Draft Proposal Penelitian Ok4

26
Proposal Penelitian DIPLOMASI BENCANA (DISASTER DIPLOMACY) DALAM HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA – MALAYSIA Studi kasus bantuan bencana gempa 30 September 2009 di Sumatera Barat Oleh: ARYOFRI AFAN 07 195 046

Transcript of Draft Proposal Penelitian Ok4

Page 1: Draft Proposal Penelitian Ok4

Proposal Penelitian

DIPLOMASI BENCANA (DISASTER DIPLOMACY) DALAM

HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA – MALAYSIA

Studi kasus bantuan bencana gempa 30 September 2009 di Sumatera Barat

Oleh:

ARYOFRI AFAN

07 195 046

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Andalas

2011

Page 2: Draft Proposal Penelitian Ok4

Daftar Isi

Daftar Isi......................................................................................................................1

I. Latar Belakang .............................................................................................2

II. Rumusan Masalah.............................................................................................5

III. Tujuan Penelitian...............................................................................................6

IV. Manfaat Penelitian............................................................................................6

V. Kerangka Pemikiran.........................................................................................6

5.1. Teori dan Konsep .............................................................................................6

5.1.1. Diplomasi Bencana (Disaster Diplomacy) ..........................................6

5.1.2. Kebijakan luar negeri (foreign Policy) .................................................8

5.1.3. Bantuan luar negeri (foreign Aid) .........................................................10

5.1.4. Kepentingan Nasional (National Interest) ............................................11

VI. Metodologi Penelitian........................................................................................12

6.1. Metode Penelitian .............................................................................................12

6.1.1. Teknik Pengumpulan Data....................................................................12

6.1.2. Teknik Pengolahan Data .....................................................................13

6.1.3. Teknik Analisa Data ........................................................................13

6.1.4. Pelaporan hasil penelitian .....................................................................14

VII. Sistematika Penulisan......................................................................................14

Daftar Pustaka............................................................................................................15

1

Page 3: Draft Proposal Penelitian Ok4

I. Latar Belakang

Topik diplomasi bencana semakin sering muncul dalam dinamika hubungan

Internasional sejak tiga dekade terakhir. Karena, isu bencana saat ini telah menjadi

isu kontemporer dalam dunia Internasional yang membutuhkan perhatian khusus.

Hal ini disebabkan karena dampak yang ditimbulkan oleh isu ini dapat menjadi

pemicu terciptanya kerjasama antar negara-negara di dunia Internasional.

Bencana alam merupakan sebuah ancaman yang tidak dapat diprediksi

(Unpredictable threats) bagi negara- negara di dunia, ancaman bencana dapat

datang kapan saja dan dimana saja. Hal ini membuktikan bahwa setiap negara,

baik negara miskin, negara berkembang, tidak terkecuali negara maju pun dapat

menghadapi ancaman bencana. Beberapa kasus bencana alam terbaru misalnya

bencana badai tropis Ketsana yang melanda beberapa negara dikawasan asia

tenggara yaitu Filipina, Vietnam, Kamboja dan Laos yang menewaskan lebih dari

360 orang, banjir yang melanda Australia yang menewaskan ratusan orang serta

gempa bumi dan tsunami di Jepang pada tanggal 11 Maret 2011 yang

menewaskan ribuan orang. Bencana alam yang terjadi di berbagai negara tersebut

mengakibatkan kerugian harta benda dan korban jiwa yang tentunya akan

berdampak langsung terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat didaerah

bencana.

Pemerintah merupakan pihak yang paling bertanggung jawab terhadap

kesejahteraan warga negaranya, namun tidak semua masalah yang ditimbulkan

oleh bencana alam dapat ditanggulangi sepenuhnya oleh pemerintah setempat,

sehingga membutuhkan bantuan dari lembaga di luar pemerintahan seperti

lembaga-lembaga swadaya (LSM/NGO) dan bantuan dari negara- negara lain. Hal

ini dapat kita lihat pada saat negara-negara yang terkena bencana alam yang telah

disebutkan diatas, dimana pemerintah dinegara tersebut tidak mampu menangani

masalah yang ditimbulkan oleh bencana seperti kebutuhan pokok korban bencana

selama dipengungsian dan pemulihan kembali kondisi pasca bencana atau pada

tahap rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.

2

Page 4: Draft Proposal Penelitian Ok4

Pada kasus bencana banjir di Australia misalnya yang tergolong pada negara

maju, Indonesia sebagai negara berkembangpun turut memberikan bantuan. Jadi

tidak ada pengecualian apakah negara tersebut negara miskin, negara berkembang

atau negara maju sekalipun, masih membutuhkan bantuan dari negara lain.

Melihat begitu banyaknya bantuan asing (foreign aid) yang mengalir pada

negara yang dilanda bencana munculah istilah diplomasi bencana (disaster

diplomacy) sebagai salah satu instrument bagi negara-negara didunia Internasional

dalam penerapan kebijakan luar negerinya untuk mencapai kepentingan

nasionalnya masing-masing.

Disaster diplomacy ini pernah diterapkan oleh negara India dan Pakistan pada

saat bencana gempa bumi di Khasmir tahun 2005, antara Amerika Serikat dan

Kuba pada bencana badai Denis dan Wilma tahun 2005, antara pemerintah RI

dengan pihak separatisme GAM (Gerakan Aceh Merdeka) yang berhasil

mengakhiri sengketa antara pihak pemerintah dengan GAM tahun 2005 pasca

bencana Tsunami yang melanda aceh tahun 2004.

Dalam penelitian ini, penulis menganalisa kasus yang terjadi pada tanggal 30

September 2009, Sumatera Barat dilanda bencana gempa berkekuatan 7,6 pada

skala richter, Gempa yang menurut United Nation Office for the Coordination of

Humanitarian Affair1 (OCHA) adalah gempa yang berskala cukup besar yang

mengakibatkan korban jiwa sebanyak 1.115 orang meninggal dan 788 luka berat

dan 2727 luka ringan.2 Selain menewaskan ribuan orang bencana ini juga

menimbulkan kerugian yang sangat besar seperti hancurnya rumah- rumah

penduduk, dan merusak sarana umum di daerah bencana seperti Rumah Sakit,

Jalan raya, sarana pendidikan dan infrastruktur lainnya. Dampak kerugian yang

sangat besar akibat bencana gempa tersebut, mengundang keprihatinan negara-

negara lain seperti Jepang, Amerika Serikat, China, Ceko, dan negara-negara satu

kawasan seperti dari Singapura, Brunei Darusalam, dan tidak terkecuali Malaysia

1 OCHA adalah salah satu badan milik Persatuan Bangsa-bangsa yang berfungsi sebagai koordinator lembaga-lembaga internasional dalam pelaksanaan penanggulangan bencana.

2 World Health Organization. Emergency Situation Report (ESR -13) 19 October 2009. Link http://www.reliefweb.int/rw/rwb.nsf/db900sid/EGUA-7X3SF7/$File/full_report.pdf akses 20 Oktober 2009 : 5:53

3

Page 5: Draft Proposal Penelitian Ok4

sebagai negara tetangga yang juga dijuluki negara Serumpun Melayu untuk

memberikan bantuan.

Malaysia sebagai salah satu negara yang memberikan bantuan pada bencana

gempa yang melanda Ranah Minang tidak hanya dari pemerintah dan kerajaan

Malaysia tetapi juga meliputi bantuan dari media, seperti harian The star, Media

prima, sebuah konglomerat media di Malaysia, yang memiliki koran Berita

Harian, Harian Metro, New Straits Times dan jaringan TV3, TV7 dan TV9 dan

lembaga pendidikan Malaysia seperti UPSI, yang bekerjasama dengan perbankan

Malaysia Maybank dan CIMB. Melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia

(KBRI) di kuala lumpur, Malaysia memberikan bantuan sumbangan uang untuk

bantuan gempa senilai 3,8 juta ringgit atau setara dengan 10,8 miliar Rupiah.

Dana bantuan itu akan dibagikan secara merata 10 persen untuk berbagai upaya

bantuan korban gempa, sementara sisanya akan digunakan untuk membangun

kembali sekolah di Padang dan Padang Pariaman. Peruntukan dana tersebut juga

diberikan oleh NGO Malaysia Mercy sebanyak 350 ribu ringgit. NGO Mercy juga

mengirimkan tim dokter dan perawat untuk membantu operasi korban gempa di

Rumah sakit Pariaman serta membuat Puskesmas keliling dikawasan pariaman.

Antusiasme Malaysia dalam memberikan bantuan kepada korban bencana

alam gempa bumi di Sumatera barat menurut penulis menarik untuk diteliti karena

pada waktu yang bersamaan hubungan bilateral antara pemerintah Indonesia dan

pemerintah Malaysia tertanggu oleh permasalahan isu klaim kebudayaan

Indonesia seperti kesenian Reog ponorogo, Batik, dan beberapa lagu daerah dari

Indonesia yang dilakukan oleh negara Malaysia. Kondisi yang kurang harmonis

ini ditambah lagi kasus penganiayaan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia,

semakin merenggangkan hubungan bilateral kedua negara.

Bagi masyarakat awam, bantuan dari negara-negara lain (foreign aid)

diartikan sebagai bentuk keprihatinan masyarakat di negara lain terhadap bencana

yang melanda mereka, dengan kata lain masyarakat menilai bantuan dari negara

asing tersebut murni alasan kemanusiaan, tanpa mengetahui misi dibalik bantuan

itu. Terkait dengan bencana alam yang melanda Sumatera Barat pada 30

September 2009, penulis tertarik untuk menganalisa kepentingan negara yang

4

Page 6: Draft Proposal Penelitian Ok4

memberikan bantuan pada bencana alam tersebut, dengan fokus pada negara yang

berada pada satu kawasan yaitu Malaysia, negara ini merupakan negara tetangga

yang berbatasan langsung di darat, di laut, dan di udara yaitu Malaysia, dimana

hubungan negara ini dengan Indonesia sangat dinamis, dan mengalami pasang-

surut. Selain itu kedua negara ini memiliki ketergantungan satu sama lainnya

dalam bentuk kerjasama seperti, disektor tenaga kerja migrant, sektor pendidikan,

sektor pariwisata dan lain sebagainya.

II. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis berasumsi bantuan yang diberikan Malaysia pada

bencana alam gempa bumi 30 September 2009 silam merupakan bentuk dari

kebijakan luar negeri Malaysia untuk mencapai kepentingannya di Indonesia

dengan menngunakan disaster diplomacy sebagai instrumentnya. Dalam hal ini

penulis membatasi kajian hanya pada diplomasi bencana (disaster diplomacy)

dalam hubungan bilateral Indonesia- Malaysia pada bencana alam gempa bumi 30

September 2009 di Sumatera Barat.

Dengan bertitik tolak dari konsep Diplomasi Bencana dalam menganalisa

bantuan asing khususnya Malaysia dalam bencana alam gempa bumi yang

melanda Sumatera Barat maka muncul pertanyaan sebagai berikut:

a) Bagaimanakah diplomasi bencana (disaster diplomacy) diterapkan

oleh Malaysia dalam kasus bencana alam gempa bumi di Sumatera

Barat?

b) Sejauh manakah bantuan bencana gempa 30 September 2010 di

Sumatera Barat berpengaruh terhadap pencapaian kepentingan

Nasional Malaysia di Indonesia dengan penerapan diplomasi

bencana (disaster diplomacy)?

III. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan konsep diplomasi bencana (disaster diplomacy)

5

Page 7: Draft Proposal Penelitian Ok4

2. Menjelaskan diplomasi bencana yang diterapkan oleh Malaysia

dalam kasus bencana gempa 30 September di Sumatera Barat dan

kaitannya dengan kepentingan nasional Malaysia.

3. Menjelaskan hubungan antara diplomasi bencana (disaster

diplomacy) dengan kebijakan luar negeri suatu negara dalam hal

ini Malaysia

IV. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mencoba memberikan informasi baru dan

pemikiran bagi pihak-pihak yang terkait. Manfaat dari penelitian ini penulis

klasifikasikan dalam tiga kelas yaitu:

1. Manfaat pribadi, yaitu untuk membentuk pemahaman yang lebih

baik tentang diplomasi bencana (disaster diplomacy).

2. Manfaat secara akademis, yaitu membantu untuk memperjelas isu-

isu kebijakan luar negeri dalam konsep diplomasi bencana

(disaster diplomacy).

3. Manfaat secara praktis, yaitu untuk bahan pertimbangan bagi

pemerintah daerah dalam rangka menangggapi bantuan luar negeri

di wilayahnya.

V. Kerangka Pemikiran

5.1. Teori dan Konsep

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep yang

digunakan untuk mempertajam penelitian. konsep yang digunakan antara lain:

5.1.1. Diplomasi Bencana (Disaster Diplomacy)

Diplomasi bencana (Disaster Diplomacy) merupakan diplomasi yang

digunakan pada saat bencana terjadi di suatu negara. Menurut Ilan Kelman di

dalam tulisannya Tsunami Diplomacy, walaupun secara nyata hubungan antar

negara yang didasarkan pada bencana atau penanggulangan bencana sifatnya

tidaklah bertahan lama, tetapi bisa mengesampingkan konflik-konflik yang pernah

muncul dan mengaburkan hubungan yang tidak baik. Selain itu menurutnya, bisa

6

Page 8: Draft Proposal Penelitian Ok4

tercipta perdamaian antara pihak yang bersengketa di dalam kondisi

penanggulangan bencana.3

Disaster Diplomacy memberikan perhatian terhadap seberapa besar aktivitas

terkait bencana alam, pencegahan, mitigasi, tanggap darurat dan pemulihan-

menghasilkan kerjasama antara pihak-pihak yang berkonflik, baik secara nasional

maupun internasional. Diplomasi bencana diharapkan mampu mengubah

hubungan negara-negara yang terlibat konflik atau bersebeberangn menjadi lebih

kooperatif.

Lebih jauh Ilan Kelman menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Disaster

Diplomacy in Aceh menjelaskan bahwa untuk mendefinisikan Diplomasi Bencana,

setiap studi kasus perlu menjawab enam pertanyaan.

Pertanyaan pertama adalah apakah aktivitas terkait bencana

mempengaruhi aktivitas-aktivitas diplomatik?

Pertanyaan kedua, apakah terdapat praktek baru diplomasi terkait

bencana?

Pertanyaan ketiga, bagaimana legitimasi diplomasi terkait bencana?

Pertanyaan keempat, berapa lama durasi pelaksanaan diplomasi terkait

bencana?

Pertanyaan kelima, ketika sebuah bencana terjadi, apakah diplomasi pasca

bencana tergantung pada karakteristik-karakteristik dari rekonstruksi pasca

gempa?

Pertanyaan keenam, apakah diplomasi pasca bencana menghadirkan isu

pembangunan dan keberlanjutan jangka panjang, meliputi masalah-

masalah politik, mata pencaharian dan ekonomi?

Lebih lanjut, penelitian ini terlebih dahulu akan menjawab pertanyaan-

pertanyan diatas untuk mendeskripsikan aplikasi konsep Diplomasi Bencana

karena, penulis merasa konsep diplomasi bencana (disaster diplomacy) ini sangat

tepat digunakan dalam menganalisis fenomena bantuan luar negeri. Pada kasus

bencana gempa bumi 30 September 2009 di Sumatera Barat, bantuan yang

3 Kelman, I. 2005. "Tsunami Diplomacy: Will the 26 December, 2004 Tsunami Bring Peace to the Affected Countries?". Sociological Research Online, vol. 10, issue 1, http://www.socresonline.org.uk/10/1/kelman.html akses 20 Oktober 2009 : 6:19

7

Page 9: Draft Proposal Penelitian Ok4

diberikan Malaysia tentunya akan berpengaruh terhadap hubungan bilateral

Indonesia-Malaysia yang pada waktu bersamaan keharmonisannya terganggu oleh

masalah klaim kebudayaan Indonesia dan isu-isu penganiayaan tenaga kerja

Indonesia (TKI) di Malaysia.

Dengan penerapan diplomasi bencana ini negara-negara dapat melakukan

refisi terhadap kebijakan luar negerinya secara tiba-tiba, mungkin pada isu-isu

tertentu seperti isu politik negara-negara dapat berbeda pandangan bahkan

terkesan berlawanan namun dalam isu-isu lingkungan seperti bencana alam ini

negara-negara dapat bersatu dan dapat merubah kondisi yang sebelumnya

berkonflik untuk menjalin kerjasama. Tindakan ini tentunya tidak akan terlepas

dari nuansa politik, karena masing-masing negara memiliki kepentingan yang

berbeda-beda, begitupun halnya dengan Malaysia, kebijakan memberikan bantuan

bagi korban gempa di Sumatera Barat, bukanlah semata-mata karena alasan

kemanusiaan, akan tetapi sarat dengan politik.

5.1.2. Kebijakan Luar Negeri (foreign policy)

Kebijakan luar negeri (foreign policy) merupakan strategi atau rencana

tindakan yang dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam

menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan

untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang dituangkan dalam terminologi

kepentingan nasional4.

Dalam konsep kebijakan luar negeri dikenal adanya foreign policy objectives

dimana setiap politik luar negeri dirancang untuk menjangkau tujuan nasional.

Tujuan nasional yang hendak dijangkau melalui poltik luar negeri merupakan

formulasi kongkret dan dirancang dengan mengaitkan kepentingan nasional

terhadap situasi internasional yang sedang berlangsung serta power yang dimiliki

untuk menjangkaunya. Tujuan dirancang, dipilih dan ditetapkan oleh pembuat

keputusan dan dikendalikan untuk mengubah (revisionist policy) atau

mempertahankan (status quo) ihwal kenegaraan tertentu dilingkungan

internasional5. 4 Plano, Jack C. The Internasional Relation Dictionary, hal 55 Ibid hal 6

8

Page 10: Draft Proposal Penelitian Ok4

Menurut Couloumbis dan Wolfe, ada tiga keputusan kebijakan luar negeri

yang utama yaitu6:

1. Pragmatic decisions: Major decision with long-range consequences; made

following detailed study, deliberation, and evaluation of a whole range of

alternative option (keputusan pragmatis: keputusan-keputusan utama

dengan konsekuensi yang panjang; membuat studi yang detil,

pertimbangan yang dalam, dan evaluasi semua opsi-opsi alternatif).

2. Crisis decisions: decision made during periods of grave threat; limited

time in which to respond; and a surprise element which requires an ad-

hoc response in the sense that no preplanned responses are available

( Keputusan krisis; keputusan-keputusan yang dibuat selama ancaman;

waktu terbatas dalam merespon; dan suatu elemen yang mengejutkan

(datang secara tiba-tiba) yang membutuhkan respon ad hoc dalam suatu

respon yang tidak terencana yang dapat digunakan).

3. Tactical decisions: important decisions that usually are derivative from

the pragmatic level; subject to revaluation, revision, and reversal

(Keputusan-keputusan taktis; subjek terhadap reevaluasi, revisi, dan

pembalikan).

Dalam penelitian ini penulis berasumsi keputusan kebijakan luar negeri

Malaysia untuk memberikan bantuan kepada koraban bencana alam gempa bumi

pada tanggal 30 September di Sumatera Barat termasuk dalam suatu keputusan

pragmatis (pragmatic decision). Dengan pertimbangan bahwa bencana merupakan

suatu ancaman yang tidak dapat diprediksi, dapat datang kapanpun, dimanapun

dan tidak terkecuali negara manapun baik itu negara miskin, negara berkembang

maupun negara maju, keputusan ini akan memiliki dampak jangka panjang

terhadap berbagai isu dalam hubungan bilateral Indonesia-Malaysia.

5.1.3. Bantuan Luar Negeri (Foreign Aid)

Bantuan luar negeri merupakan salah satu instrument kebijakan yang sering

digunakan dalam hubungan internasional. Secara umum, bantuan luar negeri dapat

6 Theodore A. Couloumbis and james H. Wolfe, hal 127

9

Page 11: Draft Proposal Penelitian Ok4

didefinisikan sebagai transfer sumber daya dari satu pemerintah ke pemerintah

lain yang dapat berupa barang maupun kucuran dana. Dalam membahas masalah

bantuan luar negeri ini penulis mendukung tulisan Morgenthau (1962), dalam

artikelnya yang berjudul A Political Theory of Foreign Aid, Morgenthau mencoba

mengembangkan tipologi dari bantuan internasional kedalam lima tujuan

kebijakan bantuan luar negeri, yaitu: military, prestige, humanitarian, economic,

dan subsistence. Tipologi ini di angkat untuk mengorganisasikan kompleksitas

kebijakan yang di labeli dengan nama “foreign aid”.

Berdasarkan hal ini maka ada dua tipe strategi yang di gunakan untuk

mendapatkan pengaruh: propaganda dan suap (propaganda and bribes).7 Menurut

morgenthau, sebagian besar tipe bantuan internasional yang di identifikasi

memiliki sifat politis, hanya sedikit yang sifatnya humanitarian foreign aid. Dan

hal ini berarti bahwa hal yang seharusnya bersifat non politis kemudian akan

menjadi sangat politis ketika di letakkan dalam konteks politik. Bahwa apa yang

disebut sebagai sebuah aksi kemanusiaan akan dapat berubah menjadi sangat

politis apabila dikaitkan dengan konteks politik dan kepentingan negara donor.

Bantuan luar negeri pada umumnya tidak ditujukan untuk kepentingan politik

jangka pendek saja, melainkan untuk prinsip-prinsip kemanusiaan atau

pembangunan ekonomi jangka panjang. Dalam jangka panjang diharapkan hal

tersebut akan membantu beberapa tujuan politik negara donor yang tidak dapat

dicapai hanya dengan melalui proses diplomasi, propaganda ataupun kebijakan

publik.

Bantuan luar negeri dapat dilakukan secara bilateral maupun multilateral.

Dengan kata lain bahwa pemberian bantuan luar negeri dapat dilakukan antar

pemerintah sebuah negara dengan negara lain (government to government), atau

melalui lembaga-lembaga keuangan yang khusus dibentuk untuk memberikan

pinjaman luar negeri seperti International Monetary Fund (IMF), World Bank,

dan Asian Development Bank (ADB). Bantuan yang diberikan oleh Malaysia nyata

bahwa bantuan tersebut dilakukan antar pemerintah Indonesia dan Malaysia dan

7 http://civiculture.wordpress.com/2009/06/24/bantuan-luar-negeri-dalam-teori-hubungan-internasional-perspektif-realisme-dan-liberalisme/

10

Page 12: Draft Proposal Penelitian Ok4

bantuan yang diberikan Malaysia tersebut akan memilki dampak jangka panjang

terhadap kepentingan nasional Malaysia di Indonesia.

5.1.4. Kepentingan Nasional (National Interest)

Konsep kepentingan nasional (national interest) sering digunakan sebagai

dasar untuk menejelaskan perilaku luar negeri suatu negara. Selain itu hampir

semua ilmuwan maupun praktisi hubungan internasional sepakat bahwa, alasan

pembenar utama bagi tindakan suatu negara adalah kepentingan nasional.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Coulombis dan Wolfe, “Students and

practicioners of international relation agree almost unanimously that the primary

justification of state action is national interest”8. Pernyataan ini sependapat

dengan peryataan Hans J. Morgenthau yang mengatakan bahwa perilaku negara

dalam hubungan internasional dituntun oleh pengejaran kepentingan nasional9.

Lebih mendalam Morgenthau menjelaskan tentang kepentingan nasional

sebagai berikut:

“ The international interest is, he argued, a compromise of conflicting political interest; it is not an ideal that is arrived at abstractly and scientifically, but the product of constant internal political competition. The goverment through its various agencies, is ultimately responsible for defining and implementing national interest oriented policies. (kepentingan nasional adalah hasil kompromi dari kepentingan- kepentingan politik yang saling bertentangan; ini bukan sesuatu yang ideal yang dicapai secara abstrak dan sainstifik tetapi merupakan hasil dari persaingan politik internal yang berlangsung terus menerus. Pemerintah, melalui berbagai lembaganya, yang pada akhirnya paling bertanggung jawab dalam mendefinisikan dan menerapkan kebijaksanaan- kebijaksanaan yang diarahkan untuk mencapai kepentingan nasionalnya)”.

Dari pernyataan Morgenthau tersebut terlihat bahwa suatu kepentingan dapat

dikatakan sebagai kepentingan nasional jika kepentingan tersebut meliputi

kepentingan mayoritas penduduk suatu negara yang telah melalui perdebatan yang

panjang yang meliputi keamanan, ekonomi, politik, sosial dan budaya. Dengan

kata lain menurut Morgenthau kepentingan nasional adalah pengejaran kekuasaan

melalui hubungan internasional dan yang menentukan kepentingan nasional itu

adalah pemerintah melalui berbagai lembaganya, salah satunya yaitu diplomatik.

Morgenthau berpendapat diplomat yang baik adalah diplomat yang rasional, dan 8 Theodore A. Couloumbis and James H. Wolfe hal 1069 Mohtar Mas’oed hal 146

11

Page 13: Draft Proposal Penelitian Ok4

diplomat yang rasional adalah diplomat yang prudent. Prudences adalah

kemampuan menilai kebutuhan dan keinginan sendiri sambil dengan seksama

menyeimbangkannya dengan kebutuhan orang lain, dan keputusan tentang

kepentingan nasional harus selalu dibuat berdasarkan keuntungan nasional yang

konkrit dan bisa ditunjukkan (dalam batas-batas prudence) dan bukan berdasar

kriteria yang abstrak dan impersonal, seperti moralitas, hukum dan ideologi.

Melihat jenis- jenis dari kepentingan nasional, menurut Donald E.

Nuechterlein ada empat jenis kepentingan nasional, yaitu: (1) kepentingan

pertahanan, diantaranya menyangkut kepentingan untuk melindungi warga

negara, wilayah dan sistem politiknya dari ancaman negara lain; (2) kepentingan

ekonomi, yaitu kepentingan pemerintah untuk meningkatkan perekonomian

negara melalui hubungan ekonomi dengan negara lain; (3) kepentingan tata

internasional, yaitu kepentingan untuk mewujudkan atau mempertahankan sistem

politik dan ekonomi internasional yang menguntungkan bagi negaranya; (4)

kepentingan ideologi, yaitu kepentingan untuk mempertahanakan atau melindungi

ideologi negaranya dari ancaman ideologi negara lain10.

Pada penelitian ini penulis merujuk pada konsep ini dengan asumsi dasar

bantuan luar negeri dari Malaysia pada bencana alam gempa bumi di Sumatera

Barat pada tanggal 30 September 2009 sarat dengan kepentingan nasional

Malaysia. Kemanusiaan bukanlah alasan utama.

VI. Metodologi Penelitian

6.1. Metode Peneltian

Dalam penelitian ini, menggunakan metode kualitatif sebagai instrument

utama pengolahan data. Metode ini diyakini lebih mendukung dalam usaha

menjawab pertanyaann-pertanyaan yang diangkat dalam penelitian ini. Adapun

tahap-tahap dalam mendapatkan data-data tersebut dari awal observasi sampai

kepada pelaporan dalam bentuk skripsi ini sebagai berikut:

6.1.1. Teknik Pengumpulan Data

10 Donald E. Nuechterlein, the concept of national interest; A Timor for New Approaches.vol. 23, no 1, 1979, hal 75. Dikutip dari skripsi S1 Hendawati, Sri. Jakarta: FISIP -UI

12

Page 14: Draft Proposal Penelitian Ok4

Teknik pengumpulan data yang akan penulis lakukan adalah dengan cara

studi dokumentasi. Teknik ini merupakan penelahaan terhadap referensi-referensi

yang berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian.11 Data-data tersebut

penulis dapatkan dari koran, jurnal, majalah, buku-buku yang berkaitan dengan

permasalahan yang penulis teliti, dan sumber-sumber Online dari Internet. dan

sebagai data penunjang penulis menggunakan data yang diperoleh secara langsung

dilapangan dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait diantaranya

pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk wilayah Sumatera

Barat serta Focus Group Disscussion dengan sejumlah pakar dan pihak terkait

yang dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan dalam penelitian ini.

6.1.2. Teknik Pengolahan Data

Pada tahap ini, penulis melakukan pengelompokan data dan pengkategorian

data. Data-data ini penulis kelompokan berdasarkan data-data angka dan data-data

non-angka, sehingga data-data tersebut mudah dianalisis berdasarkan kebutuhan.

Data-data non-angka dapat berupa foto, jurnal atau artikel, sedangkan data-data

angka antara lain data jumlah bantuan asing pada kasus bencana gempa 30

September di Sumatera barat.

6.1.3. Teknik Analisis Data

Pada tahap ini penulis melakukan penganalisaan data dengan teknik

deskriptif-analitis. Teknik deskriptif analitis adalah suatu teknik analisis data

dengan menguraikan dan menjelaskan gejala dan fenomena penelitian ini dengan

mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya gejala atau fenomena

tersebut dengan lebih mendalam, sehingga fenomena tersebut tergambar dengan

jelas dan dapat dipahami, sedangkan tingkat analisa (level of analisys) pada pada

penelitian ini adalah negara (state).

6.1.4. Pelaporan Hasil Penelitian

Pada tahap ini penulis melaporkan hasil penelitian penulis. Hasil penelitian

ini panulis menceritakan hasil analisa penulis untuk memahami fenomena

11 Ibid. Hal. 219

13

Page 15: Draft Proposal Penelitian Ok4

kebijakan luar negeri malaysia dalam memberikan bantuan kepada korban

bencana alam gempa bumi di Sumatera Barat, Indonesia.

VII Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Meliputi, latar belakang masalah, pertanyaan penelitian (research

question), tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran,

metodologi penelitian, dan sistematika panulisan.

Bab II Tinjauan pustaka

Bab III Pembahasan

Menjelaskan tentang diplomasi bencana (disaster diplomacy) dan

aplikasinya dalam hubungan bilateral Indonesia-Malaysia.

Bab IV Pembahasan

Menjelaskan tentang kebijakan luar negeri Malaysia dalam pemberian

bantuan bencana alam gempa bumi di Sumatera Barat pada tahun 2009

dan analisa kepentingan nasional Malaysia dari kebijakan tersebut.

Bab V Penutup; kesimpulan.

Daftar Pustaka1. Literatur Buku

14

Page 16: Draft Proposal Penelitian Ok4

Couloumbis, Theodore A. and James H. Wolfe. (1986). Introduction to International Relations; Power and Justice, third Edition. New Jersey: Prentice –Hall Inc. Englewood Cliffs.

Dunne, Tim, Milja Kurki, Steve Smith. (2007). International Relation Theory; discipline and diversity, chapter 3. New York: Oxford University Press.

Iskandar. (2008). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan kualitatif). Jakarta: Gaung Persada press.

Jackson, Robert and Georg Sorensen. (1999). Introduction to International Relations, Alih bahasa Dandan Suryadiputra. New York: oxford university press inc.

Jupp, Victor. (2006). The SAGE Dictionary of Social Research Methods. London.

Mas’oed, Mohtar. (1990). Ilmu Hubungan Internasional: disiplin dan metodologi, Jakarta: LP3ES.

Morgenthau, Hans J., Kenneth W. Thompso. (2010). The Politics Among Nations, Alih bahasa S. Maimoen, Politik Antarbangsa, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Nakamura, Kennon H. and Susan B. Epstein. (2007). Diplomacy for the 21st

Century; Transformational Diplomacy, CRS Report for Congress.

Othman, Mohammad Redzuan, Md Sidin Ahmad Ishak, Jas Laile Suzana Jaafar, Adrianus Meliala, Sri Murni. (2009). Setengah abad hubungan Malaysia- Indonesia. Selangor Darul Ehsan: Maybank.

Perwita,A.A.Banyu dan Yanyan mochamad yani. (2005). Pengantar ilmu Hubungan internasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Plano Jack C.,and Roy Olton. (1982). The Internasional Relation Dictionary. England: Clio press Ltd..

Riordan, Shaun. (2003). The new diplomacy. Cambridge: Polity press.

Roy, S.L. (1995). Diplomacy, Alih bahasa Harwanto, Mirsawati. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Smith, Steve, Amelia Hadfield, Tim Dune. (2008). Foreign policy; theories, actors, cases, Chapter 2 Realism and Foreign Policy. New York: Oxford University Press.

15

Page 17: Draft Proposal Penelitian Ok4

Wisnumurti, Nugroho, Soemadi D.M. Brotodiningrat, Poedji Koentarso, Tjahjono, Soedaroe Rachmad, Aiyub Mohsin, Darwoto, Rachadi Iskandar, Nazaruddin Nasution, Abdul Hadi adnan, Sandjoto Pamungkas. (2008). Diplomasi dalam aksi; Sebelas diplomat Indonesia. Bandung: ANGKASA.

2. Jurnal dan Artikel

Disaster Diplomacy Publications, Disaster Diplomacy investigates how and why disaster-related activities do and do not induce cooperation amongst enemies. http://www.disasterdiplomacy.org/publications.html

Kelman, I. 2005. "Tsunami Diplomacy: Will the 26 December, 2004 Tsunami Bring Peace to the Affected Countries?". Sociological Research Online, vol. 10, issue 1, http://www.socresonline.org.uk/10/1/kelman.html akses 20 Oktober 2009 : 6:19

Kelman, Ilan. (2007). Acting On Disaster Diplomacy, journal of International Affairs Spring/Summer vol. 59, no. 2. New York.

Kelman, I. (2007). “Disaster diplomacy: Can tragedy help build bridges among countries?” UCAR Quarterly, Fall 2007, link http://www.ilankelman.org/articles1/ucarq07dd.pdf akses 20 Oktober 2009 : 6:27

New Straits Times. 5 November (2006). Malaysia top destination for Indonesian victims.

16