PENGGUNAAN LAHAN GAMBUT UNTUK PERKEBUNAN … · Lahan gambut perkebunan kelapa sawit: ketebalan

32
PENGGUNAAN LAHAN GAMBUT UNTUK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN PENGEMBANGAN PEMANFAATAN YANG BERKELANJUTAN 1 IPB International Convention Center Botani Square, Jln Pajajaran BOGOR Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian KEMENTERIAN PERTANIAN

Transcript of PENGGUNAAN LAHAN GAMBUT UNTUK PERKEBUNAN … · Lahan gambut perkebunan kelapa sawit: ketebalan

PENGGUNAAN LAHAN GAMBUT UNTUK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

DAN PENGEMBANGAN PEMANFAATAN YANG BERKELANJUTAN

1

IPB International Convention Center Botani Square, Jln Pajajaran BOGOR

Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian KEMENTERIAN PERTANIAN

ISI PAPARAN:

2

1. Kondisi lahan gambut di Indonesia 2. Pemanfaatan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit: - Area Perkebunan kelapa sawit di lahan gambut - Peraturan perundangan unt pengelolaan berkelanjutan - Isu yang berkembang sampai saat ini: Deforestrasi, subsiden, kebakaran, emisi 3. Pengelolaan Lahan gambut berkelanjutan (responsible

peatland management?) - Pengelolaan air: Pengaturan TMA, Produksi, Emisi Karbon - Pengelolaan Tanah gambut: pemupukan dan ameliorasi 4. Penutup

PENDAHULUAN

1. Lahan gambut memiliki peran penting terhadap lingkungan hidup & perubahan iklim, namun juga merupakan sumberdaya yang seyogianya dapat (harus) dimanfaatkan untuk lahan Perkebunan/ pertanian

2. Pemanfaatan lahan gambut untuk budidaya kelapa sawit dapat dilakukan dengan memperhatikan karakteristik gambut, sehingga tidak merusak fungsi lingkungan hidup & mendorong emisi GRK

3. Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu penyangga pertumbuhan ekonomi sumber devisa & peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tahun 2017 menghasilkan devisa 22,9 millard USD atau setara dengan Rp.239 trilliun

4

Fakta lapang > 21% lahan gambut sudah dimanfaatkan (perkebunan, HTI, dan tanaman pangan) & umumnya sangat produktif & menguntungkan

Tantangannya adalah bagaimana emisi GRK gambut dikurangi, sekuestrasi carbon dan produktivitas dapat ditingkatkan.

FAKTA DI LAPANGAN

Sumber : BBSDLP, 2017

SEBARAN LAHAN GAMBUT INDONESIA

5,97 juta ha

3,05 juta ha 4,45 juta ha

0,02 juta ha

Total = 13,49 juta ha (7,05% dr luas daratan Indonesia)

Penutupan Lahan Luas (ha) Persen Area Berhutan 6.387.941 47,5 Perkebunan 1.672.295 12,37 HTI 569.832 4,04 Lahan Pertanian 657.149 4,85 Sawah 199.434 1,48 Semak Belukar 2.722.214 20,26 Pertambangan 8.763 0,07 Permukiman 27.840 0,21 Lainnya 1.252.906 9,21 Gambut Ind 13.498.374 100 Di Moratorium Gambut (PIPIB Vs 13) 5.767.000 42,7 Inpres No 6/2017) (Ht+Sm/b?)

INDIKASI PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT DI INDONESIA

Sumber : BBSDLP, 2017 dan KLHK, 2016, PIPPIB versi XIII, KLHK, 2018

Penutupan lahan Lahan Gambut <300 cm Lahan Gambut >300 cm Jumlah total

Sumatera Kalimantan Papua Jumlah Sumatra Kalimntan Papua Jumlah Ha % Area berhutan (ha) 988.073 1.321.581

2.252.511 4.562.165 979.517 796.116 50.143 1.825.776 6.387.941 47,50

% 19,9 29,62 50,48 71,42 53,65 43,60 2,75 28,58

Perkebunan (ha) 1.031.094 383.878 1.258 1.416.230 209.176 46.889 0 256.065 1.672.295 12,37

% 72,12 27,79 0,09 84,69 81,69 18,31 0 15,31

HTI (ha) 374.413 26.048 442 400.903 149.415 19.514 0 168.929 569.832 4,04

% 92,76 7,12 0,12 70,35 88,45 11,55 0,00 29,65

Lahan pertn (ha) 363.622 201.281 19.839 584.742 26.277 46.086 44 72.407 657.149 4,85

% 61,18 35,33 3,49 88,98 36,29 63,65 0,06 11,02

Sawah (ha) 108.304 81.162 2.822 192.288 1.286 5.860 0 7.146 199.434 1,48

% 55,47 43,03 1,5 96,42 18,00 82,00 0 3,58 Semak belukar (ha) 987.166 732.195 377.213 2.096.574 239.411 376.239 9.990 625.640 2.722.214 20,26

% 46,06 35,6 18,34 77,02 38,27 60,14 1,60 22,98 Pertambangan (ha) 1.833 5.524 332 7689 1.074 0 0 1.074 8.763 0,07

% 23,84 71,84 4,32 87,74 100 0 0 12,26 Permukiman (ha) 12.732 3.996 7.811 24.539 2.679 622 0 3.301 27.840 0,21

% 51,88 16,28 31,83 88,14 81,16 18,84 0 11,86

Lain-lain: rawa, tanah terbuka dls (ha) 1.252.906 9,22

Lahan gambut di Indonesia (ha) 13.498.374 100,0

INDIKASI PENUTUPAN LAHAN GAMBUT DI INDONESIA

Sumber: BBSDLP, 2017 dan KLHK, 2016

Lahan gambut terlantar/ TERDEGRADASI) 20,3%

Lahan pertanian/perkebunan (<3m) Rewetting? (gambut >3m)

Vegetasi alami Paludiculture Lahan Pertanian Tan. Semusim/ Pangan

Lahan pertanian Tan.Tahunan Horti/Perkebn

ALTERNATIF PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT TERLANTAR

• Kepres No.32/1990: Lahan gambut dengan kedalaman >3 m diperuntukkan sbg Kawasan Lindung

• Kebijakan Deptan (1997): Pedum Pemanfaatan Lahan Gambut aspek kedalaman & komoditas

(<1 m, tan pangan/ sawah, 1-2m, sayur/horti, 2-3m tahunan

• Permentan No.14/2009: Pedum Pengelolaan Lh Gambut Untuk perkebunan sawit

• Permentan No.19/2011: ISPO pelarangan pembakaran pd saat penyiapan lahan & kewajiban memadamkan api bagi persh perkebnan

• In pres No.10/2011: “JEDA/moratorium” Pembukaan Hutan Alam (primer) dan Lahan Gambut

• Inpres No.6/2013, Inpres No.8/2015 , Inpres No.6/2017

• PP gambut No.71/2014 dan No 57/2016 (pengatuaran TMA ≤ 40 cm)

• Permentan No 11/2015: Sistem sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (Indon Sustainable Palm Ool)

• Keppres No.1 /2016 Badan Restorasi gambut SE Men LHK :No S 496/2016 Gambut >3 m fungsi lindung dan gambut <3 m fungsi budidaya • PP 104/2016: Alih fungsi kawasan hutan kaws hutan yg tdk produktif yg dpt

dialif fungsikan semak belukar

Peraturan & UU Mengenai Pengelolaan Lahan Gambut-I

Tebal Gambut Recommended Development

Tipis (<1m) Tanaman pangan padi sawah

Tebal 1-<3m)

Tanaman semusim/Cash crops dengan pengaturan TMA :20-40 cm. Tamanam tahunan /Perkebunan /HTI/ Hortikultura) dengan pengaturan TMA ≤ 40 cm (PP57/2016 TMA ≤ 40 cm)

Sangat Tebal (≥3m) Forest Conservation/ Environment Protection

PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK PENGEMBANGAN PERTANIAN/PERKEBUNAN

Sumber: Puslibang Tanah dan Agroklimat, 2004

MEKANISME/SUMBERDAYA LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Lahan Non Kawasan Hutan seperti Areal Penggunaan Lain (APL) →

penyelesaian hak melalui BPN.

Lahan Kawasan Hutan (HPK, HPT): harus terlebih dahulu

memperoleh SK Pelepasan Kawasan Hutan dari Kementerian KLHK setelah itu penyelesaian hak oleh BPN

Lahan gambut perkebunan kelapa sawit: ketebalan <3 m, tingkat kematangan Saprist & Hemist, substratum bukan pasir kwarsa (Permentan No.09/2009 dan Permentan No.11/2015 ISPO)

Site selection lahan gambut untuk perkebunan terlantar/ terdegradasi (lhn semak belukar) , menghindari area berhutan

Jadi Sektor Perkebunan adalah pengguna lahan yang diberikan secara legal oleh pemerintah.

Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Perkebunan kelapa sawit : Isu yang berkembang

Akhir-akhir ini isu lingkungan telah menjadi topik bahasan yg serius dalam pengembangan lahan gambut.

Di antaranya adalah: 1.Deforestasi / Degradasi hutan rawa gambut 2.Subsiden dan Kebakaran gambut 3.Emisi karbon

a. Deforetrasi Moratorium izin baru hutan alam/primer dan lahan gambut (PIPPIB ,2011-2019) turut berperan dalam:

• Penurunan laju deforestrasi , kebakaran hutan dan lahan Laju deforestrasi 2000-2010: 0,45 – 1,08 juta ha/tahun Laju deforestrasi 2011-2017 : 0,73-0,50 juta ha/tahun Penurunan titik api/ kebakaran th 2015, 2016 dan 2017

berturut-turut seluas : 2.611.411 ha; 438.363 ha & 165.484 ha Area 30% kebakaran berada di lahan gambut (BRG, 2018) - 5 juta ha hutan dikonversi jadi perkebunan kelapa sawit

melalui mekanisme pelepasan hutan (Ditjen PKTL, 2018) 1,7 juta ha kebun sawit di area hutan dlm proses perijinan

pelepasan kawasan hutan (Dirjen Perkebunan, 2017) 2,4 juta ha area gambut yg hrs direstorasi 1,4 juta ha

merupakan area konsesi perusahaan (perkebunan &HTI) Sumber: KLHK, 2018; BRG, 2017; Ditjen perkebunan, 2017)

14

a. Deforestrasi - Luas deforestrasi sebagai dampak pembukaan kawasan

perkebunan dan HTI pd tahun 2016-2017 ± 479 ribu ha terdiri atas di areal kawasan hutan ± 308

ribu ha dan diareal APL ±171 ribu ha - Yang luas terdapat di Kalimantan (229,8 ribu ha ) dan

Sumatera (127 ribu ha) - Sumber : Dirjen PKTL- KLHK, 2018)

b. Subsiden - Tahun pertama 15-45 cm/tahun didominasi oleh Konsolidasi bahan gambut - Kondisi stabil 2-5 cm/thn - Dengan waktu, subsiden tidak bersifat linear (ICCTF, BBSDLP, 2014)

No. PARAMETER AMBANG METODE PERALATAN KRITIS PENGUKURAN 1 Subsidensi gambut - <35 cm / 5 tahun Pengukuran Patuk besi subsidence untuk gambut langsung ≥ 3 meter - 10%/ 5 tahun untuk gambut < 3 meter

2 Kedalaman < 25 cm Reaksi oksidasi Cepluk plastik; H2O; lapisan berpirit dengan pH ≤ 2,5 dan pengukuran pH stick skala 0,5 dari permukaan stick langsung satuan; meteran Tanah

3 Kedalaman air >25 cm pengukuran langsung Meteran tanah dangkal 4 Redoks untuk > -100 mV tegangan listrik pH meter; elektroda tanah berpirit platina 5 Redoks untuk >200 mV tegangan listrik pH meter; elektroda gambut platina

3 pH H2O (1:2,5) < 4,0 ; >7,0 potensiometrik pH meter; pH stick skala 0,5 satuan 7 Daya Hantar Listrik >4 mS/cm Tahanan listrik EC meter (DHL)

8 Jumlah mikroba <104 cfu/g tanah Plating technique Cawan petri; colony total counter

KRITERIA KERUSAKAN TANAH DI LAHAN BASAH (PP 150/2000)

Untk lhn basah yg tdk bergambut dan kedlman pirit >100 cm, ketentuan kedlaman air tanah dan nilai redox tdk berlaku Ketentuan subsidensi gambut dan kedlman lap. berpirit tdk berlaku jk lh gambut belum terusik/ msh asli/alami/hutan alam

Tipe Penggunaan Lahan Carbon Stock (t C/ha)

Gambut Mineral Tanaman kelapa sawit, umur <6 tahun 5,8 6,8 Tanaman kelapa sawit, umur 9-12 tahun 54,4 63,9 Tanaman kelapa sawit, umur 14-15 tahun 73 79,5

Hutan primer 81,8 268,1

Hutan secunder (Log over forest) 57,3 61,8

Cadangan Karbon Lahan Gambut Yg Ditanami Kelapa sawit

Sumber : ICCTF-BBSDLP, 2013

Kehilangan Karbon Emisi CO2 di lahan Gambut

Topik C4. Slide 16 of 24

Dalam kondisi terganggu, karbon

di lahan gambut dapat berkurang

dan menambah konsentrasi

karbon di atmosfer

Penyebab kehilangan karbon:

• Alih fungsi lahan hutan

• Kebakaran (kebakaran

biomassa di lahan gambut)

BUDIDAYA /USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI

LAHAN GAMBUT -1

Permentan 14 tahun 2009:

Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut , untuk Budidaya

Kelapa sawit:

• Dilakukan pada hamparan dngn kedalaman gambut <3m

• Substratum bukan pasir kwarsa/ tanah sulfat masam,

• Tingkat kematangan saprik atau hemik

• Pembukaan lahan harus memenuhi kaidah-kaidah

konservasi tanah dan air

• Pembukaan lahan tanpa bakar

BUDIDAYA / USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

DI LAHAN GAMBUT -2

B.Permentan No.11/2015

Sistem Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan

(Ind Sustainable Palm Oil Certification System–ISPO)

Prinsip Kriteria ISPO usaha budidaya perkebunan kelapa

sawit di lahan gambut

• Legalitas terhadap usaha perkebunan tmsk status lahan

• Perlindungn thd pemanfaatan hutan alam primer dan

lahan gambut

• Pengelolaan dan pemantauan lingkungan

• Hak atas tanah: persh perkebunan wajib memiliki hak atas

tanah berupa HGU

• Lokasi perkebunan: penggunaan lahan perkebunan telah

sesuai dengan RTRW-P dan RTRW_K

Prinsip Kriteria ISPO usaha budidaya perkebunan kelapa

sawit di lahan gambut • Penananam pada lahan gambut (kedalaman <3m,

kematangan saprik-Hemik, substratum bukan pasir

kwarsa/sulfat masam,

• Pembukaan lahan harus memenuhi kaidah-kaidah

konservasi tanah dan air termasuk pembukaan lahan tanpa

bakar

• Menerapkan pengurangan emisi GRK misalnya pengaturan

tata air pada lahan gambut (PP57/2016: pengaturan TMA:

0,4m) pengelolaan pemupukan yang tepat, sesuai ketentuan

ISPO

•Pencegahan dan penanggulangan Kebakaran

•Pelestarian keanekaragaman hayati

• Identifikasi, sosialisasi dan menjaga kawasan lindung

•Peningkatan usaha secara berkelanjutan

BUDIDAYA / USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

DI LAHAN GAMBUT -3

PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT A. Pengelolaan Air 1.Pencegahan kebakaran; kadar air gambut di atas GWL hrs dpt

mempertahankan gambut dlm kondisi hidrofilik. 2.Untuk menekan emisi C; kadar air gambut di atas Ground Water

Level (GWL) harus dapat berada di atas batas kritis. 3.Mempertahankan prodtv. tinggi; kadar air di sekitar perakaran

harus tetap dapat mendukung pertumbuhan tanaman B.Pengelolaan Tanah Gambut 1.Memperbaiki kesuburan tanah; pemberian pupuk yg cukup &

seimbang utk tanah & tanaman; pupuk tdk meningkatkan emisi. 2.Memperbaiki kesehatan tanah; pemberian amelioran untuk

meningkatkan stabilitas gambut. 3.Memperbaiki reaksi kimia yang terjadi dalam gambut melalui

peningkatan reaksi enzimatik dlm tanah di sekitar perakaran.

PENGELOLAAN GAMBUT: Pemupukan dan Ameliorasi

Mineral content and CO2 Fluxs Pengelolaan langsung

Pemupukan NPK langsung ke tanah gambut, sesuai dengan dosis yang disarankan, dapat meningkatkan flux 10-20% Perlu diberikan dalam bentuk Slow Release dengan cara dicampur dengan tanah mineral (Sabiham et al., 2014)

Pengaturan tata air dan menjaga kedalaman

muka air tanah ≤ 40 cm adalah faktor utama

untuk peningkatan produksi tanaman kelapa sawit

≤40 cm

Menekan terjadinya “subsident” (penurunan tanah gambut) dan

rendah emisi GRK dapat dilakukan dengan adanya “cover crop

“ yang berfungsi sebagai : penurunan suhu udara dan

peningkatan kelembaban permukaan tanah gambut

Emisi CO2 pada berbagai perlakuan

amelioran di lahan gambut (contoh Kalteng)

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

Pugam A Pukan Pugam T Kontrol Tanah Mineral

Tota

l Em

isi C

O2

(t/

ha

/th

)

Perlakuan

Pemupukan dapat mengurangi Emisi GRK (ICCTF-BBSDLP, 2013)

PRODUKSI TBS PADA LAHAN GAMBUT

Yang menentukan produksi adalah pengelolaan air dan lahan, ketebalan gambut tidak banyak berpengaruh thd produktivitas

Pengaruh kedalaman muka air tanah terhadap

TBS kelapa sawit (RSPO, 2012)

Hasil TBS tertinggi dicapai pada kedalaman muka air tanah 50-75 cm

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DARI SUDUT TUJUAN REDD+:

DEFORESTASI ATAU REFORESTASI/AFORESTASI? Dari sudut tujuan REDD+

DEFORESTASI:

• Menurunkan carbon stock

• Meningkatkan emisi GHG

REFORESTASI/AFORESTASI (RESTORASI):

• Meningkatkan carbon stock

• Mengurangi emisi GHG

Perkebunan kelapa sawit (secara netto penyerap GHG) sehingga meningkatkan carbon stock (aforestasi)

Sumber lahan perkebunan dari low carbon stock seperti hutan rusak, eks HPH, semak-semak, lahan pertanian, padang rumput→pembangunan perkebunan adalah bersifat meningkatkan carbon stock (reforestasi/aforestasi)

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT: MENINGKATKAN ATAU MENGURANGI EMISI GHG ?

Bukti Emperis: Emisi GHG dari lahan gambut yang ditanami perkebunan kelapa sawit LEBIH RENDAH dari lahan gambut yang ditanami padi, maupun emisi hutan gambut sekunder dan primer.

Land Use Gambut Rataan Emisi

(ton CO2/ha/tahun) Peneliti

Hutan Gambut Tropis Hutan Gambut Sekunder Sawah Lahan di Gambut Kelapa Sawit Lahan Gambut Kelapa Sawit Lahan Gambut Kelapa Sawit Lahan Gambut Kelapa Sawit Lahan Gambut

78,5 127 88 57 55 54 31

Melling, et.al (2007) Hadi, et.al (2001) Hadi, et.al (2001) Melling, et.al (2007) Melling, et.al (2005) Murayama and Baker (1996) Germer and Sauaerborn (2000)

PENUTUP Indonesia memiliki lahan gambut yang sangat luas, sekitar 13,5 juta ha. Konsentrasi karbon di dalam tanah gambut berkisar antara 30-70 kg/m3, setara dengan 300-700 ton/ha/m ketebalan. Lahan gambut yang masih ber vegetasi alami, berfungsi sebagai penyedia jasa lingkungan (penyimpan air dan karbon, keanekagaraman hayati), harus tetap dipertahankan atau dikonservasi. Lahan gambut yang mempunyai sifat mudah rusak, pemanfaatannya harus berpedoman pada upaya pengembangan lahan berkelanjutan Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis lahan, termasuk lahan gambut. Dengan teknologi pengelolaan air yang tepat, disertai peningkatan stabilitas bahan gambut dan serapan CO2 oleh tanaman pada kawasan pengembangan kelapa sawit, maka pemanfaatan lahan gambut akan memberikan faedah yang besar, tidak hanya untuk masa kini tetapi juga untuk masa mendatang.

“Lahan Gambut = Sumberdaya” Konservasi/Lestarikan (demi

Lingkungan Lokal & Global)

Kelola & Manfaatkan (demi Kesejahteraan & Mengurangi Kemiskinan)

Pengelolaan Berkelanjutan & Rendah Emisi

TERIMA KASIH

THANK YOU