Distonia akut

2
1. Distonia Akut akibat Neuroleptik Kira-kira terdapat 10% dari semua pasien yang diberikan terapi antipsikotik tipikal mengalami distonia sebagai efek samping. Biasanya terjadi dalam beberapa jam atau 90% pada tiga hari pertama terapi. Gerakan distonia disebabkan oleh kontraksi atau spasme otot yang perlahan dan terus-menerus yang dapat menyebabkan gerakan involunter. Distonia dapat mengenai leher (tortikolis atau retrokolis spasmodik), rahang (pembukaan paksa yang menyebabkan dislokasi rahang atau trismus), lidah (prostrusi, memuntir), dan keseluruhan tubuh (opistotonus). Terkenanya mata dapat menyebabkan krisis okulorigik, ditandai oleh gerakan mata yang ke lateral atas. Tidak seperti tipe distonia lainnya, krisis okulorigik dapat terjadi secara lambat dalam terapi. Distonia lain berupa blefarospasme dan distonia glosofaringeal menyebabkan diartria, disfagia, dan kesulitan bernapas yang dapat menyebabkan sianosis. 1,2 Distonia dapat terjadi pada semua umur dan pada kedua jenis kelamin tetapi paling sering terjadi pada laki-laki muda (<40 tahun), dapat terjadi pada semua antipsikotik dan paling sering disebabkan oleh antipsikotik potensi tinggi IM. Mekanisme kerja diperkirakan merupakan suatu hiperaktivitas dopaminergik di ganglia basalis yang terjadi jika kadar antipsikotik dalam SSP mulai menurun diantara pemberian dosis. 1,3,8

description

distonia adalah

Transcript of Distonia akut

Page 1: Distonia akut

1. Distonia Akut akibat Neuroleptik

Kira-kira terdapat 10% dari semua pasien yang diberikan terapi antipsikotik tipikal

mengalami distonia sebagai efek samping. Biasanya terjadi dalam beberapa jam atau 90%

pada tiga hari pertama terapi. Gerakan distonia disebabkan oleh kontraksi atau spasme otot

yang perlahan dan terus-menerus yang dapat menyebabkan gerakan involunter. Distonia

dapat mengenai leher (tortikolis atau retrokolis spasmodik), rahang (pembukaan paksa yang

menyebabkan dislokasi rahang atau trismus), lidah (prostrusi, memuntir), dan keseluruhan

tubuh (opistotonus). Terkenanya mata dapat menyebabkan krisis okulorigik, ditandai oleh

gerakan mata yang ke lateral atas. Tidak seperti tipe distonia lainnya, krisis okulorigik dapat

terjadi secara lambat dalam terapi. Distonia lain berupa blefarospasme dan distonia

glosofaringeal menyebabkan diartria, disfagia, dan kesulitan bernapas yang dapat

menyebabkan sianosis.1,2

Distonia dapat terjadi pada semua umur dan pada kedua jenis kelamin tetapi paling

sering terjadi pada laki-laki muda (<40 tahun), dapat terjadi pada semua antipsikotik dan

paling sering disebabkan oleh antipsikotik potensi tinggi IM. Mekanisme kerja diperkirakan

merupakan suatu hiperaktivitas dopaminergik di ganglia basalis yang terjadi jika kadar

antipsikotik dalam SSP mulai menurun diantara pemberian dosis.1,3,8

Profilaksis dengan antikolinergik atau obat yang berhubungan biasanya mencegah

berkembangnya distonia, walaupun risiko terapi profilaksis melebihi manfaatnya. Terapi

dengan antikolinergik IM atau diphenhydramine IV atau IM (50 mg) hampir selalu

menghilangkan gejala. Diazepam (10 mg IV), amobarbital (Amytal), caffeine sodium

benzoate dan hipnosis dilaporkan juga efektif.1,3