DRAFT AWAL :

29
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah membawa perubahan dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah dibanding dengan Sistem Perencanaan sebelumnya. Perubahan tersebut antara lain terletak pada penamaan dokumen- dokumen perencanaan yang digunakan selama ini. Sebelumnya, di tingkat daerah dikenal dokumen perencanaan berupa Pola Dasar atau Garis-Garis Besar Haluan Daerah, Rencana Strategis (Renstra) Pemerintah Daerah, Program Pembangunan Daerah (Propeda) yang rentang waktu berlakunya masing-masing lima tahun. Kemudian oleh Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, dikenal dokumen perencanaan pembangunan daerah berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang rentang waktu berlakunya dua puluh tahun dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) serta Renstra unit kerja yang rentang waktu berlakunya lima tahun. Dari sisi ini, jelas adanya usaha untuk mensistimatisasi dokumen perencanaan tersebut sesuai masa berlakunya, sehingga tidak terkesan tumpang tindih. Pada sisi yang lain, Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 mencoba membenahi kelemahan pada sistem perencanaan sebelumnya dengan mengintegrasikan antara kepentingan Nasional dan kepentingan Daerah secara bersamaan. Hal ini dapat dilihat dari mekanisme penyusunan dan penetapan Perencanaan yang pada ujungnya diharapkan agar permasalahan Daerah dan permasalahan Nasional baik melalui dokumen perencanaan daerah maupun melalui dokumen perencanaan Nasional dapat dijawab melalui arah pembangunan yang ditetapkan. Hal terakhir ini sekaligus menjadi jawaban atas kekhawatiran sebagian pihak akan adanya kemungkinan kepentingan daerah sebagai perwujudan dari otonomi daerah tidak terakomodir secara maksimal melalui sistem perencanaan yang diatur oleh Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004.

Transcript of DRAFT AWAL :

Page 1: DRAFT AWAL :

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional telah membawa perubahan dalam Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional dan Daerah dibanding dengan Sistem Perencanaan

sebelumnya. Perubahan tersebut antara lain terletak pada penamaan dokumen-

dokumen perencanaan yang digunakan selama ini. Sebelumnya, di tingkat daerah

dikenal dokumen perencanaan berupa Pola Dasar atau Garis-Garis Besar Haluan

Daerah, Rencana Strategis (Renstra) Pemerintah Daerah, Program Pembangunan

Daerah (Propeda) yang rentang waktu berlakunya masing-masing lima tahun.

Kemudian oleh Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, dikenal dokumen

perencanaan pembangunan daerah berupa Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJPD) yang rentang waktu berlakunya dua puluh tahun dan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) serta Renstra unit

kerja yang rentang waktu berlakunya lima tahun. Dari sisi ini, jelas adanya usaha

untuk mensistimatisasi dokumen perencanaan tersebut sesuai masa berlakunya,

sehingga tidak terkesan tumpang tindih.

Pada sisi yang lain, Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 mencoba membenahi

kelemahan pada sistem perencanaan sebelumnya dengan mengintegrasikan

antara kepentingan Nasional dan kepentingan Daerah secara bersamaan. Hal ini

dapat dilihat dari mekanisme penyusunan dan penetapan Perencanaan yang pada

ujungnya diharapkan agar permasalahan Daerah dan permasalahan Nasional baik

melalui dokumen perencanaan daerah maupun melalui dokumen perencanaan

Nasional dapat dijawab melalui arah pembangunan yang ditetapkan.

Hal terakhir ini sekaligus menjadi jawaban atas kekhawatiran sebagian pihak akan

adanya kemungkinan kepentingan daerah sebagai perwujudan dari otonomi daerah

tidak terakomodir secara maksimal melalui sistem perencanaan yang diatur oleh

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004.

Page 2: DRAFT AWAL :

2

Dengan pendekatan penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah yang

mengkombinasikan aspek politik, teknokratik, top down dan bottom up, semangat

otonomi daerah tersebut akan tetap terpelihara. Kemudian akan mendapat

penajaman perhatian ketika kepentingan-kepentingan daerah dirumuskan pada

Musrenbang Provinsi, Musrenbang Regional dan Musrenbang Nasional.

Dalam konteks itulah, maka dokumen perencanaan pembangunan Kota Makassar

memerlukan penyesuaian dengan memperhatikan kondisi, potensi dan

permasalahan Kota Makassar serta harapan-harapan masyarakat Kota Makassar

untuk dapat dirumuskan secara sistimatis dan ditetapkan secara legal formal dan

dalam konteks inilah perlu dipahami sejarah perkembangan Makassar serta

kondisinya saat ini.

Jauh sebelum masa kemerdekaan, Kota Makassar telah berkembang dengan

pesat, malah pada abad ke 17 kota ini tercatat sebagai salah satu dari sepuluh kota

terbesar di Asia.

Pesatnya perkembangan Makassar berdasar catatan sejarah, dimungkinkan oleh

paling tidak empat faktor. Pertama adalah letak strategis kota ini pada bentangan

Selat Makassar yang memungkinkan kemudahan akses ke dalam maupun ke luar

Kota Makassar. Kedua, yakni faktor ”keterbukaan” Kota Makassar dalam menerima

berbagai suku bangsa dalam interaksi perdagangan internasional, sehingga tidak

mengherankan jika pada beberapa abad lalu di Makassar telah bermukim aneka

suku bangsa Asia dan Eropa yang hingga saat ini sebagian masih menyisakan anak

keturunan mereka. Ketiga, adalah faktor dukungan kultur maritim yang berkembang

di Kota Makassar dan daerah sekitarnya yang memungkinkan kemudahan

terbangunnya lalulintas laut serta perdagangan pesisir. Keempat, yakni dukungan

oleh daerah sekitar Makassar yang mampu mensuplai kebutuhan berbagai hasil

bumi untuk kebutuhan perdagangan.

Pesatnya perkembangan Makassar tersebut ternyata masih meninggalkan kesan

yang mendalam bagi warga kota ini, sehingga tidak mengherankan jika ketika

Makassar berubah nama menjadi Ujung Pandang, pada suatu ketika kemudian

mendapat desakan dari masyarakat agar nama ini dikembalikan untuk dapat selalu

Page 3: DRAFT AWAL :

3

mengingatkan kenangan atas kebesaran nama Makassar tersebut yang secara

formal ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 86 tahun 1999.

Tidak hanya sebatas sebagai kenangan sejarah, melainkan saat ini bagi sebagian

besar warga Kota Makassar berharap agar kota mereka tetap dapat menjadi sebuah

kota metropolis yang dapat memberi pelayanan prima bagi warga kota dan para

pendatang/wisatawan, serta dapat menjadi pusat kemajuan dan perkembangan

paling tidak dikawasan Timur Indonesia. Harapan yang demikian ini sejalan dengan

kedudukan Makassar sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan dan sebagai

gerbang bagi Kawasan Timur Indonesia.

Kebesaran Makassar dalam catatan sejarah dan harapan warga kota ini untuk

menjadikan Makassar sebagai kota pelayanan yang maju dan berkembang,

kemudian dihadapkan dengan berbagai permasalahan, kendala serta keterbatasan

sebagaimana layaknya kota-kota lain yang tengah tumbuh dan berkembang sesuai

dinamikanya.

Permasalahan tersebut dapat muncul dari pertumbuhan penduduk yang begitu

pesat dengan berbagai konsekuensinya. Tuntutan atas peningkatan kuantitas dan

kualitas pelayanan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang, keterbatasan

kapasitas lingkungan atas kebutuhan dan perkembangan kota serta permasalahan

mendasar lainnya.

Menghadapi situasi yang demikian ini, diperlukan adanya upaya sistematis dalam

mengarahkan perkembangan Kota Makassar sesuai harapan masyarakat pada satu

sisi dihadapkan dengan berbagai permasalahannya pada sisi yang lain, dengan

dukungan potensi Kota Makassar sebagai faktor yang dapat menggerakkan

pembangunan daerah.

Dalam konteks ini perencanaan pembangunan daerah memiliki kedudukan strategis

dalam rangka mengarahkan harapan-harapan masyarakat dalam bentuk arah

pembangunan daerah dengan tekanan pada aspek kebutuhan yang mendasar dan

paling mendesak sebagai skala prioritas, karena adanya keterbatasan untuk

memenuhi seluruh kebutuhan dari dinamika dan perkembangan daerah. Dengan

demikian perencanaan pembangunan dimaksud merupakan wujud dari sistimatisasi

kebutuhan daerah dalam rentang waktu tertentu dikaitkan dengan kemampuan

Page 4: DRAFT AWAL :

4

untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal terakhir ini kemudian diformulasi dalam

bentuk kebijakan program dan rencana kerja daerah.

Dalam bentuk sistimatisasi yang dikemukakan di atas maka kepentingan daerah

akan diletakkan secara proporsional sebagaimana dimaksud dalam Undang-

undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian telah disempurnakan melalui

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang

memberi tekanan pada perlunya Otonomi Daerah.

Semangat otonomi Daerah tersebut secara proporsional pula diletakkan pada

kepentingan nasional, karena itu sistem perencanaan pembangunan sebagaimana

diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional mencoba mengintegrasikan antara kepentingan daerah

dan kepentingan nasional secara bersamaan. Model perencanaan yang demikian

ini pada akhirnya akan menciptakan sinergitas penyelesaian masalah nasional

dalam skala lokal dan penyelesaian masalah lokal dalam kebijakan nasional.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 mengemukakan bahwa Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah merupakan dokumen perencanaan untuk

periode 20 (dua puluh) tahun. Dengan rentang waktu tersebut dimaksudkan agar

tercipta kesinambungan Program Pembangunan yang didukung oleh

kesinambungan pembiayaan Program Pembangunan tersebut dalam jangka

panjang 20 (dua puluh) tahun.

Untuk kepentingan nasional Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD) yang dapat disinergikan dengan perkembangan dinamika Pembangunan

Daerah mencakup pembangunan sumberdaya manusia, pembangunan sosial

budaya, pembangunan ekonomi, pembangunan kawasan tataruang, pembangunan

hukum, pembangunan pemerintahan dan pembangunan politik.

Mencermati pembangunan Kota Makassar dan kecenderungannya ke depan,

cakupan Pembangunan Nasional dimaksud memiliki relevansi atas dinamika dan

kebutuhan daerah. Namun tetap perlu digaris bawahi, segi karakteristik

perkembangan Kota Makassar, sehingga di dalam Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJPD) ini nuansa kepentingan Daerah mendapat perhatian

secara serius. Dengan demikian, maka integrasi antara kepentingan Nasional pada

Page 5: DRAFT AWAL :

5

satu sisi dan kepentingan Daerah pada sisi yang lain menjadi satu kesatuan yang

bersinergi.

B. Pengertian

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) adalah dokumen

perencanaan pembangunan daerah yang memuat visi, misi, dan arah

pembangunan daerah Kota Makassar untuk masa 20 tahun ke depan terhitung dari

tahun 2005-2025.

C. Maksud dan Tujuan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Makassar Tahun

2005-2025 ditetapkan dengan maksud agar para penentu dan penyelenggara

kebijakan mempunyai arah yang jelas dalam penyelenggaraan pemerintahan,

pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.

RPJPD Kota Makassar ditetapkan dengan tujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat, mewujudkan kehidupan yang demokratis, berkeadilan sosial,

melindungi hak azasi manusia, menegakkan supremasi hukum dalam tatanan

masyarakat yang beradab, berakhlak mulia dan maju untuk kurun waktu 2005-2025.

D. Landasan Hukum

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota

Makassar didasarkan pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional.

E. Pendekatan

Dalam penyusunan RPJPD Kota Makassar 2005-2025 digunakan empat

pendekatan secara bersamaan. Keempat pendekataan dimaksud adalah :

1. Pendekatan Politik

Dengan pendekatan ini dimaksudkan bahwa Kepala Daerah dipilih oleh rakyat

melalui mekanisme yang ditetapkan oleh undang-undang antara lain didasarkan

pada pertimbangan program-progam pembangunan yang ditawarkan kepada

Page 6: DRAFT AWAL :

6

rakyat. Oleh karena itu, agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan

tersebut perlu disinergikan dengan kebutuhan rakyat melalui mekanisme

penyusunan perencanaan pembangunan dengan melibatkan kepentingan

rakyat melalui mekanisme secara representatif. Selain itu, RPJPD juga melalui

mekanisme pembahasan dan persetujuan DPRD.

2. Pendekatan Teknokratik

Dengan pendekatan ini dimaksudkan bahwa dokumen perencanaan

pembangunan daerah dilaksanakan dengan menggunakan metode dan

kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional

bertugas untuk itu.

3. Pendekatan Bottom-Up (Bawah-Atas)

Dengan pendekatan ini dimaksudkan bahwa penyusunan dokumen

perencanaan pembangunan daerah bersifat partisipatif dengan melibatkan

semua pihak yang berkepentingan (steakholders) terhadap pembangunan

daerah. Pelibatan tersebut merupakan perwujudan partisipasi masyarakat yang

sekaligus diharapkan menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab atas

dokumen perencanaan pembangunan ini.

4. Pendekatan Top-Down (Atas-Bawah)

Dengan Pendekatan ini dimaksudkan bahwa penyusunan dokumen

perencanaan pembangunan daerah memperhatikan aspek keserasian dan

keselarasan sesuai dengan jenjang pemerintahan melalui musyawarah

pembangunan tingkat provinsi dan nasional, serta memperhatikan dokumen

perencanaan pembangunan tingkat provinsi dan nasional.

F. Proses dan Sistematika Penyusunan

1. Proses

Pada garis besarnya proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJPD) Kota Makassar melalui tiga tahap.

Tahap pertama, adalah identifikasi permasalahan dan potensi daerah yang

dilakukan dengan cara studi dokumentasi dan Musyawarah Perencanaan

Page 7: DRAFT AWAL :

7

Pembangunan (Musrenbang) dengan melibatkan stakeholders pembangunan di

tingkat kecamatan dan kota.

Tahap kedua, adalah perumusan agenda masalah yang mendesak dan arah

pembangunan Kota Makassar yang melibatkan stakeholders pembangunan

tingkat Kota Makassar.

Tahap ketiga, adalah penetapan agenda masalah dan arah pembangunan Kota

Makassar oleh pihak Legislatif dan Walikota.

2. Sistematika RPJPD

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJD) Kota Makassar Tahun

2005-2025 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I Merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, landasan

hukum, maksud dan tujuan, pendekatan serta proses dan

sistematika penyusunan RPJPD.

Bab II Merupakan kondisi umum yang menggambarkan kondisi daerah

dan permasalahan

Bab III Merupakan Visi, Misi dan Nilai

Bab IV Merupakan arah pembangunan Kota Makassar yang berisi arah

umum, arah pembangunan sumberdaya manusia, arah

pembangunan sosial budaya, arah pembangunan ekonomi, arah

pembangunan kawasan dan tata ruang, arah pembangunan

pemerintahan serta arah pembangunan politik, hukum dan

keamanan.

Bab V Merupakan penutup

Page 8: DRAFT AWAL :

8

BAB II

KONDISI UMUM

A. Kondisi Daerah

1. Kondisi Geografis.

Kota Makassar terletak pada pertemuan antara 119o 18’ 27’ 97” - 190o 32’ 31’

03’’ BT dan 05o 30’ 30” - 05o 14’ 49” LS yang berbatasan dengan Kabupaten

Pangkajene Kepulauan (Pangkep) di sebelah Utara, Kabupaten Maros di

sebelah Timur, Kabupaten Gowa di sebelah Selatan dan Selat Makassar di

sebelah Barat.

Luas wilayah Kota Makassar adalah 17.577 ha, yang terdiri dari daratan utama

seluas 17.437 ha, daratan pulau-pulau kecil 140 ha dan luas perairan laut 10.000

ha. Kota Makassar memiliki 12 buah pulau dan 1 gusung.

Kota Makassar mempunyai dua jenis musim setiap tahunnya, yaitu musim

penghujan dan musim kemarau. Pada kondisi normal, musim penghujan terjadi

pada Desember – April dan musim kemarau terjadi pada Mei – November. Curah

hujan tahunan rata-rata 177 mm dengan hari hujan rata-rata 144 hari per tahun.

Iklim Kota Makassar tergolong tropis basah dengan kelembaban udara berkisar

antara 74% - 84%, suhu udara antara 24,5˚C – 31,8˚C.

Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan nol

sampai lima derajat ke arah barat yang dialiri dua muara sungai yaitu sungai

Tallo yang bermuara di bagian Utara kota dan sungai Jeneberang yang

bermuara di Selatan kota. Dari 14 Kecamatan dalam wilayah Kota Makassar,

diantaranya 7 Kecamatan berbatasan dengan wilayah pantai, yakni Tamalate,

Mariso, Ujung Pandang, Ujung Tanah, Tallo dan Biring Kanaya.

2. Kondisi Demografi.

Pada bulan Juni tahun 2000 penduduk Kota Makassar berjumlah 1.112.688 jiwa,

kemudian pada bulan Desember tahun 2004 menjadi 1.179.023 jiwa yang berarti

terjadi pertumbuhan sebanyak 79.004 jiwa dalam waktu empat tahun atau

mengalami pertumbuhan rata-rata 1,55% per tahun.

Dengan jumlah penduduk tersebut, wilayah Kecamatan terbesar penduduknya

adalah Tamalate yakni 143.987 jiwa atau 12,21%, menyusul Kecamatan

Page 9: DRAFT AWAL :

9

Rappocini yakni 136.128 jiwa atau 11,55% dan Kecamatan Panakkukang yakni

127.648 jiwa atau 10,96% dari total penduduk Kota Makassar.

Dibandingkan dengan luas wilayah Kota Makassar, maka pada tahun 2003

tingkat kepadatan penduduk Kota adalah 6.708 jiwa/km², meningkat sebesar

1,64% dari tahun 2003, yakni 6.600 jiwa/km², sementara tingkat kepadatan untuk

wilayah Kecamatan yang paling padat adalah Kecamatan Makassar yakni

31.408 jiwa/km² dan menyusul Kecamatan Mariso yakni 28.724 jiwa/km².

Sedang wilayah Kecamatan yang tingkat kepadatannya masih rendah dibanding

Kecamatan lainnya adalah Kecamatan Biringkanaya yakni 2.460 jiwa /km²,

kemudian Kecamatan Tamalanrea yakni 2.646 jiwa/km² dan menyusul

Kecamatan Manggala yakni 3.828 jiwa/km².

Kondisi penduduk berdasarkan komposisi umur dapat dilihat dari bentuk struktur

atau piramida penduduknya. Dari sudut pandang ini, maka penduduk Kota

Makassar tergolong dalam ciri Expansive, yakni sebagian besar penduduknya

berada dalam kelompok usia muda. Dari 1.179.023 jiwa penduduk Kota

Makassar terdapat 582.382 laki-laki dan 596.641 perempuan, dimana untuk usia

0 – 39 tahun berjumlah 934.357 jiwa atau 79,25% sedang selebihnya penduduk

usia 40 tahun ke atas berjumlah 244.666 jiwa atau 20,75%. Pada tahun 2002

pencari kerja tercatat sebanyak 23.903 orang yang terdiri dari 10.823 orang laki-

laki dan 13.080 perempuan. Angka ini meningkat menjadi 28.326 orang pada

tahun 2003 atau meningkat sebesar 18,50% dari tahun sebelumnya. Dari jumlah

pencari kerja tersebut umumnya adalah mereka yang berpendidikan sarjana

yakni 14.515 orang atau 51,24%, kemudian yang berpendidikan SLTA yakni

9.310 orang atau 32,87%, berikut adalah yang berpendidikan Sarjana Muda /D3

yakni 3.585 orang atau 12,66%, menyusul yang berpendidikan Diploma 1 dan

Diploma 2 sebanyak 616 orang atau 2,17%, kemudian yang berpendidikan SLTP

sebanyak 247 orang atau 0,87%, dan terakhir adalah mereka yang

berpendidikan Sekolah Dasar yakni 52 orang atau 0,18%.

3. Kondisi Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita Kota Makassar dari tahun

1998 hingga 2003 menurut harga berlaku menunjukkan kecenderungan yang

meningkat rata-rata Rp. 860.497,40 setiap tahunnya. Jika pada tahun 1998

Page 10: DRAFT AWAL :

10

PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku sebesar Rp. 4.293.228,- maka pada

tahun 2003 tercatat sebesar Rp. 8.595.715,- atau tumbuh sebesar 100,22%

dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 20,04% per tahun.

Sedang menurut harga konstan PDRB tersebut juga mengalami kenaikan. Jika

pada tahun 1998 tercatat sebesar Rp. 2.212.970,- maka pada tahun 2003

menjadi Rp.2.947.537,- bertambah sebesar Rp.734.567,- atau Rp.146.913,40,-

per tahun dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 6,64% per tahun.

Dari sudut struktur ekonomi, hingga tahun 2003 Kota Makassar didominasi oleh

sektor perdagangan, hotel dan restoran yakni 25,01%, menyusul industri

pengolahan sebesar 23,15%, sektor jasa sebesar 12,09%, angkutan dan

komunikasi 16,44%, serta sektor keuangan, sewa, dan jasa perusahaan sebesar

10,74%.

Kondisi ekonomi Kota Makassar dapat pula ditunjukkan oleh perusahaan yang

beroperasi dalam kurun waktu tertentu. Data statistik menunjukkan bahwa pada

tahun 1999 jumlah perusahaan beroperasi di Kota Makassar sebanyak 1.301

perusahaan. Angka ini meningkat menjadi 2.755 perusahaan pada tahun 2003

atau meningkat rata-rata 27,94% per tahun. Dari jumlah perusahaan tersebut

sebanyak 163 perusahaan atau 5,92% tergolong perusahaan/ perdagangan

besar, sebanyak 705 perusahaan atau 25,59% tergolong perusahaan /

perdagangan menengah, sebanyak 1.761 perusahaan atau 63,92% kategori

perusahaan / perdagangan kecil dan 126 unit atau 4,57% perusahaan cabang.

Kondisi ekonomi ini dapat pula dilihat dari perkembangan investasi. Dalam kurun

waktu 2000-2002 investasi di Kota Makassar meningkat dengan nilai sebesar

259.192 juta rupiah menjadi 869.472 juta rupiah atau tumbuh sebesar 235,45%

atau dengan kenaikan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 117,73%. Nilai

investasi tersebut mengalami penurunan pada tahun 2003, yakni sebesar

297.551 juta rupiah, jumlah ini meningkat pada tahun 2004 menjadi 520.370,32

juta rupiah atau meningkat sebesar 74,88%.

Demikian halnya kondisi ekonomi Kota Makassar ditunjukkan oleh

perkembangan penerimaan daerah dalam kurun waktu tertentu. Pada tahun

2000 penerimaan Pemerintah Kota Makassar adalah 132.287.816 juta rupiah,

Page 11: DRAFT AWAL :

11

maka pada tahun 2003 penerimaan tersebut menjadi 531.588.212 juta rupiah

atau meningkat sebesar 301,84% atau sebesar 100,61% per tahun.

4. Kelembagaan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2005 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah telah merubah paradigma pemerintahan dari

sistem sentralistik ke sistem desentralisasi. Perubahan ini memberi kewenangan

dan kesempatan yang lebih luas dan bertanggungjawab kepada daerah untuk

mengelola dan mengembangkan sumberdaya yang dimiliki. Hal ini juga

sekaligus menuntut daerah untuk lebih profesional dan mandiri dalam

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan

kemasyarakatan.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 juga memberi penegasan antara fungsi

Pemerintah Daerah yang merupakan badan eksekutif dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) yang merupakan badan legislatif daerah. Adanya

ketegasan fungsi dari kedua lembaga ini sangat bermanfaat bagi proses

demokratisasi dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan, sehingga chack

and balances dapat diterapkan menuju ke pemerintahan yang baik (good

governance), yakni pemerintahan yang adil, transparan, partisipatif dan

akuntabel.

Perubahan yang mendasar dalam sistem pemerintahan juga berimplikasi pada

tatanan organisasi Pemerintah Kota Makassar sebagai upaya menjawab

dinamika yang terus berkembang, sehingga saat ini berdasarkan kondisi

kelembagaan Pemerintah Kota Makassar pada garis besarnya terdiri atas :

Sekretariat Daerah yang membawahi tiga asisten, Sekretariat Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), lembaga teknis berupa badan sebanyak 3

unit, Insppektorat 1 unit, Satpol PP 1 unit, Dinas Daerah sebanyak 14 unit dan

Kantor sebanyak 4 unit, BUMD (Perusahaan Daerah) sebanyak 7 unit dan

Bagian sebanyak 11 unit. Sedang untuk tingkat Kecamatan dan Kelurahan

terdapat 14 Kecamatan dan 143 Kelurahan.

5. Sosial Budaya.

a. Pendidikan.

Page 12: DRAFT AWAL :

12

Pada tahun 2004 Kota Makassar memiliki 441 unit sekolah dasar dengan

jumlah guru sebanyak 3.389 orang dan sebanyak 134.822 orang murid.

Untuk tingkat SLTP terdapat 154 unit sekolah, dengan guru sebanyak 4.101

orang dan jumlah murid sebanyak 55.608 orang. Sedang tingkat SLTA

terdapat 186 unit sekolah dengan guru sebanyak 2.887 orang dengan murid

sebanyak 36.776 orang.

Untuk tingkat Perguruan Tinggi terdapat 62 unit pendidikan berupa

Universitas, Institut, Sekolah Tinggi dan Akademi. Dengan jumlah

mahasiswa sebanyak 125.432 orang dan tenaga pengajar (dosen) sebanyak

7.974 orang.

b. Kesehatan.

Jumlah sarana kesehatan di Kota Makassar pada tahun 2004 terdiri atas 16

unit Rumah Sakit, 36 unit Puskesmas, 2 unit Rumah Sakit Pembantu dan 61

buah poliklinik. Disamping itu juga terdapat 1.110 unit tempat dokter praktek

serta 142 unit tempat bidan praktek.

c. Agama dan Budaya.

Penduduk Kota Makassar adalah masyarakat yang majemuk dilihat dari

agama dan keyakinan mereka. Hal ini tercermin pula dari adanya tempat

ibadah masyarakat yang beragam. Pada tahun 2004 Kota Makassar memiliki

738 buah Mesjid/Mushallah, 69 buah Gereja Protestan, 19 buah Gereja

Katolik, 3 buah peribadatan Budha dan 2 buah Peribadatan Hindu.

Selain keanekaragamaan latar belakang agama, penduduk Kota Makassar

juga mempunyai keragaman latar belakang budaya. Hal tersebut tidak hanya

keragaman dalam kerangka budaya regional Sulawesi Selatan seperti Bugis,

Makassar, Toraja dan Mandar, tetapi juga dalam kerangka budaya Nasional

maupun antar Negara. Dalam kemajemukan budaya tersebut, masyarakat

Kota Makassar dihadapkan pada arus informasi yang begitu deras yang

kemudian membawa nilai-nilai budaya baru. Hal ini pada batas-batas tertentu

dapat menjadi ancaman kultural terhadap nilai-nilai budaya yang telah ada

serta memungkinkan terciptanya area konflik kultural.

d. Kesejahteraan Sosial.

Page 13: DRAFT AWAL :

13

Ditinjau dari pendapatan perkapita, penduduk Kota Makassar cukup

memadai dibanding daerah-daerah lainnya di Sulawesi Selatan, namun

masalah kemiskinan tetap merupakan salah satu faktor penghambat

akselerasi pembangunan.

Pada tahun 2003 tercatat masih terdapat sekitar 25.501 keluarga pra

sejahtera karena alasan ekonomi dan 3.100 keluarga pra sejahtera karena

alasan non ekonomi. Selain itu, tercatat pula pada tahun 2003 sebanyak

3.306 anak asuh yang ditampung pada 65 unit panti asuhan, serta

gelandangan/pengemis sebanyak 385 orang dan anak jalanan sebanyak

2.692 orang. Selain itu, Kota Makassar juga masih dihadapkan pada issu

strategis berupa perlunya kesetaraan gender serta pengembangan potensi

pemuda yang dapat mendukung akselerasi pembangunan kota dalam

berbagai dimensi kepentingan.

6. Sarana dan Prasarana.

a. Jalan.

Hingga akhir tahun 2004 panjang jalan dalam Kota Makassar adalah

1.593,46 km. berdasarkan jenis permukaan, jalan tersebut terdiri atas jalan

aspal sepanjang 1.066,73 km atau 66,94 %, jalan kerikil 187,22 km atau

11,75 %, jalan tanah sepanjang 166,35 km atau 10,44 %, dan jenis

permukaan lainnya sepanjang 173,16 km atau 11,37 %.

Sedang berdasar pada kondisi jalan tersebut maka pada tahun 2004

tercatat sepanjang 1.287,51 km atau 80,80 % dengan kondisi baik, 152,5

km atau 9,57 % dengan kondisi sedang, 140,4 km atau 8,81 % dengan

kondisi rusak ringan, sedang yang rusak berat adalah 13,5 km atau 0,82%.

b. Sarana Ekonomi

Sarana ekonomi penting yang ada di Kota Makassar hingga tahun 2003

terdiri atas pasar sebanyak 45 unit, toko/kios sebanyak 10.181 buah,

swalayan sebanyak 125 buah dan Mall sebanyak 9 buah.

c. Sarana Kebersihan.

Untuk mendukung pengelolaan kebersihan kota, hingga akhir 2003

fasilitas yang tersedia adalah tempat pembuangan akhir sebanyak 1 lokasi,

bangunan pengomposan 1 unit dengan didukung oleh alat angkut sampah

Page 14: DRAFT AWAL :

14

sebanyak 339 unit dengan rincian ; Gerobak sampah 234 unit, truck

terbuka kecil 1 unit, mini truck 8 unit, truck compaktor kecil 2 unit, Dump

Truck kecil 35 unit dan Arm rol kecil 59 unit.

d. Drainase dan Tempat Peresapan Air

Sarana yang tidak kalah pentingnya adalah drainase dan tempat

peresapan air. Hingga saat ini, kedua hal tersebut masih dirasa

kurang. Selain itu, untuk drainase Kota Makassar yang telah ada

kurang mendapat perawatan, sehingga belum optimal

pemanfaatannya.

e. Air Bersih.

Hingga tahun 2003 Kota Makassar dapat memproduksi air bersih

sebanyak 2.290 liter / detik dengan suplai ke pelanggan oleh PDAM

sebesar 32.157.354 meter kubik dengan jumlah pelanggan sebanyak

115.624 unit. Ini dimungkinkan oleh beroperasinya lima instalasi air bersih

masing-masing ; Instalasi Ratulangi, Instalasi Panaikang, Instalasi Antang,

Instalasi Maccini Sombala dan Instalasi Somba Opu.

Sementara itu, jumlah pelanggan PDAM juga mengalami pertumbuhan.

Pada tahun 1999 pelanggan PDAM tercatat 83.131 unit, kemudian pada

tahun 2003 menjadi 115.624 unit atau meningkat rata-rata 9,77 % per

tahun.

B. Permasalahan.

Kota Makassar adalah suatu daerah simpul kegiatan pada berbagai sektor, tujuan

migrasi dan sebagai kota dengan latar belakang penduduk yang majemuk serta

sebagai kota yang diharapkan mengambil peran strategis di Kawasan Timur

Indonesia. Dalam kedudukan tersebut, Makassar selalu dihadapkan dengan

berbagai masalah seperti layaknya kota-kota yang tengah tumbuh dan berkembang

secara pesat. Musyawarah perencanaan pembangunan dalam rangka penyusunan

RPJPD 2005 – 2025 dan RPJMD 2005 – 2009 yang melibatkan multi pihak di Kota

Makassar menunjukkan bervariasinya permasalahan yang dihadapi saat ini dan

juga kedepan.

Page 15: DRAFT AWAL :

15

Diantara masalah-masalah yang mengemuka adalah penanganan pendidikan yang

belum optimal, soal pelayanan kesehatan yang belum memadai, keterbatasan

sarana jalan, drenase dan sarana fisik lainnya, ancaman atas kelestarian

lingkungan dan tata ruang yang mengkhawatirkan, masalah kesempatan kerja dan

kesempatan berusaha yang terbatas, pelayanan publik oleh pemerintah yang

terbatas, soal keterbatasan lahan untuk pemukiman dan publik space, masalah

semrawutnya penataan pasar tradisional, kemacetan lalu lintas, penanganan

sampah yang belum optimal, serta masalah yang bersifat non fisik seperti

penegakan hukum yang perlu dimaksimalkan, pemberdayaan masyarakat miskin,

peningkatan pendidikan luar sekolah dan berbagai masalah lainnya.

Berkaitan dengan itu, pada garis besarnya permasalahan pokok yang dihadapi oleh

Kota Makassar dapat dikelompokkan menjadi 3 bahagian, yaitu masalah yang

terkait langsung dengan dimensi substantif dari kualitas hidup manusia, kemudian

masalah yang terkait dengan aspek instrumental terhadap upaya menciptakan

manusia yang berkualitas serta masalah umum yang hampir dihadapi oleh kota-

kota yang tengah tumbuh dan berkembang.

Perhatian terhadap kualitas manusia ini berkaitan dengan kenyataan bahwa tingkat

kualitas tersebut masih belum memadai dalam rangka mengakselerasi berbagai

potensi kota pada satu sisi, dan pada sisi lain justru diharapkan dapat mendorong

percepatan pembangunan ke arah Makassar yang maju, mandiri, bermartabat dan

manusiawi.

1. Masalah kualitas manusia :

Disamping kemajuan yang telah dicapai oleh Kota Makassar dalam pembentukan

kualitas manusia, maka agenda penting ke depan yang perlu mendapat perhatian

antara lain adalah :

a. Kualitas Pendidikan

Hingga tahun 2004, Makassar masih memiliki angka usia sekolah dasar yang

tidak mengecap pendidikan Sekolah Dasar sebanyak 9.001 orang atau 6,94%

terhadap usia pendidikan Sekolah Dasar, yakni 129.785 orang. Sedang mereka

yang sedang mengikuti pendidikan SD berjumlah 120.784 orang atau 93,06%

atas jumlah usia Sekolah Dasar (7 tahun – 12 tahun).

Page 16: DRAFT AWAL :

16

Selain itu pada tahun yang sama masih terdapat 20.628 orang yang idealnya

menikmati pendidikan SLTP atau 23,87% terhadap penduduk usia pendidikan

SLTP (13 tahun – 15 tahun) justru belum memperoleh kesempatan untuk

jenjang pendidikan tersebut.

Permasalahan pokok yang dihadapi dalam kaitannya dengan data-data di atas

terletak pada; masih besarnya beban biaya pendidikan bagi golongan tertentu

warga kota, belum terciptanya pemerataan sarana sekolah serta sistem

penerimaan murid atau siswa yang memberatkan bagi sebagian warga kota,

termasuk di dalamnya tingkat kesejahteraan dan kualitas guru yang belum

memadai. Selain itu, juga masih dirasakan bahwa dana operasional untuk

masing-masing sekolah belum memadai, terutama pada tingkat Sekolah Dasar.

b. Derajat Kesehatan

Untuk derajat kesehatan masyarakat, hingga tahun 2003 Kota Makassar masih

dihadapkan pada angka kematian bayi yaitu 34 orang per seribu kelahiran

hidup. Sedang untuk angka harapan hidup mencapai 71,4 tahun, sementara

masih dijumpai ancaman penyakit menular berupa diare, typoid, campak dan

DHP dan secara kumulatif pada tahun 2003 mencapai angka 46.180 penderita

dan pada tahun 2004 meningkat menjadi 53.070 penderita atau naik sebesar

14,92%.

c. Pengangguran

Dari tahun 1998 hingga 2003 Kota Makassar dihadapkan pada angka

pengangguran terbuka yang sedikit mengalami penurunan. Untuk tahun 1998

pengangguran terbuka tersebut tercatat 17,92 %, sementara pada tahun 2003

tercatat 17,23%, berarti turun hanya 0,7%.

Selain itu Kota Makassar secara serius dihadapkan pada angka pengangguran

terdidik, yakni sebesar 20,96% pada tahun 2003 jauh di atas angka

pengangguran terdidik Sulawesi Selatan yang besarnya adalah 15,63%.

Angka-angka pengangguran seperti di atas dengan sendirinya secara langsung

terkait dengan upaya peningkatan pendapatan masyarakat yang menjadi salah

satu parameter dalam mengukur kualitas manusia.

2. Instrumen pendukung kualitas manusia

Page 17: DRAFT AWAL :

17

Gambaran tentang masalah kualitas hidup manusia yang telah dikemukakan

memberi isyarat akan adanya masalah-masalah instrumental berkaitan dengan

hal tersebut. Diantara masalah instrumental yang dimaksud adalah sebagai

berikut :

a. Kebijakan pembangunan pada batas tertentu belum memihak sepenuhnya

bagi kepentingan kelompok-kelompok masyarakat pinggiran, dan masyarakat

miskin, serta dalam rangka mengatasi pengangguran. Akibatnya,

keterbelakangan struktural bagi sebagian warga masyarakat masih menjadi

bagian dari proses pembangunan yang sedang berlangsung, dimana kelompok

inilah yang tingkat pendidikan, derajat kesehatan serta pendapatan mereka

belum memadai.

b. Pendapatan daerah yang masih terbatas

Walaupun pendapatan Pemerintah Kota Makassar relatif jauh lebih besar

dibanding Kabupaten / Kota lainnya di Sulawesi Selatan, namun bila

pendapatan tersebut dikaitkan dengan kebutuhan pembangunan, maka akan

terasa bahwa pendapatan tersebut belum dapat menjawab perkembangan

kebutuhan pembangunan. Hal ini diindikasikan oleh bertumpuknya agenda

pembangunan yang terbentur pada soal pembiayaan, seperti dalam

pemenuhan sarana dan prasarana perkotaan berupa ; jalan, drainase, resapan

air, sarana pendidikan dan kesehatan, sarana kebersihan dan keindahan,

pelayanan air bersih. Keterbatasan anggaran ini, oleh pemerintah kota setiap

tahunnya dirasakan dalam bentuk besarnya selisih antara usulan pembiayaan

program dan kegiatan oleh masyarakat Kota Makassar dengan kemampuan

pembiayaan pembangunan atas usulan tersebut. Akibatnya adalah banyak dari

usulan tersebut yang harus menunggu penyelesaiannya pada masa

selanjutnya.

3. Masalah umum lainnya

Selain masalah yang berkaitan dengan kualitas hidup manusia dan yang

bersifat instrumental seperti yang dikemukakan, Kota Makassar juga

mempunyai daftar masalah yang bersifat umum. Diantaranya yang dipandang

mendasar adalah sebagai berikut :

a. Pelayanan Publik

Page 18: DRAFT AWAL :

18

Pelayanan pemerintah terhadap publik masih sangat birokratis. Masyarakat

masih merasa kesulitan pada saat mengurus hak dan kewajiban administrasi

pemerintahan.

Contoh yang sangat sederhana banyak dikeluhkan dalam pengurusan Kartu

Tanda Penduduk (KTP) dan dokumen administrasi pernikahan / perkawinan.

Layanan pemerintah terhadap masyarakat juga dinilai kurang efektif dan

efisien. Tata pemerintahan yang mudah, murah dan dipercaya belum

berjalan sebagaimana mestinya. Demikian halnya dengan sarana layanan

terhadap masyarakat luas berupa jalan, listrik, air bersih, saluran

pembuangan (drainase), tempat resapan air, penanganan sampah dalam

kenyataannya belum memadai.

b. Penegakan hukum (Law Enforcement) :

Dalam kaitan dengan penegakan hukum, aspek isi, struktur dan budaya

supremasi hukum masih lemah. Masalah penegakan hukum sering

dikeluhkan masyarakat dalam hal; perlindungan terhadap buruh dan nelayan,

tindakan aparatur pemerintah yang sewenang-wenang, serta kurang

disiplinnya aparat dalam menegakkan peraturan. Selain itu, juga dirasakan

lemahnya apresiasi terhadap Peraturan Daerah dalam bentuk ; minimnya

Peraturan Daerah dalam menjawab perkembangan kota, lemahnya evaluasi

dan penyempurnaan atas Peraturan Daerah yang telah ada, serta lemahnya

penegakan dan pemberian sanksi atas Peraturan Daerah yang telah ada.

c. Komunikasi Politik:

Dalam komunikasi politik antara warga masyarakat dengan pihak eksekutif

dan legislatif dinilai belum berjalan optimal. Akses masyarakat ke lembaga

eksekutif dan legislatif masih dianggap terbatas. Demikian halnya partisipasi

institusi masyarakat dalam proses penyaluran aspirasi dipandang belum

optimal.

d. Pelaksanaan Otonomi Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah belum berjalan sesuai gagasan awal dan dari

apa yang diharap oleh masyarakat luas. Kesan yang ditimbulkan oleh

pelaksanaan otonomi daerah tersebut adalah meningkatnya beban yang

harus dipikul oleh masyarakat pada satu sisi, sementara kebijakan otonomi

Page 19: DRAFT AWAL :

19

daerah yang mendorong perkembangan kemampuan masyarakat terutama

dalam bidang ekonomi dan lapangan usaha belum dirasakan secara

signifikan pada sisi yang lain.

e. Pembangunan kawasan dan tata ruang

Pembangunan kawasan dan tataruang Kota Makassar selama ini

menghadapi masalah berupa tidak seimbangnya antara pertumbuhan

kawasan Barat Kota dengan kawasan Utara, Selatan dan Timur, serta

inkonsistensi pelaksanaan rencana tataruang yang oleh kebanyakan warga

kota dikeluhkan sebagai pertumbuhan kota yang kurang terencana. Selain

itu, Kota Makassar juga dihadapkan pada masalah klasik berupa banjir

tahunan. Hal ini terkait dengan sebab alam seperti berkurangnya daerah

resapan air, sebab dari masyarakat seperti pembiaran drainase dipenuhi

tumpukan sampah, serta sebab manajemen kota seperti pertumbuhan

daerah baru yang tidak tuntas dalam hal perencanaan drainase dan jalan,

serta tingkat kualitas dan kuantitas maintenance yang rendah.

Pembangunan kawasan dan tataruang juga belum mempertimbangkan

keterkaitannya dengan daerah sekitar Makassar padahal perkembangan ke

depan membutuhkan suatu iklim dan suasana yang terintegrasi antara Kota

Makassar dan daerah sekitarnya.

f. Sarana dan Prasarana

Pertumbuhan penduduk Kota Makassar yang cukup pesat berimplikasi pada

perlunya peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan publik. Sementara itu

Kota Makassar dihadapkan pada terbatasnya sarana dan prasarana dalam

rangka peningkatan pelayanan publik tersebut.

Page 20: DRAFT AWAL :

20

Page 21: DRAFT AWAL :

21

BAB III

VISI, MISI DAN NILAI

A. Visi

Sejalan dengan perkembangan sejarah, kedudukan strategis Kota Makassar, serta

dinamika dan kecendrungan perkembangan daerah ini ke depan, maka untuk

kesinambungan pembangunan jangka panjang, Visi Kota Makassar 2025 adalah

”Makassar sebagai Kota Maritim, Niaga, Pendidikan, Budaya dan Jasa yang

Berorientasi Global, Berwawasan lingkungan dan paling bersahabat”.

Rumusan Visi di atas didasarkan pada pertimbangan filosofis sebagai berikut :

1. Letak Geografis Makassar adalah suatu Natural Endowment yang dimasa lalu

terbukti merupakan salah satu faktor penentu tampilnya Makassar sebagai kota

pantai (maritim) yang terkenal dalam perdagangan hingga ke manca negara.

2. Kini dan di masa mendatang, Makassar sebagai Kota Intelektual (pendidikan) di

Kawasan Timur Indonesia dimana terkonsentrasi berbagai lembaga pendidikan

tinggi dengan populasi yang terus meningkat serta berbagai dinamika dunia

pendidikan yang terkandung didalamnya.

3. Letak geokrafis serta kemajuan pembangunan yang dicapai akan cenderung

menjadi daya tarik Kota Makassar, sehingga akan mendorong urbanisasi,

peningkatan pelayanan jasa serta pelayanan publik.

4. Kemajuan dan perkembangan Kota Makassar ke depan dapat terpelihara

keseimbangannya, jika dimensi kemanusiaan dan dimensi lingkungan selalu

dipelihara secara bersama oleh seluruh elemen masyarakat atau warga kota ini.

B. Misi

1. Pengembangan kultur maritim dan pemanfaatan sumberdaya laut secara optimal

dan berkelanjutan.

2. Pemberdayaan kekuatan ekonomi masyarakat dan penguatan daya saing

ekonomi kota.

3. Peningkatan kualitas hidup masyarakat secara layak dan bermanfaat.

4. Pemantapan dan pemanfaatan ruang dan lingkungan hidup yang nyaman, tertib

dan berkesinambungan.

Page 22: DRAFT AWAL :

22

5. Pengembangan manajemen pembangunan kota yang berbudaya dan

berwawasan masa depan.

6. Peningkatan apresiasi budaya, agama, penegakan hukum dan kepedulian

terhadap lingkungan.

7. Pengembangan sistem pemerintahan yang baik.

C. Nilai

Agar pembangunan Kota Makassar memiliki daya dorong, perekat dan pengendali,

maka diperlukan adanya seperangkat nilai-nilai yang telah tumbuh dan berkembang

secara berkesinambungan di dalam kehidupan masyarakat Kota Makassar. Sebagai

masyarakat yang berbudaya dan beragama dengan karakteristik yang majemuk,

maka nilai-nilai tersebut hendaknya diinspirasi dan diserap dari keberagaman latar

belakang budaya dan agama sebagai khasanah perbendaharaan Kota Makassar.

Nilai-nilai tersebut antara lain adalah :

1. A’bulo Sibatang a’bannang kebo A’cera’ sitongka-tongka (musyawarah

mufakat untuk menyatukan pendapat yang terbaik dan tidak bisa diingkari).

2. Resopa temmangingngi Namalomo Naletei pammase ri Dewata seuwae

(dengan kerja keras memudahkan untuk mendapatkan Ridho Tuhan Yang

Maha Esa).

3. Mesa’kada dipotuo pantang kada di pomate (tekad kebersamaan kerja keras dan

gotong royong).

4. Mali siparappe malilu sipakainge re’ba sipatokkong (semangat untuk saling

mengingatkan kepada jalan kebaikan).

Page 23: DRAFT AWAL :

23

BAB IV

ARAH PEMBANGUNAN KOTA MAKASSAR

Arah pembangunan Kota Makassar 2025 dibagi ke dalam dua bagian besar, yakni arah

pembangunan umum yang sifatnya menyeluruh dan memayungi arah pembangunan

sektoral atau arah pembangunan yang bersifat segmentasi, serta arah pembangunan

sektoral itu sendiri dengan bagian-bagian yang dianggap penting bagi perkembangan

masa depan Kota Makassar.

A. Umum

Secara umum pembangunan Kota Makassar diarahkan pada peningkatan kualitas

manusia, kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik yang didukung oleh

ketersediaan infra struktur pembangunan, lingkungan fisik, sosial, politik dan

ekonomi yang kondusif bagi Makassar yang bermartabat dan manusiawi.

B. Pembangunan Sumberdaya Manusia

1. Pendidikan

Pembangunan pendidikan Kota Makassar diarahkan pada terpenuhinya

kebutuhan pendidikan dasar, pendidikan luar sekolah, pemerataan kesempatan

memperoleh pendidikan, peningkatan keterampilan dan wawasan bagi warga

Kota Makassar yang memungkinkan terciptanya masyarakat Kota yang terdidik,

berbudaya, produktif, bermartabat dan manusiawi.

2. Kesehatan

Pembangunan kesehatan Kota Makassar diarahkan pada tersedianya sarana dan

prasarana kesehatan yang memadai, pemerataan pelayanan kesehatan

masyarakat, lingkungan fisik dan sosial yang sehat, peningkatan gizi keluarga dan

pengurangan jenis serta jumlah penderita penyakit menular yang dapat

mewujudkan peningkatan usia harapan hidup, penurunan jumlah kematian bayi

dan penurunan jumlah penderita penyakit menular.

3. Kualitas dan Daya Saing Tenaga Kerja

Pembangunan kualitas manusia Kota Makassar juga diarahkan pada

meningkatnya kemampuan keterampilan pemuda, perempuan dan usia produktif

Page 24: DRAFT AWAL :

24

yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan tenaga kerja lokal, regional,

nasional dan mancanegara serta dapat mewujudkan kemandirian usaha

masyarakat.

4. Pelayanan Sosial Dasar

Pembangunan kualitas manusia Kota Makassar juga diarahkan pada

terpenuhinya kebutuhan sosial dasar warga kota berupa pelayanan air bersih,

energi, kebersihan dan keindahan lingkungan yang dapat mendukung

peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan kenyamanan lingkungan.

C. Pembangunan Ekonomi

1. Peningkatan Daya Saing

Pembangunan ekonomi Kota Makassar diarahkan pada meningkatnya daya

saing ekonomi daerah melalui peningkatan jenis dan kuilitas produk unggulan

daerah, perluasan akses pasar, penguasaan teknologi produksi dengan

dukungan yang kuat oleh lembaga-lembaga keuangan.

2. Peningkatan Investasi

Pembangunan ekonomi Kota Makassar diarahkan pada peningkatan volume dan

diversifikasi usaha melalui penyiapan sarana dan prasarana pendukung usaha,

penyederhanaan birokrasi, regulasi usaha, dukungan tenaga kerja serta

kenyamanan dan keamanan berusaha yang dapat mendorong perluasan

kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan.

3. Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Pembangunan ekonomi Kota Makassar diarahkan pada berkembangnya Usaha

Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui penataan kelembagaan, manajemen,

peningkatan penguasaan teknologi, akses pasar, pembiayaan dan kemitraan

usaha.

4. Pengembangan Keuangan Daerah

Pembangunan ekonomi Kota Makassar diarahkan pada berkembangnya

keuangan daerah melalui diversifikasi pendapatan daerah, intensifikasi PAD,

pemberdayaan Perusahaan Daerah, perluasan akses pembiayaan non PAD serta

peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan daerah.

Page 25: DRAFT AWAL :

25

D. Pembangunan Kawasan dan Tataruang

1. Pengembangan Antar Kawasan

Pengembangan Kota Makassar diarahkan pada pertumbuhan kawasan kota yang

seimbang dengan memperhatikan dinamika pertumbuhan penduduk,

perkembangan ekonomi, kebutuhan pelayanan publik, tata ruang kota dan

kelestarian lingkungan yang dapat menjamin kenyamanan lingkungan dan

kesinambungan pembangunan. Selain itu, pengembangan Makassar juga

diarahkan secara terintegrasi dengan daerah sekitarnya.

2. Pengembangan Wilayah Pesisir dan Kepulauan

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada berkembangnya wilayah pesisir

dan kepulauan dengan memperhatikan kesejahteraan masyarakat nelayan,

berkembangnya kultur bahari, terpeliharanya potensi kelautan serta

pengembangan kerjasama pemanfaatan potensi pesisir dan kepulauan.

3. Pembangunan Infrastruktur

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada ketersediaan perumahan dan

pemukiman, sarana transportasi, air bersih, listrik, sarana rekreasi dan wisata,

sarana kebersihan dan keindahan kota yang sejalan dengan perkembangan

penduduk, tata ruang kota, kemajuan ekonomi yang mendukung, perwujudan

Makassar yang berwawasan lingkungan dan bersahabat.

4. Pembangunan Lingkungan

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada penciptaan lingkungan yang

bersih, indah, lestari dan sehat yang mendukung terwujudnya ketentraman,

kenyamanan dan kedamaian bagi warga kota.

E. Pembangunan Sosial Budaya

1. Pengembangan Kehidupan Beragama

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada berkembangnya kehidupan

beragama; kerukunan antar umat beragama, pengamalan nilai-nilai agama,

kerjasama antara pemerintah dan seluruh organisasi keagamaan serta

peningkatan kegiatan keagamaan yang didasarkan pada kemajemukan latar

belakang agama penduduk Kota Makassar.

2. Pengembangan Potensi Pemuda dan Perempuan

Page 26: DRAFT AWAL :

26

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada berkembangnya potensi generasi

muda dan komunitas perempuan melalui kegiatan pendidikan, latihan, olahraga

dan seni, pemberdayaan organisasi pemuda dan perempuan serta melalui

kegiatan keagamaan.

3. Pengembangan Seni dan Budaya

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada berkembangnya apresiasi seni

dan budaya dengan latar belakang kemajemukan melalui penyediaan informasi

seni dan budaya, pemberdayaan organisasi kesenian dan budaya, integrasi seni

dan budaya dengan kegiatan pariwisata kota serta mendorong berkembangnya

kreativitas seni budaya tradisional dan kontemporer yang sejalan dengan nilai dan

semangat keagamaan.

4. Kesejahteraan Sosial

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada peningkatan pelayanan sosial

terhadap penyandang cacat, fakir miskin, anak jalanan, gelandangan dan

pengemis, lanjut usia yang terlantar, korban bencana dan kelompok masyarakat

yang kurang beruntung melalui bimbingan, penyuluhan sosial, penyediaan sarana

sosial, rehabilitasi sosial dan pemberian bantuan.

F. Pembangunan Hukum dan HAM

1. Pemantapan Legislasi Daerah

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada pemantapan legislasi daerah

melalui peningkatan produk Peraturan Daerah sesuai dinamika dan

perkembangan, evaluasi dan penyesuian Peraturan Daerah yang sedang

berjalan serta peningkatan penegakan pelaksanaan Peraturan Daerah dan sanksi

atas pelanggaran Peraturan Daerah.

2. Pemberdayaan Institusi Penegak Hukum

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada pemberdayaan institusi

penegakan hukum melalui peningkatan kemampuan penguasaan hukum bagi

aparatur, penegakan disiplin dan tanggung jawab aparatur, penyesuaian

organisasi penegak hukum sesuai kebutuhan perkembangan kota serta

penyiapan sarana dan prasarana kelembagaan penegakan hukum.

3. Peningkatan Kesadaran Hukum Masyarakat

Page 27: DRAFT AWAL :

27

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada meningkatnya kesadaran hukum

warga kota melalui sosialisasi berbagai produk hukum, penegakan sanksi atas

pelanggaran hukum dan pembinaan tertib hukum yang bersifat partisipatif.

G. Pembangunan Pemerintahan

1. Peningkatan Aparatur

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada peningkatan kemampuan dan

tanggung jawab aparatur pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.

2. Peningkatan Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada peningkatan intensitas dan

kualitas penyelenggaraan administrasi pemerintahan yang mendukung

peningkatan intensitas dan kualitas pelayanan publik, pelaksanaan

pembangunan dan tata kelola pemerintahan.

3. Peningkatan Fungsi Pemerintahan

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada peningkatan fungsi pemerintahan

sebagai fasilitator, katalisator dan dinamisator pembangunan yang mendorong

tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat, kerjasama antar berbagai

pelaku pembangunan dan lintas daerah serta peningkatan keberdayaan

masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan.

4. Peningkatan Pelayanan Publik

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada peningkatan pelayanan

pemerintah terhadap kebutuhan publik dalam rangka peningkatan kesejahteraan

masyarakat, tertib lingkungan dan keamanan.

H. Pembangunan Politik dan Keamanan

1. Penataan Peran Pemerintah dan Masyarakat

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada penataan peran pemerintah dan

masyarakat dalam pembangunan bidang politik yang mendukung terwujudnya

partisipasi politk yang efisien dan efektif oleh elemen-elemen masyarakat sesuai

saluran politk yang sah secara legal formal.

2. Pengembangan Budaya Politik

Page 28: DRAFT AWAL :

28

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada terbangunnya budaya politik yang

partisipatif dan konstruktif dalam rangka kemajuan kota, peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan terciptanya ketertiban dan keamanan masyarakat.

3. Peningkatan Ketertiban dan Keamanan Kota

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada meningkatnya suasana tertib dan

aman yang menjamin berlangsungnya kegiatan ekonomi, sosial budaya dan

kegiatan politik yang menjadikan Makassar sebagai kota bersahabat.

4. Pemberdayaan Masyarakat

Pembangunan Kota Makassar diarahkan pada pemberdayaan seluruh potensi

masyarakat dalam menjaga lingkungan mereka untuk mewujudkan sistem

keamanan dan ketertiban berbasis masyarakat.

Page 29: DRAFT AWAL :

29

BAB V

P E N U T U P

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Makassar Tahun

2005-2025 ini diletakkan sebagai pemberi arah dan menjadi pedoman bagi Pemerintah

Kota Makassar maupun masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan kebijakan

pembangunan 20 (dua puluh) tahun ke depan. Namun demikian, patut pula

dikedepankan bahwa pelaksanaan dan aktualisasi dari prinsip-prinsip yang digariskan

dalam RPJPD ini akan turut ditentukan oleh kondisi ril dan kenyataan objektif dari

masyarakat Kota Makassar yang terus berproses dengan dinamikanya sendiri. Pada

intinya RPJPD ini memuat arah pembangunan 20 (dua puluh) tahun sehingga untuk

menjawabnya, kebutuhan pembangunan jangka menengah dalam bentuk kebijakan

sesuai perkembangan yang terjadi, maka RPJP ini dijabarkan lebih lanjut ke dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Pada prinsipnya bahwa perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian

pembangunan Kota Makassar dimaksudkan untuk kepentingan peningkatan

kesejahteraan rakyat. Karena itu, pada tempatnya pula jika Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah Kota Makassar Tahun 2005-2025 diletakkan dalam kerangka

tersebut, sehingga potensi yang dimiliki oleh daerah ini dapat diarahkan untuk

perwujudan kesejahteraan dimaksud.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Makassar Tahun 2005-2025

berlaku sejak tanggal disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Makassar

untuk ditetapkan dalam suatu Peraturan Daerah dan menjadi induk Perencanaan

Pembangunan Daerah Kota Makassar, untuk kurun waktu Tahun 2005 - 2025.

WALIKOTA MAKASSAR,

Cap / ttd

H. ILHAM ARIEF SIRAJUDDIN