Draft Artikel

download Draft Artikel

of 8

description

artikel

Transcript of Draft Artikel

HUBUNGAN DERAJAT BERAT RINGANNYA AKNE VULGRIS DENGAN PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS KOSMETIK PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA Fitri Zelia Lizanty 1, Izazi Hari Purwoko2, dan Chairil Anwar31. Program Studi Pendidikan Dokter2. Bagian Kulit & Kelamin Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya3. Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran, Universitas SriwijayaJl. dr. Moh. Ali Komplek RSMH Palembang Madang Sekip, Palembang, 30126, IndonesiaEmail: [email protected] pemakaian kosmetik oleh kalangan masyarakat akhir-akhir ini menimbulkan peningkatan angka kejadian kelainan kulit salah satunya adalah akne vulgaris. Prevalensi akne tertinggi pada umur 16-17 tahun yaitu wanita berkisar 83-85%. Akne vulgaris adalah suatu keadaan inflamasi kronik pada folikel pilosebasea, ditandai terdapatnya komedo, papul, pustul, nodul juga sampai skar. Kelainan ini disebabkan karena cara pemakaian kosmetik yang salah atau berlebihan, pengolahan kosmetik yang kurang baik serta terdapat penggunaan bahan-bahan aktif yang tidak tepat dalam kosmetik. Maka dari itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan derajat berat ringannya akne vulgaris dengan penggunaan berbagai jenis kosmetik. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik. Populasi penelitian ini adalah semua mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Sampel pada penelitian ini adalah 138 orang mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya berusia 17 sampai 22 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling. Data yang dikumpulkan yaitu data primer yang didapatkan dari kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan p < 0,05 didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan bermakna antara faktor genetik dengan akne vulgaris (p=0,021). Tidak terdapat hubungan bermakna antara penggunaan pembersih dengan timbulnya akne vulgaris derajat ringan sampai berat (p=0,509). Terdapat hubungan bermakna penggunaan pelembap (p=0,051). Terdapat hubungan bermakna penggunaan bedak (p=0,057). Terdapat hubungan bermakna penggunaan pelindung (p=0,025) dan efek samping penggunaan kosmetik yang timbul adalah akne vulgaris (34,8%), iritasi (14,5%) dan hiperpigmentasi (1,4%).

Kata Kunci : jenis kosmetik, derajat berat ringannya akne vulgaris

AbstractThe use of cosmetics widespread in society lately has led to an increase of incidence number of skin disorders. One of them is acne vulgaris.The highest prevalence of acne vulgaris at 16-17 years old is woman about 83-85%. Acne vulgaris is a state of chronic inflammation of the pilosebaceous follicles, characterized by the presence of comedones, papules, pustules, nodules and also scars. This disorder is caused by misused cosmetic, excessive usage, changing cosmetic, and used of the active ingredients cosmetics. Therefore a research was conducted with the aim to see the correlation between severity of acne vulgaris levels and various types of cosmetics usage. This study was an analytic observational research. Population in this research was all female medical students of Sriwijaya University. Sample in this research were 138 female medical students of Sriwijaya University at the age of 17-22 years old. In this research sampling with consecutive method was used. Collected data were primary data obtained from questionnaires. Data were analyzed by using Chi-squre test, with significance level of p< 0.05. The results there was a significance correlation between genetic factors and acne vulgaris. (p=0.021). There was no significance correlation between the use of cleansers and the levels of acne vulgaris, mild to severe (p=0.0509). There was a significance correlation the use of moisturizers (p=0.051), the use of powders (p=0.057), the use of sunscreen (p=0.025) and side effect of cosmetics usage were acne vulgaris (34%). irritation (14.5%) and hyperpigmentation (1,4%).

Keywords: types of cosmetics, severity of acne vulgaris levels

73

1. Pendahuluan

Akne vulgaris adalah suatu keadaan inflamasi kronik pada folikel pilosebasea, ditandai terdapatnya komedo, papul, pustul, nodul dan juga sampai skar. Penyakit ini sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis karena hampir setiap orang pernah mengalaminya, bahkan Kligman menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang sama sekali tidak pernah mengalami penyakit ini1.

Penyebab akne vulgaris sampai saat ini belum diketahui kepastiannya, tetapi banyak faktor yang mempengaruhinya. Beberapa faktor tersebut antara lain: usia, jenis kelamin, ras, makanan dan kosmetik. Faktor-faktor tersebut secara tidak langsung dapat memicu patogenesis akne antara lain perubahan pola keratinisasi dalam folikel, produksi sebum yang meningkat, terbentuknya fraksi asam lemak bebas dan peningkatan jumlah flora folikel1.

Meluasnya pemakaian kosmetik pada kalangan masyarakat akhir-akhir ini meningkatkan insidensi penyakit atau kelainan kulit akibat pemakaian kosmetik. Penggunaan kosmetik banyak bersifat komedogenik maupun aknegenik, bahan-bahan kimia yang terdapat di dalam kosmetik dapat langsung menyebabkan akne dalam bentuk ringan berupa komedo tertutup dengan beberapa lesi papulopustul di daerah pipi dan dagu. Bahan-bahan kimia tersebut semakin berbahaya ketika penggunaannya berganti-ganti dari satu kandungan berpindah ke kandungan lain dengan kadar pemakaian yang berbeda-beda seperti penggunaan kosmetik yang berganti-ganti, karena kulit harus melakukan penyesuaian dengan kandungan dan kadar baru. Kebanyakan wanita merasa sulit jika harus menghentikan kebiasaannya menggunakan kosmetik. Kebanyakan dari mereka menginginkan produk kosmetik yang bisa dipakai tanpa menimbulkan atau memperburuk jerawatnya. maka dari itu perlu diberikan edukasi yang baik mengenai bahaya pengunaan kosmetik yang berlebihan serta menghindari pemakaian produk kosmetik yang dapat menyebabkan timbulnya akne vulgaris terutama kosmetik yang cenderung tebal dapat menutup kelenjar sebasea2.

Berdasarkan penelitian Goodman pada tahun 1999, prevalensi akne tertinggi pada umur 16-17 tahun yaitu wanita berkisar 83-85% dan pria berkisar 95-100%. Berdasarkan survey dikawasan Asia Tenggara, terdapat 40-80% kasus akne vulgaris. sedangkan di Indonesia, berdasarkan catatan kelompok studi dermatologi kosmetika Indonesia menunjukkan terdapat 60% penderita akne pada tahun 2006 dan 80% pada tahun 2007. Di Indonesia, pada tahun 2012 pernah dilakukan penelitian hubungan perawatan kulit wajah dengan timbulnya akne vulgaris pada siswi SMA/MA/SMK di Semarang didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi membersihkan wajah dengan timbulnya akne vulgaris derajat ringan+sedang dan berat dan frekuensi membersihkan wajah belum tentu merupakan faktor resiko. Terdapat hubungan antara jenis pembersih wajah dengan timbulnya akne vulgaris derajat ringan+sedang dan berat dan jenis pembersih wajah merupakan faktor protektor. Terdapat hubungan antara penipis kulit wajah dengan timbulnya akne vulgaris derajat ringan+sedang dan berat dan frekuensi membersihkan wajah merupakan faktor protektor. Terdapat hubungan yang bermakna antara pemakaian bedak padat dengan timbulnya akne vulgaris derajat ringan+sedang dan berat dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pelindung wajah dengan timbulnya akne vulgaris derajat ringan+sedang dan berat dan pelindung wajah belum tentu merupakan faktor resiko3.2. Metode PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian analytic observasional dengan menggunakan desain cross sectional untuk mengetahui hubungan derajat berat ringannya akne vulgaris dengan penggunaan berbagai jenis kosmetik dengan sumber data primer yang diperoleh dari kuesioner penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas SriwijayaPopulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah semua mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya berusia 17-22 tahun. Penghitungan besar sampel didapatkan sampel minimal 138 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling dengan jenis consecutive sampling.Penelitian ini menggunakan program SPSS 19.0 untuk pengolahan data. Peneliti mengumpulkan data berupa: Distribusi responden berdasarkan usia, distribusi responden berdasarkan derajat akne vulgaris, distribusi responden berdasarkan genetik, distribusi responden berdasarkan kosmetik, hubungan akne vulgaris dengan genetik, hubngan akne vulgaris dengan kosmetik dan efek samping penggunaan kosmetik. 3. HasilAnalisis UnivariatUsiaPenelitian ini dilakukan pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Sriwijaya dengan usia 17-22 tahun yang melibatkan 138 Responden mahasiswi yang memenuhi kriteria inklusi. Rentang usia populasi pada penelitian ini diambil dari usia mahasiswi semester awal hingga akhir yaitu 17-22 tahun. Usia responden termuda pada penelitian ini adalah 17 tahun sebesar 7 (5,1%) sedangkan usia responden tertua adalah 22 tahun sebesar 5 (3,6%). Angka kejadian akne vulgaris tertinggi berusia 19 tahun sebesar 39 (28,3%) dan terendah berusia 22 tahun sebesar 5 (3,6%).

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia UsiaJumlahPersentase

1775,1

182921,0

193928,3

203626,1

212215,9

2253,6

Total138100

Derajat Akne Vulgaris Distribusi responden yang mengalami akne derajat ringan sebesar 40 (29%), sedangkan responden yang mengalami akne derajat sedang sampai berat sebesar 98 (71%). Sebagian besar responden mengalami akne derajat sedang sampai berat.Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Derajat Akne Derajat akneJumlahPersentase

Ringan4029

Sedang+berat9871

Total138100

GenetikResponden yang memiliki riwayat keluarga akne vulgaris sebesar 73 (52,9%) dan yang tidak memiliki akne vulgaris sebesar 65 (47,1%). Sebagian besar responden memiliki riwayat keluarga yang mengalami akne vulgaris.Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Genetik GenetikJumlahPersentase

Ya7352,9

Tidak6547,1

Total138100

KosmetikSebanyak 138 responden yang mengalami akne vulgaris, sebagian besar responden menggunakan kosmetik yaitu sebesar 136 (98%) dan yang tidak menggunakan kosmetik yaitu sebesar 2 (1,4%). Dari 138 responden yang menggunakan kosmetik diantaranya menggunakan kosmetik pembersih sebesar 136 (98,6%), kosmetik pelembab sebesar 102 (73,9%), kosmetik bedak sebesar 119 (86,2%) dan kosmetik pelindung sebesar 79 (57,2%).

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Kosmetik KosmetikJumlahPersentase

Pembersih Wajah

Tidak21,4

Ya13698,6

Pelembab Wajah11910.6

Tidak3626,1

Ya10273,9

Bedak Wajah

Tidak1913,8

Ya11986,2

Pelindung Wajah

Tidak736.5

Ya504.5

Analisis BivariatGenetikDari uji Chi-square untuk faktor genetik dengan nilai p=0,021, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor genetik dengan timbulnya akne vulgaris, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Evans, et al, yang menyatakan bahwa faktor genetik mempunyai pengaruh yang signifikan sebesar 31-97% terhadap derajat akne vulgaris pada semua usia4.

Tabel 5. Hubungan Derajat Akne Vulgaris dengan Genetik Ya 59,2 37,5 0,021GenetikDerajat Aknep

Berat Ringan% %

Tidak 40,8 62,5

Genetik Derajat Aknep

Berat Ringan % %

KosmetikTabel 6. Hubungan akne vulgaris dengan penggunaan kosmetik

Pembersih Ya 99,097,50,509 Tidak 1,0 2,5Pelembab Ya 78,6 62,50,051 Tidak 21,437,5 Bedak Ya 89,877,50,057 Tidak 10,222,5Pelindung Ya 63,342,50,025 Tidak 36,757,5

4. Pembahasan

UsiaBerdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa angka kejadian akne vulgaris tertinggi pada usia 19 tahun (28,3%). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sehat Kabau di Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro pada tahun 2012 bahwa kejadian akne vulgaris paling banyak ditemukan pada usia 19 tahun (28,0%)3. Namun secara teori puncak kejadian tertinggi akne vulgaris dijumpai pada usia 14-17 tahun1, hal ini disebabkan karena pada penelitian ini responden yang diambil adalah mahasiswi 17-22 tahun.Derajat Akne VulgarisBerdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden yang mengalami akne derajat ringan sebesar 40 (29%), sedangkan responden yang mengalami akne derajat sedang sampai berat sebesar 98 (71%) Sebagian besar responden mengalami akne derajat sedang sampai berat. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi Rahmawati di SMA/MA/SMK di Kota Semarang pada tahun 2012 bahwa sebagian besar responden mengalami akne derajat ringan5. Hal ini disebabkan karena pada penelitian ini responden yang diambil adalah mahasiswi, mahasiswi yang lebih cenderung menggunakan kosmetik dibandingkan pelajar SMA.GenetikBerdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa faktor genetik mempengaruhi timbulnya akne vulgaris. Sebagian besar responden memiliki riwayat keluarga yang mengalami akne vulgaris sebesar 73 (52,9%) dan yang tidak memiliki riwayat keluarga yang mengalami akne vulgaris sebesar 65 (47,1%). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi Rahmawati di SMA/MA/SMK di kota Semarang pada tahun 2012 bahwa sebagian besar responden memiliki riwayat keluarga yang mengalami akne vulgaris sebesar (89,1%)5. Secara teori menyatakan bahwa faktor genetik memberi pengaruh yang signifikan sebesar 31-97% terhadap derajat akne vulgaris pada semua usia4. Faktor riwayat keluarga sangat berpengaruh besar pada aktivitas kelenjar sebasea. Apabila kedua orang tua memiliki riwayat menderita akne vulgaris kemungkinan besar anaknya akan menderita akne vulgaris6.KosmetikDari uji Chi-square untuk penggunaan pembersih wajah dengan nilai p=0,509 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan pembersih wajah dengan derajat akne vulgaris, hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi Rahmawati di SMA/MA/SMK di Kota Semarang dengan nilai p=0,711, bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan pembersih kosmetik dengan timbulnya akne vulgaris5. Secara teori bahan dasar pembersih sebagain besar adalah air yang dapat diabsorpsi oleh kulit serta membersihkan sisa-sisa kotoran sampai jauh ke dalam pori7. Pembersih yang digunakan harus dapat menghilangkan kelebihan lipid barier kulit, menghindari pengikisan yang berlebihan karena dapat merangsang hiperaktifitas kelenjar sebasea untuk meningkatkan produksinya sebagai mekanisme terhadap kehilangan lipid kulit. Sebaiknya menggunakan bahan yang tidak iritatif. Membersihkan kulit tidak menggunakan bahan yang kasar, cukup menggunakan ujung-ujung jari8.Dari uji Chi-square untuk penggunaan pelembab wajah dengan nilai p=0,051, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan pelembab wajah dengan derajat akne vulgaris, hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi Rahmawati di SMA/MA/SMK di Kota Semarang dengan nilai p=0,594, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan pelembab wajah dengan derajat akne vulgaris5. Hal ini disebabkan karena jenis pelembab, frekuensi pemakaian serta jenis kulit yang berbeda-beda setiap individu. Secara teori bahan dasar pelembab terdiri dari campuran minyak dan air, pelembab mempunyai sifat dapat mengikat air dan membentuk lapisan lemak tipis yang mencegah penguapan air sehingga dapat mencegah kekeringan pada kulit9. Biasanya akne kosmetik terdapat pada perempuan dewasa setelah pemakaian kosmetik terutama pelembab10.Dari uji Chi-square untuk penggunaan bedak wajah dengan nilai p=0,057, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan bedak wajah dengan derajat akne vulgaris, hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi Rahmawati di SMA/MA/SMK di Kota Semarang dengan nilai p=0,028, terdapat hubungan antara penggunaan bedak wajah dengan derajat akne vulgaris5, hal ini disebabkan karena frekuensi pemakaian bedak yang berbeda-beda setiap individu. Namun secara teori bedak padat (compact powder) adalah jenis bedak yang sering menyebabkan akne. Pemakaian bedak dimaksudkan untuk mendapatkan covering efek pada wajah, yaitu untuk menutup permukaan kulit wajah. Bedak padat mempunyai kemampuan menutupi, jauh lebih baik dibandingkan bedak tabur karena memiliki ukuran partikel yang lebih kecil dan daya adhesi yang lebih kuat. Hal ini ditambah dengan zat pengikat (yang dipakai dalam proses pembuatan bedak padat) antara lain lanolin yang bersifat aknegenik, hal tersebut justru menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya akne vulgaris11.Dari uji Chi-square untuk penggunaan pelindung wajah dengan nilai p=0,025, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan pelindung wajah dengan derajat akne vulgaris,hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi Rahmawati di SMA/MA/MK Kota Semarang dengan nilai p=0,810, tidak terdapat hubungan bermakna antara penggunaan pelindung wajah dengan derajat akne vulgaris5. Hal ini disebabkan karena alat, bahan serta frekuensi penggunaan pelindung yang berbeda-beda setiap individu. Namun secara teori bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan tabir surya dapat menyebabkan sensitisasi kontak. Bahan-bahan ini meliputi derivat lanolin, trigliserida, asam lemak, petrolatum, emulsifiers, pengawet, pewangi, isopropil ester, dan sebagainya12.Efek SampingBerdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden mengalami efek samping setelah pemakaian kosmetik yaitu sebesar 70 (50,7%), sedangkan yang tidak mengalami efek samping yaitu sebesar 68 (49,3%). Hampir sebagian besar responden mengalami efek samping yang berupa akne vulgaris sebesar 48 (34,8%), flek-flek hitam sebesar 2 (1,4%) dan iritasi sebesar 20 (14,5%). Hal ini sesuai kepustakaan, berdasarkan Direktorat Jenderal P.O.M Departemen Kesehatan Republik Indonesia bahwa angka kejadian efek samping kosmetik di Indonesia yang tertinggi adalah akne vulgaris yaitu sebesar 86 (35,98%). Secara teori penggunaan kosmetik akan menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan karena faktor-faktor berikut : 1) Intensitas/lamanya kontak dengan kulit; 2) Lokasi pemakaian; 3) pH kosmetik, kosmetik dengan pH alkali dapat menimbulkan efek samping; 4) Kandungan bahan yang mudah menguap misalnya alcohol dapat mempertinggi konsentrasi bahan aktif sehingga dapat menimbulkan efek samping13.5. SimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor genetik dengan timbulnya akne vulgaris derajat ringan dan sedang + berat. Tidak terdapat hubungan antara penggunaan pembersih wajah dengan timbulnya akne vulgaris derajat ringan dan sedang + berat. Terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan pelembap wajah dengan timbulnya akne vulgaris derajat ringan dan sedang + berat. Terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan bedak wajah dengan timbulnya akne vulgaris derajat ringan dan sedang + berat. Terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan pelindung wajah dengan timbulnya akne vulgaris derajat ringan dan sedang + berat dan efek samping pemakaian kosmetik yang timbul paling banyak berupa akne vulgaris (34,8%), iritas (14,5%) dan hiperpigmentasi (1,4%).

Daftar Acuan1. Djuanda, A., M. Hamzah, dan S. Aisah. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ke-6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta, (Halaman 253-259).2. Baumann, L. and J. Keri. Acne ( Type 1 sensitive skin ). 2009. In: Cosmetic Dermatology Principles and Practice. 2nd ed. (Halaman 121-127). Mc Graw Hill, New York3. Kabau S. 2012. Hubungan antara Pemakaian Jenis Kosmetik dengan Kejadian Akne Vulgaris. (Skripsi) Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.4. Evans, D., K.M Kirk, D.R Nyholt, C.S Novak, and N.G Martin. 2005. Teenage Acne is influenced by Genetic Factors. British Journal of Dermatology vol 152(3): 579-581.(http://dx.doi.org/10.1111/j.13652133.2005.06387.)Diakses 22 Juni 2013).5. Rahmawati, S. 2012. Hubungan Perawatan Kulit Wajah dengan timbulnya Akne Vulgaris (Skripsi) Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.6. Wu, TQ., Mei ZQ, Zhang JX, Gong LF, Wu FJ, Wu WH, Li J et al 2007. Prevalence and Risk Factors of Facial Acne Vulgaris among ChineseAdolescents.(www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18348416)7. Hartadi, dkk., 1991. Dasar-dasar Dermatokosmetikologi. Badan penerbit Undip. Semarang, Indonesia (Halaman 24-25).8. Draelos, J.D., 2000. Skin Care Maintenance Product. Dalam: Atlas Cosmetic Dermatology, (Halaman 77-82). Churcill livingstone9. Achyar, R. Y. 1994. Dasar-dasar Kosmetika. Dalam: Kesehatan dan Kecantikan (Halaman 1-13). PP.Perdoski, Jakarta, Indonesia.10. Kligman, A.M., and G. Plewig, G.1975. Acne Morphogenesis and Treatment. (Halaman 162-163 dan 233-234). Springer verlag, Berlin.11. Pujianta, S. 2010 . Perbandingan antara Bedak Tabur dan Bedak Padat dengan timbulnya Akne Vulgaris pada Karyawati Toko Luwes Gading Surakarta (Skiripsi). Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.12. Duarte, I. and Campos Lage. AC. 2007. Frequaency of dermatoses associated with cosmetics. Contact Dermatitis. vol 56(4):211-213.13. Soebaryo RW. 1985. Pengetahuan Efek Samping Kosmetika sebagai Penunjang Keberhasilan Produksi Dalam Negeri. Seminar Sehari Penggunaan Kosmetika Dalam Negeri. Jakarta, Indonesia

BIODATA

Penulis INama: Fitri Zelia LizantyNIM: 04101401039Tempat Tanggal Lahir: Jambi, 20 Agustus 1992Jenis Kelamin: PerempuanNo Telepon/HP: 081272356096E-mail: [email protected]: Jl. Komp. Pol. H.M Damsyik No.1713 Sekip Jaya ,PalembangJurusan: Program Studi Pendidikan Dokter

Penulis IINama: dr. Izazi Hari Purwoko, SpKKNIP: 19680110 199708 1 001

Jenis Kelamin: Laki-LakiDepartemen: Kulit Dan Kelamin

Penulis IIINama: Prof. dr. Chairil Anwar, DAP&E, PhD, Sp.ParkNIP : 19531004 198303 1 002 Jenis Kelamin: Laki-lakiDepartemen: Parasitologi