docx-29669

download docx-29669

of 8

description

bhgu

Transcript of docx-29669

TEKNOLOGI PENGERINGAN BATUBARA

By SODIKIN MANDALA PUTRAemail: [email protected]

KOMUNITAS BLOGGER UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TEKNOLOGI PENGERINGAN

BATUBARA

OLEH : SODIKIN MANDALA PUTRA

Batubara merupakan sumber energy terbesar yang dimiliki oleh dunia khususnya indonesia saat ini sebagian besar negara berkembang menggunakan batubara sebagai sumber energy pembangkit tenaga listriknya. Dan diperkirakan batubara dapat digunakan 100 tahun kedepan, pengunaannya pun dapat dalam bentuk briket, cair, gas, maupun dalam kondisi utuh.

Batubara menjadi harta yang sangat beharga bagi indonesia yang memiliki cadangan terbukti sebesar 57 milyar ton jika ini dimanfaatkan dengan baik dan dengan menggunakan teknologi yang efektif maka indonesia tidak akan mengalami krisis energy dan menjadi Negara ekspor energy nantinya. Eksplorasi dan eksploitasi batubara dilakukan secara besar-besaran saat ini oleh berbagai perusahaan hal ini dikarenakan banyaknya permintaan batubara khususnya untuk sector pembakit tenaga listrik namun sebagian besar batubara hasil dalam negeri diekspor keluarnegeri seperti jepang, china, india, Australia, dan Negara-negara di eropa. Seharusnya indonesia harus lebih mengutamakan kepentingan dalam negeri.

Keberadaan batubara di indonesia memang melipah namun 60 % dari total itu merupakan batubara kelas rendah atau mengandung kadar air yang tinggi berkisar >20% bahkan mencapai 80% serta nilai kalori yang rendah dengan berbagai karakteristik yang tidak menguntungkan jika dimanfaatkan seperti mudah terjadi swabakar, kadar abu yang tinggi, serta banyak mengandung mineral pengotor.

Keberadaan batubara peringkat rendah yang melimpah merupakan potensi bagi indonesia hanya saja batubara tersebut harus dilakukan up-grading atau peningkatan kualitas, salah satu teknologi peningkatan kualitas batubara adalah teknologi yang mengurangi kadar air yang terdapat pada batubara. Pengurangan kadar air ini dapat dilakukan dengan pengeringan atau drying yang disebut dengan teknologi pengeringan batubara. Teknologi ini tidak hanya bersifat mengurangi kadar air namun juga bersifat meningkatkan nilai kalori dari suatu batubara tersebut.

Berbagai metode dan teknologi telah banyak digunakan untuk mengeringkan batubara baik itu buatan asli indonesia maupun buatan asing dan dari semua teknologi yang ada memiliki satu tujuan yaitu menciptakan teknologi batubara bersih, meningkatkan nilai kalori serta mengurangi kadar air ada yang menggunakan cara pemanasan, dicampurkan dengan berbagai larutan, dibakar tanpa O2,dll. Berikut ini akan dijelaskan berbagai teknologi pengeringan batubara serta penelitian-penelitian mengenai pengeringan dan upgrading batubara yang sudah ada saat ini.

A. Teknologi Geo Coal

Teknologi Geo Coal ini dikembangkan oleh Ir Harsudi Supandi, peneliti energi sekaligus Presiden Direktur Total Synergy International (TSI). Harsudi mengungkapkan, ada dua jenis batubara. Jenis pertama adalah batubara peringkat tinggi (high rank coal) yang punya kandungan air rendah, konten energi tinggi, kalori tinggi dan lebih efisien dalam pembakaran.

Jenis kedua adalah batubara peringkat rendah. Batubara jenis ini memiliki kadar air tinggi atau hampir 80 persen, konten energi dan kalori yang rendah dan kurang efisien. Jenis low rank coal biasanya lunak, mudah pecah atau rekah, mudah menjadi bubuk dan mudah habis terbakar tak terkendali. Sepintas, mengolah batubara peringkat rendah seperti tak berprospek. Namun, bila ditilik lagi, batubara peringkat rendah ternyata punya kelebihan. Jumlah batubara peringkat rendah masih melimpah dan memiliki kandungan sulfur dan abu yang rendah.

Saat ini berbagai negara berlomba untuk meng-upgrade batubara tingkat rendah sehingga bisa dimanfaatkan, terutama karena menipisnya cadangan minyak dan kekhawatiran akan energi nuklir.

Teknologi Geo Coal yang dikembangkan Harsudi pada dasarnya merupakan proses meningkatkan kalori batubara peringkat rendah. Proses peningkatan tersebut dilakukan melalui beberapa tahap, meliputi persiapan, penghancuran batubara, pengeringan, setting, dan berakhir dengan pendinginan.

Dalam proses penghancuran, batubara diubah menjadi ukuran lebih kecil, antara 5-50 cm. Sementara, pada proses pengeringan, kadar air dalam batubara peringat rendah dikurangi dengan menggunakan gassification burner. Setelah proses ini, dikatakan kadar air bisa berkurang 60-80 persen.

Proses selanjutnya, yaitu setting, adalah inti dari proses upgrading ini Dalam proses ini, dilakukan modifikasi gabungan dari Hardgrove Grindability Index (HGI), konten materi yang mudah terbakar dan debu atau ash dari batubara.

Teknologi Geo Coal mampu meningkatkan kalori batubara hingga 50-100 persen. Selain itu, proses upgrading yang dilakukan juga bisa mempertahankan kadar sulfur dan ash tetap rendah sehingga batubara yang dihasilkan nantinya lebih ramah lingkungan.

Teknologi Geo Coal yang dikembangkan berbeda dengan proses upgrading lain, seperti UBC (Upgrade Brown Coal). Harsudi mengatakan, "Kalau UBC itu kan intinya pada pengeringan dan briket. Sementara kalau Geo Coal ini intinya pada pengeringan dan setting."

Dengan Geo Coal, upgrading batubara lebih efisien. pengeluaran hanya 10 juta dollar per ton produk. Rational cost-nya 4-5 dollar per ton produk dalam skala besar. Bisa dibandingkan sendiri kalau UBC berapa Geo coal memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan teknologi lain. Produknya lebih ramah lingkungan. Batubara peringkat tinggi itu kandungan sulfurnya sampai 12 persen, sementara peringkat rendah itu kurang jadi 1 persen. Jadi ini low polluting.

B. Upgrading Brown Coal (UBC)

Kandungan air dalam batubara (air bebas maupun air bawaan) merupakan faktor penentu tinggi rendahnya nilai kalori batubara. Kandungan air yang tinggi menyebabkan tingkat pembakaran menjadi rendah akibatnya kandungan gas Co2 yang ditimbulkan menjadi tinggi yang tentunya berdampak buruk terhadap lingkungan. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan kalori dengan mengurangi kandungan air dalam batubara, salah satunya adalah Upgraded Brown Coal (UBC) yang diperkenalkan PT Kobe Steel Ltd, Jepang. UBC merupakan salah satu cara penghilangan kadar air dalam batubara melalui proses penguapan (evaporasi). Dibandingkan dengan teknologi peningkatan (upgrading) lainnya seperti, hot water drying (HWD) atau steam drying (SD) yang dilakukan pada temperatur diatas 275C dan tekanan yang cukup tinggi 5.500 kpa. Proses UBC relatif lebih sederhana dan dapat dilakukan pada temperatur dan tekanan relatif rendah (temperatur antara 150 - 160 C, tekanan 2 -3 atm).

Tahapan proses UBC, pertama batubara dibuat slurry dengan menggunakan minyak tanah yang dicampur dengan minyak residu, kemudian dipanaskan pada temperatur 150 C dan tekanan sekitar 3,5 atm. Proses pemanasan ini menyebabkan air bebas dan air bawaan dalam batubara akan keluar dan pori-pori yang terbuka akan tertutup oleh tar/wax.

Dengan temperatur pemanasan 150C pengeluaran tar dari pori-pori belum sempurna sehingga perlu ditambahkan zat aditif sebagai penutup permukaan batubara seperti, kanji, tetes tebu (mollase), dan minyak residu. Penggunaan minyak residu sebagai zat aditif karena senyawa organik yang beberepa sifat kimianya memiliki kesamaan dengan batubara sehingga minyak residu yang masuk kedalam pori-pori batubara akan kering kemudian bersatu dengan batubara. Lapisan minyak ini cukup kuat dan dapat menempel pada waktu yang cukup lama sehingga batubara dapat disimpan pada tempat terbuka pada waktu lama. Setelah proses UBC, kadar air batubara antara 17,56% dan 33,75% dapat diturunkan menjadi antara 0,82%-1,71%. Kadar air setelah mendapat keseimbangan yaitu, setelah batubara disimpan di udara terbuka selama 1-2 bulan, kadar air antara 5,08 dan 8,48% terjadi penurunan kadar air antara 71 dan 75%. Karena turunnya kadar air maka nilai kalori batubara meningkat dari antara 4.800 dan 5.400 kal/g air dried basis (adb), menjadi 6.200 dan 6.900 kal/g (adb) yang berarti terjadi kenaikan antara 27 dan 29%. Sementara kadar abu dan sulfur tidak menunjukkan perubahan berarti.

Proses UBC merupakan salah satu cara peningkatan kualitas batubara peringkat rendah melalui penurunan kadar air bawaan/terikat secara kimia dalam pori-pori batubara. Proses UBC yang dikembangkan oleh Kobe Steel Ltd., Jepang ini dilakukan dengan mencampurkan batubara (ukuran partikel