas provinsi yang membidangi perkebunan.
2. Kewenangan dan tanggung jawab :
a. Direktorat Perlindungan Perkebunan
1) Menyiapkan Terms of Reference (TOR) dan Pedoman Teknis;
2) Melakukan bimbingan, pembinaan, monitoring dan evaluasi.
b. Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan
1) Menetapkan Tim Pelaksana kegiatan Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan di tingkat provinsi;
2) Melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Perkebunan dan Dinas Kabupaten/Kota yang
11
membidangi perkebunan serta institusi terkait lainnya;
3) Membuat petunjuk pelaksanaan kegiatan Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan;
4) Melakukan pengawalan, pembinaan, monitoring dan evaluasi Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan;
5) Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Direktorat Perlindungan Perkebunan.
C. Lokasi, Jenis dan Volume
Kegiatan Fasilitasi, Inventarisasi, Identifikasi, dan Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan dilaksanakan di 21 provinsi dengan sasaran 21 kasus gangguan usaha perkebunan dan dengan rincian pada lampiran 2.
D. Simpul Kritis
1. Kasus Gangguan Usaha Perkebunan pada umumnya sudah terjadi dan berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu dan penanganannya melibatkan berbagai pihak yang terkait baik di tingkat pusat maupun daerah;
2. Koordinasi antar instansi terkait belum berjalan optimal;
12
3. Penanganan kasus gangguan usaha perkebunan umumnya masih bersifat parsial;
4. Belum semua Provinsi/Kabupaten/ Kota membentuk Tim penanganan kasus Gangguan Usaha Perkebunan;
5. Terdapat perbedaan pemahaman baik petugas, masyarakat, atau pelaku usaha perkebunan tentang peraturan perundang-undangan bidang perkebunan.
6. Penyelesaian gangguan usaha perkebunan adalah pejabat pemberi izin usaha perkebunan yaitu bupati/walikota sementara dinas perkebunan yang menangani hanya sebagai perangkat kerja pejabat tersebut.
7. Petugas PPNS perkebunan berada di unit kerja sekretariat atau administrasi
8. Atasan langsung petugas PPNS bukan PPNS sehingga tidak dapat diberikan surat perintah penyidikan.
13
IV. PROSES PENGADAAN BARANG
Pengadaan barang dan jasa kegiatan Perlindungan Perkebunan untuk dana Tugas Perbantuan (TP) Direktorat Jenderal Perkebunan mengacu kepada Perpres No 54 tahun 2010 dan Perpres No.70 tahun 2012. Semua kegiatan pengadaan barang dan jasa yang melalui proses tender, pelaksanaan dan penetapan pemenang harus sudah sesuai dengan usulan rencana yang disampaikan oleh
Satker pada awal tahun kegiatan.
14
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN
A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan
Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dana dekonsentrasi Provinsi dilakukan secara terencana dan terkoordinasi dengan unsur penanggung jawab kegiatan di Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan.
Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan diutamakan pada tahapan yang menjadi simpul-simpul kritis kegiatan yang telah ditetapkan.
Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dilakukan koordinasi secara berjenjang sesuai dengan tugas fungsi dan kewenangan masing-masing unit pelaksana kegiatan.
Sasaran kegiatan pembinaan, pengendalian, dan pengawalan terhadap pelaksana kegiatan (Man), pembiayaan (Money), Metode, dan bahan-bahan yang dipergunakan (Material). Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan harus mampu meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan melalui pemberian rekomendasi dan pemecahan masalah terhadap pelaksanaan kegiatan sehingga dapat mengakselerasi
15
kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan yang ditetapkan.
B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan
Waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan minimal satu kali pada setiap jenis kegiatan yang dilaksanakan.
Pelaksanaan kegiatan hendaknya selalu di koordinasikan dengan pusat, provinsi dan kabupaten/kota sehingga pembinaan, pengendalian dan pengawalan efektif dan efisien.
Direktorat Perlindungan Perkebunan melakukan pembinaan dan pengawalan kegiatan pemberdayaan perangkat pada seluruh wilayah pelaksana kegiatan.
Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat provinsi melakukan pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan kegiatan tingkat provinsi.
16
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Monitoring
Monitoring ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai pada setiap kegiatan.
Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi pada wilayah kerja masing-masing. Pelaksanaan monitoring minimal satu kali selama kegiatan
berlangsung.
B. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui ketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatan dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan yang direncanakan serta realisasi/penyerapan anggaran. Hasil evaluasi sebagai umpan balik perbaikan pelaksanaan selanjutnya.
Evaluasi dilakukan oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan, serta Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi pada wilayah kerja masing-masing.
C. Pelaporan
Setiap kegiatan didokumentasikan dalam bentuk laporan tertulis sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan. Laporan dibuat oleh pelaksana kegiatan dan dilaporkan secara berjenjang kepada penanggung jawab/pembina
kegiatan mengacu kepada pedoman outline
17
penyusunan laporan dan SIMONEV serta bentuk laporan lainnya sesuai dengan kebutuhan.
1. Jenis Laporan :
a. Laporan Mingguan
Laporan Mingguan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap minggu berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan setiap minggu hari Jum’at.
b. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap bulan berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan paling lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya.
c. Laporan Triwulan
Laporan Triwulan berisi laporan kemajuan fisik dan keuangan (Lampiran 3) pelaksanaan kegiatan setiap triwulan dan disampaikan setiap triwulan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, paling lambat tanggal 5 pada bulan pertama triwulan berikutnya .
d. Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan laporan keseluruhan pelaksanaan kegiatan, setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai
dilaksanakan. Laporan akhir disampaikan
18
kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan, paling lambat 2 minggu setelah kegiatan selesai. Laporan disampaikan melalui surat dan e-mail
2. Out Line Laporan
Out line laporan akhir kegiatan seperti dalam lampiran 4.
19
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan dukungan perlindungan perkebunan di daerah antara lain didanai dari APBN tahun anggaran 2017 melalui anggaran Tugas Pembantuan (TP) Ditjen. Perkebunan.
20
VIII. PENUTUP
Pedoman Teknis kegiatan Penanganan Gangguan Usaha Perkebunan merupakan acuan secara umum yang perlu dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) yang lebih operasional. Diharapkan dengan pedoman teknis ini, pelaksanaan kegiatan tersebut dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan sasaran yang direncanakan.
-----ooo-----
21
LAMPIRAN
22
Lampiran I.
FORM PENANGANAN KASUS GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN
PROVINSI .......
SAMPAI DENGAN BULAN ......... TAHUN 2018
No Lokasi Terjadi
nya GUP
Pihak yang
terlibat kasus GUP
Jenis Gangguan Usaha Uraian Singkat Permasalahan
Upaya Penanganan
Keterangan
Non Lahan Lahan
1. *) diisi dengan jenis GUP berdasarkan tipologi
*) diisi dengan jenis GUP berdasarkan tipologi
*) dimediasi oleh... pada tanggal....
*) proses peradilan
*) Kasus selesai, dalam proses, pending, belum ditangani
1. CATATAN: Tipologi Kasus Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan
Tipologi GUP-Non Lahan, a.l:
a. Pelaku usaha perkebunan tidak memiliki izin usaha perkebunan;
b. Tuntutan masyarakat atas pembangunan kebun plasma 20% dari
areal yang diusahakan oleh perusahaan (Permentan No.26
Th.2007 jo Permentan 98/2013)
c. Petani/pekebun tidak mampu dan/atau tidak ada keinginan
membayar/melunasi kredit;
d. Penetapan harga/pembelian hasil panen tidak sesuai keinginan
pekebun;
e. Masyarakat menolak pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit
karena dipengaruhi oleh LSM dan pihak ketiga lainnya (oknum);
f. Pengerusakan tanaman dan aset perkebunan;
23
g. Penjarahan dan pencurian produksi;
h. Masyarakat Ingin ikut serta sebagai peserta plasma;
i. Keterlambatan konversi kebun petani peserta/plasma;
2. Tipologi GUP – Lahan, a.l:
a. Penggunaan tanah adat/ulayat tanpa persetujuan pemuka
adat/masyarakat;
b. Belum selesainya penetapan Rencana Tata Ruang dan Wilayah
(RTRW) Provinsi/Kabupaten/Kota;
c. Okupasi/penyerobotan lahan pelaku usaha perkebunan oleh
masyarakat;
d. Tumpang tindih lahan perkebunan dengan kawasan
pertambangan;
e. Terjadinya tumpang tindih lahan karena izin baru;
f. Proses penerbitan HGU tidak sesuai peraturan perundangan;
g. Tuntutan masyarakat terhadap tanah yang sedang dalam proses
HGU
h. Belum dilakukannya ganti rugi lahan/ganti rugi tanam tumbuh,
tetapi usaha perkebunan sudah operasional;
i. Tanah masyarakat yang diambil alih perusahaan;
j. Kebun plasma yang menjadi agunan kredit diperjualbelikan oleh
petani tanpa sepengetahuan perusahaan/bank;
k. Tuntutan masyarakat terhadap kebun plasma yang telah
dijanjikan tidak dipenuhi perusahaan;
l. Masyarakat menuntut pengembalian tanah yang sudah dilakukan
ganti rugi perusahaan;
m. Izin Lokasi sudah berakhir dan tidak dilakukan
pembaharuan/perpanjangan;
n. Terhadap HGU yang diperpanjang, masyarakat menuntut
pengembalian kembali lahannya;
o. Masyarakat menuntut lahan perusahaan untuk dimiliki/dikuasai;
p. Luas lahan plasma tidak sesuai dengan penetapan jumlah calon
petani peserta oleh Bupati;
q. Lahan yang ditelantarkan oleh perusahaan;
r. Pelaku usaha perkebunan tidak menyelesaikan perolehan hak
atas tanah;
24
s. Tanah-tanah perkebunan HGU dituntut untuk diserahkan kepada
kelompok masyarakat tertentu dengan dasar tanah ulayatnya.
t. Pelaku usaha perkebunan diberikan Izin usaha perkebunan
berdasarkan RTRWP/RTRWK, namun lokasi usaha perkebunan
berdasarkan Peta Kawasan Hutan berada pada Kawasan Budidaya
Kehutanan;
u. Pelaku usaha perkebunan membuka Kawasan Hutan sebelum ada
Pelepasan Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan;
v. Pelaku usaha perkebunan memperoleh hak atas tanah sesuai
peraturan, namun lokasi usaha perkebunan berdasarkan Peta
Kawasan Hutan berada pada Kawasan Hutan.
w. Wanprestasi/ingkar janji kemitraan usaha perkebunan antar
pelaku usaha perkebunan;
x. Penerbitan Izin Usaha Perkebunan yang belum/tidak sesuai
ketentuan;
y. Pembangunan kebun melebihi areal yang diizinkan.
z. Pembagian sisa hasil usaha tidak proporsional.
Lampiran 2.Lokasi dan volume kegiatan Fasilitasi,
Inventarisasi, Identifikasi dan Penanganan Kasus Gangguan Usaha Perkebunan
NO PROPINSI JUMLAH KASUS
1. Aceh 1 KASUS
2. Riau 1 KASUS
3. Sumsel 1 KASUS
4. NTB 1 KASUS
5. Jawa Barat 1 KASUS
6. Kalimantan Barat 1 KASUS
7. Bengkulu 1 KASUS
8. Sulbar 1 KASUS
9. Jambi 1 KASUS
10. Sumbar 1 KASUS
25
NO PROPINSI JUMLAH KASUS
11. Banten 1 KASUS
12. Jateng 1 KASUS
13. Kaltim 1 KASUS
14. Kalsel 1 KASUS
15. Kalteng 1 KASUS
16. Sumut 1 KASUS
17. Balbel 1 KASUS
18. NTT 1 KASUS
19. Sultra 1 KASUS
20. Maluku 1 KASUS
21. Sulteng 1 KASUS
Lampiran 3. Form Laporan Perkembangan Realisasi Fisik Dan KeuanganKegiatan Gangguan Usaha Perkebunan
KEGIATAN : PROVINSI : KABUPATEN : LUAS : POSISI : (Tanggal/bulan/tahun)
NO URAIAN PAGU (Rp)
REALISASI KEUANGAN
REALISASI FISIK (%)
PERMASALAHAN
RTL
Rp %
26
Lampiran 4. Out Line Laporan Akhir Laporan akhir dibuat sesuai out line sebagai berikut: KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL (jika ada) DAFTAR GAMBAR (jika ada) DAFTAR LAMPIRAN (jika ada)
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan dan Sasaran C. Ruang Lingkup Kegiatan D. Indikator Kinerja
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Waktu dan Lokasi B. Alat dan Bahan C. Metode D. Tahap Aktivitas/Kegiatan/ Pelaksanaan E. Simpul Kritis Kegiatan F. Pelaksana G. Pembiayaan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan B. Saran/rekomendasi C. Rencana Tindak Lanjut
VI. DAFTAR PUSTAKA
VII. LAMPIRAN