Dosis Radiasi ( Tgs Radiofarmasi )
-
Upload
nofa-puspita-sari -
Category
Documents
-
view
24 -
download
14
description
Transcript of Dosis Radiasi ( Tgs Radiofarmasi )
![Page 1: Dosis Radiasi ( Tgs Radiofarmasi )](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9ac3550346d033a348ff/html5/thumbnails/1.jpg)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKALAH
“ PREDIKSI DOSIS PAPARAN RADIASI DENGAN MENGGUNAKAN
METODE KLASTERING PADA DOSIMETER FILM “
OLEH :
NAMA : NOFA PUSPITA SARI
NIM : N111 10 305
TUGAS : RADIOFARMASI
MAKASSAR
2013
![Page 2: Dosis Radiasi ( Tgs Radiofarmasi )](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9ac3550346d033a348ff/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
Aplikasi teknik nuklir dalam berbagai bidang kegiatan, di samping
memberikan manfaat dapat pula memberikan ancaman bahaya radiasi.
Selama menjalankan tugasnya, dalam pemanfaatan teknik nuklir, faktor
keselamatan manusia harus mendapatkan prioritas utama. Pemanfaatannya
akan lebih sempurna jika faktor kerugian yang mungkin timbul dapat ditekan
serendah mungkin atau dapat dihilangkan sama sekali. Ada berbagai jenis
radiasi pengion yang berpotensi memberikan efek merugikan terhadap tubuh
manusia. Efek merugikan tersebut dapat muncul apabila tubuh manusia
mendapatkan paparan radiasi dengan dosis yang berlebihan. Adapun jenis
radiasi pengion adalah radiasi α, β, γ dan sinar –x. Daya ionisasi pada radiasi
α lebih tinggi dibanding dengan radiasi β, γ dan sinar – x. Jika ditinjau dari
daya tembusnya, radiasi γ dan sinar – x mempunyai daya tembus yang lebih
tinggi dibanding radiasi β dan α [4].
Dalam setiap pemanfaatan radiasi pengion harus diusahakan agar
penerimaan dosis radiasi oleh pekerja selalu serendah mungkin sehingga
nilai batas dosis yang telah ditetapkan tidak terlampaui. Salah satu cara
untuk menghindari terjadinya pemaparan radiasi pengion yang berlebihan
terhadap tubuh manusia adalah dengan melakukan pemantauan rutin dosis
perorangan para pekerja radiasi. Ada berbagai jenis personal dosimeter yang
diantaranya TLD (termoluminescence dosimeter), film badge, elektronik
![Page 3: Dosis Radiasi ( Tgs Radiofarmasi )](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9ac3550346d033a348ff/html5/thumbnails/3.jpg)
dosimeter dan OSL (optically stimulated luminescence). Dosimeter film
merupakan salah satu jenis dosimeter perorangan yang umum digunakan
karena murah dan dapat dibaca ulang.
Dalam pemakaiannya dosimeter film diletakkan dalam suatu wadah
yang mempunyai beberapa filter. Pembacaan densitas pada filter-filter ini
sangat mempengaruhi ketepatan hasil atau besarnya dosis radiasi yang
mengenai film. Pembacaan densitas pada masing-masing filter yang secara
berulang/acak ini perlu kiranya dianalisis apakah untuk dosis tertentu
mempunyai kedekatan nilai densitas tertentu.
![Page 4: Dosis Radiasi ( Tgs Radiofarmasi )](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9ac3550346d033a348ff/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Efek Biologis Radiasi Pengion
Komisi Internasional untuk perlindungan Radiasi (ICRP) membagi efek
radiasi pengion terhadap tubuh manusia menjadi dua, yaitu efek stokastik
(stochastic effect) dan efek deterministik (deterministic effect). Efek stokastik
adalah efek yang kemunculanya pada individu tidak dapat dipastikan tetapi
tingkat kebolehjadian munculnya efek tersebut dapat diperkirakan
berdasarkan data statistik. Sekecil apapun dosis radiasi yang diterima tubuh,
ada kemungkinan akan menimbulkan kerusakan sel somatik maupun sel
genetik. Efek deterministik adalah efek yang pasti muncul apabila jaringan
tubuh manusia terkena paparan radiasi pengion dengan dosis tertentu. Efek
ini dapat muncul seketika hingga beberapa minggu setelah penyinaran. Efek
ini mengenal dosis ambang. Jadi hanya radiasi dengan dosis tertentu yang
dapat menimbulkan efek deterministik tertentu Tujuan dari keselamatan
radiasi ini adalah mencegah terjadinya efek deterministik dan mengurangi
terjadinya efek stokastik serendah mungkin [4].
II.2 Dosimeter Film
Dosimeter film dibuat dari bahan dasar berupa selulosa asetat yang
dilapisi bahan sensitif radiasi pada kedua permukaannya. Lapisan sensitif
radiasi ini disebut emulsi yang terdiri dari gelatine dan komponen-komponen
![Page 5: Dosis Radiasi ( Tgs Radiofarmasi )](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9ac3550346d033a348ff/html5/thumbnails/5.jpg)
foto sensitif (peka cahaya) berupa kristal perak bromida (AgBr) yang tersebar
merata dalam gelatine. Tebal bahan dosimeter film kira-kira 200 mikron,
berbentuk segiempat, memiliki ukuran kristal AgBr serta pengotor lainnya
yang berbeda-beda untuk setiap jenis film. Dosimeter film yang biasa dipakai
adalah berukuran 5/4 inchi x 15/8 inchi, dan mempunyai dua buah lapisan
emulsi, yaitu emulsi cepat pada satu permukaan dan emulsi lambat pada
permukaan lainnya. Bentuk lapisan emulsi film dapat digambarkan pada
Gambar 2.1.
Dalam pemakaiannya, potongan dosimeter film yang dibungkus kertas
hitam kedap cahaya dimasukkan ke dalam holder (wadah film) khusus yang
di dalamnya terdapat berbagai jenis filter. Film emulsi yang digunakan untuk
pemantauan dosis perorangan ini umumnya mempunyai emulsi ganda, yaitu
emulsi cepat (sensitif) pada satu permukaan dan emulsi lambat (insensitif)
pada permukaan lainnya. Penggunaan dua macam emulsi itu memungkinkan
dilakukannya pengukuran radiasi dengan jangkauan dosis yang lebar. Emulsi
cepat dapat dipakai untuk pengukuran dosis γ dari 50 μSv hingga lebih dari
![Page 6: Dosis Radiasi ( Tgs Radiofarmasi )](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9ac3550346d033a348ff/html5/thumbnails/6.jpg)
50 μSv. Jika dosis yang diterima film telah melebihi nilai 50 μSv maka bagian
dari emulsi cepat akan mengelupas dari film dan emulsi lambat dapat dipakai
untuk pengukuran dosis hingga 10 Sv (dosis tinggi) [4].
Holder untuk dosimeter film memiliki berbagai jenis filter sehingga
dosimeter ini dapat dipakai untuk pemantauan berbagai jenis radiasi seperti
radiasi-β, radiasi-γ dan sinar-x. Holder yang dipakai menggunakan holder
AERE/RPS dengan filter-filter terdiri atas beberapa jenis bahan dan
ketebalan [7].
Filter-filter terdiri dari beberapa jenis bahan dan ketebalan. Filter-filter
pada holder tersebut membagi luasan film di dalamnya menjadi 5 petak, yaitu
petak-petak di bawah 4 jenis filter dan 1 petak di bawah open window (tanpa
filter). Komposisi filter pada lencana film disajikan pada Gambar 2.2.
Dosimeter film mampu mendeteksi bermacam jenis radiasi, seperti
disajikan dalam Tabel 2.1.
![Page 7: Dosis Radiasi ( Tgs Radiofarmasi )](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9ac3550346d033a348ff/html5/thumbnails/7.jpg)
II.3 Proses pembentukan bayangan laten pada film
Sifat dari film adalah mampu mengabsorbsi radiasi yang diterimanya.
Radiasi pengion dapat memberikan proses foto kimia tertentu pada butir-butir
emulsi sehingga dihasilkan bentuk-bentuk pengembangan berupa
pengumpulan atom-atom Ag yang disebut bayangan laten. Pembentukan
bayangan laten bertambah besar jika radiasi pengion yang diterima
dosimeter film bertambah banyak.
Proses pengembangan film dilakukan di ruang gelap dengan cara
membuka pembungkus kertas film. Film yang sudah terbuka selanjutnya
dimasukkan ke dalam larutan pengembang (developer) selama kurang lebih
lima menit dilanjutkan ke larutan pemantap (fixer) selama kurang lebih tiga
puluh menit. Dalam pemakaian, dosimeter film tidak merekam secara
langsung dosis radiasi yang diterimanya. Efek yang tampak pada film adalah
timbulnya kehitaman setelah proses pengembangan dan pemantapan.
Tingkat kehitaman film atau lebih sering dikenal dengan densitas atau
kerapatan optis.
![Page 8: Dosis Radiasi ( Tgs Radiofarmasi )](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9ac3550346d033a348ff/html5/thumbnails/8.jpg)
II.4 Irradiatos Cs-137
Sumber Cs-137 adalah sumber radiasi yang menghasilkan radiasi
gamma yang mempunyai tingkat energi 0,66 MeV dengan waktu paruh 30,07
tahun [9]. Sumber ini merupakan sumber tertutup berbentuk pensil yang
diletakkan dalam suatu wadah penahan radiasi.
II.5 Analisis Klaster
Analisis klaster merupakan metode pengelompokan, yang bertujuan
agar data berada dalam kelompok yang sama dan relatif lebih homogen
daripada data yang berada pada kelompok yang berbeda. Ada berbagai
metode dan kriteria untuk melakukan pengelompokan, yang salah satunya
adalah secara matematis. Untuk mengelompokkan data atau permasalahan
dibutuhkan suatu ukuran yang dapat menerangkan keserupaan atau
kedekatan antara data. Jika data tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk
matrik X yang anggota-anggotanya Xij, i = 1..n dan k=1..p maka beberapa
ukuran kedekatan antara data ke i dan ke j ( dij ) dengan metode Euclidean
yaitu kedekatan jarak antar data. Secara matematik metode ini dapat ditulis
pada persamaan (2.1)
Secara umum terdapat dua metode pengelompokan data yaitu metode
pengelompokan hirarki dan non hirarki. Metode pengelompokan hirarki
![Page 9: Dosis Radiasi ( Tgs Radiofarmasi )](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9ac3550346d033a348ff/html5/thumbnails/9.jpg)
adalah metode pengelompokan data yang mengelompokan n buah data ke
dalam n, n-1, 1 kelompok sedangkan metode pengelompokan non hirarki
adalah metode pengelompokan yang mengelompokkan n data ke dalam k
kelompok yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Dalam kasus ini digunakan
metode pengelompokkan non hirarki.
![Page 10: Dosis Radiasi ( Tgs Radiofarmasi )](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9ac3550346d033a348ff/html5/thumbnails/10.jpg)
BAB III
METODE KERJA
III.1 Peralatan yang digunakan
Dalam melakukan kalibrasi film badge peralatan yang dibutuhkan
adalah Irradiator Cs-137 sebagai sumber radiasi, dosimeter film dalam holder
sebagai obyek, meja kalibrasi, CCTV, Laser alignment, termometer,
barometer, higrometer, monitor radiasi perorangan, fantom PMMA, Farmer
dosimeter, detektor bilik ionisasi 600 cc, Reference source Sr-90, dan
densitometer.
III.2 Pengambilan data kalibrasi Dosimeter film
Langkah – langkah dalam melakukan kalibrasi film adalah sebagai
berikut :
I. Pemeriksaan stabilitas alat ukur standar
Langkah – langkah pemeriksaan stabilitas alat ukur, sebagai berikut :
1. Menghitung dosis radiasi dari sumber Sr-90 (Reference source) pada
pengukuran. Dengan menggunakan persamaan : B = Bc x
e-(0,693/T½).t , (3.1) Di mana T½ = waktu paruh sumber Sr-90 (28,5)
tahun Bc = Laju dosis eqivalen sumber standar pada saat dibuat B =
laju dosis eqivalen pada saat dilakukan pengukuran (hitung) t = waktu
dari saat laju dosis acuan (Bc ) dibuat sampai dengan saat cek
stabilitas dilakukan (dalam tahun).
2. Membaca keluaran Sr-90 dengan elektrometer.
![Page 11: Dosis Radiasi ( Tgs Radiofarmasi )](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9ac3550346d033a348ff/html5/thumbnails/11.jpg)
3. Menghitung % deviasi dari dosis hitung dengan dosis bacaan alat;
dengan persamaan: % deviasi = {(B – Bi)/B} x 100% (3.2) Di mana
B : laju dosis ekivalen pada saat dilakukan pengukuran (hitung) Bi :
laju dosis ekivalen pada saat dilakukan pengukuran (alat) 4. Alat
dikatakan stabil jika % deviasi ≤ 1 %.
II. Pengukuran luaran/dosis irradiator Cs-137 Langkah-langkah
pengukuran luaran dari irradiator, adalah sebagai berikut :
1. Detektor ditempatkan pada pemegang detektor pada jarak 200 cm
di tengah berkas radiasi dalam posisi tegak lurus berkas radiasi
dengan bantuan laser alignment;
2. Nilai suhu, tekanan udara , dimasukkan pada alat farmer dosimeter
untuk mendapatkan bacaan terkoreksi;
3. Waktu penyinaran dipilih sesuai keperluan dan kemudian detektor
bilik ionisasi disinari selama 5 menit;
4. Absorber dengan rasio 1/10 dipasang pada kolimator
5. Detektor alat ukur standar disinari selama 250 detik, kemudian
bacaannya dicatat;
6. Penyinaran detektor alat ukur standar tersebut diulangi minimal 5
(lima) data; As
7. Menghitung laju dosis ekivalen Hp (10) standar dengan persamaan
berikut:
![Page 12: Dosis Radiasi ( Tgs Radiofarmasi )](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9ac3550346d033a348ff/html5/thumbnails/12.jpg)
Hp (10) : laju dosis ekivalen (mSv/menit) Ās : laju dosis rata-rata saat
pengukuran (mGy/menit) 8. Menghitung lama waktu penyinaran untuk
masing-masing dosis ekivalen yang dikehendaki. Dengan persamaan :
(3.4) Di mana t : waktu yang dibutuhkan untuk menyinari dosis D D :
dosis yang diinginkan (mSv) ) 10(p H D t
Hp(10) = 1,21 μSv/μGy x Ās ; (3.3) Dimana :
C. Analisis Klaster
Pertama kali yang dilakukan adalah mengumpulkan data-data data
densitas film dari film interkomparasi dengan Laboratorium Metrologi Radiasi
(LMR) BATAN dimulai tahun 2006 sampai 2009. Data densitas ini selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan metode klastering. Dosis yang digunakan
adalah 1,1 mSv, 2 mSv, 3.89 mSv, 4.5 mSv, 5 mSv, 8.5 mSv, 9 mSv, dan 10
mSv. Densitas yang terukur adalah pada filter plastik, dural dan Sn/Pb. Data
densitas masing-masing filter dilakukan normalasi. Kemudian data tersebut
diklaster dengan menggunakan program MATLAB 7.0 menjadi 9 klaster.
Pengujian ini dilakukan sebanyak 30 kali guna mendapatkan klaster yang
optimal. Dari pelatihan tersebut didapatkan nilai dosis dalam kelompok
tertentu dan pusat klaster. Hasil pengujian tersebut didapatkan berapa besar
tingkat kemunculan suatu nilai dalam suatu klaster dan kemudian dihitung
standar deviasi masing-masing klaster guna menentukan klaster optimal.
![Page 13: Dosis Radiasi ( Tgs Radiofarmasi )](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9ac3550346d033a348ff/html5/thumbnails/13.jpg)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada makalah ini disajikan hasil penelitian yang menggunakan metode
klaster untuk memprediksi dosis paparan radiasi. Data untuk klaster diperoleh
dari densitas film dengan 3 (tiga) filter, yaitu plastik, dural dan Sn/Pb.
Penelitian ini menghasilkan 9 dosis dalam 9 klaster. Hasil selengkapnya
disajikan pada Tabel 4.1.
Klaster yang dihasilkan memiliki kisaran nilai dosis antara 1,1 mSv
sampai 10 mSv. Dari metode ini dapat diketahui bahwa kelompok densitas
tertentu menunjukkan dosis tertentu yang ditandai oleh pengelompokkan
klaster densitas. Dari 9 klaster teridentifikasi sekitar 88.9 % kelompok
densitas menunjukkan satu kelompok dosis dengan penyimpangan bekisar
antara 0.36% sampai dengan 5.86%, dan sisanya 11.1 %, dua kelompok
densitas menunjukkan satu nilai dosis dengan penyimpangan paling besar
terjadi pada densitas Sn/Pb yaitu bekisar 12,29% .
![Page 14: Dosis Radiasi ( Tgs Radiofarmasi )](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9ac3550346d033a348ff/html5/thumbnails/14.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
[1] Suprapto, J. MA, 2004, Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi, Rineka
Cipta, Jakarta
[2] Curry, Thomas S, Dowdey James, 1990, Christensen’s Physics of
Diagnostic Radiology, fourth edition, Lea & Febiger , Pennsylvania, USA
[3] Akhadi, Mukhlis, 2004, Dasar-Dasar Proteksi Radiasi, Rieneka Cipta,
Jakarta
[4] Anonymous, Film Dosemeter Technical Specification, www.e-radiography.
net.
[5] Lailiyah, Siti, 2007, Perbandingan antara Metode K-Means dengan
Metode Gath-Geva clustering (Studi Kasus pada VolumeEkspor Non Migas
pakaian Jadi), Jurusan Matematika,Fakultas FMIPA,ITS
[6] Herlina, Nina, 2003, Pencucian (Proses) Dosimeter Film, Pelatihan
Pengelolaan Layanan Film Badge Proteksi Radiasi, Puslitbang Keselamatan
Radiasi dan Biomedika Nuklir BATAN, Surabaya
[7] Ruslanto,P,Otto, 2003, Evaluasi Film Pemantauan Dosis Perorangan,
Pelatihan Pengelolaan Layanan Film Badge Proteksi Radiasi, Puslitbang
Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir BATAN, Surabaya
[8] Anonymous, Instruction Manual for Farmer Dosemeter Type 2570/1A & B,
NE Techology Limited, England
![Page 15: Dosis Radiasi ( Tgs Radiofarmasi )](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082708/55cf9ac3550346d033a348ff/html5/thumbnails/15.jpg)