Disolusi Dan Disintegrasi

13
PERCOBAAN III DISOLUSI DAN DISINTEGRASI I. TUJUAN Memahami proses Disolusi dan Disintegrasi berbagai macam sediaan farmasi II. TEORI Disintegrasi adalah proses sediaan larutan untuk hancur dalam larutan. Obat-Obat dengan enteric-coated, EC (selaput enterik) tidak dapat didisintegrasi oleh asam lambung, sehingga didisintegrasinya baru terjadi jika jika berada dalam suasana basa di dalam usus halus. Tablet enteric- coated dapat bertahan di dalam lambung untuk jangka waktu lama; sehingga; oleh karenanya obat-obat yang demikian kurang efektif atau efek mulanya menjadi lambat. Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses dimana zat padat melarut. Secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat padatt dengan pelarut. Dalam penentuan kecepatan disolusi dari berbagai bentuk sediaan padat terlibat berbagai proses disolusi yang melibatkan zat murni. Karakteristik fisik sediaan, proses pembahasa sediaan, kemampuan penetrasi media disolusi kedalam sediaan, proses pengembangan, proses disintegrasi, dan degradasi sediaan,

description

disolusi

Transcript of Disolusi Dan Disintegrasi

PERCOBAAN IIIDISOLUSI DAN DISINTEGRASI

I. TUJUANMemahami proses Disolusi dan Disintegrasi berbagai macam sediaan farmasi

II. TEORIDisintegrasi adalah proses sediaan larutan untuk hancur dalam larutan. Obat-Obat dengan enteric-coated, EC (selaput enterik) tidak dapat didisintegrasi oleh asam lambung, sehingga didisintegrasinya baru terjadi jika jika berada dalam suasana basa di dalam usus halus. Tablet enteric-coated dapat bertahan di dalam lambung untuk jangka waktu lama; sehingga; oleh karenanya obat-obat yang demikian kurang efektif atau efek mulanya menjadi lambat.Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses dimana zat padat melarut. Secara prinsip dikendalikan oleh afinitas antara zat padatt dengan pelarut. Dalam penentuan kecepatan disolusi dari berbagai bentuk sediaan padat terlibat berbagai proses disolusi yang melibatkan zat murni. Karakteristik fisik sediaan, proses pembahasa sediaan, kemampuan penetrasi media disolusi kedalam sediaan, proses pengembangan, proses disintegrasi, dan degradasi sediaan, merupakan sebagian dari faktor yang mempengaruhi karakteristik disolusi obat dari sediaan.Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larutan dalam cairan pada tempat absorbsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat larut dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung-usus. Dalam hal dimana kelarutan suatu obat tergantung dari apakah medium asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan berturut-turut dalam lambung dan dalam usus halus. Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi.Mekanisme disolusi, tidak dipengaruhi oleh kekuatan kimia atau reaktivitas partikel-partikel padat terlarut ke dalam zat cair, dengan mengalami dua langkah berturut-turut: (4)1. Larutan dari zat padat pada permukaan membentuk lapisan tebal yang tetap atau film disekitar partikel2. Difusi dari lapisan tersebut pada massa dari zat cair.Langkah pertama,. larutan berlangsung sangat singkat. Langka kedua, difusi lebih lambat dan karena itu adalah langkah terakhir.

Adapun mekanisme disolusi dapat digambarkan sebagai berikut :

Lapisan film (h) dgn konsentrasi = CsKristalMassa larutan dengan konsentrasi = Ct

Difusi layer model (theori film)Pada waktu suatu partikel obat memngalami disolusi, molekul-molekul obat pada permukaan mula-mula masuk ke dalam larutan menciptakan suatu lapisan jenuh obat-larutan yang membungkus permukaan partikel obat padat. Lapisan larutan ini dikenal sebagai lapisan difusi. Dari lapisan difusi ini, molekul-molekul obat keluar melewati cairan yang melarut dan berhubungan dengan membrane biologis serta absorbsi terjadi. Jika molekul-molekul obat terus meninggalkan larutan difusi, molekul-molekul tersebut diganti dengan obat yang dilarutkan dari permukaan partikel obat dan proses absorbsi tersebut berlanjut.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISOLUSIKecepatan disolusi suatu zat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah: SuhuSemakin tinggi suhu maka akan memperbesar kelarutan suatu zat yang bersifat endotermik serta akan memperbesar harga koefisien zat tersebut.

ViskositasTurunnya viskositas suatu pelarut juga akan memperbesar kelarutan suatu zat. PHpH sangat mempengaruhi kelarutan zat-zat yang bersifat asam maupun basa lemah. Zat yang bersifat basa lemah akan lebih mudah larut jika berada pada suasana asam sedangkan asam lemah akan lebih mudah larut jika berada pada suasana basa. Ukuran PartikelSemakin kecil ukuran partikel, maka luas permukaan zat tersebut akan semakin meningkat sehingga akan mempercepat kelarutan suatu zat. Polimorfisme dan Sifat Permukaan ZatPolimorfisme dan sifat permukaan zat akan sangat mempengaruhi kelarutan suatu zat, adanya polimorfisme seperti struktur internal zat yang berlainan, akan mempengaruhi kelarutan zat tersebut dimana kristal metastabil akan lebih mudah larut daripada bentuk stabilnya. Dengan adanya surfaktan dan sifat permukaan zat yang hidrofob, akan menyebabkan tegangan permukaan antar partikel menurun sehingga zat mudah terbasahi dan lebih mudah larut.Selain faktor-faktor tersebut adan juga faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi obat secara in vitro antara lain adalah: Sifat Fisika Kimia ObatSifat fisika kimia obat berpengaruh besar terhadap kinetika disolusi. Luas permukaan efektif dapat diperbesar dengan memperkecil ukuran partikel. Laju disolusi akan diperbesar karena kelarutan terjadi pada permukaan solut. Kelarutan obat dalam air juga mempengaruhi laju disolusi. Faktor FormulasiBerbagai macam bahan tambahan yang digunakan pada sediaan obat dapat mempengaruhi kinetika pelarutan obat dengan mempengaruhi tegangan muka antara medium tempat obat melarut dengan bahan obat, ataupun bereaksi secara langsung dengan bahan obat. Penggunaan bahan tambahan yang bersifat hidrofob seperti magnesium stearat, dapat menaikkan tegangan antar muka obat dengan medium disolusi. Faktor alat dan kondisi lingkunganAdanya perbedaan alat yang digunakan dalam uji disolusi akan menyebabkan perbedaan kecepatan pelarutan obat. Kecepatan pengadukan akan mempengaruhi kecepatan pelarutan obat, semakin cepat pengadukan maka gerakan medium akan semakin cepat sehingga dapat menaikkan kecepatan pelarutan.III. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

Pemanas/waterbath Beker glass Batang pengaduk stopwatch

b. Bahan Aquadest HCL Kertas pH universal Sediaan Farmasi berbagai bentuk : Serbuk Kapsul Pil Tablet Syrup Suspensi Emulsi

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

Buat analog cairan lambung :a. Siapkan aquadest 700 mlb. Tambahkan HCL sampai nilai pH nya 2c. Larutan di bagi masing-masing 100 ml

Masukan masing-masing bentuk sediaan obat

Aduk dengan kecepatan 1 putaran perdetik

Catat waktu yang diperlukan sampai sediaan obat melarut dan deskripsikan perubahan yang terjadi

Ulangi untuk masing-masing sediaan obat

V. PENGAMATAN DAN HASIL

NOSediaanWaktu(menit)Perubahan

1.Serbuk(Kloramfenicol)5mg0,15Larut, ada perubahan warna

2.Kapsul(erytromicin)250mg80Larut, keruh

3.Pil--

4.Tablet(ambroxol) 30mg8,40Larut, berwarna putih bening

5.Syrup(Lafifed)30mg0,12Larut, bening berwarna orange

6.Suspensi(antasida) 5mg2,07Larut, berwarna putih pekat

7.Emulsi(scotemulsion)5mg0,55Larut, berwarna orange keruh

VI. PEMBAHASAN

Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Pelarutan suatu zat aktif sangat penting artinya karena ketersediaan suatu obat sangat tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam tubuh. Pada praktikum kali ini yaitu melakukan pengujian disolusi dan disintegrasi terhadap berbagai macam sediaan farmasi. Pengujian Disolusi dan Disintegrasi dilakukan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan yang tertera pada masing-masing monografi (misalnya Farmakope Indonesia).Adapun alat yang digunakan saat praktikum antara lain : pemanas/waterbath, beker glass, batang pengaduk, dan stopwatch. Sedangkan bahan yang dipakai meliputi : aquadest, HCL, kertas pH, sediaan farmasi berbagai bentuk seperti serbuk, kapsul, pil, tablet, syrup,, suspensi, emulsi.Sifat-sifat kimia, fisika, bentuk obat dan juga fisiologis dari sistem biologis mempengaruhi kecepatan absorbsi suatu obat dalm tubuh. Oleh karena itu konsentrasi obat, bagaimana kelarutannya dalam air, ukuran molekulnya, pKa dan ikatan proteinnya adalah faktor-faktor kimia dan fisika yang harus dipahami untuk mendesain suatu sediaan. Hal ini meliputi faktor difusi dan disolusi obat.Pada saat suatu sediaan obat masuk ke dalam tubuh, selanjutnya terjadi proses absorbsi ke dalam sirkulasi darah dan akan didistribusikan ke seluruh cairan dan jaringan tubuh. Apabila zat aktif pada sediaan obat tersebut memiliki pelarut yang cepat, berarti efek yang ditimbulkan juga akan semakin cepat, begitu juga sebaliknya.Pada praktikum ini yang pertama dilakukan adalah membuat analog cairan lambung yaitu dengan cara HCL dilarutkan dalam 700 ml aquadest sampai nilai pH nya 2, setelah itu larutan dibagi masing-masing 100 ml. Setelah analog cairan lambung terbuat, masukan masing-masing bentuk sediaan obat, aduk dengan kecepatan 1 putaran perdetik, dan catat waktu yang diperlukan sampai sediaan obat melarut, ulangi untuk masing-masing sediaan obat.Pada praktikum ini ada beberapa sediaan sampel yang digunakan seperti serbuk klorampenicol 5mg, kapsul eritromicin 250mg, tablet ambroxol 30mg, syrup lafifed 30mg, suspensi antasida 5mg, dan emulsi scotemulsion 5mg.Dari hasil pengamatan yang dilakukan saat praktikum di dapatkan waktu hancur sebagai berikut : Syrup dengan waktu : 0,12 detik Serbuk dengan waktu : 0,15 detik Emulsi dengan waktu : 0,55 detik Suspensi dengan waktu : 2,07 menit Tablet dengan waktu : 8,40 menit Kapsul dengan waktu : 80 menit

Sediaan yang berbentuk cair ( syrup, suspensi,emulsi) lebih cepat larut dari pada sediaan yang berbentuk padat (kapsul, tablet) . Pada uji ini tablet memenuhi syarat uji waktu hancur pada FI III yang mensyaratkan waktu hancur tablet tidak bersalut kurang dari 15 menit.

VII. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Sediaan yang berbentuk cair ( syrup, suspensi,emulsi) lebih cepat larut dari pada sediaan yang berbentuk padat (kapsul, tablet) .2. Sediaan yang cepat larut yaitu sediaan syrup lafifed yaitu dalam waktu 0,12 detik.3. Sediaan yang paling lama larut yaitu sediaan kapsul yaitu dalam waktu 80 menit.4. ini tablet memenuhi syarat uji waktu hancur pada FI III yang mensyaratkan waktu hancur tablet tidak bersalut kurang dari 15 menit. 5. Faktor yang mempengaruhi disolusi antara lain : suhu, pH, viskositas, ukuran partikel dll.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakartahttp://abethpandiangan.wordpress.com/Anief, M.,2000, Farmasetika, Gajah Mada University Press, Yogyakarta