Draft imam

30
“Implementasi Pembelajaran Quantum (Quanrum Learning) Dalam Mata Pelajaran Bahasa Arab Kelas X Madrasah Aliyah Negeri Model Manado” 1. LATAR BELAKANG Pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran yang sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik dari proses maupun lulusan (out - put) pendidikan 1 . Pendidikan juga memiliki pengaruh yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan yang ada. Biasanya keberhasilan suatu proses pembelajaran tergantung dari kemampuan guru untunk mengemas proses pembelajaran se efektif dan se efisien mungkin 2 . Pembelajaran yang dilaksanakan secara efektif dan efisien akan memberikan kontribusi yang sangat dominan bagi peserta didik, sebaliknya pembelajaran yang dilakukan dengan tidak efektif dan efisien hanya akan membawa masalah baru dalam pembelajaran dan akan berimbas pada potensi siswa yang sulit di kembangkan dan di berdayakakan. Banyak fenomena negative yang di sebabkan baik secara langsung maupun tidak langsung dari proses pembelajaran, fenomena kontra produktiv dengan idealism pembelajaran sering terjadi baik di alami guru maupun siswa 3 . Di magelang misalnya ada siswa sd yang di tempeleng oleh gurunya hanya karena menyela pemberitahuan guru tentang pertunjukan sulap. Di tanjung pinang ada oknum guru olahraga yang menendang siswanya saat pelajaran praktek di laksanakan dengan alasan mendidik. Tanpa harus manyalahkan siapa siapa praktek negative tersebut terjadi kare tidak dilaksanakannya proses pembelajaran yang efektif, efisien, ideal serta proporsional 4 . oleh sebab itu pembelajaran yang ideal itu perlu senantiasa dilaksanakan baik untuk menunjang prestasi belajar siswa maupun pemahaman akan materi pelajaran yang di berikan. 1 M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang : RaSAIL Media Group, 2007) h.1 2 Ibid., M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 1 3 Ibid., M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 1 4 Ibid., M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 1

Transcript of Draft imam

Page 1: Draft imam

“Implementasi Pembelajaran Quantum (Quanrum Learning) Dalam Mata

Pelajaran Bahasa Arab Kelas X Madrasah Aliyah Negeri Model Manado”

1. LATAR BELAKANG

Pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran yang

sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik dari proses maupun lulusan (out

- put) pendidikan1. Pendidikan juga memiliki pengaruh yang menyebabkan

rendahnya kualitas pendidikan yang ada. Biasanya keberhasilan suatu proses

pembelajaran tergantung dari kemampuan guru untunk mengemas proses

pembelajaran se efektif dan se efisien mungkin2. Pembelajaran yang dilaksanakan

secara efektif dan efisien akan memberikan kontribusi yang sangat dominan bagi

peserta didik, sebaliknya pembelajaran yang dilakukan dengan tidak efektif dan

efisien hanya akan membawa masalah baru dalam pembelajaran dan akan

berimbas pada potensi siswa yang sulit di kembangkan dan di berdayakakan.

Banyak fenomena negative yang di sebabkan baik secara langsung maupun tidak

langsung dari proses pembelajaran, fenomena kontra produktiv dengan idealism

pembelajaran sering terjadi baik di alami guru maupun siswa3. Di magelang

misalnya ada siswa sd yang di tempeleng oleh gurunya hanya karena menyela

pemberitahuan guru tentang pertunjukan sulap. Di tanjung pinang ada oknum

guru olahraga yang menendang siswanya saat pelajaran praktek di laksanakan

dengan alasan mendidik. Tanpa harus manyalahkan siapa – siapa praktek negative

tersebut terjadi kare tidak dilaksanakannya proses pembelajaran yang efektif,

efisien, ideal serta proporsional4. oleh sebab itu pembelajaran yang ideal itu perlu

senantiasa dilaksanakan baik untuk menunjang prestasi belajar siswa maupun

pemahaman akan materi pelajaran yang di berikan.

1M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, (Semarang : RaSAIL Media Group,

2007) h.1

2Ibid., M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 1

3Ibid., M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 1

4Ibid., M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 1

Page 2: Draft imam

Dari berbagai aspek pendidikan aspek pembelajaranlah yang memiliki

pengaruh signifikan untuk mewujudkan kualitas out put atau lulusan yang

berkualitas5. Proses pembelajaran dapat di ibaratkan sebagai proses meramu

masakan untuk menjadi enak atau lezat. Kelezatan suatu masakan tidak hanya di

tentukan oleh bumbu – bumbunya yang banyak dan lezat saja, justru yang amat

penting adalah sang juru masak atau koki yang mempunyai pengalaman dan

kemampuan yang amat memadai dalam hal memasak tadi, sehingga bahan –

bahan yang telah ada tadi dapat di ramu dengan baik sehinnga masakan yang lezat

yang diharapkan akan sesuai dengan kenyataan, berdasarkan analogi ini maka

pembelajaran adalah adalah proses meramu masakan sedangkan koki adalah guru

yang mempunyai tanggung jawap penuh terhadap murid – muridnya6. Melalui

proses pembelajaran seorang guru memiliki peluang dan kesempatan yang sangat

luas untuk melakukan proses bimbingan, mengatur dan membentuk karakteristik

siswa agar sesuai dengan rumusan tujuan yang di tetapkan7. Salah dalam bersikap

dan berperilaku dalam pembelajaran, akan berakibat fatal dalam kelangsungan

perkembangan manusia khusunya aspek psikis (Kepribadian). Hakekat

pembelajaran adalah mengasah dan atau melatih moral kepribadian manusia,

meskipun juga ada aspek fisik yang dilatih. Proses pembelajaran dituntut untuk

bisa menyesuaikan diri dengan dinamika masyarakat baik masyarakat secara luas

maupun masyarakat dalam artian sempit yakni peserta didik, dinamika yang saya

maksudkan adalah keadaan yang berubah – ubah yang tercipta dari pengaruh di

sekitar peserta didik baik itu lingkungan sekolah keluarga dan masyarakat

sehingga mempengaruhi keadaan psikis peserta didik saat belajar yang seiring kita

sebut Gangguan hati (mood disorder) disebut juga gangguan afektif8. Pengertian

mood atau suasana hati mengacu pada emosi yang berlaman lama mencakup

peranana murung maupun kegembiraan. Emosi digambarkan dalam istilah mood

dan afek. Mood adalah suasana emosi sedangkan afek mengaju kepada expresi

5Ibid., M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 3

6Ibid., M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 3

7Ibid, M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 3

8Ibid, M.Saekhan Muchit, Pembelajaran Kontekstual, h. 4

Page 3: Draft imam

emosi, yang dapat diamati dari expresi wajah, gerakan tangan, tubuh dan nada

suara ketika individu menceritakan perasaannya9. keadaan peserta didik yang

seperti ini semestinya dapat di deteksi oleh pendidik dan kemudian memberikan

penanganan penanganan yang dapat menghilangkan atau mengurangi Mood

negative sehingga peserta didik akan lebih siap menerima materi pembelajaran

serta mengikuti proses pembelajaran10

. Gangguan suasana hati atau BadMood

tidak hanya terjadi dari pengaruh ekstrinsik yang dapati peserta didik, semisal

lingkungan, guru dan lain yang merupakan pengaruh ekstrinsik, akan tetapi

belajar telah menjadi mitos yang buruk bagi mind set peserta didik, mindset yang

berubah menjadi keyakinan bahwa belajar hanya menjadi kegiatan yang

membosankan, mengintimidasi, dan pasti tidak mampu melakukan apapun. Siswa

atau peserta didik terarahkan oleh opini atau asumsi yang mereka ciptakan dari

pengalaman yang mereka dapati sebelumnya11

. Maka semestinya tugas awal dari

proses pembelajaran yang dilakukan guru adalah Merubah Paradigma yang telah

menjadi keyakinan dari peserta didik, paradigma yang hanya akan menggiring

peserta didik pada level ogah – ogahan untuk melakukan proses pembelajaran,

pradigma yang seperti ini menjadi tanggung jawab pendidik atau guru untuk

diarahkan, di dobrak, atau di arahkan pada pembelajaran yang penuh dengan

keyakinan aman, menyenangkan, nyaman, dam optimis untuk dapat melakukan

apapun termasuk belajar. Guru sebelumnya juga harus dapat meyakinkan siswa

atau peserta didik bahwa pembelajaran adalah proses yang paling penting dan

menentukan dalam pendidikan. Namun tidak semua model pendidikan itu seperti

ini. Maksud saya, tidak semua model pendidikan yang menitik berat pada

efektifitas maupun efisiensi proses pendidikan, kebanyakan dari model pendidikan

hanyalah menitik beratkan pada upaya pencapaian hasil akhir dari sebuah proses

9,Drs.Slameto, BELAJAR & Faktor –Faktor yang mempengaruhinya, ( Jakarta : Rineka

Cipta, 2010). 27

10Bobbi Deporter & Micke Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar dengan

Nyaman dan Menyenangkan, ( Bandung ; Khaifa, 2011),h. 8

11Ibid, Bobbi Deporter & Micke Hernacki, h. 2

Page 4: Draft imam

pendidikan, misalnya pada model pendidikan active12

, siswa di tuntut utntuk bisa

bersikap aktiv saat proses pembelajaran dan ini menjadi tujuan utama dari model

active learning, namun yang menjadi pertanyaan penting sebelum peserta didik

belajar adalah, apakah siswa mau belajar? Apakah siswa tahu cara belajar? Dan

bagaimana kondisi psikis siwa saat belajar? Kebanyakan praktisi pendidikan lebih

menekankan hasil akhir tapi tanpa kita sadari jika proses pembelajaran itu berhasil

maka tentusaja hasil akhir dari proses pembelajaran akan senantiasa berhasil. Lalu

adakah model pendidikan yang seperti di atas? Dari sebuah penelitian

sugesstology yang dilakukan oleh Dr. georgi lozanov seorang pendidik asal

Bulgaria, taerciptalah model pendidikan Quantum, atau Quantum Learning13

.

Model pendidikan ini kemudian di terapkan dalam institusi belajar saat musim

panas SupperCamp oleh Bobbi Deporter dan kawan kawannya sembari

melakukan ujicoba model pendidikan ini pada Suppercamp. Beliau juga

menyelesaikan desertasinya atas penerapan quantum learning pada pembelajaran

di Suppercamp14

, dari hasil penelitian yang dibukukan oleh beliau di atas ternyata

ada banyak hal yang mencengangkan yang terjadi pada hasil atau out – put

SupperCamp, salah satunya adalah peningkatan hasil belajar siswa yang mencapai

500% dari sebelumnya, hanya dengan waktu hamper 3 bulan saja siswa menjadi

lebih bergairah dalam belajar dan optimis pada setiap pembelajar dan siap

melakukan pembelajaran dengan model apapun. Hanya saja kelemahan dari

penelitian ini ada pada, objek penelitiannya yakni para siswa, siswa yang masuk

dalam suppercamp yang kemudian berhasil semua basicnya memang siswa yang

cerdas dan hanya memiliki masalah yang sifatnya menengah pada belajar, selama

12

Pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu proses pembelajaran untuk

memberdayakan peserta didik agar belajar dengan menggunakan berbagai cara/strategi secara

aktif. Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua

potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar

yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu

pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik

agar tetap tertuju pada proses pembelajaran

13 Ibid, Bobbi Deporter & Micke Hernacki, h. 14

14 Ibid, Bobbi Deporter & Micke Hernacki, h. 4

Page 5: Draft imam

ini katanya SupperCamp belum memiliki siswa yang notabene bermasalah level

berat pada belajar15

. Kemudian pembelajaran di supercamp hanya pada materi

umum maksudnya bukan pada materi keagamaan atau yang berkaitan dengan

itu16

, daftar list materi pembelajaran saat itu juga tidak di cantumkan, oleh karena

itu saya menjadi bertanya – Tanya apakah Quantum learning ini efektif dan

efisien jika di terapkan dalam materi pembelajaran agama islam kususnya Bahasa

Arab yang selalu menjadi momok menakutkan pada setiap siswanya, atau juga

karena Suppercam bukan suatu institusi formal maka bisa tidak Quantum learning

ini di terapkan pada institusi formal semisal Madrasah Aliyah Negeri Model

Manado, beberapa hal diatas yang telah saya sebutkan dan jelaskan tadilah yang

menjadi latar belakan mengapa saya ingin melakukan penelitian ini, dan semoga

penelitian ini bermanfaat bagi dunia pendidikan Indonesia dan dapat

memajukannya dan berguna bagi saya, dan semoga Proposal penelitian ini dapat

diterima sehingga penyelesaian tugas akhir saya dapat segera saya laksanakan dan

selesaikan, Terima Kasih.

2. RUMUSAN MASALAH

Setelah melihat latar belakang yang ada dan agar dalam penelitian ini

tidak terjadi kerancuan, maka penulis dapat membatasi dan merumuskan

permasalahan yang akan di angkat dalam penelitian ini.

Adapun Rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:

1.Bagaimana Model Pembelajaran atau Pendidikan Quantum dalam

implementasinya di mata pelajaran Bahasa Arab?

15

Ibid, Bobbi Deporter & Micke Hernacki, h. 18

16Dalam sebuah pembelajaran atau yang lebih luas pendidikan, kita mengenal dua model

mata atau materi pelajaran jika di lihat dari sifatnya, yakni terdiri dari materi atau mata pelajaran

umum dan mata pelajaran khusus atau keagamaan, mata pelajaran umum terdiri dari mata

pelajaran yang sifatnya menghitung, membaca dan menganalisa, sementara materi atau mata

pelajaran keagamaan mata atau materi pelajaran yang memiliki sifat umum tadi hanya saja di

tambah dengan satu aspek yakni aspek keyakinan juga teologis.

Page 6: Draft imam

2.Faktor-faktor apa yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya penerapan

Quantum Learning dalam mata pelajaran Bahasa Arab?

3.Bagaimana dampak dari penerapan Quantum Learning dalam mata pelajaran

bahasa Arab terhadap gairah belajar serta prestasi belajar bahasa arab siswa

MAN Model Manado?

3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian kali ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui bagaimana Model Pembelajaran atau Pendidikan Quantum

dalam implementasinya di mata pelajaran Bahasa Arab?

2) Untuk mengetahui Faktor-faktor apa yang mempengaruhi berhasil atau

tidaknya penerapan Quantum Learning dalam mata pelajaran Bahasa Arab?

3) Untuk Mengetahui Bagaimana dampak dari penerapan Quantum Learning

dalam mata pelajaran bahasa Arab terhadap gairah belajar serta prestasi belajar

bahasa arab siswa MAN Model Manado?

Dari tujuan diadakannya penelitian tadi, maka adapun manfaat

penelitaian yaitu penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang urgen bagi :

1. Peneliti

a. Untuk mengetahui manfaat dari penerapan Quantum Learning dalam segala

macam proses pembelajaran

b. Diharapkan dari penelitian ini, peneliti dapat menerapkan pula Quantum

Learning ini baik dalam pembelajaran individu maupun saat mengajar di sekolah

nantinya

2. Keilmuan

Diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran kususnya tentang

pengembangan konsep pembelajaran yang efektif dan efisien dan dapat

Page 7: Draft imam

memberikan kontribusi keilmuan bagi disiplin keilmuan pendidikan agama islam

khususnya dan seluruh disiplin keilmuan secara umum

3. Penyelesaian Tugas akhir

Dengan selesainya proposal penelitian ini dan akan dilanjutkan dengan

penelitian di harapkan mampu menjadi penyelesaian tugas akhir dari perkuliahan.

4. Landasan Theory

A. Pengertian, Konsep serta Prinsip belajar dan pembelajaran

Ada beberapa pendapat ahli yang berkaitan dengan pengertian belajar

yang tentunya agak berbeda antara satu dan yang lain namun memiliki satu tujuan

yang sama, adpun pendapat beberapa ahli sebagai berikut :

I. Menurut james O. Whittaker Belajar adalah Proses dimana tingkah laku

ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman17

.

II. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap18

.

III. Cronchbach Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman19

.

IV. Howard L. Kingskey Belajar adalah proses dimana tingkah laku

ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan20

.

V. Drs. Slameto Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam

interaksi dengan lingkungannya21

.

17

Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar, (Jakarta; Rineka Cipta; 1999).h. 45

18Op- Cit, Drs Slameto, h.8

19Ibid, Drs Slameto, h. 8

20Op-Cit, Djamarah, Syaiful Bahri, h.45

21Op- Cit, Drs Slameto, h.8

Page 8: Draft imam

VI. Syaiful Bahri Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut

kognitif, afektif dan psikomotor22

.

VII. R. Gagne Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku23

VIII. Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan

pengetahuan dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui

hafaln24

IX. Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning

mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or

capacity, wich persists over a period time, and which is not simply

ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi

dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan

hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan

bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri

dan keduanya saling berinteraksi.

X. Lester D. Crow and Alice Crow (WWW. Google.com) Belajar adalah

acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya-

upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap.

XI. Ngalim Purwanto (1992) (WWW. Google.com) Belajar adalah setiap

perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi

hasil dari suatu latihan atau pengalaman.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia Belajar adalah berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan

yang disebabkan oleh pengalaman. Knirk & Gustafson menjelaskan bahwa

Pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk

membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru

22

Op-Cit, Djamarah, Syaiful Bahri, h.45

23Ibid, Djamarah, Syaiful Bahri, h.45

24Ibid, Djamarah, Syaiful Bahri, h.45

Page 9: Draft imam

dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan

evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar25

. Dimyati & Mudjiono

menjabarkan bahwa Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam

desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan

pada penyediaan sumber belajar26

. Pembelajaran menurut Surya, merupakan suatu

proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya27

. Menurut UUSPN No.20 Tahun 2003

dijelaskan bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Gagne dan Briggs

mengungkapkan Pengertian Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan

untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang

dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung

terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Dari beberapa Pengertian

Pembelajaran di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai Pembelajaran, bahwa

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang

diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada

peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu

peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran adalah setiap

perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.

Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat

perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah

teoretis, dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati:

“ Anda telah melihat individu mengalami pembelajaran, melihat individu

berperilaku dalam cara tertentu sebagai hasil dari pembelajaran, dan beberapa dari

25

Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, ( Jakarta : Alfabeta, 2011) h, 117

26Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.117

27 Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.117

Page 10: Draft imam

Anda (bahkan saya rasa mayoritas dari Anda) telah "belajar" dalam suatu tahap

dalam hidup Anda. Dengan perkataan lain, kita dapat menyimpulkan bahwa

pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan

merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari

caranya berperilaku sebelumnya.”

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan

yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik28

.

Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan

pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks

pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi

pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga

dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek

psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan

hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan

pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan

kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan

pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada

keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui

perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain

pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan

kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.

Tiga teori telah ditawarkan untuk menjelaskan proses di mana seseorang

28

Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.117

Page 11: Draft imam

memperoleh pola perilaku, yaitu teori pengkondisian klasik, pengkondisian

operan, dan pembelajaran sosial29

.

Berikut ini adalah prinsip umum pembelajaran yang penulis rangkum

dari beberapa pakar pembelajaran yang meliputi:

PERHATIAN

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari

kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian

tidak mungkin terjadi belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa

apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu

dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut

atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan perhatian dan

juga motivasi untuk mempelajarinya. Apabila dalam diri siswa tidak ada perhatian

terhadap pelajaran yang dipelajari, maka siswa tersebut perlu dibangkitkan

perhatiannya. Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan faktor yang besar

pengaruhnya, kalau peserta didik mempunyai perhatian yang besar mengenai apa

yang dipelajari peserta didik dapat menerima dan memilih stimuli yang relevan

untuk diproses lebih lanjut di antara sekian banyak stimuli yang datang dari luar.

Perhatian dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri pada tugas yang

akan diberikan; melihat masalah-masalah yang akan diberikan; memilih dan

memberikan fokus pada masalah yang harus diselesaikan30

.

MOTIVASI

Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam

kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan

aktivitas seseorang. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa

yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik

perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasi untuk mempelajarinya.

Misalnya, siswa yang menyukai pelajaran matematika akan merasa senang belajar

29

Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.118

30Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.118

Page 12: Draft imam

matematika dan terdorong untuk belajar lebih giat, karenanya adalah kewajiban

bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata

pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Motivasi dapat diartikan sebagai

tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan

tertentu. Adanya tidaknya motivasi dalam diri peserta didik dapat diamati dari

observasi tingkah lakunya. Apabila peserta didik mempunyai motivasi, ia akan

bersungguh-sungguh menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa ingin

tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar; berusaha keras dan

memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut; Terus bekerja

sampai tugas-tugas tersebut terselesaikan. Motivasi dapat bersifat internal, yaitu

motivasi yang berasal dari dalam diri peserta didik dan juga eksternal baik dari

guru, orang tua, teman dan sebagainya. Berkenaan dengan prinsip motivasi ini ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan

pembelajaran, yaitu: memberikan dorongan, memberikan insentif dan juga

motivasi berprestasi. Menurut pandangan psikologi anak adalah makhluk yang

aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan

dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga

tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila

anak mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah

menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif

harus datang dari dirinya sendiri, guru hanya sebagai pembimbing dan pengarah.

Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang aktif, jiwa

mengolah informasi yang kita terima, tidak hanya menyimpan saja tanpa

mengadakan tansformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif,

dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari, menemukan dan

menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Thordike mengemukakan

keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum "law of exercise"-nya yang

menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Hubungan

stimulus dan respon akan bertambah erat jika sering dipakai dan akan berkurang

bahkan lenyap jika tidak pernah digunakan. Artinya dalam kegiatan belajar

diperlukan adanya latihan-latihan dan pembiasaan agar apa yang dipelajari dapat

Page 13: Draft imam

diingat lebih lama. Semakin sering berlatih maka akan semakin paham. Hal ini

juga sebagaimana yang dikemukakan oleh Mc.Keachie bahwa individu

merupakan "manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu"31

.

AKTIF

Dalam proses belajar, siswa harus menampakkan keaktifan. Keaktifan itu

dapat berupa kegiatan fisik yang mudah diamati maupun kegiatan psikis yang

sulit diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih

keterampilan-keterampilan dan sebaginya. Kegiatan psikis misalnya

menggunakan pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang

dihadapi, membandingkan suatu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil

percobaan dan lain sebagainya32

.

KETERLIBATAN LANGSUNG

Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami

dan tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan

pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar

melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa

tidak hanya mengamati, tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam

perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang

yang belajar membuat tempe yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung

dalam pembuatan, bukan hanya melihat bagaimana orang membuat tempe, apalagi

hanya mendengar cerita bagaimana cara pembuatan tempe. Pembelajaran yang

efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau

melakukan aktivitas sendiri. Dalam konteks ini, siswa belajar sambil bekerja,

karena dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman,

pengalaman serta dapat mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk

hidup di masyarakat. Hal ini juga sebagaimana yang di ungkapkan Jean Jacques

Rousseau bahwa anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui

belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan

31

Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.119

32 Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.119

Page 14: Draft imam

potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk

mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri. Dengan

demikian, segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,

pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, bekerja sendiri, dengan fasilitas yang

diciptakan sendiri. Pembelajaran itu akan lebih bermakna jika siswa "mengalami

sendiri apa yang dipelajarinya" bukan "mengetahui" dari informasi yang

disampaikan guru, sebagaimana yang dikemukakan Nurhadi bahwa siswa akan

belajar dngan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang

telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif

dalam proses belajar di sekolah. Dari berbagai pandangan para ahli tersebut

menunjukkan berapa pentingnya keterlibatan siswa secara langsung dalam proses

pembelajaran. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh

John Dewey dengan "learning by doing"-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui

perbuatan langsung dan harus dilakukan oleh siswa secara aktif. Prinsip ini

didasarkan pada asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih banyak

pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan proporsional, dibandingkan

dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep. Modus Pengalaman belajar

adalah sebagai berikut: kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa

yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan

dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan

lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak ceramah,

maka peserta didik akan mengingat hanya 20% karena mereka hanya

mendengarkan. Sebaliknya, jika guru meminta peserta didik untuk melakukan

sesuatu dan melaporkan nya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%33

. Hal

ini ada kaitannya dengan pendapat yang dikemukakan oleh seorang filsof Cina

Confocius, bahwa:

“ apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan

apa yang saya lakukan saya paham. Dari kata-kata bijak ini kita dapat mengetahui

betapa pentingnya keterlibatan langsung dalam pembelajaran.”

33

Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.120

Page 15: Draft imam

PENGULANGAN

Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan adalah teori

psikologi daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada

manusia yang terdiri atas daya mengamati, menanggap, mengingat, mengkhayal,

merasakan, berfikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka

daya-daya tersebut akan berkembang, seperti halnya pisau yang selalu diasah akan

menjadi tajam, maka daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-

pengulangan akan sempurna. Dalam proses belajar, semakin sering materi

pelajaran diulangi maka semakin ingat dan melekat pelajaran itu dalam diri

seseorang. Mengulang besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya

pengulangan "bahan yang belum begitu dikuasai serta mudah terlupakan" akan

tetap tertanam dalam otak seseorang. Mengulang dapat secara langsung sesudah

membaca, tetapi juga bahkan lebih penting adalah mempelajari kembali bahan

pelajaran yang sudah dipelajari misalnya dengan membuat ringkasan. Teori lain

yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme-nya Thordike.

Dalam teori koneksionisme, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan

hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-

pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respon benar. Teori medan

(Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam belajar berada

dalam suatu medan. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang

ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan dalam mempelajari bahan belajar,

maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari bahan

belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah

tercapai, maka ia akan dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya.

Menurut teori ini belajar adalah berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk

mencapai tujuan. Agar pada diri anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi

hambatan dengan baik, maka bahan pelajaran harus menantang. Tantangan yang

dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bersemangat untuk mengatasinya.

Bahan pelajaran yang baru yang banyak mengandung masalah yang perlu

dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Penggunaan metode

eksperimen, inquiri, discovery juga memberikan tantangan bagi siswa untuk

Page 16: Draft imam

belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif dan negatif juga

akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau

terhindar dari hukuman yang tidak menyenangkan34

.

PENGUATAN

Prinsip belajar yang berkaiatan dengan balikan dan penguatan adalah

teori belajar operant conditioning dari B.F. Skinner.Kunci dari teori ini adalah

hukum effeknya Thordike, hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat,

jika disertai perasaan senang atau puas dan sebaliknya bisa lenyap jika disertai

perasaan tidak senang. Artinya jika suatu perbuatan itu menimbulkan efek baik,

maka perbuatan itu cenderung diulangi. Sebaliknya jika perbuatan itu

menimbulkan efek negatif, maka cenderung untuk ditinggalkan atau tidak diulangi

lagi. Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapat hasil

yang baik. Apabila hasilnya baik akan menjadi balikan yang menyenangkan dan

berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu

tidak saja dari penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak

menyenangkan, atau dengan kata lain adanya penguatan positif maupun negatif

dapat memperkuat belajar. Siswa yang belajar sungguh-sungguh akan mendapat

nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar

lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operan conditioning atau

penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu

ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia

terdorong untuk belajar yang lebih giat. Di sini nilai jelek dan takut tidak naik

kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat, inilah yang disebut

penguatan negatif.

PERBEDAAN

Siswa merupakan makhluk individu yang unik yang mana masing-

masing mempunyai perbedaan yang khas, seperti perbedaan intelegensi, minat

bakat, hobi, tingkah laku maupun sikap, mereka berbeda pula dalam hal latar

34

Ibid., Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.120-121

Page 17: Draft imam

belakang kebudayaan, sosial, ekonomi dan keadaan orang tuanya. Guru harus

memahami perbedaan siswa secara individu, agar dapat melayani pendidikan yang

sesuai dengan perbedaannya itu. Siswa akan berkembang sesuai dengan

kemampuannya masing-masing. Setiap siswa juga memiliki tempo perkembangan

sendiri-sendiri, maka guru dapat memberi pelajaran sesuai dengan temponya

masing-masing. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar

siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya

pembelajaran. Sistem pendidikan kalsik yang dilakukan di sekolah kita kurang

memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan

pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan

rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan

pengetahuannya.sehebat dan sebagus apapun sebuah konsep pembelajaran akan

menjadi sebuah hal yang tidak berguna jika tidak berkesesuaian dengan situasi

dan kondisi serta guru yang menerapkannya, konsep pembelajaran tak ubahnya

sebuah hal yang sia sia jika tidak di elaborasi dengan metode yang baik dan bias

dalam setiap kondisi, dan menurut saya konsep Quantum Learning atau

pemebelajaran Quantum mampu melakannya, untuk membuktikan hal yang saya

sebutkan tadi maka patutlah kita membahas lebih jauh tentang Quantum learning

ini35

.

B. Sejarah Singkat Quantum Learning

Tokoh utama di balik pembelajaran adalah Bobbi DePorter, seorang ibu

rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan

setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran.

Dialah perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajaran. Semenjak tahun

1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran di

Super Camp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows,

Negara Bagian California, Amerika Serikat. Super Camp sendiri didirikan atau

dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian

35

Ibid, Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran,h.121

Page 18: Draft imam

pada hal-ihwal pembelajaran guna pengembanga potensi diri manusia. Dengan

dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike

Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer Nourie, DePorter secara terprogram

dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran kepada para remaja

di Super Camp selama tahun-tahun awal dasawarsa 1980an. Dia belajar dari Dr.

Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen

dengan apa yang disebutnya sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia”.

Prinsipnya adalah bahwa Sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi

belajar, dan setiap detail apapun dapat ,memberikan sugesti positif ataupun

negatif. Istilah lain dari suggestology adalah accelerated learning ( pemercepatan

belajar). Kemudian metode pembelajaran merambah ke berbagai tempat dan

bidang kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting),

lingkungan bisnis, lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas

(sekolah). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran merupakan

falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus

diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah. Falsafah dan metodologi pembelajaran

yang telah dikembangkan, dimatangkan, dan diujicobakan tersebut selanjutnya

dirumuskan, dikemukakan, dan dituliskan secara utuh dan lengkap dalam buku

Learning. Teaching dan Learning merupakan model pembelajaran yang sama-

sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan,

sugestopedia, dan belajar melalui berbuat. Teaching diarahkan untuk proses

pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan

pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Teaching terangkum dalam konsep

TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan

Rayakan. Sementara itu, Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat

menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat,

menyenangkan, dan berkesan. Jadi, Teaching diperuntukkan guru dan Learning

diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru,

Ibu tentunya perlu mendalami keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh

dan terintegrasi. Dalam Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang

mampu memainkan berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas,

Page 19: Draft imam

menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri

anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia

guru. Dalam Teaching, tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah siswa yang

belum berkembang karena titik sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang

diberikan guru. Berarti, guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa

dengan berpedoman pada segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami

sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan. Learning merupakan

strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain sisiwa dan guru karena

memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan

berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya

belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan

cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah

mengkaji sesuatu dengan cara Learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat,

dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkan. Konsep itu

sukses diterapkan di Super Camp, lembaga kursus yang dibangun de Porter.

Dilakukan sebuah penelitian untuk disertasi doktroral pada 1991, yang melibatkan

sekitar 6.042 responden. Dari penelitian itu, Super Camp berhasil mendongkrak

potensi psikis siswa. Antara lain peningkatan motivasi 80%, nilai belajar 73% ,

meningkatkan harga diri 84% dan melanjutkan penggunaan keterampilan 98%.

Persamaan Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep Fisika Quantum

yaitu:

E = mc2

E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)

M = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)

c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)

Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses

pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan

antusiasme belajar pada peserta didik.

Page 20: Draft imam

C. Pengertian Quantum Learning

Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi

cahaya36

. Jadi Quantum Learning menciptakan lingkungan belajar yang efektif,

dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya

melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas37

. Dalam Quantum Learning

bersandar pada konsep „Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia

kita ke dunia mereka‟. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan Quantum

Teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh

dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang

baik dalam dan ketika belajar. Dengan Quantum Learning kita dapat mengajar

dengan memfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak kanan pada fungsinya

masing-masing. Penelitian di Universitas California mengungkapkan bahwa

masing-masing otak tersebut mengendalikan aktivitas intelektual yang berbeda.

Otak kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan hal lain yang

memerlukan pemikiran rasional, beralasan dengan pertimbangan yang deduktif

dan analitis. Bagian otak ini yang digunakan berpikir mengenai hal-hal yang

bersifat matematis dan ilmiah. Kita dapat memfokuskan diri pada garis dan rumus,

dengan mengabaikan kepelikan tentang warna dan irama. Otak kanan mengurusi

masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme,

musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas, orisinalitas, daya

cipta dan bakat artistik. Pemikiran otak kanan lebih santai, kurang terikat oleh

parameter ilmiah dan matematis. Kita dapat melibatkan diri dengan segala rupa

dan bentuk, warna-warni dan kelembutan, dan mengabaikan segala ukuran dan

dimensi yang mengikat.

D. Perbedaan Quantum Learning Dan Quantum Teaching

Quantum Teaching dan Quantum Learning merupakan model

pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep

36

Abdul rasyid, Fisika untuk jurusan ipa semester genap, (Jakarta : Rineka cipta, 2010) h.

35 37

Op-Cit, Bobby de porter & Micke Hemacki

Page 21: Draft imam

kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat. Quantum Teaching

diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan

dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Quantum

Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai,

Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, Quantum Learning

merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep,

prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan

berkesan. Jadi, Quantum Teaching diperuntukkan guru dan Quantum Learning

diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru,

Ibu tentunya perlu mendalami keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh

dan terintegrasi. Dalam Quantum Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor

yang mampu memainkan berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas,

menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri

anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia

guru. Dalam Quantum Teaching, tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah

siswa yang belum berkembang karena titik sentuhnya belum cocok dengan titik

sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi

siswa dengan berpedoman pada segalanya bertujuan, segalanya berbicara,

mengalami sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan. Quantum

Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain

sisiwa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan

cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui

terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu,

pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah

merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara Quantum Learning.

Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan

suasana yang menyenangkanTeaching dan Learning merupakan model

pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep

kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat38

.

38

Ibid.,Bobby de porter & Micke Hemacki, h. 62

Page 22: Draft imam

Adapun pebedaan dari teaching dan learning adalah sebagai berikut:

1) Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas,

berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya.

Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami,

Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.

2) Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta,

konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan

berkesan.Pola Teaching terangkum dalam konsep AMBAK yakni Apa

Manfaatnya Bagiku

Jadi, Teaching diperuntukkan guru dan Learning diperuntukkan siswa

atau masyarakat umum sebagai pembelajar39

.

5. METODE PENELITIAN

1. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITAN

Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya

terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data.

Sebab data yang diperoleh dalam suatu penelitian merupakan gambaran dari

obyek penelitian40

. Menurut ,saya penelitian adalah usaha untuk menemukan,

mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-

metode ilmiah. Dengan upaya mendapatkan dan mengumpulkan data dari

kegiatan penelitian, digunakan langkah-langkah sebagai berikut:

A. Pendekatan dalam Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui

pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka,

39

Ibid.,Bobby de porter & Micke Hemacki, h. 62 40

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991),

h. 43

Page 23: Draft imam

melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,

dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang

menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita

empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu

penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan

mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan

menggunakkan metode diskriptif. Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang

dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada

manusia pada kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut

dalam bahasanya dan peristilahannya”. Metode kualitatif adalah metode penelitian

yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti

adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi41

.

Pertimbangan penulis menggunakan penelitian kualitatif ini sebagaimana

yang diungkapkan oleh Lexy Moleong:

1. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apa bila berhadapan dengan

kenyataan ganda

2. Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara peneliti dan

responden

3. Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen pengaruh

bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi42

.

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut

Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta

dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah

41

Ibid., Lexy J Moleong, h. 43 42

Ibid., Lexy J Moleong, h. 20

Page 24: Draft imam

dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-

situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-

sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlansung dan

pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

2. KEHADIRAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan

sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan.

sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai

bentuk alat-alat Bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat

digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai

instrument pendukung. Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di

lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti,

sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau

sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan43

.

3. LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan,

beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di

Madrasah Aliyah Negeri Model Manado. Jalan S. Musi, Kecamatan Tuminting,

Kelurahan islam, Kota Manado. Madrasah Aliyah Negeri Model Manado adalah

salah satu madrasa islam negeri, yang berada di daerah manado, dan merupakan

Madrasah yang menerapkan pembelajaran quantum pada mata pelajaran bahasa

arab, serta merupakan madrasah yang dilengkapi dengan fasilitas lengkap seperti

asrama untuk siswa, baik putra dan putri, serta menerapkan sistem pembelajaran

yang mengintegrasikan antara ilmu islam, umum dan kemasyarakatan, sehingga

siswa menjadi isnsan yang cerdas, profesional, dan mempunyai kedalaman

spiritual.

43

Ibid., Lexy J Moleong, h. 45

Page 25: Draft imam

4. SUMBER DATA

1. Data Primer

Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh

lansung dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland bahwa

sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan44

.

Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan

dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk

mendapatkan informasi lansung tentang penerapan Quantum learning dalam mata

pelajaran bahasa arab di Madrasah Aliyah Negeri Model Manado. yaitu dengan

cara wawancara dengan siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Model Manado.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan

berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian,

notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi

pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari

berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti

kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories, dan

sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan

dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara lansung

dengan siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Model Manado.

5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam

penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data

agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang

sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.

44

Moh. Nazir. Ph. D, Metode Penelitian( Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003).h. 65

Page 26: Draft imam

1. Observasi Langsung

Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan

mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam

kegiatan sehari-hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu.

Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara

sistematik tentang bagimana peroses dan langkah – langkah penerapan quantum

learning Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku,

perkembangan, dan sebagainya tentang penerapan Quantum Learning dalam

proses pembelajaran bahasa arab Madrasah Aliyah Negeri Model Manado.

sewaktu kejadian tersebut berlaku sehingga tidak menggantungkan data dari

ingatan seseorang. Observasi lansung juga dapat memperoleh data dari subjek

baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau

berkomunikasi secara verbal.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya

dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide

(panduan wawancara). Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk

memperoleh data secara jelas dan kongkret tentang bagaimana guru melakukan

penerapan pembelajaran quantum pada salah satu pelajaran di Madrasah Aliyah

Negeri Model Manado.. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadakan

wawancara dengan siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri Model Manado.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo,

pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga

masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa. Dari uraian di atas

maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-

catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian. Tujuan

Page 27: Draft imam

digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang

penerapan pembelajaran quantum pada salah satu pelajaran di Madrasah Aliyah

Negeri Model Manado.

6. ANALISIS DATA

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Dari

rumusan di atas dapatlah kita tanarik garis besar bahwa analisis data bermaksud

pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan

terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa

laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Setelah data dari lapangan terkumpul

dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas, maka peneliti akan

mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara

deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif45

. Analisis deskriptif-

kualitatif merupakan suatu tehnik yang menggambarkan dan menginterpretasikan

arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam

sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh

gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Menurut M.

Nazir bahwa tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau

lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki.

7. PENGECEKAN KEABSAHAN TEMUAN

Menurut Moleong ‟‟kriteria keabsahan data ada empat macam yaitu : (1)

kepercayaan (kreadibility), (2) keteralihan (tranferability), (3) kebergantungan

(dependibility), (4) kepastian (konfermability)9. Dalam penelitian kualitatif ini

memakai 3 macam antara lain :

45

Ibid., Moh. Nazir. Ph. D. h.67

Page 28: Draft imam

1. Kepercayaan (kreadibility)

Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil

dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. ada beberapa teknik untuk mencapai

kreadibilitas ialah teknik : teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota,

perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat, dan

pengecekan kecakupan refrensi46

.

2. Kebergantungan (depandibility)

Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya

kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data

sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering

dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan

pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara untuk menetapkan bahwa proses

penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dipendability oleh ouditor

independent oleh dosen pembimbing47

.

3. Kepastian (konfermability)

Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan

dengan cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang

didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit48

.

8. TAHAP-TAHAP PENELITIAN

Moleong mengemukakan bahwa ‟‟Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu :

(1)tahap sebelum ke lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis

data, (4) tahap penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh

sebagai berikut :

46

Ibid., Moh. Nazir. Ph. D,h.67 47

Ibid, Moh. Nazir. Ph. D, h. 67 48

Ibid, Moh. Nazir. Ph. D, h. 67

Page 29: Draft imam

a) Tahap sebelum kelapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian

paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan

dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian,

penyusunan usulan penelitian49

.

b) Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang

berkaitan dengan penerapan pembelajaran quantum pada salah satu pelajaran di

Madrasah Aliyah Negeri Model Manado. Data tersebut diperoleh dengan

observasi, wawancara dan dokumentasi dengan cara melihat penerapan

pembelajaran quantum pada salah satu pelajaran di Madrasah Aliyah Negeri

Model Manado.

c) Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah melaui

observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan siswa siswa Madrasah

aliyah negeri model manado. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan

konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan

data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data

sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan

makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks

penelitian yang sedang diteliti50

.

d) Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari

semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data.

Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing

untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang

kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang

sempurna. Langkah terakhir melakukan pengurusan kelengkapan persyratan untuk

ujian skripsi.

49

Prof. Dr. S. Nasution, M.A. Metode Research,( Bumi Aksara, Jakarta 2004). 23 50Ibid,. Prof. Dr. S. Nasution, M.A. h. 23

Page 30: Draft imam

DAFTAR PUSTAKA

Muchit M.Saekhan , Pembelajaran Kontekstual, Semarang : RaSAIL Media

Group, 2007.

Drs.Slameto, BELAJAR & Faktor –Faktor yang mempengaruhinya, Jakarta :

Rineka Cipta, 2010.

Deporter Bobbi & Hernacki Micke, Quantum Learning: Membiasakan Belajar

dengan Nyaman dan Menyenangkan, Bandung ; Khaifa, 2011.

Djamarah, Bahri Syaiful , Psikologi Belajar, akarta; Rineka Cipta; 1999.

Sagala Syaiful, Konsep Dan Makna Pembelajaran, Jakarta : Alfabeta, 2011.

rasyid Abdul, Fisika untuk jurusan IPA Semester Genap, Jakarta : Rineka cipta,

2010.

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Rosda Karya,

1991.

Moh. Nazir. Ph. D, Metode Penelitian Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003.

Prof. Dr. S. Nasution, M.A. Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta 2004.