DRAINASE Tambang Dea Friski

21
PROPOSAL TUGAS AKHIR KAJIAN TEKNIS SISTEM PENIRISAN PADA LOKASI PENAMBANGAN PT. NEWMONT NUSA TENGGARA Oleh : DEA FRISKI SARAGIH DBD 112 018 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

description

THIS ARTICLE MADE BY DEA FRISKIK

Transcript of DRAINASE Tambang Dea Friski

A

PROPOSAL TUGAS AKHIR

KAJIAN TEKNIS SISTEM PENIRISAN PADA LOKASI PENAMBANGAN

PT. NEWMONT NUSA TENGGARA

Oleh :DEA FRISKI SARAGIH DBD 112 018KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

2014BAB IPENDAHULUANI.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai curah hujan yang cukup tinggi. Pada industri pertambangan, tingginya curah hujan tersebut dapat menghambat kegiatan operasional penambangan. Untuk itu perlu adanya sistem penirisan pada lokasi penambangan.

Sebagai salah satu kegiatan penunjang yang dilakukan pada aktifitas penambangan, khususnya penambangan dengan metode open pit maka sistem penirisan harus memerlukan penanganan yang baik, sehingga kegiatan operasional penambangan yang telah direncanakan tidak terganggu yang pada akhirnya dapat mengurangi produksi.I.2 Perumusan Masalah

Untuk meningkatkan kondisi kerja yang nyaman dan mencegah terhambatnya proses produksi akibat sistem penirisan yang kurang baik, maka yang perlu dilakukan adalah :

1. Memperbaiki sistem saluran dan parit air yang ada.

2. Melakukan upaya untuk mencegah masuknya air ke dalam tambang.

3. Melakukan upaya mengeluarkan air yang masuk ke dalam tambang.

4. Mengkaji volume dan dimensi sumur penampungan, kolam pengendapan dan daerah tangkapan hujan.I.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Melakukan evaluasi teknis tentang sistem penirisan yang ada pada lokasi penambangan.

2. Meningkatkan dan memperbaiki kondisi kerja di lapangan.

3. Mengurangi hambatan-hambatan yang dapat ditimbulkan akibat sistem penirisan yang kurang baik, yang dapat mengurangi proses produksi.

BAB II

KAJIAN PUSTAKAII.1 Dasar Teori

Penirisan adalah suatu cara untuk mengeringkan atau mengeluarkan air yang terdapat atau menggenangi suatu daerah tertentu. Sedangkan penirisan tambang adalah upaya mencegah atau mengeluarkan air yang memasuki daerah tambang yang mengganggu aktifitas penambangan.Penanganan masalah air dalam tambang terbuka dapat dibedakan menjadi :

1. Mine drainage, yang merupakan upaya untuk mencegah masuk dan mengalirnya air ke lokasi penambangan. Hal ini umumnya dilakukan untuk penangan air tanah dan air yang berasal dari sumber air permukaan.

2. Mine Dewatering, yang merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah masuk ke tempat penggalian, terutama untuk penanganan air hujan.

Faktor-faktor Penting Dalam Sistem Penirisan

1. Curah Hujan

Adalah jumlah air hujan yang yang jatuh pada satuan luas, dinyatakan dalam 1mm 1 liter/m2. Sumber utama air permukaan pada suatu tambang terbuka adalah air hujan. Curah hujan yang relatif tinggi pada wilayah Indonesia berakibat pentingnya penanganan air hujan yang baik agar produktifitas tambang tidak menurun. Adapun rumus curah hujan secara umum adalah :

CH = I + ET + RO S

Dimana :

CH= curah hujan

I= infiltrasi

ET= evapotranpirasi

RO= limpasan permukaan

S= perubahan permukaan air tanah

Pengolahan data curah hujan dimaksudkan untuk mendapatkan data curah hujan yang siap pakai untuk suatu perencanaan sistem penirisan. Pengolahan data ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya adalah metode Gumbell, yaitu suatu metode yang didasarkan atas distribusi normal (distribusi harga ekstrim).

Gumbel beranggapan bahwa distribusi variabel-variabel hidrologis tidak terbatas, sehingga harus digunakan distribusi dari harga-harga yang terbesar (harga maksimal).

Beberapa perhitungan yang harus dilakukan, yaitu :

Analisa frekuensi untuk nilai ekstrim

Data yang diperoleh dari stasiun pengamatan curah hujan adalah besarnya curah hujan harian maksimal dalam setahun ( disebut Xi mm/ 24 jam ) selama N tahun pengamatan. Tujuan analisa frekuensi adalah untuk mendapatkan persamaan regresi dari data yang ada, yang merupakan nilai hujan harian ekstrim. Harga I menyatakan angka tahun pertama sampai dengan tahun ke N.

Persamaan regresinya adalah :

X = + dan adalah koefisien, dengan perhitungan :

= + Yn

= Dimana :

= standart deviasi dari data

n= standart deviasi yang diharapkan

= harga rata-rata curah hujan

= harga rata-rata yang diharapkan

Periode Ulang Hujan

Periode ulang hujan adalah periode (tahun) dimana suatu hujan dengan tinggi intensitas yang sama kemungkinan bisa terjadi lagi. Kemungkinan terjadinya adalah satu kali dalam batas periode (tahun) ulang yang ditetapkan.

Hubungan antara periode ulang hujan dengan faktor resiko :

Td = N ( - )

Dimana :

Td= periode ulang hujan (tahun)

N= umur penirisan

= faktor resiko, biasanya diambil sama dengan , artinya apabila terjadi kerusakan pada sistem penirisan tidak sampai membahayakan.

Setelah diperoleh data-data seperti tersebut di atas, pengolahan data curah hujan selanjutnya dapat dilakukan.

2. Perhitungan Intensitas Curah Hujan

Intensitas curah hujan adalah curah hujan per satuan. Intensitas digunakan untuk menghitung debit rencana air limpasan. Perhitungan intensitas curah hujan dimaksudkan untuk mendapatkan kurva durasi yang nantinya dapat dipakai sebagai dasar perencanaan debit limpasan hujan pada daerah penelitian. Untuk mengolah data curah hujan menjadi intensitas curah hujan digunakan cara statistik dari pengamatan durasi yang terjadi.

Rumus yang digunakan untuk pengolahan data adalah rumus Hasper der Weduwen, yang dapat digunakan untuk daerah aliran kurang dari 100 km2. Rumus diperoleh berdasarkan kecenderungan curah hujan harian yang dikelompokkan atas dasar bahwa hujan menpunyai distribusi simetris dengan durasi hujan (t) lebih kecil dari 1 jam dan durasi hujan dari 1 jam sampai 24 jam.

0 < t < 1 , maka R =

1 < t < 24, maka R = Dimana :

R1= XT

T = durasi hujan (jam)

R, R1= curah hujan menurut Hasper der Weduwen (mm)

XT= curah hujan harian maksimal yang terpilih(mm)

Untuk menentukan intensitas hujan menurut Hasper der Weduwen digunakan rumus :

I = ()

Apabila tidak ada data durasi hujan maka besarnya intensitas hujan dihitung dengan rumus Mononobe :

I = Dimana :

I = intensitas curah hujan ()

t = waktu (jam)

Xt= curah hujan (mm)

3. Pemilihan Rumus Intensitas Curah Hujan

Harga-harga intensitas curah hujan (I) yang didapatkan dari perhitungan rumus-rumus di atas besarnya dapat berubah dari setiap perubahan harga durasinya (t). Penyederhanaan persamaan tersebut dilakukan dengan Metode Talbot, Metode Sherman dan Metode Ishiguro.

Rumus Talbot

Rumus ini dikemukakan oleh Profesor Talbot dan banyak digunakan karena mudah diterapkan, dimana tetapan-tetapan a dan b ditentukan dengan harga yng diukur.

I =

a =

b = Rumus Sherman

Rumus ini dikemukakan oleh Profesor Sherman sesuai untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya lebih dari 2 jam.

I =

Log a =

n= Rumus Ishiguro

Dikemukakan oleh Dr. Ishiguro

I= a= b=

Dimana :

I= intensitas curah hujan ()

T= lamanya curah hujan (jam)

A,b,n = tetapan-tetapan

N= banyaknya data

4. Air Limpasan

Air limpasan disebut juga air permukaan, yaitu air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah. Besarnya air limpasan adalah besarnya curah hujan dikurangi oleh besarnya penyerapan (infiltrasi) dan penguapan.

Bila curah hujan melampaui kapasitas infiltrasi, maka besarnya limpasan permukaan akan segera meningkat sesuai dengan peningkatan intensitas curah hujan. Banyaknya air limpasan tergantung beberapa faktor, sehingga tidak semua air hujan yang ajatuh ke permukaan bumi akan menjadi sumber air limpasan. Dari beberapa faktor yang paling mempengaruhi adalah kondisi penggunaan lahan dan kemiringan, atau perbedaan tinggi daerah. Faktor-faktor ini digabung dan dinyatakan oleh suatu angka yang disebut koefisien limpasan.

Penentuan besarnya debiit air limpasan maksimal ditentukan dengan Metode rasional. Metode ini hanya berlaku untuk menghitug limpasan curah hujan untuk daerah pengaliran dengan luas sampaidengan 13 km2, sedangkan untuk daerah yang lebih luas digunakan rumus Metode Rasionall yang telah dimodofikasi.

Rumus Metode Rasional :

Q = 0,278 x C x I x A

Dimana :

Q = debit limpasan ()

C = koefisien limpasan

I = intensitas curah hujan ()

A = luas daerah limpasan (km2)

Koefisien limpasan dapat ditentukan berdasarkan pengamatan di lapangan yang tergantung pada keadaan tanah, jenis tanaman dan vegetasi. Dari hasil pengamatan kemudian disesuaikan dengan tabel koefisien limpasan.

5. Daerah Tangkapan Hujan

Daerah tangkapan hujan adalah luasnya permukaan yang bila terjadi hujan maka air hujan tersebut akan mengalir ke daerah yang lebih rendah menuju titik pengaliran.

Hujan yang terjadi dipermukaan bumi merupakan hasil dari suatu daur air. Daur air di muka bumi secara garis besar terdiri dari penguapan, presipitasi dan pengaliran. Air yang menguap terutama air laut, akan naik ke atmosfir berubah menjadi awan dan setelah mengalami berbagai proses kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan bumi.

Air yang jatuh ke permukaan bumi sebagian meresap ke dalam tanah (infiltrasi) dan sebagian ditahan oleh tumbuhan (intersepsi) dan sebagian lagi akan mengisi cekungan dan lekukan dipermukaan bumi dan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Disamping itu ada sebagian air hujan yang jatuh akan menguap lagi (evaporasi) dan ada pula yang terserap oleh tumbuhan (transpirasi).

DAUR HIDROLOGI

Awan

Kondensasi

Presipitasi

Intersepsi

Uap air

InfiltrasiLimpasan permukaan

Evapotramnspirasi

Aliran air tanah

Perembesan air tanah

Air hujan yang akan mempengaruhi secara langsung sistem penirisan adalah air hujan yang mengalir pada permukaan tanah (run off) ditambah sejumlah air yang keluar dari proses infiltrasi air tanah.

Semua air yang mangalir ini tidak akan menjadi sumber dari suatu sistem penirisan. Kondisi ini tegantung dari daerah tangkapan hujannya dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kondisi topografi, rapat tidaknya vegetasi serta keadaan geologi.

Penentuan luas daerah tangkapan hujan berdasarkan pada peta daerah yang akan diteliti. Setelah daerah tersbut ditentukan, maka pengukuran luasnya menggunakan planimeter dengan mmemperhatikan daerah aliran air limpasan yang mengalir sesuai dengan kontur masing-masing daerah. Hasil dari pembacaan planimeter kemudian dikalikan dengan skala yang digunakan dalam peta sejhingga didapatkan luas tangkapan hujan dalam m2.

6. Jenis dan Sifat Fisik Batuan

Besarnya air limpasan juga tergantung pada permeabilitas batuan, yaitu daya atau kemampuan tanah untuk dilalui oleh air. Jika Permeabilitas batuan besar maka air limpasan yang mengalir akan banyak berkurang karena air akan mengalami infiltrasi. Batuan yang memiliki permebilitas yang kecil menyebabkan air hujan yang jatuh sebagian besar akan menjadi air limpasan.

Bila lapisan tanah lunak dan lolos air, maka akan mudah terkikis oleh perembesan air dan tebing akan mudah longsor sehingga perlu penyemenan atau pembetonan yang cocok, biasanya bentuk segitiga atau trapesium.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

III.1 Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan observasi lapangan kemudian dilanjutkan dengan studi pustaka dan melakukan analisis dari keduanya untuk mendapatkan penyelesaian masalah yang baik.

Adapun urutan pekerjaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Studi literatur

Studi literatur ini dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang antara lain :

Literaur di perpustakaan

Makalah-makalah seminar yang menunjang

Brosur-brosur perusahaan

Informasi perusahaan

Laporan penelitian terdahulu dengan topik yang sama

2. Penelitian di lapangan

Dalam penelitian di lapangan dilakukan beberapa tahap kegiatan :

Melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan rumusan masalah yang ada, seperti kondisi penirisan di lapangan, unjuk kerja alat dan rangkaian kegiatan yang dilakukan.

Menentukan lokasi tempat pengamatan termasuk tempat pengambilan sampel material pada daerahdaerah tertentu yang bisa mewakili keseluruhan permasalahan agar data-data penelitian yang didapat bisa digunakan secara optimal.

Menyesuaikan dengan perumusan masalah yang bertujuan agar penelitian yang dilakukan tidak meluas dan data yang diambil dapat digunakan secara efektif.

3. Pengambilan data, terdiri dari :

a. Data yang diambil langsung di lapangan, seperti :

Ukuran gape dan set pada alat peremuk

Ukuran material yang diinginkan konsumen

Sampel material sebelum peremukan

Sampel material hasil peremukan

Kekerasan, berat jenis dan bobot isi material

Fraksi ukuran material

Spesifikasi peralatan yang digunakan

Curah hujan dan hari hujan

Mencatat proses kegiatan yang berlangsung sesuai permasalahan

b. Data yang diambil dari laporan-laporan produksi di perusahaan, peta lapangan, grafik maupun tabel-tabel.

4. Akuisisi data, yang bertujuan untuk :

Pengelompokan data dari lapangan beserta data yang sudah ada disesuaikan dengan obyek yang mewakili permasalahan.

Pengecekan keakuratan data, sehingga penelitian lebih efisien.

5. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan perhitungan-perhitungan yang selanjutnya direalisasikan dalam bentuk perhitungan, grafik maupun tabel yang menuju perumusan masalah.

6. Analisis data

Melakukan analisa data hasil dari pengolahan dan memberikan alternatif penyelesaian masalah sebagai acuan untuk pembahasan permasalahan sebagai tujuan akhir.

7. Kesimpulan

Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan perhitungan antara hasil pengolahan data dengan permasalahan yang diteliti. Kesimpulan merupakan hasil akhir dari pemecahan permasalahan yang diteliti.

III.2 Rencana Jadwal Penelitian

Rencana waktu pelaksanaan kerja dalam penyusunan skripsi ini adalah selama 3 bualn dengan perincian sebagai berikut:

_1046193347.xlsSheet1

KEGIATANBULAN IBULAN IIBULAN III

IIIIIIVIIIIIIVIIIIIIV

Studi literatur

Obserfasi

Pengambilan data

Pengolahan data

Pembahasan

Pembuatan draft