IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

85
IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PERALATAN LOGAM YANG DIPAKAI BERULANG KALI SEBELUM DAN SESUDAH STERILISASI DI RUANG IGD RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO FITRA DIANA DEWI N121 09 557 PROGRAM KONSENTRASI TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Transcript of IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

Page 1: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI

NOSOKOMIAL PADA PERALATAN LOGAM YANG DIPAKAI

BERULANG KALI SEBELUM DAN SESUDAH STERILISASI

DI RUANG IGD RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO

FITRA DIANA DEWI

N121 09 557

PROGRAM KONSENTRASI

TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

ii

IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI

NOSOKOMIAL PADA PERALATAN LOGAM YANG DIPAKAI

BERULANG KALI SEBELUM DAN SESUDAH STERILISASI

DI RUANG IGD RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO

SKRIPSI

Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat

untuk mencapai gelar sarjana

FITRA DIANA DEWI

N121 09 557

PROGRAM KONSENTRASI TEKNOLOGI LABORATORIUM KESEHATAN

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

Page 3: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

iii

IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PERALATAN LOGAM YANG DIPAKAI BERULANG KALI SEBELUM DAN SESUDAH STERILISASI

DI RUANG IGD RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO

FITRA DIANA DEWI

N121 09 557

Disetujui Oleh :

Pembimbing Utama,

Prof. Dr. H. M. Natsir Djide, MS., Apt. NIP. 19500817 197903 1 003

Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,

dr. Suci Aprianti, Sp. PK Dr. Agnes Lidjaja, M.Kes., Apt NIP. 19650415 199903 2 002 NIP. 19570326 198512 2 001

Pada tanggal, 24 Mei 2013

Page 4: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

iv

PENGESAHAN

IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI NOSOKOMIAL PADA PERALATAN LOGAM YANG DIPAKAI BERULANG KALI SEBELUM DAN SESUDAH STERILISASI

DI RUANG IGD RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO

Oleh

FITRA DIANA DEWI N121 09 557

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Pada Tanggal 24 Mei 2013

Panitia Penguji Skripsi :

Panitia Penguji Skripsi :

1. Ketua : Prof. Dr. Hj. Asnah Marzuki, M.Si., Apt …………

2. Sekretaris : Dr. Hj. Sartini, M.Si., Apt. .....………

3. Anggota (Ex.Off) : Prof. Dr. H. M. Natsir Djide, MS., Apt. .….….......

4. Anggota (Ex.Off) : dr. Suci Aprianti, Sp. PK .…...…….

5. Anggota (Ex.Off) : Dr. Agnes Lidjaja, M.Kes., Apt. …………..

6. Anggota (Ex.Off) : Dra. Ermina Pakki, M.Si., Apt. ................

Mengetahui : Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA, Apt. NIP. 19560114 198601 2 001

Page 5: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah karya

saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak

benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.

Makassar, Mei 2013

Penyusun,

FITRA DIANA DEWI

Page 6: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Mengetahui, Pemilik segala ilmu, karena atas petunjuk-Nya sehingga

penelitian dan penulisan karya akhir yang merupakan syarat untuk

mencapai gelar sarjana pada program konsentrasi Teknologi

Laboratorium Kesehatan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin ini

dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa selama menyusun skripsi

ini begitu banyak masalah yang menghambat, namun berkat tekad, doa,

pertolongan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak sehingga

masalah tersebut dapat teratasi sampai selesainya skripsi ini.

Dengan penuh rasa hormat penulis dengan tulus menghanturkan

banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

Bapak Prof. Dr. H. M. Natsir Djide, MS., Apt selaku pembimbing utama,

Kepada Ibu dr. Suci Aprianti, Sp. PK selaku pembimbing pertama, dan

kepada Ibu Dr. Agnes Lidjaja, M.Kes., Apt selaku pembimbing kedua,

yang senantiasa meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. Hj. Asnah Marzuki,

M.Si., Apt, Ibu Dr. Hj. Sartini, M.Si., Apt, dan Ibu Dra. Ermina Pakki, M.Si.,

Apt, selaku tim penguji yang telah banyak memberikan bantuan dan saran

kepada penulis sampai selesainya skripsi ini.

Page 7: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

vii

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis juga sampaikan

kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt sebagai dekan Fakultas

Farmasi dan sebagai Penasehat Akademik yang banyak memberikan

semangat dan nasehat selama penulis melakukan kegiatan akademik

di Fakultas Farmasi beserta para staf akademik atas pelayanannya

selama penulis menjadi mahasiswa.

2. Bapak Subehan, S.Si., M.Pharm Sc., Ph.D., Apt sebagai ketua

program Konsentrasi Teknologi Laboratorium Kesehatan Fakultas

Farmasi.

3. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Farmasi, khususnya staf pengajar pada

program studi Teknologi Laboratorium Kesehatan atas segala ilmu

yang telah diajarkan dengan penuh kesabaran dan kerja keras,

semoga Allah membalasnya dengan yang lebih baik.

4. Direktur RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo beserta staf, Kepala Instalasi

Gawat Darurat, Kepala Ruangan IGD Bedah Bapak Abdul Rakhmat,

dan Kepala Instalasi CSSD Ibu Dra. Asriany.N.,Apt. MARS beserta

seluruh staf yang telah banyak membantu selama penelitian

berlangsung.

5. Kepada teman-teman seperjuangan dan sahabat-sahabatku tercinta

Hajrah, S.Si, Yayok Zairen, S.Si, A. Sri Gusnita, S.Si, Sari Elfitrina,

S.Si, Nurul Annisa, Sharaswaty Djohar, Annisa Saleh, Nurma Ayu

Fernatubun, Nurul Inayah Naili, Siti Rahmah Lukman terima kasih atas

Page 8: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

viii

persahabatan, kekeluargaan, kebersamaan, semangat dan kesabaran

yang selama ini kalian berikan, serta teman-teman seperjuangan

mahasiswa Teknologi Laboratorium Kesehatan angkatan 09

(Spir09raph), 08, 07, Army Dwi Israyanti, S.Si, serta semua pihak

yang telah membantu terima kasih atas berbagai pertolongan,

semangat, dan kebersamaannya.

6. Kepada Abbas, terima kasih atas perhatian, dukungan, dan

kesabarannya selama studi, dan penyusunan karya akhir ini.

Rasa hormat, penghargaan, dan terima kasih yang tak terhingga

penulis ucapkan kepada Ayahanda tercinta Hasan Dg. Rewa (Alm) dan

Ibunda tercinta Hadina Dg. Ngasseng atas segala kasih sayang, cinta,

doa, bimbingan, didikan, dan dukungan yang begitu besar yang telah

diberikan kepada ananda hingga sampai saat ini dan ucapan terima kasih

tak terhingga dan tak ternilai penulis haturkan kepada kakak-kakakku

Ismail Hasan, ST, Rosdiana,SE.,M.Kes, Sahriana,S.Ag, dan Abd. Rahmat

yang telah memberikan motivasi, bantuan moril, semangat, pengertian

dan doa yang tak putus-putusnya sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dan keterbatasan

mulai dari awal penelitian sampai penulisan karya akhir ini, untuk itu

semua saran dan kritikan dalam penyempurnaannya akan penulis terima

dengan segala kerendahan hati. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan untuk kita semua. Semoga Allah

Page 9: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

ix

SWT senantiasa memberkahi dan melindungi setiap langkah dan

pengabdian kita, Amin.

Akhirnya perkenankan penulis memohon maaf atas segala

kekhilafan dan kesalahan selama pendidikan sampai selesainya karya

akhir ini.

MMaakkaassssaarr,, MMeeii 22001133

FFIITTRRAA DDIIAANNAA DDEEWWII

Page 10: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

x

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian identifikasi bakteri penyebab infeksi nosokomial pada peralatan logam yang dipakai berulang kali sebelum dan sesudah sterilisasi di ruang IGD RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui serta mengidentifikasi bakteri yang terdapat pada peralatan logam sebelum dan sesudah sterilisasi. Penelitian ini dilakukan secara observasional dengan pendekatan deskriptif. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 9 sampel dengan 4 kali perlakuan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bakteri yang dapat diidentifikasi pada peralatan logam sebelum sterilisasi (Perlakuan 1,2, dan 3) untuk peralatan hetting set seperti gunting, klem arteri bengkok terdapat bakteri Streptococcus sp, sedangkan pada pinset terdapat bakteri Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus sp. Pada peralatan GP set seperti gunting terdapat bakteri Staphylococcus aureus sedangkan pada pinset terdapat bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus sp. Pada peralatan hack dan gunting bengkok terdapat bakteri Streptococcus sp, dan Staphylococcus aureus, sedangkan sesudah sterilisasi dengan menggunakan autoclave (Perlakuan 4), tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa bakteri yang terdapat pada peralatan logam yang dipakai berulang kali di ruang IGD sebelum sterilisasi (Perlakuan 1,2 dan 3) adalah bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Streptococcus sp, dan sesudah sterilisasi (Perlakuan 4) tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri, hal ini membuktikan bahwa tindakan sterilisasi untuk peralatan logam yang dipakai berulang kali di ruang IGD sudah baik dan diperlukan metode sterilisasi tingkat tinggi dengan menggunakan autoclave untuk mengurangi tingkat infeksi nosokomial di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Page 11: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

xi

ABSTRACT

A research have been done to identify bacteria cause nosocomial infection in metal equipments used repeatedly before and after sterilization at IGD room of Dr. Wahidin Sudirohusodo Hospital. This research is aimed knowing and identify bacteria that exist metal equipments before and after sterilization. The research was an observational study using descriptive approach. The total sample is nine in the research with four different treatments. The results of the research indicate that bacteria identified in metal equipment before sterilization (treatment 1,2 dan 3) for hetting set equipments such as scissors and crooked artery clamp are inhabited by Streptococcus sp bacteria, while tweezers is inhabited by Staphylococcus epidermidis and Streptococcus sp bacteria. There are Staphylococcus aureus bacteria in GP set like scissors, while Staphylococcus aureus and Streptococcus sp bacteria are found in tweezers. Streptococcus sp and Staphylococcus aureus bacteria are found in hack and crooked scissors equipments, while the growth of bacteria is not found after sterilization using autoclave (treatment 4). Based on the results of the research it is concluded that the bacteria found in metal equipments used repeatedly in IGD room before sterilization (treatment 1,2 dan 3) are Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, and Streptococcus sp, but there is no growth of bacteria found after sterilization (treatment 4), This proves that sterilization process of metal equipments used repeatedly at IGD room is already good and required a high level sterilization method using autoclave to reduce nosocomial infection level of Dr. Wahidin Sudirohusodo hospital Makassar.

Page 12: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

xii

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN SAMPUL ................................................................... i

HALAMAN PENUNJUK SKRIPSI ............................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................... x

ABSTRACT ................................................................................. xi

DAFTAR ISI ................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ......................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................. xvii

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ............................ xviii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................... 5

II.1. Infeksi Nosokomial ............................................... 5

II.1.1. Pengertian Infeksi Nosokomial ............................ 5

II.1.2. Faktor Faktor yang Berhubungan pada

Infeksi Nosokomial ............................................... 5

II.1.3. Transmisi Penyebaran Mikroorganisme .............. 6

II.1.4. Rute Penularan Infeksi Nosokomial ..................... 9

Page 13: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

xiii

II.1.5. Sumber Infeksi Nosokomial ................................. 11

II.1.6. Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial ... 12

II.1.7. Pengendalian dan Pencegahan Infeksi

Nosokomial ......................................................... 13

II.2. Bakteri Patogen di Rumah Sakit .......................... 15

II.2.1. Patogenitas Bakteri .............................................. 17

II.2.2. Flora Normal Serta Hubungannya dengan

Hospes dan Lingkungannya ............................... 17

II.2.3. Flora Normal ....................................................... 18

II.3. Instalasi Gawat Darurat (IGD).............................. 19

II.3.1. Peningkatan Fasilitas Instalasi Gawat Darurat..... 19

II.4. Antiseptik dan Desinfektan .................................. 21

II.4.1. Antiseptik ............................................................. 22

II.4.2. Disinfektan ........................................................... 24

II.5. Sterilisasi ............................................................. 28

II.5.1. Sterilisasi dan Aplikasinya di Rumah Sakit .......... 28

II.6. Beberapa Media yang Digunakan Untuk

Identifikasi Bakteri ............................................... 33

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ...................................... 36

III.1. Desain Penelitian ................................................ 36

III.2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................. 36

III.2.1. Tempat Penelitian ................................................ 36

III.2.2. Waktu Penelitian ................................................. 36

III.3. Populasi dan Sampel Penelitian ......................... 36

Page 14: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

xiv

III.4. Kriteria Sampel ................................................... 37

III.5. Kerangka Konsep ................................................ 37

III.6. Defenisi Operasional .......................................... 38

III.7. Alat dan Bahan Penelitian ................................... 39

III.7.1. Alat Penelitian ...................................................... 39

III.7.2. Bahan Penelitian .................................................. 39

III.8. Prosedur Kerja ..................................................... 40

III.8.1. Pengambilan Sampel ........................................... 40

III.8.2. Isolasi Bakteri ke Medium BHIB ........................... 40

III.8.3. Pewarnaan Gram ................................................ 40

III.8.4. Inokulasi Bakteri ke Medium MCA ....................... 41

III.8.5. Inokulasi Bakteri ke Medium BAP ........................ 41

III.8.6. Uji Biokimia .......................................................... 41

III.9. Pengamatan ........................................................ 44

III.10. Interpretasi Hasil .................................................. 44

III.11. Analisis Data ........................................................ 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................... 46

IV.1. Hasil Penelitian ................................................... 46

IV.2. Pembahasan ...................................................... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 57

V.1. Kesimpulan ......................................................... 57

V.2. Saran .................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 58

LAMPIRAN ................................................................................... 61

Page 15: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

xv

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1. Kuman Penyebab Infeksi ........................................................ 12

2. Jenis Bakteri pada Peralatan Hetting Set ............................... 47 3. Jenis Bakteri pada Peralatan GP Set ..................................... 48 4. Jenis Bakteri pada Peralatan Hack dan Gunting bengkok ...... 48

5. Hasil Biakan Kontrol ............................................................... 48

Page 16: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Gambar Skema Rantai Penularan Infeksi Nosokomial ......... 10

2. Gambar Media ...................................................................... 65

3. Gambar Peralatan instrumen bedah minor set. .................... 67

4. Gambar Mesin washer dan autoclave ................................... 67

Page 17: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Alur Penelitian ...................................................................... 61

2. Hasil Pengamatan Pengujian Sampel................................... 62

3. Skema Pewarnaan Gram ...................................................... 64

4. Gambar Media ...................................................................... 65

5. Gambar Peralatan instrumen bedah minor set .................... 67

6. Gambar Mesin Washer dan Autoclave ................................. 67

Page 18: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

xviii

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang/singkatan Arti

IGD Instalasi Gawat Darurat

IN Infeksi Nosokomial

RS Rumah Sakit

PBS Phosphate Buffer Saline

BAP Blood Agar Plate

MCA Mac Conkey Agar

BHIB Brain Heart Infusion Broth

TSIA Triple Sugar Iron Agar

SCA Simon Citrat Agar

SIM Sulfite Indol Motility

MR Metil Red

VP Voges Proskauer

GB Glukosa Broth

LB Lactosa Broth

SB Sukrosa Broth

MSA Manitol Salt Agar

VJA Vogel-Johnson Agar

CSSD Central Sterilization Supply Departement

DTT Disinfeksi Tingkat Tinggi

Page 19: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

1

BAB I

PENDAHULUAN

Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan

diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan

penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang

dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (1).

Dari kegiatan tersebut, rumah sakit dapat menjadi media

pemaparan/penularan bagi para pasien, petugas maupun pengunjung

oleh agen (komponen penyebab) penyakit yang terdapat di dalam lingkup

rumah sakit yang disebut dengan infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial

adalah infeksi yang diperoleh selama penderita mendapatkan perawatan

di rumah sakit. Infeksi nosokomial, tidak hanya meningkatkan angka

kematian, angka sakit dan penderitaan, tetapi juga meningkatkan biaya

perawatan dan pengobatan yang harus ditanggung penderita. Sekitar 5-

15% penderita yang dirawat dirumah sakit mengalami infeksi nosokomial

(2,3,4).

Presentase infeksi nosokomial di rumah sakit dunia mencapai 9%

(variasi 3-21%) atau lebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit

seluruh dunia mendapatkan infeksi nosokomial. Suatu penelitian yang

dilakukan oleh World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa

Page 20: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

2

sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa,

Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik menunjukkan adanya infeksi

nosokomial, dan untuk Asia Tenggara sebanyak 10,0% (5).

Meskipun prevalensinya secara global belum dapat ditentukan,

diperkirakan setiap tahun ratusan juta pasien di dunia mengalami infeksi

nosokomial. Di Eropa, setiap tahun diperkirakan lebih dari 4 juta pasien

mengalami infeksi nosokomial, sementara pada tahun 2002 di Amerika,

diperkirakan 1,7 juta pasien mengalami infeksi nosokomial (5).

Berdasarkan data dari beberapa penelitian pada tahun 1995-2010,

prevalensi infeksi nosokomial di negara-negara berpendapatan tinggi

berkisar antara 3,5-12%, sementara prevalensi di negara-negara

berpendapatan rendah dan menengah berkisar antara 5,7-19,1%,

termasuk di Indonesia berkisar 7,1%. (6).

Di RS Dr. Sardjito Yogyakarta, angka kejadian infeksi nosokomial

tahun 2005 sebesar 7,95%. Data dari RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

sendiri yang merupakan rumah sakit rujukan di Makassar menyebutkan

bahwa kejadian infeksi nosokomial pada trimester III tahun 2009 sebesar

4,4% (5).

Adapun faktor yang berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi

sebagai sumber penularan infeksi nosokomial adalah dapat berasal dari

penderita sendiri sebagai sumber infeksi, petugas rumah sakit (perawat,

dokter), lingkungan rumah sakit, dan peralatan rumah sakit. Untuk

peralatan rumah sakit seperti instrumen bedah sebagai media perantara

Page 21: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

3

yang mudah terkontaminasi, dimana cara penularannya yang secara

langsung kontak dengan bagian tubuh yang memiliki risiko menularkan

penyakit infeksi oleh mikroorganisme yang sangat tinggi. Untuk itu

sebelum melakukan pembedahan peralatan instrumen bedah harus dalam

keadaan steril, agar mikroorganisme tidak dapat masuk kedalam luka dan

tidak terjadi infeksi. Untuk hal tersebut maka sangatlah penting bila

sterilitas instrumen bedah tetap terpelihara, sehingga dalam suatu

pembedahan sterilitas instrumen bedah minor mutlak diperlukan (7,8,9).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang

timbul yaitu apakah terdapat bakteri penyebab infeksi nosokomial pada

sampel peralatan logam intrumen bedah minor set sebelum dan sesudah

disterilisasi di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Dr. Wahidin

Sudirohusodo.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bakteri

penyebab infeksi nosokomial pada sampel peralatan logam instrumen

bedah minor set sebelum dan sesudah disterilisasi, dan untuk mengetahui

penanganan, tindakan, dan efektifitas dari proses sterilisasi untuk

peralatan logam instrumen bedah yang dipakai diruang IGD RS Dr.

Wahidin Sudirohusodo.

Manfaat dari penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah

tentang bakteri penyebab infeksi nosokomial yang terdapat pada

peralatan instrumen bedah minor set pada ruang IGD, dapat menambah

wawasan dan pengetahuan tentang proses sterilisasi yang baik dan

Page 22: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

4

benar, sebagai bahan acuan bagi instansi terkait sehingga dapat

membantu dalam upaya menekan dan mengendalikan infeksi nosokomial

di ruang IGD RS Dr. Wahidin Sudirohusodo.

Page 23: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Infeksi Nosokomial

II.1.1. Pengertian Infeksi Nosokomial

Infeksi adalah proses masuknya mikroorganisme pada seorang

hospes yang rentan dimasuki oleh agen-agen infeksius yang tumbuh dan

memperbanyak diri dan terjadi kolonisasi sehingga dapat menimbulkan

penyakit. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di

rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu

dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial (10,11).

Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan

tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi

penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang

baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada di rumah sakit

baru disebut infeksi nosokomial (10,11,12).

II.1.2. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Infeksi Nosokomial

Seperti diketahui bahwa infeksi nosokomial adalah infeksi yang

terjadi di rumah sakit dan menyerang penderita-penderita yang sedang

dalam proses asuhan keperawatan. Infeksi nosokomial terjadi karena

adanya transmisi mikroba patogen yang bersumber dari lingkungan rumah

sakit dan perangkatnya. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan medis

tidak mungkin lepas dari keberadaan sejumlah mikroba patogen. Hal ini

Page 24: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

6

dimungkinkan karena rumah sakit merupakan tempat perawatan segala

macam jenis penyakit dan gudangnya mikroba patogen (13).

Secara umum faktor yang mempengaruhi infeksi nosokomial

adalah:

1. Faktor dari luar (ekstrinsik)

Faktor ini berkaitan dengan sterilitas ruangan perawatan, peralatan

medis, petugas (dokter, perawat), lingkungan/bangsal, jumlah

pengunjung dalam suatu ruangan, dan jenis tindakan yang dilakukan.

2. Faktor dari dalam (intrinstik)

Faktor ini berkaitan dengan usia pasien, jenis kelamin pasien, status

gizi pasien dan status imunologis (7,13).

Selain faktor yang ada diatas terdapat juga faktor-faktor lain yang

juga berperan memberi peluang timbulnya infeksi nosokomial, faktor-faktor

tersebut adalah sebagai berikut :

a) Faktor keperawatan seperti lamanya hari perawatan, menurunnya

standar perawatan, serta padatnya penderita dalam satu ruangan.

b) Faktor mikroba patogen seperti tingkat kemampuan invasi serta tingkat

kemampuan merusak jaringan, lamanya pemaparan antara sumber

penularan (reservoir) dengan penderita (13).

II.1.3. Transmisi Penyebaran Mikroorganisme

Transmisi mikroorganisme di rumah sakit dapat terjadi dengan

berbagai cara. Ada lima cara terjadinya trasmisi mikroorganisme yaitu:

contact, droplet, airbone, common vehicle, dan vectorborne (14).

Page 25: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

7

1. Contact transmission

Contact transmission adalah yang paling sering pada infeksi

nosokomial, dibagi dalam dua grup; direct contact, dan indirect contact.

a. Direct contact (kontak langsung): transmisi mikroorganisme langsung

dari permukaan tubuh ke permukaan tubuh lain, seperti saat

memandikan, membalikkan pasien, kegiatan asuhan keperawatan

yang menyentuh permukaan tubuh pasien, dapat juga terjadi di antara

dua pasien (14).

b. Indirect contact (kontak tidak langsung): kontak dengan kondisi orang

yang lemah melalui peralatan yang terkontaminasi, seperti peralatan

instrumen bedah yang terkontaminasi, jarum, alat dressing, tangan

yang terkontaminasi tidak dicuci, dan sarung tangan tidak diganti di

antara pasien, peralatan makan dan minum, peralatan laboratorium,

peralatan infus/transfusi (13,14).

2. Droplet transmission (Percikan)

Secara teoritikal merupakan bentuk kontak transmisi, namun

mekanisme transfer mikroorganisme patogen ke pejamu agak ada jarak

dari transmisi kontak. Mempunyai partikel sama atau lebih besar dari 5

mikron. Droplet transmisi dapat terjadi ketika batuk, bersin, berbicara, dan

saat melakukan tindakan khusus, seperti saat melakukan pengisapan

lendir, dan tidakan broschoskopi. Transmisi terjadi ketika droplet berisi

mikroorganisme yang berasal dari orang terinfeksi dalam jarak dekat

melalui udara menetap/tinggal pada konjuntiva, mukosa, hidung, dan

Page 26: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

8

mulut yang terkena. Karena droplet tidak meninggalkan sisa di udara,

maka penangan khusus udara dan ventilasi tidak diperlukan untuk

mencegah droplet transmisi (14).

3. Airbone transmission (melalui udara)

Udara tidak pernah bersih, tetapi selalu dicemari debu dari tanah,

berbagai uap dari manusia, dan oleh sekret yang keluar dari mulut,

hidung, tenggorok manusia. Bila saluran napas terifeksi, maka mikroba

patogen ikut tersebar. Transimisi melalui udara yang terkontaminasi

dengan mikroorganisme patogen terjadi ketika menghirup udara yang

mengandung mikroorganisme patogen. Mikroorganisme dapat tinggal di

udara beberapa waktu sehingga penanganan khusus udara dan ventilasi

perlu dilakukan. Mikroba patogen dalam udara masuk kedalam saluran

napas penjamu dalam bentuk droplet nuclei yang dikeluarkan oleh

penderita saat batuk atau bersin, bicara atau bernafas melalui mulut atau

hidung. Sedangkan dust merupakan partikel yang terbang bersama debu

lantai/tanah. Penularan melalui udara ini umumnya mudah terjadi di dalam

ruangan yang tertutup seperti di dalam gedung, ruangan/bangsal/kamar

perawatan, atau pada laboratorium klinik. Mikroorganisme yang

ditransmisi melalui udara adalah mycrobacterium tubercolusis, rubeola,

dan varicella virus (13,14,15).

Page 27: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

9

4. Common Vehicle Transmission

Transmisi mikroorganisme melalui makanan, minuman, alat

kesehatan, dan peralatan lain yang terkontaminasi dengan

mikroorganisme patogen (14).

5. Vectorborne transmission

Transmisi mikroorganisme melalui vector seperti nyamuk, lalat,

tikus, serangga lainnya (14).

II.1.4. Rute Penularan Infeksi Nosokomial

Terjadinya infeksi nosokomial dapat disebabkan beberapa elemen

yaitu :

1. Agen infeksius

Infeksi nosokomial dapat disebabkan oleh beberapa macam agen

penyakit berupa bakteri, virus, jamur, protozoa, dan macam-macam agen

agen penyakit ini ditentukan pula oleh patogenitas, daya invasi, dan dosis

infeksinya (16).

2. Reservoir

Reservoir adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi

dapat atau tidak berkembang biak. Reservoir yang paling umum adalah

tubuh manusia. Berbagai mikroorganisme hidup pada kulit dan dalam

rongga tubuh, cairan dan keluaran (16).

3. Portal keluar

Setelah mokroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan

berkembang biak, mereka harus menemukan jalan keluar mereka dan

Page 28: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

10

masuk ke penjamu lain lalu menyebabkan penyakit. Mikroorganisme dapat

keluar melalui berbagai tempat, seperti kulit dan membran mukosa, traktus

urinarius, traktus gastrointestinal, traktus reproduktif dan darah (16).

4. Penularan

Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoir ke

penjamu (host) penyakit infeksius tertentu cenderung ditularkan secara

lebih umum melalui cara yang spesifik. Mikroorganisme yang sama dapat

ditularkan melalui lebih dari satu rute, misalnya herpes zoster dapat

disebabkan melalui udara dalam nuklei droplet atau melalui kontak

langsung.

Meskipun cara utama penularan mikroorganisme adalah tangan

dari pemberi layanan kesehatan, hampir semua objek dalam lingkungan

dapat menjadi alat penularan patogen (16).

5. Portal masuk

Organisme dapat masuk kedalam tubuh melalui rute yang sama

dengan yang digunakan untuk keluar. Faktor-faktor yang menurunkan

daya tahan tubuh memperbesar kesempatan mikroorganisme patogen

masuk kedalam tubuh (16).

Gambar II.1. Skema Rantai Penularan infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial dan kewaspadaan universal (17).

Page 29: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

11

II.1.5. Sumber Infeksi Nosokomial

Sumber infeksi nosokomial dapat berasal dari pasien, petugas

rumah sakit, pengunjung ataupun lingkungan rumah sakit. Selain itu

setiap tindakan baik tindakan invasif maupun non invasif yang akan

dilakukan pada pasien mempunyai resiko terhadap infeksi nosokomial.

Sumber infeksi tindakan invasif (operasi) adalah :

1. Petugas :

a. Tidak/kurang memahami cara-cara penularan

b. Tidak/kurang memperhatikan kebersihan perorangan

c. Tidak menguasai cara mengerjakan tindakan

d. Tidak memperhatikan/melaksanakan aseptik dan antiseptik

e. Tidak mematuhi SOP (standar operating procedure)

f. Menderita penyakit tertentu/infeksi/carier

2. Alat :

a. Kotor

b. Tidak steril

c. Rusak/karatan

d. Penyimpanan kurang baik

3. Pasien:

a. Persiapan diruang rawat kurang baik

b. Higiene pasien kurang baik

c. Keadaan gizi kurang baik (malnutrisi)

d. Sedang mendapat pengobatan imunosupresif

Page 30: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

12

4. Lingkungan

a. Penerangan/sinar matahari kurang cukup

b. Sirkulasi udara kurang baik

c. Kebersihan kurang (banyak serangga, kotor, air tergenang)

d. Terlalu banyak peralatan diruangan

e. Banyak petugas diruangan (14,18).

II.1.6. Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial

Mikroorganisme penyebab infeksi dapat berupa : bakteri, virus,

fungi dan parasit, penyebab utamanya adalah bakteri dan virus,

kadang-kadang jamur dan jarang disebabkan oleh parasit. Peranannya

dalam menyebabkan infeksi nosokomial tergantung dari patogenesis atau

virulensi dan jumlahnya (18).

Tabel II.1. Kuman Penyebab Infeksi

Golongan Mikroorganisme

Coccus Gram positif Staphylococcus aureus, Streptococci group A, B, C, dan G, Enterococci, Micrococcus, Enterococcus

Anaerobic Bacilli

Histotoxic clostridia, Clostridium tetanii, golongan bukan spora Gram negatif

Aerobic bacilli Gram negatif Samonella, Shigella, E.coli, Proteus vulgaris, Klebsiella, Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter, Enteribacter spp, Serratia spp, Flavobacterium meningosepticum, Alcaligenes faecalis, Vibrio cholera

Bakteri lain Corynebacterium diphteriae, Listeria, Mycobacterium tuberculosis, Anonymous mycobacteria, Bordetella pertussis

Virus Hepatitis, Chickenpox, Influenza, Herpes simplex, Cytomegalovirus, Measles, Rubella, rotavirus

Jamur Candida, Nocardia, Moulds, Histoplasma, Coccidioides, Cryptococcus

Parasit Pneumocytis, Toxoplasma

(7,19).

Page 31: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

13

II.1.7. Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Nosokomial

Pengendalian infeksi nosokomial adalah kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan serta pembinaan dalam

upaya menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit.

Center for disease control and prevention menjelaskan bahwa salah satu

pengendalian infeksi nosokomial adalah cuci tangan dan penggunaan alat

pelindung. Intervensi lainnya seperti pemasangan dan perawatan yang

tepat dari peralatan invasif, penggunaan alat steril dan aseptik pada waktu

pergantian balutan, perawatan kebersihan kulit, dekontaminasi dan

sterilisasi serta survailans yang berkelanjutan terhadap infeksi nosokomial

(14,18).

Adapun tindakan pencegahan infeksi nosokomial dapat dilakukan

beberapa cara antara lain :

1. Aseptik adalah tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan

yang menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk mencegah

masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar

akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau

menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda

hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan

aman digunakan (20).

2. Antiseptik adalah upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh

atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan

Page 32: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

14

jaringan tubuh lainnya. Antiseptik merupakan bahan kimia untuk tujuan

antisepsis. Antiseptik untuk cuci tangan seperti sabun antiseptik dan

cairan antiseptik untuk tangan yang digosokkan ke seluruh permukaan

tangan untuk meminimalkan pertumbuhan mikroorganisme tanpa

mengunakan air atau handuk. Kegiatan ini dilakukan pada kondisi

tertentu ketika air tidak memungkinkan (21).

3. Antisepsis merupakan upaya membuat kondisi bebas mikroba pada

jaringan hidup dengan menggunakan bahan kimia (antiseptik) atau

membuat keadaan bebas mikroba patogen pada jaringan hidup

dengan cara disinfeksi (13).

4. Cuci tangan adalah kegiatan dengan air mengalir yang ditambahkan

sabun antiseptik yang bertujuan untuk membersihkan tangan dari

kotoran dan mikroorganisme sementara dari tangan (21).

5. Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat

ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas

pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah

meja pemeriksaan, alat-alat kesehatan, dan sarung tangan yang

terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh di saat prosedur

bedah/tindakan dilakukan (20).

6. Pencucian adalah suatu tindakan menghilangkan semua darah, cairan

tubuh atau setiap benda asing seperti debu dan kotoran (20).

7. Sterilisasi adalah tindakan menghilangkan mikroorganisme (bakteri,

jamur, virus) termasuk bakteri endospora dari benda mati (20).

Page 33: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

15

8. Disinfeksi adalah tindakan/upaya menghilangkan/memusnahkan

semua bentuk mikroorganisme, kecuali spora dengan memanfaatkan

bahan kimia, baik yang ada pada jaringan hidup ataupun pada benda

mati (13,21).

II.2. Bakteri Patogen di Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit atau

pasien, sehingga jumlah dan jenis kuman penyakit yang ada lebih banyak

dari pada ditempat lain. Berbagai jenis mikroba patogen yang berasal dari

berbagai sumber reservoir, dan sekaligus sebagai wilayah yang

memungkinkan terjadinya proses penularan, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Pasien mempunyai daya tahan tubuh rendah,

sehingga mudah tertular. Sebagian mikroba patogen berasal dari

penderita-penderita, baik yang menjalani rawat jalan maupun rawat inap,

berada di poliklinik maupun di ruangan/bangsal perawatan (13,18).

Rumah sakit sering kali melakukan tindakan invasif mulai dari

sederhana misalnya suntikan sampai tindakan yang lebih besar seperti

operasi. Dalam melakukan tindakan sering kali petugas kurang

memperhatikan tindakan aseptik dan antiseptik. Mikroorganisme yang

ada cenderung lebih resisten terhadap antibiotik, akibat penggunaan

berbagai macam antibiotik yang sering tidak rasional. Adanya kontak

langsung antara pasien atau petugas dengan pasien, yang dapat

menularkan kuman patogen dan penggunaan alat-alat kedokteran yang

terkontaminasi dengan kuman (18).

Page 34: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

16

Jenis bakteri patogen yang dapat ditemukan di rumah sakit antara

lain : Acinetobacter calcoaceticus, Escherichia coli, Enterobacter

aerogenes, Klebsiella sp, Proteus mirabilis, Proteus morganii, Proteus

vulgaris, Pseudomonas sp, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus

aureus, Streptococcus haemolyticus, Streptococcus anhaemolyticus (13).

Staphylococcus aureus banyak ditemukan pada beberapa jenis

infeksi seperti abses, infeksi luka, pneumonia, dan infeksi lainnya, karena

itu Staphylococcus aureus dapat masuk kedalam aliran darah sehingga

dapat menyebabkan abses pada berbagai organ tubuh. Bakteri ini

berbentuk coccus yang sering bergerombol seperti buah anggur, dan

bersifat Gram positif (22).

Staphylococcus epidermidis adalah bakteri coccus Gram positif

yang merupakan bakteri penyebab infeksi yang ringan pada kulit yang

disertai dengan abses yang ringan, bahkan bakteri ini sering diisolasi dari

spesimen klinik seperti urin, darah, terutama penderita yang diopname

yang telah mengalami perlakuan medis tertentu misalnya pemasangan

kateter (22).

Streptococcus termasuk bakteri Gram positif coccus yang khasnya

berpasangan atau membentuk rantai selama pertumbuhannya. Organisme

ini banyak terdapat di alam, beberapa kelompok Streptococcus

merupakan flora normal manusia, kelompok lainnya berhubungan dengan

penyakit penting yang sebagian disebabkan oleh infeksi Sterptococcus

dan sebagian lagi karena proses sensitisasi terhadap bakteri ini (23).

Page 35: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

17

II.2.1. Patogenitas Bakteri

Patogenitas infeksi oleh mikroorganisme seperti pada bakteri

adalah sejak awal dari proses infeksi sampai mekanisme timbulnya tanda-

tanda dan gejala penyakit. Ciri-ciri bakteri yang bersifat patogen yaitu

mempunyai kemampuan menularkan, melekat pada sel inang, menginvasi

sel inang dan jaringan, mampu untuk meracuni dan mampu untuk

menghindari dari sistem kekebalan inang. Infeksi yang disebabkan oleh

beberapa bakteri yang secara umum dianggap patogen tidak

menampakkan gejala atau bersifat asimptopatik. Penyakit dapat terjadi

apabila bakteri atau reaksi imunologi yang ditimbulkan dapat

menyebabkan suatu bahaya bagi seseorang (24).

II.2.2. Flora Normal Serta Hubungannya dengan Hospes dan

Lingkungannnya

Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan

berbagai macam mikroorganisme yang dapat menginfeksi dan

membahayakan atau merusak inang. Mikroorganisme yang telah

menemukan tempat yang tetap pada bagian tubuh manusia disebut flora

normal. Keberadaan flora normal tersebut dapat dikatagorikan sebagai

pembantu (simbion), tidak membahayakan (komensal), dan berpotensi

membahayakan (oportunis). Pada keadaan tertentu bahwa simbion

mungkin dapat menimbulkan bahaya dan berubah menjadi patogen (24).

Dalam hubungan simbiosis mikroorganisme akan saling

menguntungkan. Mikroorganisme yang hidup pada inang dan tidak

Page 36: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

18

memberikan tanda-tanda yang menguntungkan atau dapat

membahayakan disebut komensal. Oportunis adalah mikroorganisme

yang membahayakan dapat berupa mikroorganisme patogen,

mikroorganisme ini kelihatannya tidak mempunyai kemampuan untuk

menginvasi dan menyebabkan penyakit pada orang sehat, tetapi dalam

keadaan lainnya seperti adanya luka-luka atau pasca operasi, maka

mikroorganisme ini dapat menginvasi dan bertindak sebagai

mikroorganisme patogen (24).

II.2.3. Flora Normal

1. Flora Normal Pada Kulit

Kulit secara konstan berhubungan dengan bakteri dari udara atau

dari benda-benda, tetapi kebanyakan bakteri ini tidak tumbuh pada kulit

karena kulit tidak sesuai untuk pertumbuhan bakteri. Kebanyakan bakteri

ini adalah spesies Staphylococcus (kebanyakan Staphylococcus aureus

dan Staphylococcus epidermidis) (25).

2. Flora Normal pada Hidung

Bakteri yang paling sering dan hampir selalu dijumpai di dalam

hidung adalah difteroid, Staphylococcus yaitu Staphylococcus aureus.

Umum juga ditemukan Staphylococcus epidermidis. Di dalam bagian

kerongkongan hidung dapat juga dijumpai bakteri Brauhamella catarrhalis

(suatu coccus Gram negatif) dan Haemophilus influenza (suatu batang

Gram negatif) (25).

Page 37: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

19

3. Flora Normal pada Mulut

Kelembapan yang tinggi adanya makanan terlarut secara konstan

dan juga partikel-partikel kecil makanan membuat mulut merupakan

lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri. Mikroorganisme pada mulut

antara lain : Lactobacillus, Spirocheta, berbagai coccus (terutama

Streptococcus viridan), basil pembentuk spora, koliform dan basil

fusiformis (24).

II.3. Instalasi Gawat Darurat

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang

rumah sakit bahwa gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang

membutuhkan tindakan medis segera guna menyelamatkan nyawa dan

pencegahan kecacatan lebih lanjut (26).

Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mana penderita

memerlukan pemeriksaan medis segera guna menyelamatkan nyawa dan

pencegahan kecacatan lebih lanjut, apabila tidak dilakukan akan berakibat

fatal bagi penderita. Instalasi gawat darurat (IGD) adalah salah satu unit di

rumah sakit yang harus dapat memberikan pelayanan darurat kepada

masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan

sesuai dengan standar (27).

II.3.1. Peningkatan Fasilitas Instalasi Gawat Darurat

Peningkatan fasilitas Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit

mengacu pada SK Menteri Kesehatan No.856/MENKES/SK/IX/2009

tentang Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit, dan disesuaikan

Page 38: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

20

dengan kebutuhan dan ketersediaan dana dengan prioritas sebagai

berikut:

1. Pengadaan Peralatan Kesehatan

Alat kesehatan yang dapat digunakan untuk mendiagnosa,

menangani, monitor dan mengevakuasi (proses rujukan) serta alat medis

pendukung untuk penanggulangan penderita gawat darurat yaitu :

1. Trauma (Bedah)

2. Non Trauma yaitu : kegawatdaruratan jantung, kegawatdaruratan

penyakit dalam, kegawatdaruratan kebidanan, kegawatdaruratan anak

dan neonates, kegawatdaruratan neurologi, psikiatri, dll

Jenis peralatan medis yang diprioritaskan adalah sebagai berikut:

Set bedah minor, tabung oksigen, alat ventilasi manual, alat pengisap,

laringoskop dan pipa endotrakheal, cairan infus dan set infus serta alat

pompa infus, Electro Cardio Graphy (ECG) dengan 12 titik pantau untuk

diagnosis, defibrillator, anti bisa dan tetanus, Military Anti Shock Trousers

(MAST Suit) untuk anak dan dewasa, alat untuk pemasangan Water

Sealed Drainage (WSD), respirator, humidifyer, resusitasi, alat Central

Venous Pressure (CVP) (28).

Alat-alat bedah yang dipakai dibungkus dengan plastik dan di

sterilkan di unit sterilisasi yang berada di rumah sakit, dan diberi nama tiap

bungkusannya. Peralatan instrumen dasar yang diperlukan adalah :

Pengait luka bengkok langenbeck, pengait luka bergigi tajam satu, pengait

luka bergigi tajam enam, pinset anatomis, gunting bengkok, gunting lurus,

Page 39: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

21

kerontang, naald voerder, klem arteri lurus, klem arteri bengkok, forsep

kolesistotomi dll. Fasilitas dan peralatan yang disediakan di Unit Gawat

Darurat, harus menjamin efektifitas dan efisiensi bagi pelayanan gawat

darurat dalam waktu 24 jam, 7 hari dalam seminggu secara terus menerus

(9,29).

II.4. Antiseptik dan Disinfektan

Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial sangat terkait

dengan upaya untuk mengeliminasi mikroba patogen. Penderita akan

selalu terancam oleh kehadiran mikroba patogen yang bersarang pada

benda-benda di sekitarnya, seperti peralatan medis dan non medis yang

ada di ruang perawatan. Bahkan udara juga ikut memberikan kontribusi

terjadinya infeksi noskomial, termasuk juga petugas yang merawat pasien

(13).

Pentingnya kesadaran akan keadaan di mana kondisi bebas dari

segala mikroba patogen, maka diperlukan upaya untuk mengeliminasi

mikroba patogen dari segala peralatan, terutama peralatan yang langsung

digunakan pada prosedur atau tindakan medis serta mikroba patogen

yang melekat pada petugas. Demikian juga untuk setiap prosedur atau

tindakan medis/perawatan yang dilakukan pada pasien, yang akan

berisiko masuknya mikroba patogen ke tubuh penderita. Oleh karena itu,

diperlukan adanya antiseptik dan disinfektan (13).

Antiseptik dan disinfektan adalah bahan kimia yang sangat penting

dalam praktik kedokteran. Kedua bahan ini memiliki fungsi yang sama,

Page 40: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

22

yaitu menghambat pertumbuhan atau mematikan berbagai mikroba

patogen, namun memiliki aplikasi dan efektivitas yang berbeda-beda.

Disinfektan merupakan bahan kimia untuk disinfeksi pada benda mati (13).

Untuk lebih memudahkan dapat dilihat gambar berikut :

Jaringan hidup : menggunakan antiseptik

Disinfeksi

Jaringan/Benda mati : menggunakan disinfektan (13).

II.4.1. Antiseptik

Antiseptik secara umum adalah disinfektan yang nontoksik karena

digunakan untuk kulit, mukosa, atau jaringan hidup lainnya, dimana

antiseptik harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Memiliki spektrum yang luas, artinya efektif dalam membunuh bakteri,

virus, jamur, dan sebagainya

2. Tidak merangsang kulit ataupun mukosa

3. Toksisitas atau daya absorpsi melalui kulit mukosa rendah

4. Efek kerjanya cepat dan bertahan lama

5. Efektivitasnya tidak terpengaruh oleh adanya darah atau pus (13).

Beberapa antiseptik yang banyak digunakan antara lain:

1. Alkohol

Alkohol adalah antiseptik yang banyak digunakan konsentrasi

optimum sebagai antiseptik adalah 70 %, dimana alkohol bekerja secara

cepat, mudah menguap, dan cepat kering. Sifatnya sebagai bakterisid

kuat (Gram positif dan Gram negatif, tetapi nonsporaidal), kegunaan

Page 41: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

23

alkohol sebagai antiseptik sebelum tindakan menyuntik dan mencuci

iodium dari kulit (13).

2. Iodium

Antiseptik iodium sangat kuat dan bekerja cepat serta berspektrum

luas, kegunaannya sebagai antiseptik kulit sebelum operasi kecuali untuk

daerah wajah dan genitalia eksterna, tetapi untuk kulit sensitif dapat

menimbulkan iritasi, dermatitis, atau menimbulkan warna coklat (13).

3. Povidon iodine

Povidon iodine jauh lebih efektif dibandingkan dengan iodium,

bersifat spektrum luas, tidak menimbulkan iritasi dan cocok untuk semua

jenis kulit dan mukosa, serta untuk mencuci luka kotor yang terinfeksi.

Povidon iodine ditemukan pada betadine, septadine, isodine (13).

4. Klorheksidin

Merupakan senyawa biguanid yang bersifat bakterisid dan fungisid

sangat efektif untuk Staphylococcus aureus, Pseudomonas, dan Proteus,

tidak merangsang kulit dan mukosa. Klorheksidin ditemukan pada

Hibiscrub yang digunakan untuk mencuci tangan sebelum operasi dan

setelah pemeriksaan penderita penyakit menular, Savlon untuk mencuci

luka bakar (bersih dan kotor) dan mencuci luka yang terinfeksi, Hibitane

digunakan untuk mencuci kulit sebelum operasi dan mencuci luka bersih

dan luka kotor (13).

Page 42: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

24

5. Heksaklorofen

Heksaklorofen bekerja lambat dan tidak merangsang bersifat

bakterisid terhadap bakteri Gram positif dan fungistatik. Kegunaannya

untuk mencuci tangan sebelum operasi dan setelah memeriksa penderita

penyakit menular (13).

II.4.2. Disinfektan

Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk disinfeksi

pada benda mati. Semua peralatan yang digunakan di rumah sakit perlu

didisinfeksi termasuk kamar dan peralatan yang tidak kontak langsung

dengan pasien seperti kamar bedah, ruangan perawatan, meja operasi,

dan peralatan medis. Disinfektan yang baik harus memenuhi syarat

sebagai berikut :

1. Mempunyai spektrum luas.

2. Daya absorpsinya rendah pada karet, zat-zat sintetis, dan bahan

lainnya.

3. Tidak korosif (bereaksi secara kimiawi terhadap alat-alat medis).

4. Toksisitasnya rendah pada petugas.

5. Baunya tidak merangsang (13).

Peralatan medis yang telah selesai digunakan pada berbagai

prosedur dan tindakan medis dapat dipastikan terkena bahan organik

seperti pus, darah, potongan jaringan tubuh, serta terkontaminasi oleh

mikroba patogen. Oleh karena itu diperlukan adanya tindakan disinfektan.

Page 43: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

25

Sebelum proses disinfeksi dilakukan, peralatan medis harus diproses

lebih dahulu melalui dua fase perlakuan (13).

1. Fase dekontaminasi yang bertujuan untuk menginaktivasi serta

mengurangi jumlah mikroba patogen yang ada, agar peralatan medis

lebih aman saat ditangani oleh petugas pada fase berikutnya (fase

pembersihan). Secara teknis dikerjakan dengan merendam peralatan

medis dalam larutan klorin 0.3% selama 10 menit.

2. Fase pembersihan yaitu fase pembebasan peralatan medis secara fisik

dari kotoran, darah, pus, potongan jaringan tubuh yang melekat pada

peralatan medis, serta mikroba patogen yang tersisa dengan cara

menyikat /menggosok. Selanjutnya diikuti proses mencuci dengan

larutan sabun atau deterjen, membilas dengan air bersih, serta

mengeringkannya.

Setelah melalui kedua fase ini, akan diikuti dengan fase disinfeksi

dengan harapan disinfektan yang digunakan cukup efektif untuk

membunuh mikroba patogen yang ada. Bahan kimia disinfektan sangat

berpengaruh pada unsur protein mikroba patogen (13).

Beberapa disinfektan yang banyak digunakan antara lain :

1. Alkohol

Alkohol yang biasa digunakan adalah etil dan isopropil alkohol

dengan konsentrasi optimal 60-90%. Cukup efektif untuk membunuh

semua mikroba patogen dan tidak korosif terhadap logam, namun dapat

merusak bahan-bahan dari karet atau plastik. Alkohol cepat menguap

Page 44: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

26

sehingga waktu kontak sangat singkat, kecuali dengan merendamnya.

Alkohol banyak dipakai untuk disinfektan peralatan seperti termometer

oral/rektal, probe, USG, ambu bag (13).

2. Klorin

Memiliki efek kerja yang cepat dan kemampuannya menginaktivasi

mikroba cukup luas. Sangat bermanfaat untuk dekontaminasi peralatan

medis, sarung tangan termasuk juga peralatan nonmedis. Dapat

menyebabkan korosi bila konsentrasinya lebih dari 0.5% dengan waktu

pemaparan lebih dari 20 menit (13).

3. Formaldehid

Formaldehid memiliki nama dagang formalin dengan konsentrasi

efektif 8%, memiliki daya inaktivasi mikroba yang cukup luas, namun

menyebabkan iritasi pada mata, kulit, saluran nafas. Tidak korosif

terhadap peralatan metal. Biasanya terinaktivasi oleh materi organik. Pada

konsentrasi yang tinggi bersifat karsinogenik (13).

4. Glutaraldehid

Glutaraldehid merupakan derivat formaldehid, bersifat iritatif pada

kulit, mata, dan pernafasan. Tidak bersifat korosif terhadap bahan metal.

Baunya sangat menyengat sehingga diperlukan ventilasi ruangan yang

baik bahan yang sering digunakan adalah glutaraldehid 2% dengan nama

dagang cidex (13).

Page 45: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

27

5. Fenol

Fenol umumnya digunakan untuk disinfeksi lantai, dinding, serta

permukaan meja dan sebagainya. Nama dagangnya adalah lysol, kreolin

(13).

Pada perkembangan saat ini, teknik disinfeksi pada berbagai

peralatan medis/perawatan dapat menggunakan energi panas (termis),

yaitu melalui panasnya air (dengan direbus) dan melalui panasnya uap air

(dengan cara dikukus). Kedua cara ini disebut disinfeksi tingkat tinggi

(DTT). Efektivitasnya untuk membunuh mikroba patogen lebih tinggi,

namun tetap sebagai pengecualiannya adalah endospora bakteri (13).

Proses untuk disinfeksi tingkat tinggi (DTT) menggunakan energi

panas yang berasal dari air adalah dengan cara merebus dan dengan

cara mengukus (13).

Dengan demikian dikenal dua macam cara disinfeksi untuk

peralatan medis, yaitu dengan cara kimiawi dan dengan cara

memanfaatkan energi panas (13).

Dengan adanya tingkat kategori proses disinfeksi tersebut, serta

metode sterilisasi, maka pada tahun 1968 oleh Dr. E. H. Spaulding

mengelompokkan peralatan medis/perawatan berdasarkan risiko infeksi

yang mungkin timbul saat peralatan tersebut digunakan yaitu :

1. Peralatan kritis, yaitu peralatan/instrumen medis yang digunakan untuk

kontak dengan jaringan tubuh steril atau masuk ke dalam sirkulasi

Page 46: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

28

darah. Contohnya peralatan bedah, kateter jantung. Peralatan ini

memerlukan metode sterilisasi secara mutlak.

2. Peralatan semikritis, yaitu peralatan medis yang kotak dengan selaput

mukosa. Contohnya peralatan napas anastesi, endotracheal tube,

sistoskop. Untuk peralatan ini dapat digunakan dapat didisinfeksi

dengan metode sterilisasi mutlak atau dengan cara disinfeksi tingkat

tinggi (DTT).

3. Peralatan nonkritis, yaitu peralatan medis yang hanya kontak dengan

kulit saja. Contohnya spigmomanometer, steteskop, elektroda

diagnostik. Peralatan ini cukup didisinfeksi dengan cara disinfeksi

tingkat menengah atau sedang (13,21).

II.5. Sterilisasi

Steril artinya tidak didapatkannya mikroba yang tidak diharapkan

kehadirannya baik mikroba patogen maupun non patogen. Setiap proses

atau tindakan baik fisika, kimia, mekanik yang membunuh semua bentuk

kehidupan terutama mikroorganisme dan membuat suatu benda menjadi

steril disebut sterilisasi. Sterilisasi dalam pengertian medis adalah suatu

proses dimana hasil akhirnya dapat memberikan suatu keadaan yang

tidak dapat ditemukan lagi adanya mikroorganisme hidup (3,13,30).

II.5.1. Sterilisasi dan Aplikasinya di Rumah Sakit

Rumah sakit sebagai institusi penyedia layanan kesehatan

berupaya untuk mencegah terjadinya resiko infeksi bagi pasien dan

petugas rumah sakit, salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan

Page 47: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

29

rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, maka dilakukan pengendalian

infeksi di rumah sakit (31).

Metode sterilisasi sangat banyak, namun alternatif yang dipilih

tergantung pada keadaan serta kebutuhan setempat. Apapun Metodenya

harus tetap menjaga kualitas serta hasil sterilisasi. Kualitas hasil sterilisasi

harus terjaga mengingat risiko kontaminasi kembali saat penyimpanan

dan terutama saat akan digunakan dalam tindakan medis (13).

Jumlah dan ragam peralatan medis kritis yang

dibutuhkan/digunakan oleh berbagai unit palayanan di rumah sakit sangat

banyak dan harus siap setiap saat selama 24 jam penuh. Peralatan-

peralatan medis akan selalu memerlukan upaya sterilisasi berulang dari

satu pemanfaatan kepemanfaatan berikutnya. Unit ini disebut Central

Sterile Supply Departement (CSSD) (13).

Central Sterilization Supply Departement (CSSD) atau Instalasi

Pusat Pelayanan Sterilisasi merupakan suatu unit/departemen dari rumah

sakit yang menyelenggarakan proses pengelolaan perawatan medis steril

siap pakai. Dengan adanya pemusatan (sentralisasi), CSSD tinggal

mendistribusikan produk sterilisasinya ke semua unit pelayanan medis

dan menerima peralatan medis yang terkontaminasi dari unit yang sama.

Berikut beberapa metode sterilisasi, yaitu metode uap panas

bertekanan tinggi, metode panas kering, dan metode gas kimia.

Page 48: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

30

1. Metode uap panas bertekanan tinggi mempunyai prinsip dasar berupa

uap panas pada suhu, tekanan, dan waktu pemaparan tertentu mampu

membunuh mikroba patogen dengan cara denaturasi protein enzim

dan membran sel mikroba. Peralatan yang digunakan adalah sebuah

bejana dengan tutupnya yang dilengkapi dengan manometer,

termometer, termostat, dan pengatur tekanan sehingga suhu dan

tekanan uap panas dapat diatur. Sterilisator dengan metode uap panas

disebut autoclave, dengan cara kerja sebagai berikut :

1) Peralatan medis seperti instrumen, sarung tangan, linen

dimasukkan dalam kamar (chamber) dan diletakkan di atas rak-rak

yang tersedia.

2) Uap panas yang berasal dari pemanasan air dialirkan ke dalam

kamar (chamber) sehingga mendesak udara di dalam kamar.

Pemanasan air dilanjutkan hingga suhu uap air mencapai 121oC

karena adanya kenaikan tekanan.

3) Saat suhu efektif tercapai, maka hitungan waktu dimulai yaitu 20

menit untuk peralatan medis yang tidak terbungkus dan 30 menit

untuk peralatan medis yang terbungkus.

4) Setelah 20 atau 30 menit, katup pengatur tekanan dibuka sehingga

tekanan uap menurun dan diikuti dengan penurunan suhu.

Metode ini banyak digunakan karena aman, efektif, dan mudah

pelaksanaannya (13).

Page 49: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

31

2. Metode panas kering memiliki prinsip dasar yaitu melalui mekanisme

konduksi, panas akan diabsorpsi oleh permukaan luar dari peralatan

yang disterilkan, lalu panas akan merambat ke bagian yang lebih

dalam dari peralatan tersebut sampai suhu untuk sterilisasi tercapai

dengan merata. Mikroba terbunuh dengan cara oksidasi, di mana

protein mikroba akan mengalami koagulasi. Sterilisasi ini memakai

udara panas pada oven, sebuah bejana yang udara di dalamnya harus

dipanaskan dengan cara :

1) Pemanasan udara dalam oven dengan menggunakan gas atau

listrik suhunya dapat mencapai suhu 160-180oC.

2) Durasi untuk sterilisasi 1-2 jam lebih lama karena daya

penetrasinya tidak sebaik uap panas.

3) Digunakan untuk sterilisasi alat-alat dari gelas seperti tabung

reaksi, labu, cawan petri.

Metode ini banyak digunakan dan mudah, namun memerlukan

energi yang lebih besar (13).

3. Metode gas kimia memakai etilen oksida untuk membunuh mikroba

melalui reaksi kimia yaitu reaksi alkilasi di mana terjadi penggantian

gugus atom hidrogen pada sel mikroba dengan gugus alkil sehingga

mengganggu metabolisme dan reproduksi sel. Proses sterilisasi

menggunakan autoclave pada suhu 36-60oC serta konsentrasi gas

kurang dari 400 mg/liter. Prosesnya sebagai berikut :

Page 50: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

32

1) Setelah peralatan medis dimasukkan, gas etilen oksida

dipompakan ke dalam kamar (chamber) selama 20-30 menit pada

kelembaban 50-75%.

2) Setelah selesai waktu pemaparan dengan gas etilen oksida,

dilanjutkan tahap aerasi/pertukaran udara yaitu membuang gas

etilen oksida pada sterilisator dan peralatan medis.

Metode ini digunakan untuk sterilisasi peralatan medis dari plastik,

alat-alat optik, pacemaker, dan alat-alat lain yang sulit disterilkan dengan

metode lain (13).

Dengan adanya sebuah unit CSSD dalam sebuah rumah sakit

diharapkan mutu atau kualitas sterilisasi lebih terjamin untuk memenuhi

permintaan di semua unit kerja yang ada di rumah sakit mutu atau kualitas

dari sterilisasi yang terjamin bagi peralatan adalah mutlak karena dari

sinilah awal sebagian upaya pencegahan infeksi nosokomial. Proses

sterilisasi di unit CSSD merupakan bagian dalam upaya pengendalian

infeksi di rumah sakit. Perlu adanya standar kerja dalam pelaksanaan

proses sterilisasi (perlakuan terhadap peralatan, prosedur kerja, personel)

untuk menjamin hasil sterilisasi yang dikerjakan oleh unit CSSD sehingga

mampu memutuskan rantai penularan terjadinya infeksi (13).

Instalasi Pusat Sterilisasi merupakan unit pelayanan non struktural

yang berfungsi memberikan pelayanan sterilisasi yang sesuai dengan

standar/pedoman dan dapat memenuhi kebutuhan barang yang steril di

rumah sakit. Secara terperinci fungsi dari pusat sterilisasi adalah

Page 51: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

33

menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan, menyimpan, serta

mendistribusikan peralatan medis keberbagai ruangan untuk kepentingan

parawatan pasien (31).

II.6. Beberapa Media yang Digunakan Untuk Identifikasi Bakteri

Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat

makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk

pertumbuhannya. Beberapa media diramu oleh ahli mikrobiologi untuk

membedakan mikroorganisme. Kelompok media biakan ini disebut media

selektif dan diferensial. Media selektif adalah media biakan yang

mengandung paling sedikit 1 bahan yang menghambat

perkembangbiakan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan

membolehkan perkembangbiakan mikroorganisme tertentu yang ingin

diisolasi. Media diferensial adalah media yang dapat membedakan

kelompok mikroorganisme tertentu dan mengandung bahan kimia yang

dapat digunakan oleh mikroorganisme tertentu yang tumbuh pada media

biakan (32).

1. Mac Conkey Agar (MCA)

Persenyawaan utama dalam media ini adalah laktosa, garam

empedu, dan merah netral. Media ini menghambat pertumbuhan bakteri

Gram positif yang disebabkan oleh garam empedu dan kristal violet.

Bakteri Gram negatif yang tumbuh dibedakan dalam kemampuannya

memfermentasikan laktosa. Koloni dari bakteri yang memfermentasikan

laktosa berwarna merah bata dan dapat dikelilingi oleh endapan garam

Page 52: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

34

empedu. Endapan ini disebabkan oleh penguraian laktosa menjadi asam

yang akan bereaksi dengan garam empedu (32).

2. Blood Agar Plate (BAP)

Media ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang

sulit untuk dibiakkan dan juga untuk membedakan kelompok

mikroorganisme yang melisiskan atau tidak melisiskan butir darah merah.

Agar darah terdiri dari bahan dasar yang mengandung 5 % darah

domba. Lisis butir darah merah terlihat sebagai wilayah jernih di sekitar

koloni. Bila proses lisis sempurna akan terlihat wilayah yang benar-benar

jernih dan jenis hemolisisnya disebut beta-hemolisis. Bila proses lisis tidak

sempurna dan media berwarna kehijauan, maka jenis hemolisisnya

disebut alpha hemolisis. Bakteri yang tidak mampu melisiskan butir darah

merah dan tidak menyebabkan perubahan nyata pada media disebut

gamma-hemolisis. Kelompok mikroorganisme yang sering dibedakan

berdasarkan kemampuan melisiskan butir darah merah adalah

Streptococcus dan Staphylococcus. Proses hemolisis disebabkan oleh

enzim yang dilepaskan mikroorganisme (32).

3. Manitol Salt Agar (MSA)

Persenyawaan utama dalam media ini adalah NaCl 7.5%, manitol,

dan merah fenol. Media ini terutama digunakan untuk membedakan

Staphylococcus yang bersifat patogen dan tidak patogen. Media ini

mengandung kadar NaCl tinggi, sehingga akan menghambat

Page 53: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

35

pertumbuhan bakteri namun Staphylococcus tidak dihambat

pertumbuhannya.

Koloni Staphylococcus aureus pada MSA akan membentuk zona

kuning, sedangkan Staphylococcus epidermidis akan membentuk zona

merah/ungu disekitarnya. Warna kuning disebabkan oleh fermentasi

manitol disertai pembentukan asam, sedangkan warna merah disebabkan

oleh manitol yang tidak difermentasikan.

Merah fenol merupakan indicator untuk melihat adanya

pembentukan asam. Pada umumnya Staphylococcus aureus bersifat

patogen sedangkan Staphylococcus epidermidis bersifat tidak patogen

(32,33).

4. Vogel Johnson Agar (VJA)

Koloni Staphylococcus aureus pada media VJA berukuran kecil,

dikelilingi oleh area berwarna kuning yang menunjukkan terjadinya

fermentasi manitol. Koloni yang tidak memfermentasikan manitol adalah

koloni spesies lainnya yaitu Staphylococcus epidermidis (33).

Page 54: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

36

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

III.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi observasional dengan pendekatan

deskriptif untuk mengidentifikasi bakteri penyebab infeksi nosokomial

pada peralatan logam instrumen bedah minor set sebelum dan sesudah

sterilisasi di ruang IGD RS Dr. Wahidin Sudirohusodo.

III.2. Tempat dan Waktu Penelitian

III.2.1. Tempat Penelitian

1. Ruang Instalasi Gawat Darurat RS Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar, sebagai tempat pengambilan sampel “swab” pada peralatan

logam instrumen bedah minor set.

2. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

sebagai tempat pengujian/pemeriksaan.

III.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2013-Februari 2013

III.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi sampel dalam penelitian ini adalah peralatan logam

instrumen bedah minor set sebelum dan sesudah sterilisasi di ruang IGD

RS Dr. Wahidin Sudirohusodo. Sampel penelitian berupa “swab” pada

peralatan logam intrumen bedah minor set sebelum dan sesudah

disterilisasi di ruang IGD RS Dr. Wahidin Sudirohusodo.

Page 55: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

37

III.4. Kriteria Sampel

Peralatan dasar instrumen bedah minor set yang sering dipakai di

ruang IGD RS Dr. Wahidin Sudirohusodo sebelum dan sesudah

disterilisasi dengan autoclave.

III.5. Kerangka konsep

Berdasarkan penelusuran pustaka bakteri penyebab infeksi

nosokomial pada peralatan intrumen bedah minor set, dapat digambarkan

dalam suatu kerangka konsep sebagai berikut :

Keterangan :

Keadaan Fisik Ruang IGD

- Pencahayaan - Kelembaban - Jumlah pasien - Waktu Sterilisasi

Peralatan Instrumen bedah minor set

Identifikasi Jenis Bakteri

Infeksi Nosokomial

Variabel yang diteliti

(dependen)

Variabel yang tidak

diteliti (independen)

Page 56: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

38

III.6. Defenisi Operasional

1. Sterilisasi adalah suatu upaya menghilangkan/memusnahkan semua

bentuk organisme yang ada, termasuk spora. Metode sterilisasi yang

biasa digunakan pada alat instrumen bedah minor set di RS Dr.

Wahidin Sudirohusodo adalah sterilisasi uap air panas bertekanan

(steam-autoclave), sterilisasi panas kering (oven) dengan tekanan

normal.

2. Disinfeksi adalah suatu proses untuk membunuh mikroorganisme yang

bersifat patogen yang sering digunakan adalah dengan cara kimia/fisik,

cara ini ditujukan untuk pemakaian pada benda mati. Larutan yang

digunakan adalah alkohol 70%, fenol 0,5-3%, klorin 0,5%, sinar

ultraviolet.

3. Antiseptik adalah suatu proses untuk membunuh atau memusnahkan

mikroorganisme yang pada umumnya menggunakan zat kimia, dan

penggunaannya ditujukan kepada benda hidup, misalnya untuk

mencuci tangan dan persiapan operasi menggunakan sabun

antiseptik.

4. Uji biokimia adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui aktifitas

metabolisme mikroorganisme dalam menggunakan dan menguraikan

molekul yang kompleks, yang termasuk uji biokimia adalah uji Triple

Sugar Iron Agar (TSIA), uji Citrat, uji Urease, uji Metil Red, uji Voges

Proskauer, uji Indol, uji Motility, uji Hidrolisis Gelatin, uji Fermentasi

Karbohidrat, uji Katalase, uji Manitol Salt Agar, uji Vogel Johnson Agar.

Page 57: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

39

5. Penentuan morfologi bakteri berdasarkan bentuk, warna dan teknik

pewarnaan Gram dimana bentuk bakteri batang/memanjang

dilaporkan sebagai basil, sedangkan bentuk bulat dilaporkan sebagai

bentuk coccus, dan Gram positif berwarna ungu, Gram negatif

berwarna merah.

III.7. Alat dan Bahan Penelitian

III.7.1. Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah rak tabung,

tabung reaksi pyrex, ose bulat, ose lurus, pipet tetes, gelas objek pyrex,

lampu spiritus, enkas, cawan petri pyrex, autoclave, inkubator, mikroskop,

kapas “swab” steril, peralatan logam instrumen bedah yang diuji yaitu

peralatan Hetting Set terdiri dari naald voerder, gunting, klem arteri

bengkok, pinset, klem arteri lurus, peralatan GP set terdiri dari gunting,

pinset, dan alat hack lurus/bengkok, dan gunting bengkok sebelum dan

sesudah disterilisasi dengan autoclave.

III.7.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan

Phosphate Buffer Saline (PBS), Media Brain Heart Infusion Broth (BHIB)

Merck, Mac Conkey Agar (MCA) Merck, Blood Agar Plate (BAP) Merck,

Triple Sugar Iron Agar (TSIA) Merck, Simon Citrat Agar (SCA) Merck,

Sulfite Indol Motility (SIM) Merck, Metil Red (MR), Voges Proskauer (VP),

Media untuk fermentasi Karbohidrat (Glukosa, Lactosa, Sukrosa), Manitol

Salt Agar (MSA), Vogel Johnson Agar (VJA), Bahan Pewarnaan Gram

Page 58: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

40

terdiri dari :Kristal Violet (cat Gram A), larutan lugol (cat Gram B), alkohol

95 % (cat Gram C), safranin (cat Gram D), Reagen kovacs, Reagen alfa-

naftol, Reagen KOH 40 %, Reagen Metil Red, H2O2 3%.

III.8. Prosedur Kerja

III.8.1. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan kapas

“swab” steril yang telah dibasahi dengan larutan PBS, kemudian kapas

tersebut diusapkan pada peralatan logam instrumen bedah minor set

sebelum dan sesudah sterilisasi secara aseptis, kemudian dimasukkan ke

dalam wadah steril untuk dijadikan sampel (34).

III.8.2. Isolasi Bakteri ke Medium BHIB

Sampel diambil dari larutan PBS yang berisi kapas “swab”,

kemudian diisolasikan ke dalam medium BHIB secara aseptis, setelah itu

diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 370C.

III.8.3. Pewarnaan Gram

Gelas objek dibersihkan dengan alkohol hingga bebas lemak, lalu

diambil satu ose biakan bakteri dari medium BHIB secara aseptis

kemudian diletakkan pada gelas objek dan difiksasi, ditambahkan 2-3

tetes gentian violet (Gram A), dibiarkan selama 1 menit dan dicuci dengan

air mengalir, lalu diteteskan satu tetes larutan lugol (Gram B), dibiarkan

selama 1 menit dan dicuci dengan air mengalir, kemudian diteteskan lagi

dengan alkohol asam (Gram C), dibiarkan selama 10-20 detik, dan dicuci

dengan air mengalir, kemudian ditambahkan safranin (Gram D) dibiarkan

Page 59: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

41

selama 1 menit dan dicuci dengan air mengalir, setelah itu dikeringkan

dan diamati morfologinya dengan menggunakan mikroskop dengan

pembesaran 40x (7).

III.8.4. Inokulasi Bakteri ke Medium MCA

Biakan diambil dari medium BHIB, lalu diinokulasikan ke dalam

medium MCA berdasarkan hasil pewarnaan Gram, yaitu jika diperoleh

bakteri Gram negatif maka diinokulasikan pada medium MCA secara

aseptis dengan menggunakan ose bulat, kemudian diinkubasi selama

1x24 jam pada suhu 37oC.

III.8.5. Inokulasi Bakteri ke Medium BAP

Biakan diambil dari medium BHIB, lalu diinokulasikan kedalam

medium BAP berdasarkan hasil pewarnaan Gram, yaitu jika diperoleh

bakteri Gram positif maka dinokulasikan pada medium BAP secara

aseptis dengan menggunakan ose bulat, kemudian diinkubasi selama

1x24 jam pada suhu 37oC.

III.8.6. Uji Biokimia

Koloni yang tumbuh pada medium MCA dan BAP dilanjutkan

pengujiannya pada uji biokimia yaitu :

1. Koloni yang tumbuh pada medium MCA dilakukan uji identifikasi

dengan menginokulasi pada medium TSIA, uji fermentasi karbohidrat,

uji motility, uji indol, uji citrat, uji metil red, uji voges proskauer.

2. Koloni yang tumbuh pada medium BAP dilakukan identifikasi dengan

menginokulasi pada medium MSA, medium VJA dan uji katalase.

Page 60: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

42

III.8.6.1. Inokulasi Bakteri ke Medium TSIA

Biakan diambil dari medium MCA, lalu diinokulasikan ke dalam

medium TSIA dengan menggunakan ose lurus secara aseptis, kemudian

diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37o C

III.8.6.2. Uji Fermentasi Karbohidrat

Biakan diambil dari medium MCA, lalu diinokulasikan ke dalam

medium Glukosa Broth (GB), Lactosa Broth (LB) dan Sukrosa Broth (SB)

secara aseptis, kemudian diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37oC

lalu diamati terjadinya perubahan warna dan terbentuknya gas pada

medium.

III.8.6.3 Uji Motility

Diambil biakan dari medium MCA, lalu diinokulasikan ke dalam

medium SIM secara aseptis, kemudian diinkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 37oC dan diamati perubahan yang terjadi pada medium.

III.8.6.4. Uji Indol

Biakan diambil dari medium MCA, lalu diinokulasikan ke dalam

medium SIM secara aseptis, kemudian diinkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 37oC dan diamati perubahan warna yang terjadi dengan meneteskan

reagen kovacs sebanyak 0,25 ml pada permukaan pertumbuhan bakteri

pada medium SIM.

Page 61: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

43

III.8.6.5. Uji Citrat

Biakan diambil dari medium MCA, lalu diinokulasikan ke dalam

medium SCA secara aseptis, kemudian diinkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 37oC dan diamati perubahan warna yang terjadi pada medium.

III.8.6.6. Uji Metil Red

Biakan diambil dari medium MCA, lalu diinokulasikan ke dalam

medium MR secara aseptis, kemudian diinkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 37oC dan diamati perubahan warna yang terjadi pada medium

dengan penambahan reagen metil red.

III.8.6.7. Uji Voges Proskauer

Biakan diambil dari medium MCA, lalu diinokulasikan ke dalam

medium VP secara aseptis, kemudian diinkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 37oC dan diamati perubahan warna yang terjadi pada medium

dengan penambahan reagen alfa naftol dan KOH 40%.

III.8.6.8. Uji Manitol Salt Agar

Biakan diambil dari medium BAP, lalu diinokulasikan ke dalam

medium MSA secara aseptis, kemudian diinkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 37oC dan diamati perubahan warna yang terjadi pada medium.

III.8.6.9. Uji Vogel Johnson Agar

Biakan diambil dari medium BAP, lalu diinokulasikan ke dalam

medium VJA secara aseptis, kemudian diinkubasi selama 1x24 jam pada

suhu 37oC dan diamati perubahan warna yang terjadi pada medium.

Page 62: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

44

III.8.6.10. Uji Katalase

Gelas objek diteteskan larutan H2O2 3%, lalu diambil satu ose

biakan bakteri dari medium BAP secara aseptis, kemudian diinokulasikan

di atas gelas objek dengan menggunakan ose lurus, dan diamati ada

tidaknya gelembung gas.

III.9. Pengamatan

a. Dilakukan pengamatan dari Isolasi, Inokulasi, Pewarnaan Gram, dan

Uji Biokimia

b. Interpretasi hasil (diketahui genus dan species bakteri patogen).

III.10. Interpretasi Hasil

1. Bakteri penyebab infeksi nosokomial pada peralatan intrumen

bedah minor set

Identifikasi bakteri penyebab infeksi nosokomial pada peralatan

intrumen bedah minor set dikategorikan sebagai berikut:

a. Positif : apabila terdapat bakteri pada medium

b. Negatif : apabila tidak terdapat bakteri pada medium

2. Pewarnaan Gram

Penentuan morfologi bakteri berdasarkan pengamatan bentuk dan

warna bakteri yaitu sebagai berikut:

a. Bentuk batang/memanjang dilaporkan sebagai basil, sedangkan

bentuk bulat dilaporkan sebagai coccus.

b. Gram positif berwarna ungu, sedangkan Gram negatif berwarna merah

Page 63: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

45

3. Uji Biokimia

a. Uji Katalase

Interpretasi dari uji katalase dengan cara pengamatan langsung

yaitu:

1) Positif : Terbentuk gelembung udara

2) Negatif : Tidak terbentuk gelembung udara

b. Uji Vogel Johnson Agar

Interpretasi dari uji Vogel Johnson Agar dengan cara pengamatan

langsung yaitu :

1) Positif : terjadi perubahan warna medium dari merah menjadi kuning

2) Negatif : tidak terjadi perubahan warna pada medium

c. Uji Manitol Salt Agar

Interpretasi dari uji Manitol Salt Agar dengan cara pengamatan

langsung yaitu :

1) Positif : terjadi perubahan warna medium dari merah menjadi kuning

2) Negatif : tidak terjadi perubahan warna pada medium

III.11. Analisis Data

Data yang diperoleh berupa data primer melalui pemeriksaan

laboratorium dan dilakukan analisis secara deskriptif yang disajikan dalam

bentuk tabel dan gambar.

Page 64: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Penelitian

Identifikasi bakteri pada peralatan logam yang dipakai berulang kali

di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar berupa “swab” pada peralatan

logam instrumen bedah yaitu peralatan hetting set yang terdiri dari naald

voerder, gunting, klem arteri bengkok, pinset, klem arteri lurus, peralatan

GP set terdiri dari gunting dan pinset, serta alat hack dan gunting

bengkok, semua alat tersebut dipakai sehari-hari di ruang IGD bedah.

Pengambilan sampel dilakukan dengan 4 kali perlakuan yang berbeda,

ditambah dengan kontrol transportasi dan kontrol udara.

Pada perlakuan 1 sebelum sterilisasi, dilakukan identifikasi bakteri

pada alat Hetting set (naald voerder, gunting, klem arteri bengkok, pinset,

klem arteri lurus), alat GP set (gunting, pinset), serta alat hack, gunting

bengkok dan yang teridentifikasi adanya bakteri terdapat pada alat hetting

set (gunting, klem arteri bengkok, dan pinset) yaitu bakteri jenis

Streptococcus sp, Staphylococcus epidermidis, alat GP set (gunting,

pinset) yaitu bakteri jenis Staphylococcus aureus, serta pada alat hack

dan gunting bengkok bakteri jenis Streptococcus sp.

Pada perlakuan ke 2 sebelum sterilisasi, dilakukan identifikasi

bakteri pada alat Hetting set (naald voerder, gunting, klem arteri bengkok,

pinset, klem arteri lurus), alat GP set (gunting, pinset), serta alat hack,

gunting bengkok dan yang teridentifikasi adanya bakteri terdapat pada alat

Page 65: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

47

hetting set (gunting dan pinset) yaitu bakteri jenis Streptococcus sp, alat

GP set (pinset) yaitu bakteri jenis Streptococcus sp, serta pada alat hack

dan gunting bengkok yaitu bakteri jenis Staphylococcus aureus.

Pada perlakuan ke 3 sebelum sterilisasi, dilakukan identifikasi

bakteri pada alat Hetting set (naald voerder, gunting, klem arteri bengkok,

pinset, klem arteri lurus), alat GP set (gunting, pinset), serta pada alat

hack, gunting bengkok dan pada perlakuan ini tidak ditemukan adanya

pertumbuhan bakteri.

Pada perlakuan ke 4 setelah sterilisasi dengan autoclave, dilakukan

identifikasi bakteri pada alat Hetting set (naald voerder, gunting, klem

arteri bengkok, pinset, klem arteri lurus), alat GP set (gunting, pinset),

serta pada alat hack, gunting bengkok dan pada perlakuan ini tidak

ditemukan adanya pertumbuhan bakteri.

Tabel 4.1. Jenis Bakteri pada Peralatan Hetting Set

No. Peralatan Hetting

Set

Jenis Bakteri

Sebelum Sterilisasi Setelah Sterilisasi

Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Perlakuan 4

1 Naald

voerder - - - -

2 Gunting Streptococcus sp Streptococcus sp - -

3 Klem arteri Bengkok

Streptococcus sp - - -

4 Pinset Staphylococcus

epidermidis Streptococcus sp - -

5 Klem arteri

lurus - - - -

Page 66: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

48

Tabel 4.2. Jenis Bakteri pada Peralatan GP set

No. Peralatan

GP Set

Jenis Bakteri

Sebelum Sterilisasi Setelah Sterilisasi

Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Perlakuan 4

1 Gunting Staphylococcus

aureus - - -

2 Pinset Staphylococcus

aureus Streptococcus sp - -

Tabel 4.3. Jenis Bakteri pada Peralatan Hack dan Gunting Bengkok

No.

Peralatan Hack dan Gunting Bengkok

Jenis Bakteri

Sebelum Sterilisasi Setelah Sterilisasi

Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Perlakuan 4

1 Hack Streptococcus sp Staphylococcus

aureus

2 Gunting Bengkok

Streptococcus sp Staphylococcus

aureus - -

Tabel 4.4. Hasil Biakan Kontrol

Kontrol Udara

Kontrol Transportasi

Kapas "swab" steril

Larutan PBS steril

Jernih Jernih Jernih

Keterangan :

1. Perlakuan 1, pengambilan sampel sebelum sterilisasi, dengan

perlakuan setelah alat bedah digunakan kemudian dibersihkan,

dicuci dengan disinfektan softaskin lalu direndam dengan air panas

pada suhu 90o C selama ± 10 menit.

2. Perlakuan 2, pengambilan sampel sebelum sterilisasi, dengan

perlakuan setelah alat bedah digunakan kemudian dibersihkan, di

Page 67: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

49

rendam dengan disinfektan Alkazime ± 15 menit, dicuci dan

dibersihkan lalu direndam lagi dengan disinfektan Alkazide selama

± 15 menit.

3. Perlakuan 3, pengambilan sampel sebelum sterilisasi, dengan

perlakuan setelah alat bedah digunakan dan dibersihkan, kemudian

peralatan bedah dimasukkan ke dalam mesin washer selama 60

menit. (bahan yang digunakan untuk pembersihan dalam mesin

washer adalah disinfektan alkazime dan alkazide).

4. Perlakuan 4, pengambilan sampel setelah sterilisasi menggunakan

autoclave, dengan perlakuan yaitu alat bedah yang telah digunakan

lalu di bersihkan, kemudian peralatan bedah di strerilisasi dengan

menggunakan Autoclave pada suhu 134o C dengan tekanan 2,5-3

bar selama 60 menit.

5. Kontrol udara yaitu: larutan PBS dalam botol steril yang tidak

digunakan untuk membasahi kapas swab tetapi kapas penutupnya

dibuka selama pengambilan sampel kemudian ditanam pada media

BHIB.

6. Kontrol transportasi ada dua yaitu : kontrol larutan PBS dalam botol

steril yang tidak digunakan untuk membasahi kapas swab, dan

kontrol kapas swab steril yang tidak digunakan untuk pengambilan

sampel swab. Masing-masing ditanam pada media BHIB.

Page 68: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

50

IV.2. Pembahasan

Dari penelitian ini telah dilakukan “swab” pada peralatan logam

instrumen bedah sebanyak 36 sampel secara keseluruhan yaitu 9 sampel

“swab” peralatan logam instrumen bedah dengan 4 perlakuan yang

berbeda, dan ditambah dengan dua kontrol yaitu kontrol udara dan kontrol

transportasi yang ditanam dalam media penyubur yaitu media BHIB untuk

menyuburkan bakteri yang ditandai dengan adanya kekeruhan pada

media. Jika terjadi pertumbuhan maka dilakukan pewarnaan Gram yang

bertujuan untuk mengetahui morfologi bakteri berdasarkan bentuk, warna,

dan teknik pewarnaan dari bakteri tersebut.

Adanya kekeruhan pada media BHIB kemudian ditanam ke media

selektif yaitu media MCA dan BAP. Media MCA bersifat selektif untuk basil

Gram negatif baik untuk bakteri Enterobacteriaceae maupun yang non

fermentatif basil Gram negatif. Sedangkan media BAP merupakan media

selektif terhadap bakteri Gram positif. Penanaman ke media MCA tidak

didapatkannya adanya pertumbuhan bakteri sehingga diduga bakteri

tersebut bukan bersifat Gram negatif. Sedangkan pada penanaman ke

media BAP positif ada pertumbuhan koloni yang ditandai dengan

terjadinya hemolisis, dimana koloninya berwarna putih keabu-abuan, zona

berwarna hijau (bersifat alfa hemolitik), dan ada yang berzona jernih

(bersifat beta hemolitik), kemudian dilanjutkan ke uji biokimia. Uji biokimia

dilakukan berdasarkan dari hasil pengamatan koloni yang tumbuh pada

Page 69: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

51

media BAP dengan menginokulasikan pada media MSA, media VJA dan

uji katalase.

Dari perlakuan 1 yaitu pengambilan sampel sebelum sterilisasi,

dengan perlakuan setelah alat bedah digunakan dan dicuci dengan

disinfektan softaskin kemudian direndam dengan air panas dengan suhu

90oC selama ± 10 menit masih terdapat bakteri jenis Streptococcus sp,

dan Staphylococcus epidermidis pada alat hetting set (gunting, klem arteri

bengkok, pinset), alat hack, dan gunting bengkok, serta bakteri

Staphylococcus aureus pada alat GP set (gunting dan pinset), karena bila

dibandingkan dengan semua kontrol yang jernih dapat membuktikan

adanya kehadiran bakteri yang memang didapatkan pada alat instrumen

bedah, kemungkinan bakteri ini berasal dari cara pembersihan yang

kurang baik, sehingga masih ada materi organik yang kemungkinan masih

menempel pada peralatan, dan cara perendaman yang terlalu cepat, suhu

air yang tidak menentu mengakibatkan ada bakteri yang belum mati pada

saat perendaman yang tidak sempurna.

Berdasarkan literatur cara sterilisasi dengan merendam dalam air

mendidih adalah cara yang mudah, murah, dan cukup efektif sebagai

tindakan desinfeksi. Cara ini digunakan untuk alat-alat operasi kecil. Air

mendidih pada tekanan satu atmosfer suhunya 100oC, maka bentuk

vegetatif akan mati dalam waktu 5-15 menit. Lama perendaman lebih baik

15-30 menit setelah air mendidih dan akan lebih baik bila ditambahkan

1-3% Na2CO3 karena mempunyai daya untuk membunuh spora (3,9).

Page 70: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

52

Pada perlakuan ke 2 pengambilan sampel sebelum sterilisasi,

dengan perlakuan setelah alat bedah digunakan kemudian dibersihkan, di

rendam dengan disinfektan Alkazime ± 15 menit, dicuci dan dibersihkan

lalu direndam lagi dengan disinfektan Alkazide selama ± 15 menit, masih

dalam keadaan tidak steril terbukti dengan masih terdapat bakteri jenis

Streptococcus sp pada alat hetting set (gunting, pinset), dan alat GP set

(pinset), serta bakteri Staphylococcus aureus pada alat hack, dan gunting

bengkok karena bila dibandingkan dengan semua kontrol yang jernih

dapat membuktikan adanya kehadiran bakteri yang memang didapatkan

pada alat peralatan logam instrumen bedah. Adanya bakteri dapat berasal

dari cara perendaman dan pembersihan alat dengan menyikat yang

kurang bersih karena masih terdapatnya materi organik yang berpengaruh

terhadap daya aktif disinfektan, dan air yang digunakan untuk

perendaman dan pembilasan adalah air kran sebaiknya menggunakan air

deionisasi.

Berdasarkan literatur air yang mengandung mineral seperti kalsium

dan magnesium akan menempel pada peralatan medis yang dapat

mempengaruhi efektivitas disinfektan dengan cara mengikat zat aktif

disinfektan (13).

Alkazime adalah formula mono enzimatik dalam bentuk serbuk

(powder) bekerja cepat dalam mereduksi mikroba pada peralatan

instrumen bedah dan instrumen medis lainnya, dan juga yang terdapat di

Page 71: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

53

dalam air perendaman sehingga mengurangi resiko kontaminasi silang,

memudahkan proses disinfeksi.

Alkazide adalah larutan konsentrat glutaraldehid yang kemungkinan

untuk membuat desinfektan tingkat tinggi. Dapat digunakan untuk alat

endoskopi, opthalmology dan hampir semua peralatan instrumen. Untuk

desinfeksi tingkat tinggi perendaman dengan alkazide 2% selama 15

menit setelah pembersihan dengan alkazime.

Pada perlakuan 3, pengambilan sampel sebelum sterilisasi, dengan

perlakuan setelah alat bedah digunakan dan dibersihkan, kemudian

peralatan bedah dimasukkan ke dalam mesin washer selama 60 menit,

tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri pada alat instrumen bedah,

begitupun dengan melihat hasil pada semua kontrol yang tampak jernih.

Bahan yang digunakan untuk pembersihan dalam mesin washer adalah

disinfektan alkazime dan alkazide, serta air yang digunakan untuk

pencucian adalah air deionisasi, lama pencucian dalam mesin washer

selama 60 menit, hal ini membuktikan bahwa prosedur pencucian dengan

menggunakan mesin washer sudah baik dan benar.

Pada perlakuan 4, dengan pengambilan sampel setelah sterilisasi

menggunakan autoclave, dengan perlakuan yaitu alat bedah yang telah

digunakan lalu di bersihkan, kemudian peralatan bedah di strerilisasi

dengan menggunakan Autoclave pada suhu 134oC dengan tekanan 2,5-3

bar selama 60 menit, dan tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri

pada alat instrumen bedah, begitupun dengan melihat hasil pada semua

Page 72: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

54

kontrol yang jernih, hal Ini membuktikan bahwa penanganan dan tindakan

sterilisasi untuk peralatan logam yang dipakai berulang kali di ruang IGD

sudah baik dan efektivitas dari proses sterilisasi peralatan medis oleh

CSSD telah sempurna.

Dari referensi, jenis bakteri patogen penyebab infeksi nosokomial di

rumah sakit adalah Acinetobacter calcoaceticus, Escherichia coli,

Enterobacter aerogenes, Klebsiella sp, Proteus mirabilis, Proteus

morganii, Proteus vulgaris, Pseudomonas sp, Staphylococcus

epidermidis, Staphylococcus aureus, Streptococcus haemolyticus,

Streptococcus anhaemolyticus. Beberapa bakteri yang ditemukan pada

peralatan logam instrumen bedah minor set adalah Staphylococcus

aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Streptococcus sp (13).

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk

coccus, biasanya tersusun seperti buah anggur yang tidak teratur. Banyak

ditemukan pada beberapa jenis infeksi seperti abses, infeksi luka,

pneumonia, dan infeksi lainnya, karena itu Staphylococcus aureus dapat

masuk kedalam aliran darah sehingga dapat menyebabkan abses pada

berbagai organ tubuh (22).

Staphylococcus epidermidis adalah bakteri coccus Gram positif

yang merupakan bakteri penyebab infeksi yang ringan pada kulit yang

disertai dengan abses yang ringan, bakteri ini sering diisolasi dari

spesimen klinik seperti urin, darah, terutama penderita yang diopname

yang telah mengalami perlakuan medis tertentu (22).

Page 73: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

55

Streptococcus termasuk bakteri Gram positif coccus yang khasnya

berpasangan atau membentuk rantai selama pertumbuhannya.

Organisme ini banyak terdapat di alam, beberapa kelompok

Streptococcus merupakan flora normal manusia, kelompok lainnya

berhubungan dengan penyakit penting yang sebagian disebabkan oleh

infeksi Sterptococcus dan sebagian lagi karena proses sensitisasi

terhadap bakteri ini (23).

Beberapa penelitian terkait yang pernah dilakukan mengenai

identifikasi bakteri penyebab infeksi nosokomial pada peralatan bedah

adalah menurut penelitian Pudjarwanto Triatmodjo yang berjudul Sterilitas

Udara Ruang Operasi dan Peralatan Bedah serta Higiene Petugas

Beberapa Rumah Sakit di Jakarta, dari hasil penelitiannya ditemukan

bakteri gram positif Staphylococcus yang merupakan salah satu mikroba

penyebab infeksi nosokomial yang dominan sebagai pencemar pada

anggota tubuh/tangan petugas rumah sakit, udara, bahkan beberapa

peralatan bedah yang tercemar Staphylococcus karena ditemukannya

beberapa jenis mikroba penyebab infeksi nosokomial dan perlengkapan

bedah yang diketahui tidak steril. Beberapa jenis mikroba lain yang

terdeteksi mencemari udara dan peralatan medis adalah E.coli,

Pseudomonas, Streptococcus, Proteus, dan jamur (35).

Menurut penelitian Fanny Rahardja, Widura, Dhenis Asmara

Suryadarma,yang berjudul Uji Sterilitas Instrumen bedah terhadap bakteri

Aerob Penyebab Infeksi di Rumah Sakit Immanuael Bandung, telah

Page 74: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

56

dilakukan pemeriksaan bakteriologi terhadap peralatan instrumen bedah

yang baru disterilisasi dan telah disimpan 3 hari/7 hari, pengambilan

sampel dilakukan secara langsung dengan kapas “swab”. Hasilnya

menunjukkan sterilisasi gunting kurang baik menunjukkan adanya

kehadiran bakteri aerob Gram positif dan Gram negatif pada sampel

instrumen bedah yang telah disterilkan dan terjadi peningkatan jumlah

bakteri dengan semakin lamanya penyimpanan instrumen bedah yang

telah disterilkan (8).

Peralatan instrumen bedah dapat menjadi suatu alat transmisi

bakteri penyebab infeksi nosokomial, dimana angka infeksi nosokomial

untuk luka bedah di Indonesia cukup tinggi yaitu (2,3-18,3%) (35).

Untuk peralatan medis kritis diperlukan metode sterilisasi tingkat

tinggi dimana endospora bakteri tidak boleh ditemukan. Salah satu cara

sterilisasi yang digunakan di rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo

adalah dengan menggunakan autoclave (panas uap). Jumlah dan ragam

peralatan medis kritis yang dibutuhkan di ruang IGD harus siap setiap saat

24 jam penuh.

Adanya unit CSSD sebagai pusat sterilisasi yang ada di rumah

sakit diharapkan mutu dan kualitas sterilisasi terjamin dan dapat

memenuhi permintaan disetiap unit kerja di rumah sakit. Proses sterilisasi

di unit CSSD merupakan bagian dalam upaya pengendalian infeksi

nosokomial di rumah sakit (11).

Page 75: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh

kesimpulan yaitu : Jenis bakteri yang diperoleh penyebab infeksi

nosokomial pada peralatan logam yang dipakai berulang kali sebelum dan

sesudah sterilisasi di ruang IGD RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo adalah :

1. Sebelum sterilisasi (Perlakuan 1,2 dan 3), ditemukan bakteri jenis

Streptococcus sp, Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus

epidermidis.

2. Sesudah sterilisasi dengan menggunakan autoclave (Perlakuan 4),

tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri, hal ini membuktikan

bahwa penanganan dan tindakan sterilisasi untuk peralatan logam

instrumen bedah yang dipakai berulang kali di ruang IGD sudah baik

dan efektivitas dari proses sterilisasi peralatan medis oleh CSSD telah

sempurna.

V.2. Saran

1. Sebaiknya petugas rumah sakit memperhatikan kembali prosedur

kerja, cara perendaman dan pembersihan peralatan instrumen bedah

yang baik dan benar agar mengurangi kontaminasi terhadap bakteri.

2. Untuk peneliti selanjutnya, dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan

menambahkan beberapa peralatan yang ada di ruang IGD RS. Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Page 76: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

58

DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar, C.J.P., Teori dan Penerapan Farmasi Rumah Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2004. hal : 7.

2. Susilowati., Hubungan Intensitas Pencahayaan Ruangan, Jumlah Pasien dan Jumlah Pengunjung Pasien dengan Angka Kuman Udara Di Bangsal Perawatan Kelas II dan Kelas III RS Bhakti Wira Tamtama. Semarang. 2008. hal : 6. pdf, diakses tanggal 19 November 2012.

3. Entjang, I., Mikrobiologi dan Parasitologi. Untuk Akademi Keperawatan dan Sekolah Tenaga Kesehatan Yang Sederajat. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. 2003. hal : 40,55-56.

4. Michael, J.P.J, Chan, E.C.S., Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit

Universitas Indonesia Press. Jakarta. 1988. hal : 735.

5. Nihi, S., Gambaran Penderita Infeksi Nosokomial Pada Pasien Rawat Inap RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Tahun 2010. Makassar. 2011. hal : 2-3. pdf, diakses tanggal 19 November 2012.

6. Nurvita, W, Retno, H, Budi, R., Pemeriksaan Total Kuman Udara dan

Staphylococcus aureus Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X Kota

Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Dosen Bagian Epidemiologi dan

Penyakit Tropik FKM UNDIP. Fakultas Sains dan Matematika. UNDIP.

Semarang. 2012. hal : 2. pdf, diakses tanggal 19 November 2012.

7. Djide, MN, Sartini., Dasar-Dasar Mikrobiologi. Laboratorium Mikrobiologi Farmasi. Fakultas MIPA. Universitas Hasanuddin. Makassar. 2007. hal : 60, 256-257.

8. Fanny, R, Widura, Dhenis, A.S., UJi Sterilitas Instrumen Bedah terhadap

Bakteri Aerob Penyebab Infeksi di Rumah Sakit Immanuel. Bagian Mikrobiologi. Fakultas Kedokteran. Universitas Kristen Maranatha. Bandung. 2004. hal : 71. pdf, diakses tanggal 01 November 2012.

9. Oswari, E., Bedah dan Perawatannya. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1993. hal : 1, 9-17.

10. Utama, HW., Infeksi Nosokomial. 2006. hal : 1-2. pdf, diakses tanggal 19

November 2012.

11. Utami, NWL., Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Teknik Perawatan Luka Post Operasi dengan Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Ruang Rawat Inap RS. Kepolisian Pusat Raden Said Soekamto. Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Jakarta. 2009. hal :1. pdf, diakses tanggal 19 November 2012.

Page 77: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

59

12. Schaffer, G.H.K., Pencegahan Infeksi dan Praktik yang Aman. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2000. hal 53.

13. Darmadi., Infeksi Nosokomial. Problematika dan Pengendaliannya. Penerbit Salemba Medika. Jakarta. 2008. hal 6-7,13-15,27, 67-80.

14. Kumpulan Makalah Kursus Dasar. Pengendalian Infeksi Nosokomial. 2005. www.docstoc.com/docs/120792752/inos, diakses tanggal 19 November 2012.

15. Tambayong, J., Mikrobiologi Untuk Keperawatan. Penerbit Widya Medika.

Jakarta. 2000. hal : 20, 22.

16. Habni, Y., Perilaku Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Ruang Rindu A, Rindu B, ICU, Rawat Jalan Di RS Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatra Utara. Medan. 2009. hal :14-15. pdf, diakses tanggal 19 November 2012.

17. Nasution, LH., Infeksi Nosokomial dan Kewaspadaan Universal.

Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. RSUP Haji Adam Malik. Medan. 2009. hal : 38. www.spiritia.or.id/cst/doc/KUI. pdf, diakses tanggal 19 november 2012.

18. Razi, F., Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perawat Terhadap

Pencegahan Terjadinya Infeksi Nosokomial Di Ruang Bedah RSUD Kota Langsa. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatra Utara. Medan. 2011. hal : 10-13. pdf, diakses tanggal 14 Desember 2012.

19. Fatimah, S., Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Infeksi

Luka Operasi Di Ruang Bedah RSUP Fatmawati. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Jakarta. 2011. hal : 18. pdf, diakses tanggal 14 Desember 2012.

20. Nugroho, HT., Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Perawat

Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Ruang Mawar, Anggrek RSUD Tugerejo. Semarang. 2008. hal : 29. pdf, diakses tanggal 14 Desember 2012.

21. Rohani, Setio, H., Panduan Praktik Keperawatan Nosokomial. Penerbit

Citra Aji Parama. Yogyakarta. 2010. hal : 12, 60-65.

22. Gani, A., Metode Bakteriologi Diagnostik. Bakteriologi II. Balai Besar Laboratorium Kesehatan. Propinsi Sul-Sel. Makassar. 2008. hal : 1-2, 41-42.

23. Jawetz, Melnick, Adelberg., Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2008. hal : 225,233,227-229

Page 78: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

60

24. Djide, MN, Sartini., Mikrobiologi Klinik. Laboratorium Mikrobiologi Farmasi. Fakultas MIPA. Universitas Hasanuddin. Makassar. 2010. hal : 87, 78-79, 135.

25. Irianto, K., Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Jilid 2. Penerbit

Yrama Widya. Bandung. 2007. hal : 166-168.

26. Departemen Kesehatan RI., Tentang Rumah Sakit. Jakarta. 2009. diakses tanggal 14 Desember 2012.

27. Mukhlis., Hubungan Desain Fisik Dengan Kepuasan Pengguna Instalasi

Gawat Darurat Di BPK Kota Langsa. Fakultas Kesehatan Mansyarakat. Sumatra Utara. Medan. 2011. hal : 6-7. pdf, diakses tanggal 14 Desember 2012.

28. Keputusan Menteri Kesehatan RI., Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan

Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan Tahun Anggaran 2011. Jakarta 2011. hal : 44.

29. Syaripudin, A., Standar Pelayanan UGD. 2010. hal 4. pdf, diakses tanggal

14 Desember 2012.

30. Waluyo, L., Mikrobiologi Umum. Penerbit UMM Press. Malang. 2004. hal : 41-42.

31. Departemen Kesehatan RI., Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi CSSD Di

Rumah Sakit. Jakarta. 2009. hal : 1, 7,11.

32. Lay, BW., Analisis Mikroba Di Laboratorium. Penerbit Manajeman PT. Raja Grafindo Persada. Bogor. 1994. hal : 111.

33. Fardiaz, S., Analisis Mikrobiologi Pangan. Penerbit Manajemen PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta. 1993. hal : 127-129.

34. Pradika, I., Pengambilan dan Preparasi Sampel Bakteri Dalam MIkrobiologi. MIkrobiologi Klinik. 2010. hal : 4-5. diakses tanggal 14 Desember 2012.

35. Trlatmodjo, P., Sterilitas Udara Ruang Operasi dan Peralatan Bedah serta

Higiene Petugas Beberapa Rumah Sakit di Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Jakarta.1993. Cermin Dunia Kedokteran No.82. hal : 24.

Page 79: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

61

Peralatan logam intrumen bedah minor set

Media Brain Heart Infusion Broth (BHIB)

Inokulasi ke media Mac Conkey (MCA)

Uji Biokimia

Inokulasi ke media Blood Agar Plate (BAP)

Pewarnaan Gram

Interpretasi Hasil

Kesimpulan

Hasil (+) Hasil (-) Hasil (-) Hasil (+) Gram (+) Gram (-)

Analisis Data

Pembahasan

LAMPIRAN I

ALUR PENELITIAN

Sampel diisolasi menggunakan kapas “swab” steril pada peralatan logam instrumen bedah minor set.

jika ada pertumbuhan bakteri/hasil (+), maka dilakukan pewarnaan Gram dan diinokulasikan ke media Mac Conkey dan media Blood Agar Plate kemudian

diinkubasi 1x24 jam pada suhu 37oC.

Diinkubasi 1x24 jam pada suhu 37oC.

Sebelum strerilisasi Setelah sterilisasi

Page 80: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

62

LAMPIRAN II

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengujian pada Sampel Hetting Set

Inkubasi 1x24 jam pada suhu 37oC

Tabel 2. Hasil Pengamatan Pengujian pada Sampel GP Set

Jenis Pengujian

Hasil Uji Sampel Peralatan Instrumen Bedah

Perlakuan 1 Perlakuan ke 2

Gunting Pinset Pinset

Pewarnaan Gram Gram (+ ) Gram (+) Gram (+)

Morfologi Coccus/anggur Coccus/anggur Coccus/Berantai

BHIB Keruh (+) Keruh (+) Keruh (+)

MCA (-) (-) (-)

BAP Zona Jernih (beta

hemolisis) Zona Jernih (beta

hemolisis) Zona Jernih

(beta hemolisis)

Katalase (+) (+) (-)

MSA Koloni warna kuning Koloni warna kuning (-)

VJA Koloni warna kuning Koloni warna kuning (-)

Jenis Bakteri Staphylococcus

aureus Staphylococcus

aureus Streptococcus sp

Inkubasi 1x24 jam pada suhu 37oC

Jenis Pengujian

Hasil Uji Sampel Peralatan Instrumen Bedah

Perlakuan 1 Perlakuan ke 2

Gunting Klem arteri Bengkok

Pinset Gunting Pinset

Pewarnaan Gram

Gram (+ ) Gram (+) Gram (+) Gram (+) Gram (+)

Morfologi Coccus/berantai Coccus/berantai Coccus/anggur Coccus/Berantai Coccus/Berantai

BHIB Keruh (+) Keruh (+) Keruh (+) Keruh (+) Keruh (+)

MCA (-) (-) (-) (-) (-)

BAP Zona Hijau (alfa

hemolisis) Zona Jernih

(beta hemolisis) Zona Hijau (alfa

hemolisis) Zona Jernih

(beta hemolisis) Zona Jernih

(beta hemolisis)

Katalase (-) (-) (+) (-) (-)

MSA (-) (-) Koloni

merah/ungu (-) (-)

VJA (-) (-) Koloni warna

merah (-) (-)

Jenis Bakteri Streptococcus

sp Streptococcus

sp Staphylococcus

epidermidis Streptococcus

sp Streptococcus

sp

Page 81: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

63

Tabel 3. Hasil Pengamatan Pengujian pada Sampel Hack dan Gunting

Bengkok

Jenis Pengujian

Hasil Uji Sampel Peralatan Instrumen Bedah

Perlakuan 1 Perlakuan ke 2

Hack Gunting Bengkok

Hack Gunting Bengkok

Pewarnaan Gram

Gram (+ ) Gram (+) Gram (+) Gram (+)

Morfologi Coccus/berantai Coccus/berantai Coccus/Anggur Coccus/Anggur

BHIB Keruh (+) Keruh (+) Keruh (+) Keruh (+)

MCA (-) (-) (-) (-)

BAP Zona Jernih

(beta hemolisis) Zona Jernih

(beta hemolisis) Zona Jernih

(beta hemolisis) Zona Jernih

(beta hemolisis)

Katalase (-) (-) (+) (+)

MSA (-) (-) Koloni warna

kuning Koloni warna

kuning

VJA (-) (-) Koloni warna

kuning Koloni warna

kuning

Jenis Bakteri Streptococcus

sp Streptococcus

sp Staphylococcus

aureus Staphylococcus

aureus

Inkubasi 1x24 jam pada suhu 37oC

Tabel 4. Hasil Pengamatan pada Kontrol

Inkubasi 1x24 jam pada suhu 37oC

Ket : 1. Kontrol udara : larutan PBS dalam botol steril yang tidak digunakan untuk

membasahi kapas “swab” tetapi kapas penutupnya dibuka selama pengambilan sampel

2. Kontrol transportasi ada dua yaitu : a. Kontrol larutan PBS dalam botol steril yang tidak digunakan untuk membasahi

kapas “swab” b. Kontrol kapas “swab” steril yang tidak digunakan untuk pengambilan sampel

“swab”.

Peralatan Logam

Instrumen Bedah

Media

Biakan Kontrol

Transportasi Udara

Larutan PBS Steril

Kapas "Swab" Steril

Perlakuan 1

Perlakuan 2

Perlakuan 3

Perlakuan 4

Hetting Set

Ditanam pada Media

BHIB Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih

GP Set Ditanam

pada Media BHIB

Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih

Hack dan Gunting Bengkok

Ditanam pada Media

BHIB

Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih Jernih

Page 82: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

64

1 Ose Biakan Bakteri

Fiksasi

Cuci air mengalir dan keringkan

2-3 tetes Gentian Violet

1 tetes larutan Lugol

1 tetes Safranin

Diamati dibawah Mikroskop

1 tetes Alkohol

Cuci air mengalir dan keringkan

Cuci air mengalir dan keringkan

Cuci air mengalir dan keringkan

LAMPIRAN III

PEWARNAAN GRAM

Kaca Objek

Page 83: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

65

LAMPIRAN IV

Gambar Media

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Perlakuan 4 Adanya Pertumbuhan Bakteri yang tampak dengan Terjadinya Kekeruhan Tampak Jernih pada Media BHIB

Sebelum Sterilisasi Sesudah Sterilisasi

Zona Hijau (Bersifat Alfa Hemolisis) Zona Jernih (Bersifat Beta Hemolisis)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

Sampel Positif Terjadi

Pertumbuhan Bakteri Pada Media Blood Agar Plate (BAP)

Page 84: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

66

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

Sampel Positif Terjadi

Pertumbuhan Bakteri Pada Media Manitol Salt Agar (MSA) Tampak

Koloni Berwarna Merah/ungu

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

Sampel Positif Terjadi

Pertumbuhan Bakteri Pada Media Manitol Salt Agar (MSA) Tampak

Koloni Berwarna Kuning

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

Sampel Positif Terjadi

Pertumbuhan Bakteri Pada Media Vogel Johnson Agar (VJA)

Tampak Koloni Berwarna Kuning

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

Sampel Positif Terjadi

Pertumbuhan Bakteri Pada Media Vogel Johnson Agar (VJA)

Tampak Koloni Berwarna Merah

Page 85: IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI FITRA DIANA DEWI

67

LAMPIRAN V

1. Gambar Peralatan Instrumen bedah minor set

Gambar : Alat Hetting Set Gambar : Alat GP Set Gambar : Alat Hack

2. Gambar Mesin Washer dan Autoclave

Gambar : Mesin Washer Gambar : Autoclave