3 draft proposal

76
I. PENDAHULUAN Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan tahunan yang saat ini banyak dijumpai di Indonesia. Karet pertama kali dikenal di Eropa, yaitu sejak ditemukannya benua Amerika oleh Christopher Columbus pada tahun 1476. Orang Eropa yang pertama kali menemukan ialah Pietro Martyre d’Anghiera. Penemuan tersebut dituliskan dalam sebuah buku yang berjudul De Orbe Novo Edisi 1530 (Rouf, 2009). Tahun 1731, para ilmuwan mulai tertarik untuk menyelidiki bahan tersebut. seorang ahli dari Perancis bernama Fresnau melaporkan bahwa banyak tanaman yang dapat menghasilkan lateks atau karet, diantaranya dari jenis Hevea brasiliensis yang tumbuh di hutan Amazon di Brazil, Amerika Selatan. Saat ini tanaman tersebut menjadi tanaman penghasil karet alam utama, dan sudah dibudidayakan di Asia Tenggara yang menjadi penghasil karet alam utama di dunia hingga saat ini (Sumantry, C.V, 2011). 1

Transcript of 3 draft proposal

Page 1: 3 draft proposal

I. PENDAHULUAN

Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan tahunan yang saat ini

banyak dijumpai di Indonesia. Karet pertama kali dikenal di Eropa, yaitu sejak

ditemukannya benua Amerika oleh Christopher Columbus pada tahun 1476.

Orang Eropa yang pertama kali menemukan ialah Pietro Martyre d’Anghiera.

Penemuan tersebut dituliskan dalam sebuah buku yang berjudul De Orbe Novo

Edisi 1530 (Rouf, 2009).

Tahun 1731, para ilmuwan mulai tertarik untuk menyelidiki bahan tersebut.

seorang ahli dari Perancis bernama Fresnau melaporkan bahwa banyak tanaman

yang dapat menghasilkan lateks atau karet, diantaranya dari jenis Hevea

brasiliensis yang tumbuh di hutan Amazon di Brazil, Amerika Selatan. Saat ini

tanaman tersebut menjadi tanaman penghasil karet alam utama, dan sudah

dibudidayakan di Asia Tenggara yang menjadi penghasil karet alam utama di

dunia hingga saat ini (Sumantry, C.V, 2011).

Terdapat 3 jenis perkebunan karet yang ada di Indonesia, yaitu Perkebunan

Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta

(PBS). Dari ketiga jenis perkebunan tersebut, PR mendominasi dari luas lahan

yang mencapai 2,84 juta hektar atau sekitar 85% dari luas lahan perkebunan, 7%

Perkebunan Negara dan 8% Perkebunan Swasta (Anwar, 2006). Besar perkebunan

karet yang dikelola rakyat, keterkaitan penyerapan tenaga kerja dan sebagai

sumber pendapatan rakyat diharapkan dapat ditingkatkan melalui pengelolaan

perkebunan yang terpadu. Perkebunan besar diharapkan dapat menjalin program

1

Page 2: 3 draft proposal

kemitraan dengan petani agar nilai tambah dari pengelolaan perkebunan rakyat

dapat optimal diantaranya dengan kemitraan di bidang pemasaran, pembinaan

produksi hingga pembiayaan yang berkesinambungan (Parhusip, 2008).

Pesaing karet alam di dunia adalah karet sintetis, lebih dari setengah karet

yang digunakan sekarang ini adalah karet sintetis. Menurut Setiawan dan Andoko

(2005), sejak diperkenalkan karet sintetis pada dekade 1950-an kebutuhan dunia

akan produksi karet alam mengalami penurunan. Karet sintetis diproduksi dengan

bahan baku minyak bumi hasil pengeboran. Karet sintetis dapat diproduksi dalam

jumlah besar sesuai dengan kebutuhan, dalam waktu yang relatif singkat serta

tidak mempengaruhi harga. Tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi

setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk

otomotif dan militer.

Peranan karet dan produk dari karet terhadap ekspor nasional tidak dapat

dianggap kecil mengingat Indonesia merupakan penghasil karet alami kedua

terbesar di dunia. Kedudukan yang cukup strategis tersebut, karet diharapkan

menjadi salah satu penggerak kebangkitan ekonomi melalui peningkatan produksi

yang akan meningkatkan ekspor karet. Selain itu, adanya peningkatan produksi

karet setiap tahun akan menjadi alasan yang cukup kuat agar Indonesia menjadi

produsen karet alam terbesar di dunia.

Perkembangan harga karet menunjukkan pergerakan yang cukup baik akibat

meningkatnya permintaan dari negara berkembang yang sedang mengalami

pertumbuhan ekonomi tinggi yang dimotori oleh industrialisasi seperti Cina (rata-

rata pertumbuhan ekonomi sebesar 10% dan India (pertumbuhan ekonomi sebesar

2

Page 3: 3 draft proposal

8%). Disamping dari negara tersebut, permintaan dari negara industri juga cukup

tinggi seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea dan negara-negara industri di

Eropa. Tingginya permintaan dari negara - negara konsumen tersebut relatif tidak

diikuti dengan pertumbuhan produksi dari negara-negara produsen karet. Kondisi

tersebut mengakibatkan terjadinya kelangkaan pasar yang mendorong terjadinya

peningkatan harga di pasar internasional, disamping terjadinya kenaikan harga

minyak dunia yang mempengaruhi harga dan produksi karet sintetis juga berperan

dalam mendorong kenaikan harga karet alami internasional.

Siklus ekonomi tanaman karet yang panjang (25-30 tahun) dengan

masa tanaman belum menghasilkan 5-6 tahun, mendorong langkah industri

perkaretan untuk menguji dan memodifikasi teknologi untuk memperoleh periode

pengembalian modal investasi yang lebih cepat.  Masa TBM merupakan fase

tanaman yang membutuhkan tindakan pemeliharaan secara intensif dan

penggunaan biaya investasi yang lebih besar dibandingkan dengan pemeliharaan

pada tanaman menghasilkan (Suhandi, 2009; Sumarmadji, dkk., 2009).

Masa TBM pada tanaman karet didefinisikan sebagai masa dari sejak

penanaman bahan tanam di lapangan sampai tercapainya kriteria matang sadap.

Matang sadap tanaman karetsecara teknis dicapai apabila lilit batang pada

ketinggian 1 meter dari pertautan okulasi telah mencapai 45 cm dengan ketebalan

kulit minimal 7 mm.  Pada kondisi ini status tanaman karetberubah dari tanaman

belum menghasilkan (TBM) ke tanaman menghasilkan (TM) dengan syarat

minimal 60% dari populasi tanaman di kebun telah matang sadap (Setyamidjaja,

1993).

3

Page 4: 3 draft proposal

Menurut Siagian, Pasaribu, dan Sohirin (2001), pemupukan yang tepat dapat

mempersingkat masa TBM selama 6 bulan atau meningkatkan pertumbuhan

hingga 30%.  

Peningkatan permintaan karet dunia yang semakin tinggi mendorong para

pekerja perkebunan untuk meningkatkan pemeliharaan kebun. Salah satu

pemeliharaan yang cukup penting adalah pemeliharaan TBM (Tanaman Belum

Menghasilkan) yaitu tanaman karet umur 1 – 5 tahun. Sebelum tanaman mampu

berproduksi perlu adanya perawatan agar tanaman mampu tumbuh dan

berkembang dengan baik hingga siap dilakukan penyadapan sekitar umur 66

bulan dengan ukuran lilit batang sekitar 45 - 50 cm (SRAS, 2005).

PTP Nusantara IX (Persero) adalah perusahaan yang bergerak di bidang

pengusahaan tanaman perkebunan. PTP Nusantara IX (Persero) memiliki dua

Divisi. Pertama, Divisi Tanaman Tahunan yang membudidayakan dan

menghasilkan produk - produk dari tanaman karet, kopi, kakao, dan teh. Kedua,

Divisi Tanaman Semusim (Pabrik Gula) yang menghasilkan produk-produk dari

tanaman tebu. Kebun Wanasari Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka merupakan

salah satu kebun penghasil karet milik PTP Nusantara IX (Persero).

Tujuan kegiatan praktik kerja lapangan untuk mengetahui:

1) Teknik Pemeliharaan TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) pada

perkebunan karet di PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Kawung

Kabupaten Cilacap.

4

Page 5: 3 draft proposal

2) Permasalahan yang ada dalam pelaksanaan pemeliharaan Tanaman Belum

Menghasilkan di PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Kawung Kabupaten

Cilacap.

Adapun manfaat yang didapat pada saat Praktik Kerja Lapang adalah :

1) Mengetahui kegiatan pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan pada

perkebunan karet di PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Kawung

Kabupaten Cilacap untuk disosialisasikan kepada masyarakat yang

mengusahakan tanaman karet secara pribadi.

2) Menambah pengetahuan dan pengalaman praktis sehingga dapat

digunakan untuk studi banding pengetahuan yang telah diperoleh di

bangku kuliah dengan kondisi lapangan.

3) Mengetahui permasalahan dalam pemeliharaan TBM karet di PTP

Nusantara IX (Persero) Kebun Kawung Kabupaten Cilacap untuk

mencoba mencari solusi dari permsalahan tersebut.

4) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemeliharaan tanaman

karet.

5) Memperoleh pengalaman dan wawasan tentang cara pengelolaan suatu

organisasi dibidang pertanian.

6) Hasil praktik kerja lapangan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk melaksanakan penelitian.

5

Page 6: 3 draft proposal

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Tanaman Karet

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup

besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya

tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun

karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah

utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.

Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang

tangkai daun utama 3-20 cm. Akan tetapi tidak jarang juga tanaman yang tumbuh

mengikuti arah datangnya matahari. Pada batang tanaman terdapat jaringan lateks

yang mampu menghasilkan getah yang lebih dikenal dengan nama lateks (Siregar,

2009).

Daun tanaman berwarna hijau dengan susunan tangkai daun utama dan

tangkai anak daun, umumnya terdapat tiga anak daun pada sehelai daun karet

(Trifoliat). Daun karet akan mengalami kerontokan (Defoliasi) dan berwarna

kuning pada musim kemarau panjang yang bertujuan untuk mengurangi

penguapan (Transpirasi) pada daun. Tanaman memerlukan waktu sekitar 2

minggu untuk bersemi kembali dan produksi pada periode tersebut akan

mengalami penurunan, karena umumnya tanaman yang mengalami kerontokan

adalah tanaman yang sudah produktif (umur 5 tahun) (Tim Penulis PS, 2004).

Tanaman karet memiliki bunga jantan dan betina dalam satu pohon. Bunga

terdapat pada malai payung yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng

6

Page 7: 3 draft proposal

dan pada ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Bunga betina berambut vilt

dengan ukuran relative lebih besar daripada bunga jantan dan mengandung bakal

buah yang umumnya memiliki tiga ruang. Bunga betina memiliki putik dengan

posisi duduk yang berjumlah tiga. Sedangkan bunga jantan memiliki sepuluh

benag sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Buah karet terbentuk dari hasil

penyerbukan dengan diameter 3 – 5 cm dan memiliki pembagian ruang yang jelas.

Jumlah ruang umumnya tiga, tapi terkadang enam ruang. Ruang tersebut berisi

biji karet yang memiliki ukuran cukup besar dan kulit yang keras. Biji karet

berwarna cokelat kehitaman dengan bercak – bercak pola yang khas dan biji ini

mengandung racun untuk menghindari pemangsa. Buah yang masak akan pecah

dengan sendirinya dan biji jatuh ke tanah dan akan tumbuh apabila menemukan

tempat yang sesuai dengan pertumbuhannya (Setiawan dan Andoko, 2005).

Dalam sistem klasifikasi tanaman, kedudukan tanaman karet adalah sebagai

beikut (Setiawan dan Andoko, 2005).

Kerajaan : Plantae

Sub Kerajaan : Tracheophyta

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Keluarga : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis

7

Page 8: 3 draft proposal

Sistem perakaran tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu

menopang bagian atas tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Akar tanaman karet

mampu menembus kedalaman 50 cm dengan sebaran ke arah samping 180 – 270

cm dari pangkal pohon (Tim Penulis PS. 2004).

B. Syarat Tumbuh Tanaman Karet

Tanaman karet memerlukan kondisi lingkungan tertentu agar mampu

tumbuh dan berkembang dengan baik. Kondisi lingkungan tersebut meliputi

faktor iklim dan media tanam (tanah) sebagai berikut.

1. Iklim

Secara astronomi daerah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet

adalah pada zone antara 15° LU hingga 15° LS (Tanaman Tropis). Di luar daerah

tersebut pertumbuhan tanaman terhambat sehingga waktu awal produksi semakin

lama. Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman karet

adalah sebagai berikut.

a. Curah Hujan dan sebaran hari hujan

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai

4.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 sampai dengan 150 HH

(hari hujan)/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi

akan berkurang karena tampungan lateks tercecer oleh butiran hujan.

b. Ketinggian tempat dan suhu optimal

Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan

ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut

8

Page 9: 3 draft proposal

tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan pada kisaran

25oC sampai 35oC.

c. Angin yang terlalu kencang mampu merobohkan pohon, serta membutuhkan

fotoperiodisitas selama 5 – 7 jam per hari (PTP Nusantara IX).

2. Tanah (media tanam)

Menurut Anwar (2006), lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet

pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat

kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan sifat kimia tanah agar sesuai dengan

syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah

dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Sifat tanah yang cocok untuk

tanaman karet pada umumnya adalah sebagai berikut.

a. Solum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu‐batuan dan lapisan cadas.

b. Aerase dan drainase cukup.

c. Tekstur tanah remah, porus dan dapat menahan air.

d. Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir.

e. Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm.

f. Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro.

g. Reaksi tanah dengan pH 4,5 ‐ pH 6,5.

h. Kemiringan tanah < 16%.

C. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan

Tanaman karet merupakan tanaman dengan investasi waktu yang relatif

panjang. Tanaman dapat diambil getahnya (Lateks) ketika telah memenuhi kriteria

tertentu. Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan

9

Page 10: 3 draft proposal

tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan

manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria tersebut dapat terpenuhi, maka

diharapkan tanaman karet pada umur 5 ‐ 6 tahun telah memenuhi kriteria matang

sadap. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada

ketinggian 130 cm dari pertautan okulasi telah mencapai minimum 45 cm. Jika

60% dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal

pertanaman (kebun) sudah siap dipanen (Anwar, 2006).

Menurut Anwar (2006), tanaman yang belum mampu berproduksi lebih

dikenal dengan nama TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) yaitu tanaman

berumur kurang dari 5 tahun. Jika pada umur tersebut dilakukan penyadapan

maka pertumbuhan tanaman akan terganggu bahkan dapat menyebabkan

kematian. Oleh karena itu, pemeliharaan TBM merupakan tahap yang cukup

penting mengingat tanaman sedang dalam fase pertumbuhan yang optimal. Jika

pemeliharaan TBM tidak dilakukan, maka dapat mempengaruhi produksi ketika

tanaman telah siap sadap. Pemeliharaan TBM meliputi kegiatan – kegiatan berikut

ini:

1. Penyulaman

Tidak semua bibit tanaman karet yang ditanam mampu tumbuh dan

berkembang dengan baik. Terkadang beberapa bibit dapat mengalami kematian.

Tingkat kematian yang masih dapat ditolerir adalah sebesar 5% dari keseluruhan

bibit yang ditanam. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan penyulaman yang

bertujuan untuk mengganti bibit yang sudah mati. Kegiatan penyulaman ini

dilakukan pada saat tanaman berumur 1 – 2 tahun karena pada umur tersebut

10

Page 11: 3 draft proposal

sudah dapat dipastikan jumlah tanaman yang hidup. Karena penyulaman

dilakukan pada umur 1 – 2 tahun, maka bibit yang digunakan adalah bibit stum

tinggi dengan umur bibit 1 – 2 tahun dengan panjang akar 50 cm dan batang

diatas pertautan okulasi 2,5 m (PTPN IX, 2009).

Kegiatan penyulaman sebaiknya tidak dilakukan pada saat terik matahari

dan sebelum dilakukan penyulaman harus diamati terlebih dahulu penyebab

kematian tanaman sebelumnya. Jika kematian disebabkan oleh jamur atau bakteri,

sebaiknya tanah bekas tanaman yang mati diberi fungisida atau bakterisida (Tim

Penulis PS, 2004).

2. Penyiangan

Penyiangan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi atau

memberantas gulma agar kompetisi antara tanaman dan gulma menjadi rendah

sehingga kebutuhan unsur hara tanaman karet dapat terpenuhi dan tanaman

mampu tumbuh serta berkembang dengan baik. Penyiangan dilakukan ketika

pertumbuhan gulma mulai mengganggu pertumbuhan tanaman karet. Penyiangan

dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu secara mekanik (manual) dan cara

kimiawi dan biologi. Cara mekanik berkaitan dengan mengambil gulma dengan

tangan atau bantuan alat seperti sabit, parang dan lain – lain. Sedangkan cara

kimiawi lebih mengutamakan bahan kimia dalam hal ini herbisida untuk

memberantas gulma. Akan tetapi perlu adanya ketelitian dalam meggunakan

herbisida karena dapat juga membahayakan tanaman. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam memilih herbisida:

11

Page 12: 3 draft proposal

a. Jenis, sifat, penyebaran gulma, kerapatan tumbuh, ketinggian gulma,

daya perkembangbiakan, serta tingkat toleransi gulma,

b. Keadaan pelarut herbisida mudah diperoleh dan bebas dari sifat asam

atau basa,

c. Sifat herbisida selektif untuk membunuh macam – macam gulma,

d. Lamanya daya bunuh (efektifitas) herbisida setelah terkena udara, sinar

matahari, tanah, mikroorganisme, air dan suhu,

e. Besarnya dosis aplikasi dan hubungannya dengan harga herbisida,

f. Cara kerja herbisida, kontak atau sistemik,

g. Kemampuan membunuh yang baik (Tim Penulis Penebar Swadaya,

2004).

Pemberantasan gulma akan berhasil dengan baik apa bila melakukan hal –

hal diatas. Kemungkinan gulma untuk tumbuh lagi menjadi sangat kecil.

Pemberantasan gulma dengan cara mekanik dan kimiawi dapat dilakukan 2 – 3

kali setahun. Cara biologi adalah pengendalian gulma dengan cara menanam

tanaman penutup tanah (LCC) yang didominasi oleh jenis tanaman leguminosa

yang mampu menambat N dari udara bebas dan sekaligus menjadi pupuk hijau

bagi tanaman.

3. Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman dan

memacu pertumbuhan tanaman serat mempercepat matang sadap. Cara

pemupukan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Manual Circle dan Chemical

Strip Weeding.

12

Page 13: 3 draft proposal

Menurut Setiawan dan Andoko (2005), cara Manual Circle adalah cara

pemupukan dengan cara membuat lubang pemupukan secara melingkar pada

tanaman. Jari - jari lingkaran pemupukan ditentukan berdasarkan umur tanaman.

Lubang pemupukan dibuat dengan kedalaman 5 – 10 cm. Berikut ini aplikasi

pemupukan Manual Circle berdasarkan umur tanaman.

Tabel .1. Jari – jari lingkaran pemupukan

Umur tanaman Jari – jari Lingkaran (cm) Kedalaman Lubang Pupuk (cm)

3 – 5 bulan 20 – 30 5 – 10

6 – 10 bulan 20 – 45 5 – 10

11 – 20 bulan 40 – 60 5 – 10

21 – 48 bulan 40 – 60 5 – 10

Lebih dari 48 bulan 50 – 120 5 – 10

Sedangkan pada cara Chemical Strip Weeding, pupuk diletakkan pada jarak

1 – 1,5 m dari barisan tanaman, dengan kedalaman lubang 5 – 10 cm lalu setelah

pupuk dimasukkan lubang ditutup dengan tanah. Pemupukan tanaman sebaiknya

tidak dilakukan pada musim hujan karena pupuk dapat tercuci oleh air hujan.

Pemupukan lebih baik dilakukan pada masa peralihan dari musim penghujan ke

musim kemarau. Sementara itu jenis pupuk yang sering digunakan adalah urea,

DS, SP-36 dan KCl yang mudah diperoleh di pasaran. Dosis pemupukan TBM

tergantung pada jenis tanah atau berdasarkan fase pertumbuhan tanaman.

Tabel 2. Dosis pemupukan TBM karet berdasarkan jenis tanah

Tabel 2. Dosis Pemupukan TBM berdasarkan Jenis tanah

13

Page 14: 3 draft proposal

Umur(Bulan)

Dosis Pupuk (gram / Pohon)Urea DS KCl

PMK Latosol PMK Latosol PMK Latosol3 21,73 21,73 31,97 20,72 13 159 43,47 43,47 63,94 41,44 26 3015 65,21 65,21 95,92 62,17 36 4521 86,95 86,95 127,89 82,89 52 6027 108,69 108,69 159,86 103,61 65 7533 130,43 130,43 192,84 124,93 78 9039 173,91 173,91 255,78 157,85 104 12045 217,39 217,39 319,73 184,13 150 15051 260,86 260,86 383,68 207,23 156 180

Tabel 3. Dosis pemupukan TBM berdasarkan fase pertumbuhan

FasePertumbuhan

Dosis pupuk (gram / Pohon)Urea SP36 KCl Urea SP36 KCl

TB 50 100 - 25 50TBM 1 236 100 100 118 50 50TBM 2 233 267 150 160 123 75TBM 3 381 267 200 175 128 92TBM 4 429 333 200 188 147 88TBM 5 476 333 200 200 140 84

4. Seleksi dan penjarangan

Idealnya dalam suatu perkebunan karet terdiri dari tanaman yang seluruhnya

dalam keadaan sehat dan baik. Sehingga seleksi pohon yang sehat dan homogen

menjelang matang sadap perlu dilakukan pohon yang dipilih adalah pohon yang

benar-benar baik dan tidak terserang penyakit. Penjarangan dilakukan dengan

membongkar pohon-pohon yang dianggap tidak baik dan terserang penyakit

hingga ke akar–akarnya agar penyakit tidak menyebar ke tanaman yang sehat.

Asumsi daya hidup tanaman karet 95%, maka dari 476 tanaman pokok yang

ditanam dalam satu hektar akan terdapat 452 pohon menjelang penyadapan. Jika

dari 452 tanaman tersebut sekitar 5% diantaranya sakit, akan tersisa 425 tanaman

14

Page 15: 3 draft proposal

sehat. Dan dari 425 tanaman akan dapat disadap 400 pohon per hektar (Setiawan,

Andoko, 2005).

5. Pemeliharaan tanaman penutup tanah (LCC).

Fungsi utama tanaman penutup tanah adalah untuk mencegah erosi dan

konservasi tanah. Karena fungsinya yang sangat penting tersebut, tanaman

penutup tanah juga perlu dipelihara dengan cara pemupukan dan pemangkasan.

Pupuk yang digunakan sebaiknya pupuk kompos yang telah matang dengan dosis

4 – 5 ton per hektar. Cara pemberiannya adalah dengan ditaburkan di sela-sela

tanaman atau bersamaan dengan pemupukan pada tanaman.

Menurut Siregar (2009), jika pertumbuhan tanaman penutup tanah ini terlalu

cepat, maka perlu dilakukan pemangkasan. Pemangkasan tanaman penutup tanah

dilakukan secara manual dengan menggunakan sabit atau parang. Beberapa

manfaat LCC adalah sebagai berikut.

a). Meningkatkan kesuburan tanah.

b). Melindungi tanah dari erosi.

c). Memperbaiki sifat fisik tanah.

d). Memperpendek masa TBM.

e). Meningkatkan produksi karet.

f). Mengurangi serangan Jamur Akar Putih (JAP).

g). Mempertinggi homogenitas tanaman.

h). Mempercepat regenerasi kulit pulihan.

6. Penunasan

15

Page 16: 3 draft proposal

Menurut Siregar (2009), penunasan adalah membuang tunas palsu dan tunas

cabang. Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini

banyak dijumpai pada stum mata tidur, sedangkan pada bibitan dalam polibeg

tunas palsu tersebut relatif kecil. Tunas palsu perlu dibuang supaya tanaman

dalam satu blok dapat tumbuh seragam. Tunas palsu dapat menghambat

tumbuhnya mata okulasi dan bahkan dapat menyebabkan mata okulasi tidak dapat

tumbuh sama sekali. Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas

berkayu.

Pembuangan tunas cabang perlu dilakukan untuk mendapatkan bidang sadap

yang baik yaitu berbentuk bulat, lurus dan tegak dengan tinggi 2,5 - 3 meter.

Tunas-tunas cabang yang tumbuh pada ketinggian 2,5 - 3 meter diatas tanah

dibiarkan untuk membentuk percabangan. Pembuangan tunas harus dilakukan

secepat mungkin jangan menunggu sampai berkayu selain sulit dipotong, juga

akan merusak bidang sadap kalau pemotongannya tidak hati-hati. Penunasan

dilakukan menggunakan pisau tajam dengan rotasi hingga 12 kali per tahun.

Pemotongan dilakukan sedekat mungkin dengan batang (Siregar, 2009).

7. Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara rutin dengan

memperhatikan tingkat serangan yang terjadi. Untuk mengetahui akan terjadinya

serangan hama/penyakit sejak awal maka perlu dilakukan pengontrolan tanaman

secara rutin (early warning system). Pada cara ini terdapat tim yang bertugas

mengidentifikasi tingkat serangan dan tim pengendalian serangan hama/penyakit.

Pada tanaman belum menghasilkan lebih banyak mengalami serangan hama

16

Page 17: 3 draft proposal

daripada penyakit. hama yang sering menyerang tanaman karet pada umumnya

adalah rayap (Coptotermes sp) (Bina UKM, 2010). Menurut Pracaya (2002),

pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Membersihkan tunggul-tunggul sisa pembukaan lahan.

b. Menanam dengan bahan tanam polybag.

c. Menaburkan Carbofuran (Furadan atau Dharmafur) di sekitar tanaman

yang terserang sebanyak satu sendok makan .

Menurut Pracaya (2002), penyakit tanaman karet lainnya yang sering

ditemukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) antara lain sebagai berikut.

1. Cendawan akar merah (Ganoderma pseudoferrum) dapat diberantas

dengan collar protectant.

2. Penyakit daun Gloesporium pada TBM, dapat diberantas penyemprotan

larutan KOC, misalnya Cabak dengan konsentrasi 0,1% atau Daconil 75

WP dengan konsentrasi 0,1 sampai 0,2% (Fungisida).

3. Cendawan akar putih (Rigidonporus lignosus), dapat diberantas dengan

Fomac 2 atau Shell Collar Protectant atau Calixin Collar Protectant.

4. Penyakit jamur upas (Corticum salmonikolor) dapat diberantas dengan

Calixin Ready Mix 2%.

17

Page 18: 3 draft proposal

III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Tempat dan waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

1. Waktu

Praktik Kerja Lapangan dilakukan selama 25 hari kerja dimulai dari tanggal

23 Juli sampai dengan 23 Agustus 2012.

2. Tempat

Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di Kebun Kawung Kabupaten Cilacap

Afdelling Matsuka milik PTP Nusantara IX (Persero).

B. Materi Praktik Kerja Lapangan

Materi yang dibahas dalam Praktek Kerja Lapang (PKL) meliputi :

1. Keadaan wilayah, sejarah perusahaan, organisasi, misi dan kegiatan budidaya

serta pengolahan hasil tanaman karet (Hevea brasiliensis) dari PTP Nusantara

IX (persero) Kebun Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka.

2. Kebun Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) (Hevea

brasiliensis) dari PTP Nusantara IX (persero) Kebun Kawung Kabupaten

Cilacap Afdelling Matsuka.

C. Metode Praktik Kerja Lapangan

Metode Praktik Kerja Lapang yang digunakan adalah metode observasi

partisipatif dengan cara mengikuti kegiatan yang dilakukan PTP. Nusantara IX

( persero) Kebun Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka meliputi :

18

Page 19: 3 draft proposal

a. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik mendapatkan informasi secara

langsung kepada petugas lapang PTP. Nusantara IX (persero) Kebun

Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka.

b. Pencatatan

Pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang

berhubungan dengan kerja praktik. Data sekunder diperoleh dengan

mempelajari data yang terkait dengan materi kerja praktik dalam bentuk

catatan dan dokumen perusahaan.

c. Partisipasi Aktif

Yaitu berpartisipasi aktif dalam kegiatan pemeliharaan TBM karet (Hevea

brasiliensis) yang dilaksanakan oleh PTP. Nusantara IX (persero) Kebun

Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka.

19

Page 20: 3 draft proposal

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum PTP Nusantara IX (persero) Kebun Kawung Kabupaten Cilacap Afdeling Matsuka

1. Sejarah Kebun Kawung

Kebun Kawung bermula dari dua kebun yaitu Kebun Kawung dan Kebun

Meluwung yang digabung menjadi satu dengan nama Kebun Kawung.

Kebun Kawung sendiri sebelumnya mempunyai latar belakang sejarah sebagai

berikut:

- Tahun 1926 Kebun Kawung didirikan oleh Matschappy Belanda Tiedman Van

Kerchen (TVK) dengan nama Ruber Ondernaming (RO) Kawung dengan

tanaman karet.

- Tahun 1942 - 1945 Kebun Kawung dikuasai Jepang.

- Tahun 1946 - 1947 Kebun Kawung dikuasai TVK kembali dengan dasar

perjanjian Linggarjati.

- Tahun 1957 diambil alih oleh Pemerintah RI sampai sekarang.

- Tahun 1958 - 1960 menjadi PPN Baru Unit IV dengan Kantor Direksi di

Semarang.

- Tahun 1961 - 1967 menjadi PP Karet XVIII dengan Kantor Direksi di

Semarang.

- Tahun 1968 - 1975 menjadi PPN XVIII dengan Kantor Direksi di Semarang.

- Tahun 1976 - 1983 menjadi PTP XVIII dengan Kantor Direksi di Semarang.

- Tanggal, 14-07-1983 Kebun Kawung digabung dengan Kebun Melewung .

20

Page 21: 3 draft proposal

2. Kondisi wilayah

Kebun Kawung terletak pada posisi 7.150 - 7.300 Lintang selatan dan 2.100

- 2.200 Bujur timur. Areal Kebun Kawung berada di 2 Kecamatan, untuk Kantor

Induk dan Afdeling Kawung berada di Kecamatan Cimanggu, sedangkan

Afdeling Cikukun dan Afdeling Panenjoan, berada di Kecamatan Wanareja.

Kebun Kawung terletak di :

Dusun : Karangtengah Lor

Desa : Karangreja

Kecamatan : Cimanggu

Kabupaten : Cilacap

Propinsi : Jawa Tengah

Keadaan wilayah Kebun Kawung secara lengkap adalah sebagai berikut.

a. Jenis tanah

Jenis tanah pada lahan Kebun Kawung adalah tanah Glay Humik dengan

kesuburan tekstur lempung, pH tanah berkisar antara 5.5 – 6.8

b. Iklim

Ketinggian tempat mencapai 125 m dpl dengan curah hujan kurang lebih

2.408 mm dengan jumlah bulan basah 5 – 6 bulan dan bulan kering 2 – 4

bulan dan suhu harian berkisar antara 18 – 320 C. Jadi Desa Karangreja

kurang sesuai untuk ditanami tanaman karet berdasarkan kondisi iklim daerah

tersebut.

3. Visi , Misi dan Tujuan Perusahaan

a. Visi

21

Page 22: 3 draft proposal

Menjadikan Perusahaan Agrobisnis dan Agroindustri yang berdaya saing

tinggi dan tumbuh bersama “ Mitra”.

b. Misi

1. Memproduksi dan memasarkan produk Karet, Teh, Kopi, Kakao, Gula,

Tetes ke pasar domestik dan internasional secara profesional untuk

menghasilkan pertumbuhan laba (profit growth).

2. Menggunakan teknologi yang menghasilkan produk bernilai tinggi

(delivery value) yang dikehendaki pasar dengan proses produksi yang

ramah lingkungan.

3. Meningkatkan kesejahteraan karyawan, menciptakan lingkungan kerja

yang sehat serta menyelenggarakan pelatihan guna menjaga motivasi

karyawan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.

4. Mengembangkan Produk hilir, Agrowisata, dan usaha lainnya untuk

mendukung kinerja perusahaan.

5. Membangun sinergi dengan mitra usaha strategis dan masyarakat

lingkungan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.

6. Bersama petani tebu mendukung program pemerintah dalam pemenuhan

kebutuhan gula nasional.

7. Memberdayakan seluruh sumber daya perusahaan dan potensi lingkungan

guna mendukung pembangunan ekonomi nasional melalui penciptaan

lapangan kerja.

8. Menjaga kelestarian lingkungan melalui pemeliharaan tanaman dan

peningkatan kesuburan tanah.

22

Page 23: 3 draft proposal

c. Tujuan Perusahaan

Menumbuh kembangkan perusahaan guna memberikan nilai kepada

shareholder dan stakeholder dengan menghasilkan laba yang semakin

meningkat (profit growth).

4. Struktur Organisasi

Gambar 1. Sruktur Organisasi PTP Nusantara IX (Persero) Kebun Kawung

Adapun tugas dan kewajiban masing – masing bagian adalah sebagai berikut :

1. Administratur

Kebun Kawung dikepalai oleh seorang administratur sebagai pemimpin

perkebunan. Fungsinya untuk memimpin dan mengelola secara managemen

perusahaan perkebunan Unit Produksi yang dipercayakan, sesuai dengan

kebijaksanaan atasan (direksi) yang berkantor pusat di Semarang. Tugas

administratur yaitu membuat rancangan, mengatur, mengawasi, mengkoordinasi

dan mengevaluasi segala kegiatan perkebunan sebagai Unit Produksi, serta

memberikan laporan kepada atasan (direksi).

Administratur dalam mengelola unit produksi dibantu oleh kepala sinder.

Tugas kepala sinder yaitu membantu atasan (administratur) dalam mengelola,

23

Administratur

Sinder Kepala

Sinder Kebun

Sinder Kantor

Sinder Teknik Sinder

KebunSinder Kebun

Sinder Kebun

Sinder Teknik

Page 24: 3 draft proposal

menilai, mengawasi, menyusun rencana, mengkoordinasi, memberi petunjuk

kepada bawahan dan lain-lain yang diperukan dalam perkebunan.

2. Sinder atau kepala bagian kebun

Sinder merupakan pemimpin bagian kebun, dalam melakukan tugasnya

seorang sinder dibantu oleh mandor besar dan mandor keliling. Perkebunan karet

Kawung ada 3 sinder yaitu sinder kebun, sinder kantor dan sinder teknik.

3. Kepala mandor

Kepala mandor kedudukannya dibawah sinder, yang berarti kepala mandor

dalam melakukan tugasnya harus melaporkan terhadap sinder. Kepala mandor

dalam melakukan tugasnya dibantu oleh pembantu juru tulis atau mandor-mandor

lainnya. Setiap mandor dalam melaksanakan tugasnya berbeda-beda tergantung

bagiannya.

B. Pemeliharaan Tanaman

Tanaman karet akan tumbuh dengan baik apabila dirawat dan dipelihara

dengan baik.Pemeliharaan yang dilakukan pada perkebunan tanaman karet

meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan, pemangkasan dan pengendalian

hama dan penyakit tanaman (Deptan, 2007).

1. Penyiraman

Tanaman akan tumbuh dengan baik jika kebutuhan air tercukupi, karena air

sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman karet (Budi,

2007).

Adapun penyiraman dilakukan pada pembibitan tanaman saja (TBM).

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi pada jam 07.00 sampai 09.00 dan

24

Page 25: 3 draft proposal

sore hari pada jam 15.00 sampai 16.30. Penyiraman dilakukan secara semi

otomatis yaitu menggunakan sprinkle yang disemprotkan dengan menggunakan

mesin diesel yang dihubungkan melalui pipa – pipa dan disemprotkan melalui

sprinkle tersebut. Penyiraman seperti ini dilakukan dengan tujuan mengurangi

biaya produksi yang dibebankan pada pihak perkebunan, sehingga cara seperti ini

pun dipilih sebagai jalan untuk melakukan penyiraman. Pengambilan air berasal

dari saluran irigasi yang dibuat oleh perkebunan. Kemudian para pegawai hanya

bekerja mengontrol mesin diesel dan memasang sprinkle pada pipa – pipa

penghubung. Hal inilah yang membuat penyiraman lebih efektif pengerjaanya,

sehingga dalam proses penyiraman pada tanaman jumlah air tercukupi dan tenaga

kerja yang dibutuhkan juga sedikit.

Menurut Setiawan dan Andoko (2008), penyiraman sebaiknya

menggunakan peralatan yang baik, agar air siraman tidak merusak permukaan

tanah dan menyebabkan akar kelihatan diatas permukaanm tanah. Karena akar

yang terlihat diatas permukaan tanah akan dapat menyebabkan tanaman terganggu

dan akan cepat roboh.

Gambar 2. Penyiraman

25

Page 26: 3 draft proposal

2. Pemupukan

Pemupukan sangat penting dilakukan untuk memberikan penambahan unsur

hara dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan. Pemupukan

tanaman pada budidaya karet adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman muda

dan mempercepat tanaman untuk disadap, sehingga panen lateks dapat dilakukan

secepatnya. Menurut Sagala (2007), manfaat pemupukan adalah :

a. Mengembalikan dan meningkatkan kandungan hara dalam tanah untuk

memenuhi kebutuhan tanaman.

b. Menyediakan atau memberikan sejumlah hara yang dibutuhkan tanaman.

Aturan pemberian pupuk ini tidak selalu tepat, hal ini dikarenakan setiap

tanaman karet tumbuh pada tanah yang mempunyai sifat kimia dan fisik yang

berbeda, ada yang berbatu dan tidak berbatu. Selain itu pemupukan dilakukan

pada pembibitan saja. Karena di perkebunan Kawung pada tanaman menghasilkan

jarang dilakukan pemupukan. Pemupukan pada kebun Kawung menggunakan

urea, SP 36 dan KCL ditambah pupuk kandang sebagai bahan pupuk organik.

Pemberian pupuk selama tanaman belum menghasilkan adalah urea 100

g/tanaman, SP 36 100 g/tanaman dan KCL 100 g/tanaman.

Tanaman yang sehat akan memberikan respon yang baik terhadap hasil.

Pemupukan akan lebih efektif apabila dilakukan tepat waktu yaitu pada saat

tanaman dalam kondisi sangat membutuhkan hara dan dalam jumlah yang cukup.

Pada saat menjelang musim hujan tanaman banyak membutuhkan nutrisi untuk

pertumbuhan dan produksi sehingga pemupukan akan lebih efektif dilakukan pada

saat awal musim hujan (Lingga dan Marsono, 2007).

26

Page 27: 3 draft proposal

Selain tepat waktu dalam pemupukan dosis yang diberikan harus tepat.

Menurut Budi (2007), jumlah pupuk (dosis) yang diberikan terhadap tanaman

harus sesuai dengan kebutuhan unsur hara tanaman. Oleh karena itu pemupukan

secara optimal sangat dianjurkan guna meningkatkan produktivitas karet.

Pada umumnya penanaman karet di lapangan dilaksanakan pada musim

penghujan yakni antara bulan September sampai Desember dimana curah hujan

sudah cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100 hari. Pada saat

penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur

dengan pupuk SP 36 100 gram per lubang, serta dicampur pupuk urea 50 gram

sebagai pupuk dasar.

Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat penanaman, program

pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman karet harus dilakukan dengan

dosis yang seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada

semeseter I yakni pada Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus.

Seminggu sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan

tanaman dibersihkan. Pemberian SP 36 biasanya dilakukan dua minggu lebih

dahulu dari Urea dan KCl.

Pada saat pembibitan pupuk diberikan disekitar tanaman dengan cara

dibenamkan dengan jarak 10 – 15 cm dari tanaman secara melingkar. Hal ini

dikarenakan akar tanaman karet masih sekitar 40 – 45 cm dan belum dapat

mengambil unsur hara lebih jauh lagi. Dosis pupuk pertama untuk TBM 1 adalah

300 g/tanaman dengan komposisi Urea 100 g/g, TSP 100 g/tanaman dan KCL 100

27

Page 28: 3 draft proposal

g/tanaman. Kemudian untuk lubang tanam hanya diberikan pupuk kandang

sebanyak 3,5 kg/lubang tanam (PTPN IX, 2009)

Tabel 4. Dosis Pupuk Perkebunan Kawung

Umur (tahun)

Bulan Urea SP 36 KCl Letak (cm)(gr/pohon)

1 Jan/Feb 20 20 20 10 - 30Mar/Apr 30 20 20 10 - 30Sept/Okt 40 30 30 20 - 50Nop/Des 50 50 50 20 - 50

Jumlah 140 120 1202 Jan/Feb 50 50 50 30 - 75

Mar/Apr 75 50 50 30 - 75Sept/Okt 75 50 50 30 - 75Nop/Des 75 75 75 30 - 75

Jumlah 275 225 2253 Jan/Feb 75 75 75 30 - 100

Mar/Apr 100 75 75 30 - 100Sept/Okt 100 75 75 30 - 100Nop/Des 100 75 75 30 - 100

Jumlah 375 300 3004 Jan/Feb 100 100 100 30 - 150

Mar/Apr 150 100 100 30 - 150Nop/Des 150 100 100 30 - 150

Jumlah 400 300 3005 Jan/Feb 150 100 100 30 - 150

Mar/Apr 150 100 100 30 - 150Nop/Des 150 100 100 30 - 150

Jumlah 450 300 300 30 - 150Sumber: PTP Nusantara IX (Persero)

3. Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan pada TBM dan masa pembibitan dengan

tujuan membuang tanaman pengganggu seperti alang-alang, teki dan bebandotan

yang dapat merugikan tanaman pokok, terutama dalam masalah penyerapan unsur

hara dan sinar matahari. Pada areal pertanaman karet TBM maupun TM harus

bebas dari gulma seperti alang-alang, Mikania sp. dan Eupatorium odoratum L.

sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Anwar, 2001).

28

Page 29: 3 draft proposal

Penyiangan gulma pada perkebunan karet Kawung ada 2 macam yaitu

nyetrip dan diging. Penyiangan nyetrip adalah penyiangan yang dilakukan

terhadap gulma yang ada di sekitar tanaman atau garis tanaman, sedangkan diging

ini sama dengan penyiangan semua gulma sampai akarnya.

Penyiangan gulma sangat penting dilakukan agar tanaman karet yang

ditanam tidak terganggu pertumbuhannnya. Tanaman gulma ini dapat

mengganggu dalam mendapatkan unsur hara dalam tanah sehingga pemberantasan

gulma harus terus dilakukan secara itensif yaitu secara terus menerus ketika

terdapat gulma yang tumbuh di sekitar tanaman karet. Pemberantasan gulma juga

dilakukan dengan cara penyemprotan herbisida terhadap gulma – gulma yang

tumbuh di sekitar tanaman karet terutama pada areal tanaman menghasilkan.

Menurut Anwar (2006), penyiangan dilakukan dengan 2 cara yaitu secara

mekanik dan kimiawi. Di kebun Kawung sendiri menggunakan cara mekanik,

biasanya alat yang digunakan adalah sabit dan cangkul. Penggunaan sabit dan

cangkul digunakan bersamaan untuk menyiangi gulma di sekitar tanaman,

sedangkan secara kimia menggunakan herbisida (roundap).

Gambar 3. Penyiangan

29

Page 30: 3 draft proposal

4. Pemangkasan

a. Pembuangan Tunas Palsu (bukan hasil okulasi)

Pembuangan tunas dilakukan pada TBM, pemotongan tunas ini dilakukan

dengan tujuan untuk membuang tunas baru yang tumbuh di batang dan bukan

merupakan tunas inti yaitu hasil okulasi. Karena apabila tunas tersebut tidak

dibuang akan mengganggu pertumbuhan tunas (hasil okulasi). Pemotongan tunas

palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu. Hanya satu tunas yang di

tinggalkan dan dipelihara yaitu tunas yang tumbuh dari mata okulasi (Setiawan

dan Andoko, 2007).

Gambar 4. Pemangkasan

b. Pembuangan Tunas Cabang

Tunas cabang adalah tunas yang tumbuh pada batang utama pada ketinggian

2,75 m sampai 3,0 m dari atas tanah. Pada tanaman TBM banyak terdapat tunas

cabang yang tumbuh di bawah batang toping, apabila cabang tersebut dibiarkan

akan menimbulkan bentuk percabangan yang tidak bagus dan akan mempengaruhi

pertumbuhan tanaman karet serta produksi yang dihasilkan. Pemotongan cabang

tersebut dilakukan dengan menggunakan gunting dan tangan (Siregar, 2009).

30

Page 31: 3 draft proposal

Pemotongan tunas cabang dilakukan sebelum tunas berkayu, karena cabang

yang telah berkayu selain sukar dipotong, akan merusak batang kalau

pemotongannya kurang hati-hati. Pemotongan cabang atau batang sebaiknya

menggunakan alat yang baik dan bersih. Karena hasil pemotongan akan

mempengaruhi luka dan bentuk kulit tanaman (Setiawan dan Andoko, 2005).

Di perkebunan Kawung sendiri untuk memperoleh tanaman yang baik

dengan batang yang lurus dan mulus. Tanaman yang berumur 1 sampai 2 tahun

dengan kondisi tanah kurang subur umumnya keluar tunas yang tidak diinginkan,

tunas yang demikian perlu dibuang sampai ketinggian tertentu (2,50 m – 2,75 m).

Menunas atau memiwil sebaiknya menggunakan pisau yang tajam dan diiris

sampai pangkal tunas. Rotasi pemiwilan dilakukan 7 – 10 hari sekali terutama

pada tahun-tahun pertama setelah penanaman.

5. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Hama dan penyakit tanaman karet sering menimbulkan kerugian

ekonomis. Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya berupa kehilangan hasil

akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang harus dikeluarkan dalam upaya

pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian hama penyakit

secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian perlu dilakukan (Deptan,

2010).

Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman karet yaitu kutu

tanaman, jamur akar putih, jamur upas, embun tepung dan Mouldy Rot (Pracaya,

2002).

1. Hama

31

Page 32: 3 draft proposal

Kutu tanaman (Planococcus Citri) ini merusak tanaman dengan mengisap

cairan dari pucuk batang dan daun muda terutama pada Tanaman Belum

Menghasilkan (TBM). Tanaman yang terkena kutu menunjukan gejala bagian

pucuk batang dan daun di atas menguning, kering dan akhirnya mati. Kutu

tersebut merusak tanaman karet dengan alat penusuk kebagian pucuk batang dan

daun muda untuk menghisap cairan didalamnya. Pengendalian yang dilakukan di

perkebunan Kawung adalah dengan mengambil dan dibunuh atau menggunakan

insektisida.

Hama kutu pada tanaman karet dapat mengganggu pertumbuhan tanaman

karet terutama pertumbuhan batang dan daun pada pucuk tanaman, sehingga

keberadaanya perlu diperhatiakan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian

terhadap kutu tersebut agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik. Tindakan

pengendalian dan pencegahan terhadap kutu tersebut dapat dilakukan dengan cara

mekanis, biologis dan kimiawi. Secara mekanik kutu tersebut diambil dan

dibunuh. Secara biologis di kebun dilepas musuh alami untuk mengendalikan

musuh tersebut, misalnya Eblema sp, Anysis sp dan Coccinella sp. Sedangkan

secara kimia, pengendalian kutu dapat dilakukan dengan insektisida, yaitu

pestona. Pestona (pengendali organik) merupakan hasil ekstraksi dari berbagai

bahan alami yang mengandung bahan aktif: Azadirachtin, Alkaloid, Ricin (asam

ricin), Polifenol, Eugenol, Sitral, Nikotin, Annonain (Pracaya, 2002).

Hama tanaman karet di kebun Kawung sendiri tidak banyak jenisnya dan

biasanya kerusakan yang ditimbulkan kurang berarti. Hama-hama yang

menyerang tanaman karet adalah:

32

Page 33: 3 draft proposal

1) Belalang

Hama ini memakan daun, terutama pada musim kering, dapat dikendalikan

dengan penyemprotan insektisida.

2) Monyet

3) Babi hutan

4) Hama kutu, akhir-akhir ini menyerang dibeberapa kebun karet PTPN IX

(Persero). Hama ini disebarkan oleh semut merah ke tanaman yang sehat.

Pengendalian hama ini dengan cara:

- Menghambat penyebaran semut merah ke tanaman karet yang sehat baik

dan secara fisik dan kimia.

- Mengurangi populasi kutu dengan penyemprotan insektisida Kelthane atau

Supracide M 45 denga konsentrasi 0,4%.

2. Penyakit

a. Jamur Akar Putih (Rigidoporus Microporus)

Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus

(Rigidoporus lidnosus). Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar

tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat

kedalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati. Ada kalanya

terbentuk daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. Pada perakaran tanaman

sakit tampak benang-benang jamur berwarna putih dan agak tebal (rizomorf).

Jamur kadang-kadang membentuk badan buah mirip topi berwarna jingga

kekuning kuningan pada pangkal akar tanaman. Pada serangan berat, akar

tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian

33

Page 34: 3 draft proposal

tanaman sering merambat pada tanaman tetangganya. Penularan jamur biasanya

berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat ketunggul-tunggul, sisa akar

tanaman atau perakaran tanaman sakit. Penyakit akar putih sering dijumpai pada

tanaman karet umur 1,5 – 15 tahun terutama pada pertanaman yang bersemak,

banyak tunggul atau sisa akar tanaman dan pada tanah gembur atau berpasir

(Setiawan dan Andoko, 2005).

Pengobatan pada tanaman sakit sebaiknya dilakukan pada waktu serangan

dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi resiko

kematian tanaman. Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut maka

keberhasilan pengobatan hanya mencapai di bawah 80%. Cara penggunaan dan

jenis fungisida anjuran yang dianjurkan adalah :

1) Pengolesan : Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA dan Shell CP.

2) Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250

EC, Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP dan Vectra 100 SC.

3) Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G dan Belerang.

Adapun penanganan yang dilakukan didalam perkebunan karet Kawung

untuk mengendalikan jamur akar putih dengan cara menggali sistem perakaran

tanaman yang terserang sampai akar yang terlihat, kemudian bagian yang

terserang dikerok dengan golok sampai jamur akar putih tersebut tidak ada, baru

disemprot dengan Bayleton dan diberi serbuk belerang 100 - 150 g/lubang

tanaman. Setelah itu tanah dibiarkan terbuka sampai 6 hari, kemudian ditutup

kembali dan di cek lagi 1,5 bulan kemudian. Sedangkan pada lahan yang sudah

34

Page 35: 3 draft proposal

terinfeksi dengan JAP, dan akan ditanami karet dibersihkan dari tunggul-tunggul

karet. Lubang penanaman diberi belerang 100 - 200 g/lubang.

b. Jamur Upas

Penyebab penyakit jamur ini berasal dari jamur corticium salmonicolor dan

gejala serangannya adalah:

- Stadium sarang laba-laba pada permukaan kulit bagian pangkal atau atas

percabangan tampak benang putih seperti sutera mirip sarang laba-laba.

- Stadium bongkol adanya bintil-bintil putih pada permukaan jaring laba-laba.

- Stadium kortisium jamur membentuk selimut yaitu kumpulan benang-

benang jamur berwarna merah muda. Jamur telah masuk ke jaringan kayu.

- Stadium nekator jamur membentuk lapisan tebal berwarna hitam yang

terdiri dari jaringan kulit yang membusuk dan kumpulan tetesan lateks yang

berwarna coklat kehitaman meleleh dipermukaan bagian terserang.

- Cabang atau ranting yang terserang akan membusuk dan mati serta mudah

patah (Prascaya, 2002).

Pengendalian yang dilakukan oleh pihak perkebunan karet Kawung adalah:1. Menanam klon yang tahan seperti PB 260, PB 330, AVROS 2037, PBM

109, IRR 104, PB 217, PB 340, PBM 1, PR 261 dan RRIC 100 IPR 5, IRR

39, IRR 42, IRR 112, dan IRR 118.

2. Jarak tanam diatur tidak terlalu rapat.

3. Cabang atau ranting yang telah mati dipotong dan dimusnahkan.

4. Cabang yang masih menunjukan gejala awal (sarang laba-laba) segera

dioles dengan fungisida Bubur Bordo atau fungisida berbahan aktif

Tridermorf hingga 30 cm ke atas dan ke bawah bagian yang terserang.

35

Page 36: 3 draft proposal

5. Bubur bordo dan fungisida yang mengandung unsur tembaga tidak

dianjurkan pada tanaman yang telah disadap, karena dapat merusak mutu

lateks.

6. Pada kulit yang mulai membusuk, harus dikupas atau kerok sampai bagian

kulit sehat kemudian dioles fungisida hingga 30 cm ke atas dan ke bawah

dari bagian yang sakit.

c. Penyakit pada daun (embun tepung)

Embun tepung berasal dari (Jamur Oidium heveae), penyakit colletorichum

(Jamur colletotrichum gloeosporoides), penyakit phytophthora (Jamur

Phytophthora botriosa).

Pengendalian dan pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan

dengan cara :

1. Taburkan belerang sebelum atau pada saat sanitasi kebun.

2. Penyadapan tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dekat tanah khusus

penyakit embun tepung, daun digugurkan lebih awal dan segera dipupuk

nitrogen dengan dosis dua kali lipat dan semprot POC NASA 3 – 5

tutup/tangki.

Adapun pengendalian penyakit embun tepung menggunakan alat

penyemprot belerang menggunakan alat dasting yang disemburkan ke atas

permukaan daun tanaman, pengendalian ini dilakukan pada saat malam hari yaitu

jam 21.00 sampai jam 23.00 karena pada malam hari angin tidak terlalu besar

sehingga serbuk belerang tidak terbawa jauh oleh angin (Anwar, 2001)

36

Page 37: 3 draft proposal

Gambar 5. Pengendalian Embun Tepung dengan alat Dasting

d. Penyakit Bidang Sadap (Mouldy Rot Penyebab Jamur Caratocystis Fimbriata)

Gejala Serangan mula-mula tampak selaput tipis berwarna putih pada

bidang sadap didekat alur sadap. Selaput ini berkembang membentuk lapisan

seperti beludru berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap. Apabila lapisan

dikerok, tampak bintik-bintik berwarna coklat kehitaman. Serangan bisa meluas

sampai ke kambium dan bagian kayu. Pada serangan berat bagian yang sakit

membusuk berwarna hitam kecoklatan sehingga sangat mengganggu pemulihan

kulit. Bekas serangan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar

alur sadap. Bekas bidang sadap bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan

berikutnya atau tidak bisa lagi disadap (Pracaya, 2002).

Pengendalian yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini dianjurkan

menanam klon resisten yang telah direkomendasi. Pisau sadap diberi desinfektan

sebelum digunakan. Menurunkan intensitas penyadapan atau menghentikan

penyadapan pada serangan berat. Hindari torehan yang terlalu dalam pada saat

penyadapan agar kulit cepat putih. Tanaman yang sudah terserang dioles fungisida

5 cm di atas irisan sadap sehari setelah penyadapan dan getah belum di lepas.

Interval pengolesan 1 – 2 minggu sekali sampai tanaman kembali sehat.

37

Page 38: 3 draft proposal

Pemeliharaan kebun khususnya perlindungan tanaman terhadap gangguan

hama dan penyakit merupakan kegiatan yang sangat penting dan harus dilakukan

dengan cermat oleh para petugas dalam usaha meningkatkan produktifitas kebun.

Kerugian yang sangat besar akibat kekeliruan atau ketidak mampuan para

petugas kebun dalam menghadapi gangguan hama dan penyakit tidak hanya

berupa penurunan produksi baik kualitas maupun kuantitas tetapi juga lingkungan

akibat penggunaan pestisida yang tidak terkendali.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara rutin dengan

memperhatikan tingkat serangan yang terjadi. Untuk mengetahui akan terjadinya

serangan hama/penyakit sejak awal maka perlu dilakukan pengontrolan tanaman

secara rutin (early warning system). Pada tanaman belum menghasilkan lebih

banyak mengalami serangan hama daripada penyakit. hama yang sering

menyerang tanaman karet pada umumnya adalah rayap (Coptotermes sp) (Bina

UKM, 2010).

38

Page 39: 3 draft proposal

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Teknik pemeliharaan tanaman karet yang dilaksanakan di PTP Nusantara IX

meliputi: penyulaman, penyiangan, pemupukan, seleksi penjarangan,

pemeliharaan tanaman penutup tanah (LCC), penunasan, pengendalian hama

penyakit.

2. Sarana dan prasarana di perkebunan Kawung masih terbatas, sehingga dalam

proses budidaya khususnya untuk peralatan pemeliharaan tanaman karet

masih kurang maksimal.

B. Saran

Saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Pemberian pelatihan kepada karyawan untuk meningkatkan pengetahuan

tentang budidaya karet terutama masalah pemeliharaan tanaman karet guna

mendukung dan meningkatkan hasil karet yang baik.

2. Pengawasan dan pengontrolan oleh pihak perkebunan harus dilakukan, agar

pekerja dalam bekerja lebih baik/sesuai dengan perintah khususnya dalam

pemeliharaan tanaman karet.

3. Adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk dikegiatan budidaya

khususnya untuk pemeliharaan tanaman karet.

4. Perbaikan jalan sangat diperlukan untuk memudahkan dalam melakukan

kegiatan budidaya karet khususnya saat membawa pupuk ketempat tanam.

39

Page 40: 3 draft proposal

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. 2006. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Makalah

disampaikan dalam Pelatihan “ Tekno Ekonomi Agribisnis Karet” PT

FABA Indonesia Konsultan, Medan, 18 Mei 2006

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008. Teknologi

Budidaya Karet. Seri Buku Inovasi BUN/12/2008. Bogor. 33 hal.

Bina UKM, 2010. Pengelolaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dalam

Budidaya Tanaman Karet (On-line).

http://binaukm.com/2010/04/pengelolaan-tanaman-belum-menghasilkan-

tbm-dalam-usaha-budidaya-tanaman-karet/, Diakses pada tanggal 15 Mei

2012 .

Istianto dan Nugroho.  2009.  Pemupukan Tanaman Karet.  Pusat Penelitian

Karet.  Balai Penelitian Sungai Putih. Medan.

Parhusip, A. B. 2008. Potret Karet Alam Indonesia. Economic Review. No. 213:

1–8.

Pracaya, 2002. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal

389-341.

PTPN IX, 2009. Profil Singkat PTP Nusantara IX (On-line).

http://www.ptpnix.co.id/index.php. Diakses pada tanggal 15 Desember

2011 .

Rouf, A. 2009. Sejarah dan Prospek Pengembangan Karet (On-line)

http://balitgetas.wordpress.com/2009/07/21/ sejarah - dan - prospek -

pengembangan - karet/. Diakses pada tanggal 15 Mei 2012

Sagala, A.  2009.  Teknis Budidaya Tanaman Karet.  Balai Penelitian Sungei

Putih.  http://ekosetianto.wordpress.com/2009/11/07/teknisi-budidaya-

tanaman-karet/.  Diakses 11 Mei 2012.

40

Page 41: 3 draft proposal

Setiawan, H dan A. Andoko. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. : PT

AgroMedia Pustaka, Jakarta. 164 hal.

Setyamidjaja, D. 1993. Seri Budidaya Karet. Kanisius. Yogyakarta.

Siregar, T. H. S. 2009. Pemeliharaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) bagian

1 (On-line). http://perkebunankaret.blogspot.com/2009/09/pemeliharaan-

tanaman-karet-hevea.html. Diakses pada tanggal 15 Mei 2012 .

Siregar, T. H. S. 2009. Pemeliharaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) bagian

2 (On-line). http://perkebunankaret.blogspot.com/2009/09/pemeliharaan-

tanaman-karet-hevea.html. Diakses pada tanggal 15 Mei 2012 .

Sjafriani, R, 2010. 2011, Produksi Karet Indonesia ditargetkan Terbesar di Dunia

(On-line). http://www.republika.co.id./2011-Produksi-karet-Indonesia-

ditargetkan-terbesar-di-dunia/21/06/2010.html. Diakses pada tanggal 17

Maret 2012 .

SRAS (Smallholder Rubber Agroforestry System), 2005. Penyadapan Tanaman

Karet, Syarat Matang Sadap. Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian

Sembawa. 2 hal.

Suhandi, A.  2009.  Upaya Mempercepat Masa Tanaman Belum Menghasilkan

Tanaman Karet di PTP Nusantara III.  Prosiding Lokakarya Nasional

Pemuliaan Tanaman Karet.  Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. 

Medan, 13-18 Maret 2009.

Sumantry, C.V, 2011. Sejarah Singkat Karet (On-line).

http://www.sumantry.com/artikel/pengetahuan-dasar/49-sejarah-singkat-

karet. Diakses pada tanggal 15 Mei 2012

Tim Penulis PS, 2004. Karet, Budidaya dan Pengolahan, Strategi Pemasaran.

PT. Penebar Swadaya, Jakarta. 366 hal.

41

Page 42: 3 draft proposal

Lampiran 1

Surat Keterangan Selesai Praktik Kerja Lapangan

42

Page 43: 3 draft proposal

43

Page 44: 3 draft proposal

44

Page 45: 3 draft proposal

45

Page 46: 3 draft proposal

46

Page 47: 3 draft proposal

47

Page 48: 3 draft proposal

48

Page 49: 3 draft proposal

Lampiran 1

OUTLINE LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PRAKATA

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Tanaman Karet

B. Syarat tumbuh Tanaman Karet

C. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

III. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

B. Materi Praktik Kerja Lapangan

C. Metode Praktik Kerja Lapangan

D. Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum perkebunan TBM karet milik PTP Nusantara IX (Persero)

kebun Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka

B. Teknik Pemeliharaan TBM di PTP Nusantara IX (Persero) kebun Kawung

Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka

V. SIMPULAN DAN SARAN

49

Page 50: 3 draft proposal

A. Simpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

50

Page 51: 3 draft proposal

Lampiran 2

DAFTAR PERTANYAAN

1. Gambaran umum Kebun Pemeliharaan TBM karet di PTP Nusantara IX

(Persero) Kebun Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka.

a. Sejarah berdirinya

b. Luas Wilayah

c. Visi dan Misi

d. Struktur Organisasi

2. Keadaan umum Kebun Pemeliharaan TBM karet di PTP Nusantara IX

(Persero) Kebun Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling Matsuka.

a. Lokasi, termasuk batas-batas wilayah

b. Kondisi wilayah

c. Tinggi tempat dan topografi

3. Pemeliharaan TBM Karet di Kebun Pemeliharaan TBM karet di PTP

Nusantara IX (Persero) Kebun Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling

Matsuka

a. Penyulaman

b. Penyiangan

c. Pemupukan

d. Seleksi dan Penjarangan

e. Pemeliharaan Tanaman penutup tanah (LCC)

51

Page 52: 3 draft proposal

f. Penunasan

g. Pengendalian Hama dan Penyakit

4. Permasalahan yang dihadapi di Kebun Pemeliharaan TBM karet di PTP

Nusantara IX (Persero) Kebun Kawung Kabupaten Cilacap Afdelling

Matsuka

a. Permasalahan dalam Pemeliharaan TBM

b. Cara mengatasi permasalahan dalam Pemeliharaan TBM

5. Program ke depan

52