Dl Hr Senin ( Oksigen )
-
Upload
nhara-diahh -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of Dl Hr Senin ( Oksigen )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oksigen dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan. Fungsi system
pernapasan adalah menyuplai oksigen tubuh. Oksigen atau zat asam adalah unsur
kimia dalam sistem tabel periodik yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia
merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan
hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada Temperatur dan
tekanan standar, dua atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas
diatomik dengan rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.
Oksigen merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan massa
dan unsur paling melimpah di kerak Bumi. Perubahan dalam fungsi pernapasan
disebabkan oleh penyakit dan kondisi-kondisi yang mempengaruhi ventilasi atau
traspor oksigen.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Hipoksia ?
2. Apa itu Hipokapnia ?
3. Apa itu Hiperkapnia ?
4. Apa itu Hipoventilasi ?
5. Apa itu Hiperventilasi ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui tentang perubahan fungsi pernafasan yang meliputi hipoksia,
hipokapnia, hiperkapnia, hipoventilasi, hiperventilasi serta mngetahui tanda dan
gejalanya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. HIPOKSIA
Hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan. Kondisi ini
terjadi akibat defisiensi penghantaran oksigen atau penggunaan oksigen di selular. Hipoksia
dapat disebabkan oleh :
1. Penurunan kadar hemoglobin dan penurunan kapasitas darah yang membawa oksigen,
2. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi,
3. Ketidakmampuan jaringan untuk mengambil oksigen dari darah, seperti yang terjadi
pada kasus keracunan sianida
4. Penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti yang terjadi pada kasus
pneumonia,
5. Perfusi darah yang mengandung oksigen di jaringan yang buruk, seperti yang terjadi
pada syok, dan
6. Kerusakan ventilasi, seperti yang terjadi pada fraktur iga multiple atau trauma dada.
Terdapat 4 kategori hipoksia
1. Hipoksia hipoksik ditandai oleh rendahnya PO2 darah arteri disertai dengan kurangnya
saturasi Hb. Hal ini disebabkan oleh :
a. Malfungsi pernapasan yang melibatkan gangguan pertukaran gas, ditandai
oleh PO2alveolus normal, tetapi PO2 arteri berkurang
b. Berada di ketinggian atau di lingkungan tersekap dengan PO2 atmosfer yang
berkurang sehingga PO2 alveolus dan arteri juga berkurang.
2. Hipoksia Anemik mengacu kepada penurunan kapasitas darah mengangkut O2. Hal ini
dapat ditimbulkan oleh :
2
a. Penurunan sel darah merah dalam sirkulasi
b. Jumlah Hb yang tidak adekuat di dalam sel darah merah
c. Keracunan CO.
Pada semua kasus hipoksia anemic, PO2arteri normal, tetapi kandungan O2 darah arteri
lebih rendah dari normal karena berkurangnya Hb yang tersedia.
3. Hipoksia Sirkulasi muncul jika darah beroksigen yang sampai ke jaringan sangat
sedikit (kurang). Hipoksia sirkulasi dapat terbatas pada daerah tertentu akibat spasme
atau sumbatan vaskuler local. Di pihak lain, tubuh secara keseluruhan dapat
mengalami hipoksia sirkulasi akibat gagal jantung kongesif atau syok sirkulasi. Po2 dan
kandungan O2 arteri biasanya normal, tetapi darah beroksigen yang mencapai sel
terlalu sedikit.
4. Hipoksia Histotoksik, penyaluran O2 ke jaringan normal, tetapi sel-sel tidak mampu
menggunakan O2 yang tersediah untuk mereka. Contoh klasik adalah keracunan
sianida. Sianida menghambat enzim-enzim sel yang penting untuk respirasi internal.
Tanda dan Gejala Hipoksia
a. Rasa cemas
b. Gelisah
c. Tidak mampu berkonsentrasi
d. Penurunan tingkat kesadaran
e. Pusing
f. Perubahan perilaku
g. Rasa takut, ansietas
h. Disorientasi
i. Peningkatan keletihan
j. Peningkatan frekuensi nadi
k. Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan
3
l. Peningkatan tekanan darah
m. Disritmia jantung
n. Pucat
o. Sianosis adalah suatu perubahan warna kulit dan membrane mukosa menjadi kebiruan
akibat adanya hemoglobin yang tersaturasi di kapiler, merupakan tanda hipoksia tahap
lanjut. Ada tidaknya sianosis bukan merupakan alat pengukur status oksigenasi yang
dapat dipercaya. Sianosis pusat yang terlihat di lidah, palatum mole, dan konjungtiva
mata, tempat aliran darah tinggi, mengindikasikan hipoksemia. Sianosis perifer, yang
terlihat pada ekstremitas, bantalan kuku, dan daun telinga seringkali merupakan akibat
vasokonstriksi dan aliran darah yang mengalami stagnasi.
p. Clubbing
q. Dispnea
Hipoksia merupakan kondisi yang mengancam kehidupan. Apabila tidak ditangani,
kondisi ini menyebabkan disritmia jantung, yang mengakibatkan kematian. Hipoksia
ditangani dengan pemberian oksigen dan mengobati penyebab yang mendasari hipoksia,
seperti obstruksi jalan napas.
B. HIPOKAPNIA
Hipokapnia adalah CO2 darah arteri lebih rendah dari normal. Hipokapnia juga merupakan
penurunan jumlah karbon dioksida dalam darah yang disebabkan oleh hiperventilasi. Seperti
halnya ventilasi, yang dianggap memadai bila suplai O2 seimbang dengan pembentukan CO2.
CO2 mudah sekali mengalami difusi sehingga tekanan CO2 dalam udara alveolus sama
dengan tekanan CO2 dalam darah arteri; sehingga PaCO2 merupakan gambaran ventilasi
alveolus yang langsung dan segera yang berhubungan dengan kecepatan metabolisme.
Dengan demikian PaCO2 digunakan untuk menilai kecukupan ventilasi alveolar karena
pembuangan CO2 dari paru seimbang dengan sehingga PaCO2 langsung berkaitan dengan
produksi CO2 ( CO2) dan sebaliknya berkaitan dengan ventilasi alveolar: PaCO2 α CO2/ .
Ventilasi yang memadai akan mempertahankan kadar PaCO2 sebesar 40 mmHg. Hipokapnia
terjadi apabila PaCO2 kurang dari 35 mmHg. Penyebab langsung retensi CO2 adalah
4
hipoventilasi alveolar (ventilasi kurang memadai, untuk mengimbangi pembentukan CO2).
Kehilangan CO2 dari paru yang berlebihan (hipokapnia) akan terjadi apabila terjadi
hiperventilasi (ventilasi dalam keadaan kebutuhan metabolisme meningkat untuk membuang
CO2).
Tanda dan Gejala Hipokapnia :
a. Sering mendesah
b. Menguap
c. Pusing
d. Palpitasi
e. Tangan dan kaki kesemutan
f. Baal
g. Kedutan otot
h. Kejang
C. HIPERKAPNIA
Hiperkapnia adalah Kelebihan CO2 dalam darah arteri. Beberapa mekanisme yang
menyebabkan hipekapnia adalah :
a. Drive respiratory yang insufisien
b. Defek ventilatori pump
c. Beban kerja yang sedemikian besar sehingga terjadi kecapaian pada otot pernapasan
dan penyakit intrisik paru dengan ketidakseimbangan V/Q yang berat.
Keadaaan hiperkapnia hampir selalu merupakan indikasi adanya insufisiensi atau gagal
napas. PaCO2 = k X VCO2/VA. Meningkatnya VCO2 dapat disebabka oleh febris, kejang,
agitasi atau factor lainnya. Keadaan ini biasanya terkompensasi dengan meningkatnya VA
secara cepat. Hiperkapnia terjadi hanya apabila VA terjadi peningkatan hanya sedikit.
D. HIPOVENTILASI
5
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen
tubuh atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Apabila ventilasi alveolar
menurun, maka PaCO2 akan meningkat. Atelektasis akan menghasilkan hipoventilasi.
Atelektasis merupakan kolaps alveoli yang mencegah pertukaran oksigen dan karbon dioksida
dalam pernapasan. Karena alveoli kolaps, maka paru yang diventilasi lebih sedikit dan
menyebabkan hipoventilasi.
Pada klien yang menderita penyakit obstruksi paru, pemberian oksigen yang berlebihan
dapat mengakibatkan hipoventilasi. Klien ini beradaptasi terhadap kadar karbon dioksida yang
tinggi dan kemoreseptor yang peka pada karbondioksida pada hakikatnya tidak berfungsi.
Klien ini terstimulus untuk bernapas jika PaO2 menurun. Apabila jumlah oksigen yang
diberikan berlebihan, maka kebutuhan oksigen dipenuhi dan stimulus untuk bernapas
negative. Konsentrasi oksigen yang tinggi (misalnya lebih besar dari 24% sampai 28%[1
sampai 3 liter]) mencegah penurunan PaO2 dan menghilangkan stimulus untuk bernapas,
sehingga terjadi hipoventilasi. Retensi CO2 yang berlebihan menyebabkan henti napas.
Tanda dan Gejala Hipoventilasi
a. Pusing
b. Nyeri kepala (dapat dirasakan di daerah oksipital hanya saat terjaga)
c. Letargi
d. Disorientasi
e. Penurunan kemampuan mengikuti instruksi
f. Disritmia jantung
g. Ketidakseimbangan elektrolit
h. Konvulsi
i. Koma
j. Henti Jantung
Apabila tidak ditangani, maka kondisi klien akan menurun dengan cepat. Akibatnya, dapat
terjadi kebingungan, tidak sabar dan kematian.
6
Terapi untuk menangani hipoventilasi dimulai dengan mengobati penyebab yang
mendasari gangguan tersebut, kemudian tingkatkan oksigenasi jaringan, perbaiki fungsi
ventilasi, dan upayakan keseimbangan asam-basa.
E. HIPERVENTILASI
Tujuan ventilasi adalah menghasilkan tegangan karbon dioksida di arteri yang normal
(PaCO2) dan mempertahankan tegangan oksigen di arteri yang normal (PaO2).
Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk
mengeliminasi karbon dioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme seluler.
Hiperventilasi dapat disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-obatan, ketidakseimbangan asam-
basa, dan hipoksia yang dikaitkan dengan embolus paru atau syok. Ansietas akut dapat
mengarah kepada hiperventilasi dan menyebabkan kehilangan kesadaran akibat ekshalasi
karbon dioksida yang berlebihan. Demam menyebabkan hiperventilasi. Untuk setiap
peningkatan satu derajat Fahrenheit, terdapat peningkatan kecepatan metabolism sebesar 7%,
sehingga menyebabkan peningkatan produksi karbon dioksida. Respons klinis yang
dihasilkan ialah peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan.
Hiperventilasi juga disebabkan kimiawi. Keracunan salisilat (aspirin) menyebabkan
kelebihan stimulasi pada pusat pernapasan karena tubuh berusaha mengompensasi kelebihan
karbon dioksida. Amfetamin juga meningkatkan ventilasi dengan meningkatkan produksi
karbon dioksida.
Hiperventilasi juga dapat terjadi ketika tubuh berusaha megompensasi asidosis metabolic
dengan memproduksi alkalosis respiratorik. Ventilasi meningkat untuk menurunkan jumlah
karbon dioksida yang tersedia untuk membentuk asam karbonat.
Tanda dan gejala Hiperventilasi
a. Takikardia
b. Napas pendek
c. Nyeri dada
d. Pusing
e. Sakit kepala ringan
f. Disorientasi
7
g. Paretesia
h. Baal (pada ekstremitas, sirkumoral)
i. Tinitus
j. Penglihatan yang kabur
k. Tetani (spasme karpopedal)
Hemoglobin tidak membebaska oksigen ke jaringan dengan mudah sehingga terjadi
hipoksia jaringan. Apabila gejala memburuk, klien menjadi lebih terganggu, yang pada tahap
lanjut akan meningkatkan frekuensi pernapasan dan menyebabkan alkalosis respiratorik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8
Hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan.
Hipokapnia adalah CO2 darah arteri lebih rendah dari normal. Hipokapnia juga
merupakan penurunan jumlah karbon dioksida dalam darah yang disebabkan oleh
hiperventilasi. Hiperkapnia adalah Kelebihan CO2 dalam darah arteri. Hipoventilasi
terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau
mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Hiperventilasi merupakan suatu
kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk mengeliminasi karbon
dioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme seluler.
B. Saran
Untuk menghindari terjadinya hipoksia, hipokapnia, hiperkapnia, hipoventilasi,
serta hiperventilasi, kita harus mengetahui penyebab serta tanda dan gejalanya. Agar
kita dapat mengetauinya secara dini . Dario adanya hal tersebut kita dapat degera
untuk mengetahui masalah perubahan tersebut agar kembali normal.
DAFTAR FUSTAKA
Perry & Potter. 1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, ed 4, vol 2. Jakarta : EGC
Evelyn, Franklin. 2006. Fisiologi Manusia untuk Paramedis. Surabaya: Sinar Wijaya
9
Buku Saku FATOFISIOLOGI, Elizabeth J. Corwin, BSN. PhD
10