dislokasi

20
STATUS PASIEN DISLOKASI I. Identitas pasien Nama : Tn. M Umur : 57 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Petani Alamat : kota lama II. Anamnesis a. Keluhan utama nyeri pada bahu kanan dan sebagian lengan kanan atas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit b. Riwayat penyakit sekarang Nyeri pada bahu kanan dan sebagian lengan kanan atas dirasa setelah jatuh dari kamar mandi 2 hari SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus Nyeri disertai pembengkakan (+), nyeri tekan (+), gerakan terbatas (+) Nyeri bertambah saat ekstremitas kanan digerakkan. Ada rasa panas tidak? Ada demam? Apakah ada pusing? c. Riwayat penyakit dahulu Bapak ada riwayat hipertensi? Bapak ada riwayat kencing manis? d. Riwayat penyakit keluarga Dikeluarga bapak ada yang menderita hipertensi dan kencing manis? e. Riwayat social ekonomi 1

description

bedah

Transcript of dislokasi

Page 1: dislokasi

STATUS PASIEN DISLOKASI

I. Identitas pasien

Nama : Tn. M

Umur : 57 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Petani

Alamat : kota lama

II. Anamnesis

a. Keluhan utama

nyeri pada bahu kanan dan sebagian lengan kanan atas sejak 2 hari

sebelum masuk rumah sakit

b. Riwayat penyakit sekarang

Nyeri pada bahu kanan dan sebagian lengan kanan atas dirasa setelah

jatuh dari kamar mandi 2 hari SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus Nyeri

disertai pembengkakan (+), nyeri tekan (+), gerakan terbatas (+) Nyeri

bertambah saat ekstremitas kanan digerakkan. Ada rasa panas tidak? Ada

demam? Apakah ada pusing?

c. Riwayat penyakit dahulu

Bapak ada riwayat hipertensi? Bapak ada riwayat kencing manis?

d. Riwayat penyakit keluarga

Dikeluarga bapak ada yang menderita hipertensi dan kencing manis?

e. Riwayat social ekonomi

Pola makan nya teratur pak? Berapa kali dalam sehari?

III. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum :Sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4 V5 M6

Vital sign

suhu : 36,5ᵒC

TD : 130/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

1

Page 2: dislokasi

RR : 18x/menit

Status generalisata

Kepala :dbn

Thorax : dbn

Abdomen : dbn

Ekstremitas atas :

Ekstremitas superior dekstra

1. Look

- Luka: (-)

- Eritema: (+)

- Edema: (+)

- Deformitas/asimetri: (+)

2. Feel

- Tenderness : (+)

- Edema: (+)

- Krepitasi: (-)

- Evaluasi status neurovascular:

Pulsasi: (+) dbn

Pain: (+)

Pallor: (-)

Paralysis: (-)

Parastesia: (-)

Function laesa: (+)

3. Move

- Sendi bahu : nyeri ekstensi (+) terbatas, nyeri fleksi (+)

terbatas, nyeri i endorotasi (+) terbatas, nyeri eksorotasi (+)

- Sendi siku : nyeri ekstensi (+) nyeri fleksi (+)

Ekstremitas bawah : tidak terdapat dislokasi (dbn)

Status lokalisata :

o Regio : acromio clavicularis dekstra

o Inspeksi : pembengkakan, merah

o Palpasi : nyeri

2

Page 3: dislokasi

o Movement : bergeser (+)

IV. Pemeriksaan penunjang

1. Rrontgen thorax PA

o Pada glenohumeral AP akan tampak overlapping, antara kaput humeri dengan

fossa glenoid, kaput humerus biasanya terletak dibawah dan medial terhadap

mangkuk sendi.

o Foto lateral yang diarahkan pada daun scapula akan memperlihatkan kaput

humerus keluar dari mangkuk sendi.

o Kalau sebelumnya pernah mengalami dislokasi sinar x dapat memperlihatkan

perataan atau cekungan kontur posterolateral kaput humerus.

2. Hasil lab

a. Hb : 12,9 mg%

b. Leukosit : 10.600 mm3

c. LED : 4 mm/jam

d. Trombosit : 290.000 µ

e. BT : 2’

f. CT : 8’

g. Ht : 42,7 %

h. Eritrosit : 4,99 juta

V. Diagnosa kerja Dislokasi bahu

VI. Diagnosa banding :-Frakur acromiclavicularis

-Fraktur kolum humerus

-Dislokasi fraktur

VII. Penatalaksanaan

- perawatan luka

- injeksi cevotaxim IV 2x1

- injeksi ketorolac IV 1x1

VIII. Prognosis :

o Ad vitam : Dubia ad bonam

o Ad fungsionam : Dubia ad bonam

o Ad sanationam : Dubia ad bonam

3

Page 4: dislokasi

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi 1,3,5

Dislokasi sendi atau disebut juga lukasio adalah tergesernya permukaan tulang yang

membentuk persendian terhadap tulang lainnya. Dislokasi dapat berupa lepas komplet

(cerai sendi) atau parsial (dislokasi inkomplet), atau subluksasio. Bila ligament atau

kapsul sendi tidak sembuh dengan baik, luksasio mudah terulang kembali dan disebut

sebagai luksasio habitualis. Cerdera pada sendi dapat mengenai bagian permukaan tulang

yang membuat persendian dan tulang rawannya, ligament, atau kapsul sendi rusak. Darah

dapat mengumpul di dalam sampai sendi yang disebut hemartrosis

Dislokasi bahu adalah yang paling umum dislokasi besar-sendi terlihat di departemen

darurat otot, ligamen, dan anatomi tulang bahu (glenohumeral bersama) memberikan

jangkauan paling luas gerak sendi dalam tubuh manusia. Namun, anatomi ini juga

membuat glenohumeral bersama sendi yang paling tidak stabil di dalam tubuh.

.Kontak tulang-tulang yang membentuk sendi tersebut hilang secara komplit. Bila

kedudukan tulang tersebut kembali seperti semula maka pada radiograph anda tidak akan

melihat kelainan tersebut. Tetapi bila dislokasi tersebut disertai dengan fraktur

intraartikular atau fraktur ekstraartikular maka disebut fraktur-dislokasi. Sendi yang

rawan terhadap kelainan ini adalah sendi bahu, siku, interphalanx( IP), panggul dan

pergelangan kaki.

2. Anatomi bahu dan lengan atas 7,8

o Cavicula

Clavicula menghubungkan lengan atas pada batang tubuh. Ujung medial clavicula

bersendi pada manubrium sterni melalui articulasio sternoclavicularis. Ujung

lateralnya bersendi pada acromion melalui articulasio acromioclavicularis. Bagian dua

pertiga medial corpus clavicula berbentuk cembung ke ventral, sedangkan bagian

sepertiga lateral menggepeng dan cekung ke ventral. Karena lengkung ini, clavicula

tampak sebagai huruf S besar yang memanjang.

o Scapula

4

Page 5: dislokasi

Scapula terletak pada aspek posterolateral thoraks, menutupi costa II sampai costa

IV. Badan scapula berbentuk segitiga. Fasies costalis scapula yang cekung

membentuk fossa subcapularis yang luas dan permukaan di sebelah dorsal (fasies

posterior) yang cembung, terbagi oleh spina scapula menjadi fossa supraspinata yang

lebih kecil dan fossa infraspinata yang lebih besar. Ke arah lateral spina scapula

melanjutkan diri sebagai avromion membentuk ujung bahu dan bersendi pada

clavicula.

o Humerus

Humerus bersendi dengan scapula pada articulation humeri dan dengan radius pada

articultio cubiti. Caput femoris yang menyerupai bola, bersendi pada cavitas

gleinodalis scapula. Sulcus intertubercularis membatasi tuberculum minus terhadap

tuberculum majus. Teat distal dari caput femoris, terdapat dua cirri mencolok yakni

tuberositas deltoidea di lateral dan silcus nervus radialis sebelah posterior. Crista

supracondilaris medialis dan crista suoracondilaris lateralis posterior. Crista

supracondylaris medialis dan crista suoracondylaris lateralis yang menonjol. Di

sebelah depan proksimal terdapat capitulum humeri terlihat fossa radialis untuk tepi

caput sendi sewktu lengan bawah terfleksi.

5

Page 6: dislokasi

3. Epidemiologi 2

Dislokasi dan subluksasi sendi sering terjadi pada atlet. Seorang peneliti

mengidentifikasi distribusi dislokasi bahu primer dengan puncak dalam dekade kedua dan

keenam. Dalam 95% kasus, dislokasi bahu yang terjadi mengrah ke anterior. Terdapat

beberapa fraktur yang berhubungan dengan dislokasi bahu anterior yaitu kelainan hill-

sachs dengan kasus sebanyak 35-40% dari kasus yang ada, lesi bangkart dan fraktur

dari greater tuberosity dengan kasus sebanyak 10-15% dari kasus yang ada sekitar 4%

dislokasi terjadi kearah posterior, sekitar 0,5% dari semua dislokasi yang ada, terjadi

dislokasi kearah inferior (luxatio erecta). Dan dislokasi ke arah superior jarang sekali

diteumkan, angka kejadian lebih kecil dari dislokasi kea rah inferior.

4. Etiologi 3

Penyebab utama dislokasi bahu primer adalah cedera traumatik. Dislokasi bahu yang

terjadi pertama kali adalah akibat dari beberapa kejadian seperti benturan kuat, jatuh pada

lengan terulur atau gerakan tiba-tiba yang dapat mengakibatkan bahu terkilir. Pada

individu-individu ini yang berfungsi menstabilkan gerakan ditarik paksa secara secara

mendadak. Dislokasi yang disebabkan oleh kejadian atraumatik.

Misalnya insiden kecil seperti mengangkat lengan atau bergerak saat tidur. Individu-

individu ini mngkin memiliki kelemahan kapsul erat atau perubahan dari pengontrolan

otot pada kompleks bahu atau dapat disebabkan oleh keduanya.

5. Klasifikasi 3

a. Dislokasi Sendi bahu ( shoulder dislocation)

Sendi bahu secara anatomis terdiri dari kaput humerus yang besar dengan

kedangkalan kavitas glenoidalis sehingga stabilitas sendi itu tergantung dari kekuatan

otot-otot rotator (otot supra spinatus, infra supinatus, teresminor dan sub skapularis),

kapsul sendi dan ligamen (gleno humeralis, korako humeralis dan labrurn yang

memperdalam kavitas glenoidalis) daiam mempertahankan kedudukannya. Karena itu

sangat mudah terjadi dislokasi terutama ke arah anterior (80 - 90%) dengan karakteristik

teriihat lengan atas dalam posisi rotasi ekstemal parsial dan abduksia, adapun ke arah

posterior sangat jarang dengan karakteristik lengan atas dalam posisi adduksi dan rotasi

6

Page 7: dislokasi

internal dan biasanya disebabkan oleh kontraksi otot pada penderita epilepsi mengalami

kejang-kejang dan otot-ototnya tidak seimbang maka terjadi dislokasi ke arah tersebut.

Dapat juga dislokasi bahu ke arah inferior (luksasio erecta) atau superior. Dua kondisi

terakhir ini sangat jarang. Dislokasi dapat terjadi kerusakan otot-otot dan kapsul yang

menstabilkan sendi tersebut sehingga dengan mudah terjadi disiokasi kembali (recurrent

dislocation) bila hal ini menjadi terbiasa maka disebut habitual dislocation.

7

Page 8: dislokasi

b. Dislokasi Sendi Panggul (hip dislocation)

Sendi panggul lebih stabil dibanding sendi bahu karena mangkok asetabulum sangat

dalam disamping adanya ligamentum. Untuk terjadinya dislokasi sendi panggul

membutuhkan energi trauma yang berat seperti MVA (Motor Vehicle Accident), contoh

dislokasi posterior terjadi pada posisi sendi panggul dan lutut fleksi seperti trauma

dashboard (dashboard injury). Ligamentum anterior lebih kuat daripada ligamentum

posterior akibatnya kejadian dislokasi posterior lebih tinggi dibanding ke anterior.

(>85%) pada pemeriksaan fisik penderita dislokasi posterior terlihat seperti putri malu

(adduksi rotasi intema dan fleksi sendi panggul dan lutut bila dibanding dengan sisi yang

sehat serta pemendekan. Dislokasi ini akan mengakibatkan keaisakan medial femoral

circumflex artery ( MFCA ) yang menghidupi kaput femoris sehingga menimbulkan

osteonekrosis dengan angka kejadian 2-17 % pada dislokasi posterior.

c. Dislokasi Sendi Lutut

Dislokasi sendi lutut (anterior, posterior, lateral, medial atau rotasi) sangat jarang

karena ligamen di sekitar sendi sangat kuat dan bila terjadi dislokasi membutuhkan energi

8

Page 9: dislokasi

besar maka ligamentum dan jaringan lunak sekitar sendi akan terputus, demikian juga

kerusakan sendi itu sendiri.

Stabilitas sendi lutut dan permasalahannya bila terjadi dislokasi sendi tersebut Arteri

poplitea yang berada di belakang sendi akan terjadi kerusakan terutama tunika intima

sehingga memudahkan terjadinya trombus oleh karena itu perlu dipikirkan pembenan anti

trombin. Dislokasi sendi ini juga akan mengakibatkan teregang atau rusaknya saraf

peroneus disamping terjadinya sindrom kompartemen. Pemeriksaan fisik sendi terlihat

efusi dan terasa nyeri. Perlu Anda periksa neurovaskuler bagian distal sendi secara

berkala (serial neurovascular examination). Dislokasi harus segera dilakukan reposisi

sendi. Setelah reposisi, pemeriksaan nadi, saraf dan sendi mutlak dikerjakan. Pemeriksaan

X-ray pre - pasca tindakan harus dilakukan guna menilai fraktur dan kelurusan sendi

(alignment). Imobilisasi pasca reposisi tertutup dengan gip selama 6-8 minggu bila tidak

disertai robekan ligamen. Reposisi terbuka dilakukan bila ada trauma vaskuler atau

tindakan fasbtomi atau melakukan repair ligamen.

d. Dislokasi Sendi Siku ( elbow dislocation)

Sendi siku mempunyai tiga sendi, yaitu sendi ulno - humeralis, sendi kapitulo -

radialis dan sendi radio - ulnaris proksimalis, yang distabilkan dengan ligamentum

kolateral lateral (radialis), ligamentum kolateral medialis (ulna), ligamentum anularis dan

kapsul sendi. Dislokasi sendi siku sering terjadi pada anak- anak, atletik dan

9

Page 10: dislokasi

kadangkadang disertai fraktur kaput radialis atau trauma arteri brakhialis dan saraf

medianus di samping terjadinya ruptur kolateral ligamen baik medial maupun lateral.

Pada pemeriksaan fisik terdapat deformitas, nyeri tekan daerah sendi, kadang-kadang

disertai gangguan neurovaskuler. Melakukan reposisi secepatnya pada dislokasi sendi,

manajemen segera melakukan reposisi tertutup anestesi lokal / obat sedasi, dan setelah

reposisi anda jangan lupa memeriksa stabilitas sendi itu, kemudian memberikan

imobilisasi dengan pembidaian selama 7 hari dan setelah itu dilakukan rehabilitasi.

Reposisi terbuka dilakukan pada dislokasi unstable atau terjadi entrapment tulang atau

jaringan lunak.

6. Patofisiologi dan pathogenesis

Dislokasi terjadi karena kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi eksterna dan

ekstensi sendi bahu. Caput humerus didorong kedepan dan menimbulkan avulse kapsul

sendi dan kartilago beserta periosteum labrum gleinodalis bagian anterior. Pada dislokasi

berulang labrum dan kapsul sering terlepas dari lingkaran anterior glenoid. Tetapi pada

beberapa kasus labrum tetap utuh dan kapsul serta ligamentum glenohumerus keduanya

terlepas atau terlentang ke arah anterior dan inferior. Selain itu mungkin ada indentasi

pada bagian osterolateral kaput humerus (lesi Hill-Sachs), yaitu suatu fraktur kompresi

akibat kaput humerus menekan lingkar glenoid anterior setiap kali mengalami dislokasi.

7. Tanda dan gejala 2

Nyeri

Perubahan kontur sendi

Perubahan panjang ekstremitas

Kehilangan mobilitas normal

Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi

Deformitas

Kekakuan

8. Diagnosis 4

Dislokasi sendi, merupakan emergensi ortopedik yang membutuhkan diagnosis,

evaluasi dan perawatan segera. Untuk menentukan diagnosis, survey trauma penuh

penting dilakukan uji neurovaskuler termasuk evaluasi nervus sciatik. CT scan juga bisa

digunakan untuk mendiagnosis dan mendeskripsikan dislokasi anatomis dan

10

Page 11: dislokasi

mengidentifikasi fraktur fragmen kecil. Reduksi emergen tertutup (emergent closed

reduction) dislokasi sendi traumatik, diindikasikan untuk:

Dislokasi dengan atau tanpa defisit neurologis, saat tidak ada fraktur yang

berkaitan

Dislokasi dengan fraktur yang berkaitan dengan deficit neural tidak terjadi.

9. Diagnosis banding 5

Diagnosis banding utama dari dislokasi anterior adalah fraktur kolum humerus dan

dislokasi fraktur. Frekuensi fraktur ini lebih kecil dibandingkan dengan kasus dislokasi

sederhana. Kesalahan fatal dapat terjadi saat melewatkan kasus ini dan menganggapnya

sebagai dislokasi sederhana lalu menatalaksanakannya sesuai prosedur tatalaksana

dislokasi sederhana. Jika pemeriksa dapat membuat siku pasien menyentuh pinggang atau

humerus dapat bergerak pada scapula, maka kemungkinan adanya fraktur kolum humerus

atau dislokasi fraktur lebih besar. Selain itu adanya pembengkakan yang hebat juga dapat

menyingkirkan kemungkinan dislokasi sederhana.

10. Penatalaksanaan 1,5

Dislokasi harus ditangani segera karena penundaan tindakan dapat menimbulkan

nekrosis avaskular tulang persendian serta kekakuan sendi.dalam fase syok lokal (antara

5-20 menit kejadian) terjadi relaksasi otot sekitar sendi dan rasa baal (hipestesia) karena

itu, reposisi dapat dilakukan tanpa narkosis. Setelah fase syok lokal terlewati, reposisi

harus dilakukan dengan anastesi. Prinsip reposisi tertutup adalah melakukan gerakan yang

berlawanan dengan gaya trauma, kontraksi, atau tonus otot. Reposisi tidak boleh

dilakukan dengan kekersan. Sebiknya diberikan anastesi agar tidak terasa nyeri dan

spasme otot sekitar menjadi kendur. Apabila reposisi tertutup tidak berhasil, mungkin

telah terjadi ruptur sampai sendi dengan akibat gangguan perdarahan bonggol sendi atau

interposisi fragmen tulang. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan roentgen atau pemeriksan

penunjang lain yang memperlihatkan keadaan sendi secara jelas dan reposisi harus

dilakukan secara bedah. Mobilisasi segera dilakukan setelah waktu penyembuhan

jaringan lunak selesai, yaitu sekitar 2-3 minggu pasca cedera.

Penatalaksanaan kasus dislokasi anterior bahu dilakukan secara konservatif dan

overatif. Pilihan terapi konservatif berupa reposisi tertutup dengan maneuver kocher.

Immobilisasi dengan verban velpeau atau collar cuff selam lebih kurang 3 minggu.

11

Page 12: dislokasi

Reduksi dislokasi harus segera dilakukan untuk kasus dislokasi anterior bahu yang

baru terjadi. Reduksi segera ini dapat dilakukan dengan dua metode

1. Metode stimson

Metode ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan anastesi. Penderita diminta

tidur telungkup dengan lengan yang terkena dibiarkan menggantung kearah bawah

dengan memberikan beban 2kg yang diikat pada pergelangan tangan. Pada saat

otot bahu dalam kedaan relaksasi, diharapkan terjadi reposisi akibat berat lengan

yang tergantung disamping tempat tidur tersebut. Metode ini dilakukan selama 10-

15 menit.

2. Metode hipokrates

Metode ini dilakukan jika metode stimson tidak memberikan hasil dalam waktu

15 menit. Reposisi dilakukan dalam keadaan anastesi umum. Lengan pasien

ditarik kearah distal punggung dengan sedikit abduksi, sementara kaki penolong

berada diketiak pasien untuk mengungkit kaput humerus kearah lateral dan

posterior. Setelah reposisi, bahu dipertahankan dalam posisi endorotasi dengan

penyangga ke dada selama paling sedikit 3 minggu.

Untuk kedua metode ini, pasien diminta mengabduksikan lengannya secara lembut

kemudian lakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada saraf aksilaris atau

muskaulokutaneus yang cedera. Lakukan kembali pemeriksaan rontgen untukkomfirmasi.

Indikasi terapi operatif adalah kasus lama. Operasi dilakukan dengan metode Bristow

lbium glenoid dan kapsul yang robek untuk memendekkan kapsul anterior dan

subskapularis dan perbaikan tumpang tindih. Metode operasi lain yang dilakukan adalah

metode bankart untuk memperbaiki.

11. Komplikasi 2,5

Komplikasi penting dari dislokaisi primer adalah dislokasi berulang berikutnya.

Berdasarkan study yang dilakukan peneliti 70% dari yang telah mengalami dislokasi

berulang dalam waktu dua tahun sejak cidera pertama. Lesi pleksus brakialis dan nervus

aksilaris, serta interposisi tendo bisep kaput longum. Robekan arteri aksilaris juga dapat

terjadi, terutama pada orang tua yang dilakukan reduksi dislokasi dengan tenaga yang

berlebihan. Langkah antisipatif yang dapat dilakukan sebelum dirujuk adalah dengan

melakukan penekanan kuat pada aksila. Komplikasi lanjut dapat berupa kaku sendi dan

dislokasi rekurens.

12

Page 13: dislokasi

12. Prognosis 2

Pemantauan yang baik adalah dasar untuk mencegah terjadinya dislokasi berulang dan

untuk kesembuhan jaringan yang rusak. Bahkan dengan perawatan yang terbaik dislokasi

dapat berulang. 90% dari orang-orang yang pernh mengalami dislokasi bahu pada usia

lebih muda dari 20 tahun biasanya akan mengalami dislokasi kedua. Setelah usia 40

tahun, 14% orang dapat mengalami dislokasi kedua. Jika dislokasi terjadi pada bahu yang

sama, terutama jika disebabkan oleh trauma yang lebih ringan maka pasien harus

dievaluasi mengenai kemungkian terjadinya kerusakan ligamen pada bahunya. Jika

terdapat kerusakan maka pasien mungkin perlu menjalani operasi untuk mencegah

disloksi berulang.

DAFTAR PUSTAKA

13

Page 14: dislokasi

1. Wim de jong, Sjamsuhidajat, 2010, Buku Ajar Ilmu Bedah, Penerit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

2. Subagyo, H, 2013, Ahli Bedah Orthopedi. Di unduh dari.http://www.ahlibedahorthopedic.com/artikelasi-sendi-bahu.html-186-dislok

3. Mahartha, A, 2013, Manajemen Fraktur Pada Trauma, Di unduh dari.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14484&val=970

4. Emedicine. Davenport, M,D. Join Rredution, Hip Dislocation,Posterior.[ cited 2014

Februari 11] Available from: http://emedicine.medscape.com/article/109225-

overview.

5. Richard S. Snell, 2006. Anatomi Klinis Dasar . Jakarta : EGC6. Putz,R, Pabst,R, 2003. Atlas Anatomi Manusia. Jakarta : EGC

14