dislokasi
-
Upload
wulan-ulan-dari -
Category
Documents
-
view
239 -
download
1
description
Transcript of dislokasi
STATUS PASIEN DISLOKASI
I. Identitas pasien
Nama : Tn. M
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Alamat : kota lama
II. Anamnesis
a. Keluhan utama
nyeri pada bahu kanan dan sebagian lengan kanan atas sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit
b. Riwayat penyakit sekarang
Nyeri pada bahu kanan dan sebagian lengan kanan atas dirasa setelah
jatuh dari kamar mandi 2 hari SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus Nyeri
disertai pembengkakan (+), nyeri tekan (+), gerakan terbatas (+) Nyeri
bertambah saat ekstremitas kanan digerakkan. Ada rasa panas tidak? Ada
demam? Apakah ada pusing?
c. Riwayat penyakit dahulu
Bapak ada riwayat hipertensi? Bapak ada riwayat kencing manis?
d. Riwayat penyakit keluarga
Dikeluarga bapak ada yang menderita hipertensi dan kencing manis?
e. Riwayat social ekonomi
Pola makan nya teratur pak? Berapa kali dalam sehari?
III. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :Sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4 V5 M6
Vital sign
suhu : 36,5ᵒC
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
1
RR : 18x/menit
Status generalisata
Kepala :dbn
Thorax : dbn
Abdomen : dbn
Ekstremitas atas :
Ekstremitas superior dekstra
1. Look
- Luka: (-)
- Eritema: (+)
- Edema: (+)
- Deformitas/asimetri: (+)
2. Feel
- Tenderness : (+)
- Edema: (+)
- Krepitasi: (-)
- Evaluasi status neurovascular:
Pulsasi: (+) dbn
Pain: (+)
Pallor: (-)
Paralysis: (-)
Parastesia: (-)
Function laesa: (+)
3. Move
- Sendi bahu : nyeri ekstensi (+) terbatas, nyeri fleksi (+)
terbatas, nyeri i endorotasi (+) terbatas, nyeri eksorotasi (+)
- Sendi siku : nyeri ekstensi (+) nyeri fleksi (+)
Ekstremitas bawah : tidak terdapat dislokasi (dbn)
Status lokalisata :
o Regio : acromio clavicularis dekstra
o Inspeksi : pembengkakan, merah
o Palpasi : nyeri
2
o Movement : bergeser (+)
IV. Pemeriksaan penunjang
1. Rrontgen thorax PA
o Pada glenohumeral AP akan tampak overlapping, antara kaput humeri dengan
fossa glenoid, kaput humerus biasanya terletak dibawah dan medial terhadap
mangkuk sendi.
o Foto lateral yang diarahkan pada daun scapula akan memperlihatkan kaput
humerus keluar dari mangkuk sendi.
o Kalau sebelumnya pernah mengalami dislokasi sinar x dapat memperlihatkan
perataan atau cekungan kontur posterolateral kaput humerus.
2. Hasil lab
a. Hb : 12,9 mg%
b. Leukosit : 10.600 mm3
c. LED : 4 mm/jam
d. Trombosit : 290.000 µ
e. BT : 2’
f. CT : 8’
g. Ht : 42,7 %
h. Eritrosit : 4,99 juta
V. Diagnosa kerja Dislokasi bahu
VI. Diagnosa banding :-Frakur acromiclavicularis
-Fraktur kolum humerus
-Dislokasi fraktur
VII. Penatalaksanaan
- perawatan luka
- injeksi cevotaxim IV 2x1
- injeksi ketorolac IV 1x1
VIII. Prognosis :
o Ad vitam : Dubia ad bonam
o Ad fungsionam : Dubia ad bonam
o Ad sanationam : Dubia ad bonam
3
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi 1,3,5
Dislokasi sendi atau disebut juga lukasio adalah tergesernya permukaan tulang yang
membentuk persendian terhadap tulang lainnya. Dislokasi dapat berupa lepas komplet
(cerai sendi) atau parsial (dislokasi inkomplet), atau subluksasio. Bila ligament atau
kapsul sendi tidak sembuh dengan baik, luksasio mudah terulang kembali dan disebut
sebagai luksasio habitualis. Cerdera pada sendi dapat mengenai bagian permukaan tulang
yang membuat persendian dan tulang rawannya, ligament, atau kapsul sendi rusak. Darah
dapat mengumpul di dalam sampai sendi yang disebut hemartrosis
Dislokasi bahu adalah yang paling umum dislokasi besar-sendi terlihat di departemen
darurat otot, ligamen, dan anatomi tulang bahu (glenohumeral bersama) memberikan
jangkauan paling luas gerak sendi dalam tubuh manusia. Namun, anatomi ini juga
membuat glenohumeral bersama sendi yang paling tidak stabil di dalam tubuh.
.Kontak tulang-tulang yang membentuk sendi tersebut hilang secara komplit. Bila
kedudukan tulang tersebut kembali seperti semula maka pada radiograph anda tidak akan
melihat kelainan tersebut. Tetapi bila dislokasi tersebut disertai dengan fraktur
intraartikular atau fraktur ekstraartikular maka disebut fraktur-dislokasi. Sendi yang
rawan terhadap kelainan ini adalah sendi bahu, siku, interphalanx( IP), panggul dan
pergelangan kaki.
2. Anatomi bahu dan lengan atas 7,8
o Cavicula
Clavicula menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. Ujung medial clavicula
bersendi pada manubrium sterni melalui articulasio sternoclavicularis. Ujung
lateralnya bersendi pada acromion melalui articulasio acromioclavicularis. Bagian dua
pertiga medial corpus clavicula berbentuk cembung ke ventral, sedangkan bagian
sepertiga lateral menggepeng dan cekung ke ventral. Karena lengkung ini, clavicula
tampak sebagai huruf S besar yang memanjang.
o Scapula
4
Scapula terletak pada aspek posterolateral thoraks, menutupi costa II sampai costa
IV. Badan scapula berbentuk segitiga. Fasies costalis scapula yang cekung
membentuk fossa subcapularis yang luas dan permukaan di sebelah dorsal (fasies
posterior) yang cembung, terbagi oleh spina scapula menjadi fossa supraspinata yang
lebih kecil dan fossa infraspinata yang lebih besar. Ke arah lateral spina scapula
melanjutkan diri sebagai avromion membentuk ujung bahu dan bersendi pada
clavicula.
o Humerus
Humerus bersendi dengan scapula pada articulation humeri dan dengan radius pada
articultio cubiti. Caput femoris yang menyerupai bola, bersendi pada cavitas
gleinodalis scapula. Sulcus intertubercularis membatasi tuberculum minus terhadap
tuberculum majus. Teat distal dari caput femoris, terdapat dua cirri mencolok yakni
tuberositas deltoidea di lateral dan silcus nervus radialis sebelah posterior. Crista
supracondilaris medialis dan crista suoracondilaris lateralis posterior. Crista
supracondylaris medialis dan crista suoracondylaris lateralis yang menonjol. Di
sebelah depan proksimal terdapat capitulum humeri terlihat fossa radialis untuk tepi
caput sendi sewktu lengan bawah terfleksi.
5
3. Epidemiologi 2
Dislokasi dan subluksasi sendi sering terjadi pada atlet. Seorang peneliti
mengidentifikasi distribusi dislokasi bahu primer dengan puncak dalam dekade kedua dan
keenam. Dalam 95% kasus, dislokasi bahu yang terjadi mengrah ke anterior. Terdapat
beberapa fraktur yang berhubungan dengan dislokasi bahu anterior yaitu kelainan hill-
sachs dengan kasus sebanyak 35-40% dari kasus yang ada, lesi bangkart dan fraktur
dari greater tuberosity dengan kasus sebanyak 10-15% dari kasus yang ada sekitar 4%
dislokasi terjadi kearah posterior, sekitar 0,5% dari semua dislokasi yang ada, terjadi
dislokasi kearah inferior (luxatio erecta). Dan dislokasi ke arah superior jarang sekali
diteumkan, angka kejadian lebih kecil dari dislokasi kea rah inferior.
4. Etiologi 3
Penyebab utama dislokasi bahu primer adalah cedera traumatik. Dislokasi bahu yang
terjadi pertama kali adalah akibat dari beberapa kejadian seperti benturan kuat, jatuh pada
lengan terulur atau gerakan tiba-tiba yang dapat mengakibatkan bahu terkilir. Pada
individu-individu ini yang berfungsi menstabilkan gerakan ditarik paksa secara secara
mendadak. Dislokasi yang disebabkan oleh kejadian atraumatik.
Misalnya insiden kecil seperti mengangkat lengan atau bergerak saat tidur. Individu-
individu ini mngkin memiliki kelemahan kapsul erat atau perubahan dari pengontrolan
otot pada kompleks bahu atau dapat disebabkan oleh keduanya.
5. Klasifikasi 3
a. Dislokasi Sendi bahu ( shoulder dislocation)
Sendi bahu secara anatomis terdiri dari kaput humerus yang besar dengan
kedangkalan kavitas glenoidalis sehingga stabilitas sendi itu tergantung dari kekuatan
otot-otot rotator (otot supra spinatus, infra supinatus, teresminor dan sub skapularis),
kapsul sendi dan ligamen (gleno humeralis, korako humeralis dan labrurn yang
memperdalam kavitas glenoidalis) daiam mempertahankan kedudukannya. Karena itu
sangat mudah terjadi dislokasi terutama ke arah anterior (80 - 90%) dengan karakteristik
teriihat lengan atas dalam posisi rotasi ekstemal parsial dan abduksia, adapun ke arah
posterior sangat jarang dengan karakteristik lengan atas dalam posisi adduksi dan rotasi
6
internal dan biasanya disebabkan oleh kontraksi otot pada penderita epilepsi mengalami
kejang-kejang dan otot-ototnya tidak seimbang maka terjadi dislokasi ke arah tersebut.
Dapat juga dislokasi bahu ke arah inferior (luksasio erecta) atau superior. Dua kondisi
terakhir ini sangat jarang. Dislokasi dapat terjadi kerusakan otot-otot dan kapsul yang
menstabilkan sendi tersebut sehingga dengan mudah terjadi disiokasi kembali (recurrent
dislocation) bila hal ini menjadi terbiasa maka disebut habitual dislocation.
7
b. Dislokasi Sendi Panggul (hip dislocation)
Sendi panggul lebih stabil dibanding sendi bahu karena mangkok asetabulum sangat
dalam disamping adanya ligamentum. Untuk terjadinya dislokasi sendi panggul
membutuhkan energi trauma yang berat seperti MVA (Motor Vehicle Accident), contoh
dislokasi posterior terjadi pada posisi sendi panggul dan lutut fleksi seperti trauma
dashboard (dashboard injury). Ligamentum anterior lebih kuat daripada ligamentum
posterior akibatnya kejadian dislokasi posterior lebih tinggi dibanding ke anterior.
(>85%) pada pemeriksaan fisik penderita dislokasi posterior terlihat seperti putri malu
(adduksi rotasi intema dan fleksi sendi panggul dan lutut bila dibanding dengan sisi yang
sehat serta pemendekan. Dislokasi ini akan mengakibatkan keaisakan medial femoral
circumflex artery ( MFCA ) yang menghidupi kaput femoris sehingga menimbulkan
osteonekrosis dengan angka kejadian 2-17 % pada dislokasi posterior.
c. Dislokasi Sendi Lutut
Dislokasi sendi lutut (anterior, posterior, lateral, medial atau rotasi) sangat jarang
karena ligamen di sekitar sendi sangat kuat dan bila terjadi dislokasi membutuhkan energi
8
besar maka ligamentum dan jaringan lunak sekitar sendi akan terputus, demikian juga
kerusakan sendi itu sendiri.
Stabilitas sendi lutut dan permasalahannya bila terjadi dislokasi sendi tersebut Arteri
poplitea yang berada di belakang sendi akan terjadi kerusakan terutama tunika intima
sehingga memudahkan terjadinya trombus oleh karena itu perlu dipikirkan pembenan anti
trombin. Dislokasi sendi ini juga akan mengakibatkan teregang atau rusaknya saraf
peroneus disamping terjadinya sindrom kompartemen. Pemeriksaan fisik sendi terlihat
efusi dan terasa nyeri. Perlu Anda periksa neurovaskuler bagian distal sendi secara
berkala (serial neurovascular examination). Dislokasi harus segera dilakukan reposisi
sendi. Setelah reposisi, pemeriksaan nadi, saraf dan sendi mutlak dikerjakan. Pemeriksaan
X-ray pre - pasca tindakan harus dilakukan guna menilai fraktur dan kelurusan sendi
(alignment). Imobilisasi pasca reposisi tertutup dengan gip selama 6-8 minggu bila tidak
disertai robekan ligamen. Reposisi terbuka dilakukan bila ada trauma vaskuler atau
tindakan fasbtomi atau melakukan repair ligamen.
d. Dislokasi Sendi Siku ( elbow dislocation)
Sendi siku mempunyai tiga sendi, yaitu sendi ulno - humeralis, sendi kapitulo -
radialis dan sendi radio - ulnaris proksimalis, yang distabilkan dengan ligamentum
kolateral lateral (radialis), ligamentum kolateral medialis (ulna), ligamentum anularis dan
kapsul sendi. Dislokasi sendi siku sering terjadi pada anak- anak, atletik dan
9
kadangkadang disertai fraktur kaput radialis atau trauma arteri brakhialis dan saraf
medianus di samping terjadinya ruptur kolateral ligamen baik medial maupun lateral.
Pada pemeriksaan fisik terdapat deformitas, nyeri tekan daerah sendi, kadang-kadang
disertai gangguan neurovaskuler. Melakukan reposisi secepatnya pada dislokasi sendi,
manajemen segera melakukan reposisi tertutup anestesi lokal / obat sedasi, dan setelah
reposisi anda jangan lupa memeriksa stabilitas sendi itu, kemudian memberikan
imobilisasi dengan pembidaian selama 7 hari dan setelah itu dilakukan rehabilitasi.
Reposisi terbuka dilakukan pada dislokasi unstable atau terjadi entrapment tulang atau
jaringan lunak.
6. Patofisiologi dan pathogenesis
Dislokasi terjadi karena kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi eksterna dan
ekstensi sendi bahu. Caput humerus didorong kedepan dan menimbulkan avulse kapsul
sendi dan kartilago beserta periosteum labrum gleinodalis bagian anterior. Pada dislokasi
berulang labrum dan kapsul sering terlepas dari lingkaran anterior glenoid. Tetapi pada
beberapa kasus labrum tetap utuh dan kapsul serta ligamentum glenohumerus keduanya
terlepas atau terlentang ke arah anterior dan inferior. Selain itu mungkin ada indentasi
pada bagian osterolateral kaput humerus (lesi Hill-Sachs), yaitu suatu fraktur kompresi
akibat kaput humerus menekan lingkar glenoid anterior setiap kali mengalami dislokasi.
7. Tanda dan gejala 2
Nyeri
Perubahan kontur sendi
Perubahan panjang ekstremitas
Kehilangan mobilitas normal
Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
Deformitas
Kekakuan
8. Diagnosis 4
Dislokasi sendi, merupakan emergensi ortopedik yang membutuhkan diagnosis,
evaluasi dan perawatan segera. Untuk menentukan diagnosis, survey trauma penuh
penting dilakukan uji neurovaskuler termasuk evaluasi nervus sciatik. CT scan juga bisa
digunakan untuk mendiagnosis dan mendeskripsikan dislokasi anatomis dan
10
mengidentifikasi fraktur fragmen kecil. Reduksi emergen tertutup (emergent closed
reduction) dislokasi sendi traumatik, diindikasikan untuk:
Dislokasi dengan atau tanpa defisit neurologis, saat tidak ada fraktur yang
berkaitan
Dislokasi dengan fraktur yang berkaitan dengan deficit neural tidak terjadi.
9. Diagnosis banding 5
Diagnosis banding utama dari dislokasi anterior adalah fraktur kolum humerus dan
dislokasi fraktur. Frekuensi fraktur ini lebih kecil dibandingkan dengan kasus dislokasi
sederhana. Kesalahan fatal dapat terjadi saat melewatkan kasus ini dan menganggapnya
sebagai dislokasi sederhana lalu menatalaksanakannya sesuai prosedur tatalaksana
dislokasi sederhana. Jika pemeriksa dapat membuat siku pasien menyentuh pinggang atau
humerus dapat bergerak pada scapula, maka kemungkinan adanya fraktur kolum humerus
atau dislokasi fraktur lebih besar. Selain itu adanya pembengkakan yang hebat juga dapat
menyingkirkan kemungkinan dislokasi sederhana.
10. Penatalaksanaan 1,5
Dislokasi harus ditangani segera karena penundaan tindakan dapat menimbulkan
nekrosis avaskular tulang persendian serta kekakuan sendi.dalam fase syok lokal (antara
5-20 menit kejadian) terjadi relaksasi otot sekitar sendi dan rasa baal (hipestesia) karena
itu, reposisi dapat dilakukan tanpa narkosis. Setelah fase syok lokal terlewati, reposisi
harus dilakukan dengan anastesi. Prinsip reposisi tertutup adalah melakukan gerakan yang
berlawanan dengan gaya trauma, kontraksi, atau tonus otot. Reposisi tidak boleh
dilakukan dengan kekersan. Sebiknya diberikan anastesi agar tidak terasa nyeri dan
spasme otot sekitar menjadi kendur. Apabila reposisi tertutup tidak berhasil, mungkin
telah terjadi ruptur sampai sendi dengan akibat gangguan perdarahan bonggol sendi atau
interposisi fragmen tulang. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan roentgen atau pemeriksan
penunjang lain yang memperlihatkan keadaan sendi secara jelas dan reposisi harus
dilakukan secara bedah. Mobilisasi segera dilakukan setelah waktu penyembuhan
jaringan lunak selesai, yaitu sekitar 2-3 minggu pasca cedera.
Penatalaksanaan kasus dislokasi anterior bahu dilakukan secara konservatif dan
overatif. Pilihan terapi konservatif berupa reposisi tertutup dengan maneuver kocher.
Immobilisasi dengan verban velpeau atau collar cuff selam lebih kurang 3 minggu.
11
Reduksi dislokasi harus segera dilakukan untuk kasus dislokasi anterior bahu yang
baru terjadi. Reduksi segera ini dapat dilakukan dengan dua metode
1. Metode stimson
Metode ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan anastesi. Penderita diminta
tidur telungkup dengan lengan yang terkena dibiarkan menggantung kearah bawah
dengan memberikan beban 2kg yang diikat pada pergelangan tangan. Pada saat
otot bahu dalam kedaan relaksasi, diharapkan terjadi reposisi akibat berat lengan
yang tergantung disamping tempat tidur tersebut. Metode ini dilakukan selama 10-
15 menit.
2. Metode hipokrates
Metode ini dilakukan jika metode stimson tidak memberikan hasil dalam waktu
15 menit. Reposisi dilakukan dalam keadaan anastesi umum. Lengan pasien
ditarik kearah distal punggung dengan sedikit abduksi, sementara kaki penolong
berada diketiak pasien untuk mengungkit kaput humerus kearah lateral dan
posterior. Setelah reposisi, bahu dipertahankan dalam posisi endorotasi dengan
penyangga ke dada selama paling sedikit 3 minggu.
Untuk kedua metode ini, pasien diminta mengabduksikan lengannya secara lembut
kemudian lakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada saraf aksilaris atau
muskaulokutaneus yang cedera. Lakukan kembali pemeriksaan rontgen untukkomfirmasi.
Indikasi terapi operatif adalah kasus lama. Operasi dilakukan dengan metode Bristow
lbium glenoid dan kapsul yang robek untuk memendekkan kapsul anterior dan
subskapularis dan perbaikan tumpang tindih. Metode operasi lain yang dilakukan adalah
metode bankart untuk memperbaiki.
11. Komplikasi 2,5
Komplikasi penting dari dislokaisi primer adalah dislokasi berulang berikutnya.
Berdasarkan study yang dilakukan peneliti 70% dari yang telah mengalami dislokasi
berulang dalam waktu dua tahun sejak cidera pertama. Lesi pleksus brakialis dan nervus
aksilaris, serta interposisi tendo bisep kaput longum. Robekan arteri aksilaris juga dapat
terjadi, terutama pada orang tua yang dilakukan reduksi dislokasi dengan tenaga yang
berlebihan. Langkah antisipatif yang dapat dilakukan sebelum dirujuk adalah dengan
melakukan penekanan kuat pada aksila. Komplikasi lanjut dapat berupa kaku sendi dan
dislokasi rekurens.
12
12. Prognosis 2
Pemantauan yang baik adalah dasar untuk mencegah terjadinya dislokasi berulang dan
untuk kesembuhan jaringan yang rusak. Bahkan dengan perawatan yang terbaik dislokasi
dapat berulang. 90% dari orang-orang yang pernh mengalami dislokasi bahu pada usia
lebih muda dari 20 tahun biasanya akan mengalami dislokasi kedua. Setelah usia 40
tahun, 14% orang dapat mengalami dislokasi kedua. Jika dislokasi terjadi pada bahu yang
sama, terutama jika disebabkan oleh trauma yang lebih ringan maka pasien harus
dievaluasi mengenai kemungkian terjadinya kerusakan ligamen pada bahunya. Jika
terdapat kerusakan maka pasien mungkin perlu menjalani operasi untuk mencegah
disloksi berulang.
DAFTAR PUSTAKA
13
1. Wim de jong, Sjamsuhidajat, 2010, Buku Ajar Ilmu Bedah, Penerit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
2. Subagyo, H, 2013, Ahli Bedah Orthopedi. Di unduh dari.http://www.ahlibedahorthopedic.com/artikelasi-sendi-bahu.html-186-dislok
3. Mahartha, A, 2013, Manajemen Fraktur Pada Trauma, Di unduh dari.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14484&val=970
4. Emedicine. Davenport, M,D. Join Rredution, Hip Dislocation,Posterior.[ cited 2014
Februari 11] Available from: http://emedicine.medscape.com/article/109225-
overview.
5. Richard S. Snell, 2006. Anatomi Klinis Dasar . Jakarta : EGC6. Putz,R, Pabst,R, 2003. Atlas Anatomi Manusia. Jakarta : EGC
14