dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewDalam...

46
BAB VIII ISUE LEGAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN A. Pengertian Isue Legal Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat di perkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, social, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, hari kematian ataupun tentang krisis. Legal adalah sesuatu yang di anggap sah oleh hukum dan undang-undang (Kamus Besar Bahasa Indonesia).Aspek legal yang sering pula disebut dasar hukum praktik keperawatan mengacu pada hukum nasional yang berlaku di suatu negara. Hukum bermaksud melindungi hak publik, misalnya undang- undang keperawatan bermaksud melindungi hak publik dan kemudian melindungi hak perawatan. Praktik keperawatan adalah Tindakan mandiri perawat professional melalui kerja sama bersifat kolaboratif dengan pasien/klien dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. 113

Transcript of dosen.stikesdhb.ac.iddosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-content/uploads/... · Web viewDalam...

BAB VIII

ISUE LEGAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

A. Pengertian Isue Legal

Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat di perkirakan

terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang, yang menyangkut ekonomi,

moneter, social, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari

kiamat, hari kematian ataupun tentang krisis.

Legal adalah sesuatu yang di anggap sah oleh hukum dan undang-

undang (Kamus Besar Bahasa Indonesia).Aspek legal yang sering pula

disebut dasar hukum praktik keperawatan mengacu pada hukum nasional

yang berlaku di suatu negara. Hukum bermaksud melindungi hak publik,

misalnya undang-undang keperawatan bermaksud melindungi hak publik

dan kemudian melindungi hak perawatan.

Praktik keperawatan adalah Tindakan mandiri perawat professional

melalui kerja sama bersifat kolaboratif dengan pasien/klien dan tenaga

kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup

wewenang dan tanggung jawabnya.

Dengan demikian seseorang perawat profesional yang dalam

memberikan praktik asuhan keperawatan sudah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan/ hukum, maka dapat diartikan bahwa praktik asuhan

keperawatan tersebut legal.

Jadi, Issue legal dalam praktik keperawatan adalah suatu peristiwa

atau kejadian yang dapat di perkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa

mendatang dan Sah, sesuai dengan Undang-Undang/Hukum mengenai

tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama dengan klien baik

individu, keluarga atau komunitas dan berkolaborasi dengan tenaga

kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

lingkup wewenang dan tanggung jawabnya, baik tanggung jawab

medis/kesehatan maupun tanggung jawab hukum.

113

Perawat perlu tahu tentang hukum yang mengatur prakteknya

untuk:

a. Memberikan kepastian bahwa keputusan & tindakan perawat yang

dilakukan konsisten dengan prinsip-prinsip hukum

b. Melindungi perawat dari liabilitas

1. Karakteristik praktik keperawatan professional

a. Otoritas (authority), yakni memiliki kewenangan sesuai dengan

keahliannya yang akan mempengaruhi proses asuhan melalui peran

professional.

b. Akuntabilitas (accountability), yakni tanggung gugat terhadap apa

yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan

tanggung jawab kepada klien,diri sendiri, dan profesi, serta

mengambil keputusan yang berhubungan dengan asuhan

c. Pengambilan keputusan yang mandiri (independent

decision ,making), berarti sesuai dengan kewenangannya dengan

dilandasi oleh pengetahuan yang kokoh dan keputusan (judgment)

pada tiap tahap proses keperawatan dalam menyelesaikan masalah

klien.

d. Kolaborasi, artinya dapat bekerja sama, baik lintas program maupun

lintas sector dengan berbagai disiplin dalam mengakses masalah

klien dan membantu klien menyelesaikannya.

e. Pembelaan atau dukungan (advokasi), artinya bertindak demi hak

klien untuk mendapatkan asuhan yang bermutu dengan mengadakan

intervensi untuk kepentingan atau demi klien, dalam mengatasi

masalahnya, serta behadapan dengan pihak-pihak lain yang lebih

luas (sistem at large).

f. Fasilitasi (Facilitation), artinya mampu memberdayakan klien dalam

upaya meningkatkan derajat kesehatannya demi memaksimalkan potensi

dari organisasi dan sistem klien keluarga dalam asuhan.

114

Untuk melindungi masyarakat dan perawat dalam praktik

keperawatan, perlu disusun peraturan perundang-undangan keperawatan

sebagai aspek legal dari profesi keperawatan.Perundang-undangan yang

mengatur praktik keperawatn disebut undang-undang atau peraturan praktik

kepperawatan.Bentuk perundang-undangan tersebut diatur sesuai dengan

kebutuhan dan jenjang peraturan perundang-undangan.

2. Peran Keperawatan Berkaitan Dengan Praktik Legal

Perawat bekerja di berbagai tempat di luar lingkungan perawatan

yang melembaga termasuk dalam lingkungan komunitas adalah tempat

kerja okupasional atau industri di mana perawat memberikan perawatan

primer preventif dan terus menerus bagi pekerja, kesehatan publik atau

komunitas, dimana pelayanan preventif seperti imunisasi dan perawatan

anak yang baik diberikan di sekolah, rumah dan klinik dan perawatan

kesehatan rumah, yang memberikan pelayanan lanjutan setelah

hospitalisasi. Klien juga dapat dirawat dalam fasilitas perawatan jangka

panjang.

Penting bahwa perawat, terutama mereka yang dipekerjakan dalam

lingkungan kesehatan komunitas, memahami hukum kesehatan

publik.Legislatur Negara membuat undang-undang dibawah kode

kesehatan, yang menjelaskan laporan hukum untuk penyakit menular,

imunisasi sekolah, dan hukum yang diharapkan untuk meningkatkan

kesehatan dan mengurangi resiko kesehatan di komunitas. The center

for disease control and prevention (CDC) the occupational health and

safety act (DHSA) juga memberikan pedoman pada tingkat nasional

untuk lingkungan komunitas dan bekerja dengan aman dan sehat.

Kegunaan dari hukum kesehatan publik adalah perlindungan kesehatan

publik, advokasi untuk hak manusia, mengatur pelayanan kesehatan dan

keuangan pelayanan kesehatan dan untuk memastikan tanggung jawab

professional untuk pelayanan yang diberikan.Perawat kesehatan

komunitas memiliki tanggung jawab legal untuk menjalankan hukum

115

yang diberikan untuk melindungi kesehatan public. Hukum ini dapat

mencakup pelaporan kecurigaan adanya penyalahgunaan dan

pengabaian, laporan penyakit menular, memastikan bahwa imunisasi

yang diperlukan telah diterima oleh klien komunitas dan laporan

masalah yang berhubungan dengan kesehatan lain diberikan untuk

melindungi kesehatan public.

B. Berbagai Issue Legal Dalam Keperawatan

Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik

dan kerahasiaan pasien sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di

banyak negara, dan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat

khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai

koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan

pasien yang menerima telecare harus bersifat lokal) guna menghindari

malpraktek perawat antarnegara bagian.Isu legal aspek seperti akontabilitas

dan malprakatek, dan sebagainya dalam kaitan telenursing masih dalam

perdebatan dan sulit pemecahannya.

Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka

diperlukan kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek,

SOP/standar operasi prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan,

kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.Kegiatan

telenursing mesti terintegrasi dengan strategi dan kebijakan pengembangan

praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan

sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang menggunakan model

informasi kesehatan/berbasis internet.

Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya

mempertahankan privasi dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik

keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang secara fundamental

mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam

merawat pasien adalah:

1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan

yang diberikan harus tetap terjaga

116

2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus

diinformasikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan

kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan

keuntungannya

3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat

dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan)

lewat email

4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan

dan penyalah gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek

1. Isu Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien

Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan

kesehatan dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga

diharapkan adanya pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi

pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap mereka. Jika harapan

ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum

untuk membela hak-haknya.

Klien mempunyai hak legal yang diakui secara hukun untuk

mendapatkan pelayanan yang aman dan kompeten.Perhatian terhadap

legal dan etik yang dimunculkan oleh konsumen telah mengubah sistem

pelayanan kesehatan.Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan

prosedur yang tepat untuk mendapatkan persetujuan klien terhadap

tindakan pengobatan yang dilaksanakan.Institusi telah membentuk

berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi

pedoman bila hak-hak klien terancam.Perhatian lebih juga diberikan

pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin

bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi kepada klien

dan keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.

117

2. Tipe Tindakan Legal

Terdapat dua macam tindakan legal: tindakan sipil/pribadi, dan

tindakan kriminal.

a. Tindakan sipil berkaitan dengan isu antara individu-individu.

Contohnya: seorang pria dapat mengajukan tuntutan terhadap

seseorang yang diyakininya telah menipunya.

b. Tindakan kriminal berkaitan dengan perselisihan antara individu

dan masyarakat secara keseluruhan. Contohnya: jika seorang pria

menembak seseorang, masyarakat akan membawanya ke

persidangan.

3. Masalah Legal Dalam Keperawatan

Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh

warga negara. Setiap orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat

secara hukum untuk menanggung denda atau hukuman penjara.

Beberapa situasi yang perlu dihindari seorang perawat :

a. Pelanggaran adalah perlakuan seseorang yang dapat merugikan

orang lain berupa harta atau milik lainnya secara di sengaja atau

tidak disengaja. Jika ada tuntutan hukum, biasanya diselesaikan

secara perdata dengan mengganti kerugia tersebut.

Contoh : menghilangkan barang titipan klien atau merugikan nama

baik klien.

b. Kejahatan adalah suatu perlakuan merugikan publik. Karena

terlalu parah, kejahatan yang dianggap tindakan perdata (tort) dapat

digolongkan sebagai tindakan kriminal (tindakan pidana). Tindak

kriminal atau pidana ini dapat dijatuhi hukuman denda atau

penjara, atau kedua-duanya.

Contoh :

118

a) Kecerobohan luar biasa yang menunjukkan bahwa pelaku tidak

mengindahkan sama sekali nyawa orang lain (korban).

Kejahatan ini dapat dikenakan tindak perdata maupun pidana.

b) Kealpaan mematuhi undang-undang kesehatan yang

mengakibatkan tewasnya orang lain atau

mengonsi/mengedarkan obat-obatan terlarang. Kejahatan ini

dapat dianggap sebagai tindakan kriminal (lepas dari

kenyataan disengaja atau tidak).

c. Kecerobohan dan praktik sesat. Kecorobohan adalah suatu

perbuatan yang tidak akan dilakukan oleh seseorang yang bersikap

hati-hati dalam situasi yang sama. Dengan kata lain, perbuatan

yang dilakukan di luar koridor standar keperawatan yang telah

ditetapkan dan dapat menimbulkan kerugian.

Apabila hal tersebut terjadi dan ada penuntutan, hakim/juri

biasanya menggunakan saksi ahli (orang yang ahli di bidang

tersebut).

Contoh:

a) Sembarangan menguras barang pribadi klien (pakaian, uang,

kacamata, dll) sehingga rusak atau hilang.

b) Tidak menjawab tanda panggilan klien yang di rawat sehingga

klien mencoba mengatasinya sendiri dan terjadi cedera.

c) Tidak melakukan tindakan perlindungan pada klien yang

mengakibatkan klien cedera, misalnya tidak mengambilkan air

panas dari dekat klien yang mengakibatkan air tersebut tumpah

kena klien dan klien mengalami luka bakar.

d) Gagal melaksanakan perintah perawatan, gagal memberi obat

secara tepat atau melaporkan tanda dan gejala yang tidak

sesuai dengan kenyataan, tidak menyelidiki perintah yang

meragukan sebelumnya sehingga dengan kelalaian/kegagalan

tersebut menimbulkan cedera.

119

Selanjutnya, secara profesional dikatakan bahwa kecerobohan

sama dengan pelaksanaan praktik buruk, praktik sesat, atau

malpraktik.

d. Pelanggaran penghinaan, yaitu suatu perkataan atau tulisan yang

tidak benar mengenai seseorang sehingga orang tersebut merasa

terhina dan dicemooh. Jika pernyataan tersebut dalam bentuk lisan,

disebut slander dan jika berbentuk tulisan, disebut libel.

Contoh :

a) Pernyataan palsu

b) Menuduh orang secara keliru

c) Memberi keterangan palsu kepada klien.

Orang yang di dakwa dengan tuduhan slander atau libel tidak dapat

diancam hukuman jika ia dapat membuktikan kebenaran

pernyataan (lisan/tulisan). Tuduhan ini dapat dibela dengan

komunikasi yang didasarkan pada anggapan bahwa petugas

profesional tidak dapat memberi pelayanan yang baik tanpa

pembeberan fakta secara lengkap mengenai masalah yang di

hadapinya.Jadi, informasi berprivilese merupakan informasi rahasia

antarpetugas profesional dengan kliennya, misalnya antara

perawat/dokter dengan kliennya, antara pngacara dengan kliennya,

antara kiai dengan pemeluk agamanya.

e. Penahanan yang keliru adalah penahanan klien tanpa alasan yang

tepat atau pencegahan gerak seseorang tanpa persetjuannya,

misalnya menahan klien pulang dari rumah sakit guna mendapat

perawatan tambahan tanpa persetujuan klien yang bersangkutan,

kecuali jika klien tersebut mengalami gangguan jiwa atau penyakit

menular yang apabila di pulangkan dari rumah sakit akan

membahayakan masyarakat. Untuk itu, rumah sakit mempunyai

formulir khusus yang ditandatangani klien/keluarga, yang

menyatakan bahwa rumah sakit yang bersanguktan tidak

120

bertanggung jawab apabila klien cedera karena meninggalkan

rumah sakit tersebut.

f. Pelanggaran privasi, yaitu tindakan

mengekspos/memamerkan/menyampaikan seseorang (klien)

kepada publik, baik orangnya langsung, gambar ataupun rekaman,

tanpa persetujuan orang/klien yang bersangkutan, kecuali ekspos

klien tersebut memang diperlukan menurut prosuder perawatannya.

Contoh:

a) Menyebar gosip atau memberi informasi klien kepada orang

yang tidak berhak memperoleh informasi itu.

b) Memberi perawatan tanpa memerhatikan kerahasiaan klien,

yaitu klien di lihat/didengar orang lain sehingga klien merasa

malu.

g. Ancaman dan pemukulan. Ancaman (assault) adalah suatu

percobaan/ancaman, melakukan kontak badan dengan orang lain

tanpa persetujuannya. Pemukulan (batter) adalah ancaman yang

dilaksanakan. Setiap orang diberi kebebasan dari kontak badan dari

orang lain, keculi jika ia telah menyatakan perseujuannya.

Contoh: jika klien dioperasi tanpa persetujuan yang

bersangkutan/keluarganya, dokter/rumah sakit tersebut dapat

dituntut secara hukum.

h. Penipuan adalah pemberian gambaran salah secara sengaja yang

dapat mengakibatkan atau telah mengakibatkan kerugian atau

cedera pada seseorang atau hartanya..

Contoh : memberi data yang keliru guna mendapat lisensi

keperawatan.

C. Proses Legalisasi Praktik Keperawatan

Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang

atau penyempurnaan perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi

ilmu dan kiat dalam praktik keperawatan (Sand,Robbles1981).

121

Legislasi praktek keperawatan merupakan ketetapan hukum yang

mengatur hak dan kewajiban seorang perawat dalam melakukan praktek

keperawatan.Legislasi praktek keperawatan di Indonesia diatur melalui

Surat Keputusan Menteri Kesehatan tentang registrasi dan praktek

perawat.   

Legislasi (Registrasi dan Praktek Keperawatan) Keputusan Menteri

Kesehatan No.1239/Menkes/XI/2001, Latar belakang “Perawat sebagai

tenaga profesional bertanggung jawab dan berwenang memberikan

pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan

tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangannya.Untuk itu perlu

ketetapan yang mengatur tentang hak dan kewajiban seseorang untuk terkait

dengan pekerjaan/profesi.”

1. Tujuan utama Legislasi adalah untuk melindungi masyarakat serta

melindungi perawat.

2. Tujuan Yang lainnya adalah:

a. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

b. Melidungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan

c. Menetapkan standar pelayanan keperawatan

d. Menapis IPTEK keperawatan

e. Menilai boleh tidaknya praktik

f. Menilai kesalahan dan kelalaian

3. Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan

a. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.

b. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system

keperawatan.

c. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian

sesuai ketetapan.

d. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan

perawat.

4. Fungsi legislasi keperawatan

122

a. Memberi perlindungan  kepada masyarakat terhadap pelayanan

keperawatan yang diberikan.

b. Memelihara  kualitas layanan keperawatan yang diberikan

c. Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga

keperawatan.

d. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.

e. Memotivasi pengembangan profesi.

f. Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.

Legislasi Keperawatan ini dapat dibagi atas 3 tahap, antara lain :

1. Surat Izin Perawat (SIP)

Surat ini diberikan oleh Departemen Kesaehatan kepada perawat

setelah lulus dari pendidikan keperawatan sebagai bukti tertulis

pemberian kewenangan untuk menjalankan praktek keperawatan.

Registrasi SIP adalah suatu proses dimana perawat harus (wajib)

mendaftarkan diri pada kantor wilayah Departemen Kesehatan Propinsi

untuk mendapat Surat Izin Perawat (SIP) sebagai persyaratan

menjalankan pekerjaan keperawatan dan memperoleh nomor registrasi.

Sasarannya adalah semua perawat.Sedangkan yang berwenang

mengeluarkannya adalah Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana

institusi perawat itu berasal. Bagi perawat yang sudah bekerja sebelum

ditetapkan keputusan ini memperolah SIP dari pejabat kantor kesehatan

kabupaten/kota diwilayah tempat kerja perawat yang bersangkutan.

Jenis dan waktu registrasi :

a. Registrasi awal dilakukan setelah yang bersangkutan lulus

pendidikan keperawatan selambat-lambatnya 2 tahun sejak

peraturan ini di keluarkan.

b. Registrasi ulang dilakukan setelah 5 tahun sejak tanggal registrasi

sebelumnya, diajukan 6 bulan berakhir berlakunya SIP.

2. Surat Izin Kerja (SIK)

Surat ini merupakan bukti yang diberikan kepada perawat untuk

melakukan praktek keperawatan di sarana pelayanan kesehatan.SIK

123

hanya berlaku pada satu tempat sarana pelayanan kesehatan. Pejabat

yang berwenang menerbitkan SIK adalah kantor dinas kabupaten / kota

dimana yang bersangkutan akan melaksanakan praktek keperawatan.

3. Surat Izin Praktek Perawat (SIPP)

Surat ini merupakan bukti tertulis yang diberikan kepada perawat

untuk menjalankan praktek keperawatan secara perorangan atau

kelompok.SIPP hanya berlaku untuk satu tempat praktek perorangan

atau kelompok dimana yang bersangkutan mendapat izin untuk

melakukan praktek perawat. Pejabat yang berwenang menerbitkan SIPP

adalah kantor dinas kabupaten / kota dimana yang bersangkutan akan

melaksanakan praktek keperawatan.

4. Kredensial

Kredensial merupakan proses untuk menentukan dan

mempertahankan kompetensi keperawatan. Proses kredensial

merupakan salah satu cara profesi keperawatan mempertahankan

standar praktik dan akuntabilitas persiapan pendidikan anggotanya.

Kredensial meliputi pemberian izin praktik (lisensi), registrasi

(pendaftaran), pemberian sertifikat (sertifikasi) dan akreditasi (Kozier

Erb, 1990).

Proses penetapan dan pemeliharaan kompetensi dalam praktek

keperawatan meliputi:

a. Pemberian lisensi

Pemberian lisensi adalah pemberian izin kepada seseorang yang

memenuhi persyaratan oleh badan pemerintah yang berwenag,

sebelum ia diperkenankan melakukan pekerjaan dan prakteknya

yang telah ditetapkan. Tujuan lisensi ini:

1) Membatasi pemberian kewenangan melaksanakan praktik

keperawatan hanya bagi yang kompeten

2) Meyakinkan masyarakat bahwa yang melakukan praktek

mempunyai kompetensi yang diperlukan

b. Registrasi

124

Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi

lain pada badan resmi baik milik pemerintah maupun non

pemerintah. Perawat yang telah terdaftar diizinkan memakai

sebutan registered nurse. Untuk dapat terdaftar, perawat harus telah

menyelesaikan pendidikan keperawatan dan lulus ujian dari badan

pendaftaran dengan nilai yang diterima. Izin praktik maupun

registrasi harus diperbaharui setiap satu atau dua tahun. Dalam

masa transisi professional keperawatan di Indonesia, sistem

pemberian izin praktik dan registrasi sudah saatnya segera

diwujudkan untuk semua perawat baik bagi lulusan SPK, akademi,

sarjana keperawatan maupun program master keperawatan dengan

lingkup praktik sesuai dengan kompetensi masing-masing.

Register Nurse:

1) Mengkaji status kesehatan individu dan kelompok

2) Menegakkan diagnosa keperawatan

3) Menentukan tujuan untuk memenuhi kebutuhan perawatan

kesehatan

4) Membuat rencana strategi perawatan

5) Menyusun intervensi keperawatan untuk

mengimplementasikan strategi perawatan

6) Memberi kewenangan intervensi keperawatan yang dapat

dilaksanakan orang lain, dan tidak bertentangan dengan

undang-undang

Tujuan registrasi:

1) Menjamin kemampuan perawat untuk melakukan praktek

keperawatan

2) Mempertahankan prosedur penatalaksanaan secara objektif

3) Mengidentifikasi jumlah dan kwalifikasi perawat yg akan

melakukan praktek keperawatan

4) Mempertahankan proses pemantauan dan pengendalian jumlah

dan kwalitas perawat profesional

125

c. Sertifikasi

Sertifikasi merupakan proses pengabsahan bahwa seorang perawat

telah memenuhi standar minimal kompetensi praktik pada area

spesialisasi tertentu seperti kesehatan ibu dan anak, pediatric,

kesehatan mental, gerontology dan kesehatan sekolah. Sertifikasi

telah diterapkan di Amerika Serikat.Di Indonesia sertifikasi belum

diatur, namun demikian tidak menutup kemungkinan dimasa

mendatang hal ini dilaksanakan.

Tujuan sertifikasi:

1) Menyatakan pengetahuan, keterampilan dan perilaku perawat

sesuai dengan pendidikan tambahan yg diikutinya

2) Menetapkan klasifikasi, tingkat dan lingkup praktek perawat

sesuai pendidikan

3) Memenuhi persyaratan registrasi sesuai dengan area praktek

keperawatan

d. Akreditasi

Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian

status akreditasi kepada institusi, program atau pelayanan yang

dilakukan oleh organisasi atau badan pemerintah tertentu. Hal-hal

yang diukur meliputi struktur, proses dan kriteria hasil. Pendidikan

keperawatan pada waktu tertentu dilakukan penilaian/pengukuran

untuk pendidikan  DIII keperawatan dan sekolah perawat kesehatan

dikoordinator oleh Pusat Diknakes sedangkan untuk jenjang S 1

oleh Dikti. Pengukuran rumah sakit dilakukan dengan suatu sistem

akrteditasi rumah sakit yang sampai saat ini terus dikembangkan.

D. Perlindungan Legal Keperawatan

Untuk menjalankan praktiknya secara hukum perawat harus

dilindungi dari tuntutan malpraktik dan kelalaian pada keadaan

darurat.Contoh :

126

a. UU di AS yang bernama Good Samaritan Acts yang memberikan

perlindungan tenaga kesehatan dalam memberikan pertolongan pada

keadaan darurat.

b. Di kanada terdapat UU lalu lintas yang memperbolehkan setiap orang

untuk menolong korban pada setiap situasi kecealakaan  yang bernama

Traffic Acrt.

c. Di Indonesia UU kesehatan No.23 tahun 1992.

Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi

para perawat.PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun

1980 mulai merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-

undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga keperawatan.Tidak

adanya Undang-Undang perlindungan bagi perawat menyebabkan

perawat secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap

pelayanan yang mereka lakukan. Tumpang tindih antara tugas dokter

dan perawat masih sering tejadi dan beberapa perawat lulus pendidikan

tinggi merasa prustasi karena tidak adanya kejelasan tentang peran,

fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua perawat

dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa memperhatikan

latar belakang ilmiah yang mereka miliki.

1. Pentingnya Undang-undang Praktik Keperawatan

Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik

Keperawatan dibutuhkan.

a. Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi

besar dalam peningkatan derajat kesehatan. Perawat berperan

dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan

pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa

terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada

kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian perlindungan

hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum (WHO, 2002).

127

b. Kedua, alasan yuridis. UUD 1945, pasal 5, menyebutkan bahwa

Presiden memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang

dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Demikian Juga UU

Nomor 23 tahun 1992, Pasal 32, secara eksplisit menyebutkan

bahwa pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan

ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat

dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan untuk itu. Sedang pasal 53, menyebutkan bahwa

tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam

melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.Ditambah lagi, pasal

53 bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya

berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan menghormati

hak pasien. Disisi lain secara teknis telah berlaku Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang

Registrasi dan Praktik Perawat.

c. Ketiga, alasan sosiologis. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan

kesehatan khususnya pelayanan keperawatan semakin meningkat.

Hal ini karena adanya pergeseran paradigma dalam pemberian

pelayanan kesehatan, dari model medikal yang menitikberatkan

pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan, ke paradigma

sehat yang lebih holistik yang melihat penyakit dan gejala sebagai

informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996).

Disamping itu, masyarakat membutuhkan pelayanan keperawatan yang

mudah dijangkau, pelayanan keperawatan yang bermutu sebagai bagian

integral dari pelayanan kesehatan, dan memperoleh kepastian hukum

kepada pemberian dan penyelenggaraan pelayanan

keperawatan.Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam dunia

kesehatan.Sebagai profesi, tentunya pelayanan yang diberikan harus

professional, sehingga perawat/ners harus memiliki kompetensi dan

memenuhi standar praktik keperawatan, serta memperhatikan kode etik

128

dan moral profesi agar masyarakat menerima pelayanan dan asuhan

keperwatan yang bemutu.

2. Undang-Undang yang Berkaitan dengan Praktik Keperawatan

a. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan

Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa

pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang dan

kesanggupan hukum.

b. UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan

UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun

1960.UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan

sarjana.Tenaga sarjana meliputi dokter, doter gigi dan

apoteker.Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana

atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah, termasuk bidan

dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah

pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker.Pada keadaan tertentu

kepada tenaga pendidik rendah dapat diberikaqn kewenangan

terbats untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan

langsung.

UU ini boleh dikatakan sudah using karena hanya

mengklaripikasikan tenaga kesehatan secara dikotomis (tenaga

sarjana dan bukan sarjana).UU ini juga tidak mengatur landasan

hukum bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan

pekerjaannya.Dalam UU ini juga belum tercantum berbagai jenis

tenaga sarjana keperawatan seperti sekarang ini dan perawat

ditempatkan pada posisi yang secara hukum tidak mempunyai

tanggung jawab mandiri karena harus tergantung pada tenaga

kesehatan lainnya.

129

c. UU kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang wajib kerja

paramedis

Pada pasal 2,ayat (3) dijelasakan bahwa tenaga kesehatan

sarjana muda, menengah dan rendah wqajib menjalankan wajib

kerja pada pemerintah selama 3 tahun.Dalam pasal 3 dihelaskan

bahwa selama bekerja pada pemerintah, tenaga kesehatan yang

dimaksut pada pasal 2 memiliki kedudukan sebagain pegawai

negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai negeri juga

diberlakukan terhadapnya.UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai

dengan kemampuan pemerintah dalam mengangkat pegawai

negeri. Penatalaksanaan wajib kerja juga tidak jelas dalam UU

tersebut sebagai contoh bagai mana sisitem rekruitmen calon pesrta

wajib kerja, apa sangsinya bila seseorang tidak menjalankaqn

wajib kerja dll. Yang perlu diperhatikan dalam UU ini,lagi posisi

perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga

kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek

propesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari kewenangan

tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.

d. SK Menkes No. 262/per/VII/1979 tahun 1979

Membedakan para medis menjadi dua golongan yaitu

paramedic keperawatan (termasuk bidan) dan paramedic non

keperawata.Dari aspek hukum, sartu hal yang perlu dicatat disini

bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk

kategori tenaga keperawatan.

e. Permenkes. No. 363/ Menkes/ per/XX/1980 tahun 1980

Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas

perbedaan antara tenaga keperawatan dan bidan.Bidan seperti

halnya dokter, diizinkan mengadakan praktik swasta, sedangkan

tenaga keperawatan secara resmi tidak diizinkan.Dokter dapat

membuka praktik swasta untuk mengobati orang sakit dan bidan

dapat menolong persalinan dan pelayanan KB.Peraturan ini boleh

130

dikatakan kurang relevan atau adil bagi propesi keperawatan. Kita

ketahuai Negara lain perawat diizinkan membuka praktik swasta.

Dalam bidang kuratif banyak perawat harus menggantikan atau

mengisi kekujrangan tenaga dokter untuk mengobati penyakit

terutam dipuskesmas- puskesmas tetapi secara hukum hal tersebut

tidak dilindungi terutama bagi perawat yang memperpanjang

pelayanan dirumah.Bila memang secara resmi tidak diakui, maka

seharusnya perawat dibebaskan dari pelayanan kuratif atau

pengobatan untuk benar-benar melakuan nursing care.

f. SK Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.

94/Menpan/ 1986,tanggal 4 Nopember 1989, tentang jabatan

fungsional tenaga keperawatan dan system kredit poin.

Dalam system ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan

dapat naik jabatannya atau naik pangkatnya setiap 2 tahun bila

memenuhi angka kredit tertentu. Dalam SK ini, tenaga

keperawatan yang dimaksud adalah : penyenang kesehatan, yang

sudah mencapai golongan II/a, Pengatur Rawat/ Perawat

Kesehatan/Bidan, Sarjana Muda/D III Keperawatan dan Sarjana/S I

Keperawatan.

System ini menguntungkan perawat karena dapat naik

pangkatnya dan tidak tergantung kepada pangkat/ golongan

atasannya

g. UU kesehatan No. 23 tahun 1992

Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi

perkembangan termasuk praktik keperawatan professional karena

dalam UU ini dinyatakan tentang standar praktik, hak-hak pasien,

kewenangan, maupun perlindungan hukum bagi profesi kesehatan

termasuk keperawatan.

Beberapa pernyataan UU kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat

dipakai sebagai acuan pembuatan UU praktik keperawatan adalah :

1) Pasal 32 ayat 4

131

Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu

kedokteran dan ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan

oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan untuk itu.

2) Pasal 53 ayat I

Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum

dalam melaksanakan tugas sesui dengan profesinya.

3) Pasal 53 ayat 2

Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban

untuk mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.

E. Tanggung Gugat dalam Keperawatan

Acountability : dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat

dalam membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu

konsekuensi-konsekunsinya.

Tanggung Gugat dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat

dalam membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu

konsekuensi-konsekuensinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat

artinya bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani

menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan

profesinya.Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau tindakan

yang dilakukannya.

Hal ini bisa dijelaskan dengan mengajukan tiga pertanyaan berikut

1. Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan?

Sebagai tenaga perawat kesehatan prawat memiliki tanggung gugat

terhadap klien, sedangkan sebagai pekerja atau karyawan perawat

memilki tanggung jawab terhadap direktur, sebagai profesional perawat

memilki tanggung gugat terhadap ikatan profesi dan sebagai anggota

team kesehatan perawat memiliki tanggung gugat terhadap ketua tim

biasanya dokter sebagai contoh:  perawat memberikan injeksi terhadap

132

klien. Injeksi ditentukan berdasarkan advis dan kolaborasi dengan

dokter, perawat membuat daftar biaya dari tindakan dan pengobatan

yang diberikan yang harus dibayarkan ke pihak rumah sakit.Dalam

contoh tersebut perawat memiliki tanggung gugat terhadap klien,

dokter, RS dan profesinya.

2. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?

Perawat memilki tanggung gugat dari seluruh kegitan professional

yang dilakukannya mulai dari mengganti laken, pemberian obat sampai

persiapan pulang.Hal ini bisa diobservasi atau diukur kinerjanya.

3. Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya?

Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah

sakit telah menyusunstandar yang memiliki krirteria-kriteria tertentu

dengan cara membandingkan apa-apa yang dikerjakan perawat dengan

standar yang tercantum. Baik itu dalam input, proses atau outputnya.

Misalnya apakah perawat mencuci tangan sesuai standar melalui 5

tahap yaitu mencuci kuku, telapak tangan, punggung tangan, pakai

sabun di air mengalir selama 3 kali dan sebagainya.

Tanggung Gugat artinya dapat memberikan alasan atas

tindakannya.Seorang perawat bertanggung gugat atas dirinya sendiri, klien,

profesi, atasan, dan masyarakat. Jika dosis medekasi salah diberikan,

perawat  bertanggung gugat pada klien yang menerima medekasi tersebut,

dokter yang memprogramkan tindakan, perwat yang menetapkan standar

perilaku yang diharapkan, serta masyarakat, yang semuanya menghendaki

perilaku professional. Untuk dapat melakukan tanggung gugat, perawat 

harus bertindak menurut kode etik professional. Jika suatu kesalhan terjadi,

perawat melaporkannya dan memulai perawatan untuk mencegah trauma

lebih lanjut.Tanggung gugat memicu evaluasi efektifitas perawat dalam

praktik. Tanggung gugat professional memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengevaluasi praktisi professional baru dan mengkaji ulang

yang telah ada.

133

2. Untuk mempetahankan standar perawatan kesehatan.

3. Untuk memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, dan pertumbuhan

pribadi pada pihak profesional perawatan kesehatan.

4. Untuk memberikan dasar pengambilan keputusan etis.

Untuk dapat bertanggung gugat, perawat melakukan praktik dalam

kode profesi.Tanggung gugat membutuhkan evaluasi kinerja perwat dalam

memberikan perawatan kesehatan.Joint commission on accreditation of

healthcare organization (JCAHO) telah merekomendasikan penetapan

standar pemberian asuhan keperwatan.Standar tersebut dikembangkn oleh

ahli klinis, memberikn struktur dasar di mana asuhan keperawatan secara

objektif diukur.Standar tersebut tidak membatasi kebutuhan rencana

perawatan individu, bahkan, perawat justru memasukan standar tersebut

kedalam rencana perawatan untuk setiap klien.Tanggung gugat dapat

dijamin dan diukur dengan lebih baik ketika “kualitas perawatan” telah

ditetapkan.Sebagian besar instituisi menyandarkan panduan yang

ditawarkan berdasarkan JCAHO dan ANA.

a. Tanggung Gugat Pada Setiap Tahap Proses Keperawatan

1) Tahap pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang

mempunyai tujuan mengumpulkan data. Perawat bertanggunggugat

untuk pengumpulan data/informasi, mendorong partisipasi pasien

dan penentuan keabsahan data yang dikumpulkan.Pada saat

mengkaji perawat bertanggung gugat untuk kesenjangan-

kesenjangan dalam data atau data yang bertentangan, data yang

tidak/kurang tepat atau data yang meragukan.

2) Tahap diagnosa keperawatan

Diagnosa merupakan keputusan profesional perawat menganalisa

data dan merumuskan respon pasien terhadap masalah kesehatan

baik aktual atau potensial.Perawat bertanggunggugat untuk

keputusan yang dibuat tentang masalah-masalah kesehatan pasien

134

seperti pernyataan diagnostik.Masalah kesehatan yang timbul pada

pasien apakah diakui oleh pasien atau hanya perawat.Apakah

perawat mempertimbangkan nilai-nilai, keyakinan dan

kebiasan/kebudayan pasien pada waktu menentukan masalah-

masalah kesehatan.Pada waktu membuat keputusan para perawat

bertanggung gugat untukmempertimbangkan latar belakang sosial

budaya pasien.

3) Tahap perencanaan

Perencanaan merupakan pedoman perawat dalam melaksanakan

asuhan keperawatan, terdiri dari prioritas masalah, tujuan serta

rencana kegiatan keperawatan. Tanggung gugat yang tercakup pada

tahap perencanaan meliputi: penentuan prioritas, penetapan tujuan

dan perencanaan kegiatan-kegiatan keperawatan. Langkah ini

semua disatukan kedalam rencana keperawatan tertulis yang

tersedia bagi semua perawat yang terlibat dalam asuhan

keperawatan pasien.Pada tahap ini perawat juga bertanggunggugat

untuk menjamin bahwa prioritas pasien juga dipertimbangkan

dalam menetapkan prioritas asuhan.

4) Tahap implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana asuhan

keperawatan dalam bentuk tindakan-tindakan keperawatan.Perawat

bertanggung gugat untuk semua tindakan yang dilakukannya dalam

memberikan asuhan keperawatan. Tindakan-tindakan tersebut

dapat dilakukan secara langsung atau dengan bekerjasama dengan

orang lain atau dapat pula didelegasikan kepada orang lain.

Meskipun perawat mendelegasikan suatu kegiatan kepada

oranglain, perawatt tersebut harus masih tetap bertanggung gugat

untuk tindakan yang didelegasikan dan tindakan pendelegasiannya

itu sendiri. Perawat harus dapat memberi jawaban nalar tentang

mengapa kegiatan tersebut didelegasikan, mengapa orang itu yang

dipilih untuk melakukan kegiatan tersebut dan bagaimana tindakan

135

yang didelegasikan itu dilaksanakan.Kegiatan keperawatan harus

dicatat setelah dilaksanakan, oleh sebab itu dibuat catatan tertulis.

5) Tahap evaluasi

Evaluasi merupakan tahap penilaian terhadap hasil tindakan

keperawatan yang telah diberikan, termasuk juga menilai semua

tahap proses keperawatan. Perawat bertanggung gugat untuk

keberhasilan atau kegagalan tindakan keperawatan.Perawat harus

dapat menjelaskan mengapa tujuan pasien tidak tercapai dan tahap

mana dari proses keperawatan yang perlu dirubah.

b. Mempertahankan Akontabilitas Profesional dalam Asuhan

Keperawatan

1) Terhadap Diri Sendiri

a) Tidak dibenarkan setiap personal melakukan tindakan yang

membahayakan keselamatan status kesehatan pasien.

b) Mengikuti praktek keperawatan berdasarkan standar baru dan

perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi canggih.

c) Mengembangkan opini berdasarkan data dan fakta.

2) Terhadap Klien atau Pasien

a) Memberikan informasi yang akurat berhubungan dengan

asuhan keperawatan.

b) Memberikan asuhan keperawatan berdasarkan standar yang

menjamin keselamatan, dan kesehatan pasien.

3) Terhadap Profesinya

a) Berusaha mempertahankan, dan memelihara kualitas asuhan

keperawatan berdasarkan standar, dan etika profesi.

b) Mampu dan mau mengingatkan sejawat perawat untuk

bertindak profesional, dan sesuai etik moral profesi.

4) Terhadap Institusi/Organisasi

Mematuhi kebijakan dan peraturan yang berlaku, termasuk

pedoman yang disiapkan oleh institusi atau organisasi.

136

5) Terhadap Masyarakat

Menjaga etika dan hubungan interpersonal dalam memberikan

pelayanan keperawatan yang berkualitas tinggi.

c. Jenis Atau Macam-Macam Tanggung Gugat Perawat

Istilah tanggung gugat, merupakan istilah yang baru berkembang

untuk meminta pertanggung jawaban seseorang karena kelalaiannya

menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Di bidang pelayanan kesehatan,

persoalan tanggung gugat terjadi sebagai akibat adanya hubungan

hukum antara tenaga medis (dokter, bidan, perawat) dengan pengguna

jasa (pasien) yang diatur dalam perjanjian.Tanggung Gugat dapat

diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam membuat suatu

keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-

konsekunsinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya

bila ada pihak yang menggugat ia menyatakan siap dan berani

menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan

profesinya.Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau

tindakan yang dilakukannya.

Macam-Macam Jenis Tanggung Gugat:

1) Contractual Liability. 

Tanggung gugat jenis ini muncul karena adanya ingkar janji, yaitu

tidak dilaksanakannya sesuatu kewajiban (prestasi) atau tidak

dipenuhinya sesuatu hak pihak lain sebagai akibat adanya

hubungan kontraktual. Dalam kaitannya dengan hubungan

terapetik, kewajiban atau prestasi yang harus dilaksanakan oleh

health care provider adalah berupa upaya (effort), bukan hasil

(result). Karena itu dokter atau tenaga kesehatan lain  hanya

bertanggunggugat atas upaya medik yang tidak memenuhi standar,

atau dengan kata lain, upaya medik yang dapat dikatagorikan

sebagai civil malpractice

137

2) Liability in Tort

Tanggung gugat jenis ini merupakan tanggung gugat yang tidak

didasarkan atas adanya contractual obligation, tetapi atas perbuatan

melawan hukum . Pengertian melawan hukum tidak hanya terbatas

pada perbuatan yang berlawanan dengan hukum, kewajiban hukum

diri sendiri atau kewajiban hukum orang lain saja tetapi juga yang

berlawanan dengan kesusilaan yang baik & berlawanan dengan

ketelitian yang patut dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap

orang lain atau benda orang lain (Hogeraad, 31 Januari 1919).

3) Strict Liability 

Tanggung gugat jenis ini sering disebut tanggung gugat tanpa

kesalahan (liability whitout fault) mengingat seseorang harus

bertanggung jawab meskipun tidak melakukan kesalahan apa-apa;

baik yang bersifat intensional, recklessness ataupun negligence.

Tanggung gugat seperti ini biasanya berlaku bagi product sold atau

article of commerce, dimana produsen harus membayar ganti rugi

atas terjadinya malapetaka akibat produk yang dihasilkannya,

kecuali produsen telah memberikan peringatan akan kemungkinan

terjadinya risiko tersebut

4) Vicarious Liability

Tanggung gugat jenis ini timbul akibat kesalahan yang dibuat oleh

bawahannya (subordinate).Dalam kaitannya dengan pelayanan

medik maka RS (sebagai employer) dapat bertanggung gugat atas

kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang bekerja dalam

kedudukan sebagai sub-ordinate (employee).

F. Perjanjian/Kontrak dalam Keperawatan

Kontrak mengandung arti ikatan persetujuan atau perjanjian resmi

antara dua atau lebih partai untuk mengerjakan sesuatu atau tidak.Dalam

konteks hukum, kontrak sering disebut dengan perikatan atau perjanjian.

Perikatan artinya mengikat orang yang satu dengan orang lain.

138

Hukum perikatan di atur dalam UU Hukum Perdata pasal 1239:

“semuaperjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak

mempunyai nama tertentu, tunduk pada ketentuan-ketentuan umum yang

termasuk dalam bab ini dan bab yang lalu.” Lebih lanjut menurut ketentuan

pasal 1234 KUHPdt, setiap perikatan adalah untuk memberikan, berbuat

sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu. Perjanjian dapat diaktakan sah bila

memenuhi syarat sebagai berikut :

1) Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat janji

(Consencius)

2) Ada kecakapan terhadap pihak-pihak untuk membuat perjanjian

(Capacity)

3) Ada sesuatu hal tertentu (a certain subject matter) dan ada sesuatu sebab

yang halal

4) Kontrak perawat pasien dilakukan sebelum melakukan asuhan

keperawatan

5) Kontrak juga dilakukan sebelum menerima dan diterima di tempat kerja

6) Kontrak perawat pasien digunakan untuk melindungi hak-hak kedua

belah pihak yang bekerjasama

7) Kontrak juga untuk menggugat pihak yang melanggar kontrak yang di

sepakati.

 

139

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Mengetahui Legislasi Praktik Keperawatan. http://bkulpenprofil.blogspot.com/2013/10/mengetahui-legislasi-praktik-keperawatan.html. Diakses tanggal 16 September 2014.

Dewi, Virgiyati Tungga. 2013. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat.http://virgiyatitd.blogspot.com/2013/04/tanggung-jawab-dan-tanggung-gugat.html. Diakses tanggal 16 September 2014.

Dicky.2013. Pola Hubungan Kerja Perawat dalam Praktik Profesional.http://putrakietha.blogspot.com/2013/11/pola-hubungan-kerja-perawat-dalam.html#ixzz3DUpWd8di. Diakses tanggal 16 September 2014.

Didit, Ditya. 2011. Praktik Keperawatan. http://dityanurse.blogspot.com/2011/04/praktik-keperawatan.html. Diakses tanggal 16 September 2014.

Hazel. 2014. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat.http://yonokomputer.com/2014/03/tanggung-jawab-dan-tanggung-gugat/. Diakses tanggal 16 September 2014.

Kozier, Barbara, dkk. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Krista. 2011. Praktek Keperawatan Profesional. http://ns-krista.blogspot.com/2011/11/praktek-keperawatan-profesional.html. Diakses tanggal 16 September 2014.

Lukman.2011. Prinsip Moral dan Legalisasi.http://lukman-goresanpenakehidupan.blogspot.com/2011/05/prinsip-moral-dan-legalisasi.html. Diakses tanggal 16 September 2014.

Moshii, El. 2013. Makalah Aspek Legal Keperawatan. (http://el-moshii.blogspot.com/2013/11/makalah-aspek-legal-keperawatan.html.Diakses 16 September 2014

140

Nukienut. 2011. Tanggung Jawab Perawat. http://nutnyildnyild.blogspot.com/2011/05/tanggung-jawab-perawat.html. Diakses tanggal 16 September 2014.

Potter, Patricia A., dan Anne G. Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Prasetyo, Agus. 2013. Aspek Hukum dalam Praktek Keperawatan.http://akpermalahayatimedan.blogspot.com/2013/05/aspek-hukum-dalam-praktek-keperawatan.html. Diakses tanggal 16 September 2014.

Rizka, Aditya. 2012. Aspek Legal Praktik dalam Keperawatan. http://theadityarizka.blogspot.com/2012/11/aspek-legal-praktik-dalam-keperawatan.html. Diakses tanggal 16 September 2014.

Shabrina Azzahra. 2012. Isu Legal Dalam Praktik Keperawatan.http://shabrinaazz.blogspot.com/2012/12/isu-legal-dalam-praktik-keperawatan.html. Diakses tanggal 16 September 2014.

141