Drugs Route

44
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata adalah organ manusia yang berfungsi sebagai indera penglihatan.Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas- berkas cahaya pada retina, lantas dengan serta perantara serabut-serabut nervusooptikus.Mengalihkan rangsangan ini ke pusat pada otak untuk ditafsirkan. Mata juga adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual. Selain itu mata juga sensitive terutama terhadap rangasangan, yaitu rangsangan nyeri. Mata juga rentan terhadap infeksi bakteri, virus atau juga sering mengalami trauma karena benda-benda asing yang berupa butiran-butiran kecil seperti debu dan asap. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana rute pemberian obat melalui mata? 2. Bagaimana Anatomi organ dan patofisiologis? 3. Bagaimana proses absorpsi di jaringanya? 1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui rute pemberian obat melalui mata

Transcript of Drugs Route

Page 1: Drugs Route

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mata adalah organ manusia yang berfungsi sebagai indera penglihatan.Mata dibentuk

untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, lantas dengan serta perantara

serabut-serabut nervusooptikus.Mengalihkan rangsangan ini ke pusat pada otak untuk

ditafsirkan.

Mata juga adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata

yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang

atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual.

Selain itu mata juga sensitive terutama terhadap rangasangan, yaitu rangsangan nyeri.

Mata juga rentan terhadap infeksi bakteri, virus atau juga sering mengalami trauma karena

benda-benda asing yang berupa butiran-butiran kecil seperti debu dan asap.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana rute pemberian obat melalui mata?

2. Bagaimana Anatomi organ dan patofisiologis?

3. Bagaimana proses absorpsi di jaringanya?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui rute pemberian obat melalui mata

2. Untuk mengetahui anatomi organ dan patofiologisnya

3. Untuk mengetahui proses absorpsi di jaringanya

Page 2: Drugs Route

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Anatomi Organ

Mata manusia secara umum terbagi atas segmen anterior dan posterior.Segmen

anterior yaitu kornea, konjungtiva, iris, badan siliari, cairan humor, dan lensa.Sedangkan

bagian posterior yaitu sclera, koroid, retina dan humor viterous. Kornea merupakan membran

transparan multilayer yang terletak paling luar pada bagian mata, tidak disuplai darah dan

mendapatkan nutrisi yang diperoleh dari humor aquos dan kapiler limbal. Kornea manusia

terdiri atas 5 lapisan, yaitu corneal epitelium, membran bowman, stroma, membran descemet,

endotelium. Humor aquor merupakan cairan yang terdapat pada segmen anterior pada mata,

merupakan sumber nutrisi terbesar untuk lensa dan kornea. Iris merupakan bagian berwarna

dari mata, terdiri atas sel epitel berpigmen dan otot sirkular. Bagian tengah dari iris adalah

pupil.Sfingter iris dan otot dilator membantu dalam menyesuaikan ukuran pupil yang

mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata badan siliari, otot berbentuk cincin yang

menempel pada iris terdiri dari otot siliari.Kontraksi dan relaksasi dari otot ciliary mengontrol

bentuk lensa.

Lensa adalah unit kristal dan fleksibel yang terdiri dari lapisan jaringan tertutup dalam

kapsul. Konjungtiva adalah membran mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata yang

jelas dan menyebar dari permukaan anterior sclera hingga limbus. Hal ini memfasilitasi

pelumasan mata karena adanya mukus dan tear film. Sclera adalah selubung putih sekitar

bola mata dan disebut “bagian putih mata”, ni bertindak sebagai perisai utama untuk

melindungi organ internal. Sclera ini disandingkan dengan jaringan vaskular dikenal sebagai

koroid, yang terdapat di antara retina dan sclera.Koroid menyediakan nutrisi ke sel-sel

fotoreseptor di retina.

Retina adalah sensori multilayer,jaringan sensitif terhadap cahaya yang melapisi

bagian dalam mata, berisi jutaan fotoreseptor atau elemen fotosensitif yang menangkap

cahaya dan mengkonversinya menjadi impuls listrik. Impuls ini menjalar di sepanjang saraf

optik ke otak , di mana mereka diubah menjadi gambar. Humor vitreous adalah zat seperti

jelly atau matriks hidrogel, didistribusikan antara retina dan lensa.

Page 3: Drugs Route

Mata adalah struktur bola dengan dinding terdiri dari tiga lapisan; bagian terluar

sclera, bagian tengah lapisan koroid, ciliary tubuh dan iris dan bagian dalam saraf lapisan

jaringan retina. Sclera adalah lapisan berserat keras yang melindungi jaringan dalam pada

mata bagian putih kecuali area transparan pada bagian depan dan kornea memungkinkan

cahaya untuk masuk ke mata. Lapisan koroid, terletak di sclera, mengandung banyak

pembuluh darah yang dimodifikasi pada depan mata sebagai iris berpigmen bagian berwarna

dari mata (biru, hijau, coklat, cokelat, atau abu-abu).

1. Struktur kornea

Kornea terletak pada bagian depan mata yang menyampaikan gambar ke bagian

belakang sistem saraf. Kornea dewasa memiliki radius sekitar 7-8mm yang mencakup sekitar

seperenam dari total luas permukaan bola mata yang merupakan jaringan pembuluh darah

yang menyediakan nutrisi dan oksigen yang dipasok melalui cairan lakrimal dan cairan hmor

dan juga dari pembuluh darah yang terletak diantara kornea dan sklera.

Kornea terdiri dari 5 lapisan, yaitu epitel, bowman, stroma, membran descemet, dan

endotelium, yang merupakan jalur utama permeasi obat pada mata.Epitel terbuat dari 5

hingga lapisan sel. Epitel skuamosa (5-6 lapisan sel) dengan ketebalan sekitar 50-100 μm dan

waktu turnover sekitar satu lapisan sel setiap hari.Sel-sel basal dikemas dengan tight junction

untuk membentuk tidak hanh ya penghalang yang efektif untuk partikel debu dan kebanyakan

mikroorganisme, dan juga untuk penyerapan obat.jalur transelular atau paracellular adalah

jalur utama untuk absorbsi obat di epitel kornea. Obat lipofilik memilih rute transelular

sedangkan yang hidrofilik memilih jalur paracellular untuk penetrasi (difusi pasif atau difusi

melalui intraseluler pada sel).Membran Bowman adalah lembar homogen acellular dengan

tebal 8 – 14 μm yang terletak di antara membran basal epitel dan stroma.Stroma, atau

substania propria, mengandung air sekitar 85% dan sekitar 200-250 lamellae kolagen.

2. Konjungtiva

Konjungtiva melindungi mata dan juga terlibat dalam pembentukan dan pemeliharaan

precorneal tear film. Konjungtiva adalah membran transparan tipis terletak pada permukaan

bagian dalam kelopak mata.Molekul-molekul sampai 20.000 Da bisa menyeberangi

conjuctiva, sementara kornea membatasi masuknya molekul yang berukuran lebih besar dari

5000 Da.

Page 4: Drugs Route

a. Sistem drainase nasolacrimal

Sistem drainase Nasolachrymal terdiri dari tiga bagian; sistem sekresi, sistem

distributif dan sistem ekskresi.Bagian sekresi terdiri dari kelenjar lakrimal yang

mensekresikan air mata, menyebar di permukaan okular oleh kelopak mata dengan adanya

kedipan.Sistem sekresi dirangsang oleh kedipan dan perubahan suhu karena adanya evaporasi

air mata dan refluks secretors yang memiliki saraf parasimpatis eferen yang kemudian

disekresikan sebagai respon pengaruh emosional, misalnya keadaan menangis.Sistem

distributif terdiri dari kelopak mata dan meniskus air mata yang menyebarkan air mata di atas

permukaan okular dengan berkedip, sehingga mencegah kering pada mata.Bagian ekskretoris

dari sistem drainase Nasolachrymal terdiri dari puncta lakrimal, bagian superior, bagian

inferior dan kanalikuli; kantung air mata, dan saluran nasochrymal.Pada manusia, dua puncta

adalah bukaan dari kanikuli lakrimal yang terletak di tempat yang tinggi dikenal sebagai

papilla lakrimal.Air mata dalam jumlah besar akan terabsorbsi oleh mebran mukosa, dan

hanya sebagian yang mencapai rongga hidung.

♦ Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata

Kelopak mata atau sering disebut palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata

dari trauma, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan

kornea. Kelopak mata merupakan pelindung mata yang paling baik dengan membasahi mata

dan melakukan penutupan mata bila terjadi rangsangan dari luar. Kelopak mempunyai lapis

kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus

yang disebut konjungtiva tarsal. Pada kelopak mata terdapat beberapa bagian antara lain;

Page 5: Drugs Route

kelenjar sebasea, kelenjar keringat atau kelenjar Moll, kelenjar zeis pada pangkal rambut bulu

mata, serta kelenjar Meibom pada tarsus. Kelopak mata bisa terjadi kelainan yaitu

lagoftalmos (mata tidak menutup bola mata), ptosis (kelopak mata tidak bisa dibuka).

♦ Anatomi dan Fisiologi Sistem Lakrimalis

Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola mata. Sistem

ekskresi mulai pada pungtum lakrimalis, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal yang terletak di

bagian depan rongga orbita, air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga

hidung di dalam meatus inferior.

♦ Anatomi dan Fisiologi Konjugtiva

Konjungtiva atau selaput lendir mata adalah membran yang menutupi sklera dan

kelopak bagian belakang.Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang bersifat membasahi

bola mata terutama kornea dihasilkan oleh sel Goblet.Terdapat tiga bagian konjungtiva yaitu;

konjungtiva tarsal yang menutup tarsus, konjungtiva bulbi membungkus bulbi okuli serta

menutupi sklera, dan konjungtiva forniks sebagai tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan

konjungtiva bulbi.

♦ Anatomi dan Fisiologi Bola Mata

Page 6: Drugs Route

a. Sklera

Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata

serta bagian putih pada bola mata yang bersama kornea sebagai pembungkus dan

pelindung isi bola mata.Kekakuan tertentu pada sklera mempengaruhi tekanan bola mata.

b. Kornea

Merupakan selaput bening mata dan bagian terdepan dari sklera yang bersifat

transparan sehingga memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.Kornea berperan

meneruskan dan memfokuskan cahaya ke dalam bola mata.Pembiasan terkuat dilakukan

oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan

oleh kornea. Kornea terdiri dari beberapa lapis jaringan yang menutup bola mata bagian

depan yaitu epitel, membran bowman, stroma, membran descement dan endotel. Saraf

sensoris yang mempersarafi kornea yaitu saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V

saraf siliar longus berjalan suprakoroid yang masuk ke dalam stroma kornea menembus

membran Bowman dan melepaskan selubung Schwannya.

c. Bilik-bilik dalam mata

Bola mata mempunyai 2 bilik yaitu, bilik mata depan yang merupakan ruangan

dibatasi oleh kornea, iris, lensa dan pupil serta berisi humor aquos yang membawa

makanan untuk jaringan mata sebelah depan. Kemudian bilik mata belakang yang paling

sempit pada mata.

d. Humor Aquos

Humor aquos atau cairan mata merupakan bagian dari mata yang dihasilkan oleh

badan siliar masuk ke bilik mata melalui pupil serta berfungsi memberikan makanan dan

oksigen untuk mempertahankan kornea dan lensa.

e. Uvea

Uvea merupakan lapis vaskuler di dalam bola mata yang banyak mengandung

pembuluh darah yaitu ; iris, badan siliar, koroid. Iris atau selaput pelangi mempunyai

kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar ke dalam bola mata.Badan siliar

mengandung otot untuk melakukan akomodasi sehingga lensa dapat mencembung dan

merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai sistem ekskresi di belakang

limbus.Koroid itu sendiri lapis tengah pembungkus bola mata yang banyak mengandung

pembuluh darah dan memberikan makan lapis luar retina.

Page 7: Drugs Route

f. Pupil

Pupil pada anak-anak pupil berukuran kecil karena belum berkembangnya saraf

simpatis.Orang dewasa ukuran pupil sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa

silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis.Pada waktu tidur pupil mengalami

pengecilan akibat dari berkurangnya rangsangan simpatis dan kurang rangsangan

hambatan miosis.Mengecilnya pupil berfungsi untuk mencegah aberasi kromatis pada

akomodasi.

g. Retina

Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor dan

akan meneruskan rangsangan cahaya yang diterimanya berupa bayangan. Dalam retina

terdapat makula lutea atau bintik kuning yang merupakan bagian kecil dari retina dan area

sensitif paling rentan pada siang hari.

♦ Saraf yang ada di mata

1) Saraf optikus, membawa gel. Saraf yang dihasilkan didalam retina ke otak.

2) Saraf Lakrimalis, merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata.

3) Saraf lainnya, menghantarkan sensasi ke bag. Mata yang lain dan mrangsang otot

pada tulang orbita.

♦ Pembuluh darah yang melewati bagian mata

Arteri opthalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata

kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena opthalmika dan vena retinalis.

Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang. Arteri inilah juga yang

akan menyalurkan darah ke cabang arteri lainnya :

1. Arteri retina sentralis,

2. Arteri lakrimalis,

3. Arteri siliaris posterior longa dan brevis, atau

4. Arteri palpebralis.

Page 8: Drugs Route

♦ Karakteristik Organ Mata

Kornea tidak mempunyai pembuluh darah tetapi banyak mengandung akan ujung

saraf. Ketika sediaan topikal diberikan untuk mata, akan terpapar pertama kali oleh kornea

dan konjungtiva, mewakili hambatan utama untuk penetrasi obat. Epitelium dan endotelium

dari kornea banyak mengandung lipid, sehingga menjadi penghalang untuk senyawa yang

larut dalam air. Stroma adalah lapisan hidrofilik mengandung 70% sampai 80% air, menjadi

penghalang untuk senyawa yang tidak larut dalam air. Sklera mengandung banyak

pembuluh darah yang mensuplai darah ke jaringan anterior pada mata. Konjungtiva dan

permukaan kornea dilumasi oleh sebuah lapisan cairan yang disekresikan oleh kelenjar air

mata dan konjungtiva. Kelenjar lakrimal menghasilkan cairan yang disebut dengan air mata.

Kelenjar sebaceous menghasilkan cairan berminyak yang akan tersebar dilapisan mata.

2.2. Patofisiologis

1) Konjungtivitis

Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan

pembengkakan dan eksudat.Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga sering

disebut mata merah.

Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan

faktor lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan

mata dari substansi luar.Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi

infeksi, mukus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap

menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi

antimikroba termasuk lisozim.Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada

epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi

epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva

( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan folikel ). Sel –sel

radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan.Sel – sel ini

kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat

konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.

Page 9: Drugs Route

Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh –

pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata

pada forniks dan mengurang ke arah limbus.Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya

didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda

asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal.Sensasi ini merangsang sekresi air

mata.Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan

menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan silier

berarti kornea  terken

Etiologi

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti:

- infeksi oleh virus atau bakteri.

- reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.

- iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultravioletdari las

listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.

- pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa

menyebabkan konjungtivitis

Manifestasi klinis

- Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.

- Produksi air mata berlebihan (epifora).

- Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan

menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva

bagian atas.

- Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi

nonspesifik peradangan.

- Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.

- Perbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).

- Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).

- Nyeri dan terjadi gangguan tidur.

Komplikasi

Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan

kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa

komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:

- Glaucoma

- Katarak

Page 10: Drugs Route

- Ablasi retina

- Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari

blefaritis sepertiekstropin, trikiasis

- Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea

- Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah

bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat

mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta

- Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat

mengganggu penglihatan.

2) Blefaritis

Blefaritis adalah inflamasi batas kelopak mata dan margo palpebra yang umum

dan sering disertai konjungtifitis atau keratitis. Blefaritis adalah peradangan bilateral

subakut atau menahun pada tepi kelopak mata (margo palpebra). Ciri khasnya bersifat

remisi dan eksaserbasi.Biasanya, blefaritis terjadi ketika kelenjar minyak di tempat

tumbuhnya bulu mata mengalami gangguan. Ketika kelenjar minyak ini terganggu,

akan terjadi pertumbuhan bakteri yang melebihi biasanya, menyebabkan peradangan

kelopak mata.

Blefaritis terjadi dimulai dari invasi jamur pitirusporum (b.seboreik) ,

stafilokokus (b.ulseratif)  di area kelopak mata dan adanya kelainan metabolic

(b.seboreik) pada sekitar kelopak mata yang merusak system imun dan menginfeksi

kelopak mata. Akibatnya pada blefaritis seboreik terjadi pelepasan lapisan tanduk di

kulit dan daerah kelopak mata, gangguan folikel rambut menyebabkan bulu mata

cepat jatuh dan terjadi trikiasis menggesek kornea menyebabkan gangguan kornea.

Sedangkan pada blefaritis ulseratif terjadi hyperemia, pelepasan krusta berwarna

kuning kering terasa gatal, destruksi folikel rambut yang menyebabkan bulu mata

cepat jatuh dan tidak diganti dengan yang baru, dapat pula menyebabkan gangguan

pada kornea, serta terbentuk ulkus kecil-kecil yang mudah berdarah

Etiologi

Blefaritis ulseratif disebabakan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus atau

stafilikokus epidermidis (Istiqomah, 2004). Blefaritis seboreik/skuamosa (non

ulseratif) merupakan peradangan tepi kelopak mata terutama mengenai kelenjar

kulit di daerah akar bulu mata  dan sering terdapat pada orang yang memiliki kulit

berminyak. Penyebabnya adalah kelainan metabolic atau jamur yang kadang-

Page 11: Drugs Route

kadang pada penderita dengan higiene yang buruk akan dapat bersarang tuma atau

kutu pada pangkal silia di daerah margo palpebra. (Tamsuri Anas, 2010).Blefaritis

dapat disebabkan infeksi staphylococcus, dermatitis seboroik, gangguan kelenjar

meibom, atau gabungan dari ketiganya. Blefaritis anterior biasanya disebabkan

karena infeksi staphylococcus atau dermatitis seboroik yang menyerang bulu mata.

Pada infeksi staphylococcus aureus, didapatkan pada 50% pada pasien yang

menderita blefaritis, tapi hanya 10% orang yang tidak memberikan gejala blefaritis

namun ditemukan bakteri staphylococcus. Infeksi staphylococcus epidermidis,

didapatkan sekitar 95% pasien.blefarits seboroik serupa dengan dermatitis

seboroik, dan posterior blefaritis (meibomian blefaritis) disebabkan gangguan kerja

kelenjar meibom. Kelenjar meibom yang ada sepanjang batas kelopak mata,

dibelakang batas bulu mata, kelenjar ini menghasilkan minyak ke kornea dan

konjungtiva. Kelenjar ini disekresikan dari lapisan luar air mata, yang bisa

menghambat penguapan air mata, dan membuat permukaan mata menjadi tetap

halus, dan membantu menjaga struktur dan keadaan mata. Sekresi protein pada

pasien yang menderita kelainan kelenjar meibom berbeda komposisi dan kuantitas

dari orang dengan mata normal. Ini menjelaskan kenapa pada pasien dengan

kelainan kelenjar meibom jarang menderita sindrom mata kering. Kelenjar meibom

berasal dari glandula sebasea.

Blefaritis karena staphylococcus.Dermatitis seboroik dan rosesea keduanya

mempengaruhi glandula sebassea. Pada dermatitis seboroik, glandula sebasea

memproduksi secret berlebihan. Sedangkan pada rosea glandula sebasea dihambat

dan sekresi ke kulit. Ini menjelaskan hubungan ganguan kelenjar meibom dengan

dermatitis seboroik dan rosea.

Manifestasi klinis

Gejala blefaritis berupa rontok bulu mata, gejalanya yaitu :

- Blefaritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk sisik

dan keropeng atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata.

- Blefaritis bisa menyebabkan penderita merasa ada sesuatu di matanya. Mata

dan kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah. Bisa terjadi

pembengkakan kelopak mata dan beberapa helai bulu mata rontok.

- Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang.

Bisa terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak mata; jika

Page 12: Drugs Route

keropeng dilepaskan, bisa terjadi perdarahan. Selama tidur, sekresi mata

mengering sehingga ketika bangun kelopak mata sukar dibuka.

- Tanda : Skuama pada tepi kelopak, jumlah bulu mata berkurang, obstruksi dan

sumbatan duktus meibom, sekresi Meibom keruh, injeksi pada tepi kelopak,

abnormalitas film air mata.

2.3. Proses Absorbsi di Jaringan

Absorbsi pemakaian obat pada mata, sejauh obat harus menembus bagian dalam mata,

baik struktur lipofil maupun struktur hidrofil harus ditembusi. Epitel kornea dan endotel

kornea berfungsi sebagai pembatas lipofil, sedangkan hanya zat-zat hidrofil yang dapat

berdifusi melalui stroma. Dengan demikian kondisi penembusan akan sangat menguntungkan

untuk obat apabila obat tersebut menunjukkan sifat lipofil dan hidrofil bersama-sama.

Terutama pada asam lemah dan basa lemah yang sebagian dalam bentuk tak terionisasi

sehingga bersifat larut dalam lemak dan sebagian dalam bentuk terionisasi sehingga bersifat

larut dalam air.

Dibandingkan dengan pemberian obat rute yang lain,penghantaran obat melalui mata

harus mengatasi tantangan penting yang ditimbulkan oleh berbagai hambatan okular. Banyak

hambatan yang terkait dengan anatomi dan fisiologi mata membuatnya menjadi tantangan

untuk memberikan dosis yang tepat pada tempat yang sesuai. Kemajuan yang signifikan telah

dibuat untuk mengoptimalkan penghantaran obat yang terlokalisasi pada mata, sehingga rute

yang sekarang terkait dengan teknik pemberian obat yang sangat canggih. Beberapa teknologi

ini unik untuk mata dan banyak juga ditemukan di rute pengiriman lainnya. Bioavailabilitas

sistem pengiriman obat mata tradisional seperti tetes mata sangat buruk karena mata

dilindungi oleh serangkaian mekanisme pertahanan yang kompleks yang membuatnya sulit

untuk mencapai konsentrasi obat yang efektif dalam area target mata. Anatomi dan fisiologi

mata adalah salah satu sistem yang paling kompleks dan unik dalam tubuh manusia.

Lachrymasi, drainase efektif oleh sistem nasolakrimalis, bagian dalam dan luar barrier blood

retinal, impermeabilitas kornea, dan ketidakmampuan struktur non-kornea lainnya untuk

menyerap Senyawa membuat mata sangat tahan terhadap zat-zat asing. Meskipun hambatan-

hambatan ini membuat mata terlindungi dari invasi senyawa asing, patogen dan partikulat

yang membahayakan mata, tapi dilain hal ini merupakan tantangan untuk sistem

penghantaranobat melalui mata.

Obat yang menembus ke konjunctiva mata sebagian akan dipindahkan oleh cairan

mengalir melalui konjunctival, darah, dan system limfatik, sclera berserat. Molekul obat yang

Page 13: Drugs Route

dapat melewati sclera hanya sedikit, bagian lain dari obat akan ditaik oleh pasokan vascular

tubuh ciliary dan iris.

♦ Pengobatan Lokal

1. Tetes mata

Efek terapeutik topikal pada mata dipengaruhi oleh sifat kornea sebagai sawar

terhadap penetrasi obat topikal ke dalam mata, sehingga daya tembus obat topikal

akan tergantung pada:

- Konsentrasi dan frekuensi pemberian

Makin tinggi konsentrasi obat dan makin sering frekuensi pemakaiannya,

maka makin tinggi pula efek obatnya.

- Jenis obat

Peradangan pada kornea bagian dalam dan uveitis diberikan preparat

dexametason, betametason dan prednisolon karena penetrasi intra okular baik,

sedangkan preparat medryson, fluorometolon dan hidrokortison hanya dipakai pada

peradangan pada palpebra, konjungtiva dan kornea superfisial.

- Jenis pelarut yang dipakai

Kornea terdiri dari 3 lapisan yang berperan pada penetrasi obat topikal mata

yaitu, epitel yang terdiri dari 5 lapis sel, stroma, endotel yang terdiri dari selapis sel.

Lapisan epitel dan endotel lebih mudah ditembus oleh obat yang mudah larut dalam

lemak sedangkan stroma akan lebih mudah ditembus oleh obat yang larut dalam air.

Maka secara ideal obat dengan daya tembus kornea yang baik harus dapat larut dalam

lemak maupun air (biphasic). Obat-obat kortikosteroid topikal dalam larutan alkohol

dan asetat bersifat biphasic.

- Bentuk larutan

Kortikosteroid tetes mata dapat berbentuk solutio dan suspensi. Keuntungan

bentuk suspensi adalah penetrasi intra okular lebih baik daripada bentuk solutio

karena bersifat biphasic, tapi kerugiannya bentuk suspensi ini memerlukan

pengocokan terlebih dahulu sebelum dipakai.

Pemakaian steroid tetes mata akan mengakibatkan komplikasi seperti: Glaukoma,

katarak, penebalan kornea, aktivasi infeksi, midriasis pupil, pseudoptosis dan lain-

lain.

Page 14: Drugs Route

2. Injeksi periokular

Dapat diberikan dalam bentuk long acting berupa depo maupun bentuk short acting

berupa solutio. Keuntungan injeksi peri-okular pada kasus peradangan mata adalah

dicapainya efek anti peradangan secara maksimal di mata dengan efek samping

sistemik yang minimal.

Indikasi injeksi peri-okular adalah :

Apabila pasien tidak responsif terhadap pengobatan tetes mata, maka injeksi peri-

okular dapat dianjurkan.

Uveitis unilateral.

Pre operasi pada pasien yang akan dilakukan operasi mata.

Anak-anak.

Komplikasi edema sistoid makula pada pars planitis.

Penyuntikan steroid peri-okular merupakan kontra indikasi pada uveitis infeksi

(toxoplasmosis) dan skleritis.

Lokasi injeksi peri-okular :

1) Sub-konjungtiva dan sub-tenon anterior

Pemakaian sub-konjungtiva/sub-tenon steroid repository (triamcinolone

acetonide 40 mg, atau. methyl prednisolone acetate 20 mg) efektif pada peradangan

kronis segmen anterior bola mata. Keuntungan injeksi sub-konjungtiva dan sub-tenon

adalah dapat mencapai dosis efektif dalam 1 kali pemberian pada jaringan intraokular

selama 2–4 minggu sehingga tidak membutuhkan pemberian obat yang berkali-kali

seperti pemberian topikal tetes mata. Untuk kasus uveitis anterior berat dapat dipakai

dexametason 2–4 mg.

2) Injeksi sub-tenon posterior dan retro-bulbar

Cara ini dipergunakan pada peradangan segmen posterior (sklera, koroid,

retina dan saraf optik).

Komplikasi injeksi peri-okular :

- Perforasi bola mata.

- Injeksi yang berulang menyebabkan proptosis, fibrosis otot ektra okular dan

katarak sub-kapsular posterior.

Page 15: Drugs Route

- Glaukoma yang persisten terhadap pengobatan, terutama dalam bentuk Depo di

mana dibutuhkan tindakan bedah untuk mengangkat steroid tersebut dari bola

mata.

- Astrofi lemak sub-dermal pada teknik injeksi via palpebra.

♦ Mekanisme umum perpindahan obat melalui kornea mata

1. Tingkat Organ

Rate-limiting membrane untuk kebanyakkan obat adalah epithelium kornea

yang beraksi ganda sebagai penghalang (barrier) untuk penetrasi dan sebagai reservoir

untuk obat. The rate-limiting barrier untuk kebanyakan obat tampaknya berada pada

lapisan dua sel bagian atas dari epithelium. Stroma adalah rate-limiting untuk obat-obat

yang sangat larut lemak.

2. Tingkat Sel

Molekul-molekul kecil, contohnya seperti : air, metanol, etanol, propanol, dan

butanol, mudah melintasi kornea diasumsikan melalui pori-pori berair. Konstanta

permeabilitas mereka sangat besar. Senyawa larut air melintasi kornea melalui rute

paraselular. Konstanta permeabilitas adalah konstanta partisi paling kecil. Peptida, ion-

ion, dan senyawa muatan lainnya tampaknya berpenetrasi ke kornea melalui rute

paraselular. Zat-zat yang memiliki kelarutan ganda lebih mudah melintasi kornea. Zat-zat

larut lemak mudah melewati membran selular yang membatasi. Mereka tidak bisa

berpenetrasi dalam proporsi konsentrasi mereka

2.4. Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Hayati

1. Faktor Fisiologi

Hilangnya obat dari area precorneal adalah efek dari drainase sekresi air mata,

absorpsi non-korneal, dan kecepatan proses absorpsi korneal. Secara kolektif

Page 16: Drugs Route

proses ini menyebabkan waktu kontak kornea yang khas sekitar 2-4 menit pada

manusia, untuk memberikan larutan dan bioavailbilitas ocular kurang dari 10%

a. Faktor Prekorneal

Faktor prekorneal yang menyebabkan hilangnya obat adalah :

- Pergantian air mata yang normal

Air mata mencuci dengan kecepatan kira-kira 16% permenit, kecuali

selama periode tidur atau selama anastesi. Volume normal air mata hanya 7

mikroliter, jadi obat yang menghilang besar.

- Drainase larutan yang diberikan

Area prekorneal bisa menampung kira-kira 30 mikroliter, termasuk air mata

pada saat mata tidak berkedip. Volume berkurang menjadi 10 mikroliter

ketika mata berkedip. Oleh karena itu, kelebihan volume yang diberikan

baik tumpahan atau kecepatan saluran dari mata ke saluran nasokrimal

dengan absorpsi ke dalam sirkulasi sistemik. Drainase dari larutan yang

diberikan jauh dari mata adalah penyebab hilangnya obat dan karenanya

mempengaruhi aktivitas biologis obat pada mata. Kecepatan drainase

berhubungan dengan volume larutan obat yang diberikan dan peningkatan

seiring dengan meningkatnya volume. Kecepatan drainase dari volume

yang diberikan meningkatkan kecepatan sebanding dengan volume cairan

pada mata lebih dari volume normal lakrimal. Kecepatan drainase 100 kali

lebih cepat dari kecepatan absorpsi.

- Pengikatan protein

Air mata umumnya mengandung 0.7% protein dan level protein meningkat

dengan adanya infeksi atau inflamasi. Tidak seperti darah, dimana

Page 17: Drugs Route

kompleks protein-obat berlanjut ke sirkulasi, air mata digantikan secara

cepat jadi memindahkan kedua bentuk bebas dan terikat dari obat.

- Absorpsi obat tidak produktif

Setelah pemberian, obat diabsorpsi ke dalam kornea dan konjungtiva. Luas

area konjungtiva 17 kali dari luas kornea dengan 2-30 kali permeabilitas

yang lebih besar terhadap banyak obat. Semua jaringan absorpsi yang lain

dirasakan sebagai kehilangan yang tidak produktif ketika target jaringan

adalah bagian dalam mata.

b. Faktor Membran

Faktor membran termasuk area yang tersedia untuk absorpsi, ketebalan,

porosity, dan tortuosity (sifat berliku-liku) kornea dan kesimbangan

lipofilik/hidrofilik. Kornea terdiri dari tiga lapisan yaitu epithelium, stroma,

dan endothelium.

- Epithelium

Studi permeabilitas pada kornea mengindikasikan lapisan paling luar dari

epithelium sebagai yang menentukan penilaian utama barrier (penghalang)

untuk penetrasi untuk obat larut air dan larut lemak. Karena epithelium

larut lemak, porositas yang rendah dan secara relatif tortuositas dan

ketebalan tinggi, penetrasi obat yang cepat harus memiliki koefisien

partisi lebih dari 1 untuk mencapai kecepatan penetrasi. Walaupun

epithelium dan endothelium adalah lipofilik, pengukuran permeabilitas air

dari tiap lapisan mengindikasikan endothelium lebih permeable 2.7 kali

dari epithelium (Malhorta and Majumdar, 2001).

- Endhothelium

Page 18: Drugs Route

Penetrasi non elektrolit melalui endothelium terjadi secara utama melalui

ruang intraseluler.

- Stroma

Stroma pada dasarnya merupakan aseluler, hidrofilik, porositas tinggi, dan

tortuosity yang rendah tapi karena ini merupakan 90% dari ketebalan

kornea, stroma signifikan pada kontribusi keseuruhan terhadap resistensi.

Epithelium sebagai penentu penilaian barrier untuk senyawa hidrofilik dan

stroma untuk senyawa lipofilik. Ketika nilai absolut dibandingkan

senyawa lipofilik ditemukan memiliki koefisien permeabilitas yang lebih

besar.

Penetrasi kornea dapat ditingkatkan dengan cara :

- Penyesuaian keasaman sehingga pH sediaan memungkinkan untuk menghasilkan

partikel tidak terionisasi secara optimal.

- Penggabungan peningkat absorbansi ke dalam komposisi sediaan.

- Produksi prodrug atau pasangan ion.

Karena dual kemampuan untuk mengakhiri aktivitas farmakologi obat inheren

aktif dan untuk mengubah obat aktif untuk menjadi gugus aktif mereka, metabolisme

obat di mata merupakan aspek aksi obat yang penting. Obat yang mengalami

degradasi secara oksidasi atau reduksi sedikit dimetabolisme di mata dibandingkan

dengan obat yang didegradasi secara hidrolisis.

2. Faktor Fisiokimia

Faktor fisiokimia adalah penentu terbesar untuk difusi pasif melintasi kornea.

a. Koefisien partisi

Page 19: Drugs Route

Koefisien partisi adalah parameter untuk menentukan status yang cepat dari

potensi penetrasi obat ke membran biologis yang berbeda. Korelasi hubungan

koefisien partisi dengan permeabilitas membantu untuk mendesain obat-obat

opthalmik yang permeabilitasnya optimal. Obat yang hdirofilik (log koefisien

partisi < 0), epithelium memberikan persentase yang besae dari resistensi ke

penetrasi kornea. Untuk obat lipofilik dengan log koefisien partisi 1.6-2.5,

stroma berkontribusi dengan persentase yang signifikan terhadap resistensi.

Keseimbangan lipofilik/hidrofilik yang optimal pada struktur molekul dari

penetrant harus dicapai untuk menghasilkan efek penetrasi yang cepat melalui

barrier lipofilik dan hidrofilik di kornea.

b. Kelarutan

Kecepatan penetrasi maksimum dicapai oleh permeating obat ke kornea adalah

faktor multiplikatif dari koefisien permeabilitas dan kelarutan air mata. Jika

kelarutan obat rendah, konsentrasinya pada lapisan air mata perkorneal

mungkin dibatasi dan oleh karena itu kecepatan absorpsi mungkin tidak cukup

tinggi untuk mencapai konsentrasi yang adekuat untuk aktivitas terapetik.

c. Konstanta Ionisasi

pKa dari obat-obat yang dapat terionisasi adalah faktor penting pada penetrasi

korneal. Derajat ionisasi mempengaruhi luas difusi yang melewati membran.

Banyak obat-obatan adalah asam dan basa lemah dan oleh karena itu sebagian

terionisasi pada pH fisiologis. Rata-rata pH air mata adalah 7.2 dan pKa dari

obat sekitar 1 atau 2 dari nilai tersebut, penetrasi kornea akan lebih karena

proporsi yang besar dari dosis yang diadministrasikan akan dalam bentuk tidak

terionisasi. Bentuk ionisasi dari obat sedikit larut lemak, jika fraksi ini terlalu

Page 20: Drugs Route

besar, kecepatan penetrasi kornea mungkin tidak cukup untuk menghasilkan

efek terapeutik pada mata.

d. Berat Molekul

Berat molekul berhubungan dengan kekuatan difusional aktif selama permeasi

korneal. Untuk molekul kecil, koefisien difusi berhubungan terbalik dengan

akar kuadrat dari berat molekul. Molekul besar, koefisien difusi berhubungan

terbalik dengan akar pangkat tiga dari berat molekul. Perubahan berat molekul

menunjukkan hubungan terbalik terhadap permeabilitas.

e. Pengikatan Melanin

Kehadiran melanin dapat mengubah disposisi obat mata. Interaksi dengan

pigmen ini dapat mengubah ketersediaan obat bebas di tempat yang

ditargetkan. Sehingga pengikatan melanin akan menurunkan aktivitas

farmakologis. Melanin dalam jaringan okular terdapat pada uvea dan RPE.

Melanin mengikat radikal bebas dan obat dengan elektrostatik dan ikatan

vander waals atau dengan transfer muatan sederhana. Dapat disimpulkan

bahwa semua obat lipofilik mengikat melanin. Obat yang terikat dengan

melanin biasanya tidak bisa berikatan dengan reseptor sehingga memerlukan

pemberian dosis yang lebih besar. Keberadaan melanin dalam koroid dan RPE

mempengaruhi tingkat penyerapan obat ke dalam retina dan vitreous

transscleral atau pemberian obat sistemik.

2.5. Faktor Formulasi

1. Konsentrasi

Peningkat penetrasi kornea bisa dicapai dengan peningkatan konsentrasi

larutan obat, untuk meningkatkan hasil terapi. Peningkatan konsentrasi akan

menghasilkan larutan yang hipertonis, yang berpotensi tidak nyaman dan bisa

Page 21: Drugs Route

menginduksi peningkatan lakrimasi yang bisa mempercepat kecepatan drainase dan

mengurang persentase absorpsi.

2. Tonisitas

Tonisitas adalah kemampuan larutan untuk memvariasikan ukuran dan bentuk

sel dengan mengubah jumlah air dalam sel. Tonisitas adalah istilah yang sering

dipertukarkan dengan osmolaritas dan osmolalitas. Sebenarnya, tonisitas

menggambarkan efek dari larutan terhadap volume sel. Larutan isotonik tidak

mempunyai efek terhadap volume sel, sedangkan larutan hipotonik dan hipertonik

akan meningkatkan dan menurunkan volume sel. Larutan dengan tekanan osmotic

lebih rendah daripada cairan tubu(0,9% larutan NaCl) disebut hipotonik. Sedangkan,

larutan dengan tekanan osmotik yang lebih besar dari cairan fisiologis disebut

hipertonik. Larutan hipertonik yang ditambahkan ke dalam system tubuh cendrung

akan menarik air dari jaringan tubuh dan membawanya ke dalam larutan, dalam usaha

mengencerkan dan membentuk keseimbangan konsentrasi. Suatu injeksi hipertonik

dapat menyebabkan sel darah menciut pada alirannya, pada mata larutan akan

menarik air menuju tempat dimana larutan tadi dikenakan. Sebaliknya, bila larutan

hipotonik mungkin menimbulkan hemolisis sel darah merah, atau lintasan air dari

tempat pemakaian obat mata melalui jaringan pada mata.

Batas-batas isotonisitas suatu larutan untuk mata berupa natrium klorida atau

ekuivalensinya berkisar antara 0,6-2,0% tanpa rasa tidak nyaman pada mata. NaCl

tidak dapat dipakai untuk membentuk tekanan osmotic dalam larutan. Asam borat

dengan konsentrasi 1,9% membentuk tekanan osmotic yang sama dengan yang

dibentuk oleh 0,9% NaCl. Semua zat terlarut dalam larutan untuk mata, melarut

termasuk bahan-bahan pembantu, bahan aktif dan penunjang tekanan osmotic dari

larutan. (Ansel,1989). Contoh larutan Isotonik : Atropin Sulfat, asam borat,

klorobutanol (hidrat), dan lainnya.

Page 22: Drugs Route

3. Surfaktan (Surface Active Agent)

Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik

dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan

minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena

sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan

air (hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian

polar molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini

yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air

dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada

fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun

terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah

merupakan rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik)

mengandung gugus hidroksil.

Page 23: Drugs Route

♦ Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan

yaitu: Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu

anion. Contohnya adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat, garam

sulfonat asam lemak rantai panjang.

♦ Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation.

Contohnya garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-dimethil ammonium

dan garam alkil dimethil benzil ammonium.

♦ Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan.

Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa

asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono

alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida. Surfaktan amfoter yaitu

surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif.

Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain. Sediaan

optalmik menggunakan surfaktan nonionic.

♦ Surfaktan ionic

Lebih banyak dipilih karena resiko toksiknya rendah. Jumlah surfaktan yang

digunakan dalam formulasi harus ditentukan dengan baik karena jika jumlahnya

terlalu banyak akan menyebabkan iritasi, akan terjadi foming selama proses

manufaktur dan saat produk dikocok, dan terjadi interaksi dengan eksipien lain.

Contoh: ester gliserin asam lemak, ester sorbiton asam lemak, ester sukrosa asam

lemak. Penambahan surfaktan dalam formula akan menambah kecepatan

pelarutan bahan obatnya. Sifat dari surfaktan adalah menambah kelarutan

senyawa organic dalam system berair, hal ini dikarenakan adanya efek

pembahasan dan solubilisasi senyawa dalam misel dari surfaktan.

Faktor yang mempengaruhi efektivitas surfaktan dalam membantu pelarutan obat

dalam media air :

- Struktur surfaktan : makin besar bagian hidrofobik dari surfaktan , maka makin

besar pengaruhnya tehadap kelarutan obat dalam air

- Suhu : pelarutan meningkat dengan kenaikan suhu

- Elektrolit

- Senyawa organik

Page 24: Drugs Route

4. Ukuran partikel

Peningkatan ukuran partikel pada suspensions ophthalmic akan meningkatkan

bioavaibilitas. Kekurangan: pada ukuran partikel > 10 µm(diameter) menyebabkan

rasa tidak nyaman dan peningkatan sekresi air mata.

a. Mikroemulsi

Mikroemulsi adalah disperse air dan minyak yang difasilitasi oleh kombinasi

oleh surfaktan dan kosurfaktan dengan cara mengurangi tegangan antar muka.

Ditandai dengan stabilitas termodinamika yang tinggi, ukuran tetesan kecil(sekitar

100nm) dan penampilan yang jelas. Penampilan transaparan, ukuran berkisar dari

100-1000 angstrom. Dimanfaatkan untuk meningkatkan peresapan dikornea.

Formulasi ini memberikan pelepasan obat diperpanjang sehingga mengurangi

frekuensi pemberian obat.

b. Nanosuspensi

Didefinisikan sebagai koloid submicron yang kelarutannya buruk tergantung

dari media dispersi dan dapat distabilkan oleh surfaktan. Nanosuspensi terdiri dari

pembawa koloid seperti resin polimer yang inert di alam. Di gunakan untuk

membantu meningkatkan kelarutan obat dan juga bioavaibilitasnya. Tidak seperti

mikroemulsi, nanosuspensi ini non iritasi.

c. Nanopartikel

Didefinisikan sebagai partikel dengan diameter kurang dari 1 µm terdiri dari

biodegradable atau non polimer terurai secara hayati, lipid, fosfolipid atau logam.

Penyerapan dan distribusi nanopartikel tergantung pada ukurannya.

5. Bentuk sediaan

a. Larutan

Larutan yang steril ditujukan untuk mata. Selain steril, preparat tersebut

memerlukan kewaspadaan seperti agen antimikroba, osmolaritas, buffer, viskositas,

dan kemasan yang tepat. Waktu kontak larutan ophtalmik topical meningkat dengan

formulasi viskositas hingga 20 cp (sentipose). Kenaikan lebih lanjut mengakibatkan

robek dan reflex berkedip untuk mendapatkan kembali viskositas asli dari cairan

lakrimal (1,05-5,97 cp). Poli sintesis, seperti polivinil alcohol(PVA), polivinil

pirolidon(PVP), polietilen glikol(PEG), asam poliakrilat(PAA) dan turunan selulosa

bisa digunakan sebagai peningkat viskositas karena kompatibilitas fisiologis dan sifat

fisikokimia yang memuaskan.

Page 25: Drugs Route

b. Suspensi Obat mata

Suspensi obat mata digunakan lebih sedikit daripada larutan. Suspensi

optalmik digunakan untuk meningkatkan waktu kontak kornea sehingga memberikan

kerja lepas lambat yang lebih lama. Suspensi di perlukan ketika bahan aktif tidak larut

dalam pembawa yang diinginkan atau tidak stabil dalam bentuk larutan. Suspensi obat

mata harus mempunyai cirri-ciri sterilitas yang sama yang dimiliki oleh larutan yaitu

terhadap pengawetan, isotonisitas, pendaparan, viskositas dan pengemasan. Suspensi

obat mata harus mempunyai kualitas sedemikian rupa, sehingga partikel yang

disuspensikan tidak menggumpal menjadi satu jika disimpan. Suspensi harus dikocok

sebelum dipakai dan partikel-partikelnya harus menyebar merata ke seluruh

pembawa. Suspensi untuk mata dikemas dalam wadah dengan jenis penetes yang

sama dengan yang dipakai pada larutan untuk mata.

Contoh : suspensi steril untuk mata Tetrasiklin HCl 1% dalam plastibase 50W dan

minyak mineral ringan, Suspensi untuk Mata Deksametason untuk permukaan mata

dari adrenokortikal steroid deksametason(0,1%), Suspensi steril untuk Mata

Prednisolon Asetat dan Sulfasetamid Natrium digunakan bila kombinasi zat

antiinflamasi dan antiinfeksi dianggap perlu.

c. Salep Mata

Dasar salep untuk salep mata harus tidak mengiritasi mata dan harus

memungkinkan difusi bahan obat ke seluruh mata yang dibasahi karena sekresi cairan

mata. Dasar salep harus bertitik lebur mendekati suhu tubuh. Contoh dasar salep mata

yaitu: sampuran dari petrolatum dan cairan petrolatum(minyak mineral). Keuntungan

utama suatu salep untuk mata adalah penambah waktu hubungan antara obat dengan

mata. Waktu kontak antara obat dengan mata, dua sampai empat kali lebih besar

dipakai salep dibandingkan jika dipakai larutan garam. Kekurangan adalah kaburnya

pandangan yang terjadi begitu dasar salep meleleh dan menyebar melalui lensa mata.

Contoh: salep Mata Atropin Sulfat, Salep Mata Kloramfenikol, salep Mata

Klortetrasiklin HCl, salep mata deksametason Na Fosfat, dan lainnya.

d. Emulsi

Umumnya dibuat dengan melarutkan atau mendispersikan bahan aktif ke

dalam fase minyak, menambah emulsifying yang cocok. Setiap fase biasanya

disterilkan sebelum atau selama pengisian ke wadah. Bentuk sediaan yang dihasilkan

harus mengandung tetesan minyak kecil dan seragam. Kelarutan air yang terbatas dari

zat obat adalah alasan untuk mengimbangkan emulsi mata. Zat obat ditambahkan ke

Page 26: Drugs Route

tahap di mana ia dapat larut pada awal proses manukatur, atau ditambahkan setelah

emulsi dibuat dengan proses disperse yang cocok.

e. Gel

Terdiri dari polimer mukoadhesif untuk mata. Polimer ini memperpanjang

waktu kontak obat dengan jaringan biologi sehingga meningkatkan bioavaibilitas

ocular. Polimer memainkan peran penting dalam kinetika pelepasan obat dari bentuk

sediaan.

Contoh: karboksimetilselulosa, karbopol, polycarbophil, dan natrium alginate.

f. Sisipan pada Mata (Ophthaalmic Inserts)

Suatu macam alat dengan system OCUSERT (Alza Pharmaceuticals). Unit

inserts dirancang supaya siap melepaskan jumlah obat yang telah ditetapkan dan

diperhitungkan sebelumnya, sehingga kemungkinan pengurangan pemakaian dosis

oleh sipasien, menjamin pengobatan waktu malam, dan menyajikan cara yang lebih

dapat di terima oleh pasien.

6. Sterilisasi dan Penggunaan Pengawet

Sediaan optalmik harus steril dan bila mungkin ditambahkan pengawet yang

cocok untuk menjamin sterilitas selama pemakaian. Larutan untuk mata yang

dimaksudkan untuk digunakan selama operasi atau pada mata yang terkena trauma,

umumnya tidak mengandung bahan pengawet, karena hal ini menyebabkan iritasi

pada jaringan di dalam mata. Larutan ini biasanya dikemas dalam wadah untuk dosis

tunggal dan semua larutan yang tidak dipakai harus dibuang.

Larutan untuk mata disterilkan dengan uap air mengalir dalam otoklaf. Metode

ini mahal, memakan waktu dan boros. Cara lain, yaitu metode saringan bakteri.

Saringan bakteri digunakan untuk menghindari pemakaian panas. Sterilisasi dengan

saringan bakteri tidak dapat menjamin seperti otoklaf. Sterilisasi dengan filtrasi ,

pembuatan larutan steril dengan melewatkan melalui syringe tetap dengan penyaring

mikroba(atas bantuan Millipore Corporation). Cara lain , yaitu Menambahkan zat

kimia obat untuk menghilangkan kuman yg dimasukkan kedalam air destilasi yg

mendidih atau botol pada air destilasi steril yg komersial atau larutan isotonik yg

mengandung garam atau dididihkan atau larutan baffer steril. Pengawet yang

digunakan harus kompatibel dengan zat aktif dan zat tambahan yang lain.

Page 27: Drugs Route

Jenis pengawet yang biasa digunakan: Klorbutanol 0,5% , Benzalkonium klorida

0,013%, Benzetonium klorida 0,01%, fenilmerkuri asetat 0,004%, fenilmerkuri nitrat

0,004%, timerosal 0,01%.

Syarat pengawet dalam sediaan optalmik:

Harus efektif

Tidak berinteraksi dengan bahan aktif atau bahan pembantu lainnya

Tidak iritan terhadap mata

Tidak toksik

7. Pendaparan (pH)

Dapar mungkin digunakan dalam suatu larutan untuk mata karena salah satu

atau semua alasan, yaitu: 1. untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien, 2. Untuk

menjamin kestabilan obat, 3. Untuk mengawasi aktivitas terapeutik bahan obat

(Ansel,1989). pH air mata normal 7,4 memiliki suatu kemampuan dapar. Pemakaian

suatu larutan yang mengandung obat pada mata merangsang aliran air mata mencoba

menetralkan setiap kelebihan ion hydrogen atau hidroksil yang dikenakan pada mata

bersama larutan.

Kebanyakan obat yang digunakan untuk mata seperti garam-garam alkaloid adalah

asam lemah dan kemampuan daparnya juga lemah. Kerja mendapar air mata mampu

menetralkan larutan untuk mata, dengan demikian dapat mencegah tanda-tanda

ketidaknyamanan. (Ansel,1989).

Beberapa obat seperti pilokarpin hidroklorida dan epineprin barbiturat sangat bersifat

asam dan melemahkan sapar dari cairan mata. Untuk kenyamanan, suatu larutan mata

harus mempunyai pH yang sama dengan pH cairan mata. USP menyediakan formula-

formula untuk pembuatan larutan dapar, yaitu: (Ansel,1989)

- Pembawa Asam Borat.

pH dibawah 5,0. Dibuat dengan melarutkan 1,9 gr asam borat ke dalam air yang

sukup untuk mendapatkan 100 mL larutan. Pembawa ini cocok untuk garam yang

larut dalam air dari zat obat: benoksinat, kokain, dibukain, fenilefrin, pilokarpin,

piperokain, prokain, proparakain, tetrakain, dan seng.

- Pembawa Fosfat Isotonik

Pembawa ini disesuaikan untuk tonisitas dan pH berkisar antara 5,9-8,0. Dibuat

dengan menggunakan dua larutan persediaan, satu mengandung 8,0 gr

Page 28: Drugs Route

mononatrium difosfat(NaHPO4)/ L dan lainnya mengandung 9,47 gr dinatrium

monofosfat(Na2HPO4)/L, sedangkan beratnya sebagai anhidrat.

8. Agen peningkat viskositas

Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau

fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan

untuk mengalir. Cairan yang mengalir cepat memiliki nilai viskositas kecil. Cairan

yang mengalir lambat, viskositasnya besar. Jadi viskositas tidak lain menentukan

kecepatan mengalirnya suatu cairan.

Agen peningkat viskositas digunakan untuk memperpanjang kontak waktu

mata, sehingga mengurangi tingkat pengeringan dan meningkatkan bioavaibilitas

obat. Manfaat lainnya dari bahan pengental yaitu efek pelumas. Untuk mengetahui

viskositas di uji dengan metode viskometer kapiler, metode rotasi Rheometer dan

viscometer rolling ball.

Untuk menaikkan viskositas ditambahkan metilselulosa sehingga menambah

efektivitas terapinya. Pada umumnya, meltilselulosa tipe 4000 cps viskositas

dipergunakan dalam konsentrasi 0,25%, dan tipe 25 cps pada konsentrasi 1%.

Hidroksipropil metilselulosa dan polivinil alcohol digunakan sebagai pengental pada

larutan untuk mata. Kadang-kadang larutan metilseluloasa 1% tanpa obat dipakai

sebagai pengganti air mata. Viskositas untuk sediaan mata berkisar 15-25 cp

(Ansel,1989).

Polimer sintesis peningkat viskositas:

Polivinilalkohol (PVA)

Polivinilpirolidin (PVP)

Polietilen glikol (PEG)

Asam poliakrilat (PAA)

9. Waktu kontak (tipe Eye Ophthalmic solution)

Waktu kontak - Kornea optimal pada viskositas formula 20(eP). Kenaikan

viskositas selanjutnya: Reflex mengeluarkan air mata dan berkedip untuk

mendapatkan kembali viskositas asli dari cairan lakrimal(1,05-5,97 ep).

Peningkatan viskositas yang sesuai akan meningkatkan waktu kontak,

bioavaibilitas tinggi dan dosis obat terpenuhi, efek obat lebih tahan lama, frekuensi

Page 29: Drugs Route

pemberian obat dapat direduksi, sehingga kenyamanan dalam pengobatan akan

tercapai.