Draf Naskah Akademik Pendidikan Kebidanan

download Draf Naskah Akademik Pendidikan Kebidanan

of 56

description

naskah

Transcript of Draf Naskah Akademik Pendidikan Kebidanan

  • NASKAH AKADEMIK

    SISTEM PENDIDIKAN KEBIDANAN

    DI INDONESIA

    JAKARTA, 2012

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 2

    IKATAN BIDAN INDONESIA

    DAN

    ASSOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN KEBIDANAN INDONESIA

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 3

    LEMBAR KESEPAKATAN

    Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kebidanan ini telah disepakati oleh Ikatan Bidan

    Indonesia (IBI) sebagai organisasi profesi dan Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan

    Indonesia (AIPKIND) sebagai wadah institusi pendidikan kebidanan di Indonesia. Isi dari

    Naskah Akademik ini ditinjau secara periodik setiap 5 tahun untuk menjamin kesesuaian

    dengan kebutuhan dan perkembangan profesi dan pendidikan kebidanan ditingkat

    nasional dan global.

    Jakarta, Mei 2012

    Ketua Assosiasi Institusi Pendidikan

    Kebidanan Indonesia

    (Jumiarni Ilyas, Dra, M.Kes)

    Ketua Umum Ikatan Bidan Indonesia

    (DR. Harni Koesno, M.K.M)

    KATA PENGANTAR

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 4

    Perkembangan situasi global menyebabkan peningkatan kebutuhan dan kompleksitas permasalahan diberbagai komponen maupun elemen di masyarakat termasuk bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak. Bidan adalah tenaga kesehatan professional dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak......ada yg terputus Untuk itu diperlukan suatu penataan sistem pendidikan kebidanan yang terstandar, sustainable dan relevan dengan kebutuhan masa kini dan mendatang, maka diperlukan suatu pola pendidikan yang memberikan arah pada penyelenggaraan pendidikan kebidanan yang berkualitas.

    Sejalan dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dengan memperhatikan standar global pendidikan kebidanan secara internasional, maka Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional RI dengan dukungan World Bank (WB) melalui Health Professional Education Quality Project (HPEQ) telah memfasilitasi pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan kebidanan sebagai salah satu dari profesi kesehatan strategis.

    Semoga penyusunan Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kebidanan dapat digunakan sebagai referensi dalam merumuskan kebijakan yang berhubungan dengan Penyusunan sistem dan dan pendidikan kebidanan di Indonesia.

    Terima kasih kepada Direktorat Akademik Ditjen Dikti- Pimpinan Proyek HPEQ yang telah memberikan dukungan dan fasilitasi sehingga Naskah Akademik Sistem Pendidikan Kebidanan ini dapat diselesaikan tepat waktu. Terima kasih juga kami sampaikan kepada berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas kontribusinya dalam penyusunan naskah akademik Sistem Pendidikan Kebidanan.

    Jakarta, Mei 2012 Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Indonesia

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 5

    DAFTAR ISI

    Lembar Kesepakatan 3 Kata Pengantar 4 Daftar Isi 5

    BAGIAN I

    BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang .................................................................................... 7 I.2. Tujuan dan Kegunaan ........................................................................ 8 I.3. Metode / Pendekatan ......................................................................... 9 I.4. Pengorganisasian ................................................................................ 10

    BAB II RUANG LINGKUP 2.1 Terminologi ............................................................................................... 12 2.2 Bidan sebagai Profesi .............................................................................. 13 2.3 Sejarah Kebidanan di Indonesia .............................................................. 20 2.4 Situasi terkini Pendidikan Kebidanan di Indonesia .................................. 25 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 27

    BAGIAN II

    I. KONSIDERANS II. DASAR HUKUM III. KETENTUAN UMUM / TERMINOLOGI IV. MATERI / SUBSTANSI V. PENUTUP

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    DAFTAR PUSTAKA

    o Peraturan Per-Undang-undangan yang relevan o Ringkasan Naskah Akademik Profesi Kebidanan o Core Document International Confederation of Midwives o Core Document World Health Organization o UNFPA o BKKBN o Standar Kompetensi Bidan o Laporan Hasil Peneltian o Saran-saran Tim Penyusun o Berita Acara Proses Penyusunan Naskah Akademik

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 6

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Pembangunan kesehatan, yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, bertujuan mewujudkan derajat kesehatan optimal seperti yang diamanahkan dalam pembukaan dasar UUD 1945. Pembangunan kesehatan pada dasarnya juga menyangkut kehidupan fisik, mental, maupun sosial budaya & ekonomi yang dalam perkembangannya telah terjadi perubahan orientasi, baik tata nilai maupun pemikiran terutama mengenai upaya pemecahan masalah kesehatan.

    Saat ini masalah kesehatan Ibu dan Anak masih merupakan masalah penting karena masalah tersebut merupakan salah satu indikator kesejahteraan suatu bangsa. Permasalahan kesehatan ibu dan anak ini juga terjadi ditingkat global sehingga hampir semua negara terus menerus melakukan berbagai upaya internasional untuk memecahkan masalah ini. Milleneum Development Goals (MDGs) juga memprioritaskan salah satu tujuan utamanya untuk menurunkan angka kematian bayi sebesar 2/3, menurunkan angka kematian ibu sebesar 3/4 dan meningkatkan pencegahan dari penyebaran HIV/AIDS antara tahun 1990 sampai tahun 2015 1.

    Bagian negara di dunia yang masih bermasalah dengan masalah kesehatan ibu dan anak adalah kawasan Afrika, Asia Tenggara dan Asia Selatan yang menyumbang hampir sepertiga jumlah kematian ibu dan anak di dunia dengan total kematian Ibu mencapai 170.000 dan kematian bayi baru lahir mencapai 1.300.000 pertahun. India, Bangladesh, Indonesia, Nepal serta Myanmar adalah negara-negara yang menyumbang sampai 98% dari seluruh kematian ibu dan anak di kawasan tersebut. Berbeda dengan negara industri atau negara makmur yang memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) rata-rata sekitar 10 per 100.000 persalinan. Secara global, sebagian besar kematian ibu yang terjadi di negara-negara ini biasanya dihubungkan dengan faktor kemiskinan dan kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan dan status sosial perempuan yang masih rendah.

    Setiap tahun diperkirakan ada 5 juta ibu hamil di Indonesia, dari jumlah tersebut, dua ibu meninggal dalam satu jamnya karena komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Jadi setiap tahun ada 15.00017.000 ibu meninggal karena melahirkan. Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu ( AKI ) Indonesia masih 228/100.000 kelahiran hidup, sedangkan sedangkan AKB sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Jumlah kematian Ibu menurut provinsi di Indonesia diperkirakan mencapai 11.534 pada tahun 2010. Dari seluruh provinsi, Jawa Barat menduduki tempat pertama untuk jumlah kematian ibu, di ikuti oleh Provinsi Jawa Tengah, NTT, Banten dan Jatim. 2 Jika melihat Target MDG5 tahun 2015 adalah bahwa AKI di Indonesia 102/100.000 kelahiran hidup, dihawatirkan ttarget dalam MDGs pada tahun 2015 dalam pengentasan kematian ibu sulit dicapai sehingga perlu adanya terobosan guna percepatan penurunan AKI dan AKB di Indonesia

    1 UNDP, 2007

    2 BKKBN, 2012 (http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPers.aspx?SiaranPersID=2)

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 7

    Kematian ibu berdampak negatif terhadap kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta memiliki implikasi sosial yang bermakna terhadap kualitas kesehatan keluarga di kemudian hari. Hambatan sosial, budaya dan ekonomi yang dihadapi sepanjang hidup perempuan merupakan akar masalah buruknya kesehatan maternal (sepanjang daur kehidupan perempan) saat ini. Dengan menggunakan pendekatan siklus hidup diketahui bahwa masalah mendasar kesehatan perempuan telah terjadi sebelum memasuki usia reproduksi. Status kesehatan perempuan semasa kanak-kanak dan remaja mempengaruhi kondisi kesehatannya saat hamil, bersalin dan nifas. Jenis makanan, lingkungan pola hidup, tingkat pendidikan, nilai dan sikap yang dianut, sistem dan akses kesehatan, situasi ekonomi, serta kualitas hubungan seksualnya mempengaruhi perempuan dalam menjalankan masa produksi dan proses reproduksinya.

    Jika menyimak lebih dalam, faktor utama penyebab tingginya angka kematian ibu melahirkan di Indonesia tidak hanya penyebab langsung saja seperti perdarahan, infeksi, atau pre eklamsi. Terdapat faktor penyebab tidak langsung lainnya yang berkontribusi besar dalam meningkatkan risiko kematian ibu. Fenomena di negara berkembang termasuk di Indonesia, perempuan masih belum memiliki otonomi yang memadai terhadap dirinya terutama dalam kesehatan reproduksinya. Fakta menunjukkan adanya keterbatasan perempuan dalam mengakses pelayanan kesehatan yang disebabkan berbagai faktor seperti; kemiskinan, kondisi struktur geografis, penyebaran penduduk yang tidak merata, social ekonomi yang rendah, praktik budaya yang menghambat dan ketidaksetaraan gender.3 Kemiskinan menyebabkan ibu-ibu hamil tidak mendapatkan asupan gizi yang mencukupi untuk menunjang kehamilannya. Faktor budaya, kawin muda dan aborsi akibat kehamilan yang tidak diinginkan, diskriminasi dan beban ganda yang harus dipikul perempuan juga turut menjadi faktor yang mempengaruhi status kesehatan para ibu dan perempuan di Indonesia.

    Di Indonesia, berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2010 jumlah tenaga bidan adalah 175.124 orang yang tersebar di berbagai tatanan pelayanan kesehatan dan pendidikan (Rumah sakit, Puskesmas, RSAB, bidan Desa, BPS, institusi pendidikan dan institusi lain). Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan terdapat 82,2% persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. diantaranya sebanyak 62,1% (75% persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dilakukan oleh bidan). Dalam pelayanan KB diketahui bahwa pencapaian peserta KB baru sebanyak 687.715 peserta, 32,2% diantaranya dilakukan di Bidan Praktik Swasta. Dari profil ini tampak bahwa bidan berperan penting sebagai mitra perempuan dan tenaga kesehatan professional strategis dalam peningkatan kesehatan ibu dan anak di Indonesia.

    Realita yang ada bidan sebagai mitra perempuan merupakan profesi yang memiliki pekerjaan dengan kompleksitas dan tanggung jawab yang besar. Untuk menyiapkan bidan yang tanggap terhadap situasi terkini dan dapat mengatasi berbagai situasi kompleks yang dihadapi perempuan sepanjang siklus reproduksinya serta bayi dan balita sehat, dibutuhkan bidan yang mampu berpikir kritis, analisis-sintesis, advokasi dan kepemimpinan yang hanya dapat dihasilkan oleh sistem pendidikan tinggi kebidanan yang berkualitas dan mampu berkembang sesuai kebutuhan kemajuan zaman. Dengan demikian bidan tidak hanya dituntut memiliki kemampuan klinis saja tetapi juga harus memiliki kemampuan menganalisa permasalahan non klinis dan sosial budaya yang berpengaruh pada kualitas kesehatan reproduksi perempuan, serta kemampuan pemberdayaan, advokasi dan negosiasi serta

    3 Bank dunia. 2000. Rangkuman pembangunan berperpektive gender.

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 8

    kemampuan penelitian dalam pengembangan ilmu dan praktik kebidanan. Dengan demikian, akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi, memerangi kemiskinan, meningkatkan pendidikan dan pemberdayaan perempuan atau kesetaraan gender menjadi persoalan penting untuk dikelola dan diwujudkan.

    Sejak dicanangkannya salah satu isu Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2005 tentang Pemerataan Kesempatan belajar dan Perluasan Kesempatan Belajar, pendidikan kebidanan khususnya level vokasi tumbuh dengan subur. Pendidikan Kebidanan di Indonesia sebagian besar merupakan pendidikan vokasional diploma III dengan jumlah institusi penyelenggara (661) institusi (AIPKIND, 2011), sedangkan pengembangan untuk jenjang Strata satu akademik-profesi kebidanan baru dimulai tahun 2008 dan strata dua dimulai pada tahun 2006. Pada akhir tahun 2011 jumlah Strata satu sebanyak 2 institusi dan jumlah strata dua sebanyak 3 institusi.

    Fakta adanya pendidikan kebidanan yang sampai saat ini sebagian besar pada level vokasi menyebabkan pengembangan profesi bidan berjalan sangat lambat karena terbatasnya jumlah bidan yang memenuhi kualifikasi untuk melakukan penelitian. Selain itu lulusan yang dihasilkan oleh pendidikan vokasi lebih bersifat trained labour dengan minimnya keterampilan clinical reasoning dan clinical judgemnent sehingga tidak memenuhi standar kompetensi dan profil bidan. UU sisdiknas No 20 tahun 2003 menetapkan bahwa pendidikan profesi diperoleh melalui pendidikan setelah strata satu. Kongres ICM pada tahun 2008 memutuskan standar global pendidikan profesi bidan minimal strata satu profesi (S1Profesi) dan diselenggarakan di universitas. Diharapkan dengan meningkatnya pendidikan bidan baik melalui pendidikan formal maupun non formal , bidan mampu berpikir lebih kritis dan lebih profisien dan patien safety dalam melaksanakan praktik kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih baik untuk melindungi masyarakat dan dapat bersaing dalam era pasar bebas.

    Mengingat cukup kompleksnya berbagai issue strategis terkait peningkatan mutu pendidikan bidan, perlu dibentuk suatu sistem pendidikan kebidanan untuk mendasari pendidikan kebidanan yang bermutu, terakreditasi, akuntabel dan sesuai standar global. Dalam hal ini, Ditjen-Dikti memberi peluang pada pendidikan kebidanan untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui Proyek HPEQ. Peluang ini merupakan tantangan bagi IBI dan AIPKIND untuk menyusun Naskah Akademik sebagai referensi dan kerangka pikir dalam merancang Sistem Pendidikan Kebidanan di Indonesia.

    1.2 TUJUAN DAN KEGUNAAN

    1.2.1 TUJUAN

    Naskah Akademik disusun sebagai acuan dalam pengembangan sistem pendidikan kebidanan, kompetensi bidan, sistem akreditasi pendidikan dan kredensial tenaga bidan.

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 9

    1.2.2 KEGUNAAN

    Naskah Akademik ini digunakan :

    1. Untuk memberikan gambaran kepada stake holder dan masyarakat tentang sistem pendidikan kebidanan dan profesi bidan di Indonesia

    2. Sebagai acuan bagi stake holder dalam merumuskan kebijakan yang terkait

    dengan sistem pendidikan kebidanan dan profesi bidan di Indonesia

    3. Sebagai indikator/tolok ukur pencapaian tujuan penyelenggaraan pendidikan kebidanan

    4. Sebagai acuan dalam pengembangan pendidikan kebidanan dan profesi bidan

    di Indonesia.

    5. Sebagai acuan organisasi profesi bidan dalam menetapkan kebijakan pendidikan kebidanan

    1.3 METODE PENDEKATAN

    Metode pendekatan penyusunan naskah akademik sebagai berikut :

    1. Telaah Pustaka (literature study) kebijakan pendidikan nasional Indonesia dan berbagai negara, kebijakan organisasi kesehatan dunia (WHO) dan organisasi profesi bidan internasional (ICM).

    2. Diskusi Pakar Kebidanan dalam beberapa workshop tentang sistem pendidikan

    kebidanan yang diikuti oleh kalangan perguruan tinggi swasta maupun negeri dari perwakilan wilayah Indonesia, pengurus pusat dan pengurus daerah IBI, pengurus AIPKIND, para nara sumber, dan organisasi profesi lain yang terkait.

    3. Diskusi dan konsultasi dengan konsultan bidan internasional (Presiden ICM dan

    ICM Regional Asia Pasifik) .

    4. Benchmarking ke berbagai negara penyelenggara pendidikan kebidanan yang sudah maju (New Zealand, Eropa, Canada, Amerika Serikat, dan Australia).

    5. Survey nasional tentang pendidikan kebidanan, pelayanan, dan kinerja bidan

    diberbagai tatanan pelayanan kesehatan (pre eliminary survey HPEQ tahun 2010 dan Survey WHO tahun 2011).

    6. Hasil Try Out CBT uji kompetensi bidan tahun 2011 oleh komponen 2 HPEQ.

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 10

    1.4 PENGORGANISASIAN

    Naskah akademik system pendidikan kebidanan di Indonesia terdiri dari dua bagian yaitu: 1. Bagian Pertama, berisi tentang laporan hasil pengkajian dan penelitian tentang naskah

    akademik yang akan disusun. Bagian satu terdiri dari 4 bab Bab I meliputi : Latar belakang, tujuan dan kegunaan, metode pendekatan dalam penyusunan naskah akademik dan pengorganisasian dalam naskah akademik. Bab II meliputi : Ruang lingkup naskah akademik : bidan sebagai profesi, sejarah pendidikan bidan, dan hasil-hasil riset yang berhubungan dengan pendidikan kebidanan Bab III meliputi : kesimpulan dan saran Bab IV meliputi : lampiran

    2. Bagian Kedua, berisi tentang konsep awal naskah akademik Sistem Pendidikan Kebidanan yang akan digunakan di Indonesia : Konsiderans, Dasar hukum, Ketentuan umum, Materi/substansi, ketentuan pidana, Ketentuan peralihan dan Penutup

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 11

    BAB II RUANG LINGKUP

    2.1 TERMINOLOGI

    1. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

    2. Kebidanan/Midwifery adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni

    dalam mempersiapkan menjadi orang tua, mempersiapkan kehamilan, menolong persalinan dan kelahiran, nifas, menyusui, bayi dan balita, pemberdayaan ibu dan keluarga dalam pengaturan kesuburan, persiapan menghadapi masa interval, klimakterium dan menopause,serta interaksinya yang kompleks dengan faktor lain yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi perempuan.

    3. Pelayanan Kebidanan (Midwifery Services) adalah bagian integral dari sistem

    pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang diberikan secara mandiri, kolaborasi maupun rujukan.

    4. Praktik Kebidanan adalah implementasi ilmu kebidanan didasari etika dan kode etik

    bidan secara mandiri oleh bidan kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya,.

    5. Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan proses/kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan secara sistematis mulai dari mengumpulkan data, menganalisa data, menegakkan diagnosa kebidanan, mengidentifikasi masalah dan atau kebutuhan, tindakan segera, menyusun rencana asuhan, melaksanakan rencana asuhan, mengevaluasi keefektifan pelaksanaan rencana asuhan dan mendokumentasikan asuhan.

    6. Asuhan Kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan tindakan

    yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.

    7. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki

    oleh seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat untuk melaksanakan tugas-tugas pekerjaan.

    8. Kompetensi Bidan adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang

    dimiliki oleh seorang bidan yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk memberikan pelayanan yang aman / safe di berbagai setting pelayanan kesehatan

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 12

    2.2 BIDAN SEBAGAI PROFESI

    2.2.1 DEFINISI BIDAN

    Definisi bidan yang ditetapkan International Confederation of Midwives (ICM) diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO) dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia.

    Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional/Kongres

    ICM. Definisi bidan yang disempurnakan dalam kongres ICM tahun 2011 di Durban adalah :

    A midwife is a person who has successfully completed a midwifery education program that is duly recognized in the country where it is located and that is based on the ICM Essential Competencies for Basic Midwifery Practice and the framework of the ICM Global Standards for Midwifery Education; who has acquired the requisite qualifications to be registered and/or legally licensed to practice midwifery and use the title midwife; and who demonstrates competency in the practice of midwifery. The midwife is recognized as a responsible and accountable professional who works in partnership with women to give the necessary support, care and advice during pregnancy, labour and the postpartum period, to conduct births on the midwifes own responsibility and to provide care for the newborn and the infant. This care includes preventative measures, the promotion of normal birth, the detection of complications in mother and child, the accessing of medical care or other appropriate assistance and the carrying out of emergency measures. The midwife has an important task in health counseling and education, not only for the woman, but also within the family and the community. This work should involve antenatal education and preparation for parenthood and may extend to womens health, sexual or reproductive health and child care. A midwife may practice in any setting including the home, community, hospitals, clinics or health units.

    (Definisi bidan yang dianut oleh Ikatan Bidan Indonesia mengacu pada definisi internasional tersebut diatas)

    BIDAN adalah profesional yang bekerja dalam kemitraan dengan perempuan untuk memberikan bantuan yang diperlukan, pelayanan dan selama kehamilan, kelahiran dan masa post-natal, memimpin persalinan dan memberikan pelayanan kepada bayinya. Pelayanan kebidanan meliputi pencegahan, persalinan normal, deteksi komplikasi yang dialami ibu dan anak, membantu memfasilitasi akses pelayanan medis bila diperlukan. Bidan mempunyai tugas penting dalam kepenasihatan pendidikan dan konseling kesehatan, tidak hanya bagi perempuan, melainkan juga terhadap keluarga dan komunitas. Termasuk dalam pelayanan kebidanan adalah pendidikan antenatal, penyiapan calon ibu menjadi orangtua, bahkan sampai kepada kesehatan perempuan, seksual dan reproduksi. Dengan mempertimbangkan aspek sosial-budaya dan kondisi masyarakat Indonesia serta mengacu kepada definisi bidan ICM yang telah diakui oleh FIGO (The International Federation of Gynecology and Obstetrics) dan WHO, maka Ikatan Bidan Indonesia menetapkan Bidan Indonesia adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Definisi yang sama disahkan

    _

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 13

    dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan. 2.2.2 FILOSOFI BIDAN Nilai-nilai penting dan keyakinan yang didirikan terkait erat dengan filosofi dari asuhan kebidanan. Salah satunya filosofi yang diyakini adalah pemenuhan kebutuhan fisik, psikologis, kebutuhan sosial dan spiritual. Bidan harus berkomitmen untuk dapat berperan dalam memberikan asuhan yang komprehensif. Mempunyai bayi secara filosofis adalah peristiwa besar bagi seorang ibu. Kehamilan dan persalinan bukan sekedar peristiwa klinis tetapi juga peristiwa transisi sosial dan psikologis yang amat kritis bagi seorang perempuan, maka pelayanan kebidanan harus terpusat pada kebutuhan perempuan yang unik dan individual dalam memasuki transisi ini 4 . Dengan dasar itu, seorang Bidan memiliki keyakinan yang dijadikan panduan dalam memberikan asuhan.

    Bidan meyakini bahwa :

    a. Perempuan adalah pribadi yang unik, mempunyai kebutuhan, keinginan untuk:

    kelangsungan generasi dalam siklus reproduksi, pengambil keputusan utama dalam asuhannya dan memiliki hak atas informasi untuk meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan. Maka, asuhan kebidanan secara aktif mempromosikan dan melindungi kesejahteraan perempuan dan kesehatan bayi.

    b. Proses kelahiran adalah rangkaian pengalaman yang memberikan makna sangat berarti bagi perempuan, keluarga dan masyarakat. Maka asuhan kebidanan mempromosikan, melindungi dan mendukung hak-hak reproduksi perempuan dan menghargai keragaman budaya, suku yang ada.

    c. Melahirkan adalah suatu proses fisiologis yang normal. Praktik kebidanan mempromosikan dan mengadvokasi untuk tidak melakukan intervensi yang tidak perlu dalam proses kelahiran normal.

    d. Bidan merupakan pemberi pelayanan yang tepat untuk mendampingi perempuan selama masa kehamilan, kelahiran dan nifas. Maka, praktik kebidanan harus mampu membangun rasa percaya diri perempuan dalam proses kelahiran.

    e. Bidan memiliki percaya diri, meyakini, serta menghargai perempuan dalam kemampuannya untuk melahirkan. Maka asuhan kebidanan harus mampu menjaga kepercayaan dan saling menghargai antara bidan dan perempuan.

    f. Asuhan kebidanan memberdayakan perempuan untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya dan keluarganya. Maka, bidan menggunakan teknologi dengan tepat dan melakukan rujukan pada waktu yang tepat jika timbul masalah.

    g. Asuhan kebidanan dilakukan secara partnership dengan perempuan, bersifat individual, berkesinambungan, dan tidak otoriter. Maka, bidan mengupayakan antisipasi dan asuhan yang fleksibel.

    h. Asuhan kebidanan adalah perpaduan dari ilmu dan kiat kebidanan yang bersifat holistik, didasarkan atas pemahaman sosial, emosional, kultural, spiritual, psikologikal dan pengalaman fisik perempuan yang didasarkan atas bukti-bukti terbaik yang ada.

    4 Royal College of Midwives,2006).

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 14

    Maka, bidan harus mampu memberikan informasi dan konseling yang dibutuhkan perempuan untuk meningkatkan partisipasi dan memfasilitasi pengambilan keputusan.

    Sebagai hasilnya:

    1. Asuhan Kebidanan mempromosikan, melindungi dan mendukung hak-hak reproduksi perempuan dan menghormati keragaman etnis dan budaya

    2. Praktik Kebidanan mempromosikan kelahiran normal dan advokasi untuk meminimalkan intervensi

    3. Praktek kebidanan membangun kepercayaan diri perempuan dalam penanganan persalinan

    4. Bidan menggunakan teknologi tepat guna dan melakukan rujukan tepat waktu ketika timbul masalah

    5. Bidan mengupayakan antisipasi dan asuhan fleksibel 6. Bidan memberikan nasehat dan informasi yang dibutuhkan perempuan untuk

    meningkatkan partisipasi dan memfasilitasi dalam pengambilan keputusan. 7. Asuhan kebidanan menjaga kepercayaan dan saling menghormati antara bidan dan

    perempuan 8. Asuhan kebidanan secara aktif mempromosikan dan melindungi kesehatan perempuan

    dan meningkatkan status kesehatan bayi

    Praktik kebidanan berdasarkan prinsip kemitraan dengan perempuan, bersifat holistik dan menyatukannya dengan pemahaman akan pengaruh sosial, emosional, budaya, spiritual, psikologis dan fisik dari pengalaman reproduksinya. Maka tujuan pelayanan kebidanan tidak sekedar melindungi dan mempromosikan kesehatan ibu dan bayinya, tetapi juga membantu perempuan dan keluarganya untuk memperoleh penyesuaian emosional menghadapi kehamilan dan persalinan, serta memastikan ibu memperoleh pengetahuan, keterampilan dan informasi yang cukup untuk memasuki masa pengasuhan anak (motherhood) dengan peran dan tanggungjawab yang tepat5. Selain itu, profesionalisme pelayanan bidan harus pula diartikan sebagai pemenuhan kontrak sosial kepada komunitas untuk menyediakan pelayanan kepada ibu dan keluarganya secara up to date, evidence-based dan berkualitas sesuai definisi Bidan6, dengan mendasari kepada 3 premis, bahwa :

    1) Kehamilan dan persalinan adalah bagian dari proses kehidupan yang normal; 2) Pelayanan bidan terpusat pada diri perempuan (woman centered); dan

    3) Dalam pelayanan bidan terkandung akuntabilitas profesional, merekomendasikan

    model pelayanan bidan terdiri dari : (1) pemantauan kondisi fisik, psikologis, spiritual dan kesejahteraan sosial perempuan dan keluarganya sepanjang siklus kehamilan, persalinan, dan post-natal; (2) memberikan pendidikan, konseling dan pelayanan antenatal bagi setiap perempuan secara individual; (3) kehadiran secara terus

    5 Sally Pairman, Jan Picombe, 1999

    6 ICM, 2011

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 15

    menerus selama persalinan, kelahiran, dan periode perinatal; (4) bantuan selama periode post-natal; (5) menghindari intervensi yang tidak perlu; dan (6) mengidentifikasi serta merujuk perempuan yang membutuhkan penanganan dari tenaga profesi lain dengan tepat.

    2.2.3 BODY OF KNOWLEDGE Setiap praktik profesi harus berlandaskan body of knowledge profesi masing-

    masing serta bertanggung jawab akan pengembangannya di kemudian hari. Ludovici (1937:8) and Abraham Van der Mark (1993:173) menuliskan bahwa proses childbirth :

    childbirth is a natural process, painless and even pleasurable. Unlike the first theory. This second theory argues that this abnormality is not essential and can even now be removed. These views think that labour is the natural process for women. These two different views are related to the feeling of pain and death that frequently appear in the labour process. Thus, these views are influenced by the cultural background of the mother, and have different expectations and meaning given to the labour process.

    Kebidanan (midwifery) adalah suatu tinjauan keilmuan yang memandang bahwa

    proses childbirth adalah proses fisiologis dan normal, yang tidak hanya berhubungan dengan aspek biologis saja namun juga berhubungan dengan seluruh aspek lainnya (sosial, budaya, psikologikal, emosional, spiritual) dalam kehidupan perempuan sebagai manusia seutuhnya. Whereas today obstetricians see birth as a medical event, the midwife views it as a normal, physiological process 7 .

    Rekomendasi badan dunia yang disusun berdasarkan hasil riset gabungan

    berbagai negara di dunia mengenai ilmu kebidanan (midwifery) dan profesi bidan (midwives) misalnya dikeluarkan oleh WHO dalam 16 Recommendation that birth is not an illness 8

    World Health Editorial menuliskan Womens health and well being are of the most importance, both for women themselves and for the next generation. The recent united nations Conferences in Cairo and Beijing emphasized the right of women to give birth safely as an indispensable part of reproductive health... Pregnancy and childbirth are a natural process but no one is free from risk . In many parts of the world women still suffer and die unnecessarily because they do not have acces to essential health services ...

    ...Safe birth does not demand sophisticated technology. The services needed are simple, but making them available to all women calls for political commitment, high priority in resource allocation, and a consistent strategy at national and local level... (World Health :50 years No.2, March April 1997).

    Untuk mendukung sebuah keilmuan, penelitian tentang proses hamil dan melahirkan

    adalah suatu hal yang alamiah dan fisiologis serta tidak hanya menyangkut aspek biologis saja sudah dilakukan sejak ribuan tahun lalu dan riset keilmuan ini dilakukan oleh kedua cabang keilmuan eksakta dan non-eksakta. Misalnya Dalam riset-risetnya ilmu anatomi dan fisiologi melalui penjabaran para ahli anatomi fisiologi, sudah diketahui bahwa proses hamil dan persalinan terjadi secara fisiologis dan berjalan secara alamiah. Ras manusia sudah dibekali, sejak penciptaanya, dengan anatomi dan fisiologi tubuh yang luar biasa

    7 Seller, 2003

    8 WHO, April 1985 : Report on Appropriate Technology for birth

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 16

    untuk menjaga kelangsungan ras manusia (bahkan anatomi dan fisiologi tubuh manusia adalah penciptaan yang paling sempurna untuk sebuah proses reproduksi dibanding makhluk hidup lain di muka bumi seperti hewan dan tumbuhan). baran body of knowladge pendidikan kebidanan sebagai berikut :

    Gambar 3.1 : Body of Knowledge dan disiplin Ilmu Kebidanan9 Gambar 3.1, menjelaskan bahwa: asuhan kebidanan berfokus pada siklus kehidupan

    perempuan yang normal dan alamiah dengan childbearing dan childrearing sebagai intinya. Siklus kehidupan perempuan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ekologi manusia, reproduksi dan perkembangan biologis, ilmu-ilmu sosial dan perilaku. Ketiga faktor tersebut juga saling berinteraksi dan berkaitan dapat membentuk berbagai interaksi yang kompleks dalam mempengaruhi proses childbearing dan childrearing.

    Bagaimana ilmu pengetahuan melihat fenomena yang terjadi dalam siklus itu serta Ilmu

    pengetahuan apa yang terkait dan berkembang secara interaktif antara satu dengan lainnya hingga mampu menggambarkan proses kajian keilmuan menyangkut siklus dan proses ini merupakan kajian disiplin-disiplin ilmu tertentu yang kemuadian menjadi sendi dati Disiplin Ilmu Kebidanan.

    Disiplin Ilmu Kebidanan dikembangkan dari ilmu-ilmu dasar yang berperan dalam kajian

    interaktif itu antara lain Human Ecology, Reproductive Biology, Development Biology, Serta Social and Behavioral Sciences. Interaksi yang kompleks antara Human ecology dengan interaksi eksternal masalah-masala social, ekonomi, lingkungan, dan bahkan politik. Hal ini menunjukkan bahwa momentum dalam siklus perempuan tak dapat dilihat semata dari proses kelahiran yang melibatkan bidan, akan tetapi konteks luas yang berinteraksi sebagai akibat langsung dan tidak langsung dari siklus tersebut. Ketika didalam diri perempuan terjadi seluruh proses sesuai prinsip-prinsip biologi maka terjadi pula proses eksternal yang saling berinteraksi secara humanistik.

    Reproductive dan Development Biology misalnya, memberikan gambaran interaksi

    peristiwa biologis yang terjadi secara internal dalam diri perempuan. Pada saat proses internal ini terjadi timbul pula proses eksternal yang merupakan kondisi lingkungan saat itu.

    9 Mason, John, 2003; Modifikasi Pokja IBI dan AIPKIND, 2009

    CHILDBEARING

    DAN

    CHILDREARING

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 17

    Interaksi human Ecology dan Social serta Behavioral Sciences menunjukkan dengan jelas bahwa pada kehamilan, persalinan, kelahiran, dan postnatal, terutama sekali pada proses childbearing dan childrearing terjadi optimalisasi interaksi lingkungan manusia (keluarga dan masyarakat) dan perilakunya. Bagaimana proses childbearing dan childrearing akan sangat memepengaruhi pola hidup dan interaksi seorang perempuan yang sebelumnya belum mempunyai anak, kehidupan keluarga yang belum diwarnai kehadiran bayi dan anak menjadi keluarga baru dengan kehadiran anak.

    Perubahan eksternal menyangkut eko-sistem dan perilaku sosial, serta perubahan

    internal dalam diri perempuan menyangkut perubahan biologis dengan segala dampaknya sangat jelas memberikan gambaran ruang lingkup peran bidan. Disiplin ilmu yang terkait dengan pengetahuan yang menyangkut interaksi di atas dengan jelas memberikan gambaran disiplin ilmu kebidanan secara integeral membentuk body of knowledge kebidanan10

    2.2.4 RUANG LINGKUP PRAKTIK KEBIDANAN

    Ruang Lingkup praktek kebidanan yang digunakan di seluruh dokumen ini disusun

    berdasarkan definisi Bidan Internasional (ICM) yang diakui oleh WHO dan FIGO dengan mempertimbangkan kebijakan tentang kesehatan reproduksi wanita Indonesia. Fokus pelayanan kebidanan adalah perempuan sepanjang siklus reproduksinya, bayi dan balita.

    Bidan sudah memberi pelayanan kepada perempuan sejak adanya peradaban

    manusia dimulai sejak masa pre - konsepsi. Sebagai profesi yang terus berkembang bidan melakukan pendampingan terhadap perempuan agar dalam tahapan/proses reproduksinya perempuan tetap sehat, sehingga dapat menjadi calon orang tua yang akan melahirkan dan membesarkan anak-anak yang sehat dan berkualitas. Persiapan yang baik oleh bidan sangat dibutuhkan karena akan mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan selanjutnya.

    Asal kata bidan, dalam bahasa Sansekerta, wirdhan yang berarti perempuan

    bijaksana, dalam bahasa perancis sage-femme yang berarti wise women, dalam bahasa Inggris, midwife berarti with-woman i.e. the woman with, the woman assisting. Sebagai bagian dari tenaga profesional bidang kesehatan, bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan bertanggung jawab dan bekerja dalam kemitraan dengan perempuan untuk:

    Memberikan dukungan, konseling dan pendidikan kesehatan, nasihat dan pelayanan selama kehamilan dan persiapan untuk menjadi orang tua

    Menolong persalinan dengan tanggung jawab sendiri Memberikan pelayanan kebidanan selama persalinan, baru lahir, bayi dan anak-

    anak di bawah lima tahun Mempromosikan kelahiran normal, termasuk langkah-langkah pencegahan Menyediakan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi perempuan Mendeteksi komplikasi pada ibu dan anak

    10

    www.ourbodiesourblogs.org, 2008

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 18

    Mengakses layanan medis atau bantuan lain yang sesuai sesuai dengan kewenangan

    Melaksanakan pertolongan pertama pada kasus kegawat darurat dan merujuk ke pelayanan kesehatan yang sesuai.

    Bidan bekerja dengan menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etika dan moral. Bidan dapat berpraktik diberbagai tatanan pelayanan kesehatan termasuk rumah, masyarakat, rumah sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya. 2.2.5 KODE ETIK BIDAN Deskripsi Kode Etik Bidan Indonesia adalah merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi. Dibawah ini adalah kode etik bidan Indonesia yang tertuang dalam Kepmenkes 369/MENKES/SK/III/2007 :

    a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya d. Kewajiban bidan terhadap profesinya e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri f. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan tanah air

    2.2.6 KOMPETENSI BIDAN Ciri khusus kompetensi profesi ditentukan oleh defenisi dan body of knowledge dari

    profesi tersebut. Menurut Sally Pairman (2008) Competence integrates a combination of knowledge, attitudes and skills within particular practices context. Competence is context specific and relational. It brings together the attributes and abilities of the individual and the performances of task (or midwifery actions) within each practices situation.

    Menurut Kepmendiknas No. 045/U/2002 kompetensi adalah seperangkat tindakan

    cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.

    Kompetensi bidan adalah seperangkat tindakan cerdas yang dilandasi oleh

    pengetahuan, keterampilan dan sikap penuh tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang bidan dalam melakukan berbagai praktik spesifik yang saling terkait sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas sebagai bidan (IBI dan AIPKIND, 2011).

    Bidan tidak hanya harus paham tentang need to know : what to do, when to do,

    how to do, tetapi why to do. Bidan menguasai pengetahuan dan keterampilan serta mengaplikasikannya secara kritis / critically dan member makna yang positip terhadap kesehatan perempuan dan bayinya.

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 19

    Tabel 2.2.6 diagram hubungan komponen kompetensi

    Untuk mencapai kompetensi ini diperlukan suatu standar kompetensi yang ditetapkan

    oleh profesi Bidan (IBI dan AIPKIND). Kompetensi bidan di Indonesia dirumuskan oleh profesi dan stake holder yang terkait dan ditetapkan oleh pemerintah sehingga dapat menjawab semua kebutuhan masyarakat.

    Standar Kompetensi bidan disusun melalui pengorganisasian kompetensi berdasarkan

    pendekatan dari yang bersifat umum ke khusus dengan memperhatikan ruang lingkup praktik dan profil bidan. Profil bidan yang dimaksud adalah bidan yang memiliki 5 aspek tampilan kinerja (5 stars WHO) yang terdiri dari:

    1. Midwifery Care Provider; 2. Decision Maker; 3. Communicator; 4. Community Leader; 5. Manager. Dibawah ini adalah area kompetensi bidan Indonesia meliputi : Area Kompetensi 1 : Etik legal dan keselamatan pasien Area kompetensi 2 : Komunikasi efektif Area kompetensi 3 : Profesionalisme dan pengembangan diri Area kompetensi 4 : Landasan ilmiah praktek kebidanan Area kompetensi 5 : Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan Area kompetensi 6 : Promosi kesehatan dan konseling Area Kompetensi 7 : Manajemen, kepemimpinan, dan kewirausahaan. (Kepmenkes 369 tahun 2007)

    Untuk menunjang tampilan kinerja ini dibutuhkan professional competence yaitu the

    habitual and judicious use of communication, knowledge, technical skills, clinical reasoning, emotions, values, and reflection in daily practices to improve health of the individual patient and community (Epstein & Hundert, 2008). Menyikapi professional competence seorang bidan, maka pengembangan kompetensi Bidan mengacu pada parameter International Confederation of Midwives yang intinya adalah integrasi kemampuan keilmuan, keterampilan dan perilaku. Pencapaian kompetensi ini harus melalui proses pendidikan kebidanan pada university level sesuai dengan keputusan WHO di Geneva 2009.

    Untuk mencapai kompetensi bidan yang utuh diperlukan kemampuan bidan untuk

    membuat keputusan dengan tepat, termasuk memberikan informasi, menganalisis, dan

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 20

    mengevaluasinya. Untuk membuat keputusan yang tepat bidan harus dibekali cara-cara berpikir kritis, logis, etis, dan kemampuan membuat assessment dari setiap masalah / kasus yang dihadapi.

    Fokus pelayanan mandiri bidan pada aspek promotif dan preventif sehingga bidan

    harus memiliki kemampuan menjaga kondisi kesehatan perempuan sepanjang siklus reproduksinya termasuk perempuan hamil untuk tetap sehat bahkan kalau bisa ditingkatkan dan kemungkinan komplikasi bisa dicegah. Kemudian bidan juga harus mampu menemukan sedini mungkin kemungkinan adanya komplikasi dan dapat mengatasinya dengan tepat. Jika komplikasi tetap terjadi, maka bidan harus mampu meminimalisir efek, dampak dan risiko fatalitas, morbidity serta mortalitasnya dan mendampingi dalam proses pemulihan kesehatan kembali. Bidan harus mampu melakukan kerjasama secara Tim dan rujukan ketika terjadi kondisi patologis, dalam hal ini bidan harus dibekali dengan kemampuan komunikasi, advokasi, kemampuan fasilitasi, pengembangan kemitraan/jejaring kerja serta penggerakan masyarakat untuk mendukung peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak.

    2.2.7 MODEL PRAKTIK KEBIDANAN Bidan sebagai mitra perempuan merupakan tenaga professional yang memberikan

    asuhan sesuai dengan filosofi sebagai dasar dalam model praktik kebidanan. Bidan memberikan asuhan komprehensif, mandiri dan bertanggung jawab terhadap asuhan yang berkesinambungan sepanjang siklus kehidupan perempuan. Dibawah ini adalah model praktik asuhan kebidanan :

    1. Otonomi : bidan memiliki otonomi dalam mengatur dan menjalankan praktik profesinya

    2. Holistic dan invidual : memandang pasien / klien / perempuan sebagai satu kesatuan utuh (fisik, psiko, sosio and cultural) dan masing masing keunikan

    3. Partnership : bidan dan perempuan kedudukannya setara, fungsi bidan memberdayakan perempuan dalam pengambilan keputusan tentang kesehatan dirinya

    4. Continuity of care : 5. Evidence based practices 6. Bekerja dalam tim : Pelayanan bidan dibedakan menjadai layanan primer

    (layanan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan), layanan kolaborasi (layanan yang dilakukan bidan sebagai anggota tim yang pelayanannya dilakukan secara bersamaan) dan layanan rujukan (layanan yang dilakukan bidan dalam rangka rujukan ke system pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang diberikan bidan dalam menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan yang dilakukan bidan ke tempat fasilitas kesehatan lain secara horizontal maupun vertical) (kepmenkes, 369/2007)

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 21

    Tabel. 2.2.7.1 Model Asuhan Kebidanan berpusat pada perempuan

    Implementasi lainnya dari filosofi bidan yang meyakini setiap perempuan sebagai pribadi memiliki hak, kebutuhan dan harapan maka bidan memfasilitasi perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam pelayanan yang diperolehnya selama kehamilan, kelahiran dan masa nifas, membuat pilihan serta keputusan mengenai cara pelayanan yang disediakan untuknya, Ibu dan bayi penting dan harus dihargai. Namun saat ini kendala besar yang dihadapi perempuan adalah masih adanya ketidaksetaraan dan ketidak adilan gender yang juga berdampak pada status kesehatan perempuan.

    Tabel 2.2.7.2 Model asuhan kebidanan yang berperspektives gender

    Budaya

    (Agama & Suku)

    Sisi Pandang

    Gender

    Aktualisasi

    Penghargaan

    Hak-hak perempuan

    Sosial sebagai hak asasi manusia; Ekonomi

    pandangan hak-hak

    reproduksi sebagai hak

    perempuan

    Sensitif Gender

    Politik

    PerspektifGender dalam Askeb

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 22

    2.2.8 PERAN BIDAN DALAM PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGS

    2.2.8.1 Penguatan Organisasi Profesi Ikatan Bidan Indonesia memiliki Visi Ikatan Bidan Indonesia mewujudkan Bidan

    Profesional Berstandar Global. Visi dijabarkan dalam misi Meningkatkan Kekuatan Organisasi; Meningkatkan Peran IBI dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan bidan; Meningkatkan Peran IBI dalam meningkatkan Mutu Pelayanan; Meningkatkan Kesejahteraan Anggota; Mewujudkan Kerja sama dengan Jejaring Kerja.

    Struktur organisasi IBI terdiri dari Pengurus Pusat IBI yang berada di Jakarta, Pengurus Daerah berada di 33 Propinsi, Pengurus cabang di 495 kabupaten/kota, dan pengurus ranting di 2045 kecamatan/unit kerja. Untuk pembinaan individu anggota di mulai dari tingkat daerah (propinsi), cabang hingga ranting dengan pembinaan langsung melalui pembentukan standar pelayanan bidan mandiri (bidan DELIMA), dan pembinaan tidak langsung misalnya dengan penulisan karya ilmiah dalam majalah Bidan serta melakukan kegiatan ilmiah lainnya berupa seminar, lokakarya, dan pelatihan-pelatihan.

    1) Pengembangan pendidikan dan pelatihan Bidan melalui organisasi profesi mendukung pendirian Asossiasi Institusi Pedidikan Kebidanan Indonesia menjaga mutu pendidikan; Pembentukan komite pendidikan ( Komite Uji Kompetensi , komite Standar Profesi , Komite Standar Pendidikan dan Pelayanan), Standarisasi Pendidikan Bidan, Akreditasi Pendidikan Bidan , berbagai pelatihan seperti penanganan asfeksia dan metode kanguru, APN dan APK, kontrasepsi update, ABPK dll , Seminar dan Lokakarya tentang KIA/ KB dan Kespro

    2) Pengembangan pelayanan a. Bidan Delima Standarisasi pelayanan BPS. 15 propinsi, 196 kab/ kota,

    jumlah bidan delima 8397, jumlah fasilitator 1602 (dana dari USAID) b. Pos Bakti Bidan Bidan beserta masyarakat yang ada di lingkungan

    bidan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Tahun 2009: Jumlah proposal 159. Yang mendapatkan awards : MDGs 4 - 5 bidan

    c. Pelayanan Tanggap Darurat, misalnya - Relawan bidan 124 orang - Pelayanan KIA/ KB di camp pengungsi - Pelayanan KIA/ KB relokasi pengungsi - Pelatihan Kespro dan KKG untuk IBI dan Poltekes NAD (Dana dari

    Ford Foundation)

    3) Pengabdian masyarakat, mobilisasi masyarakat dan Pemberdayaan masyarakat Pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh bidan seperti melakukan Bulan Bakti IBI HUT IBI Pelayanan gratis (BPS), Pelayanan KIA/KB (IBI,Dinkes & BKKBN), pelayamanIbu Asuh Pelayanan gratis untuk ibu tidak mampu di BPS (10 % dari

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 23

    jumlah pasien); dan Kakak Asuh Magang bidan-bidan yunior Program Mellenium Challenge corporation Indonesia/ Immunization program (MCCI/ IP) dengan Kegiatan Pelatihan imunisasi , Mobilisasi masyarakat , Pelayanan imunisasi (Lokasi : 7 propinsi, 67 kabupaten).

    2.2.7.2 Penguatan Assosiasi Institusi Pendidikan

    Assosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Indonesia memiliki Visi .. Visi dijabarkan dalam misi

    Struktur organisasi AIPKIND terdiri dari Pengurus

    Program kerja AIPKIND :

    Assosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Indonesia berdiri tahun 2008 dengan visi menjadi assosiasi yang kuat dan memiliki misi Pelembagaan AIPKIND sebagai assosiasi dan perangkat organisasi (ADART, logo, npwp, Pendataan dan pemetaan institusi kebidanan di Indonesia Mengenalkan tujuan, kegiatan Menghimpun wadah untuk membantu penguatan institusi melalui : Penetapan standard kompetensi pendidikan bersama OP Pedoman-pedoman pelaksanaan Program dan Materi Penjaminan mutu

    2.3 SEJARAH KEBIDANAN DI INDONESIA

    2.3.8 Perkembangan Pendidikan Kebidanan 1. Bersama dengan dikembangkannya pendidikan dokter Indonesia pertama (dokter

    Jawa), maka pada tahun 1851 Dr Willem Bosch (seorang dokter militer Belanda) membuka pendidikan bidan bagi perempuan pribumi di Batavia yang berlangsung singkat karena kurang peminatnya.

    2. Pendidikan bidan dibuka kembali pada tahun 1902, untuk perempuan muda pribumi.

    Dilaporkan bahwa pada tahun 1907 telah ada 37 orang bidan bekerja di pulau Jawa.

    3. Tahun 1904 dibuka pendidikan bidan untuk perempuan keturunan Indo Belanda di Makassar, disebuah RS Swasta (Zending). Para lulusannya harus mau ditempatkan dimana saja tenaganya dibutuhkan, termasuk di daerah pedesaan.

    4. Tahun 1911 dibuka pendidikan tenaga keperawatan (mantri/juru-rawat) dari HIS (SD 7

    tahun) dengan lama pendidikan 4 tahun. Lulusan juru-rawat perempuan dapat melanjutkan pendidikan bidan selama 2 tahun.

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 24

    5. Tahun 1920 dikeluarkan sebuah peraturan yang menetapkan bahwa pendidikan bidan ada 2 jalur : Jalur 1 menerima calon dari Mulo, lama pendidikannya 3 (tiga) tahun (direct entry)

    disebut Bidan kelas I (Vroedvrouw, 1st klas). Jalur 2 menerima calon dari lulusan mantri juru rawat, lama pendidikan bidan 2

    (dua) tahun disebut Bidan kelas II (Vroedvrouw, 2de klas).

    6. Tahun 1952 1975 dibuka pendidikan bidan dengan calon lulusan dari SMP, lama pendidikan 3 tahun. Program ini merupakan penataan kembali program pendidikan bidan sebelumnya (PP tahun 1920).

    7. Pada tahun 1950 1953, mengingat kebutuhan tenaga untuk penolong persalinan

    cukup tinggi, maka dibuka pendidikan pembantu bidan yang disebut dengan Penjenang Kesehatan- E (PKE)/Pembantu Bidan. Peserta didik PKE adalah lulusan SMP + 2 tahun kebidanan dasar. Lulusab pendidikan ini sebagian besar melanjutkan ke pendidikan bidan selama 2 tahun.

    8. Tahun 1953 dibuka kursus tambahan bidan (KTB) untuk pengembangan program KIA

    dengan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kebidanan diarahkan menjadi community oriented.

    9. Tahun 1954 dibuka pendidikan Guru Bidan bersamaan dengan Guru Perawat dan

    Perawat Kesehatan Masyarakat di Bandung. Pada awalnya lama pendidikan 1 tahun, kemudian menjadi 2 tahun dan terakhir 3 tahun. Pendidikan ini akhirnya ditutup pada tahun 1975

    10. Di Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta, tahun 1964 sudah memulai pendidikan bidan

    Direct Entry dari SMA dengan lama pendidikan 4 tahun. 11. Pada tahun 1968 pemerintah mengeluarkan Kepmenkes No. 49/1968 tentang Peraturan

    Penyelenggaraan Sekolah Bidan.

    12. Tahun 1970 dibuka program pendidikan bidan dari lulusan Sekolah Pengatur Rawat (SPR) disebut Sekolah Perawat Lanjutan Jurusan Kebidanan (SPLJK), lama pendidikannya 2 tahun.

    13. Tahun 1972 dibuka Sekolah Guru Perawat/Bidan/Perawat Kesehatan Masyarakat, lama

    pendidikanya 1 tahun yang akhirnya juga ditutup pada tahun 1987.

    14. Tahun 1974 karena banyaknya jenis tenaga kesehatan menengah kebawah (24 kategori) maka diadakan penyederhanaan pendidikan, sehingga sekolah bidan ditutup dan diganti dengan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang diharapkan dapat mengganti tugas bidan dan ternyata terbukti tidak sesuai dengan harapan.

    15. Tahun 1975-1984 tidak ada pendidikan bidan, karena seluruh pendidikan Bidan yang

    ada di Indonesia ditiadakan.

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 25

    16. Sehubungan dengan AKI & AKB di Indonesia yang sangat tinggi, kebijakan Pemerintah membuka program pendidikan mahir KIA dari SPK + 1 tahun pada tahun 1985. IBI menolak nama mahir KIA tetapi harus bidan.

    17. Program penyelenggaraan pendidikan bidan pada tahun 1985 diatur dalam dalam

    Permenkes No.386/Menkes/SK/VII/1985 tanggal 22 Juli 1985. Pedoman umum Penyelenggaraan Pendidikan Bidan diatur dalam Kepmenkes No.2221/Kep/Diknakes/XII/1987, Sedangkan untuk berlakunya kurikulum Pendidikan Bidan diatur dalam Kepmenkes No.1527/Kep/Diknakes/VII/1985.

    18. pada tahun 1989 dibuka Crash program/pendidikan cepat bidan secara nasional dari

    lulusan SPK+1 tahun Kebidanan yang disebut Program Pendidikan BidanA (PPB-A), untuk memenuhi kebijakan menempatkan bidan disetiap desa.

    19. Tahun 1993 di buka program Program Pendidikan BidanB (PPB-B), yaitu lulusan dari

    Akademi Perawat di tambah 1 tahun kebidanan dan diharapkan menjadi pengajar di pendidikan bidan. Program ini berlangsung hanya 2 (dua) tahun, karena ternyata kompetensi yang dicapai sama dengan PPB-A. Atas permintaan beberapa propinsi, untuk memenuhi kebutuhan tenaga bidan yang mendesak maka masih dibuka Program Pendidikan BidanC (PPB-C) di 11 propinsi tertentu, dari lulusan SMP dan lama pendidikan 3 (tiga) tahun.

    20. Tahun 1996 dengan SK Menkes No.4118 tahun 1987 dan SK Menteri Pendidikan dan

    Kebudayaan No.009/U/1996 dibuka Program DIII Kebidanan. Tahun ini merupakan awal dari peningkatan pendidikan bidan yang berorientasi pada pengembangan profesi dan menjawab tantangan perubahan dan perkembagan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

    21. Untuk memenuhi tenaga pendidik pada program Pendidikan D-III Kebidanan dibuka Program D IV Bidan Pendidik pada tahun 2000 yang berlangsung hingga saat ini. D IV bidan pendidik ini merupakan Crash programme.

    22. Sejalan dengan perubahan peraturan dan perundangan yang berlaku, serta tuntutan

    dampak globalisasi telah dikembangkan pendidikan akademik dan profesi kebidanan pada jenjang Strata I (S1) dan Strata II (S2).

    WHO, 1992 menyimpulkan, bila bidan dipersiapkan/dididik dengan baik, maka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi dapat diturunkan sampai 2/3 dari sebelumnya Midwives Guardian of The Future.

    ICM, Brisbane Australia, 2005, Dengan peningkatan kualitas pendidikan bidan diharapkan dapat mencapai Healthy Woman, Healthy Baby, Healthy Nation sehingga ICM menetapkan thema Hari bidan Internasional (International Day of The Midwife) pada tahun 2008 adalah Healthy Families : The key to the future.

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 26

    2.3.9 Perkembangan Pelayanan Kebidanan

    Perkembangan pelayanan kebidanan di Indonesia menurut catatan yang ada adalah sebagai berikut :

    1. Pada tahun 1807, dengan tingginya angka kematian ibu dan bayi, maka pernah para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, namun hal ini tidak berlangsung lama (pada zaman Gubernur Jendral Daendles).

    2. Pada tahun 1952 bersamaan dengan dikembangkannya pelayanan kesehatan ibu dan

    anak secara menyeluruh bidan mengambil peranan penting. Pada mulanya bidan tidak diperbolehkan memberikan pertolongan klinis, namun dengan dikembangkannya konsep paripurna kesehatan ibu dan anak, bidan diperbolehkan secara luas memberikan pelayanan dalam masa kehamilan, persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir serta tindakan medik sederhana.

    3. Tahun 1953 dibuka Kursus Tambahan Bidan (KTB). Tujuan program ini adalah

    mendidik bidan untuk lebih berorientasi kepada masyarakat (Community Oriented). Program KTB berlangsung sampai tahun 1972.

    4. Melalui Permenkes No.5380/IX/1963 diterbitkan peraturan tentang Wewenang Terbatas

    bagi Bidan dalam pertolongan persalinan normal secara mandiri, disamping tugas lain. 5. Permenkes No.363/IX/1980, menentukan wewenang bidan dibagi menjadi Wewenang

    Umum dan Khusus dan untuk melaksanakan tindakan tertentu bidan harus dibawah pengawasan dokter.

    6. Karena untuk melakukan tindakan tertentu bidan harus dibawah pengawasan dokter

    dan tidak mungkin selalu dilaksanakan, maka dikeluarkan Permenkes 572/VI/1996 dimana semua tindakan bidan sesuai dengan kewenangannya menjadi tanggung jawab bidan itu sendiri.

    7. Kepmenkes No.900/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Kepmenkes ini

    merupakan penyempurnaan Permenkes 572/VI/1996 sehubungan dengan diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Otonomi Daerah).

    8. Kepmenkes Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 369/Menkes/SK/III/2007 tentang

    Standar Profesi Bidan;

    9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan;

    2.3.2. SEJARAH KEBIDANAN DI LUAR NEGERI

    Secara singkat perkembangan bidan di luar negeri adalah sebagai berikut:

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 27

    1. Dalam kitab-kitab kuno, catatan tentang bidan dapat ditemukan di kitab Papyrus, Mesir dan Tao Tse Ching, Cina.

    2. Dalam Kitab Suci Agama Kristen yang masih berlaku sampai sekarang jelas dipakai

    istilah bidan yaitu : Pada zaman Firaun sebelum Nabi Musa lahir, tercatat di Kitab Keluaran/Exodus 1:16-21; dimana Firaun yang mendapat mimpi akan lahir seorang pemimpin dari bangsa Yahudi (Ibrani), maka Firaun memerintahkan bidan-bidan Mesir untuk membunuh semua bayi laki-laki Ibrani yang mereka tolong. Sikap bermoral tinggi, saleh (takut akan Allah), serta misi advokasi sudah ditunjukan bidan zaman itu. Tercatat bidan Mesir bernama Shiprah dan Phoah yang dipanggil Raja Firaun untuk menanyakan bayi laki-laki yang telah mereka tolong (bunuh), maka dengan berani mengambil resiko dengan segala konsekuensinya, kedua bidan Mesir itu mengatakan kepada Firaun bahwa pada waktu mereka datang bayi dari perempuan Ibrani itu sudah lahir, sehingga mereka tidak mengetahui apakah bayi itu bayi laki-laki atau perempuan.

    3. Buku-buku Filsafat Yunani Kuno juga mencatat tentang sejarah bidan. Socrates (470-

    399 SM) adalah anak bidan, dia mengakui bidan sebagai profesi yang paling dihormati. Sebagai perintis Filsafat Yunani dia mengembangkan metode pengajaran, yang dizaman modern ini dikenal sebagai metode dialektika dan Socrates menamakannya Maientike Tekhne (Seni Kebidanan). Dia belajar dari ibunya (Phenerete), melihat peran bidan dalam memberdayakan ibu-ibu pada saat melahirkan. Socrates memakai seni kebidanan ini dalam membantu murid-muridnya untuk melahirkan ide-ide cemerlangnya. Selain Socrates, Plato dan Aristoteles juga memberi penghargaan tinggi kepada profesi bidan ( Plato murid Socrates dan Aristoteles murid Plato).

    4. Di Cordoba, Spanyol pada abad ke 12, seorang dokter ahli kandungan bangsa Arab-

    Moro (Al-Zahrawi) telah mendidik wanita muda untuk menjadi bidan, karena adat-istiadat pada waktu itu lebih menerima wanita sebagai pendamping ibu sewaktu melahirkan.

    5. Di Swiss pendidikan bidan secara formal dimulai sejak abad ke 16 dan pada tahun 1569

    sudah ada legislasi yang mengatur Praktik Kebidanan. Dengan demikian sejarah menunjukkan bahwa pendidikan bidan sejak awal sudah terpisah dengan pendidikan tenaga kesehatan lainnya.

    6. Di Spanyol pada tahun 1752 dibuat persyaratan bahwa bidan harus lulus ujian dengan

    materi ujiannya diambil dari buku A short Treatise on the Art of Midwifery. Pada tahun 1789 pendidikan bidan dibuka di ibukota Madrid dan pada tahun 1932 pendidikan bidan secara resmi menjadi School of Midwives.

    7. Negara Belanda merupakan salah satu Negara Eropa yang teguh berpendapat bahwa

    pendidikan bidan harus terpisah dari pendidikan perawat (Bidan di Belanda disebut Verloskundige).

    8. Denmark juga berpendapat bahwa bidan merupakan profesi tersendiri. Pendidikan

    bidan disini dimulai tahun 1787 dan disamping itu untuk memenuhi kebutuhan terhadap Pendidik dan Pengelola mereka mengadakan pendidikan post graduate selama 9 (sembilan) bulan bagi bidan untuk masing-masing fungsi tersebut.

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 28

    9. Para perempuan di Selandia Baru menginginkan untuk mengambil alih kendali dalam

    persalinan dan menempatkan diri mereka di tempat yang tepat sehingga pada era 80-an mereka bersama para bidan menegaskan kembali otonomi bidan dan mengajukan usulan untuk memperkuat legislasi tentang profesionalisme praktik bidan. Negara ini yang merintis adanya pendidikan bidan Direct Entry setingkat Bachelor (Strata I).

    10. Negara Canada baru membuka pendidikan bidan secara resmi pada tahun 1991

    setingkat Universitas dengan direct entry. Konsep dasar dari model pendidikan tersebut adalah kemitraan yang berintegrasi dan berinteraksi antara perempuan, guru bidan, mahasiswa bidan, institusi pelayanan dan pendidikan, serta organisasi bidan. Kemitraan ini menjaga agar program pendidikan bidan tetap pada tujuan utamanya, yaitu mencetak bidan-bidan yang dapat bekerja secara mandiri sebagai pemberi asuhan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang dibutuhkan.

    11. Negara Inggris merupakan salah satu negara dimana pendidikan bidan dan praktik

    kebidanannya sudah stabil. Di Negara ini sudah ada Undang-Undang tentang praktik kebidanan (Midwifery Act) tahun 1902.

    12. Negara Amerika mulai membenahi pendidikan bidannya setelah perang dunia ke II. Di negara ini pendidikan bidan direct entry dengan level S-2 dimulai sejak tahun 1996 di University of New York (Brooklyn).

    13. Negara Australia mengalami kemajuan pesat sejak 10 tahun terakhir. Dasar pendidikan

    bidan mengalami perubahan dari Traditional Hospital Base Programme menjadi Tertiary Course Studies yang menyesuaikan kebutuhan pelayanan di masyarakat. Bidan bekerja di komunitas tetapi perannya berbeda dengan petugas kesehatan komunitas lainnya. Tingkat pendidikan bidan saat ini sudah mencapai tingkat doktoral.

    2.4 TABEL SITUASI TERKINI PENDIDIKAN KEBIDANAN DI INDONESIA

    Dibawah ini adalah beberapa table yang menggambarkan situasi terkini pendidikan kebidanan di Indonesia.

    Tabel. 2.5.1 Pendidikan Bidan di Indonesia Berdasarkan Jenjang Pendidikan

    Pulau JENJANG PENDIDIKAN

    D III D IV S1 S2

    Sumatera 243 22 1 0

    Jawa 289 35 2 2

    Bali + Nusa Tenggara 26 2 0 0

    Kalimantan 41 3 0 0

    Sulawesi 73 7 0 0

    Maluku+Papua 7 0 0 0

    Jumlah 679 69 3 2

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 29

    Sumber : Data Pusdiknakes, Data EPSBED - 17/08/201011

    Tabel 2.5.2 Pemetaan Institusi D3 Kebidanan Berdasarkan Regional AIPKIND Tahun 2011

    No. Regional Jumlah

    Institusi D3

    Jumlah Dosen

    Jumlah institusi

    terakreditasi BAN-PT

    Jumlah Institusi Terakeditasi Diknakes per September 2009

    1 Regional 1 206 2056 46 36

    2 Regional 2 56 464 10 17

    3 Regional 3 85 961 48 1

    4 Regional 4 89 839 27 16

    5 Regional 5 120 1208 24 12

    6 Regional 6 87 520 29 4

    Total 643 6048 184 86

    Tabel. 2.5 3 Pemetaan Institusi D4 Bidan Pendidik Berdasarkan Regional AIPKIND Tahun 2011

    Tabel 2.5.4 Jumlah lulusan baru bidan Poltekkes dan Non Poltekkes tahun 2006 201012

    NO Tahun Poltekkes Non Poltekkes Jumlah

    1 2006 3.287 4.977 8.264

    2 2007 4.530 8.847 13.377

    3 2008 3.957 5.174 9.131

    4 2009 4.513 14.032 18.545

    5 2010 4.012 13.816 17.828

    Jumlah Total 20.299 46.846 67.145

    11

    (www.evaluasi.or.id 12

    Pusdiknakes, 2010

    No. Regional Jumlah

    Institusi D4 Jumlah Dosen

    Jumlah institusi terakreditasi

    BAN-PT

    1 Regional I 15 42 3

    2 Regional II 12 70 2

    3 Regional III 5 6 0

    4 Regional IV 5 27 2

    5 Regional V 8 59 1

    6 Regional IV 3 0 0

    total 48 204 8

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 30

    BAB III SIMPULAN DAN SARAN

    5.1 SIMPULAN

    Salah satu kunci keberhasilan upaya peningkatan kesehatan adalah melalui upaya

    penyediaan tenaga kesehatan dalam jumlah dan kualitas yang memadai serta penyebaran yang merata sehingga mampu memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat luas. Penyediaan tenaga kesehatan dilakukan melalui suatu pendidikan tenaga kesehatan mengacu pada sistem pendidikan nasional. Keberadaan bidan sebagai suatu profesi saat ini, belum dihasilkan dari suatu jalur pendidikan kebidanan profesi sebagaimana diatur dalam sistem pendidikan nasional.

    Bidan merupakan tenaga kesehatan strategis dalam memberikan pelayanan kesehatan

    khususnya pelayanan kesehatan reproduksi perempuan, bayi dan balita sehat. Untuk menghasilkan bidan yang berkualitas maka diperlukan suatu sistem pendidikan kebidanan yang mengatur penyelenggaraan pendidikan kebidanan di Indonesia sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Pendidikan kebidanan di Indonesia saat ini terdiri dari pendidikan vokasi dan profesi

    dengan jenjang Diploma III, S1 akademik-profesi dan Magister kebidanan. Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan kebidanan yaitu belum sepenuhnya memenuhi standar nasional pendidikan terutama ketersediaan dosen yang sesuai dengan UU No 14 tahun 2005 dan lahan praktik. Kondisi pendidikan kebidanan dengan kendala tersebut akan berdampak terhadap kualitas lulusan yang belum memenuhi standar kompetensi yang diharapka. Oleh karena itu, untuk pembenahan sistem pendidikan kebidanan ke depan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku, perlu dipahami dan diimplementasikan oleh berbagai pihak terkait (Kemenkes, Kemdikbudnas, Kemaparatur negara, Badan Kepegawaian Negara, Kemnakertrans) serta para stakeholders lainnya.

    5.2 SARAN Beberapa saran perlu untuk disampaikan dalam Naskah Akademik ini antara lain adalah: 1. Menyusun kebijakan dan sistem pendidikan kebidanan di Indonesia yang sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik nasional dan internasional (ICM dan WHO)

    2. Memberlakukan sistem dan standar pendidikan kebidanan yang sudah disepakati dan mengacu pada UU sisdiknas dan Standar Nasional Pendidikan

    3. Menetapkan kategori lulusan/ketenagaan dalam nomenklatur baku yang berlaku untuk masa depan. Hal ini untuk memudahkan pengembangan jenjang karir bidan dan juga untuk menetapkan pembedaan kompetensi dari lulusan yang dihasilkan sesuai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Kebidanan.

    4. Mendukung perkembangan pendidikan bidan setara dengan profesi lain S1, S2 dan S3. 5. Pendidikan S2 Kebidanan harus dengan latar belakang S1 Kebidanan (Akademik-

    Profesi). Program S2 Kebidanan dengan calon peserta didik D4 Bidan Pendidik merupakan Crash Program untuk mengatasi kebutuhan sementara. Dengan demikian

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 31

    perlu keputusan tegas dari pemerintah untuk menghentikan crash program bila telah meluluskan 5 angkatan.

    6. Dengan adanya UU no 14 th 2005 tentang guru dan dosen serta sudah ada lulusan program S1 maka Program DIV Bidan pendidik diusulkan untuk ditutup.

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 32

    BAGIAN DUA I. KONSIDERANS

    1.1 Perkembangan pendidikan kebidanan belum sesuai dengan tuntutan

    perkembangan pelayanan dan standar global

    Melihat sejarah pendidikan bidan sejak 1851 sampai sebelum tahun 2007 (sebelum dibukanya S1 kebidanan), pendidikan bidan yang dikembangkan belum ajeg, karena hanya mengikuti program pemerintah, belum ditata sesuai dengan kebutuhan pengembangan profesi dan tuntutan standar pendidikan kebidanan global pendidikan bidan yag direkomendasikan WHO, Geneva, 2006 . yaitu university level.

    Perkembangan pendidikan kebidanan belum sejalan dengan tuntutan pelayanan yang semakin kompleks. Hasil Riskesdas 2010 dan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 Pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak sebagian besar dilakukan oleh bidan di tingkat pelayanan dasar dengan tingkat kemandirian yang tinggi. Guna mendukung terlaksananya peran bidan sebagaimana tersebut diatas, kemampuan yang diharapkan tidak hanya prosedur klinis, namun juga kemampuan melakukan skrinning dan berpikir kritis (critical thinking) serta pengambilan keputusan yang tepat dan cepat sehingga tidak terjadi keterlambatan pengambilan keputusan dan penanganan lebih lanjut. Bidan sebagai pengelola pelayanan kesehatan ibu dan anak di masyarakat juga membutuhkan kemampuan kepemimpinan (leadership) meliputi: komunikasi, advokasi, dan koordinasi dengan stake holder serta pengambil kebijakan yang ada di wilayah kerjanya.

    Hasil penelitian riskesdas tahun 2010 (kegiatan riset kesehatan berbasis masyarakat yang diarahkan untuk mengevaluasi pencapaian indikator Millenium Development Goals (MDGs) bidang kesehatan ditingkat nasional dan provinsi di Indonesia. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa Sebagian besar pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh bidan (71,4%) diikuti oleh dokter kandungan 19,7 persen, dan 1,7 persen oleh dokter umum. Ibu hamil sebagian besar (57,6%) melakukan pemeriksaan kehamilan di Bidan Praktik Mandiri, Puskesmas (23,9%), Posyandu (17,4%), klinik/dokter praktek (10,1%), Polindes/Poskesdes (6,8%), dan sisanya di RS atau lokasi lainnya. Persalinan sebanyak 55,4% terjadi di fasilitas pelayanan dan 43,2% melahirkan di rumah. Ibu yang bersalin dirumah, pertolongan persalinannya dilakukan oleh bidan sebanyak 51,9%, dukun (40,2%), dokter (2,1%), paramedis lain (1,4%), serta keluarga (4,0%). Sedangkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010, menunjukkan Cakupan kunjungan Antenatal (K1) sebanyak 95,26%, pertolongan persalinan 84,78% dan pelayanan Keluarga Berencana 80% dilakukan oleh bidan.

    Di Indonesia, tanpa pengembangan sistem pendidikan kebidanan yang jelas, pengembangan kompetensi keilmuan dan keterampilan serta pengetahuan riset khususnya dalam konteks evidence-based, akan sulit bagi bidan untuk

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 33

    mengembangkan diri, mengembangkan disiplin ilmu, mengembangkan body of knowledge setara dengan profesi kesehatan lainnya.

    1.2 Ketiadaan sistem pendidikan kebidanan yang mengatur arah, tujuan, dan cara

    pencapaian Pendidikan Kebidanan saat ini

    Situasi ini menyebabkan pendidikan kebidanan dan sistem kredensial pendidikan kebidanan tampak belum mempunyai struktur yang jelas. Dengan ketentuan peraturan perundangan yang ada diantara tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 Menteri Pendidikan Nasional sudah menerbitkan kurang lebih 400 SK Pendirian Akademi Kebidanan, Politeknik, dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan. Sampai saat ini jumlah pendidikan kebidanan 737 institusi. Dengan belum terlaksananya sistem quality assurance yang komprehensif yang mampu menyentuh institusi dan kualitas proses belajar mengajar pada institusi pendidikan kebidanan yang ada, maupun belum adanya pola uji kompetensi serta kelembagaan yang melakukannya belum jelas, maka akuntabilitas dan kompetensi bidan yang dihasilkan cenderung patut dipertanyakan. Apalagi sistem credential pengembangan kompetensi dan keilmuan bidan pada jenjang selanjutnya sangat tidak jelas.

    Ketiadaan system juga menyebabkan adanya ambivalensi akreditasi bagi

    pendidikan bidan karena untuk menjamin mutu pendidikan bidan, dibutuhkan akreditasi institusi penyelenggara pendidikan bidan. Saat ini akreditasi program studi pada pendidikan tinggi dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang dibentuk berdasarkan Kepmendikbud 9 No. 0326/U/1994. Setelah berlakunya UU No. 20 Tahun 2003, dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Mengenai Standar Nasional Pendidikan, BAN-PT diberikan mandat baru untuk meningkatkan dan mengimplementasikan sistem akreditasi untuk institusi pendidikan tinggi. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pasal 61, dijelaskan bahwa ijazah hanya dapat diterbitkan oleh program studi yang telah terakreditasi. Dengan demikian, akreditasi menjadi kewajiban bagi setiap program studi.

    Saat ini jumlah pendidikan bidan di Indonesia berjumlah 661 institusi. Institusi yang

    sudah terakreditasi BAN-PT 260 (39,3%), terakreditasi Kemenkes 214 (32,4%), Institusi baru yang belum terakreditasi 180 (27,2%), institusi lama yang belum terakreditasi 14 (2,1 %), masa berlaku akreditasi habis 15 (2.2%), dualisme akreditasi 48 (7.2%) yang tidak ada data SK dan akreditasi 20 (3.0%) (data EPSBED, Pusdiknakes, BAN PT, 2010) .Jika dianalisis masih belum terstandarnya sistem akreditasi yang diterapkan untuk pendidikan kebidanan.

    1.3 Masih minimnya pengembangan penelitian kebidanan dan minimnya pemenuhan tenaga dosen berlatar belakang bidan

    Pemenuhan dosen yang sesuai dengan UU guru dan Dosen dan Standar Nasional Pendidikan. Berdasarkan UU no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 45 Dosen wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan

    _

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 34

    pendidikan tinggi tempat bertugas, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan pasal 46 (ayat 1) Kualifikasi akademik dosen sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 diperoleh melalui pendidikan tinggi program pascasarjana yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian.

    Selain penguasaan keilmuan, kualifikasi dosen, kapasitas penelitian dan SDM penelitian dalam profesi Bidan yang situasinya saat ini masih sangat minim juga membutuhkan pengadaan pendidikan dosen kebidanan yang lebih terstruktur sesuai dengan sistem pendidikan nasional tentang guru dan dosen yang minimal berpendidikan S2.

    1.4 Masih adanya ambivalensi Pendidikan Akademik dan Pendidikan Profesional Sesuai dengan Keputusan Meneteri Pendidikan Nasional No. 232/U/2000

    tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, Bab II, Pasal 2, ayat (1) dan (2) Pendidikan Tinggi dibagi menjadi 2 jenis pendidikan, masing-masing Pendidikan Akademik dan Pendidikan Profesional. Ketentuan ini menimbulkan polarisasi pendidikan akademik dan pendidikan profesi yang ada, akan sangat tidak efisien bagi pendidikan kebidanan. Pendidikan akademik-profesional yang terdiri dari 2 tahap (terpisah) yakni pendidikan akademik baru dilanjutkan pendidikan profesi merupakan pendidikan yang kurang efektif karena total waktu yang dibutuhkan tidak akan menjamin penguasaan keterampilan klinik baik dalam hal jumlah maupun jenisnya.

    Pendidikan kebidanan dalam konteks pendidikan akademik hanya akan menghasilkan ilmuwan bidang kebidanan karena minimnya pembelajaran keterampilan profesional. Sebaliknya pendidikan kebidanan dalam pendidikan profesi akan menghasilkan skilled-labour dengan minimnya keterampilan clinical reasoning dan clinical judgment atas keterampilan klinik yang dilakukan.

    Pola pendidikan bidan memiliki filosofi tersendiri yang meliputi parthnership dengan wanita, empowerment with women, individual/personalized care, continuity of care, praktik secara otonom, mempraktikkan evidenced based, sehingga diharapkan pendidikan bidan bisa memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk berinteraksi dengan klien (perempuan dan keluarganya) secara dini (early exposure clinic).

    1.5 Baru berdirinya lembaga yang jelas menyangkut registrasi, sertifikasi, lisensi. Pada Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 1796 tahun 2011

    tentang registrasi tenaga kesehatan pasal 2 dan 3 disebutkan bahwa setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaan keprofesiannya wajib memiliki surat tanda registrasi (STR) yang dikeluarkan oleh MTKI setelah lulus uji kompetensi dan mendapatkan sertifikat kompetensi.

    Sedangkan untuk mendapatkan lisensi berupa SIK/SIPB, sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No. 1464/PER/MENKES/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan harus mengajukan kepada pemerintah (dinas kesehatan propinsi) setelah mendapat rekomendasi dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI).

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 35

    Rekomendasi ini diperoleh setelah IBI mengadakan penilaian atas penguasaan ilmu, keterampilan dan kepatuhan terhadap kode etik profesi. Berbeda dengan profesi bidan, pada profesi dokter, registrasi dan pengakuan atas kompetensi dokter dalam bentuk pemberian lisensi praktik tidak dilakukan oleh Ikatan Dokter Indonesia melainkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.

    1.6 Tantangan Nasional Ke-Depan MDGs merupakan tolok ukur kebijakan pembangunan pemerintah Indonesia,

    sehingga pemerintah Indonesia dan 189 negara lain meratifikasi pencapaian tujuan untuk tahun 2015. Sampai saat ini pencapaian bidan dalam membantu pencapaian MDGS terutama yang berkaitan dengan profesi bidan adalah tujuan MDGs ke-3, 4, 5 dan 6 Untuk pencapaian MDGS 3 : Bidan melalui Ikatan Bidan Indonesia melakukan kerjasama untuk pembuatan modul modul pembelajaran yang berkaitan dengan issue-issue gender dan kesehatan reproduksi perempuan dengan menyusun sembilan modul pembelajaran untuk tingkat diploma dan sudah diimplementasikan di beberapa sekolah diploma III kebidanan pada 12 Provinsi di Indonesia. Untuk pencapaian MDGs 4 program umumnya adalah Peningkatan status gizi keluarga, Bina keluarga balita, Peningkatan berat badan balita gizi buruk keluarga miskin, Pemantauan tumbuh kembang anak usia 1-6 tahun, Pembinaan balita dan pemberian PMT. Untuk pencapaian MDGs 5 program umumnya adalah Kelas ibu hamil dan tumbuh kembang balita, pelayanan ANC terintegrasi, Mobilisasi masyarakat untuk peduli ibu hamil dan bayi baru lahir, Kelas ibu hamil pemeriksaaan kehamilan dan pemberian PMT kepada ibu hamil, dan mencegah terjadinya gizi buruk Untuk pencapaian MDGs 6 terlibat dalam pencegahan HIV/AIDS terutama sejak banyak penelitian menemukan Kasus HIV/AIDS meningkat dan salah satu sumber penularan terbanyak adalah Mother to child ( penularan dari ibu ke bayi) dan heteroseksual (pasangan). Bidan melakukan pelayanan KIA terintegrasi dalam PMTCT dan Kesehatan reproduksi remaja, saat pra nikah dan pra antenatal.

    1.7 Tantangan Internasional kedepan Pengembangan Pendidikan kebidanan dalam payung Sistem Pendidikan Kebidanan Nasional menghadapi sejumlah tantangan berskala internasional, antara lain : 1) Kebutuhan akan bidan berkualitas tinggi tidak saja merupakan kebutuhan nasional.

    WHO Millenium Goals-Targets 2015, menetapkan sasaran Angka Kematian Bayi 15/1000 kelahiran hidup; Angka Kematian Ibu 12/100.000 kelahiran hidup pada akhir 2015;

    2) The UN Millenium Summit yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2000 bertema sustainable development menghasilkan 10 Pengentasan Kemiskinan yang 8 diantaranya terkait langsung dengan pelayanan Kebidanan;

    3) Sebagai anggota WHO-South East Asian Regional Office, Indonesia berkewajiban mensukseskan penetapan WHO pada tahun 2004 berupa SEARO Standards of Midwifery Practice for Safe Motherhood;

    22

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 36

    1.8 Kecenderungan Pendidikan Kebidanan Internasional Kedepan

    Pengembangan Pendidikan Kebidanan kedepan akan menghadapi tantangan updating kurikulum dengan memasukkan prinsip-prinsip pelayanan berbasis evidence; kompetensi kultural; manajemen informasi; keterampilan berbasis populasi, seperti epidemiologi, biostatistik, ilmu perilaku dan ilmu politik; pendanaan pelayanan kesehatan, pengelolaan pelayanan, dan aspek business dalam praktik dan kebijakan kesehatan; dan terakhir tapi tak kalah penting adalah kualitas kurikulum nasional (nationally recognized qualifiaction) yang dapat digunakan dunia internasional (utilezed internationally). Saat ini dalam persiapan negara negara menuju pasar global, lulusan bidan luar negeri lulusan minimal berpendidikan bachelor degree.

    II. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan 4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit 5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah; 6. PP No. 25 Th 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah/Kewenangan Propinsi sebagai

    Daerah Otonom; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi 8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 9. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Dosen dan

    Perubahannya. 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 tahun 2010 tentang perubahan

    atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan (lembaran negara RI tahun 2010 nomor 112)

    11. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan 12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 28 tahun 2005 tentang badan

    Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi 13. Surat Keputusan Mendiknas Nomor 232/U/2000 Pedoman Penyusunan Kurikulum

    Pendidikan Tinggi dan Hasil Belajar 14. Surat Keputusan Mendiknas Nomor 045/U/2002 Kurikulum inti pendidikan tinggi 15. Permenkes 1796 tahun 2011 (perubahan 161) tentang registrasi tenaga kesehatan 16. Keputusan Menkes RI Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan; 17. Keputusan Menkes RI Nomor 1464/ tahun 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan

    praktik Bidan. 18. Keputusan Menpan RI No 01 tahun 2008 tentang jabatan fungsional bidan dan angka

    kreditnya.

    III. TERMINOLOGI

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 37

    3.1. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

    3.2. Pendidikan kebidanan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sebagai bidan yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara dalam mengembangkan kemampuannya sebagai care provider, communicator, community leader, manajer dan decision maker.

    3.3. Sistem pendidikan kebidanan merupakan subsistem dari sistem pendidikan nasional yang meliputi keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

    3.4. Peserta didik pendidikan kebidanan adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur dan jenjang pendidikan kebidanan.

    3.5. Tenaga kependidikan dalam pendidikan kebidanan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan kebidanan.

    3.6. Pendidik adalah tenaga profesional dalam pendidikan kebidanan yang memiliki kualifikasi sebagai dosen, konselor, pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan kebidanan.

    3.7. Jenjang pendidikan kebidanan adalah jenjang pendidikan tinggi. 3.8. Jalur pendidikan kebidanan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk

    mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan kebidanan.

    3.9. Pendidikan Vokasi Kebidanan adalah Suatu program pendidikan tinggi pada jenjang D3 yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan kebidanan.

    3.10. Pendidikan Akademik adalah merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu pengetahuan.

    3.11. Pendidikan Akademik Profesi Kebidanan adalah pendidikan yang dilaksanakan secara terintegrasi, diarahkan pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mencapai kompetensi profesi dan penerapan keahlian yang diselenggarakan oleh universitas

    3.12. Satuan pendidikan kebidanan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan kebidanan pada jalur formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan kebidanan.

    3.13. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan akademik dan profesi pada jenjang sarjana, master dan doktoral.

    3.14. Standar Nasional Pendidikan Kebidanan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan kebidanan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Draft

    Diun

    duh d

    ari w

    ww.hp

    eq.di

    kti.go

    .id

  • 38

    3.15. Kurikulum Pendidikan Kebidanan adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan kebidanan.

    3.16. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada lingkungan belajar dalam pendidikan kebidanan.

    3.17. Evaluasi Pendidikan Kebidanan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan kebidanan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur dan jenjang sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan