Proposal Draft Kasar
-
Upload
raden-bimo-delta-force -
Category
Documents
-
view
449 -
download
36
description
Transcript of Proposal Draft Kasar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa depan suatu bangsa merupakan milik generasi muda namun
meskipun demikian, masa depan itu tidaklah berdiri sendiri karena merupakan
kelanjutan dari dari masa lalu dan masa sekarang, artinya masa depan merupakan
representasi dari masa lalu. Oleh karena itu perlu adanya penyampaian
kepeloporan-kepeloporan yang pernah dilakukan oleh generasi pendahulu
khususnya yang telah menghasilkan sesuatu yang berguna terhadap kehidupan
bangsa dan negara.
Menurut teori Geertz seperti yang dikutip Burhan Magenda (2001:49-56)
bahwa diperlukan lembaga-lembaga persatuan melalui state building sehingga
ketika the founding fathers sudah meninggal, negara bangsa tetap bertahan dan
tidak pecah. Adapun lembaga-lembaga tersebut diantaranya : birokrasi sipil dan
militer, partai politik, sistem pendidikan nasional, serta kemajuan komunikasi dan
transportasi serta identitas nasional yang merujuk pada karakter kolektif bangsa
dan dasar historis-kulturalnya. Setiap bangsa dianggap memiliki kaitan dengan
suatu budaya historis yang khas, cara tunggal dalam berpikir, bertindak, dan
berkomunikasi yang menjadi milik bersama bagi semua anggota bangsa (paling
tidak secara potensial) dan tidak dimiliki oleh non-anggota, karena non-anggota
tidak dapat memilikinya dan apabila budaya khas itu dilupakan atau tenggelam,
maka ia harus ditemukan, diingat dan dimunculkan kembali (Smith,2003:33-34).
1
2
Jadi sejarah nasional berfungsi untuk melambangkan identitas bangsa serta untuk
melegitimasikan eksistensi negara nasional (Kartodirdjo,1999:29).
Paskhas merupakan pasukan yang berciri khas matra udara dan merupakan
bagian integral dan TNI AU yang bersama-sama Satuan lain di jajaran TNI AU
maupun jajaran TNI pada umumnya, terus mengemban tugas-tugas sejak
kelahirannya sampai sekarang. Prajurit-prajurit Paskhas yang dibekali dengan
kualifikasi Para Komando, disamping dituntut harus mampu dalam hal
kedirgantaraan (seperti pengoperasian pangkalan udara), juga dituntut mampu
berolah yudha dalam tiga media (Trimedia: di darat, laut dan udara). Hal ini telah
dibuktikan selama melaksanakan latihan dan tugas-tugas operasi bersama-sama
Satuan lain. Sebagai pasukan yang berciri khas matra udara dan berkemampuan
Para Komando, berarti prajurit-prajurit Paskhas bukan saja dituntut mampu dalam
olah fisik, tetapi juga harus mampu berolah pikir untuk dapat memahami hal-hal
yang berkaitan dengan teknologi kedirgantaraan. Paskhas adalah Pasukan Para
Komando Udara. Sebutan ini didasari atas tugas dan kualifikasi yang dimiliki oleh
Paskhas yaitu disamping sebagai prajurit yang dituntut menguasai tentang
kematra-udaraan juga dituntut untuk dapat bergerak sebagai pasukan Komando
sesuai dengan kualifikasinya. Prajurit Para Komando Udara dituntut mampu
memasuki daerah belakang lawan untuk mencapai posisi-posisi elemen Air Power
lawan dengan berbagai cara dan media.
Paskhas mempunyai ciri khusus tugas tambahan yang tidak dimiliki oleh
pasukan lain di lingkungan TNI yaitu Operasi Pembentukan dan Pengoperasian
Pangkalan Udara Depan (OP3UD) yaitu merebut dan mempertahankan pangkalan
3
dan untuk selanjutnya menyiapkan pendaratan pesawat dan penerjunan pasukan
kawan. Korpaskhas terbagi dalam beberapa Spesialisasi yaitu :
1) Anti Teror (Den Bravo '90)
Detasemen Bravo 90 (disingkat Den Bravo-90) terbilang pasukan khusus
Indonesia yang paling muda pembentukannya. Baru dibentuk secara
terbatas di lingkungan Korps Pasukan Khas TNI-AU pada 1990, Bravo
berarti yang terbaik. Konsep pembentukannya merujuk kepada pemikiran
Jenderal Guilio Douchet: Lebih mudah dan lebih efektif menghancurkan
kekuatan udara lawan dengan cara menghancurkan pangkalan/instalasi
serta alutsista-nya di darat daripada harus bertempur di udara.1
2) Pengendali Tempur (Den Dalpur) dalam operasinya, tugas dan tanggung
jawabnya infiltrasi didaerah musuh melaksanakan intelijen untuk
selanjutnya menyiapkan bagi pendaratan pesawat kawan dan droping zone
penerjunan,
3) Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) Paskhas yang tergabung dalam
Batalyon Tim Pertempuran (BTP) merupakan pasukan infantri udara
ditujukan untuk merebut dan mempertahankan pangkalan udara dari
serangan musuh, melaksanakan serbuan ke daerah musuh yang menguasai
wilayah NKRI yang kemudian melaksanakan penghancuran kekuatan
musuh.
4) Pasukan Pertahanan Udara (Arhanud) Paskhas bertugas untuk
melaksanakan pertahanan udara di pangkalan-pangkalan TNI AU dan
1 http://tni-au.mil.id/content/detasemen-90-anti-teror-dan-pembajakan-udara-0(diakses pada tanggal 10 Mei 2012, pukul 19.00 WIB).
4
obyek vital negara lainnya. Terdiri dari Batalyon Arhanud Mobile Paskhas
dan Detasemen-detasemen Hanud (Den Hanud) Paskhas di setiap
Pangkalan Udara Utama TNI AU serta Satuan Rudal (Sat Rudal) Paskhas
jarak menengah di setiap Kosek Hanudnas.2
5) Kompi Matra, terdiri dari Tim Pengendali Pangkalan (Dallan) dan Tim
SAR Tempur. Tim Dallan dalam operasinya melaksanakan tugas
pengendalian pangkalan udara yang telah berhasil dikuasai kembali oleh
Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) Paskhas yang tergabung dalam
BTP (Batalyon Tim Pertempuran) dan Pasukan Arhanud Paskhas. Tugas
Tim Dallan adalah mengaktifkan kembali Pangkalan Udara yang telah
hancur akibat pertempuran yaitu antara lain kegiatan dukungan
penerbangan meliputi : PLLU, Meteo, Banmin dan Zeni Lapangan untuk
memperbaiki sarana prasarana Pangkalan Udara yang telah hancur.
Berdasarkan pemikiran di atas, penulis tertarik untuk meneliti Batalyon
Paskhas 461 Cakra Bhaskara : Pasukan Payung Para Komando Udara Lanud
Halim Perdanakusuma (1947-1989). Sampai saat ini, peneliti belum menemukan
penelitian sejarah yang menulis tentang topik tersebut. Adapun penelitian sejarah
khusus mengenai sejarah Paskhas TNI-AU ditulis dalam sebuah buku karya
Budhy Santoso yang berjudul Baret Jingga : Pasukan Payung Pertama di
Indonesia. Kemudian penelitian yang membahas tentang sejarah TNI-AU juga
dilakukan oleh Humaidi yang berjudul Sikap AURI Dalam Konstelasi Politik
(1965-1966), mahasiswa program studi Pend. Sejarah UNJ tahun 2002.
2 http://tni-au.mil.id/content/korpaskhasau-0(diakses pada tanggal 10 Mei 2012, pukul 19.00 WIB).
5
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Batalyon Paskhas
461 Cakra Bhaskara : Pasukan Payung Para Komando Udara Lanud Halim
Perdanakusuma (1947-1989). dalam perjalanan sejarah militer Indonesia.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat serta memberikan sumbangan untuk
pengembangan tema-tema penulisan sejarah militer nasional, khususnya bagi
mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta.
B. Studi Pustaka
Embrio Paskhas terbentuk mulai bulan Juli 1947, saat Gubernur
Kalimantan Ir. Pangeran Mohamad Noor mengirim surat kepada KSAU Suryadi
Suryadarma agar menerjunkan pasukan payungnya di Kalimantan. Hal ini
mendapatkan sambutan positif dari KSAU, yang langsung memerintahkan
prajurit-prajurit AURI asli Kalimantan yang mengungsi ke Jawa untuk ikut dalam
misi tersebut. Jumlah anggota yang dilatih adalah 12 prajurit asal Kalimantan dan
2 prajurit asal Jawa. Dalam operasi ini yang ditunjuk sebagai komandan adalah
Mayor Tjilik Riwut.
Mengingat singkatnya waktu persiapan, para prajurit hanya mendapatkan
latihan di darat. Pesawat RI-002 yang membawa mereka segera berangkat pada
pagi hari tanggal 17 Oktober 1947, dengan penerbang Bob Freeberg, kopilot
Opsir Udara III Makmur Suhodo dan jumping master Opsir Muda Udara III Amir
6
Hamzah, Tjilik Riwut yang asli Kalimantan bertindak sebagai penunjuk ke arah
titik penerjunan.
Akhirnya hanya 13 prajurit yang melaksanakan penerjunan, karena satu
prajurit mengundurkan diri. Semua prajurit berhasil mendarat dengan selamat
dan bergerilya. Setelah sebulan bergerilya, 3 prajurit gugur dalam pertempuran
dan yang lainnya tertangkap Belanda. Ketiga prajurit yang gugur adalah Kapten
Udara Anumerta Harri Hadisumantri, Letnan Udara II Anumerta Iskandar, dan
Sersan Mayor Udara Anumerta Achmad Kosasih.3
Korps Pasukan Khas TNI AU disingkat Korpaskhasau, merupakan satu
jenis pasukan khusus yang dimiliki TNI AU. Sama seperti satuan lainnya di TNI
AD dan TNI AL, Paskhas merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga
matra: laut, darat, udara. Hanya saja dalam operasi, tugas dan tanggungjawab,
Paskhas lebih ditujukan untuk merebut dan mempertahankan pangkalan udara dari
serangan musuh, untuk selanjutnya menyiapkan bagi pendaratan pesawat teman.
Dalam buku bilingual (dua bahasa) Baret Jingga Pasukan Payung Pertama di
Indonesia (1999) yang diterbitkan Korps Pasukan Khas TNI AU, kemampuan satu
ini disebut Operasi Pembentukan dan Pengoperasi Pangkalan Udara Depan
(OP3UD).4
Sejarah Paskhas sebagai pasukan payung pertama hampir setua Republik
ini. Operasi penyusupan lewat udara oleh 14 penerjun pada 17 Oktober 1947 di
Kotawaringin, Kalimantan, ditandai sebagai hari keramat kelahiran Paskhas. Di
3 Nana Nurliana Suyono dkk, Awal Kedirgantaraan di Indonesia : Perjuangan AURI 1945-1950, (Yayasan Obor Indonesia, 2008), hh. 116-117.4 Budhy Santoso, Baret Jingga : Pasukan Payung Pertama di Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1999), h. 51.
7
awal usia TNI AU (lahir 9 April 1946), pasukan payung ini disebut Pasukan
Pertahanan Pangkalan (PPP). April 1952, kekuatan AURI diperkuat dengan
dibentuk lagi Pasukan Gerak Tjepat (PGT).
Tugas pokok yang diemban Skadron 461 Paskhas juga disesuaikan dengan
status Paskhas sebagai Kotamabin TNI AU. Sejalan dengan tugas pokok tersebut,
maka Skadron 461 Paskhas juga berkewajiban untuk menyelenggarakan fungsi
sebagai satuan pemukul yang berkedudukan di Jakarta untuk mendukung tugas-
tugas Korpaskhas, TNI AU dan TNI pada umumnya.
Berdasarkan Keputusan Kasau Nomor : Kep/5/III/1999 tanggal 16 Maret
1999 terutama pada Pasal 2 Lampiran “IV-4” dari Keputusan tersebut bahwa :
“Skadron Paskhas bertugas untuk mengamankan dan mempertahankan
Pangkalan / Alutsista / Instalasi TNI Angkatan Udara, Pengendalian Tempur,
Pengendalian Pangkalan, Pengendalian Udara Depan, Pengendalian Pangkalan
Udara Depan, SAR Tempur serta tugas-tugas lain sesuai kebijakan Panglima
TNI”.
Sesuai dengan tugas pokok tersebut, maka Skadron 461 Paskhas juga
harus melaksanakan fungsi-fungsinya. Berdasarkan Keputusan Kasau Nomor :
Kep/5/III/1999 tanggal 16 Maret 1999 terutama pada Pasal 3 Lampiran “IV-4”
dari Keputusan tersebut juga disebutkan bahwa :
Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut pada Pasal 2 di atas, Skadron
Paskhas menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut :
a) Menyusun rencana dan program rencana serta program pembinaan
Skadron Paskhas berdasarkan rencana dan program Wing I Paskhas.
8
b) Menyiapkan kemampuan dan kekuatan Skadron termasuk alat
peralatannya untuk menjamin terlaksananya tugas pokok dengan
melaksanakan latihan yang diprogramkan.
c) Menyiapkan Satuan untuk tugas pengamanan dan pertahanan Pangkalan /
Alutsista / Instalasi TNI Angkatan Udara.
d) Melaksanakan operasi-operasi udara meliputi Pengendalian Tempur,
Pengendalian Pangkalan, Pengendalian Udara Depan, Pengendalian
Pangkalan Udara Depan dan SAR Tempur.
e) Melaksanakan Operasi Perebutan dan Pengendalian Pangkalan Udara
(OP3U).
f) Melaksanakan operasi-operasi lain sesuai dengan kebijakan Panglima TNI
baik dalam operasi Pertahanan maupun operasi Kamdagri serta tugas-tugas
TNI lainnya.
g) Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan Komando Atas/Samping
dan instalasi lain baik di dalam maupun di luar Wing Paskhas untuk
kepentingan pelaksanaan tugasnya sesuai lingkup dan tingkat
kewenangannya.
h) Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Komandan Wing I Paskhas
khususnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan bidang tugasnya.
Rencana mengembangkan Paskhas menjadi 10 Skadron di seluruh wilayah
udara Indonesia dengan jumlah personel dua kali lipat dari sekarang, tetap
menjadi “energi” bagi Paskhas untuk terus membenahi diri. Setidaknya sampai
saat ini, pola penempatan Paskhas masih mengikuti pola penggelaran alutsista
9
TNI AU, dalam hal ini pesawat terbang. Konsep pasukan payung Para Komando
Udara TNI AU masa depan merupakan gabungan kekuatan kesamaptaan serta
intelijensia prajurit dengan tetap mencarikan garis temu antara konsep
konvensional dan inkonvensional.5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini difokuskan di Jakarta sebagai pusat komando militer dan
pertahanan negara khususnya pertahanan udara nasional, mencakup masa 1947-
1989. Batasan awal dari penelitian adalah tahun 1947 yang merupakan masa awal
pembentukan Paskhas TNI-AU. Sedangkan sebagai batas akhir dari penelitian ini
adalah tahun 1989 yang merupakan masa perkembangan organisasi Paskhas TNI-
AU khususnya masa pembentukan dan perkembangan Batalyon Paskhas 461
Cakra Bhaskara Lanud Halim Perdanakusuma.
2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam kajian penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana proses pembentukan dan perkembangan organisasi
Batalyon Paskhas 461 Cakra Bhaskara : Pasukan Payung Para
Komando Udara Lanud Halim Perdanakusuma ?
b. Bagaimana prestasi Batalyon Paskhas 461 Cakra Bhaskara : Pasukan
Payung Para Komando Udara Lanud Halim Perdanakusuma dalam
perjalanan sejarah militer di Indonesia?
5 Ibid., h. 368.
10
c. Bagaimana strategi dan pengembangan postur ideal organisasi
Batalyon Paskhas 461 Cakra Bhaskara : Pasukan Payung Para
Komando Udara Lanud Halim Perdanakusuma di masa depan?
D. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah/historis dengan data
yang didapat dari hasil wawancara, disajikan secara deskriptif naratif yang lebih
banyak menguraikan kajian dalam dimensi ruang dan waktu.
Sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian sejarah, metode sejarah
mempunyai empat tahapan yaitu heuristik atau pengumpulan sumber yang
berkaitan dengan penelitian, kritik, interpretasi dan penulisan atau historiografi.
Penelitian ini berkaitan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Pertama, tahap heuristik dimana peneliti mencari sumber-sumber yang
berkaitan dengan Paskhas TNI-AU, upaya dalam mengumpulkan sumber
penelitian yaitu melalui buku-buku, artikel, majalah, dan surat kabar yang relevan
dengan topik permasalahan dalam penelitian yang merupakan sumber sekunder.
Dalam penelitian ini pun juga diambil sumber primer melalui wawancara dengan
pihak Markas Besar TNI-AU, Korps Paskhas TNI-AU, dan pihak terkait lainnya.
Kedua, dalam tahap kritik akan dilakukan pengujian terhadap sumber yang
didapat. Langkah ini dilakukan dengan dua cara, yaitu kritik intern dan ekstern.
Ketiga, pada tahap interpretasi, fakta-fakta yang telah didapat selanjutnya
dianalisis berdasarkan pemahaman dan logika penelitian.
11
Terakhir, pada tahap penelitian mengungkapkan hasil penelitian dalam
bentuk tulisan yang sistematik, logis dan jelas sesuai dengan kaidah penelitian
ilmiah.
E. Bahan Sumber
Penelitian ini menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber primer
yang digunakan diambil dari Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Angkatan
Udara, Markas Komando Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara, Pusat
Sejarah dan Tradisi TNI (Pusjarah TNI) dan Arsip Nasional Republik Indonesia
(ANRI). Sumber sekunder yang digunakan berasal dari buku-buku, maupun
artikel internet.
F. Daftar Pustaka Sementara
Arsip / Dokumen
Arsip Sekretariat Negara RI No.969, tentang Laporan Pendaratan Tentara
12
Payung di Kalimantan. Arsip Nasional Republik Indonesia.
Arsip Kabinet Presiden RI No.2137, tentang Surat Rentjana Latihan Bahaja Udara Fase ke II Pada tanggal 3 Juli 1958. Arsip Nasional Republik Indonesia.
Arsip Kabinet Presiden RI No.389, tentang Laporan Peristiwa AURI di P.U. Halim Perdanakusuma pada tanggal 12 Januari 1956. Arsip Nasional Republik Indonesia.
Buku
Bakrie, Conny Rahakundini, Pertahanan Negara dan Postur TNI Ideal. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2007.
Basarah, Saleh. Sumbangan Pikiran dalam Sarasehan Komando Paskhas TNI-AU Pada Tanggal 26 Juli 1996 (Lembar Ceramah). Jakarta: Korpaskhas TNIAngkatan Udara, 1996.
Beaufre, Andre. Sebuah Pengantar ke Strategi. New York: Rederick Praeger,1986.
Devlin, Gerard M. Paratrooper. London: Robson Books, 1979.
Djati, Poengky Poernomo. Peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam Pelaksanaan Konfrontasi dengan Malaysia Tahun 1963. Jakarta: Sub Direktorat Sejarah Ditwatpersau Mabes TNI-AU, 1992.
Gregory, Barry. Aircraft of Airborne Forces. New York: Blanford Press, 1939.
Hearn, Peter. The Sky People a History of Parachuting. San Fransisco: Air Life Publisher, 1996.
Kolat Teak Iron. Petunjuk Lapangan Pasukan Khas TNI Angkatan Udara tentang Prosedur Pelaksanaan HAHO. Bandung: Korpaskhas TNI-AU, 1997.
Mabes TNI. TNI Abad XXI, Redefinisi Reposisi dan Reaktualisasi Peran TNI Dalam Kehidupan Bangsa. Jakarta: CV. Jasa Bima, 1999
Muhaimin, Yahya A. Perkembangan Militer dalam Politik Indonesia, Jogyakarta : UGM Press, 1982.
Mu’min, Umar. Butir-Butir Kenangan Pasukan Gerak Tjepat (PGT). Bandung: Korpaskhas TNI-AU, 1997.
Prabowo, J.S. Pokok-Pokok Pemikiran Tentang Perang Semesta.
13
Samego, Indria. Sistem Pertahanan Keamanan Negara, Analisis Potensi dan Problem, Jakarta: The Habibie Center, 2001.
Santoso, Budhi. Baret Jingga : Pasukan Payung Pertama di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama & Korpaskhas TNI-AU, 1999.
Soedjono, H.M. Kisah Penerjunan Soedjono dan Soekotjo di Maguwo Tahun 1946 (tulisan tangan). Jakarta: Korpaskhas TNI-AU, 1998.
Sribawa, Sugiarta. Operasi Pasukan Payung 1947. Jakarta: 1990.
Subandi, I Ketut. Triwarsa Kopasgat.Sejarah Komando Pasukan Gerak Tjepat TNI Angkatan Udara. Jakarta: Dinas Sejarah TNI-AU, 1977.
Subroto, Hendro. Operasi Banteng II (Banteng Merah). Jakarta: 1998.
Subroto, Hendro. Saksi Mata Perjuangan Integrasi Timor-Timur. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.
Sudjito. Pasukan Pertahanan dan Lapangan Terbang dalam Pengabdian Sejak TKR Djawatan Penerbangan. Jakarta: Korpaskhas TNI-AU, 1997.
Sumardjo. Operasi Penerjunan Pasukan 17 Oktober 1947 di Kalimantan. Bandung: 1994
Sutrisno. Marsekal TNI Suryadi Suryadarma. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan, 1985
Suyono, Nana Nurlaiana.dkk. Awal Kedirgantaraan di Indonesia : Perjuangan AURI 1945-1950. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008.
Tim Penulis. 50 Tahun Emas Pengabdian TNI Angkatan Udara. Jakarta: Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara, 1996.
Tim Penulis. Daftar Istilah di Lingkungan Paskhasau. Bandung: Pusat Pasukan Khas TNI Angkatan Udara, 1990.
Tim Penulis. Karya Juang Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kujang (1977-1996). Jakarta: Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kujang, 1996.
Tim Penulis. Lintasan Sejarah Skadron 461 Paskhas Cakra Bhaskara: Liku-liku Perjalanan Panjangmu. Jakarta: Korpaskhas TNI-AU.
Tim Penulis. Perjuangan AURI dalam TRIKORA. Jakarta: Direktorat Sejarah Ditwatpersau TNI-AU, 1996.
14
Tim Penulis. Program Pengajaran Kurikulum Jumping Master. Jakarta: Mabes TNI-AU, 1987.
Tim Penulis Dinas Sejarah Pasukan TNI Angkatan Udara. Sejarah Komando Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat) TNI Angkatan Udara. Jakarta: Disjarah Pasukan TNI-AU, 1977.
Trihadi. Sejarah Perkembangan Angkatan Udara. Jakarta: Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI, 1971
Quarrie, Bruce. Airborne Assault. Wellingborough: Patrick Stephens Ltd, 1991.
Artikel Internet
http://tni-au.mil.id/content/detasemen-90-anti-teror-dan-pembajakan-udara(diakses pada tanggal 10 Mei 2012, pukul 19.00 WIB).
http://tni-au.mil.id/content/korpaskhasau(diakses pada tanggal 10 Mei 2012, pukul 19.00 WIB).
DAFTAR LAMPIRAN
15
Arsip Sekretariat Negara RI No.969, tentang Laporan Pendaratan Tentara Payung di Kalimantan. Arsip Nasional Republik Indonesia.
Arsip ini menjelaskan tentang laporan yang disusun oleh pihak
Kementrian Pertahanan melalui Mabes TNI-AU yang ketika itu melaporkan
operasi pendaratan tentara payung di Kalimantan pada bulan Juli 1947.
Operasi pendaratan tentara payung ini dilakukan dalam rangka membantu
Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Mohamad Noor setelah mengirim surat kepada
KSAU Suryadi Suryadarma agar menerjunkan pasukan payungnya di Kalimantan.
Hal ini mendapatkan sambutan positif dari KSAU, yang langsung memerintahkan
prajurit-prajurit AURI asli Kalimantan yang mengungsi ke Jawa untuk ikut dalam
misi tersebut. Jumlah anggota yang dilatih adalah 12 prajurit asal Kalimantan dan
2 prajurit asal Jawa. Dalam operasi ini yang ditunjuk sebagai komandan adalah
Mayor Tjilik Riwut.
Melalui dokumen ini dapat dikatakan sebagai sumber tertulis yang
menjelaskan operasi pendaratan tentara payung sekaligus menjadi embrio
pembentukan pasukan payung pertama yang nantinya bernama Paskhas TNI-AU.
Arsip Kabinet Presiden RI No.2137, tentang Surat Rentjana Latihan Bahaja Udara Fase ke II Pada tanggal 3 Juli 1958. Arsip Nasional Republik Indonesia.
Arsip ini menjelaskan tentang isi surat bahwa akan dilaksanakan kegiatan
latihan bahaya udara fase ke II tanggal 3 Juli 1958. Arsip ini juga menggambarkan
situasi ketika itu dalam menghadapi ancaman keamanan negara terutama yang
dilakukan oleh Belanda. Oleh karena itu pihak Mabes TNI-AU ketika itu
merencanakan untuk melaksanakan latihan bahaya udara untuk meningkatkan
16
kesiapsiagaan menghadapi segala kemungkinan bahaya yang mengancam
keamanan dan kedaulatan negara khususnya bahaya serangan udara.
Melalui dokumen arsip ini dapat diketahui bahwa pada 3 Juli 1958, pihak
AURI telah merencanakan suatu latihan bahaya udara untuk meningkatkan
kemampuan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi berbagai kemungkinan
ancaman terhadap keamanan negara. Periode itu juga disebut masa revolusi
mempertahankan kemerdekaan Indonesia pasca Proklamasi. Oleh karena itu
dengan adanya arsip ini menjadi suatu petunjuk tentang adanya upaya pertahanan
yang dilakukan AURI untuk pertahanan negara.
Arsip Kabinet Presiden RI No.389, tentang Laporan Peristiwa AURI di P.U. Halim Perdanakusuma pada tanggal 12 Januari 1956. Arsip Nasional Republik Indonesia.
Arsip ini menjelaskan tentang laporan peristiwa AURI di Pangkalan Udara
Halim Perdanakusuma pada 12 Januari 1956, yang berisi bahwa Pasukan Gerak
Tjepat (PGT) dan Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) adalah alat negara dan
bukan alat Laksamana Suryadi Suryadarma dan Mayor Wijadinat. Kemudian
adanya tuntutan agar menggagalkan pelantikan Komodor Mayor Udara (KMU) H.
Soejono. Maksud dari isi arsip ini adalah dengan dibuatnya surat ini untuk
menghindari pertumpahan darah diantara sesama pasukan dan agar Mayor Udara
Wirjadinata dipindahtugaskan dari Pangkalan Udara (PU) Husein Sastranegara.