materi oksigen

download materi oksigen

of 40

description

keperawatan

Transcript of materi oksigen

Rumus-Rumus Hitungan DalamKeperawatan

Rumus-Rumus Hitungan Dalam KeperawatanBy: Nhinnie PurnamaSari ^_^

Hitungan??!!?!?

Apa yang ada dalam pikiran anda seputar hitungan?. Ada yang berpikir hitungan itu membingungkan, ada yang menganggap hitungan itu membosankan, tapi ada juga lho ternyata yang menganggap hitungan itu suatu yang mengasikkan. Hitungan ternyata tidak hanya terdapat dalam pelajaran statistik saja, seperti matematika. Melainkan dalam dunia keperawatan juga ada yang namanya Rumus Keperawatan, yang mempelajari hitungan-hitungan seputar keperawatan dan dunia kesehatan. Rumus-rumus ini sangat penting untuk diketahui dan dipelajari lho Nah, untuk lebih jelasnya lagi, silahkan baca disini, SELAMAT MEMBACA SEMOGA BERMANFAAT^_^

1. Maternitas

2. Menghitung HPHT /Taksiran Persalinan (Rumus Naegle)

Hari + 7, Bulan -3, Tahun + 1

1. Menghitung Usia Kehamilan

Rumus Mac Donal :

TFU (cm)= tuanya kehamilan dalam bulan

3,5 cm

X (Bulan) = Tgl pemeriksaan HPHT

UK = X x 4

1. Menghitung Usia kehamilan

1. Menghitung Berat Badan Janin (Rumus Jhonson Tausak)

( MD 12 ) X 155 = BB janin

MD :jarak simfisis pubis s/d fundus uteri

1. Perhitungan ovulasi pada wanita

Menstruasi14 hariMenstruasi berikutnya (siklus 28 hari)

Menstruasi21 hariMenstruasi berikutnya (siklus 35 hari)

1. Menghitung DJJ

Hitung selama 5 detik selang 5 detik hitung lagi 5 detik selang 5 detik lalu

Hitung lagi 5 detik, hasilnya teratur jika angka ke 1&3 sama.

1. Menghitung Cairan

1. Menghitung balance cairan

TPM =Total Vol infuse (cc) x Factor TetesanLama waktu penginfusan(menit )

Factor tetesan

Makro 1 cc = 60 tetes

Mikro 1 cc = 15 tetes atau 1 cc = 20 tetes

1. Menghitung jumlah tetesan infus

TPM=Volume cairan infus x faktor tetes normalLama pemberian x 60

1. Menghitung Lama pemberian infus

LP =Volume cairan infus x faktor tetes normalOrder tetesan x 60

1. Menghitung cairan yg diberikan pd Px Luka bakar

Dewasa= RL 4 ml x BB x % LB

Anak = RL 2 ml x BB x % LB

8 jam First and 16 jam continued

1. Kebutuhan cairan anak sesuai BB

100ml untuk Kg pertama

50ml untuk Kg kedua

25ml untuk Kg selanjutnya

Exc, Hitung kebutuhan cairan anak jika BB 26 Kg

Keb. Cairan : (10100)+(1050)+(625)

: 1000+500+150

:1650 ml

1. Rumus hitung cairan

Tetesan/menit=keb.Cairan (cc)xTetesan DasarWaktu 60(dtk)

Kebutuhan Cairan (cc)x makro 1/1 mikro

Waktu (Jam)

1. Contoh Soal

Cairan 500cc harus habis dalam 10 jam

Jawab:500ccx makro = 16,6 GTT/menit10 jam

Cairan 250cc dengan kecepatan 20GTT/ menit, Berapa habisnya cairan?

Jawab:250x = 20 GTT/menit X

X =250 x 1= 4,16 makro

(203)

Jumlah CairanTetesanHabis Dalam

500 cc

500cc

500cc

500cc20GTT

30GTT

40GTT

60GTT8,33 Jam

5,55 Jam

4,16 Jam

2,77 Jam

1. Pemberian obat

1. Menghitung dosis berdasarkan perbandingan dgn dosis dewasa

Umur= (umur dewasa > 20 tahun)

a. Young : Da = (n / (n + 2)) x Dd

b. Dilling : Da = (n/20) x Dd

c. Cowling : Da = ((n+1)/24) x Dd

Luas Permukaan Tubuh (LPT dewasa 1,73 m2)

a. Crawford : Da = (LPTa/LPTd) x Dd

b. Denekamp :

Da = ((12LPTa + 13)/100) x Dd

Catatan : LPT = ((0,5738xbbxt)/(0,39640,024265))m2

Berat Badan (BB dewasa 70 kg)

a. Clark : Da = (Ba/Bd) x Dd

b. Augsberger :

Da = ((1,5B + 10)/100) x Dd

1. Perhitungan dosis tablet/kapsul/obat cair/suntikan

X = (dosis yg diminta : dosis yg tersedia) x satuan yg ada

1. Menghitung dosis obat untuk anak (Clark Rule)

Dosis anak =Permintaan x pelarutSediaan yg ada

Dosis Dewasa xBerat anak (Ponds)50

1 Ponds = 2,2 kg

1. Menghitung pengganti takaran obat

Obat sediaan=Obat yg diperlukanTablet Tablet yg diperlukan

Contoh: Tersedia Amoxylin 30 mg tiap tablet diperlukan obat sebanyak 375 mg?

Jawab: 30 =375= 12,5 Tablet

1 Tablet X

1. Kebutuhan cairan untuk Dehidrasi pd bayi Diare

BB x (D+M+C) cc

Dehidrasi (D) Ringan =5o cc/Sedang =80 cc/Berat =100 cc

Maintenance (M): Neonatus=140-120cc/ 0-1 Th=120-100cc/1-2 Th=100-90cc/2-4 Th=90-80cc

4-8 Th=80-70cc/8-12 Th=70-60cc/>12 Th=60-50cc

Concimetten Loss: Muntah=25cc/ BAB=25cc/ Muntah+BAB=30cc

1. Pemberian Infus pada Neonatus

Jumlah Cairan= Keb. Cairan x BB

Keb.Cairan: NaCl 3% =2-4 Meq/KgBB 1Meq=2cc

KCl 3,75% =1-3 Meq/KgBB 1Meq=2cc

Bicnat 7,5% =2-4 Meq/KgBB 1Meq=1cc

Dectrose 10% Jumlah Selebihnya

1. Pembuatan Larutan Saflon

Rumus: M1 x V1 = M2 x V2

Contoh: akan dibuat larutan Saflon 2% sebanyak 100 ml dengan sediaan larutan 20%. Berapa cairan Saflon yang diperlukan?

Jawab: 20% v1 = 0,2% Ml

v1 =0,2% x 100=201 ml (jumlah saflon)

20% 20

Jumlah Aquades yg diperlukan = v2-v1 = 100-1

Ml = 99 ml

1. Pembuatan campuran obat skintest

Rumus: 1:9

Contoh: Amoxcylin 0,1cc dan aquades 0,9cc dalam spuit 1cc disuntikkan dengan undulasi 0,5-1 cm dan tunggu selama 15 menit hasilnya positif bila undulasi bertambah dan gatal (merah).

1. Perhitungan Tes Rumple Leed

Rumus:Sistolik + Diastolik 2

Contoh: TD: 120/80 mmHg

Jawab: 120+80 =100mmHg

Ditahan selama 15 menit dan hasilnya positif bila dalam lingkaran 5cm terdapat lebih dari 10 bercak merah (ptechie).

1. Perhitungan jumlah pemberian o2

Rumus: RR x volume tidal x 20%=ML

Contoh: Klien dengan RR 35x/menit harus mendapatkan o2 sebanyak

35500 ML x 20% = 3500 ML = 3,5 Liter

1. Perhitungan pengambilan obat untuk tes Mantouk

Rumus:Unit Yg Diperlukan Unit yg tersedia dalam ml

Contoh: Terdapat cairan PPD dalam vial 4cc dengan kandungan obat 1 ml= 50 unit (5tu) maka berapa yang diambil dalam vial?

Jawab:5 unit= 0,1 ml

50 unit (dlm 1 ml)

Disuntikan IC dengan pembacaan hasil sesudah 24-72 jam. Untuk ATS diberikan 300 unit untuk dewasa dan separuhnya untuk anak anti tetanus.

1. Perhitungan denyut nadi maksimal

Rumus: 220 Umur (dalam tahun)

Contoh: Usia 20 tahun denyut nadi maksimalnya 200x/menit (saat olahraga stop apabila nadi sudah mencapai 200x/menit)

1. Perhitungan BB Ideal

Rumus:BB x 100%TB 100

BB normal = nilai 90-100%

BB kurang, nilai kurang dari 90%

BB lebih, BB lebih dari 110%

Rumus (Bocca):

TB -100% Kg (pria TB < 160cm)

TB -100x 1 Kg (Wanita TB 150cm)

Contoh: Pria dengan TB 170cm harus memiliki BB ideal

(170-100)-10%=70-7 Kg (7010%)= 63 Kg

1. Rumus menghitung BB dan TB normal untuk balita diatas 3 tahun

Rumus: BB= 8-2 (Kg)

TB= 80-5n (cm)

Contoh: Balita usia 3 tahun memiliki BB normal 14 Kg dan TB 95 cm.

1. Penilaian kesadaran dengan GCS

Mata (E):

4: Spontan membuka mata

3: Dengan perintah

2: Dengan rangsang nyeri

1: Tidak ada reaksi

Motorik (m):

6: Mengikuti perintah

5: Melokalisir nyeri

4: Menghindari nyeri

3: Fleksi abnormal

2: Ekstensi abnormal

1: Tidak ada reaksi

Verbal (V):

5: Orientasi baik

4: Disorientasi waktu & tempat, tapi dapat mengucapkan kalimat

3: Hanya mengucapkan kata-kata

2: Mengerang

1: Tidak ada reaksi

1. Penilaian AFGAR Score

Klinis012

Warna kulit (A)

Pulse (P)

Reflek (G)

Tonus (A)

Nafas (R)Biru/ Pucat

Tidak ada

Tidak ada

Lunglai

Tidak adaBadan merah Ekstremitas Biru

100x/menit

Menangis kuat

Aktif

Kuat, Teratur

0-3 Aspiksia berat, 4-7 Aspiksia sedang, 7-10 Normal

1. Kekuatan Otot

0: tidak ada kontraksi

1: terdapat kontraksi tapi tidak bisa bergeser

2: hanya ada pergeseran dan pergerakan sendi

3: dapat mengadakan gerakan melawan gravitasi, tapi tidak bisa melawan

4: dapat melawan gravitasi tapi tidak dapat melawan tahanan (lemah)

5: dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan penuh

Catatan: L Ka L Ki

K Ka K Ki

1. Tajam penglihatan

6/6 : Bisa membaca dengan benar huruf pada Snelen Chart dan orang

orang normal pun dapat melakukanny (jarak 6 m)

6/30 : Hanya bisa membaca huruf pada jarak 6m, sedangkjan orang

normal bisa membaca pada jarak 30m.

3/60 : Hanya bisa melihat dan menentukan jumlah jari dengan benar

pada jarak 3m sedangkan orang normal 60m.

1/300 : Hanya bisa melihat lambaian tangan pada jarak 1m, orang normal

300m.

1/- : Hanya bisa merasakan sinar saja

0 : Buta total

1. Pemeriksaan pendengaran dan diagnosanya

RinnerWeberSchwabachDiagnosa

+Tidak ada lateralisasiSama dengan pemeriksaNormal

-Lateralisasi ke telinga sakitMemanjangTuli konduktif

+Ke vg sehatMemendekTuli sensori

Tes rinner : membandingkan hantaran udara dengan hantaran tulang

pendengaran

Tes weber : mwmbandingkan hantaran tulang kiri dan kanan

Tes schwabach:membandingkan hantaran tulang pendengaran klien

dengan pemeriksa

18. Stadium Tumor Nasofaring

I : Tumor dinasofaring

II : Meluas kerongga hidung sinus sfenoid

III : Meluas ke sinus maksila, etmoid rongga mata dan pipi

IV : Meluas ke rongga intra kranial

19. Stadium Ca Cerviks

0 : insitu karsinoma di epitel

1 : terbatas di serviks

2 : menyebar ke luar serviks 2/3 bagian atas vagina dan parametrium

3 : sudah mencapai dinding panggul

4 : matasate ke rektum, vesika urinaria dan organ lain

20. Derajat luka bakar

Stadium 1 : pada epidermis (sembuh 5-7 hari)

Stadium 2 : pada dermis (sembuh 16-21 hari)

Stadium 3 : sudah mencapai subkutis

21. Klasifikasi Denyut Nadi

0 : tidak teraba adanya denyut

1 : denyutan berkurang dan sulit diraba

2 : normal, teraba dengan mudah dan tidak mudah lenyap

3 : denyutan kuat dan seperti memantul terhadap ujung jari

22. Klasifikasi dalam oedema

1+ : depresi 2mm

2+ : depresi 4mm

3+ : depresi 6mm

4+ : depresi 8mm

23. Pemberian oralit diberikan setiap mencret/muntah

< 1 th : 50-100cc

1-5 th : 100-200cc

>5 th : 200-300cc

Dewasa: 400-500cc

24. Pemberian imunisasi menurut umur

UmurAntigen

2 Bulan

3 Bulan

4 Bulan

9 BulanBCG, DPT, polio 1

Hepatitis 1, DPT 2, Polio 2

Hepatitis 2, DPT 3, Polio 3

Hepatitis 3, Campak, Polio 4

25. Pemberian Suction

1. Ukuran Kateter Penghisap

UsiaUkuran

1. Neonatus6-8 Fr

1. Bayi s/d 6 bulan6-8 Fr

1. 18 bulan8-10 Fr

1. 24 bulan10 Fr

1. 2-4 tahun10-12 Fr

1. 4-7 tahun12 Fr

1. 7-10 tahun12-14 Fr

1. 10-12 tahun14 Fr

1. Dewasa12-16 Fr

1. Regulator Vacum yang digunakan

Alat Vacum( mmHg )

1. Bayi60-100 mmHg

1. Anak-anak100-120 mmHg

1. Dewasa120-150 mmHg

Alat Vacum(inci Hg)

1. Bayi3-5 inci Hg

1. Anak-anak5-10 inci Hg

1. Dewasa7-15 inci Hg

KEBUTUHAN OKSIGENASIPOSTED ON 15.46 BY ADMIN |1 COMMENT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangOksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.1.2 Rumusan Masalah1. Apa definisi dari kebutuhan oksigenisasi?2. Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan oksigenisasi?3. Bagaimana terjadinya proses oksigenisasi beserta?4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan oksigenisasi?5. Seperti apa jenis pernafasan dan pengukuran fungsi paru?6. Bagaimana proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenisasi?1.3 Tujuan Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan oksigenisasi Untuk mengetahui jenis pernafasan dan pengukuran fungsi paru Untuk mengetahui proses keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenisasi1.4 Sitematika PenulisanSistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :Bab I. Pendahuluan, berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan, sistematika penulisan, metode penulisan.Bab II. Pembahasan, berisi pembahasan yang menjelaskan tentang kebutuhan aktivitasBab III. Penutup, berisi kesimpulan, dan saran.1.5 Metode PenulisanMetode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mencari, mengumpulkan, dan mempelajari materi-materi dari buku maupaun dari media informasi lainnya dalam hal ini yang berkaitan dengan kebutuhan oksigenisasi.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Kebutuhan OksigenasiOksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.

2.2 Sistem Tubuh yang Berperan dalam Kebutuhan OksigenasiSaluran pernapasan bagian atas:a. Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung.b. esophagus.c. Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring.d. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat proses menutup.Saluran pernapasan bagian bawah:a. Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrae torakalis kelima.b. Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri.c. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.d. Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigen dengan karbondioksida.e. Paru-Paru (Pulmo), Paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan.

2.3 Proses Oksigenasia. VentilasiMerupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi di pengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci dan recoil. Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang. sedangkan recoil adalah kemampuan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan pons, dapat dipengaruhi oleh ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :1. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer2. Adanya kondisi jalan napas yang baik3. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.b. Difusi GasDifusi gas merupakan pertukaran antara oksigen dialveoli dengan kapiler paru dan co2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa paktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi atau permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial (keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan). Perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini sebagai mana O2 dari alveoli masuk kedalam darah oleh karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi).c. Transfortasi GasTransfortasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan tubuh dan Co2 jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu curah jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise), perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta eritrosit dan kadar Hb.

2.4 Jenis Pernapasan1. Pernapasan EksternalPernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, lalu oksigen akan menembus membrane yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.2. Pernapasan InternalPernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses Semua hormon termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan saluran pernapasan.

2.5 Pemeriksaan Fungsi Paru Dengan Alat SpirometriRespirasi (Pernapasan atau ventilasi) sebagai suatu siklus inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih rendah dari kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume dan kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri, sedang hasil rekamannya disebut dengan spirogram.Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak 500 ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang sangat bervariasi tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350 ml) dari volume tidal secara nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas. Sedang sisanya sebanyak 30% (150 ml) menetap di ruang rugi (anatomic dead space).Volume total udara yang ditukarkan dalam satu menit disebut dengan minute volume of respiration (MVR) atau juga biasa disebut menit vantilasi. MVR ini didapatkan dari hasil kali antara volume tidal dan frekuensi pernapasan normal permenit. Rata-rata MVR dari 500 ml volume tidal sebanyak 12 kali pernapasan permenit adalah 6000 ml/menit.Volume pernapasan yang melebihi volume tidal 500 ml dapat diperoleh dengan mengambil nafas lebih dalam lagi. Penambahan udara ini biasa disebut volume cadangan inspirasi (Inspiratory reserve volume) sebesar 3100 ml dari volume tidal sebelumnya, sehingga volume tidal totalnya sebesar 3600 ml.Meskipun paru dalam keadaan kosong setelah fase ekspirasi maksimal, akan tetapi sesungguhnya paru-paru masih memiliki udara sisa yang disebut dengan volume residu yang mempertahankan paru-paru dari keadaan kollaps, besarnya volume residu sekitar 1200 ml.Berikut cara pemeriksaan vital paru dengan alat spirometri :1. Siapkan alat spirometri2. Nyalakan alat terlebih dahulu dengan memencet tombol ON. Masukkan data seperti umur, seks, TB, BB3. Kemudian masukkan mouthpiece yang ada dalam alat spirometri kedalam mulutnya dan tutuplah hidung dengan penjepit hidung.4. Untuk mengatur pernapasan, bernapaslah terlebih dahulu dengan tenang sebelum melakukan pemeriksaan.5. Tekan tombol start jika sudah siap untuk memulai pengukuran.6. Mulai dengan pernapasan tenang sampai timbul perintah dari alat untuk ekspirasi maksimal (tidak terputus). Bila dilakukan dengan benar maka akan keluar data dan kurva pada layar monitor spirometri.7. Kemudian ulangi pengukuran dengan melanjutkan inspirasi dalam dan ekspirasi maksimal.8. Setelah selesai lepaskan mouthpiece, periksa data dan kurva kemudian dilanjutkan dengan mencetak hasil rekaman (tekan tombol print pada alat spirometri).

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan OksigenKebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh memerlukan oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup dan status kesehatan.1. LingkunganPada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal tersebut mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respon demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen. Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian tempat. Pada tempat tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga tekana oksigen juga turun. Implikasinya, apabila seseorang berada pada tempat yang tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut, maka tekanan oksigen alveoli berkurang. Ini menindikasikan kandungan oksigen dalam paru-paru sedikit. Dengan demikian, pada tempat yang tinggi kandungan oksigennya berkurang. Semakin tinggi suatu tempat maka makin sedikit kandungan oksigennya, sehingga seseorang yang berada pada tempat yang tinggi akan mengalami kekurangan oksigen. Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara. Udara yang dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara, konsentrasi oksigennya rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara optimal. Respon tubuh terhadap lingkungan polusi udara diantaranya mata perih, sakit kepala, pusing, batuk dan merasa tercekik.2. LatihanLatihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.3. EmosiTakut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga kebutuhan oksigen meningkat.4. Gaya HidupKebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang sebab merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah darah koroner. Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.5. Status KesehatanPada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi dengan baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat. Sebaliknya, orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernapasan dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

2.7 Gangguan OksigenasiPermasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari adanya gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologis dari organ-organ respirasi. Permasalahan dalam pemenuhan tersebut dapat disebabkan adanya gangguan pada sistem tubuh lain, misalnya sistem kardiovaskuler. Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degeneratif dan lain-lain. Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat. Secara garis besar, gangguan-gangguan respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama/frekuensi pernapasan, insufisiensi pernapasan dan hipoksia.a. Gangguan irama/frekuensi pernapasan1. Gangguan irama pernapasan antara lain:a) Pernapasan Cheyne-stokes yaitu siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik kemudian menurun dan berhenti. Lalu pernapasan dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis pernapasan ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongesti, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis, jenis pernapasan ini terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000-15.000 kaki di atas permukaan laut dan pada bayi saat tidur.b) Pernapasan Biot yaitu pernapasan yang mirip dengan pernapasan Cheyne-stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea. Keadaan pernapasan ini kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.c) Pernapasan Kussmaul yaitu pernapasan yang jumlah dan kedalamannya meningkat sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asiidosis metabolik dan gagal ginjal.2. Gangguan frekuensi pernapasana) Takipnea/hiperpnea, yaitu frekuensi pernapasan yang jumlahnya meningkat di atas frekuensi pernapasa normal.b) Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana ferkuensi pernapasan yang jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernapasan normal.

b. Insufisiensi pernapasanPenyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama yaitu:1. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus, seperti:a) Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomielitis, transeksi servikal.b) Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema, TBC dan lain-lain.2. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru:a) Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang, misalnya kerusakan jaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.b) Kondisi yang menyebabkan penebalan membran pernapasan, misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lain-lain.c) Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada trombosis paru.3. Kondisi paru yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-paru ke jaringan yaitu:a) Anemia dimana berkurangnya jumlah total hemoglobin yang tersedia untuk transpor oksigen.b) Keracunan karbondioksida dimana sebagian besar hemoglobin menjadi tidak dapat mengankut oksigen.c) Penurunan aliran darah ke jaringan yang disebabkan oleh karena curah jantung yang rendah.

c. HipoksiaHipoksia adalah kekurangan oksigen di jaringan. Istilah ini lebih tepat daripada anoksia. Sebab, jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan. Hipoksia dapat dibagi ke dalam empat kelompok yaitu hipoksemia, hipoksia hipokinetik, overventilasi hipoksia dan hipoksia histotoksik.1. HipoksemiaHipoksemia adalah kekurangan oksigen di darah arteri. Terbagi atas dua jenis yaitu hipoksemia hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonik (anoksia anemik). Hipoksemia hipotonik terjadi dimana tekanan oksigen arteri rendah karena karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi dimana oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit. Hal ini terdapat pada kondisi anemia, keracunan karbondioksida.2. Hipoksia Hipokinetik (stagnat anoksia/anoksia bendunagn)Hipoksia hipokinetik yaitu hipoksia yang terjadi akibat adanya bendunagn atau sumbatan. Hipoksia hipokinetik dibagi kedalam dua jenis yaitu hipoksia hipokinetik ischemic dan hipoksia hipokinetik kongestif. Hipoksia hipokinetik ischemic terjadi dimana kekurangan oksigen pada jaringan disebabkan karena kuarngnya suplai darah ke jaringan tersebut akibat penyempitan arteri. Hipoksia hipokinetik kongestif terjadi akibat penumpukan darah secara berlebihanatau abnormal baik lokal maupun umum yang mengakibatkan suplai oksigen ke jaringan terganggu, sehingga jarinagn kekurangan oksigen.

3. Overventilasi hipoksiaOverventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang berlebihan sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunaannya.4. Hipoksia histotoksikHipoksia histotoksik yaitu keadaan dimana darah di kapiler jaringan mencukupi, tetapi jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih banyak daripada normal (oksigen darah vena meningkat).

2.8 Masalah Keperawatan Berkaitan dengan kebutuhan oksigena. Tidak efektifnya jalan napasMasalah keperawatan ini menggambarkan kondisi jalan napas yang tidak bersih, misalnya karena adanya sumbatan, penumpukan sekret, penyempitan jalan napas oleh karena spasme bronkhus dan lain-lain.b. Tidak efektifnya pola napasTidak efektifnya pola napas ini merupakan suatu kondisi dimana pola napas, yaitu respirasi dan ekspirasi menunjukan tidak normal. Penyebabnya bisa karena kelemahan neoromuskular, adanya sumbatan di trakheo-bronkhial, kecemasan dan lain-lain.c. Gangguan pertukaran gasGangguan pertukaran gas merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara oksigen yang dihirup dengan karbondioksida yang dikeluarkan pada pertukaran gas antara alveoli dan kapiler. Penyebabnya bisa karena perubahan membran alveoli, kondisi anemia, proses penyakit dan lain-lain.d. Penurunan perfusi jaringanAdalah suatu keadaan dimana sel kekurangan suplai nutrisi dan oksigen. Penyebabnya dapat terjadi karena kondisi hipocolemia, hipervolemia, retensi karbondioksida, penurunan cardiac output dan lain-laine. Intoleransi aktivitasAdalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitasnya. Penyebabnya antara lain karena ketidakseimbangan antara suolai dan kebututhan oksigen, produksi energi yang dihasilkan menurun dan lain-lain.

f. Perubahan pola tidurGangguan kebutuhan oksigen dapat mengakibatkan pola tidur terganggu. Kesulitan bernapas (sesak napas) menyebakan seseorang tidak bisa tidur pada jam biasa tidur. Perubahan pola tidur juga dapat terjadi karena kecemasan dengan penyakit yang dideritanya.g. Risiko terjadinya iskemik otakGangguan oksigenasi mengakibatkan suplai darah ke otak berkurang. Hal tersebut disebabkan oleh cardiac output yang menurun, aliran darah ke otak berkurang, gangguan perfusi otak, dan lain-lain. Akibatnya, otak kekurangan oksigen sehingga berisiko terjasi kerusakan jaringan otak.

2.9 Metode pemenuhan kebutuhan oksigen1. Pemberian oksigenPemberian oksigen merupakan tindakan memberikan oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat melalui tiga cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker. Pemberian oksigen tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.Persiapan Alat dan Bahan :1. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier2. Nasal kateter, kanula, atau masker3. Vaselin,/lubrikan atau pelumas ( jelly)Prosedur Kerja :1. Cuci tangan2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan3. Cek flowmeter dan humidifier4. Hidupkan tabung oksigen5. Atur posisi semifowler atau posisi yang telah disesuaikan dengan kondisi pasien.6. Berikan oksigen melalui kanula atau masker.7. Apabila menggunakan kateter, ukur dulu jarak hidung dengan telinga, setelah itu berikan lubrikan dan masukkan.8. Catat pemberian dan lakukan observasi.9. Cuci tangan

2. Fisioterapi dadaFisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindak keperawatan yang terdiri atas perkusi, vibrasi dan postural drainage.a. PerkusiDisebut juga clapping adalah pukualn kuat, bukan berarti sekuat-kuatnya, pada dinding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk.Tujuannya, secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronkhus.Prosedur:1. Tutup area yang akan dilakkan perkusi dengan handuk atau pakaian untuk mengurangi ketidaknyamanan.2. Anjurkan klien tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi3. Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit4. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah dengan struktur yang mudah cedera seperti : mammae, sternum dan ginjal.b. VibrasiGetaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat yang diletakkan datar pada dinding dada klien.Tujuannya, vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan bergantian dengan perkusi,Prosedur:1. Letakkan telapak tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area dada yang akan di drainage. Satu tangan diatas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi. Cara yang lain: tangan bisa diletakkan secara bersebelahan.2. Anjurkan klien menarik napas dalam melalui hidung dan menghembuskan napas secara lambat lewat mulut atau pursed lips.3. Selama masa ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan dan gunakan hampir semua tumit tangan. Getarkan (kejutkan) tangan keaarh bawah. Hentikan getaran jika klien melakukan inspirasi.4. Setelah tiap kali vibrasi, anjurkan klien batuk dan keluarkan sekret ke dalam tempat sputum.c. Postural drainageMerupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang terbaik utnuk melakukannya yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari. Postural drainage harus lebih sering dilakukan apabila lendir klien berubah warnanya menjadi kehijauan dan kental atau ketika klien menderita demam.Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural drainage yaitu:a. Batuk 2 atau 3 kali berurutan setelah setiap kali berganti posisib. Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.c. Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit sebelum melakukan postural drainaged. Lakukan latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan lendir.Peralatan:a. Bantalb. Papan pengatur posisic. Tisu wajahd. Segelas aire. Sputum polProsedur:1. cuci tangan2. pilih area yang tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian semua area paru, data klinis dan chest X-ray.3. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.4. Minta klien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.5. Selama 10-15 menit drainage pada posisi tersebut, lakukan perkusi dan vibrasi dada diatas area yang di drainage6. Setelah drainage pada posisi pertama, minta klien duduk dan batuk. Bila tidak bisa batuk, lakukan suction. Tampung sputum di sputum spot.7. Minta klien istirahat sebentar bila perlu8. Anjurkan klien istirahat sebentar bila perlu.9. Anjurkan klien minum sedikit air.10. Ulangi langkah 3-8 sampai semua area tersumbat telah ter drainage11. Ulangi pengkajian dada pada semua bidang paru.12. Cuci tangan13. Dokumentasikan

3. Napas dalam dan batuk efektifa. Napas dalamYaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari atas pernapasan abdominal (diafragma) dan purse lips breathing.Prosedur:1. Atur posisi yang nyaman2. Fleksikan lutut klien untuk merelaksasikan otot abdomen3. Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga4. Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap tertutup. Hitung samapi 3 selama inspirasi5. Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup (purse lips braething) secara perlahan-lahanb. Batuk efektifYaitu latihan batuk untuk mengeluarkan sekret.Prosedur:1. Tarik napas dalam lewat hidung dan tahan napas untuk beberapa detik2. Batukkan 2 kali. Pada saat batuk tekan dada dengan bantal. Tampung sekret pada sputum pot.3. Hindari penggunaan waktu yang lama selama batuk karena dapat menyebabkan fatigue dan hipoksia.

4. Suctioning (pengisapan lendir)Pengisapan lendir (suction) merupakan tindakan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara sendiri. Tindakan tersebut dilakukan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.Persiapan Alat dan Bahan :1. Alat pengisap lendir dengan botol yang berisi larutan desinfektan2. Kateter pengisap lendir3. Pinset steril4. Dua kom berisi larutan akuades/NaCl 0,9% dan larutan desinfektan5. Kasa steril6. Kertas tisuProsedur Kerja :1. Cuci tangan2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan.3. Atur pasien dalam posisi terlentang dan kepala miring ke arah perawat4. Gunakan sarung tangan5. Hubungakan kateter penghisap dengan selang penghisap6. Hidupkan mesin penghisap7. Lakukan penghisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke dalam kom berisi akuades atau NaCl 0,9% untuk mencegah trauma mukosa.8. Masukkan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap9. Tarik lendir dengan memutar kateter pengisap sekitar 3-5 detik10. Bilas kateter dengan akuades atau NaCl 0,9%11. Lakukan hingga lendir bersih12. Catat respon yang terjadi13. Cuci tangan

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanOksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.3.2 SaranDalam mempelajari materi ini, harusnya mahasiswa dan pembaca dapat mencari berbagai referensi agar isi tidak menyimpang dari materi dan sesuai dengan yang seharusnya pada BPKM.

DAFTAR PUSTAKAAsmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Jakarta: Salemba MedikaHidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika10.7. TERAPI/PEMBERIAN OKSIGEN

IndikasiJika tersedia, pemberian oksigen harus dipandu dengan pulse oxymetry (lihatbawah). Berikan oksigen pada anak dengan kadar SaO2 < 90%, dan naikkan pemberian oksigen untuk mencapai SaO2 hingga > 90%. Jikapulse oxymetrytidak tersedia, kebutuhan terapi oksigen harus dipandu dengan tanda klinis, yang tidak begitu tepat.

Bilapersediaan oksigen terbatas, prioritas harus diberikan untuk anak dengan pneumonia sangat berat, bronkiolitis, atau serangan asma yang:

mengalami sianosis sentral, atau

tidak bisa minum (disebabkan oleh gangguan respiratorik).

Jikapersediaan oksigen banyak, oksigen harus diberikan pada anak dengan salah satu tanda berikut:

tarikan dinding dada bagian bawah yang dalam

frekuensi napas 70 kali/menit atau lebih

merintih pada setiap kali bernapas (pada bayi muda)

anggukan kepala (head nodding).

Sumber oksigenPersediaan oksigen harus tersedia setiap waktu. Sumber oksigen untuk rumah sakit rujukan tingkat pertama, umumnya adalah silinder/tabung oksigen dan konsentrator oksigen. Alat-alat ini harus diperiksa kompatibilitasnya.

Silinder Oksigen dan Konsentrator OksigenLihat daftar peralatan yang direkomendasikan yang dapat digunakan dengan silinder oksigen atau konsentrator oksigen serta instruksi penggunaannya (lihatBacaan Pelengkap).

Metode Pemberian OksigenTerdapat tiga metode yang direkomendasikan untuk pemberian oksigen yaitu dengan menggunakannasal prongs, kateter nasal dan kateter nasofaring.Nasal prongsatau kateter nasal lebih sering dipakai dalam banyak situasi.Nasal prongsmerupakan metode terbaik dalam pemberian oksigen pada bayi muda dan anak dengan croup yang berat atau pertusis.

Penggunaan kateter nasofaring membutuhkan pemantauan ketat dan reaksi cepat apabila kateter masuk ke esofagus atau timbul komplikasi lainnya. Penggunaan sungkup wajah atauheadboxtidak direkomendasikan.Nasal prongs.Nasal prongs adalah pipa pendek yang dimasukkan ke dalam cuping hidung. Letakkan nasal prongs tepat ke dalam cuping hidung dan rekatkan dengan plester di kedua pipi dekat hidung (lihat gambar). Jaga agar cuping

hidung anak bersih dari kotoran hidung/lendir, yang dapat menutup aliran oksigen.

Pasang aliran oksigen sebanyak 12 liter/menit (0.5 liter/menit pada bayi muda) untuk memberikan kadar-oksigen-inspirasi 3035%. Tidak perlu pelembapan.

Kateter Nasal.Kateter berukuran 6 atau 8 FG yang dimasukkan ke dalam lubang hidung hingga melewati

bagian belakang rongga hidung. Tempatkan kateter dengan jarak dari sisi cuping hidung hingga ke bagian tepi dalam dari alis anak.

Pasang aliran oksigen 12 liter/menit. Tidak perlu pelembapan.

Kateter Nasofaring.Kateter dengan ukuran 6 atau 8 FG dimasukkan ke dalam faring tepat di bawah uvula. Letakkan kateter pada jarak dari sisi cuping hidung hingga ke arah telinga (lihat gambar B). Jika alat ini diletakkan terlalu ke bawah, anak dapat tersedak, muntah dan kadang-kadang dapat timbul distensi lambung.

Beri aliran sebanyak 12 liter/menit, yang memberikan kadar-oksigen inspirasi(SaO2). Ada yang dapat digunakan berulang kali hingga beberapa bulan, adapula yang hanya sekali pakai.

Nilai saturasi oksigen yang normal pada permukaan laut pada anak adalah 95100%; pada anak dengan pneumonia berat, yang ambilan oksigennya terhambat, nilai ini menurun. Oksigen biasanya diberikan dengan saturasi < 90% (diukur dalam udara ruangan). Batas yang berbeda dapat digunakan pada ketinggian permukaan laut yang berbeda, atau jika oksigen menipis. Reaksi yang timbul dari pemberian oksigen dapat diukur dengan menggunakanpulse oxymeter, karena SaO2 akan meningkat jika anak menderita penyakit paru (pada PJB sianotik nilai SaO2 tidak berubah walau oksigen diberikan). Aliran oksigen dapat diatur denganpulse oxymetryuntuk mendapatkan nilai SaO2 > 90% yang stabil, tanpa banyak membuang oksigen.

Lama pemberian oksigenLanjutkan pemberian oksigen hingga anak mampu menjaga nilai SaO2 >90% pada suhu ruangan. Bila anak sudah stabil dan membaik, lepaskan oksigen selama beberapa menit. Jika nilai SaO2 tetap berada di atas 90%, hentikan pemberian oksigen, namun periksa kembali setengah jam kemudian dan setiap 3 jam berikutnya pada hari pertama penghentian pemberian oksigen, untuk memastikan anak benar-benar stabil. Bilapulse oxymetrytidak tersedia, lama waktu pemberian oksigen dapat dipandu melalui tanda klinis yang timbul pada anak (lihat atas), walaupun hal ini tidak begitu dapat diandalkan.

I.PENDAHULUAN

Anggapan bahwa oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia agaknya memang benar. Tidak makan atau tidak minum mungkin masih akan memberikan toleransi yang cukup panjang hingga sampai kepada keadaan fatal, tetapi sebentar saja manusia tak mendapat oksigen maka akan langsung fatal akibatnya. Tak hanya untuk bernafas dan memepertahankan kehidupan, oksigen juga sangat dibutuhkan untukmetaboloisme tubuh. Oksigen malkah bisa menjadisarana untuk mengatasi berbagai macam penyakit.1

Oksigen pertama kali ditemukan oleh Yoseph Prietsley di Bristol Inggris tahun 1775 dan dipakai dalam bidang kedokteran oleh Thomas Beddoes sejak awal tahun 1800. alvan Barach tahun 1920 mengenalkan terapi oksigen pasien hipoksemia dan terapi oksigen jangka panjang pasien penyakit paru obstruktif kronik. Chemiack tahun 1967 melaporkan pemberian oksigen melalui kanula hidung dengan aliran lambat pasien hiperkapnia dan memberikan hasil yang baik tanpa retensi CO2.2

Komposisi udara kering ialah 20,98% O2, 0,04% CO2, 78,6% N2dan 0,92% unsur inert lainnya, seperti argon dan helium. Tekanan barometer (PB) di permukaan laut ialah 760 mmHg (satu atmosfer). Dengan demikian, tekanan parsial (dinyatakan dengan lambang P). O2udara kering di permukaan laut adalah 0,21 x 760, atau 160 mmHg. Tekanan parsial N2dan gas inert lainnya 0,79 x 760, atau 600 mmHg; dan PCO2ialah 0,0004 x 760 atau 0,3 mmHg. Terdapatnya uap air dalam udara pada berbagai iklim umumnya akan menurunkan persen volume masing masing gas, sehingga juga sedikit mengurangi tekanan parsial gas gas-tersebut. Udara yang seimbang dengan air jenuh dengan uap air, dan udara inspirasi akan jenuh dengan uap air saat udara tersebut mencapai paru-paru.3

A. Transpor oksigen

Pengangkutan oksigen ke jaringan

Sistem pengangkut O2 di dalam tubuhterdiri atas paru-paru dan sistimkardiovaskuler. Pengangkutan O2menuju jaringan tertentu tergantung pada jumlah O2yang masuk kedalam paru-paru, adanya pertukaran gas dalam paru yang adekuat, aliran darah menuju jaringan, serta kapasitas darah untuk mengangkut O2. aliran darah bergantung pada derajat konstriksi jaringan vaskuler didalam jaringan serta curah jantung. Jumlah O2didalam darah ditentukan oleh jumlah O2yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah serta afinitas hemoglobin terhadap O2.3

Oksigen berdifusi dari bagian konduksi paru kebagian respirasi paru sampai ke alveoli, membrana basalis dan endotel kapiler, dalam darah sebagian besar O2bergabung dengan hemoglobin (97%) dan sisanya larut dalam plasma (3%). Dewasa muda pria, jumlah darahnya 75 ml/kg, wanita 65 ml/kg. Satu ml darah pria mengandung kira-kira 280 juta molekul Hb. Satu molekul Hb sanggup mengikat 4 Molekul O2membentuk HbO2, oksi hemoglobin.4

Konsumsi oksigen keotak

Konsumsi O2oleh otak manusia (tingkat metabolik serebrum untuk O2, CMRO2) rata-rata sekitar 3,5 ml/100 gr otak/menit (49 ml/menit untuk otak keseluruhan) pada seorang dewasa. Angka ini mencerminkan sekitar 20 % darikonsumsi O2total dalam keadaan istirahat. Otak sangat peka terhadap hip[oksia, dan sumbatan terhadap pembuluh darah walaupun hanya selama 10 detik dapat menyebabkan pingsan. Struktur-struktur vegetatif di batang otak lebih resisten terhadap hipoksia dari pada korteks serebrum dan pasien dapatpulih dari kecelakaanmisalnya henti jantung (dan kelainan lain yang menyebabkan hipoksia yang cukup berkepanjangan) dengan fungsi vegetatif normal tetapi mengalami defisiensi intelektual berat yang menetap : Ganglion basal menggunakan O2dengan tingkat yang sangat tinggi dan hipoksia kronik dapat menimbulkan gejala-gejala penyakit parkinson serta defisit intelektual. Thalamus dan kolikulus inferior juga sangat rentan terhadap[ kerusakan terhadap hipoksia.3

B. Tekanan parsial

Berbeda dengan zat cair, gas akan mengembang untuk mengisi ruang yang tersedia baginya, dan volume yang ditempati oleh sejumlah molekul gas tertentu, pada suhu dan tekanan tertentu(idealnya) akan tetap sama, bagaimanapun komposisi campuran gas tersebut.3

(diturunkan dari persamaan state of ideal gas)

Dengan: P = tekanan

n=jumlah molekul

R = konstanta gas

T = suhu absolut

V= volume

Perbedaan tekanan partial untuk O2dan CO2menekankan bahwa hal tersebut merupakan kunci bagi terjadinya pergerakan gas dan bahwa O2mengalir dari udara liar melalui alveoli dan darah kedalam jaringan, sedangkan CO2mengalir turun dari jaringan kedalam alveoli. Walaupun demikian, jumlah kedua gas yang diangkut ke dan dari jaringan akan sangat tidak adekuat bila sekitar 99% O2yang larut didalam darah tidak terikat pada protein pembawa O2hemoglobin dan bila sekitar 94,5% CO2yang larut dalam darah tidak mengalami serangkaian reaksi kimia reversibel yang mengubah CO2menjadi senyawa lain.3

C. Reaksi Hemoglobin dan Oksigen

Dinamika reaksi pengikatan O2oleh hemoglobin menjadikannya sebagai pembawaO2yang sangat serasi. Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari 4 subunit, masing-masing mengandung gugus heme yang melekat pada sebuah rantai polipeptida. Heme adalah kompleks yang dibentuk dari suatu porfirin dan 1 atom besi fero. Masing-masing dari ke-4 ataom besi dapat mengikat satu molekul O2secara reversibel. Atom besi tetap berada dalam bentuk fero, sehingga reaksi pengikatan O2merupakan suatu reaksi oksigenasi, bukan reaksi oksidasi. Reaksi pengikatan hemoglobin dengan O2lazim ditulis sebagai Hb + O2 HbO2.3

II. TIPE KEKURANGAN OKSIGEN DALAM TUBUH

A. Hipoksemia

Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2arteri (SaO2) dibawah nilai normal (nilai normal PaO285-100 mmHg), SaO295%. Hipoksemia dibedakan menjadiringan sedang dan berat berdasarkannilai PaO2dan SaO2. hipoksemia ringan dinyatakan pada keadaan PaO260-79 mmHg dan SaO290-94%, hipoksemia sedang PaO240-60 mmHg, SaO275%-89% dan hipoksemia berat bila PaO2kurang dari 40 mmHg dan SaO2kurang dari 75%. Umur juga mempengaruhi nilai PaO2dimana setiap penambahan umur satu tahun usia diatas 60 tahun dan PaO280 mmHg maka terjadi penurunan PaO2sebesar 1 mmHg. Hipoksemia dapat disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, hipoventilasi, pirau, gangguan difusi dan berada ditempat yang tinggi.2

Keadaan hipoksemia menyebabkan beberapa perubahan fisiologi yan gbertujuan untuk mempertahankan supaya oksigenasi ke jaringan memadai. Bila tekanan oksigen arteriol (PaO2) dibawah 55 mmHg.kendali nafas akan meningkat, sehingga tekanan oksigen arteriol (PaO2) yang meningkat dan sebaliknyatekanan karbondioksida arteri (PaCO2) menurun.jaringan Vaskuler yang mensuplai darah di jaringan hipoksia mengalami vasodilatasi, juga terjadi takikardi kompensasi yang akan meningkatkan volume sekuncup jantung sehingga oksigenasi jaringan dapat diperbaiki. Hipoksia alveolar menyebabkan kontraksi pembuluh pulmoner sebagai respon untuk memperbaiki rasio ventilasi perfusi di area paru terganggu, kemudian akan terjadi peningkatan sekresi eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan eritrositosis dan terjadi peningkatan sekresi eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan eritrositosis danterjadi peningkatan kapasiti transfer oksigen. Kontraksi pembuluh darah pulmoner, eritrositosis dan peningkatan volume sekuncup jantung akan menyebabkan hipertensi pulmoner. Gagal jan tung kanan bahkan dapat menyebabkan kematian.2

B. Hipoksia3

Hipoksia adalah kekurangan O2ditingkat jaringan. Istilah ini lebih tepat dibandingkan anoksia, sebabjarang dijumpai bahwa benar-benar tidak ada O2 tertinggaldalam jaringan, secara tradisional, hipoksia dibagi dalam 4 jenis. Berbagai klassifikasi lain telah digunakan namun sidtim 4 jenis ini tetap sangat bergunaapabila masing-masing definisi istilah tetap diingat. Keempat kategori hipoksia adalah sebagai berikut :

1.Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik) yaitu apabila PO2darah arteri berkurang

2.Hipoksia anemik yaitu apabila O2darah arteri normal tetapi mengalami denervasi maupun pada ginjal yang diangkat (diisolasi) dan diperfusi

3.Hipoksia stagnan; akibat sirkulasi yang lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok

4.Hipoksia histotoksik; hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling sering diakibatkan oleh keracunan sianida

Hipoksia Hipoksik3

Hipoksia hipoksik merupakan masalah pada individu normal pada daerah ketinggian serta merupakan penyulit pada pneumonia dan berbagai penyakit sistim pernafasan lainnya.

Gejala dan tanda hipoksia hipoksik3

1.Pengaruh penurunan tekanan barometer

Penurunan PCO2darah arteri yang terjadi akan menimbulkan alkalosis respiratorik

2.Gejala hipoksia saat bernafas oksigen

Di ketinggian 19.200 m, tekanan barometer adalah 47 mmHg, dan pada atau lebih rendah dari tekanan ini cairan tubuh akan mendidih pada suhu tubuh. Setiap orang yang terpajan pada tekanan yang rendah akan lebih dahulu meninggal saat hipoksia, sebelum gelembung uap air panas dari dalam tubuh menimbulkankematian

3.Gejala hipoksia saat bernafas udara biasa

Gejala mental seperti irritabilitas, muncul pada ketinggian sekitar 3700 m. Pada ketinggian 5500 m, gejala hipoksia berat, dan diatas 6100 m, umumnya seseorang hilang kesadaran.

4.Efek lambat akibat ketinggian

Keadaan ini ditandai dengan sakit kepala, iritabilias, insomnia, sesak nafas, serta mual dan muntah.

5.Aklimatisasi

Respon awal pernafasan terhadap ketinggian relatif ringan, karena alkalosis cenderung melawanefek perangsangan oleh hipoksia. Timbulnya asidosis laktat dalam otak akan menyebabkan penurunan pH LCSdan meningkatkan respon terhadap hipoksia.

Penyakit yng menyebabkan Hipoksia Hipoksik3

Penyakit penyebabnya secara kasar dibagi atas penyakit dengan kegagalan organ pertukaran gas, penyakit seperti kelainan jantung kongenital dengan sebagian besar darah dipindah dari sirkulasi vena kesisi arterial, serta penyakit dengan kegagalan pompa pernafasan. Kegagalan paru terjadi bilakeadan seperti fibrosis pulmonal menyebabkan blok alveoli kapiler atau terjadi ketidak seimbangan ventilasi perfusi. Kegagalan pompa dapat disebabkan oleh kelelahan otot-otot pernafasan pada keadaan dengan peningkatan beban kerja pernafasan atau oleh berbagai gangguan mekanik seperti pneumothoraks atau obstruksi bronkhialyang membatasi ventilasi. Kegagalan dapat pula disebabkan oleh abnormalitas pada mekanisme persarafan yang mengendalikan ventilasi, seperti depresi neuron respirasi di medula oblongata oleh morfin dan obat-obat lain.

Hipoksia Anemik3

Sewaktu istirahat,hipoksia akibat anemia tidaklah berat, karena terdapatpeningkatan kadar 2,3-DPG didalam sel darah merah,kecuali apabila defisiensi hemoglobin sangat besar. Meskipun demikian, penderita anemia mungkin mengalami kesulitan cukup besar sewaktu melakukan latihan fisik karena adanya keterbatasan kemampuan meningkatkan pengangkutan O2kejaringan aktif.

Hipoksia Stagnan3

Hipoksia akibat sirkulasi lambat merupakan masalah bagi organ seperti ginjal dan jantung saat terjadi syok. Hati dan mungkin jaringan otak mengalami kerusakan akibat hipoksia stagnan pada gagal jantung kongestif. Pada keadaan normal, aliran darah ke paru-paru sangat besar, dan dibutuhkan hipotensi jangka waktu lama untuk menimbulkan kerusakan yang berarti. Namun, syok paru dapat terjadi pada kolaps sirkulasi berkepanjangan,terutama didaerah paru yang letaknya lebih tinggi dari jantung.

Hipoksia Histotoksik

Hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan paling sering diakibatkan oleh keracunan sianida. Sianida menghambat sitokrom oksidasi serta mungkin beberapa enzim lainnya. Biru metilen atau nitrit digunakan untuk mengobati keracunan sianida. Zat-zat tersebut bekerja dengan sianida, menghasilkan sianmethemoglobin, suatu senyawa non toksik. Kemampuan pengobatan menggunakansenyawa ini tentu saja terbatas pada jumlah methemoglobin yang dapat dibentuk dengan aman. Pemberian terapi oksigen hiperbarik mungkin juga bermanfaat.

C. Gagal Nafas2

Gagal nafas merupakan suatu keadaan kritis yang memerlukan perawatan di instansi perawatan intensif (IP). Diagnosis gagal nafas ditegakkan bila pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat atau tidak mampu mencukupi kebutuhan oksigen darah dan sistem organ. Gagal nafas terjadi karena disfungsi sistem respirasi yang dimulai dengan peningkatan karbondioklsida dan penurunan jumlah oksigen yang diangkut kedalam jaringan. Gagal nafasakut sebagai diagnosis tidak dibatasi oleh usia dan dapat terjadi karena berbagai proses penyakit. Gagal nafas hampir selalu dihubungkan dengan kelainan diparu,tetapi keterlibatan organ lain dalam proses respirasi tidak boleh diabaikan.

Gagal Nafas Tipe I2

Pada tipe ini terjadi perubahan pertukaran gas yang diakibatkan kegagalan oksigenasi. PaO250 mmHg merupakan ciri khusus tipe ini, sedangkan PaCO240 mmHg, meskipun ini bisa juga disebabkan gagal nafas hiperkapnia. Ada 6 kondisi yang menyebabkan gagal nafas tipe I yaitu:

1.Ketidak normalan tekanan partial oksigen inspirasi (low PIO2)

2.Kegagalan difusi oksigen

3.Ketidak seimbangan ventilasi / perfusi[V/Q mismatch]

4.Pirau kanan ke kiri

5.hipoventilasi alveolar

6.konsumsi oksigen jaringan yang tinggi

Gagal Nafas Tipe II2

Tipe ini dihubungkandengan peningkatan karbondioksida karena kegagalan ventilasi dengan oksigen yang relatif cukup. Beberapa kelainan utama yang dihubungkan dengan gagal nafas tipe ini adalah kelainan sistem saraf sentral, kelemahan neuromuskuler dam deformiti dinding dada. Penyebab gagal nafas

tipe II:

1.Kerusakan pengaturan sentral

2.Kelemahan neuromuskuler

3.Trauma spina servikal

4.Keracunan obat

5.infeksi

6.Penyakit neuromuskuler

7.Kelelahan otot respirasi

8.Kelumpuhan saraf frenikus

9.Gangguan metabolisme

10.Deformitas dada

11.Distensi abdomen massif

12.Obstruksi jalan nafas

III. TUJUAN TERAPI OKSIGEN

Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2lebih dari 90 mmHg atau SaO2lebih dari 90%. Besarnya fraksi oksigen inspirasi yang didapat unit paru sesuai denganvolume oksigen yang diberikan pada pasien dapat dilihat pada tabel dibawah ini:2

AlatAliran (L/menit)Fi O2(fraksi oksigen inspirasi)

Kanula nasal1

2

3

4

5

60,24

0,28

0,32

0,36

0,40

0,44

Masker oksigen5-6

6-7

7-80,40

0,50

0,60

Masker dengan kantong reservoir6

7

8

9

100,60

0,70

0,80

0,80

0,80

Pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen mempunyai arti yang sangat terbatas pada hipoksia stagnan. Anemik dan histotoksik, karena yang dapat dicapai melalui cara ini hanyalah peningkatan dalam jumlah O2yang larut di dalam darah arteri. Hal ini juiga berlaku bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan oleh pirau darah vena yang tidak teroksigenasi melewati paru-paru. Pada bentuk hipoksia hipoksik lainnya, pemberian O2sangat bermanfaat. Namun perlu diingat, bahwa pada penderita gagal paru berat dengan hiperkapnia, kadar CO2dapat sedemikian tingginya sampai menekan dan bukan merangsang pernafasan.3

Walau tergolong jenis terapi dan teknologi kesehatan mutakhir, tetapi dengan menggunakan oksigen murni yang mulai marak sekarang, sebenarnya sudah ditemukan sejak hampir 400 tahun yang lalu, namun berbgai benturan yang dihadapi membuat dunia kesehatan terkesan kurang mengakui teknik ini. Di Indonesia sendiri terapi oksigen murni dengan mempergunakan ruang hiperbarik mulai dikenal sejak tahun enam puluhan. Namun penggunaannya masih terbatas bagi kalangan penyelam AL yang mengalami penyakit dekompensasi yang terjadi akibat penurunan tekanan yang terlampau cepat dari bawah keatas permukaan air. Gejala-gejalanya antara lain adalah nyeri diseluruh tubuh, pusing dan kehilangan orientasi.1

IV. INDIKASI TERAPI OKSIGEN

Pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen mempunyai arti yang sangat terbatas pada hipoksia stagnan, anemik dan histologik.karena yang dapat dicapai melelui cara ini hanyalah peningkatan dalam jumlah O2yang larut didalam darah arteri. Hal ini berlaku juga bagi hipoksia hipoksik yang disebabkan oleh pirau darah venayang tidak teroksigenasi melewati paru-paru. Pad abentuk hipoksia hipoksik lainnya, pemberian O2sangat bermanfaat namun perlu diingat, bahwa penderita dengan gagal paru berat dengan hiperkapnia, kadar CO2dapat sedemikian tingginya sampai menekan dan bukan merangsang pernafasan. Sebagian penderita ini tetap bernafas karena adanya rangsang kemoreseptor karotis dan aorta padapusat pernafasan. Apabila pemicuan oleh hipokisia dihilangkan melalui pemberian O2, pernafasan dapat berhenti. Selama apnea, PO2darah arteri menurun, namun pernafasan mungkin tidak akan timbul kembali, karena peningkatan PCO2akan lebih mendepresi pusat pernafasan. Oleh sebab itu, pemberian O2pada keadaan ini dapat berakibat fatal.3

Dalam perkembangannya barulah terapi oksigen ini dipakai untuk mengatasi penyakit-penyakit seperti luka pada penderita diabetes hingga stroke. Tetapi yang membuatnya menanjakpopuler sekarang ternyata adalah dengan meningkatnya kebutuhan orang akan hal kecantikan dan kebugaran. Secra perlahan kalangan awam mulai mengenal hal ini hingga baru sekarang teknik terapi ini dikenal orang sebagai terapi modern dalam dunia kesehatan.sekarang banyak yang menggunakan terapi ini untuk mencegah penuaan,menambah kecantikan dan kebugaran juga mencegah terjadinya kebotakan, dimana melalui sebuah survei mencatat alasan yang cukup tinggi pada pengguna terapi ini.

Begitupun belum banyak pusat pusat kesehatan yang menyediakan fasilitas ini karena biayanya yang masih relatif mahal dan terapinya yang harus dilakukan secara berkala. Sementara di Amerika, Eropa dan Jepang pemakaiannya ternyata sudah begitu meluas sampai pusat-pusat kebugaran. Sebuah laporan malah menyebutkan adanya tempat yang dinamakan Oxy Bar dimana pengunjung dapat menghirup oksigen murni dengan berbagai pilihan yang beragam.1

Pemanfaatan terapi hiprebarik oksigen ini mengambil suatu pelajaran dari kecelakaan penyelaman dan segala penyakit yang ditimbulkannya. Sebetulnya, bahaya atau penyakit yang dialami oleh penyelam juga dirasakan sama oleh pekerja di ruang adara bertekanan tinggi. Saat turun, dapat terjadi barotrauma yang terjadi pada telinga, gigi lubang, paru-paru dan lainnya.

Ketika didasar, dapat mengalami keracunan udara pernafasan seperti keracunan oksigen, nitrogen, karbonmonoksida, maupun karbondioksida. Sedang saat naik, dapat terjadi penyakit dekompresi, serta barotrauma.

Karenanya banyak penyakit yang dapat di terapi dengan hiperbarik ini seperti penyakit dekompresi, emboli udara, aktinomikosis,anemia, insufisiensi arteri perifer akut, infeksi bakteri, keracunan CO, keracunan sianida, gas gangren, cangkokan kulit, infeksi jaringan lunak oleh kuman aerob dan an-aerob, osteoradionekrosis, radionekrosis jaringan lunak, sistisis akibat radiasi, ekstraksi gigi pada rahang yang diobati dengan radiasi, mukomikosis, osteomielitis, ujung amputasi yang tidak sembuh, luka diabetik, inhalasi asap, serta luka bakar.5

Terapi dengan oksigen murni mempunyai efek yang baik bagi aliran darah da kelangsungan hidup jaringan yang terkena gangguan kekurangan oksigen. Penggunaan terapi oksigen bertekanan tinggi ini kian meningkat dalam klinis. Pada jaringan disekitar yang terdapat luka, biasanya terjadi hambatan kelancaran aliran oksigen. Padahal oksigen itu penting dan merupakan salah satu faktor penentu dalam proses penyembuhan luka, biasanya terjadi hambatankelancaran aliran oksigen. Padahal oksigen itu penting dan merupakan salah satu faktor penentu dalam proses penyembuhan luka, sekaligus menangkal terjadinya infeksi. Kemampuan menghambat terjadi infeksi dengan terapi oksigen bertekanan tinggi ini punya ciri dan kelebihan tersendiri dibanding dengan pemakaian antibiotika.5

Beberapa kondisi yang harus dipenuhi sebelum melakukan terapi oksigen yaitu diagnosis yang tepat, pengobatan optimal dan indikasi terapi oksigen ini akan dapat memperbaiki keadaan hipoksemia dan perbaikan klinik. Kriteria pemberian terapi oksigen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara dibawah ini.2

1.Pemberian oksigen secara berkesinambungan (terus menerus)

Diberikan apabila hasil analisis gas darah pada saat istirahat, didapat nilai:

PaO2kurang dari 55 mmHg atau saturasi kurang dari 88%

PaO2antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor pulmonale, polisitemia (hematokrit >56%)

2.Pemberian secara berselang

Diberikan apabila hasil analisis gas darah saat latihan didapat nilai:

Pada saat latihan PaO255 mmHg atau saturasi 88%

Pada saat tidur PaO255 mmHg atau saturasi 88% disertai komplikasi seperti hipertensi pulmoner.somnolen dan aritmia.

Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi oksigen perlu dievaluasi gas darah (AGD) serta terapi untuk menentukan perlu tidaknya terapi oksigen jangka panjang.

V.KONTRA INDIKASI TERAPI OKSIGEN

Kasus-kasus yang tak diperkenankan menggunakan terapi ini antara lain adalah orang dengan kelainan paru-paru karena bisa mengakibatkan pecahnya paru-paru dalam ruangan bertekanan tinggi, orang dengan riwayat operasi paru, infeksi saluran nafas atas, cedera paru, tumor ganas, orang yang mengidap penyakit-penyakitmenular lain dan mengidap gaustrophobia (rasa takut berada dalam ruangan tertutup). Karena itu, biasanya pasien diminta menyediakan data pemeriksaan darah lengkap dan hasil foto rontgen paru minimal 6 bulan berselang sebelum memulai terapi oksigen hiperbarik ini. Jadi bila ingin mencoba terapi oksigen mutakhir dengan cara menghirup oksigen murni dalam ruangan hiperbarik ini tentu saja tak ada salahnya, tetapi jangan lupa untuk memenuhi persyaratan dan prosedurnya serta satu hal yang paling penting yaitu harus terlebih dahulu dimulai dengan berkonsultasi pada ahlinya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.1

Berapa lama biasa terapi ini dilakukan? Berbeda dengan kasus-kasus penyelamanyang membutuhkan waktu hingga lima jam, dari survey didapat data kira-kira sekitar satu jam untuk tujuan kebugaran dan kecantikan dan bisa lebih lama sedikit untuk penyakit-penyakit yang lebih serius. Terapi oksigen hiperbarik ini dilakukan secara berkala mulai dari enam sampai sepuluh kali berturut-turut selama satu jam tergantung pada tempat penyedia fasilitasnya.1

Kontra indikasi terapi hiperbarik terutama pada penderita pneumothorak yang belum dirawat, kecuali bila sebelum pemberian oksigen hiperbarik dikerjakan tindakan bedah untuk mengatasi pneumothorak tersebut, dan juga bagi yang sedang hamil. Karena tekanan partial oksigen yang tinggi berhubungan dengan penutupanpatent ductus arteriosusbersifat bahaya bagi kehamilan dan janin yang dikandung. Namun demikian, ada juga penelitian yang menunjukkan hasil, komplikasi seperti itu tidak terjadi.

Penggunaan terapi oksigen hiperbarik sangat luas. Meskipun demikian penggunaannya relatif masih kecil dibanding jumlah penduduk Indonesiayang sedemikian besar.5

VI. METODE

Oksigen diberikan dengan kanula nasal 2 (dua) liter permenit dapat meningkatkan fraksi oksigen inspirasi dari 21% menjadi 27%, pendapat lain menyatakan bahwa oksigen dapat diberikan 2-4 liter per-menit. Metode ini kurang efisien sebab hanya oksigen yang mengalirpada awal inspirasi saja yang sampai di alveoli dan ikut proses pertukaran gas. Penggunaan kateter transtrakeal merupakan salah satu carauntuk mengatasi kurang efisiennya metode pemberian oksigen dengan kanula nasal. Keuntungan kateter transtrakeal adalah mengurangi volume ruang rugi anatomik, karena oksigen yang diberikan dosis kecil dan langsung melalui trakea, mengurangi iritasi nasal, telinga dan fasial serta mencegah bergesernya alat tersebutpada saat tidur. Komplikasi yang dapat terjadi dengan cara pemberian seperti ini adalah emfisema subkutis, bronkospasme, batuk paroksismal, dislokasi kateter, infeksi di lubang trakea tempat masuknya kateter transtrakeal dan mucous ball yang bisa mengakibatkankeadaan menjadi fatal.2

Terapi oksigen dengan ruang hiperbarik dilakukan dalam ruangan yang terbuat dari baja dengan tekanan udara dibuat berkisar antara2-3 atm. Dalam tekanan yang lebih tinggi ini perjalanan oksigen ternyata akan menjadi lebih lancar termasuk bagi oarang yang mengalami penyempitan pembuluh darah. Oksigen murni yang dihirupnya akan tetap lancar memasuki pembuluh darah menuju sel karena tekanan tinggi akan oksigen larut dalam cairan tubuh sehingga dapat sampai kesetiap jaringan tubuh dengan cepat. Dengan mekanisme ini maka semua jaringan sel dalam tubuh akan mendapat oksigen secara maksimal sehingga metabolisme tubuh pun akan berlangsung lebih baik.

Penggantian jaringan yang rusak termasuk penyembuhan luka pun akan berlangsung lebih cepat. Beberapa penelitian malah menyebutkan keadaan ini juga dapat membunuh berbagai macam bakteri penyebab penyakityang ada didalam tubuh. Dengan metabolisme maksimal makaproses penuaan pun akan dapat dihanbat sehingga orang akan kelihatan tetap cantik dan bugar. Sebuah survey konsumen di Amerika mencatat berbagai problem kesehatan yang melatarbelakangi pemilihan terapi ini seperti diabetes, stroke, anemia berat, hingga cedera atau luka seperti cedera olah raga, luka bakar dan sebagainya. Rata-rata ruangan hiperbarik yang ada sekarang bisa menampungbeberapa pasien sekaligus.1

Awalnya, terapi oksigen hiperbarik (OHB) biasa digunakan sebagai terapi bagi penyelam untuk menormalkan gas-gas dalam tubuhnya. Biasanya, penyelam dimasukkan kedalamHyperbaric Chamberatau Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) lalu diberi oksigen murni (100 persen) dengan cara dihirup melalui hidung dengan menggunakan masker. Peserta bisa duduk atau berbaring didalamnya. Pada prinsipnya, dalam terapi hiperbarik ini, penderita atau peserta menghisap oksigen dalam ruangan bertekanan tinggi, hingga sekitar 2,4 atmosfer absolut. Tekanan yang diberikan, hampir tiga kali lipat tekanan udara biasa. Sedangkan oksigen murni yang terhisap sekitar lima kali oksigen pada udara biasa. Hiperbarik ini mempunyai manfaat yang cukup banyak. Menurut Dr Muhammad Akbar, Sp.S, ketua bagian saraf Unhas/RS Wahidin Sudirohusodo, terapi hiperbarik sangat baik untuk menormalkan jaringan hipoksia (kekurangan oksigen) dan anoksia (tidak ada oksigen), dan meningkatkan kemampuan lekosit membunuh kuman. Tak hanya itu, terapi oksigen itu juga dapat meningkatkan neovaskularisasi (jaringan darah) dan proliferasi (pertambahan sel baru yang menggantikan sel mati) serta mengobati penyakit dekompresi. Belakangan, para ilmuwan menemukan bahwa terapi oksigen tersebut juga baik bagi penderita diabetes mellitus (DM) maupun stroke. Bahkan, dikota-kota besar di luar negri maupundi Jakarta dan di Surabaya, penggunaan terapi oksigen ini berkembang pesat. Terapi oksigen hiperbarik mulai dikenal sebagaiterapi yang dapat membuat tubuh sehat dan bugar, bahkan menjadi salah satu jurus ampuh untuk tampil awet muda dengan cara paling aman.7

Prinsip dasar terapi hiperbarik, penderita menghisap oksigen dalam ruangan bertekanan tinggi, hingga sekitar 2,4 atmosfer absolut. Dengan tekanan yang diberikan, hampir tiga kali lipat tekanan udara biasa, dan oksigen murni yang terhisap sekitar lima kali oksigen pada udara biasa. Sehingga total oksigen mampu terkonsumsi dalam terapi hiperbarik oksigen ini, 15 kali lebih banyak,dibanding bernafas dalam keadaan biasa.

Pelaksanaan pengobatan dengan oksigen hiperbarik dapat dikerjakan di dalam kamar tunggal (monoplace chamber) atau kamar ganda (multiplace chamber). Kamar udara bertekanan tinggi ganda dapat digunakan oleh banyak orang, maximum 10 orang.di sini penderita dapat didampingi oleh perawat atau dokter yang ikutmengalami tekanan bersama dengan penderita. Dalam kamar udara bertekanan tinggi ganda ini penderita menghisap oksigen 100% melalui masker.

Kamar udara bertekanan tinggi ganda ini cocok digunakan untuk penderita yang karena keadaannya perlu seorang pendamping, atau bilamana akan dilakukan tindakan bedah atau yang akan menjalani tindakan lainnya.5

Dengan terapi oksigen murni, tak perlu waktu yang begitu panjang, paling hanya satu jam. Meski demikian, dengan mekanisme sel yang mudah dipercepat menjadi tua, dan yang tua dengan cepatdiganti yang muda, metabolisme sel tubuh menjadi sempurna kembali dalam waktu yang relatif singkat.5

VII. SISTEM PEMBERIAN OKSIGEN

Sistem pemberian oksigen yang dipakai untuk aliran terus-menerus ada 3 macam:2

1.Oksigen dimampatkan bertekanan tinggi

Oksigen disimpan dalam tabung metal bertekanan tinggi, aliran udara dapat diatur dengan alat regulator. Macam-macam tabungnya adalah tabung H (244 cuff), tabung E (22 cuff), tabung D (13 cuff). Keuntungannyaadalah murah harganya, tersedia cukup banyak dan dapat disimpan lama. Kerugiannya adalah berat, kurang praktis dalam pengisian dan mudah meledak.

2.Oksigen cair

Oksigen cair tidak bertekanan tinggi dan dapat disimpan dalam tempat tertentu, dilengkapi dengan alat HCF4 untuk mengubah oksigen cair menjadi gas sehingga dapat dihirup. Tempat pennyimpanan tersebut dinamakan dewar yang dapat menyimpan O2cair pada suhu -273oF. Umumnya dewar berisi 100 pound oksigen yangdapat habis dalam satu minggu bila dipakai terus-menerus dengan aliran 2 liter permenit.

3.Oksigen konsentrat

Sistem oksigen konsentrat didapat dengan mengekstraksikan udara luar menggunakan metode molekuler sieve. Oksigen diekstraksi sehingga dapat diberikan kepada pasien dan nitrogen dibuang kembali ke udara luar.

VIII. RESIKO TERAPI OKSIGEN

Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat terjadi bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus selama 1-2 hari. Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN dan H2O2melepaskan enzim proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas karbondioksida dan atelektasis.2

Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun juga pada bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O280-100% diberikan kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi, menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri tenggorokan dan batuk. Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan jaringan paru.

Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O2, selanjutnya mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan pemadatan jaringan paru (displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain pada bayi-bayi ini adalah retinopti prematuritas (fibroplkasia retrolental), yaitu pembentukan jaringanvaskuler opak pada matayang dapat mengakibatkankelainan penglihatan berat. Pemberian O2100% pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya iritasi trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa pening, kejang dan koma. Pajanan terhadap O2tekanan tinggi (oksigenasi hiperbarik) dapat menghasilkan peningkatan jumlah O2terlarut dalam darah.3

IX. KESIMPULAN

1.Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia, sebentar saja manusia tak mendapat oksigen maka akan langsung fatal akibatnya. Tak hanya untuk bernafas dan mempertahankan kehidupan., oksigen juga sangat dibutuhkan untuk metabolisme tubuh.

2.Tipe-tipe kekurangan oksigen dalam tubuh terbagi dua:

a.Hipoksemia yaitu suatu keadaan dimana terjadipenurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2arteri (SaO2) dibawah nilai normal, SaO295%

b.Hipoksia yaitu kekurangan oksigen ditingkat jaringan

c.Gagal nafas yaitu suatu keadaan kritis dimana kebutuhan oksigen darah dan sistem organ tidak tercukupi

3.Gejala-gejala yang timbuldari hipoksia adalah

a.Alkalosis respiratorik

b.Gejala mental seperti irritabilitas, dan penurunan kesadaran

c.Sakit kepala, sesak nafas, insomnia serta mual dan muntah

4.Tujuan umumterapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2lebih dari 90 mmHg atau SaO2lebih dari 90%

5.Indikasi terapi oksigen antara lain:

a.Diabetes

b.Stroke

c.terapi untuk kecantikan dan kebugaran

d.Penyakit dekompresi

e.Emboli udara

f.Aktinomikosis

g.Anemia

h.Insufisiensi arteri perifer akut

i.Infeksi Bakteri

j.Keracunan CO

k.Keracunan sianida

l.Gas ganren

m.Cangkokan kulit

n.Infeksi jaringan lunak

o.Osteomielitis

p.Ekstraksi gigi

6.Kontra indikasi terapi oksigen antara lain

a.Kelainan paru

b.Riwayat operasi paru

c.Infeksi saluran nafas atas

d.Cedera paru

e.Tumor ganas

f.Penyakit menular

g.Pengidap gaustrophobia

h.Kehamilan

i.Pneumothorax

7.Resiko terapi oksigen antara lain adalah:

a.Keracunan oksigen

b.Retensi CO2

c.Atelektasis

d.Disstress substernal

e.Kongesti hidung

f.Nyeri tenggorokan

g.Batuk

h.Retinipati prematuritas

i.Kedutan otot

j.Rasa pening

k.kejang

l.Bunyi berdering dalam telinga

m.Koma

DAFTAR PUSTAKA

1.Anonymous. Meditasi Dzikir. Stress and Health Solution. Web .12 Desember 2005.www.MedDzik.org2.Astowo. Pudjo. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta. 2005

3.Ganong, F. William. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. jakarta: EGC. 2003

4.Latief, A. Said. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intesif. Jakarta. 2002

5.Anonymous. Hiperbari Terapi Oksigen Murni Tekanan Tinggi. Web 11 April 2004.www.pikiranrakyat.com6.Anonymous. Sehat dan Bugar dengan Terapi Oksigen. Web. 3 May 2006.www.fajar.co.id