Bab 1 Dan 2 Disolusi Riyani

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecepatan obat diserap dalam tubuh sangat tergantung oleh bentuk sediaannya. Umumnya obat yang berbentuk larutan akan lebih cepat diserap oleh tubuh dari pada bentuk padatan. Diantara bentuk sediaan padat ini juga berbeda dari segi kelarutannya, sangat tergantung dari bahan-bahan tambahan yang ditambahkan dalam sediaan tersebut. Dasar inilah yang digunakan dalam uji disolusi obat dalam bentuk yang berbeda, dalam hal ini dilakukan terhadap sediaan tablet, kapsul dan sustained release (Ditjen POM, 1979). Absorpsi sistemik suatu obat dari tempat ekstravaskuler dipengaruhi oleh sifat-sifat anatomik dan fisiologik tempat absorpsi serta sifat-sifat fisikokimia atau produk obat. Biofarmasetika berusaha mengendalikan variable-variabel tersebut melalui rancangan suatu produk obat dengan tujuan terapetik tertentu. Dengan memilih secara teliti rute pemberian obat dan rancangan secara tepat produk obat, maka bioavailabilitas obat aktif dapat diubah dari absorpsi yang sangat cepat dan lengkap menjadi lambat, kecepatan absorpsi yang diperlambat atau bahkan sampai tidak terjadi absorpsi sama sekali (Shargel,1988). 1

description

biofarmasetika

Transcript of Bab 1 Dan 2 Disolusi Riyani

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKecepatan obat diserap dalam tubuh sangat tergantung oleh bentuk sediaannya. Umumnya obat yang berbentuk larutan akan lebih cepat diserap oleh tubuh dari pada bentuk padatan. Diantara bentuk sediaan padat ini juga berbeda dari segi kelarutannya, sangat tergantung dari bahan-bahan tambahan yang ditambahkan dalam sediaan tersebut. Dasar inilah yang digunakan dalam uji disolusi obat dalam bentuk yang berbeda, dalam hal ini dilakukan terhadap sediaan tablet, kapsul dan sustained release (Ditjen POM, 1979).Absorpsi sistemik suatu obat dari tempat ekstravaskuler dipengaruhi oleh sifat-sifat anatomik dan fisiologik tempat absorpsi serta sifat-sifat fisikokimia atau produk obat. Biofarmasetika berusaha mengendalikan variable-variabel tersebut melalui rancangan suatu produk obat dengan tujuan terapetik tertentu. Dengan memilih secara teliti rute pemberian obat dan rancangan secara tepat produk obat, maka bioavailabilitas obat aktif dapat diubah dari absorpsi yang sangat cepat dan lengkap menjadi lambat, kecepatan absorpsi yang diperlambat atau bahkan sampai tidak terjadi absorpsi sama sekali (Shargel,1988).Cara pengujian baik uji kualitatif maupun uji kuantitatif yang dimuat dalam buku farmakope Indonesia adalah cara yang dapat memberikan hasil yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan bagi masing masing obat. Cara pengujian lain dapat dilakukan asalkan dapat dibuktikan akan memberikan hasil yang sama dengan cara yang disebutkan dengan farmakope Indonesia, baik ketelitian ketetapan maupun selektivitasnya (Depkes RI, 1979). Uji hayati adalah uji kuantitatif yang mengukur potensi zat atau sediaan yang penetapan kadarnyatidak dapat dilakukan secara kimia atau fisika.Hasil pengujiannnya bervariasi luas sekali, sehingga tidak mungkin memberi batasan pernyataan yang tepat dimana potensi zat atau sediaan yang diharapkan terletak dengan pasti . Cara statistik lain dapat juga digunakan asalkan hasilnya dapat juga memberi ketepatan dan ketelitian seperti cara statistik tadi ( Depkes RI, 1979 ).

1.2 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui pengaruh bentuk sediaan kapsul, tablet Sulfadiazin terhadap laju disolusi dalam medium lambung pH 1,2 (uji in vitro). Untuk membandingkan laju disolusi antara sediaan obat generik furosemid dengan furosemid sediaan paten Lasix dalam medium usus pH 7,4.1.3 Manfaat Percobaan Praktikan dapat mengetahui cara melakukan uji in vitro (uji disolusi) serta mengetahui pengaruh bentuk sediaan. Praktikan dapat membandingkan kecepatan disolusi berbagai macam bentuk sediaan. Praktikan dapat memilh sediaan yang lebih baik dipasaran.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DisolusiPemikiran awal dilakukannya uji kehancuran terhadap tablet didasarkan pada kenyataan bahwa tablet itu pecah menjadi partikel- partikel kecil, sehingga daerah permukaaan media pelarut amenjadi lebih luas, dan akan berhubungan dengan tersedianya obat dalam dalam cairan tubuh. Namun sebenarnya uji hancur hanya menyatakan waktu yang diperlukan tablet untuk hancur dibawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya seluruh partikel melalui saringan berukuran mesh 10. Uji ini tidak menjamin bahwa partikel- partikel ini akan melepad bahan aktif dalam larutan dengan kecepatan yang seharusnya. Itu lah sebabnya uji disolusi dan ketentuan uji dikembangkan bagi hampir seluruh produk tablet (Lachman, 1994).Dua sasaran dala mengembangkan uji disolusi invitro adalah untuk mrnunjukkan:1. Penglepasan obat dari tablet kalau dpat mendekati 100%2. Laju penglepasan obat seragam untuk setiap batch dan harus sama dengan laju penglepasan dari batch yang letah ditetapkan atau ditetapkan bioavaibilitasnya serta keefektifannya secara klinis (Lachman, 1994).Bila suatu tablet atau sediaan farmasi lainnya dimasukkan kedalam beaker yang berisi air atau dimasukkan kedalam saluran cerna (saluran gartointestin) obat tersebut mulai masuk kedalam larutan dari bentuk padatnya. Kalu tablet tersebut tidak dilapisi polimer, matriks dapat juga mengalami desintegrasi menjadi granul- granul, dan granul- granul ini mengalami pemecahan menjadi partikel- partikel yang halus. Desintegrasi, deagregasi dan disolusi bisa berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk dimana obat tersebut diberikan (Martin, 2008).2.2 Metode DisolusiUji pelarutan in vitro mengukur laju dan jumlah pelarutan obat dalam suatu media aqueous dengan adanya satu atau lebih bahan tambahn yang terkandung dalam produk obat.Pemilihan suatu metode tertentu untuk suatu obat biasanya ditentukan dalam monografi untuk suatu produk tertentu. United States Pharmacopeia (USP) XXI memberi beberapa metode resmi untuk melaksanakan uji pelarutan yaitu:a. Metode Keranjang (Basket )Metode keranjang terdiri atas keranjang silindrik yang ditahan oleh tangkai motor.Keranjang menahan cuplikan dan berputar dalam suatu labu bulat yang berisi media pelarutan.Keseluruhan labu tercelup dalam suatu bak yang bersuhu konstan 37oC.Kecepatan berputar dan posisi keranjang harus memenuhi rangkaian syarat khusus dalam USP yang terakhir beredar.Tersedia standar kalibrasi pelarutan untuk meyakinkan bahwa syarat secara mekanik dan syarat operasi telah dipenuhi (Lachman, 1994).b. Metode Dayung (Paddle)Metode dayung terdiri atas suatu dayung yang dilapisi khusus, yang berfungsi memperkecil turbulensi yang disebabkan oleh pengadukan. Dayung diikat secara vertikal ke suatu motor yang berputar dengan suatu kecepatan yang terkendali. Tablet atau kapsul diletakkan dalam labu pelarutan yang beralas bulat yang juga berfungsi untuk memperkecil turbulensi dari media pelarutan.Alat ditempatkan dalam suatu bak air yang bersuhu konstan, seperti pada metode basket dipertahankan pada 37oC.Posisi dan kesejajaran dayung ditetapkan dalam USP.Metode dayung sangat peka terhadap kemiringan dayung.Pada beberapa produk obat, kesejajaran dayung yang tidak tepat secara drastis dapat mempengaruhi hasil pelarutan. Standar kalibrasi pelarutan yang sama digunakan untuk memeriksa peralatan sebelum uji dilaksanakan (Dirjen POM,1995).c. Metode Disintegrasi yang DimodifikasiMetode ini dasarnya memakai disintegrasi USP basket and rack dirakit untuk uji pelarutan. Bila alat ini dipakai untuk pelarutan maka cakram dihilangkan. Saringan keranjang juga diubah sehingga selama pelarutan partikel tidak akan jatuh melalui saringan. Metode ini jarang digunakan dan dimasukkan dalam USP untuk suatu formulasi obat lama.Jumlah pengadukan dan getaran membuat metode ini kurang sesuai untuk uji pelarutan yang tepat (Lachman, 1994).Secara umum peralatan yang digunakan adalah:Alat 1, terdiri dari sebuah wadah bertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk silinder. Wadah tercelup sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai berukuran sedemikian sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada 37 0,5 C selama pengujian berlangsung dan menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap. Bagian dari alat, termasuk lingkungan tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan gerakan, goncangan atau getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk. Penggunaan alat yang memungkinkan pengamatan contoh dan pengadukan selama pengujian berlangsung lebih diutamakan wadah disolusi berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm hingga 175 mm, diameter dalam 98 mm hingga 106 mm, dan kapasitas nominal 1000 ml. Pada bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk mencegah penguapan dapat digunakan suatu penutup yang pas. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada tiap titik dari sumbu vertikal wadah, berputar dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti. Suatu alat pengukur kecepatan digunakan sehingga menungkinka untuk memilih kecepatan putaran yang dikehendaki dan mempertahankan kecepatan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi dalam batas lebih kurang 4% (Dirjen POM,1995).

Gambar 1. Alat disolusi 1Alat 2, sama seperti alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti.Daun melewati diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata.Dayung memenuhi spesifikasi pada jarak 25 mm 2 mm antara daun dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan selama pengujian berlangsung.Daun dan batang logam merupakan satu kesatuan dapat disalut dengan suatu penyalut inert yang sesuai.Sediaan dibiarkan tenggelam ke dasar wadah sebelum dayung mulai berputar. Sepotong kecil bahan yang tidak bereaksi seperti gulungan kawat berbentuk spiral dapat digunakan untuk mencegah mengapungnya sediaan (Dirjen POM,1995).

Gambar 2. Alat disolusi 22.3Spektrofotometri UV-VisibleJika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi elektromagnetik yang energinya sesuai, interaksi antara molekul dengan radiasi elektromagnetik ini akan meningkatkan energi potensial electron pada tingkat keadaan tereksitasi (Rohman, 2007).Spektra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif.1. Aspek kualitatifData yang diperoleh dari spektroskopi UV dan Vis adalah panjang gelombang maksimal, intensitas, efek PH, dan plarut; yang kesemuanya itu dapat diperbandingkan dengan data yang sudah dipublikasikan (publissed data). Dari spektra yang diperoleh dapat dilihat, misalnya : Serapan (absorbansi) berubah atau tidak karena perubahan pH. Jika berubah, bagaimana perubahannya apakah dari batokromik ke hipsokromik dan sebaliknya atau dari hipokromik ke hiperkromik, dan sebagainya. Obat-obat yang netral misalnya kafein, kloramfenikol, atau obat-obat yang berisi auksukrom yang tidak terkonjugasi seperti amfetamin, siklizin dan pensiklidin.2. Aspek kuantitatifDalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya.Analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis dapat digolongkan atas tiga macam pelaksanaan pekerjaan, yaitu :1. Analisis zat tunggal atau analisis suatu komponen2. Analisis campuran dua macam zat atau analisis dua komponen3. Anlalisis kuantitatif campuran tiga macam zat atau lebih (analisis multi komponen) (Rohman, 2007).Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang berwarna.Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan:1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-VisHal ini diperlukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut. 2. Waktu operasional (operating time)Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan.

3. Pemilihan panjang gelombangPanjang gelombang ynag digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.4. Pembuatan kurva kalibrasi larutan bakuDibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum Lambert-beer terpenuhi maka kurva baku berupa garis lurus. Penyimpangan dari garis lurus biasanya disebabkan olehkekuatan ion yang tinggi, perubahan suhu dan reaksi ikutan yang terjadi.5. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikanAbsorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau 15 % sampai 70 % jika dibaca sebagai transmitan. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5 % (kesalahan fotometrik). (Rohman, 2007).Mengenai Hukum Beer-Lambert telah terbuktihubungan linear antara konsentrasi sampel dan absorbansi. Jika hubungan ini diuji secara eksperimental dengan mengukur sampel meningkatkan konsentrasi dan hasil diplot, hubungan akan terlihat untuk memecah dengan meningkatnya serapan. dengan umum UV laboratorium / VIS spektrofotometer dari baru-baru ini didesain, ini mungkin akan menjadi sekitar 3 unit absorbansi (AU) (Upstone, 2000).2.4 SulfadiazinRumus Bangun :

Nama kimia: N-2-piridinil sulfanilamidaNama lazim: Sulfadiazinum/sulfadiazineRumus kimia: C10H10N4O2SBM: 250,27 Pamerian: Putih, putih kekuningan atau putih agak merah jambu; hampir tidak berbau; tidak berasa.Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larutdalam etanol(95%)P dan dalam aseton P; mudah larut dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.Khasiat dan penggunaan: AntibakteriDosis maksimum: Sekali 2 g, sehari 8g (Depkes RI, 1995)Sulfadiazin dapat juga ditentukan dengan menggunakan spektrofotometri ultraviolet dalam larutan asam (HCL 0,1 N) spektrumnya pada panjang gelombang 215 nm dan 242 nm, pada larutan basa (NaOH 0,1 N) spektrumnya pada 242 nm dan 254 nm, dan dalam pelarut metanol spektrum maksimumnya pada 270 nm (Ditjen POM, 1995).Sulfadiazin sangatsedikit larutdalam air, sedikit larutdalam alkoholdanaseton; larut dalameter dandalam kloroform; mudah larut dalamasam mineralencerdandalam larutanalkalihidroksidadankarbonat(Katzung, 1997)Sulfadiazin efektif pada pengobatan infeksi haemolitik yang disebabkan oleh streptococcus, pneumococcus, gonococcus, E.coli, dan pengobatan oleh karena paparan laser, gangrain karena gas yang ditimbulkan oleh staphylococcus.Pemberian sulfadiazine menjadi penting pada saat fase infeksi bakteri akut.(Katzung, 1997).Sejumlah metode telah banyak diteliti untuk menganalisis sulfadiazin, antara lain dengan cara titrimetric, spektrofotometri, spektrofotometri serapan dan dengan HPLC. Metode yang paling banyak diusulkan untuk analisis dan penetapan kadar sulfadiazine adalah dengan menggunakan spektrofotometri karena lebih mudah, menguntungkan dan tidak memerlukan waktu yang banyak. Spektrofotometri, terutama UV-Vis menunjukkan hasil yang sangat memuaskan untuk analisis sulfadiazin ( Divya, 2010).

2.5 Furosemid

Nama kimia: Asam 4-kloro-N-furfuril-5-Sulfanoilantranilat Nama lazim: Furosemidum/furosemidaRumus kimia: C12H11N2ClO5SBM: 330,745Pemerian: serbuk hablur, putih sampai hampir putih ; tidak berbau ; hampir tidak berasaKelarutan: praktis tidak larut dalam air dan dalam kloroform P ; larut dalam 75 bagian etanol (95%) P, dan dalam 850 bagian eter P ; larut dalam larutan alkalihidroksida (Depkes RI, 1995).Furosemida mempunyai struktur sulfanilamid dan pada posisi o- terdapat gugus sulfanilamid mempunyai penyulih penarik elektron. Sebagai pengganti gugus sulfanilamid ke dua disini ada gugus karboksil .senyawa analognya adalah bumetanida dan piretanida turunan m- aminobenzoat dan bukan turunan o- amino bezoat. Sifat khas pada senyawa ini adalah kerjanya yang amat singkat tetapi sangat intensif.Pada pemakaian secara parenteral segara setelah penyuntikan terjadi peningkatan ekskresi natrium, klorida dan air lebih besar dari pada ekskresi yang disebabkan oleh semua diuretika (Katzung, 1997).Daya kerjanya bertahan sangat singkat, pada dosis rendah dan sedang terlihat penurunan laju ekskresi yang relatif cepat sampai dibawah harga kontrol.Walaupun demikian dengan peningkatan dosis efek keseluruhan dibandingkan dengan senyawa thiazid (Katzung, 1997).Baku pembanding furosemida BPFI lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 3 jam sebelum digunakan. Asam 4-kloro5- sulfamoilantranilatBPFI tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan (Depkes RI, 1995).

4.3 PembahasanDari data percobaan diperoleh bahwa kapsul memiliki persen kumulatif lebih besar dibandingkan tablet. Pada menit ke-60 tablet sulfadiazin 1= 48,2%, tablet sulfadiazin 2= 42,8735% pada menit ke-45, pada menit ke-60 kapsul Sulfadiazin 1= 150,48% dan pada menit ke-45 kapsul sulfadiazin 2= 181,0232%. Untuk furosemid, tablet Lasix l memiliki persen kumulatif yang lebih besar dibandingkan tablet furosemid generik (Lasix= 100,15%, tablet furosemid generik= 104,77%. Hal ini sesuai dengan teori dan disebabkan oleh karena adanya perbedaan formulasi dari masing-masing sediaan.Suatu bahan tambahan dalam formulasi dapat berinteraksi secara langsung dengan obat membentuk suatu kompleks yang larut atau tidak larut dalam air. Suatu bahan tambahan dalam formulasi dapat berinteraksi secara langsung dengan obat membentuk suatu kompleks yang larut atau tidak larut dalam air. Sifat-sifat fisika kimia dari obat dan bahan-bahan penambah menetapkan laju pelepasan obat dari bentuk sediaan dan transpor berikutnya melewati membran-membran biologis. Dari studi biofarmasetik memberi fakta yang kuat bahwa metode fabrikasi dan formulasi dengan nyata mempengaruhi bioavailabilitas obat tersebut (Shargel, L., 1985).

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Dari uji disolusi yang dilakukan terhadap bentuk sediaan kapsul, tablet dan sustained release menunjukkan bahwa sediaan tablet sulfadiazin memiliki profil disolusi paling besar dibandingkan dengan dua sediaan yang lain. Tablet Lasix menunjukkan profil disolusi yang lebih besar diikuti dengan tablet Farsic dan tablet Furosemid.5.2. Saran Disarankan penggunaan medium cairan lambung haruslah ditambahkan pepsin untuk memastikan bahwa sediaan teruji dengan kondisi invitro sebenarnya sesuai dengan monografi. Pada uji in vitro sebaiknya diperhatikan ketelitian dalam waktu memipet, interval waktu yang pas, suhu medium disolusi yang digunakan sehingga proses disolusi memberikan hasil yang lebih.

1