DK 3

8
  Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Pribadi, Catechin dan Asam Urat 39 EFEK CATECHIN TERHADAP KADAR ASAM URAT, C–REACTIVE PROTEIN(CRP) DAN MALONDIALDEHID DARAH TIKUS PUTIH (  Rattus norvegicus) HIPERURISEMIA  Fajar Wahyu Pribadi 1  , Dwi Arini Ernawati 1  1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto E-mail: [email protected]  ABSTRACT Consumption of high-purine content protein in daily menu may lead to the condition of hyperuricemia (excessive plasma uric acid level). High uric acid level deposited in joints and tissues causes inflammation that will increase C-Reactive Protein (CRP) and Malondialdehid (MDA) produced from the chain reaction of lipid peroxidation of cell membrane. Catechin in green tea extract acts as an anti-oxidant agent that neutralize free radicals and stop the chain reaction, thus, it acts as an anti-inflammation agent as well. The aim of this research was to reveal the effect of catechin and to determine the most effective dosage in lowering the level of uric acid, CRP and MDA in hyperuricemic white rats. Thirty six male rats were divided into six groups of six each. As a negative control group, Group I only received pellet. Group II, III, IV, V and VI were given 20 mg goat brain-added pellets for eight days. Group II w as given 2.52 mg/kg BW Allopurinol; Group III, IV and V were given Catechin of 10,20 and 40 mg/kg BW respectively. Group VI acted as a  positive control group. The level of plasma uric acid, CRP and MDA were measured at day 0, 9 and 15. The result showed that the three dosages of catechin lowered plasma uric acid, CRP and MDA level. The most effective dosage of cathecin was 40 mg/kg BW.  Key words: catechin, uric acid, CRP, MDA, hyperuricemia PENDAHULUAN Pola makan yang tidak sehat dalam masyarakat yang berprotein tinggi, terutama  protein hewani yang banyak mengandung  purin tinggi, menyebabkan penyakit hiperurisemia (kelebihan asam urat) semakin meningkat. Penyakit hiperurisemia tidak mengancam jiwa, tetapi bila penyakit ini menyerang, penderita dapat mengalami siksaan nyeri, pembengkakan atau cacat  persendian tangan dan kaki. Rasa sakit dari  pembengkakan tersebut disebabkan karena endapan kristal monosodium urat, yang terbentuk dari asam urat yang sudah jenuh sehingga mempermudah pembentukan kristal tersebut. Penumpukan kristal pada umumnya terjadi pada jaringan sekitar sendi, sehingga menimbulkan rasa nyeri di daerah tersebut. Penyakit akibat hiperurisemia dikenal sebagai gout atau penyakit pirai 1 . Asam urat merupakan produk akhir yang terbentuk dari senyawa purin (adenine, guanine), dihasilkan dalam jaringan yang mengandung enzim xantin oksidase terutama di hati dan usus halus. Dalam keadaan normal, asam urat dapat dikeluarkan melalui ginjal. Tetapi apabila sintesis asam urat terlalu banyak atau ekskresinya melalui ginjal terlalu sedikit, maka kadarnya dalam darah akan meningkat, kristal-kristal urat yang sukar larut dalam semua cairan tubuh, mengendap di sendi-sendi dan jaringan dan menimbulkan peradangan. Endapan kristal urat juga dapat terjadi pada ginjal dan lambat laun akan merusak organ tersebut. Nilai

description

oooo

Transcript of DK 3

  • Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Pribadi, Catechin dan Asam Urat

    39

    EFEK CATECHIN TERHADAP KADAR ASAM URAT, CREACTIVE

    PROTEIN(CRP) DAN MALONDIALDEHID DARAH TIKUS PUTIH

    (Rattus norvegicus) HIPERURISEMIA

    Fajar Wahyu Pribadi

    1, Dwi Arini Ernawati

    1

    1

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

    E-mail: [email protected]

    ABSTRACT

    Consumption of high-purine content protein in daily menu may lead to the condition of hyperuricemia

    (excessive plasma uric acid level). High uric acid level deposited in joints and tissues causes inflammation

    that will increase C-Reactive Protein (CRP) and Malondialdehid (MDA) produced from the chain reaction of

    lipid peroxidation of cell membrane. Catechin in green tea extract acts as an anti-oxidant agent that

    neutralize free radicals and stop the chain reaction, thus, it acts as an anti-inflammation agent as well. The

    aim of this research was to reveal the effect of catechin and to determine the most effective dosage in

    lowering the level of uric acid, CRP and MDA in hyperuricemic white rats. Thirty six male rats were divided

    into six groups of six each. As a negative control group, Group I only received pellet. Group II, III, IV, V and

    VI were given 20 mg goat brain-added pellets for eight days. Group II was given 2.52 mg/kg BW Allopurinol;

    Group III, IV and V were given Catechin of 10,20 and 40 mg/kg BW respectively. Group VI acted as a

    positive control group. The level of plasma uric acid, CRP and MDA were measured at day 0, 9 and 15. The

    result showed that the three dosages of catechin lowered plasma uric acid, CRP and MDA level. The most

    effective dosage of cathecin was 40 mg/kg BW.

    Key words: catechin, uric acid, CRP, MDA, hyperuricemia

    PENDAHULUAN

    Pola makan yang tidak sehat dalam

    masyarakat yang berprotein tinggi, terutama

    protein hewani yang banyak mengandung

    purin tinggi, menyebabkan penyakit

    hiperurisemia (kelebihan asam urat) semakin

    meningkat. Penyakit hiperurisemia tidak

    mengancam jiwa, tetapi bila penyakit ini

    menyerang, penderita dapat mengalami

    siksaan nyeri, pembengkakan atau cacat

    persendian tangan dan kaki. Rasa sakit dari

    pembengkakan tersebut disebabkan karena

    endapan kristal monosodium urat, yang

    terbentuk dari asam urat yang sudah jenuh

    sehingga mempermudah pembentukan kristal

    tersebut. Penumpukan kristal pada umumnya

    terjadi pada jaringan sekitar sendi, sehingga

    menimbulkan rasa nyeri di daerah tersebut.

    Penyakit akibat hiperurisemia dikenal

    sebagai gout atau penyakit pirai1.

    Asam urat merupakan produk akhir

    yang terbentuk dari senyawa purin (adenine,

    guanine), dihasilkan dalam jaringan yang

    mengandung enzim xantin oksidase terutama

    di hati dan usus halus. Dalam keadaan

    normal, asam urat dapat dikeluarkan melalui

    ginjal. Tetapi apabila sintesis asam urat

    terlalu banyak atau ekskresinya melalui ginjal

    terlalu sedikit, maka kadarnya dalam darah

    akan meningkat, kristal-kristal urat yang

    sukar larut dalam semua cairan tubuh,

    mengendap di sendi-sendi dan jaringan dan

    menimbulkan peradangan. Endapan kristal

    urat juga dapat terjadi pada ginjal dan lambat

    laun akan merusak organ tersebut. Nilai

  • Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Pribadi, Catechin dan Asam Urat

    40

    normal asam urat 2,4 5, 7 mg/dL pada

    wanita dan 3,5 7,0 mg/dL pada pria2.

    Proses peradangan akan mengaktifkan

    makrofag terutama di dalam sinovium untuk

    mensintesa Interleukin-6 (IL-6). Selanjutnya

    IL-6 akan merangsang sel hati untuk

    mensintesa protein fase akut yaitu C-

    Reactive Protein (CRP), sehingga kadarnya

    dalam darah akan meningkat sampai 10 kali

    lipat dari normal. Kadar CRP normal < 1

    mg/L. CRP termasuk sistem imun non

    spesifik humoral, fungsi CRP adalah untuk

    menetralisir benda-benda asing dalam bentuk

    terlarut yang masuk ke dalam sel yang

    mengalami peradangan. Sehingga apabila

    proses peradangan dapat disembuhkan, kadar

    CRP akan kembali normal setelah 14 hari3.

    Kadar asam urat yang tinggi seperti

    pada penderita hiperurisemia dapat

    menyebabkan kerusakan pada membran sel

    seperti hepar dan ginjal akibat reaksi berantai

    peroksidase lipid. Makanan yang

    mengandung purin tinggi, akan mengaktivasi

    enzim xantin oksidase 20 kali lipat dari

    keadaan normal. Hal ini akan menyebabkan

    peningkatan radikal bebas dalam tubuh,

    seperti O20-

    dan OH0

    (radikal hidroksil).

    Radikal bebas akan menyerang asam lemak

    tak jenuh ganda (PUFA) yang merupakan

    penyusun membran sel, melalui

    pembentukan radikal karbon, radikal peroksil

    dan peroksidase lipid. Sebagai akibatnya

    Rantai PUFA yang semula panjang, akan

    terputus menjadi senyawa sederhana seperti

    hidrokarbon (pentane, etana) dan aldehid

    seperti malondialdehid (MDA). MDA adalah

    senyawa dialdehid yang merupakan produk

    akhir peroksidasi lipid di dalam tubuh. Kadar

    MDA yang tinggi menggambarkan adanya

    proses oksidasi membran sel, yang dapat

    merusak membran sel tersebut. Nilai normal

    MDA plasma 0,83 1,01 mol/L4.

    Pada umumnya untuk mengatasi

    penyakit hiperurisemia digunakan obat-obat

    sintesis seperti allopurinol, tetapi dapat

    menimbulkan efek samping seperti gangguan

    pada kulit, lambung, usus dan juga gangguan

    darah. Obat-obat urikosuria yang lain tidak

    dapat diberikan pada pasien yang mengalami

    batu ginjal. Untuk mengatasi hal tersebut,

    dikembangkan pengobatan alternatif

    menggunakan tanaman obat seperti teh hijau.

    Daun teh hijau mengandung gugus

    flavanoid dari polifenol. Salah satu senyawa

    aktif teh hijau adalah catechin. Senyawa ini

    bersifat sebagai antioksidan. Fungsi

    antioksidan adalah sebagai peredam yang

    dapat menetralisir radikal bebas yang masuk

    tubuh serta menghentikan reaksi berantai

    peroksidasi dari lipid. Selain itu teh hijau

    juga dapat berfungsi sebagai antiinflamasi5.

    Diharapkan dengan pemberian catechin dari

    ekstrak teh hijau dapat menurunkan kadar

    asam urat, CRP dan MDA plasma.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini menggunakan 36 ekor

    tikus putih (Rattus norvegicus) strain wistar

    jantan berumur dua bulan dengan berat badan

    150-200 gram yang didapatkan dari LPPT

    Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Hewan

    coba dibagi menjadi enam kelompok

  • Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Pribadi, Catechin dan Asam Urat

    41

    perlakuan yang beranggotakan enam ekor

    tikus tiap kelompok. Semua hewan dipelihara

    dalam lingkungan dengan suhu dan

    kelembaban yang sama, kandang dengan

    bahan, bentuk dan ukuran yang sama,

    mendapat pencahayaan alami, serta mendapat

    makanan dan minuman dengan jenis, jumlah

    dan komposisi yang sama.

    Bahan yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah Crude catechin dengan

    kemurnian 80% didapatkan dari ekstrak teh

    hijau yang diperoleh dari Perkebunan Teh

    PTPN XII Nusantara Lawang, otak kambing,

    pakan tikus berupa pelet 521, reagen Uric

    Acid PAP, reagen CRP,

    carboxymethilcellulosae (CMC), buffer

    fosfat, tiobarbiturat, allupurinol, larutan

    Drapkin. Peralatan yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah pipet kapiler hematokrit,

    tabung sentrifuse, tabung reaksi, mikropipet

    ukuran 10L 100 L dan 1000 L

    (Transferpet), spektrofotometer 5010

    (Riele) dan timbangan analitik (OHOUS).

    Penelitian untuk uji bioassay di

    laboratorium Farmakologi FKIK UNSOED

    dari tanggal 27 Oktober-24 November 2008.

    Parameter asam urat, CRF dan MDA di

    laboratorium Biokimia FKIK Unsoed.

    Penelitian ini merupakan penelitian

    eksperimental dengan Rancangan Acak

    Lengkap (RAL) lima kali ulangan. Adapun

    perlakuan yang dicobakan adalah tikus putih

    diberi pakan pelet saja tanpa perlakuan (otak

    kambing maupun teh hijau/catechin) sebagai

    kontrol negatif, tikus putih diberi pakan pelet

    yang ditambah 20 mg otak kambing selama 8

    hari kemudian diberi allupurinol dengan

    dosis 2,52 mg/kgBB; tikus putih diberi pakan

    pelet ditambah otak kambing 20 mg selama 8

    hari kemudian ditambah catechin dengan

    dosis 10 mg/kgBB; tikus putih diberi pakan

    pelet ditambah 20 mg otak kambing selama 8

    hari kemudian diberi catechin dengan dosis

    20 mg/kgBB; tikus putih diberi pakan pelet

    ditambah 20 mg otak kambing selama 8 hari

    kemudian diberi catechin dengan dosis 40

    mg/kgBB; tikus putih diberi pakan pelet yang

    ditambah 20 mg otak kambing selama 8 hari

    sebagai kontrol positif. Otak kambing

    diblender dicampur pada pelet.

    Sampel darah dilambil pada hari ke-0

    untuk kelompok kontrol negatif dan hari ke-9

    untuk kelompok kontrol positif dan

    kelompok perlakuan serta hari ke-15 setelah

    pemberian allupurinol atau catechin. Darah

    diambil melalui vena plexus orbitalis dengan

    pipet kapiler hematokrit sebanyak 2 mL.

    Selanjutnya plasma dipisahkan dengan

    sentrifugasi kecepatan 4000 rpm selama 10

    menit kemudian diukur kadar asam urat, CRP

    dan MDA. Variabel bebas yang diamati

    berupa seri dosis catechin, sedangkan

    variabel tergantung berupa perubahan

    parameter hiperurisemia. Data parameter

    asam urat, CRP dan MDA dianalisis dengan

    uji F dengan tingkat kesalahan 5%. Apabila

    berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Beda

    Nyata Terkecil (BNT).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

  • Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Pribadi, Catechin dan Asam Urat

    42

    Hasil pengukuran asam urat dan CRP dapat

    diamati pada gambar 1 dan 2. Dari analisis

    statistik dengan uji ANOVA (=0, 05)

    didapatkan hasil Fhitung = 38,444; p = 0,000;

    (p< 0, 05) maka Ho ditolak atau rerata

    kadar asam urat pada keenam kelompok

    perlakuan adalah berbeda bermakna. Uji

    homogeneous subsets menunjukkan bahwa

    rerata semua kelompok Catechin

    menurunkan kadar asam urat dan rerata

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    Kadar Aasm Urat (AU)

    F1 2,83 2,33 2,33

    F2 2,67 7,50 2,00

    F3 2,17 6,83 4,00

    F4 2,00 7,00 3,33

    F5 2,00 6,83 2,17

    F6 2,50 6,50 8,50

    Hari 0 Hari 9 Hari 15

    Gambar 1. Histogram kadar Asam Urat tiap kelompok (Data ditampilkan sebagai mean). Kelompok F1 : kontrol negatif; Kelompok F2 : Alupurinol ;

    Kelompok F3 : Catechin dosis 10 mg/KgBB+20 mg otak kambing; Kelompok F4 : Catechin dosis 20

    mg/KgBB+20 mg otak kambing; Kelompok F5 : Catechin dosis 40 mg/KgBB+20 mg otak kambing;

    Kelompok F6 : kontrol positif (20 mg otak kambing)

    Gambar 2. Histogram kadar CRP tiap kelompok

    (Data ditampilkan sebagai mean). Kelompok F1 : kontrol negatif; Kelompok F2 : Alupurinol ;

    Kelompok F3 : Catechin dosis 10 mg/KgBB+20 mg otak kambing; Kelompok F4 : Catechin dosis 20

    mg/KgBB+20 mg otak kambing; Kelompok F5 : Catechin dosis 40 mg/KgBB+20 mg otak kambing;

    Kelompok F6 : kontrol positif (20 mg otak kambing)

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    C-Reactive Protein (CRP)

    F1 1,00 1,00 1,00

    F2 1,17 18,00 1,00

    F3 1,33 14,00 4,00

    F4 1,17 16,00 1,00

    F5 1,17 18,00 1,00

    F6 1,17 13,00 36,00

    1 2 3

  • Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Pribadi, Catechin dan Asam Urat

    43

    penurunan kadar Asam Urat pada kelompok

    Catechin dosis 40 mg/KgBB adalah yang

    mendekati rerata penurunan kadar asam urat

    pada kelompok Alupurinol.

    Dari analisis statistik dengan uji

    ANOVA (=0, 05) didapatkan hasil Fhitung =

    31,584; p = 0,000; (p< 0, 05) maka Ho

    ditolak atau rerata kadar CRP pada keenam

    kelompok perlakuan adalah berbeda

    bermakna. Uji homogeneous subsets

    menunjukkan bahwa rerata semua kelompok

    Catechin menurunkan kadar CRP dan rerata

    penurunan kadar CRP pada kelompok

    Catechin dosis 40 mg/KgBB sama dengan

    penurunan kadar CRP pada kelompok

    Alupurinol.

    Hasil pemeriksaan kadar MDA dapat

    diamati pada gambar 3. Dari analisis statistik

    dengan uji ANOVA (=0, 05) didapatkan

    hasil Fhitung = 98,957; p = 0,000; (p< 0, 05)

    maka Ho ditolak atau rerata kadar MDA pada

    keenam kelompok perlakuan adalah berbeda

    berbeda bermakna. Uji homogenous subsets

    menunjukkan bahwa rerata semua kelompok

    Catechin menurunkan kadar MDA dan rerata

    penurunan kadar MDA pada kelompok

    Catechin dosis 40 mg/KgBB lebih tinggi dari

    penurunan kadar MDA pada kelompok

    Alupurinol.

    Hasil pengukuran kadara asam urat,

    CRP dan MDA pada kelompok yang

    diberikan 20 mg otak kambing selama 15

    hari menunjukkan angka yang lebih tinggi

    dibandingkan kelompok-kelompok yang lain.

    Hasil ini disebabkan karena otak termasuk

    makanan yang mengandung purin tinggi.

    Asam urat merupakan hasil akhir

    metabolisme senyawa purin (adenine,

    guanine) asam nukleat. Asam nukleat

    dipecah menjadi guanine nukleotidase dan

    adenine nukleotidase oleh enzim nuclease.

    Selanjutnya guanine nukleotidase diubah

    menjadi guanine oleh enzim nukleotidase dan

    diubah menjadi guanine oleh purin

    0,0

    0,5

    1,0

    1,5

    2,0

    2,5

    3,0

    3,5

    4,0

    Malondialdehid (MDA)

    F1 1,01 0,88 1,03

    F2 1,01 1,66 1,03

    F3 1,01 1,49 1,41

    F4 1,01 1,66 1,13

    F5 1,01 1,74 1,01

    F6 1,01 1,66 2,97

    Hari 0 Hari 9 Hari 15

    Gambar 2. Histogram kadar MDA tiap kelompok

    (Data ditampilkan sebagai mean). Kelompok F1 : kontrol negatif; Kelompok F2 : Alupurinol ;

    Kelompok F3 : Catechin dosis 10 mg/KgBB+20 mg otak kambing; Kelompok F4 : Catechin dosis

    20 mg/KgBB+20 mg otak kambing; Kelompok F5 : Catechin dosis 40 mg/KgBB+20 mg otak

    kambing; Kelompok F6 : kontrol positif (20 mg otak kambing)

  • Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Pribadi, Catechin dan Asam Urat

    44

    nukleosida fosforilase. Adenine nukleotidase

    diubah menjadi adenosine dan IMP yang

    selanjutnya diubah menjadi inosin dan oleh

    enzim purin nukleosida fosforilase diubah

    menjadi hiposantin. Guanine dan hiposantin

    oleh enzim guanase dan xantin

    oksidoreduktase diubah menjadi xantin.

    Selanjutnya enzim xantin oksidoreduktase

    mengubah xantin menjadi asam urat6. Karena

    asam urat kurang begitu larut dalam air,

    apabila sintesis asam urat terlalu banyak dan

    ekskresi melalui ginjal terlalu sedikit maka

    akan terjadi peningkatan kadar asam urat

    dalam darah dan dapat menyebabkan

    endapan berupa kristal asam urat. Bentuk

    kristal urat (monosodium urat), menyerupai

    jarum dan sangat halus dengan panjang 10 .

    Penumpukan kristal urat umumnya

    terjadi pada jaringan sendi dan menimbulkan

    rasa nyeri yang hebat. Selain itu timbul

    peradangan (inflamasi)1. Adanya peradangan

    memicu terjadinya reaksi inflamasi.

    Makrofag yang berada dalam sinovium

    mensintesa Interleukin-6, untuk merangsang

    pembentukan CRP. Dalam keadaan normal

    tubuh tidak akan membentuk CRP, tetapi

    apabila ada proses inflamasi dan kerusakan

    jaringan, CRP akan meningkat bahkan

    sampai 100 kali dari normal. Apabila terjadi

    penyembuhan atau perbaikan pada sel-sel

    yang mengalami inflamasi atau kerusakan,

    maka kadar CRP akan normal kembali

    setelah 2 minggu3. Diet purin tinggi dapat

    menyebabkan peningkatan radikal bebas

    dalam tubuh, karena terganggunya kerja

    enzim xantin oksidase. Dalam keadaan

    normal, xantin oksidase akan mengubah

    hipoxantin dan xantin menjadi asam urat

    dengan menggunakan oksigen sebagai

    katalisatornya. Reaksi ini menghasilkan

    produk samping berupa anion superoksida

    (O20- ). Selanjutnya oleh system antioksidan

    tubuh yaitu enzim superoksida dismutase

    (SOD), diubah menjadi H2O2 dan oleh

    enzim katalase diubah lagi menjadi H2O.

    Tetapi diet purin tinggi akan menyebabkan

    xantin oksidase aktivitasnya meningkat 20

    kali lipat dibanding keadaan normal,

    sehingga pembentukan radikat superoksida

    meningkat. Radikal superoksida merupakan

    salah satu jenis radikal bebas yang sangat

    reaktif dan dapat menyebabkan kerusakan

    membran sel, melalui mekanisme

    pembentukan peroksidasi lipid7.

    Proses pembentukan peroksidase lipid

    dimulai dari ion hydrogen pada rantai

    samping (PUFA) penyusun membran sel oleh

    radikal bebas, membentuk radikal karbon.

    Radikal karbon akan teroksidasi membentuk

    radikal peroksil. Selanjutnya radikal peroksil

    akan menarik lagi ion H+

    pada rantai

    samping PUFA yang berdekatan dan

    membentuk peroksidasi lipid. Proses ini

    merupakan reaksi berantai, karena

    peroksidasi lipid akan menarik lagi ion H+

    pada rantai samping PUFA yang lain, sampai

    akhirnya rantai PUFA terputus menjadi

    senyawa-senyawa lain seperti hidrokarbon, 5

    hidroksinonenal dan senyawa-senyawa

    aldehid. Hasil akhir peroksidasi lipid adalah

    terbentuknya MDA. Kadar MDA tinggi

  • Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Pribadi, Catechin dan Asam Urat

    45

    mengindikasikan adanya proses oksidasi atau

    kerusakan membran sel akibat radikal bebas8.

    Hasil pengukuran kadar asam urat,

    CRP dan MDA pada kelompok yang

    diberikan 20 mg otak kambing selama 15

    hari ditambah dengan Catechin berbagai

    dosis dapat menurunkan kadar asam urat,

    CRP dan MDA. Hasil ini disebabkan karena

    catechin dapat berperan sebagai antioksidan

    poten dan antiinflamasi. Kemampuan

    catechin dalam menangkal radikal bebas 100

    kali lebih efektif dibandingkan vitamin E dan

    25 kali lebih efektif dibandingkan vitamin C9.

    Arundina dkk (2003)10 meneliti efek

    antiinflamasi catechin pada marmut yang

    diinduksi karagenik 1% yang menyebutkan

    bahwa pemberian dosis catechin sebesar 100

    mg/kgBB dan 200 mg/kgBB memiliki efek

    antiinflamasi dan dapat mengurangi oedema

    pada marmut. Sedangkan Prabowo dkk

    (2007)11

    meneliti pengaruh green tea (teh

    hijau) terhadap kadar MDA dan aktivitas

    superoksida dismutase pada tikus yang

    menderita artritis ajuvan, menunjukkan

    bahwa teh hijau dengan dosis 2 gram perhari

    yang diberikan selama 14 hari berturut-turut

    dapat menurunkan kadar MDA dan

    meningkatkan aktivitas SOD pada jaringan

    artikuler tikus.

    Mekanisme kerja flavanoid termasuk

    catechin adalah menghambat pembentukan

    peroksidasi lipid pada tahap inisiasi dengan

    berperan sebagai scavengers (peredam)

    terhadap radikal bebas oksigen reaktif (O2 0-

    ) maupun radikal hidroksil (OH 0 ). Cara

    kerjanya dengan memberikan donor atom H

    kepada radikal peroksil membentuk radikal

    flavanoid dan akan bereaksi dengan oksigen

    reaktif (superoksida) sehingga menjadi netral.

    Dengan reaksi tersebut, reaksi berantai

    peroksidasi lipid dapat dihentikan12

    . Catechin

    juga menghambat kerja faktor transkripsi gen

    inflamasi yaitu Nuclear Factor Kappa Beta

    (NF-KB) sehingga reaksi inflamasi dapat

    dihentikan. Selain itu kerja catechin mirip

    dengan allupurinol yang menghambat kerja

    enzim xantin oksidase sehingga pembentukan

    asam urat yang berlebihan dapat dihentikan.

    Catechin dapat pula meningkatkan

    pembentukan enzim urikase yang menambah

    asam urat menjadi alantoin yang mudah larut

    dalam air serta mudah diekskresikan lewat

    ginjal11

    .

    KESIMPULAN

    Pemberian catechin mulai dosis 10

    mg/KgBB dapat menurunkan kadar asam

    urat, CRP dan MDA tikus putih

    hiperurisemia akibat induksi otak kambing

    secara signifikan. Dosis catechin yang paling

    efektif dalam menurunkan kadar asam urat,

    CRP dan MDA tikus putih hiperurisemia

    adalah dosis 40 mg/KgBB .

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penulis mengucapkan terimakasih

    kepada Universitas Jenderal Soedirman

    Purwokerto atas dukungan dana penelitian

    yang diberikan oleh Lembaga Penelitian

    Unsoed melalui DIPA II, Laboratorium

    Farmakologi Fakultas Kedokteran UNSOED

    Purwokerto untuk uji bioassay dan

  • Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari 2010 Pribadi, Catechin dan Asam Urat

    46

    Laboratorium Biokimia FKIK Unsoed

    Purwokerto untuk parameter asam urat, CRF

    dan MDA.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Rahardja EM, Peran Nutrisi pada

    Hiperurisemia. Majalah Kedokteran

    Universitas Tarumanegara Jakarta, 2002, Vol

    8: 29 36.

    2. Murray, R. Biokimia Harper,Edisi 25. 2005,

    Penerbit EGC, Jakarta.

    3. Lopez, Bautista B, Jaramillo P, Vera LM, Is

    C-Reactive Protein an Independent Risk

    Factor for Essential Hypertension. Journal

    Hypertension, 2001,19: 857 861.

    4. Cook NC dan Samman S, Flavanoid,

    Chemistry, Metabolism, Cardioprotective

    Effects, and Dietary Source. Journal

    Nutritional Biochemistry. Elseiver Science

    Inc. New York, 2006, 7:66 76.

    5. Wolfram. Effects of Green Tea and EGCG on

    Cardiovascular and Metabolism Helath.

    Journal American Sociaty for Nutrition,

    2007,10 (136) : 2512 2518

    6. Devlin TM. Textbook of Biochemistry with

    Clinical Corelation. Sixth edition. A John

    Wiley & Sons, Inc Publication.Canada, 2006:

    799 802

    7. Wijaya A. Radikal Bebas dan Parameter

    Status Antioksidan. Forum Diagnosticum.

    Penerbit Laboratorium Klinik Prodia, 1996,

    No 1 Hal 1-8.

    8. Hidgon JV, Frei B. Tea Catechin and

    Polyphenole : Health Effect, Metabolism and

    Antioxidant Function. Critical Review Food

    Science Nutrition, 2003, 43:83143.

    9. Cooper R, Moore J, Moore D. Medical

    Benefits of Green Tea. Part I. The Journal of

    Alternative and Complementary Medicine.

    2005, 11(3): 521 528.

    10. Arundina, Laksminingsih IR, Yuliastuti WS.

    Efek Antiinflamasi Catechin pada Marmut

    dengan Metode Pembentukan Oedema yang

    Diinduksi Karagenik. Jurnal Penelitian

    Medika Ekstrak, 2003, 4(3):189-195.

    11. Prabowo S, Satriyo ED, Aulanniam.

    Pengaruh Green Tea terhadap Kadar

    Malondialdehida dan Aktivitas Superoksida

    pada Artritis Ajuvan (Model Hewan untuk

    Rheumatoid Artritis) Prosiding Seminar

    Nasional Tanaman Obat dan Obat

    Tradisional, Surakarta 10 11 Juli 2007.

    Penyelenggaraan Balitbang Kesehatan Depkes

    RI, 2007:204209.

    12. Nagao T, Komine Y, Soga S, Meguro S, Hase

    T, Tanaka Y, Tokimitsu I. Ingestion of a Tea

    Baverage Rich in Catechins Leads to a

    Reduction in Body Fat and Maalondialdehyde-

    LDL in men. American Journal Clinical

    Nutrition, 2005,81:122129.

    .